You are on page 1of 27

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TAHUN 2008-2010 ANDRE WIDDYANTORO 109084000032 ILMU EKONOMI &

STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA widdyantoro@yahoo.com

1.

Pendahuluan

1.1

Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini, perhatian pemerintah Indonesia tertuju pada strategi untuk

pertumbuhan ekonomi Negara, pada setiap akhir tahun, pemerintah negara selalu mengumpulkan data-data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan GNP relative.

Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat diukur dengan batasan satu Negara, namun pertumbuhan ekonomi dapat pula diukur secara regional atau perdaerah.

Berdasarkan data BPS PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 menunjukan peningkatan dan penurunan perekonomian Indonesia, Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 6,4 persen disbanding tahun 2007 kenaikan tajam pada konsumsi domestik dan investasi pada 2008 sehingga ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih cepat dari 6,3 persen pada 2007 menjadi 6,4 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2009

mencapai 4,5 persen, Penurunan pertumbuhan ekonomi pada 2009 ini diakibatkan oleh badai krisis finansial yang menghantam ekonomi dunia yang berlangsung sejak akhir 2008 hingga pertengahan 2009, terlebih lagi nilai ekspor Indonesia yang terus turun. Sedangkan pada perekonomian Indonesia sepanjang 2010 tumbuh sebesar 6,1% dengan nominal produk domestic bruto mencapai Rp6.422,9 triliun.

Sedangkan Pertumbuhan ekonomi secara regional dengan subjek penelitian DKI Jakarta, berdasarkan data BPS PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta mengalami peningkatan dan penurunan. Perkembangan ekonomi Kota Jakarta tahun 2008 yang digambarkan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 6,18 persen dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 6,44 persen. Meskipun ekonomi tahun 2008 tumbuh positif, namun bila dilihat secara sektoral hampir seluruh sektor mengalami perlambatan kecuali sektor listrik-gas-air bersih. Krisis keuangan global menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta. Perekonomian Jakarta pada tahun 2009 hanya tumbuh sebesar 5,10 persen. Pertumbuhan ini merupakan yang terendah selama lima tahun terakhir, Faktor utama melambatnya perekonomian Jakarta dalam satu tahun terakhir adalah kinerja ekspor yang menurun dan Krisis keuangan global masih dirasakan dampaknya. Sedangkan pada tahun 2010 perekonomian DKI Jakarta `mencapai 6,51 persen lebih tinggi dari yang dicapai tahun 2009, hal ini dikarnakan dampak krisis global yang mulai memulih, dan pulihnya Negara tujuan ekspor dari krisis.

Tabel PDRB DKI Jakarta Atas Dasar Konstan 2000 (miliar Rupiah)

PDRB Harga Konstan PDRB DKI Jakarta Laju Pertumbuhan 2008 353.539,06 6,18% 2009 349720,84 5,10% 2010 354705,74 6,51%

Pertumbuhan ekonomi tidak hanya dilihat dari PDRB saja, masih terdapat beberapa factor untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Secara umum ada faktor-faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Empat faktor untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik di negara maupun secara regional adalah :

Sumber daya manusia (tenaga kerja, pendidikan, disiplin, dan motivasi) Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar, dan cuaca) Pembentukan modal (mesin, pabrik, dan jalan) Teknologi (ilmu pengetahuan, teknik, manajemen, dan ketrampilan) (Samuelson, 1998) Dalam penelitian ini penulis akan lebih menyoroti bangaimana factor teknologi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Faktor teknologi tersebut diukur melalui tingkat PAD sebagai K dan tingkat Tenaga Kerja sebagai L (K/L = T)

Tabel Tingkat PAD dan Tenaga Kerja Sebagai Tolak Ukur Teknologi Tahun 2008-2010

Tahun 2008 2009 2010 Jumlah

PAD (K) (Milliyar) 19.032 19.265 23.025 61.322 (Persen) 101,16 99,45 100,27 300,88

Tenaga Kerja (L) (Juta Orang) 4.291 4.118 4.689 13098 (Persen) 42,91 41,18 46,89 130,98

Teknologi (K/L) 4,43 4,68 4,91 14,02 2,36% 2,41% 2,14% 6,91%

Sumber: laporan keterangan pertanggungjawaban bupati Bandung

Perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari tingkat teknologi di daerah tersebut. Semakin tinggi tingkat teknologi maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi negara tersebut

dikarenakan tingkat teknologi dapat diukur melalui tingkat PAD dan Tenaga Kerja. Kemudian seberapa besar pengaruh teknologi terhadap PAD ini dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tertentu dan juga dapat menggambarkan struktur ekonominya serta dapat pula menggambarkan analisisnya terhadap kinerja sektor perekonomian. Pengaruh Teknologi Terhadap Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta Tahun 2008-2010

1.2

Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada karya

ilmiah ini adalah tingkat teknologi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ,dimana teknologi di ukur dari tingkat capital dan tenaga kerja.

1.3

Identifikasi Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah diatas, maka masalahnya dapat diidentifikasi adalah sebagai

berikut : 1. Bagaimana gambaran tingkat capital (K) dan tenaga kerja (L) di povinsi DKI Jakarta. 2. Bagaimana gambaran tingkat teknologi yang tercipta dari (K/L) pada provinsi DKI Jakarta. 3. Bagaimana gambaran dari tingkat PDRB DKI Jakarta . 4. Bagaimana pengaruh teknologi (K/L) terhadap PDRB DKI Jakarta.

1.4

Tujuan Penelitian
Mengacu pada pembatasan msalah dan identifikasi msalah, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran teknologi dari tingkat capital (K) dan tenaga kerja (L). 2. Mengetahui gambaran dari PRDB provinsi DKI Jakarta 3. Mengetahui besarnya pengaruh teknologi (K/L) terhadap PDRB DKI Jakarta.

2.

Tinjauan Pustaka

2.1

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan

ekonomi

(Economic

Growth)

adalah

perkembangan

kegiatan

dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).

Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi


Tingkat Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) Tingkat Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 1. Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan. 2. Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut. 3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

4. Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya. 5. Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

2.2

Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Pertumbuhan ekonomi menurut Karl Bucher Karl Bucher membagi pertumbuhan ekonomi menurut jarak yang ditempuh oleh alat pemuas kebutuhan, yaitu dari produsen sampai ke konsumen. Masyarakat dilihat sebagai satu kesatuan rumah tangga, baik sebagai rumah tangga produsen maupun rumah tangga sebagai konsumen. Pertumbuhan ekonomi menurut Karl Bucher sebagai berikut : 1. Rumah tangga tertutup Rumah tangga tertutup merupakan satu kesatuan keluarga yang terdiri atas beberapa orang dan tidak mempunyai hubungan dengan orang-orang atau rumah tangga lain diluar lingkungannya. Contoh rumah tangga tertutup terdapat pada suku-suku terasing di pedalaman Kalimantan dan Irian Jaya. Menurut Karl Bucher, rumah tangga tertutup ini berlangsung sampai lebih kurang tahun 1000.

2. Rumah tangga kota Rumah tangga tertutup semakin lama semakin besar dan mulai menjalin hubungan dengan rumah tangga tertutup lainnya, sehingga rumah tangga ini menjadi lebih terbuka. Pada rumah tangga kota, alat pemuas kebutuhan yang dihasilkan oleh suatu masyarakat (rumah tangga) tidak lagi digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Barang-barang yang dihasilkan masing-masing rumah tangga mulai saling dipertukarkan. Hubungan antara satu rumah tangg dengan rumah tangga lainnya menjadi semakin beraneka ragam. Masing-masing rumah tangga itu semakin maju dan melahirkan sebuah tatanan masyarakat baru, yang dalam perkembangan selanjutnya akan membentuk rumah tangga kota.

3. Rumah tangga bangsa Adanya hubungan antara kota dan kota lainnya menyebabkan timbulnya rumah tangga bangsa. Rumah tangga bangsa merupakan satu kesatuan ekonomi yang meliputi suatu negara. Hubungan kota dengan kota diperlancar dengan semakin baiknya sarana dan prasarana perhubungan dan keamanan. Alat-alat pemuas kebutuhan yang dihasilkan semakin beraneka ragam dan dalam jumlah yang semakin banyak, baik jenis maupun jumlahnya ini, maka muncullah perusahaan-perusahaan. 4. Rumah tangga dunia Kemajuan yang dicapai oleh suatu rumah tangga bangsa berbeda dengan rumah tangga bangsa lainnya, baik dalam teknologi produksi, efisiensi, jenis maupun jumlah barang. Akibatnya, barang-barang yang dihasilkan oleh suatu rumah tangga bangsa mulai mengalir ke rumah tangga bangsa lainnya sehingga daerah-daerah pemasaran yang baru, karena kelebihan produksi, tidak lagi dapat mengkonsumsikan sendiri. Dalam masa inilah dikenal adanya perdagangan internasional.

b. Pertumbuhan ekonomi menurut Friedrich List Friedrich List membagi pertumbuhan ekonomi masyarakat berdasarkan teknik produksi. Teknik produksi merupakan peralatan dan tara cara yang digunakan untuk menghasilkan alat pemuas kebutuhan. Tingkat-tingkat pertumbuhan tersebut yakni sebagai berikut : 1. masa berburu dan mengembara, 2. masa beternak dan bertani, 3. masa pertanian dan kerajinan, dan 4. masa kerajinan/industri dan masa perniagaan Pada masa berburu dan mengembara, masyarakat menghasilkan alat pemuas kebutuhan dengan mengambil hasil-hasil alam tanpa pengolahan terlebih dahulu. Penduduk tinggal pada tempattempat yang berpindah-pindah. Namun, akibat pertambahan penduduk dan kesulitan-kesulitan yang dialami, lama kelamaan penduduk mulai mendiami suatu tempat secara tetap. Alat pemuas kebutuhan tidak lagi diharapkan semata-semata dari hasil-hasil alam tetapi mulai dilakukan pengolahan alam dengan bertani memeliharan ternak dan bercocok tanam. Pengolahan alam dengan cara beternak dan bercocok tanam lambat laun juga berkembang menjadi pengolahan yang lebih luas seperti kerajinan dan industri. Pada masa ini produksi tidak lagi semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi mulai untuk kepentingan pasar.

c. Pertumbuhan ekonomi menurut Werner Sombart Werner Sombart mebagi pertumbuhan ekonomi maasyarakat berdasarkan susunan organisasi dan ideologi masyarakat. Pembagian tingkat-tingkat pertumbuhan tersebut yakni sebagai berikut : 1. Zaman perekonomian tertutup Pada masa ini pengadaan alat-alat pemuas kebutuhan semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pertukaran barang dengan masyaraka tertutup lainnya sama sekali tidak dikenal. Mereka juga tidak mau menerima orang lain diluar kelompoknya. 2. Zaman kerajinan dan pertukangan Pertambahan penduduk yang semakin banyak serta kemajuan dalam peradaban masyarakat, menyebabkan timbulnya kebutuhan-kebutuhan yang semakin beraneka ragam, dan kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi sendiri. Oleh karena itu mulailah muncul pembagian kerja berdasarkan keahlian masing-masing. Hasil produksi dan keahlian ini mulai saling dipertukarka. Namun hubungan pertukaran ini semata-mata masih untuk saling memenuhi kebutuhan dan bukan untuk mencari keuntungan. Hubungan orang dengan orang lain masih bersifat kekeluargaan, bersifat saling membantu dan melengkapi. 3. Zaman Kapitalis Pada zaman ini mulailah muncul perusahaan-perusahaan yang menghimpun berbagai nkeahlian dalam masyarakat. Hubungan individu tidak lagi didasarkan pada kekeluargaan, tetapi berubah menjadi hubungan antara pemilik modal dengan para pekerja yang menjual tenaga dan keahliannya. Produksi tidak lagi untuk memenuhi kebutuhan semata-mata, tetapi berubah menjadi pencarian keuntungan. Oleh karena itu, struktur masyarakat berubah sesuai dengan kepemilikan modal (kapital), misalnya majikan dan buruh. Karena segala aktivitasnya didasarkan pada faktor modal atau kepital, zaman ini kemudian dikenal dengan nama zaman Kapitalis. Pada zaman kapitalis ini juga terjadi tingkatan-tingkatan, yaitu : a. Zaman Kapitalis Purba b. Zaman Kapitalis Madya c. Zaman Kapitalis Raya d. Zaman Kapitalis Akhir (zaman Sosialisme)

d. Teori pertumbuhan Adam Smith Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith berkaitan dengan dua unsur pertumbuhan, yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan output dipengaruhi oleh tiga unsur pokok yaitu : 1. sumber-sumber alam 2. sumber-sumber tenaga kerja (jumlah penduduk) 3. jumlah modal

Menurut Adam Smith, sumber-sumber alam jumlahnya terbatas, sehingga pertumbuhan ekonomi dibatasi oleh batas maksimal dari sumber alam tersebut. Untuk tercapainya pertumbuhan output, sumber alam ini harus dimanfaatkan oleh tenaga kerja dan modal yang ada. Namun penduduk merupakan unsur yang pasif dalam proses pertumbuhan. Menurut Adam Smith, penduduk akan bertambah jika kebutuhan tenaga kerja bertambahdan tingkat upah yang diterima oleh tenaga kerja itu lebih dari jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan saja (tingkat upah subsistensi). Oleh karena itu, peranan terbesar dalam pertumbuhan ekonomi yakni modal.

Tenaga kerja harus berspesialisasi dan harus dilakukan. Spesialisasi semakin tinggi jika jumlah modal semakin banyak, dan output pun semakin tinggi pula. Misalnya, dengan adanya mesinmesin, tenaga kerja dapat dispesialisasikan sesuai dengan kemampuannya untuk menggunakan mesin-mesin tersebut, dan itu berarti akan mempertinggi hasil.Sedangkan modal semakin tinggi jika pasar semakin luas, dan tingkat keuntungan yang diperoleh semakin tinggi. Namun pertumbuhan ini akan macet (stationer) jika sumber-sumber alam yang ada telah digunakan secara maksimal dan yang tersisa hanya mencukupi kebutuhan penduduk saja, sehingga keuntungan tidak lagi ada. Oleh karena itu, modal dan output tidak lagi tumbuh, artinya jumlah penduduk yang lahir sama dengan jumlah penduduk yang meninggal.

Secara garis besar, teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith dapat dirumuskan sebagai berikut : pertumbuhan output akan terjadi jika jumlah modal semakin besar dan terjadi spesialisasi dan pembagian kerja. Spesialisasi dipertinggi karena semakin tingginya modal. Modal semakin tinggi jika tingkat keuntungan semakin besar yang dapat dicapai dengan memperluas pasar. Perluasan pasar terjadi jika tingkat upah meningkat dan pertumbuhan penduduk semakin besar. Pada suatu ketika, pertumbuhan ekonomi akan mandeg jika output yang ada hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk saja, sehingga tidak lagi diperoleh keuntungan.

e. Teori Pertumbuhan Ekonomi David Ricardo Dalam mempelajari teori pertumbuhan ekonomi Ricardo, ingatlah kembali bekerjanya The Law of DeminishingReturn. Teori pertumbuhan ekonomi Ricardo ini secara garis besar tidak berbeda dengan teori pertumbuhan Adam Smith. Perbedannya terletak pada penggunaan alat analis mengenai distribusi pendapatan dalam penjabaran mekanisme pertumbuhan dan penempatan peranan sektor pertanian yang lebih jelas.

Ciri-ciri perekonomian menurut Ricardo sebagai berikut : 1. tanah terbatas jumlahnya 2. tenaga kerja berubah (bertambah atau berkurang) sesuai dengan perubahan tingkat upah minimal, atau yang sering disebut tingkat upah alamiah 3. akumulasi modal terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka untuk melakukan penanaman modal 4. kemajuan teknologi terjadi terus menerus dari waktu ke waktu 5. sektor pertanian dominan

Karena keterbatasan tanah, pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menyebabkan produk marginalnya semakin turun. Akibatny, upah juga menjadi turun. Tenaga kerja akan terus bertambah jika penurunan upah tersebut belum mencapai tingkat upah alamiah. Tingkat upah alamiah adalah tingkat upah yang hanya cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidup saja. Jika upah sudah berada di bawah tingkat upah alamiah, maka penduduk tidak akan bertambah lagi, bahkan menurun. Akumulasi modal dan teknologi, menurut David Ricardo, berguna untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, artinya bisa memperlambat bekerjanya The Law of Deminishing Return, sehingga juga memperlambat penurunan tingkat upah. Dengan demikian, pertumbuhan akan terjadi jika terjadi akumulasi modal secara terus-menerus dan terjadi kemajuan teknologi yang terus menerus pula. Teknologi hanya bisa diperoleh dengan adanya akumulasi modal. Namun pada suatu ketika pertumbuhan ini akan mandeg akibat terbatasnya sumber-sumber alam. Situasi mandeg (stationer) seperti itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. tingkat output konstan (berhenti berkembang); 2. jumlah penduduk konstan; 3. pendapatan per kapita konstan (akibat jumlah penduduk dan output yang konstan); 4. tingkat upah berada pada tingkat upah alamiah;

5. tingkat keuntungan berada pada tingkat keuntungan minimal; 6. akumulasi modal berhenti

f.

Teori Pertumbuhan Harrod-Domar Harrod (1939) dan Domar (1947) membahas tentang peranan investasi dalam jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Harrod-Domar pengeluaran investasi mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan juga terhadap penawaran. Investasi dalam jangka panjang akan menambah stok kapital, misalnya pabruk, jalan dan sebagainya. Teori Harrod-Domar ini merupakan perkembangan dari teori Keyness. Keyness berpendapat bahwa investasi mempengaruhi permintaan, tetapi tidak mempengaruhi penawaran. Menurut Harrod-Domar setiap pertambahan stok modal melalui investasi masyarakat kan meningkatkan kemampuan (potensi) masyarakat untuk menghasilkan output. Kemampuan menghasilkan output disebut output potensial. Output potensial tidak sama dengan output yanbenar-benar diproduksikan. Output yamng diproduksi akan tergantung pada permintaan. Jika permintaan lemah, output yang diproduksi akan lebih rendah daripada output potensial. Jika permintaan kuat, output yang diproduksi akan mendekati atau sama dengan output potensial. Ini berarti seluruh kapasitas produksi akan terpakai.

g. Teori Solow-Swan Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan yang mirip dengan model Harrod-Domar. Tetapi, karena model yang dikembangkan olek kedua orang tersebut sama, mam disebut teori Solow-Swan. Ada empat anggapan yang melandasi model Solow-Swan, yaitu : 1. tenaga kerja (jumlah penduduk) tumbuh dengan laju tertentu; 2. ada kecenderungan menabung dari masyarakat; 3. seluruh tabungan masyarakat diinvestasikan; 4. adanya fungsi produksi Q = f (K,L) yang berlaku bagi setiap periode, artinya untuk menghasilkan suatu produksi dapat digunakan berbagai kombinasi antara modal (K) dan tenaga kerja (L)

h. Teori Pertumbuhan Menurut Aliran Baru Teori pertumbuhan yang akan dibahas disini adalah teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh pemenang hadiah Nobel, W. W. Rostow. Menurut Rostow proses pertumbuhan dapat dibedakan atas lima tahap dan setiap negara di dunia ini dapat digolongkan ke dalam salah satu diantaranya. Tahap-tahap pertumbuhan tersebut dikaji atas : 1. masyarakat tradisional (the traditional society); 2. prasyarat untuk lepas landas ( the preconditions for take off); 3. lepas landas (the take off) 4. tingkat kematangan (maturity); 5. masa konsumsi tinggi ( the age of high mass consumption) Yang dimaksud dengan masyarakat tradisional adalah mayarakat yang dalam kehidupannya masih menggunakan cara-cara yang sangat sederhana (primitif), cara berpikirnya tidak rasional, kebiasaan hidupnya didasarkan pada warisan dari nenek moyang . Oleh karena hal-hal tersebut, tingkat produktivitas pun sangat terbatas. Dalam keadaan seperti itu Rostow mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi akan menyebabkan terjadinya perubahan segala aspek kehidupan mereka.

Pada masa transisi : 1. Masyarakat mulai sadar terhadap pentingnya pembangunan ekonomi 2. Lebih terbuka terhadap ide-ide baru demi kemajuan hidupnya. Masa itu disebut sebagai masa peralihan atau prasyarat lepas landas. 3. Peranan ilmu pengetahuan pada masa itu sudah mulai aktif.

Setingkat diatas masa peralihan dinamakan masa lepas landas. Masa ini ditandai oleh adanya: 1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat 2. Industri dan jasa 3. Pendayagunaan sumberdaya manusia secara optimal

Biasanya, setelah industri berkembang dengan pesat, suatu negara mulai mapan kehidupan ekonominya, artinya : 1. Sifat ketergantungan kepada negara lain telah dapat diatasi. Masa itu disebut sebagai masa perekonomian yang matang. 2. Negara yang telah matang kehidupan perekonomiannya biasanya telah mampu memanfaatkan segala sumberdaya, baik alam maupun manusiasecar maksimal. Masa ini

juga ditandai dengan adanya kritik terhadap berbagai hasil industrialiasi dan mulai menonjolkan peranan bidang jasa dalam kehidupan ekonominya. Tahap akhir menurut pandangan Rostow yakni tahap konsumsi tinggi. Pada tahap ini masyarakat hanya tinggal memikirkan kesehjahteraan saja, berbagai masalah produksi dan distribusi dikesampingkan. Maka ini ditandai dengan adanya : 1. perluasan pengaruh atau kekuasaan ke negara lain 2. upaya secara terencana bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat dengan mencukupi segala kebutuhan hidupnya.

2.3

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kegiatan ekonomi suatu daerah secara umum dapat digambarkan melalui kemampuan daerah tersebut menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan hidup masyarakat yang diindikasikan dengan (PDRB). PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Penyajian PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. Nilai PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah pergeseran dan struktur perekonomian daerah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dapat mencerminkan perkembangan riil ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun yang digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi.

b. Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai tambah yaitu output dikurangi biaya antara, dari barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara atau daerah tertentu dalam jangka waktu tertentu pula yang biasanya satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) lapangan usaha yaitu : 1. Pertanian, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan,

4. Listrik dan Air Bersih, 5. Konstruksi/Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.

c. Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara atau daerah dalam jangka waktu tertentu yang biasanya satu tahun. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan yang semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

d. Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir seperti : (1) Pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) Konsumsi pemerintah, (3) Pembentukan modal tetap bruto, (4) Perubahan stok, dan (5) Ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor.

e. PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita PDRB per kapita merupakan ukuran yang lebih tepat karean telah memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatn perkapita dapat diketahui dengan membagi PDB dengan jumlah penduduk. cara pengukurannya dengan ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan di atas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

2.4 Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Pengertian pendapatan asli daerah menurut undang-undang RI No. 25 tahhun 1999 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dalam rangka kelancaran pembangunan daerah maka dibentuk daerah otonomi ditingkat kabupaten agar dapat dilaksanakan pembangunan sesuai kemampuan dan pemberdayaan daerah. Pembiayaan belanja pembangunan juga tergantung pada sumber pendapatan asli daerah.

A. Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah Menurut Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1999, Yaitu: a) Hasil pajak daerah Pajak daerah adalah pungutandaerah menurut peraturan pajak yang ditentukan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya digunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum pemerintah yang balas jasanya tidak secara langsung diberikan, sedang pelaksanaannya dapat dipaksakan. b) Hasil Retribusi Daerah Retribusi daerah merupakan pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah yang bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat : pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walaupun memenuhi persyaratan formil dan materiil, tetapi tetap ada alternatif untuk mau tidak mau membayar, merupakan pungutan yang bersifat budgetetairnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk sesuatu tujuan tertentu, tetapi dalam banyak hal retribusi daerah tidak lebih dari pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.

c) Hasil Perusahaan Milik Daerah Dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Hasil perusahaan milik daerah yang merupakan pendapatan daerah adalah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan, sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan daerah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambahkan penghasilan daerah, memberi jasa,

penyelenggaraan kemanfaatan umum umum, dan mengembangkan perekonomian daerah.

d) Lain-lain pendapatan daerah yang sah Yaitu pendapatan-pendapatan lain yang tidak termasuk ke dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan dinas-dinas. Lain-lain pendapatan daerah yang sah mempunyai sifat pembuka kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi dalam hal kegiatan tersebut bertujuan untuk menunjang, melampangkan atau memantapkan suatu kebijakan pemerintah daerah suatu bidang tertentu.

e) Dana perimbangan Dana perimbangan diperoleh melalui bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari sektor pedesaan, perkotaan, perkebunan, pertambangan dari sumber daya alam serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

f) Pinjaman daerah Pinjaman daerah adalah pinjaman dalam negeri yang bersumber dari pemerintah, lembaga komersial atau penerbitan obligasi daerah dengan diberitahukan kepada pemerintah sebelum tidaknya usulan pinjaman daerah diproses lebih lanjut. Sedangkan yang berwenang mengadakan dan menanggung pinjaman daerah adalah kepala daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah atas persetujuan DPRD.

g) Lain-lain pendapatan asli daerah Pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan yang berasal dari sumber lain, misalnya: sumbangan dari pihak ketiga kepala daerah tingkat I atau daerah tingkat II dan lain-lain yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Peranan Pendapatan Asli Daerah Berdasarakan undang-undang No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dijelaskan bahwa untuk membiayai pembangunan daerah, penerimaannya bersumber dari: Pendapatan asli daerah (pajak, retribusi, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah). Pemerintah daerah melakukan upaya maksimal dalam pengumpulan pajak-pajak retribusi daerah. Besarnya penerimaan daerah dari sektor PAD akan sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan didaerah serta dapat mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat sesuai dengan harapan yang diinginkan dalam otonomi daerah.

2.5

Tenaga Kerja

Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah laju pertumbuhan angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan. Tingginya angkatan kerja di suatu daerah secara langsung dapat menggerakan perekonomian daerah tersebut. Hal sebaliknya dapat mengakibatkan timbulnya masalah sosial. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti persentase angkatan kerja yang bekerja, dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna dalam melihat prospek ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah benar-benar digerakan oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan kemampuan daya beli. Peningkatan pendapatan penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang lengkap.

2.6

Teknologi
Teknologi merupakan perkembangan suatu media / alat yang dapat digunakan dengan lebih

efisien guna memproses serta mengendalikan suatu masalah.

a. Kemajuan Teknologi dan Pertumbuhan Ekonomi Sejarah telah membuktikan bahwa penemuan dan kemajuan teknologi terus berlangsung sehingga dapat meningkatkan kemungkinan produksi (production possibility) baik di Eropa, Amerika Utara maupun di Jepang. Kemajuan teknologi ditandai dengan adanya perubahan proses produksi, diperkenalkannya produk baru, ataupun peningkatan besarnyaoutput dengan menggunakaninput yang sama. Penemuan yang telah dapat meningkatkan produktivitas tersebut diantaranya mesin uap, motor bakar, proses Bessener untuk memproduksi baja, dan mesin jet. Secara fundamental kemajuan teknologi termasuk juga penemuan produk seperti telepon, radio, televisi, dan pesawat terbang. Kemajuan teknologi yang sangat pesat dewasa ini dipacu oleh ditemukannya peralatan elektronika dan komputer. Penemuan baru ini merupakan terobosan yang besar dalam kemajuan teknologi, namun kemajuan teknologi juga merupakan proses yang masih terus menerus berlanjut. Salah satu tolok ukur dari kemajuan teknologi ini dapat dilihat dari jumlah hak patent yang terus bertambah. Pada masa lalu teknologi diasumsikan tetap sepanjang waktu. Sehingga seluruh variabel pertumbuhan per kapita akan tetap untuk jangka panjang. Asumsi ini tidak sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi. Model Harrod-Domar tentang pertumbuhan juga didasarkan pada asumsi bahwa koefisien produksi bersifat tetap. Begitu juga Model Neoklasik masih menganggap kemajuan teknologi bersifat eksogen. Kendrik, Kaldor, dan Solow antara lain merupakan pengkritik terhadap pendekatan ini (Jhingan, 1999). Sebelum membahas model kemajuan teknologi akan dibahas dulu mengenai kemajuan teknologi yang bersifat netral dan tidak netral yang akan melandasi model tersebut.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang penelitian Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi yang sudah diteliti oleh peneliti lain. Dengan penelusuran penelitian terdahulu maka akan dapat dipastikan ruang yang didapat oleh penelitian ini. Beberapa penelitian mengenai Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi,antara lain:

1. Keriahen Tarigan Alumnus S2 PWD SPs USU melakukan penelitian yang dibentuk dalam bentuk tesis dengan judul PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN SEKTOR-SEKTOR BERPOTENSI YANG DAPAT DIKEMBANGKAN DI PEMERINTAH KOTA MEDAN. Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah: untuk mengetahui pelaksanaan perimbangan keuangan era otonomi daerah di Pemerintah Kota Medan dan mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lainlain pendapatan asli daerah yang sah dan otonomi daerah terhadap PAD. Model analisis yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS). Model yang digunakan dalam analisis adalah model persamaan ekonometrika dengan spesifikasi model, yaitu : Ln Y = Ln o + 1Ln X1 + 2 Ln X2 + 3Ln X3 + 4 Ln X4 + 5D +..(1)

Dimana: Y = Pendapatan Asli Daerah (PAD)(Rp/bulan) X1 = Hasil pajak daerah (Rp/bulan) X2 = Retribusi daerah (Rp/bulan) X3 = Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (Rp/bulan) X4 = Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah (Rp/bulan) D = Dummy variabel untuk melihat pengaruh otonomi daerah terhadap PAD (0 sebelum otonomi dan 1setelah otonomi) = Error term o = Intercept 1-5 = Koefisien Regresi

Hasil Penelitian: 1. Pelaksanaan perimbangan keuangan era otonomi daerah di Pemerintah Kota Medan berlaku mulai tahun 2002 yang terdiri dari: - Pos bagi hasil pajak meliputi; pajak bumi dan bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), bagi hasil pajak penghasilan pasal 21. - Pos bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam meliputi; Iuran hak pengusaha hutan, pungutan hasil perikanan, minyak bumi, dan gas alam. - Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Pelaksanaan perimbangan keuangan tersebut di Pemerintahan Kota Medan telah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Pendapatan Asli Daerah meliputi variabel; pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, lain-lain PAD yang sah dan otonomi daerah, berpengaruh signifikan secara statistik pada pengujian = 5% terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Medan. 3. Hasil pengujian statistik secara serentak (Uji F), variabel bebas meliputi; pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, lain-lain PAD yang sah dan otonomi daerah memberikan pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (PAD) di Pemerintah Kota Medan. 4. Sektor yang berpotensi atas PAD di Pemerintahan Kota Medan untuk dapat dikembangkan adalah: a. Pajak daerah; pajak penerangan jalan b. Retribusi daerah meliputi: - Retribusi Rumah Sakit Umum Pirngadi - Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah - Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan - Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan

2. Dony ardhani (2006) melakukan penelitian yan disusun dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh Faktor Tenaga Kerja Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Kulonprogo. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi, untuk menganalisis pengaruh faktor pengeluaran rutin pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi , untuk menganalisis pengaruh faktor pengeluaran pembangunan pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kulonprogo. Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda (multiple regression) dengan metode kuadrat terkecil atau ordinary least square (OLS). Metode analisis yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antar variable terikat dan

variable bebasnya adalah dengan menggunakan model regresi berganda (multiple regression) dengan model persamaan : LogGR = 0 + 1LogTK + 2LogPR + 3LogPP + Et......

Keterangan :

GR 1- 3

= Pertumbuhan Ekonomi (variabel dependen) = Intersep atau Konstanta = Koefisien Regresi

TK = Tenaga Kerja PR PP Log Et = Pengeluaran Rutin Pemerintah Daerah = Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Daerah = Logaritma = Gangguan Stokhastik (Disturbance Term)

Hasil Penelitian :

Setiap peningkatan Tenaga Kerja sebesar 1 %, maka dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,479 %, dan bersifat inelastis. Pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulonprogo menunjukkan hasil yang positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di Kabupaten Kulonprogo untuk periode 1999-2006 ternyata masih mampu diserap oleh lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga peningkatan jumlah tenaga kerja selama kurun waktu tersebut, mampu memberikan peranan yang positif dan signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulonprogo.

Setiap peningkatan pengeluaran rutin sebesar 1 %, maka dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,11 % dan bersifat inelastis. Pengaruh pengeluaran rutin terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulonprogo menunjukkan hasil yang positif dan signifikan.

Setiap peningkatan Pengeluaran Pembangunan sebesar 1 %, maka dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar -0,02 % dan bersifat inelastis.Pengaruh pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulonprogo menunjukkan hasil yang

negatif dan tidak signifikan. Berdasarkan pengamatan dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain, yang menyebabkan variabel pengeluaran pembangunan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi adalah kebijkan anggaran yang dialokasikan untuk pengeluaran pembangunan tersebut belum sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.

3.

Wisnu Wijaya Putra (2007) melakukan penelitian yang dibentuk dalam bentuk tesis dengan judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kota Malang. Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah: untuk mengetahui pengeluaran rutin pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi, untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi, untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi, untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya terhadap pertumbuhan ekonomi tahun berjalan, dan untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kabupaten simalungun. Model analisis yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS). Model yang digunakan dalam analisis adalah model persamaan ekonometrika dengan spesifikasi model, yaitu : PE = + 1 PP + 2 PR + 3 TK + 4 PE(-1) + .... (1)

Dimana:

PE PR PP TK 3

= pertumbuhan ekonomi yang diproxy dengan PDRB (rupiah) = pengeluaran rutin pemerintah daerah (rupiah) = pengeluaran pembangunan pemerintah daerah (rupiah) = jumlah tenaga kerja yang bekerja pada semua sektor (orang)

PE(-1) = pertumbuhan ekonomi sebelumnya yang diproxy PDRB (rupiah) = koefisien regresi = variabel gangguan (error term)

Hasil Penelitian: Pertumbuhan ekonomi di kota Malang menunjukkan pertumbuhan yang relatif meningkat pasca krisis moneter walaupun laju pertumbuhannya masih relatif rendah dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi sebelum krisis moneter. Dalam kontribusi sektoral, sektor pertanian mendominasi dalam pembentukan PDRB kota Malang. Dalam kueun waktu 1997-2003, perkembangan laju pertumbuhan ekonomi di kota Malang masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perkembangan laju pertumbuhan tenaga kerjanya. Untuk variabel jumlah tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kota Malang dengan tingkat kepercayaan 90% dan 99%. Dari hasil estimasi tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah di kota Malang, baik pengeluaran pembangunan maupun pengeluaran rutin belum dapat memberikan dampak yang berarti dalam menggerakkan roda perekonomian di kota Malang.

3.

Kerangka Penelitian
Pertumbuhan ekonomi adalah tujuan paling penting untuk gambaran kemakmuran suatu wilayah. Suatu wilayah atau Negara dapat dikatakan makmur dan sejahtera jika secara makro tingkat laju pertumbuhan wilayah tersebut tinggi. Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapatnya kenaikan dalam pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam penelitian ini hal-hal yang akan diteliti adalah pengaruh teknologi yang diukur melalui tingkat modal (PAD) dan tingkat tenaga kerja yang diduga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sehingga dalam penelitian ini diperlukan suatu uji statistik untuk menguji dan

menganalisis apakah benar-benar variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah yang akan diteliti.

3.1

Bagan

Berdasarkan landasan teori pada tinjauan pustaka diatas, maka secara skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Tingkat modal (PAD)

Teknologi

Pertumbuhan ekonomi

Tingka Tenaga Kerja

3.2

Metode penelitian
Model analisis yang digunakan dalam penelitian Karya ilmiah ini adalah dengan

menggunakan metode ordinary least square (OLS). Model yang digunakan dalam analisis adalah model persamaan ekonometrika dengan spesifikasi model, yaitu :

PDRB = F (T) = F (K/L).(1) Pe (PDRB) Dimana: Pe o 1 K L K/L = Pertumbuhan ekonomi yang di proyeksikan dengan PDRB = Intersep atau Konstanta = Koefisien Regresi = Tingkat capital yang diproyeksikan dengan PDA = Tingkat tenaga kerja = Tingkat teknologi yang di ukur melalui K/L = variabel gangguan (error term) = o + 1 (K/L) + (1.1)

4. Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguhubungkan dua variabel atau lebih (J. Supranto, 1997). Setelah adanya kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho = Tingkat capital (PAD) dan tingkat tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan menciptakan tingkat teknologi di Provinsi DKI Jakarta. H1 = Tingkat teknologi yang diukur dari (PAD dan Tenaga Kerja) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang di ukur melalui PDRB di Provinsi DKI Jakarta.

5. Daftar Pustaka
1. Laporan Keteranagn Pertanggung Jawaban 2008-2010, PAD dan Keadaan Tenaga Kerja, Gubernur Provinsi DKI Jakarta

2. Badan Pusat Statistik, 2010. PDRB Indonesia tahun 2010. Indonesia.

3. Tambunan, 2001, Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris, PT.Ghalia Indonesia, Jakarta.

4. Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi daerah. BPFE. Yogyakarta

5. Boediono, 1981, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE Yogyakarta.

6. Sukirno, Sadono (2004), Makro Ekonomi, PT. RajaGrafindo Persada.

7. Sukirno, Sadono (1985). Teori Makro Ekonomi, FE UI, Jakarta

8. Keriahen Tarigan, PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN SEKTOR-SEKTOR BERPOTENSI YANG DAPAT DIKEMBANGKAN DI PEMERINTAH KOTA MEDAN, Tesis Alumnus S2 PWD SPs USU .

9. Dony ardhani (2006), Pengaruh Faktor Tenaga Kerja Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Kulonprogo, Penelitian dalam bentuk Skipsi.

10. Wisnu Wijaya Putra (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kota Malang, penelitian yang dibentuk dalam bentuk tesis.

6. Ucapan Terimakasih Penyusunan karya ilmiah ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:

1. ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan innayah-Nya serta kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. 2. Bapak Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si selaku dosen Ekonomi Wilayah Dan Kota sekaligus Pembimbing karya ilmiah ini. 3. Bapak dan Ibu yang telah memberikan cinta dan dukungan moril maupun materil kepada penulis. 4. Teman-teman Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan Kelas A angkatan 2009 atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya dalam penulisan karya ilmiah ini.

You might also like