You are on page 1of 61

Disusun oleh :

PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PENGAUASAAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT KELAS IV (EMPAT) DAN PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP JUAL BELI BAGI SISWA KELAS V (LIMA) SD NEGERI 18 SIBAU HILIR KECAMATAN PUTUSSIBAU SELATAN KABUPATENKAPUAS HULU

Disusun Oleh :

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PERBAIKAN

Judul Laporan

: Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang dalam

Pembelajaran Matematika Kelas IV (empat) dan Penerapan Membaca Pemahaman dalam Materi Cerita bagi Siswa Kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Nama Mahasiswa NIM Program Studi Pokjar Masa Registrasi Tempat Penelitian : : : : : : YUSENI HAYATI 816998778 S.1 PGSD UT Putussibau 2010.1 SD Negeri 18 Nanga Enap

Putussibau, 21 Juni 2010 Mengetahui : Supervisor,

Mahasiswa/Peneliti,

M. AMIN, S.Pd. NIP 19630613 198902 1 001

YUSENI HAYATI NIM 816998778

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) dengan judul Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang

dalam Pembelajaran Matematika Kelas IV (empat) dan Penerapan Membaca Pemahaman dalam Materi Cerita bagi Siswa Kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap yang merupakan salah satu syarat dalam Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) pada Universitas Terbuka UPBJJ Pontianak. Semoga dalam laporan ini dapat memberikan pencerahan kita semua dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional di Indonesia. Penelitian dilakukan di SD Negeri 18 Nanga Enap, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini telah diupayakan kemampuan dan pendukung lainnya yang memungkinkan, tetapi kekurangan dan kekhilafan baik dari segi materi, kata, dan penulisan semata-mata karena kekurangan dan keterabatasan yang ada pada saya sendiri sebagai penulis.
Dalam pelaksanaan laporan ini dapat disusun berkat kerjasama semua pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Universtas Terbuka - UPBJJ Pontianak. Bapak M. AMIN, S.Pd. sebagai Supervisor. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kapuas Hulu. Bapak YOSEPH WEMPI selaku Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap. Ibu ASTERIA, A.Ma. sebagai teman sejawat. Rekan-rekan Putussibau. sekelompok mahasiswa praktik Kelompok Belajar

Sebagai ungkapan rasa syukur atas segala bantuan, bimbingan serta kritik dan masukan dari semua pihak akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga niat kita untuk melangkah kearah perbaikan dalam memajukan dunia pendidikan senantiasa mendapat ridha dan bimbingan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Putussibau, Juni 2010 Penulis,

YUSENI HAYATI NIM 816998778

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI .. BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah . C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran . D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran BAB II KAJIAN PUSTAKA .. A. Pendidikan dan Pembelajaran 1. 2. Metode Pembelajaran Pengertian Pendidikan dan Pembelajaran . .. 10 1. 2. Mata Pelajaran Matematika ... Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 10 11 16 16 16 16 17 17 17 18 19 20 21 21 i ii iv 1 1 5 5 6 7 7 7 8

B. Mata Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia di SD

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN . A. Subjek Penelitian 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. Waktu dan Lokasi Penelitian . Mata Pelajaran yang Diteliti .. Karakteristik Kelas dan Siswa .. Perencanaan dan Pelaksanaan .. Pengamatan dan Pengumpulan Data . Instrumen .. Refleksi ..

B. Deskripsi Per-Siklus .

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per-Siklus ..

B. Pembahasan .. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN . A. Kesimpulan B. Saran . DAFTAR PUSTAKA . LAMPIRAN

26 28 28 29 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain suatu hasil keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas ialah menggunakan media pembelajaran sebab kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya adalah komunikasi, dalam proses komunikasi ini guru berperan sebagai komunikator yang akan menyampaikan pesan kepada siswa, agar pesan itu dapat diterima dengan baik oleh siswa, maka perlu suatu alat yaitu media pembelajaran. Pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan harus dimiliki oleh seorang guru. Dr. Oemar Hamalk (1989), mengemukakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan intEnapsi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Lahirnya UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, telah memberikan angin segar dan mempertegas produk Undang-Undang sebelumnya, terutama kaitannya dalam usaha pembaruan dan peningkatan mutu pendidikan. Dalam usaha pembaruan dan peningkatan mutu pendidikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran merupakan salah satu kunci pokok. Dalam program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa, serta sebagai sarana pengembangan bernalar dan pelatihan pemecahan masalah (Depdikbud, 1993:1). Karakteristik kurikulum menggambarkan adanya situasi belajar bahasa dalam latar alami. Pembelajaran bahasa yang berlatar alami tidak dilakukan dengan pengkotakkan keterampilan berbahasa. Pembelajaran seperti ini mengutamakan keutuhan, kewarisan, keterpaduan, kebermaknaan, relevan, disesuaikan dengan konteks, lingkungan belajar diupayakan seperti lingkungan anak di rumah yang bersifat belajar menyenangkan dan dapat menghormati dorongan setiap individu pembelajaran (Suyono, 1995).

Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu untuk membuat suatu proses perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam hal ini tentang pengerjaan bangun ruang sederhana dan bangun datar diperlukan pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika bagi siswa Kelas IV (empat) SD Negeri 18 Nanga Enap, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Pada pembelajaran Matematika dengan materi bangun ruang sederhana dan bangun datar dalam pemecahan masalah menunjukkan hasil belajar siswa masih rendah dan tingkat penguasaan materi bervariatif, dari 19 siswa kelas IV (empat) hanya 6 siswa yang mendapat nilai di atas KKM dan 13 siswa masih belum mencapai nilai yang ditetapkan sesuai KKM. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa perlu untuk mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan Pengunaan Alat Peraga Bangun Ruang dalam Materi Bangun Ruang Sederhana dan Bangun Datar. Dalam pemecahan masalah tersebut terutama yang berkaitan dengan materi bangun ruang sederhana dan bangun datar pada mata pelajaran Matematika di Kelas IV (empat) SD Negeri 18 Nanga Enap, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Dari aspek-aspek pengajaran Bahasa Indonesia, salah satunya adalah membaca. Menurut Kurikulum Bahasa Indonesia membaca adalah tindakan yang dilakukan dengan melihat, dengan memikirkan, dan memahami isi dari apa yang ada dalam tulisan. Tujuan utama pembelajaran dengan materi cerita adalah guru dapat menciptakan suatu kondisi atau situasi yang mendukung siswa untuk belajar membaca, dan semua ini dapat dilaksanakan apabila guru dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yang bisa diterima oleh siswa sehingga mendapatkan hasil yang positif. Dalam konteks pendidikan modern, pengajaran berorientasi kepada aktivitas siswa belajar (learning activity oriented) dimana siswa berperan sebagai subjek pengajaran, termasuk proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Hal ini tentu saja menuntut dukungan fasilitas dan sumber belajar yang memadai. Aktivitas siswa akan berkembang apabila tersedia berbagai sumber belajar yang relevan dan terkoordinasi. Oleh karena itu perlu ditata dan digali

berbagai alternatif sumber belajar yang ada, mulai saat mereka mengikuti jam efektif pembelajaran, di perpustakaan sekolah, lingkungan belajar lainnya, media pembelajaran yang disediakan, serta orang-orang yang menjadi pendukung dan pendamping yang selalu memotivasi aktivitas belajarnya, dalam hal ini guru dan siswa secara menyeluruh. Namun kecenderungan yang terjadi di lapangan, setelah dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia, guru masih menggunakan metode yang fasif dan tidak bervariasi, sehingga siswa tdak termotivasi untuk aktif belajar membaca. Selain itu faktor kemampuan yang dimiliki siswa sangatlah kurang, diantaranya keinginan untuk menggali ilmu dari membaca, dan kurangnya fasilitas dan buku teks yang digunakan, guru hanya terpaku pada buku paket saja. Dari hasil pengajaran dilapangan/indentifikasi masalah yang didapat maka kseimpulannya meliputi ketuntasan belajar individual meningkat, dari 21 kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap, hanya 7 siswa yang mendapat nilai di atas KKM atau tuntas, sedangkan 14 siswa yang lainnya belum mencapai KKM atau belum tuntas. Maka dari permasalah tersebut penulis melakukan penelitian dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang proses belajar mengajar di kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap melalui Penerapan Membaca Pemahaman dalam Materi Cerita, tentunya memberikan pencerahan bagi peserta didik sehingga siswa dapat menyampaikan kembali isi cerita yang dicabakan dengan lafal dan intonasi yang tepat. Dari kesemua proses yang telah dilakukan, apapun bentuknya, memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai hasil yang dapat memberikan kepuasan. Begitu pula proses pembelajaran yang diselenggarakan dengan tujuan agar siswa mencapai pemahaman yang optimal terhadap materi yang diajarkan serta mendapat nilai hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Untuk upaya tersebut perlu dilakukan peningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi ajar yang akan disampaikan. Kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu materi ajar, dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya

ialah kurangnya penggunaan metode pembelajaran yang sesuai. Demi meningkatkan pemahaman peserta didiknya, guru yang ideal senantiasa berupya dengan berbagai strategi, termasuk di antaranya ialah dengan menggunakan metode belajar yang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Dalam penerapanya metode belajar juga harus sesuai dan dapat untuk mempermudah pencapaian hasil belajar yang diharapkan. Penerapan metode yang tepat akan membuat peserta didik lebih termotivsi, lebih aktif, dan lebih mudah mencerna ilmu pengetahuan yang diberikan gurunya selama proses pembelajaran, serta membuat proses pembelajaran yang lebih menyenangkan dan tidak membosankan peserta didik Mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran utama eksak dan non-eksak di sekolah dasar. Pembelajaran mata pelajaran ini biasa diajarkan secara konvensional hampir di setiap sekolah dasar, dengan metode klasik, seperti ceramah, yang pada umumnya kurang memanfaatkan metode lain dalam prosesnya, sehingga menciptakan kejenuhan dalam lingkungan belajar. Pada prosesnya, pembelajaran macam ini kurang membentuk sikap antusias pada diri siswa. Siswa cenderung bosan dan kurang memahami dengan hanya mendengakan dan mendengarkan. Dan hal tersebut menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu materi ajar. Untuk menciptakan suasana belajar yang disukai oleh siswa, guru perlu melakukan suatu inovasi. Salah satunya ialah dengan memilih dan menggunakan metode belajar yang lebih menarik dan untuk mempermudah proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran serta dapat lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Dari apa yang telah di paparkan di atas, penulis merasa terarik untuk mengadakan penelitian pada kedua mata pelajaran tersebut. Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang untuk pembelajaran Matematika kelas IV (empat) dalam materi bangun ruang sederhana dan bangun datar, sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah Penerapan Membaca Pemahaman dalam Materi Cerita bagi Siswa Kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap, Kecamatan Putussibau Selatan.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang dicarikan jawabannya melalui penelitian, yang dirumuskan dalam suatu kalimat pertanyaan, merupakan hal yang dipertanyakan. (Arikunto, 2006 : 61) Melalui acuan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merasa perlu untuk menyusun suatu rumusan masalah penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut, apakah dengan penggunaan alat peraga pada pembelajaran Matematika untuk siswa kelas IV (empat) dan penerapan membaca pemahaman pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas V (lima) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari rumusan masalah tersebut, maka muncul pertanyaan masalah sebagai berikut : 1. 2. Bagaimana penggunaan alat peraga bangun ruang pada materi bangun ruang sederhana dan bangun datar ? Apakah penggunaan alat peraga angun ruang dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi bangun ruang sederhana dan bangun datar ? 3. 4. Bagaimana penerapan membaca pemahaman pada materi cerita ? Benarkah dengan penerapan membaca pemahaman dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi cerita ? C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran Tujuan penelitian merupakan keinginan yang ada pada peneliti untuk halhal yang akan dihasilkan oleh peneliti, dirumuskan dalam kalimat pernyataan, merupakan jawaban yang ingin dicari. (Arikunto, 2006 : 61) Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, penulis menentukan tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. 2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan alat peraga bangun ruang pada materi bangun ruang sederhana dan bangun datar. Untuk mengetahui apakah penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan pehaman siswa pada materi bangun ruang sederhana dan bangun datar.

3. 4.

Untuk mengetahui bagaimana penerapan membaca pemahaman pada materi cerita. Untuk mengetahui apakah penerapan membaca pemahaman dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi cerita.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran Sebagai harapan dari manfaat hasil penelitian nantinya akan dapat memberikan sumbangan untuk kemajuan ilmu pengetahuan, dimana hal tersebut merupakan follow up kesimpulan. Penulis juga menaruh harapan yang cukup tinggi untuk masa mendatang agar pendidik (guru), khususnya guru Kelas, di masa mendatang dapat lebih termotivasi dan inovatif dalam memilih dan menerapkan metode belajar untuk menumbuhkembangkan minat dan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran. Melalui cara yang cepat dan terencana dalam menemukan dan mempersiapkan metode belajar saat ini, guru dapat memanfaatkan kesempatan dan sarana yang ada demi kemajuan dan peningkatkan mutu pendidikan. Yang menjadi harapan utama penulis disini agar siswa lebih tertarik dan lebih terpancing untuk belajar lebih giat dan aktif, khususnya pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia, dengan dimanfaatkannya penggunaan alat peraga bangun ruang dan penerapan membaca pemahaman sebagai media pembelajaran yang dapat memicu siswa untuk belajar lebih optimal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan dan Pembelajaran 1. Pengertian Pendidikan dan Pembelajaran Dari apa yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan menggunakan kata education, yang biasanya dihubungkan dengan pendidikan di sekolah. Kata education, berhubungan dengan kata dari bahasa Latin Educere yang berarti mengeluarkan suatu kemampuan. Karena itu, pendidikan berarti membimbing untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam diri anak (Sadulloh, 2007 : 2). Menurut McLeod yang termaktub dalam buku Psikologi Pendidikan karangan Muhibbin Syah (2008 : 10) dinyatakan bahwa : Pendidikan bararti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan Rupert C. Lodge, dalam buku Metodologi Pengajaran Agama Islam karangan Ahmad Tafsir (2008 : 5), dinyatakan bahwa : Dalam pengertian yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Sedangkan dalam arti sempit, ia berpendapat bahwa pendidikan adalah pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Marimba, dalam buku Metodologi Pengajaran Agama Islam karangan Ahmad Tafsir (2008 : 5), mendefinisikan pendidikan : Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si pendidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Belajar merupakan proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Terdapat tiga atribut pokok belajar, yaitu : proses, perilaku, dan pengalaman (Winataputra, 2006 : 2.3). Sikun Pribadi, guru besar IKIP Bandung, berpendapat : Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotor semata. (Tafsir, 2008 : 7) Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari komponen-komponen berikut : tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, media, sumber belajar, dan evaluasi. Yang menjadi komponen utama dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, karena semua komponen lainnya mengacu kepada tujuan pembelajaran. Karena itu, untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran, hal yang harus dirumuskan pertama kali adalah tujuan pembelajaran. (Sutikno, 2008 : 37). Tujuan utama belajar adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu anak didik untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Apa yang dipelajari dalam situasi tertentu harus memungkinkannya untuk memahami hal-hal lain. Belajar hanya akan terjadi dengan kegiatan anak didik itu sendiri. Anak didik bukanlah bejana yang harus diisi oleh guru dengan berbagai pelajaran. 2. Media Pembelajaran Pemahaman media cukup luas, namun yang dapat penulis ungkapan bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara garis besar, media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa sebagai peserta didik nantinya akan mampu memperoleh dan mengamalkan pengetahuan, keterampilan, atau sikap dalam lingkungan kehidupannya. Dalam aktifitas pembelajaran, media dapat difinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa cerita dan pengetahuan dalam intEnapsi yang berlangsung antara pendidik dengan siswa. (Sutikno, 2008 : 101)

Akhmad Sudrajat dalam artikel Media Pembelajaran (http://akhmad sudrajat/wordpress.com/, 12 Januari 2008) menyebutkan berbagai jenis media belajar, diantaranya : a. b. c. d. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komit Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya Projected still media : slide, projector, dan sejenisnya Projected motion media : film, televisi, vido (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya Terdapat beberapa karakteristik media, antara lain : a. b. c. d. e. f. Kemampuan dalam menyajika gambar (presntation) Faktor ukuran (size) ; besar atau kecil Faktor warna (color) ; hitam putih atau berwarna Faktor gEnap : diam atau bergEnap Faktor bahasa : tertulis atau lisan Faktor ketertiban antara gambar dan suara : gambar saja, suara saja, atau gabungan antara gambar dan suara. Winataputra (2005 : 5.5.) pembelajaran, yaitu : a. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil bila siswa turut aktif dalam pembelajaran tersebut, dan hal ini hanya dapat terjadi dengan adanya media. b. Salah satu temuan menyatakan bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui indera memiliki komposisi sebagai berikut : 1) 75% melalui penglihatan (visual) 2) 13% melalui pendengaran (audio) 3) 6% melalui sentuhan 4) 6% melalui penciuman dan pengecap. mengemukakan beberapa alasan mengapa media pembelajaran sangat penting sehingga harus terintegrasi dalam proses

c.

Temuan lainnya menunjukkan bahwa pengetahuan yang dapat diingat seseorang antara lain bergantung pada melalui indera apa ia memperoleh pengetahuannya.

Sebagai mediator, guru harus mampu memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan tujuan, materi, metode, dan evaluasi, serta tetap bertujuan untuk memperlancar pencapaian tujuan dan mampu menarik minat siswa. Media alat peraga merupakan salah satu jenis media yang paling disukai peserta didik, terutama peserta didik usia anak-anak (tingkat Sekolah Dasar). Media alat peraga lebih memudahkan mereka dalam memahami materi pembelajaran, apalagi peserta didik kelas bawah yang sebagian besar belum lancar baca tulis. Menilik pada pernyataan Winataputra di atas, dapat dilihat bahwa media visual memiliki peranan yang paling besar dalam memudahkan peserta didik untuk memperoleh cerita. B. Mata Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar 1. Mata Pelajaran Matematika Mamtematika dalam bahasa Yunani : mathematika, secara umum dintetukan sebagai kajian pola dari struktur, perubahan, dan ruang ; tak resminya, seseorang dapat mengatakannya sebagai penulisan bilangan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang mengaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika ; pandanga lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikus sering mempunyai sesuatu yangberasal dari ilmu pengetahuan alam, sangat umum di fisika, tetapi mathematikus juga menegaskan dan menyelidiki struktur untuk sebab hanya dalam ilmu pasti, bagi beberapa sub-bagian, atau alat membantu untuk perhitungan biasa. Akhirnya, banyak matematikus belajar bidang dilakukan mereka untuk sebabyang hanya estetis saja, melihat ilmu pasti sebagai bentuk seni dari Matematikada sebagai ilmu praktis atau terapan.

Secara umum, semakin kompleks suatu fenomena, semakin kompleks pula alat (dalam hal ini jenis matematika) yang melalui berbagai perumusan (model matematikanya) diharapkan mampu untuk mendapatkan atau sekedar mendekati solusi eksak seakurat-akuratnya. Tingkat kesulitan suatu jenis atau cabang matematika bukan disebabkan oleh jenis atau cabang matematika itu sendiri, tetapi disebabkan oleh sulit dan kompleksnya fenomena yang solusinya diusahakan dicari atau didekati oleh perumusan (model matematikanya) dengan menggunakan jenis atau cabang matematika tersebut. Sebaliknya berbagai fenomena fisik yang mudah diamati, misalnya jumlah penduduk seluruh Indonesia, tak memerlukan jenis atau cabang matematika yang canggih. Kemampuan aritmatika sudah cukup untuk mencari solusi (jumlah penduduk) dengan keakuratan yang cukup tinggi. Dalam topik pembahasan matematika, terdapat satu topik yang paling mendasar, yaitu bangun ruang. Bangun ruang ialah bangun geometri yang memiliki tiga dimensi. Materi bangun ruang ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari. Namun, pada proses pembelajaran yang dilaksanakan siswa akan sulit memahaminya, apalagi jika tidak didukung dengan sarana berupa alat peraga yang sesuai. 2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kemampuan Membaca : Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan fcerita semakin maju dan berkembang dengan pesat. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan tersebut menimbulkan dampak bagi kehidupan, khususnya bagi siswa, bak dampak negatif maupun dampak positif. Bagi siswa yang memiliki motivasi dan minat belajar yang kurang sudah tentu membuat siswa tersebut menjadi malas untuk belajar. Setiap siswa mempunyai perbedaan baik pada taraf kecerdasan ataupun kemampuan berfikir, juga berbeda dalam menyimpan, menyerap, serta menerapkan ilmu pengetahuan. Mereka juga dapat berbeda dalam cara pendekatan terhadap situasi belajar, menerima pelajaran, serta bagaimana mereka mereskon metode pelajaran tertentu.begitu pula dengan kemampuan membaca pada anak,

antara siswa yang satu dengan yang lainnya berdasarkan taraf kecerdasan dan kemampuan berfikirnya akan terdapat perbedaan pada mereka. Oleh karena itu perlu diperhatikan bagaimana mereka memperoleh, menyimpan serta menerapkan hasil bacaannya. a. Pengertian Membaca Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit dan melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi perlu juga melibatkan aktivitas visual, befikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalamkata-kata lisan. Dalam proses befikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kristis dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca katakata dengan menggunakan rumus (Rawley dan Mountain, 1995 dalam M. Hafidz Jamil 2008:8). Membaca adalah intEnapsi dengan bahasa yang sudah dialihkodekan dalam tulisan, bahasa yang dialihkodekan dalam tulisan teks. Teks merupakan area isi pembelajaran menulis, artinya peningkatan kemampuan siswa untuk terampil membaca hanya bisa dilaksanakan apabila siswa belajar berintEnapsi melalui teks. Melalui sebuah teks siswa dapat mengetahui : 1) sistem penulisan dalam suatu bahasa, 2) konteks komunikasi, apa yang terjadi, siapa yang terlibat (pelaku), dan kaidah bahasa apa yang digunakan, 3) proses pilihan semantik (a proses of semantic choices), dan 4) pesan sosial yang dikemas dalam tulisan. Untuk meningkatkan kemampuan siswa di SD terampil membaca, guru harus dapat menghadirkan teks yang sesuai dengan pertimbangan tersebut. Membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pesan/cerita yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Soerdarso (1993 dalam M. Hafidz Jamil 2008:9) mengemukakan bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah mencakup penggunaan khayalan, pengamatan,

dan ingatan. Pendapat Hodgson 1960 dalam Tim Dosen UPI 2008:98 membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan melalui media katakata/bahan tulis. b. Proses Membaca Proses membaca merupakan kegiatan yang komplek dan rumit. Ada sejumlah aspek yang dituntut dari pembaca. Aspek-aspek itu adalah : 1) aspek sensori, yakni kemampuan membaca untuk memahami simbolsimbol teks, 2) aspek perseptual, yakni kemampuan pembaca unuk meninterprestasikan simbol-simbol teks (apa yang dilihat dan apa yang tersirat), 3) aspek skemata, yakni kemampuan pemabaca untuk menghubungkan pesan tertulis dengan struktur pengetahuan dari pengalaman yang telah ada, 4) aspek berfikir, yakni kemampuan pembaca untuk membuat isferensi dan evaluasi dari teks, dan 5) aspek efektif, yakni kemampuan pembaca untuk membangkitkan dan menghubungkan minat dan motivasi dengan teks yang dibaca. Kelima aspek tersebut harus menciptakan suatu hubungan yang berimbang (harmonis) pada saat proses membaca, sehingga itu membentuk intEnapsi dengan penulis melalui teks yang dibacakan. c. Tujuan Membaca Setiap pembelajaran pasti mempunyai tujuan begitu juga dengan membaca, karena seorang yang membaca dengan suatu tujuan cenderung lebih memahami dibandingkan dengan yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri. Adapun tujuan membaca tersebut mencakup : 1. 2. 3. 4. 5. Kesenangan; Menyempurnakan membaca nyaring; Menggunakan strategi tertentu; Memperbaharui pengetahuan tentang suatu rubrik; Mengaitkan cerita baru denan cerita yang lama;

6. 7. 8.

Memperoleh cerita untuk laporan lisan atau tertulis; Mengceritakan atau menolak prediksi; Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan cerita yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari struktur teks;

9.

Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton, dkk, dan Irwin Burns dkk, 1996 dalam M. Hafidz Jamil 2008;10).

d. Fungsi Kurikulum dalam Kegiatan Membaca Sudirman dkk dalam M. Hafidz Jamil (2008;13) menjelaskan bahwa ada tiga macam fungsi kurikulum dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan, yaitu : Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional melalui tujuan intruksional, tujuan kurikuler, dan tujuan institusional. Kurikulum merupakam pedoman yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan pendidikan. Kuriklum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Penerapan Membaca Pemahaman : Dalam membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara instensif dan bisa memahami pesan yang disampikan oleh penulis melalui tulisan atau wacana, sehingga pembaca benar-benar dapat mengerti dan menyimpulkan isi dari wacana yang dibacanya. Seperti yang telah di tegaskan sebelumnya bahwa suatu kegiatan membaca pehaman bertujuan untuk menemukan ide pokok dalam wacana untuk mendapatkan cerita dari wacana dengan bahasanya sendiri tanpa gagasan yang tertuang dalam wacana tersebut. Siswa merasa tertantang untuk menangkap suatu cerita melalui bacaan dan mampu mengungkapkan ide pokok suatu wacana hasil

temuannya. Dari kajian teori ini dan dalam kerangka berfikir di atas, dengan harapan melalui pembelajaran dengan menggunakan wacana dapat meningkatkan aktivitas Membaca Pemahaman siswa kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap.

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN A. Subjek Penelitian 1. Waktu dan Lokasi Penelitian a. Mata Pelajaran Matematika (Eksak) Proses pelaksanaan dan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri 18 Nanga Enap Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu pada 8 dan 15 Juni 2010. Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk setiap pertemuan adalah sebagai berikut : 1) Selasa, tanggal 8 Juni 2010 perbaikan pembelajaran Siklus I, waktu 2 x 35 menit. 2) Selasa, tanggal 15 Juni 2010 perbaikan pembelajaran Siklus II, waktu 2 x 35 menit. b. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Non Eksak) Proses pelaksanaan dan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri 18 Nanga Enap Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu pada 10 dan 17 Juni 2010. Jadwal Pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk setiap pertemuan adalah sebagai berikut : 1) Kamis, tanggal 10 Juni 2010 perbaikan pembelajaran Siklus I, waktu 2 x 35 menit. 2) Kamis, tanggal 17 Juni 2010 perbakan pembelajaran Siklus II, waktu 2 x 35 menit. 2. Mata Pelajaran Yang Diteliti Mata pelajaran yang dilakukan perbaikannya pada penelitian ini adalah mata pelajaran Matematika (Eksak) kelas IV (empat) dan Bahasa Indonesia (Non Eksak) kelas V (lima) semester 2. Untuk mata pelajaran Matematika, mengangkat materi Bangun Ruang Sederhana dan Bangun Datar, sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, mengangkat materi Cerita.

3.

Karakteristik Kelas dan Siswa Yang Diteliti Kelas yang menjadi subjek penelitian adalah kelas IV (empat) untuk

mata pelajaran Matematika dan kelas V (lima) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dari kedua rombongan belajar tersebut pelaksanaannya di SD Negeri 18 Nanga Enap, dengan jumlah siswa kelas IV (empat) 19 orang, yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan, untuk jumlah siswa kelas V (lima) 19 orang, yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Secara umum kegiatan proses pembelajaran di kelas ini hampir selalu berlangsung lancar dan kondusif. Lokasi sekolah yang berada di lingkungan pedesaan dan jauh dari jalan raya perkotaan sehingga membuat proses belajar sehari-hari lebih nyaman, tidak terganggu oleh kebisingan. Namun tetap saja perlu diadakan tindakan lebih lanjut guna terus meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas ini. Bila dilihat dari sudut prestasi akademik, untuk mata pelajaran Matematika di kelas IV (empat) ini dapat dibagi ke dalam tiga karakter, yaitu 4 siswa berprestasi, 8 siswa sedang, dan 7 siswa kurang berprestasi, sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V (lima) ini dapat dibagi ke dalam tiga karakter juga, yaitu 4 siswa berprestasi, 10 siswa sedang, dan 7 siswa kurang berprestasi Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dan mengurangi jumlah siswa yang kurang berprestasi. B. Deskripsi Per-Siklus 1. Perencanaan dan Pelaksanaan Penggunaan alat peraga bangun ruang dalam materi bangun ruang sederhana dan bangun datar pada pembelajaran Matematika dan penerapan membaca pemahaman dalam materi cerita pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentunya dapat membantu memperjelas materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa, sehingga pesan guru sebagai mediator dan pasilitator dalam konteksnya sebagai tenaga pendidik dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam proses perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media gambar adalah sebagai berikut :

a.

Mata Pelajaran Matematika (Eksak) 1) Mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya sebagai kegiatan awal. 2) Membimbing siswa dalam penggunaan alat peraga bangun ruang sederhana dan bangun datar. 3) Mengkondisikan siswa dalam mengerjakan LKS. 4) Mengadakan tanya jawab tentang penggunaan alat peraga bangun ruang sederhana dan bangun datar. 5) Menyimpulkan materi. Sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa, yaitu kurangnya

perhatian siswa pada proses pembelajaran maka yang menjadi perhatian dalam perbaikan pembelajaran matematika adalah memotivasi siswa dengan menggunakan alat peraga bangun ruang sederhana dan bangun datar. b. Mata pelajaran Bahasa Indonesia (Non Eksak) 1) Mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya sebagai kegiatan awal. 2) Membahas materi pelajaran dengan penerapan membaca pemahaman mengenai isi cerita. 3) Memberi motivasi kepada siswa menjawab lembaran LKS. 4) Membimbing siswa mengerjakan LKS. 5) Memberi pengayaan kepada siswa yang telah menguasai materi. Sesuai dengan masalah yang dihadapi bahwa siswa tidak mau dan tidak mampu menjawab pertanyaan dari guru. Maka yang menjadi perhatian dalam perbaikan pembelajaran IPS adalah memotivasi siswa dengan media gambar agar mau dan mampu menjawab pertanyaan secara aktif dan efesien. 2. Pengamatan dan Pengumpulan Data Pembelajaran Matematika tentang konsep penjumlahan bilannan bulat dilaksanakan di semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010. Dari hasil evaluasi belajar Matematika sejumlah 19 siswa di kelas IV (empat) SD Negeri 18 Nanga Enap diperoleh data bahwa yang mendapatkan nilai tertinggi hanya 6 siswa, dengan

tingkat penguasaan 47%. Hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Adapun yang menjadi penyebab siswa kurang memahami konsep materi matematika adalah penerapan pemahaman yang tidak jelas dan guru memberikan contoh yang tidak bisa diaplikasikan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi kesulitan yang timbul tersebut, maka diperlukan sarana pendukung pembelajaran. Sebagai alternatifnya maka digunakan alat peraga gambar garis bilangan, dimana pendekatan ini bertitik tolak pada hal-hal yang bersifat nyata bagi siswa. Dengan penggunaan media gambar garis bilangan, diharapkan dapat memotivasi siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Demikian juga untuk pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia tentang transportasi masa lalu dan masa kini di semester II pada siswa kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap, Tahun Pelajaran 2009/2010. Dari sejumlah 21 siswa, hanya 7 siswa yang mendapat nilai tertinggi, dengan tingkat penguasaan 52%. Dari masalah yang timbul maka dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media gambar untuk memperlancar tercapainya tujuan belajar yang lebih baik dan sesuai harapan. 3. Instrumen Penelitian dan proses perbaikan ini menggunakan instrumen dalam bentuk tes prestasi belajar yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui dan mengukur pecapaian hasil belajar siswa, serta berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengamati bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan. Serentetan tes, baik dalam bentuk pertanyaan dan latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki secara individu maupun kelompok. Tes prestasi adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari. (Arikunto, 2006 : 150). Sedangkan observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstandar. (Arikunto, 2006 : 222).

4.

Refleksi Dalam kegiatannya refleksi lebih dititikberatkan pada hal yang mendasar,

terutama bagaimana mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dimana pad setiap tahap refleksi tersebut, peneliti yang dibantu oleh supervisor dan teman sejawat selaku observer, harus dapat memberikan jawaban atas pertayaan mengapa, bagaimana, dan sejauh mana langkah pemberlajaran serta hasil pembelajaran yang dicapai selama proses belajar berlangsung. Dalam refleksi, data hasil pengamatan menjadi acuan utama dalam menentukan upaya dan tindakan yang akan dilakukan untuk perbaikan pembelajaran pada tahap berikutnya.

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per-Siklus 1. Matematika (Eksak) Pelaksanaan perbaikan mata pelajaran Matematika kelas IV (empat) SD Negeri 18 Nanga Enap dilakukan dua siklus. Pada setiap siklus, penulis mengadakan suatu observasi sederhana untuk melihat tingkat motivasi dan keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran. Berikut keadaan tingkat motivasi dan keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran. Tabel 1 Lembar Hasil Observasi Tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Matematika
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Nama Siswa Agus Guntoro Danu Kesuma Dewi Rakinah Fransisca Iset Jossevin Justina Gaulan Klara Dumai Markus Junit Merry Sondang Mixsianus Lunsa Nafisha Nanda Muhardika Ricodery Hubang Septelia Angun Teresia Tiyon Utin Mauliana Utin Maulidia Verony Anoy Sebelum ++ + + ++ + + + + ++ Hasil Perbaikan Siklus I Siklus II ++ ++ ++ + ++ + + ++ ++ ++ ++ ++ + ++ ++ + ++ ++ ++ ++ ++ + ++ ++ + + ++ + + ++ Ket.

Keterangan : (- = kurang)

(+ = cukup)

(++ = baik)

Data di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai motivasi dan keaktifan siswa sejak sebelum perbaikan, siklus pertama, hingga siklus kedua. Hal ini relevan dengan keadaan nilai hasil belajar yang didapat pada setiap akhir pembelajaran, sebagaimana berikut : Tabel 2 Daftar Nilai Tes Akhir Pembelajaran Matematika
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Nama Siswa Agus Guntoro Danu Kesuma Dewi Rakinah Fransisca Iset Jossevin Justina Gaulan Klara Dumai Markus Junit Merry Sondang Mixsianus Lunsa Nafisha Nanda Muhardika Ricodery Hubang Septelia Angun Teresia Tiyon Utin Mauliana Utin Maulidia Verony Anoy Jumlah Rata-rata Ersentase Keberhasilan Sebelum 70 65 60 55 70 50 55 65 60 45 30 60 65 45 55 75 40 35 55 1055 55,53 47% Hasil Perbaikan Siklus I Siklus II 75 85 70 65 55 70 60 65 75 70 55 40 70 70 55 55 80 50 45 65 1190 62,63 63% 70 75 65 75 75 75 85 75 60 55 75 80 65 60 85 60 60 70 1350 71,05 95% KKM = 55 Ket.

Grafik 1 Nilai Rata-Rata hasil BelajarSiswa Pada Pembelajaran Matematika

Pada siklus pertama, nilai yang diperoleh masih kurang memuaskan, sehingga penulis melakukan refleksi dan beberapa perbaikan untuk siklus kedua termasuk penggunaan alat peraga bangun ruang di dalamnya. Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa seluruh siswa berhasil mecapai tujuan pada siklus kedua, dengan rata-rata nilai hasil belajar Matematika 71,05, dengan tingkat keberhasilan 95%. Maka pembelajaran Matematika mengalami kemajuan dan dapat dikatakan Tuntas.

2.

Bahasa Indonesia (Non Eksak) Pelaksanaan perbaikan mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V

(lima) SD Negeri 18 Nanga Enap dilakukan dua siklus. Pada setiap siklus, penulis mengadakan suatu observasi sederhana untuk melihat tingkat motivasi dan keatifan siswa terhadap proses pembelajaran. Berikut keadaan tingkat motivasi dan keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran. Tabel 3 Lembar Hasil Observasi Tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Nama Siswa Agus Septiawan Anastasia Tening Angeliana Lusia Ani Astuti Clara Domisianus Anyi Elpiadus Aldo Felix Fiqkri Pratama Fransiska Mery Imam Probowo Juliana B. Kristino Iset Liberta Oktayiani Luhung Maria Pet Nadiya Widiya Rio Sonia Veronika Rami Yongky Firmansyah Yulius Yery K. Sebelum ++ ++ + ++ ++ + ++ ++ ++ + + Hasil Perbaikan Siklus I Siklus II ++ ++ + ++ ++ + ++ + ++ + ++ + + ++ ++ + ++ + ++ + ++ ++ ++ ++ + + ++ + ++ ++ ++ + ++ ++ ++ ++ ++ ++ Ket.

Keterangan : (- = kurang)

(+ = cukup)

(++ = baik)

Data di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai motivasi dan keaktifan siswa sejak sebelum perbaikan, siklus pertama, hingga siklus kedua.

Hal ini relevan dengan keadaan nilai hasil belajar yang didapat pada setiap akhir pembelajaran, sebagaimana berikut : Tabel 4 Daftar Nilai Tes Akhir Pembelajaran Bahasa Indonesia
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Nama Siswa
Agus Septiawan Anastasia Tening Angeliana Lusia Ani Astuti Clara Domisianus Anyi Elpiadus Aldo Felix Fiqkri Pratama Fransiska Mery Imam Probowo Juliana B. Kristino Iset Liberta Oktayiani Luhung Maria Pet Nadiya Widiya Rio Sonia Veronika Rami Yongky Firmansyah Yulius Yery K. Jumlah Rata-rata Ersentase Keberhasilan

Sebelum
70 55 75 60 55 70 50 55 75 45 60 70 55 55 80 70 55 60 45 55 65 1280 60,95 52%

Hasil Perbaikan Siklus I Siklus II


75 60 80 70 60 80 55 60 75 55 65 75 65 60 85 75 60 70 50 65 75 1415 67,38 86% 80 60 95 85 70 90 65 65 85 60 75 85 70 65 95 85 70 80 55 70 85 1590 75,71 95%

Ket.

KKM = 60

Grafik 2 Nilai Rata-Rata hasil BelajarSiswa Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pada siklus pertama, nilai yang diperoleh masih kurang memuaskan, sehingga penulis melakukan refleksi dan beberapa perbaikan untuk siklus kedua termasuk penerapan membaca pehaman di dalamnya. Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa siswa berhasil mencapai tujuan belajar pada siklus kedua, dengan rata-rata nilai hasil belajar Bahasa Indonesia 75,71 dengan tingkat keberhasilan 95%. Maka pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami kemajuan dan dapat dikatakan Tuntas. B. Pembahasan Dari hasil analisis di atas, dapat diuraikan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pembelajaran Matematika Siswa memiliki masalah dalam hal motivasi dan keaktifan dalam belajar Matematika karena dengan sistem pembelajaran yang konvensional dan tidak maksimalnya penggunaan media belajar yang menarik Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis melakukan upaya perbaikan dengan penggunaan alat peraga bangun ruang. Upaya ini dilakukan dalam dua siklus bersama teman sejawat yang berperan sebagai obsever.

Pendekatan yang dilakukan ialah pada materi bangun ruang sederhana dan bangun datar, yang dalam pelaksanaannya penulis berusaha memanfaatkan alat peraga bangun ruang untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa, hingga dapat diperoleh hasil belajar yang maksimal. Nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran terus meningkat secara signifikan sejak sebelum proses perbaikan hingga akhir siklus kedua. Ini tergambarkan dengan peningkatan nilai hasil belajar 7,11 poin pada siklus pertama dan 8,42 poin pada siklus kedua. Adapun rata-rata pencapaian pada akhir siklus kedua adalah 71,05, dimana 95% siswa berhasil mencapai hasil belajar yang cukup memuaskan. Artinya ketuntasan belajar telah tercapai. 2. Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa memiliki masalah dalam hal minat dan perhatian dalam belajar Bahasa Indonesia karena dengan sistem pembelajaran yang konvensional dan kurang maksimalnya dalam pemilihan media belajar yang menarik. Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis melakukan upaya perbaikan dengan penerapan membaca pemahaman. Upaya ini dilakukan dalam dua siklus bersama teman sejawat yang berperan sebagai observer. Pendekatan yang dilakukan ialah pada materi cerita, yang dalam pelaksanaannya penulis berusaha menerapkan membaca pemahaman guna meningkatkan minat dan keatifan siswa, hingga dapat diperoleh hasil belajar yang maksimal. Nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran terus meningkat secara signifikan sejak sebelum proses perbaikan hingga akhir siklus kedua. Ini tergambarkan dengan peningkatan rata-rata nilai hasil belajar 6,43 poin pada siklus pertama dan 8,33 pada siklus kedua. Adapun hasil rata-rata yang dicapai pada akhir siklus kedua adalah 75,71, dimana 95% siswa berhasil mencapai hasil belajar yang cukup memuaskan. Artinya, ketuntasan belajar telah tercapai.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Secara keseluruhan hasil perbaikan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penggunaan alat peraga bangun ruang ternyata berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV (empat) SD Negeri 18 Nanga Enap. Hal ini diketahui dari peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus pertama sebesar 7,40 poin pada siklus pertama dan 9,60 poin pada siklus kedua, dengan 92% siswa berhasil mencapai ketuntasan belajar. Peningkatan skor siswa diasumsikan sebagai akibat dari perlakuan yang telah diberikan kepada siswa dengan penggunaan alat peraga bangun ruang. Dalam penerapan membaca pemahaman juga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap. Hal ini diketahui dari peningkatan rata-rata nilai hasil belajar pada siklus pertama sebesar 9,20 poin pada siklus pertama dan 8,20 pada siklus kedua, dengan 88% siswa berhasil mencapai ketuntasan belajar. Peningkatan skor siswa diasumsikan sebagai akibat dari penerapan membaca pemahaman pada proses perbaikan. Mengacu pada rumusan masalah penelitian : 1. Apakah penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sederhana dan bangun datar pada mata pelajaran Matematika ? 2. Apakah penerapan membaca pemahaman dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ? Hasil dari penelitian ini diperoleh jawaban sebagai berikut : a. Penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sederhana dan bangun datar pada mata pelajaran Matematika.

b.

Penerapan membaca pemahaman dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

B. Saran Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan, antara lain : 1. Dalam pelaksanaan pembelajaran pemilihan dan penggunaan alat peraga yang sesuai berkontribusi positif dalam perbaikan pembelajaran, dimana hal tersebut sangat diharapkan agar senantiasa dalam melakukan perbaikan pada setiap pembelajaran, misalnya pemilihan alat peraga dan media yang disesuaikan dengan materi yang digunakan. 2. 3. Meningkatkan inovasi dalam memajukan mutu pendidikan, terutama dalam hal pemilihan dan pemanfaatan alat peraga belajar. Sarana dan prasarana yang kurang seharusnya jangan dijadikan alasan untuk membuat tidak berinovasi, karena dengan media belajar yang kreatif bisa didapatkan dari berbagai sumber yang relatif murah, bahkan bisa juga tanpa biaya, dimana kita dapat memanfaatkan apa yang ada disekitar lingkungannya. 4. Usahakan untuk dapat meningkatkan kualitas guru kearah yang lebih profesional, sehingga pada akhirnya dapat dilakukan kegiatan yang berkelanjutan, terutama dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) yang telah terbentuk melalui gugus di daerah masing-maisng, serta dalam upaya saling berbagi pendapat dan tukar pengalaman selama menjadi seorang tenaga pendidik.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian : Satuan pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional. Sudrajat, Akhmad. Media Pembelajaran. http://akhmadsudrajat/wordpress.com/ tanggal 12 Januari 2008. Syah. Muhidin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mustaqim, Burhan. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas. Sadulloh, U. Robandi, B. Muharam, A. 2007. Pedagogik. Cipta Utama Syah, Muhibbin, 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Sutikno, M.S. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung Prospect. Winataputra, Udin S. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. _________. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. Depdiknas (2003). Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Kelas V Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Puskur Dit PTK-SD Ruseffendi, ET (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang.

Kepada : Kepala UPBJJ UT Pontianak di Pontianak

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NIP Tempat Mengajar Alamat Sekolah : : : : ASTERIA, A.Ma. 19840805 200604 2 022 SD Negeri 18 Nanga Enap Dusun Nanga Enap, Desa Cempaka Baru, Kecamatan Putussibau Selatan

Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat untuk mendampingi dalam pelaksanaan PKP atas nama : Nama NIM Program Studi Tempat Mengajar Alamat Sekolah Telepon : : : : : YUSENI HAYATI 816998778 S.1 PGSD SD Negeri 18 Nanga Enap Dusun Nanga Enap, Desa Cempaka Baru, Kecamatan Putussibau Selatan. : -

Demikian agar surat pernyataan inidapat digunakan sebagaimana mestinya.

Nanga Enap, 4 Juni 2010 Mengetahui : Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap, Teman Sejawat,

YOSEPH WEMPI NIP 19540503 197703 1 014

ASTERIA, A.Ma. NIP 19840805 200604 2 022

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NIM Program Studi Tempat Mengajar Pokjar Menyatakan bahwa : Nama Tempat Mengajar Jabatan : ASTERIA, A.Ma. : SD Negeri 18 Nanga Enap : Guru Kelas V (lima) : YUSENI HAYATI : 816998778 : S.1 PGSD : SD Negeri 18 Nanga Enap : Putussibau, Kec.Putussibau Selatan, Kab.Kapuas Hulu

Adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran, yang merupakan tugas Mata Kuliah PDGK 4501 Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP). Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Nanga Enap, 5 Juni 2010 Teman Sejawat, Yang Memuat Pernyataan,,

ASTERIA, A.Ma. NIP 19840805 200604 2 022

YUSENI HAYATI NIM 816998778

SIKLUS 1 (PERTAMA)

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi waktu Standar Kompetensi 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar. Kompetensi Dasar 8.2 Indikator Menentukan jaring-jaring balok. Menentukan jaring-jaring kubus Menentukan jaring-jaring balok dan kubus. : Matematika : IV (empat)/2 (genap) : 2 x 35 menit

Hasil Belajar Siswa dapat menentukan jaring-jaring balok. Siswa dapat menentukan jaring-jaring kubus.

Tujuan Perbaikan Siswa memahami sifat bangun ruang dan dapat menentukan jaring-jaring balok dan kubus. Materi dan Metode Pembelajaran 1. 2. Materi a. b. Bangun ruang sederhana dan bangun datar. Informasi/Ceramah Demonstrasi Metode Pembelajaran

c. 1.

Tanya jawab ................................................................. (10 menit)

Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Awal a. b. 2. a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru meminta siswa menyediakan kemasan barang berbentuk balok. ................................................................... (50 menit) Guru meminta siswa memotong atau menyayat kemasan tersebut sepanjang rusuk-rusuknya sehingga terbuka, kemudian dibentangkan di meja. b. c. d. 3. Guru menjelaskan bahwa bangun datar yang terbentuk itulah yang dinamakan jaring-jaring balok. Guru menjelaskan bahwa jika sayatan rusuknya berbeda, akan menghasilkan jaring-jaring yang berbeda. Selanjutnya, guru meminta beberapa siswa menggambar bangun datar tersebut di papan tulis. Kegiatan Akhir a. b. ................................................................ (10 menit) Guru memberi kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhannya mengikuti proses belajar mengajar. Guru memberi tugas kepada siswa.

Kegiatan Inti

Alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. 2. Benda-benda yang ada di sekitar siswa. Buku Matematika Gemar Berhitung 4B halaman 9094.

Penilaian 1. Tertulis Contoh soal: Buatlah jaring-jaring kubus dan jaring-jaring balok masing-masing dua buah. 2. Kinerja/Perbuatan Sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa, minat belajar, keaktifan dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, serta keaktifan siswa

dalam proses belajar mengajar. 3. Penugasan/Proyek Guru memeriksa dan mengecek apakah tugas yang diberikan kepada siswa dapat terselesaikan dengan baik atau tidak. Lembar Evaluasi

Jaring-Jaring Kubus dan Balok


Bangun ruang kubus dan balok terbentuk dari bangun datar persegi dan persegi panjang. Gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus disebut jaring-jaring kubus. Sedangkan jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegi panjang yang membentuk balok.

Ayo Bermain
1. Bentuklah kelompok dengan kawan terdekatmu. Bawalah dari rumah sebuah kotak kardus berbentuk kubus dan sebuah kotak kardus berbentuk balok. Irislah beberapa rusuk kubus dan balok tersebut seperti yang ditunjukkan dengan gambar gunting pada gambar di bawah ini.

2.

3. 4.

Bukalah hasil guntingan terhadap kubus dan balok tersebut, kemudian ratakan. Benda apakah yang terjadi?

Nah kawan, tahukah kamu apa yang kamu lakukan dengan kegiatan ayo bermain di atas? Dari kegiatan tersebut, kamu telah membuat jaring-

jaring kubus dan balok. Bagaimana bentuk jaring-jaring kubus dan balok yang kamu peroleh? Coba kamu bandingkan dengan jaring-jaring kubus dan balok berikut !

Jaring-jaring kubus

Jaring-jaring balok

Nanga Enap, 8 Juni 2010 Mengetahui : Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap, Mahasiswa,

YOSEPH WEMPI NIP 19540503 197703 1 014

YUSENI HAYATI NIM 816998778

LEM BAR OBSERVASI SIKLUS 1 (Pertama)

Mata Pelajaran Kelas Semester Hari Tanggal Fokus Observasi

: : : :

Matematika IV (empat)/2 (genap) Selasa, 8 Juni 2010 Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang dalam Proses Pembelajaran
Kemunculan

No. 1. 2.

Aspek yang diobservasi Guru menyiapkan alat peraga. Guru menggunakan alat peraga yang telah disiapkan. Siswa secara bergilir mempraktikkan alat peraga yang telah tersedia. Alat peraga dapat membantu proses pembelajaran Siswa mendemontrasikan alat peraga yang tersedia. Siswa melakukan dan mempraktikkan alat peraga yang tersedia.

Ada

Tidak Ada -

Komentar Persiapan bahan dilakukan dengan baik. Siswa kurang berperan aktif dalam menyimak kegunaan alat peraga. Siswa belum seluruhnya kebagian mempraktikkan alat peraga. Hanya sebagian siswa yang merasa terbantu dengan alat peraga. Hanya sebagian siswa yang aktif. Dilakukan oleh sebagian siswa.

3.

4. 5. 6.

Pengamat Teman Sejawat,

ASTERIA, A.Ma. NIP 19840805 200604 2 022

SIKLUS 2 (KEDUA)

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi waktu Standar Kompetensi 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar. Kompetensi Dasar 8.2 Indikator Menentukan jaring-jaring balok. Menentukan jaring-jaring kubus Menentukan jaring-jaring balok dan kubus. : Matematika : IV (empat)/2 (genap) : 2 x 35 menit

Hasil Belajar Siswa dapat menentukan jaring-jaring balok. Siswa dapat menentukan jaring-jaring kubus.

Tujuan Perbaikan Siswa memahami sifat bangun ruang dan dapat membuat gambar kubus dan balok. Materi dan Metode Pembelajaran 1. 2. Materi a. a. b. c. Bangun ruang sederhana dan bangun datar. Informasi/Ceramah Demonstrasi Tanya jawab Metode Pembelajaran

Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal .. (10 menit) a. b. c. a. Guru memberi motivasi belajar kepada siswa. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru meminta siswa menyediakan kemasan barang berbentuk kubus. Guru meminta siswa memotong atau menyayat kemasan tersebut se panjang rusuk-rusuknya sehingga terbuka, kemudian dibentangkan di meja. b. c. d. Guru menjelaskan bahwa bangun datar yang terbentuk itulah yang dinamakan jaring-jaring kubus. Guru menjelaskan bahwa jika sayatan rusuknya berbeda, akan meng hasilkan jaring-jaring yang berbeda. Selanjutnya, guru meminta beberapa siswa menggambar bangun datar tersebut di papan tulis. 3. Kegiatan Akhir . (10 menit) Guru memberi tugas kepada siswa.

2. Kegiatan Inti (50 menit)

Alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. 2. Benda-benda yang ada di sekitar siswa. Buku Matematika Gemar Berhitung 4B halaman 9094.

Penilaian 1. Tertulis Contoh soal: Buatlah jaring-jaring kubus dan jaring-jaring balok masing-masing dua buah. 2. Kinerja/Perbuatan Sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa, minat belajar, keaktifan dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, serta keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.

3.

Penugasan/Proyek Guru memeriksa dan mengecek apakah tugas yang diberikan kepada siswa dapat terselesaikan dengan baik atau tidak.

Lembar Evaluasi

Ayo Dikusi
Adakah bentuk jaring-jaring kubus yang lain? Coba kamu selidiki dan diskusikan dengan kawan-kawanmu. Kemudian sampaikan hasil diskusimu kepada Ibu/Bapak Guru di kelas.

Ayo Berlatih
a. Mari menentukan manakah di antara gambar berikut yang merupakan jaring-jaring kubus.

b.

Meri menentukan manakah diantara gambar berikut yang merupakan jaring-jaring balok.

Nanga Enap, 15 Juni 2010 Mengetahui : Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap, Mahasiswa,

YOSEPH WEMPI NIP 19540503 197703 1 014

YUSENI HAYATI NIM 816998778

LEM BAR OBSERVASI SIKLUS 2 (Kedua)

Mata Pelajaran Kelas Semester Hari Tanggal Fokus Observasi

: : : :

Matematika IV (empat)/2 (genap) Selasa, 15 Juni 2010 Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang dalam Proses Pembelajaran
Kemunculan

No. 1. 2.

Aspek yang diobservasi Guru menyiapkan alat peraga. Guru menggunakan alat peraga yang telah disiapkan. Siswa secara bergilir mempraktikkan alat peraga yang telah tersedia. Alat peraga dapat membantu proses pembelajaran Siswa mendemontrasikan alat peraga yang tersedia. Siswa melakukan dan mempraktikkan alat peraga yang tersedia.

Ada

Tidak Ada -

Komentar Persiapan bahan dilakukan dengan baik. Siswa kurang berperan aktif dalam menyimak kegunaan alat peraga. Hampir keseluruh siswa kebagian mempraktikkan alat peraga. Hanya sebagian siswa yang merasa terbantu dengan alat peraga. Hanya sebagian siswa yang aktif. Dilakukan hampir semua siswa.

3.

4. 5. 6.

Pengamat Teman Sejawat,

ASTERIA, A.Ma. NIP 19840805 200604 2 022

SIKLUS 1 (PERTAMA)

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi waktu Standar Kompetensi Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca me- mindai, dan membaca cerita anak. Kompetensi Dasar Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat. : Bahasa Indonesia : V (lima)/2 (genap) : 2 x 35 menit

Indikator Membaca cerita. Mengajukan pertanyaan tentang isi cerita. Menjawab pertanyaan isi cerita. Menyimpulkan isi cerita.

Hasil Belajar Siswa dapat membaca cerita. Siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang isi cerita. Siswa dapat menjawab pertanyaan isi cerita. Siswa dapat menyimpulkan isi cerita.

Tujuan Perbaikan 1. 2. Dapat membaca cerita dengan benar dan baik. Dapat membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan dan menyimpulkan isi dari cerita. Materi dan Metode Pembelajaran 1. Materi

2.

Cerita Tanya jawab, latihan, pemberian tugas

Metode Pembelajaran

Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal .. (10 menit) a. 2. a. b. c. 3. a. b. Siswa dan guru bertanya jawab tentang isi cerita. Siswa membaca cerita. Siswa mengajukan pertanyaan tentang isi cerita. Siswa menjawab pertanyaan isi cerita. Siswa menyimpulkan isi cerita. Guru memberikan penilaian hasil evaluasi. Kegiatan Inti (50 menit)

Kegiatan Akhir (10 menit)

Alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. Teks cerita

Penilaian 1. 2. Jenis Tes Tes lisan dan tertulis Format Penilaian No. 1. 2. 3. Aspek Kebenaran jawaban Bahasa, ejaan dan tanda baca Penulisan dan ketepatan waktu Skor Maksimal 60 30 10

Pertanyaan Tes Lisan : Berdasarkan cerita yang kamu dengar tadi, jawablah secara lisan pertanyaan di bawah ini! Sebutkan judul cerita yang telah kamu dengarkan ! Siapa yang bermain biola ? Di mana pemain biola tinggal ? Bagaimana sikap penduduk terhadap suara biola ? Tinggal di kota mana pemain biola itu ? Siapa yang melarang diperdengarkan musik biola ? Mengapa pemain biola dibebaskan dari dakwaan padahal terbukti malam hari itu terdengar suara biola ? 8. Bagaimana tanggapan penduduk di lingkungan pemain biola setelah adanya suara biola ? 9. Bagaimana pula sikap pemain biola mejawab pertanyaan warga yang berkerumun di depan gubuknya ? 10. Apa sebenarnya pekerjaan pemain biola ? 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Nanga Enap, 10 Juni 2010 Mengetahui : Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap, Mahasiswa,

YOSEPH WEMPI NIP 19540503 197703 1 014

YUSENI HAYATI NIM 816998778

LEM BAR OBSERVASI SIKLUS 1 (Pertama)

Mata Pelajaran Kelas Semester Hari Tanggal Fokus Observasi

: : : :

Bahasa Indonesia V (lima)/2 (genap) Kamis, 17 Juni 2010 Penerapan Membaca Pemahaman dalam Proses Pembelajaran
Kemunculan

No. 1. 2.

Aspek yang diobservasi Guru menyiapkan cerita. Guru menggunakan buku cerita yang telah disiapkan. Siswa secara bergilir membaca cerita yang ada pada buku pelajaran. Dengan membaca pemahaman dapat membantu proses pembelajaran. Siswa mengulang untuk menceritakan isi cerita yang telah di baca. Siswa menuliskan kembali isi cerita dengan bahasa mereka sendiri.

Ada

Tidak Ada -

Komentar Persiapan bahan dilakukan dengan baik. Siswa kurang berperan aktif dalam menyimak cerita yang dibacakan. Siswa belum seluruhnya kebagian membacakan cerita. Belum semua dapat memahami penerapan membaca pemahaman. Hanya sebagian siswa yang aktif. Penggunaan tanda baca dan penulsan belum semua benar.

3.

4.

5.

6.

Pengamat Teman Sejawat,

ASTERIA, A.Ma. NIP 19840805 200604 2 022

SIKLUS 2 (KEDUA)

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi waktu Standar Kompetensi Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca me- mindai, dan membaca cerita anak. Kompetensi Dasar Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat. : Bahasa Indonesia : V (lima)/2 (genap) : 2 x 35 menit

Indikator Membaca cerita. Mengajukan pertanyaan tentang isi cerita. Menjawab pertanyaan isi cerita. Menyimpulkan isi cerita.

Hasil Belajar Siswa dapat membaca cerita. Siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang isi cerita. Siswa dapat menjawab pertanyaan isi cerita. Siswa dapat menyimpulkan isi cerita.

Tujuan Perbaikan 1. 2. Dapat membaca cerita dengan benar dan baik. Dapat membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan dan menyimpulkan isi dari cerita. Materi dan Metode Pembelajaran 1. Materi Cerita

2.

Metode Pembelajaran Tanya jawab, latihan, pemberian tugas

Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal .. (10 menit) a. Guru mengingatkan kembali materi pembelajaran yang sudah disampaikan. b. Siswa dan guru bertanya jawab tentang isi cerita. 2. Kegiatan Inti (50 menit) a. b. c. d. 3. a. b. c. Siswa membaca cerita. Menjawab pertanyaan tentang isi cerita yang didengar. Menentukan nama tokoh dan wataknya, latar cerita, tema, dan amanat. Menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kata-kata sendiri. Siswa menyimpulkan isi cerita. Guru memberikan penjasalan untuk siswa menjawab pertanyaaan isi cerita. Guru memberikan penilaian hasil evaluasi. Kegiatan Akhir (10 menit)

Alat, Bahan, dan Sumber Belajar 1. Teks cerita

Penilaian 1. 2. Jenis Tes Tes lisan dan tertulis Format Penilaian No. 1. 2. 3. Aspek Kebenaran jawaban Bahasa, ejaan dan tanda baca Penulisan Skor Maksimal 60 30 10

Tes Tertulis : Dengarkan kembali cerita yang dibacakan teman atau gurumu, kemudian kerjakan latihan di bawah ini! 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tulislah nama tokoh-tokoh dalam cerita itu ! Uraikan sifat/watak masing-masing tokoh yang ada dalam cerita yang telah kamu dengar ! Sebutkan latar cerita yang meliputi waktu dan tempat kejadian dalam cerita rakyat yang kamu dengar ! Apakah tema dari cerita yang kamu dengar ? Pesan apakah yang terdapat dalam cerita yang kamu dengar ? Ceritakan kembali cerita yang kamu dengar tadi menggunakan bahasamu sendiri !

Nanga Enap, 17 Juni 2010 Mengetahui : Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap, Mahasiswa,

YOSEPH WEMPI NIP 19540503 197703 1 014

YUSENI HAYATI NIM 816998778

LEM BAR OBSERVASI SIKLUS 2 (Kedua)

Mata Pelajaran Kelas Semester Hari Tanggal Fokus Observasi

: : : :

Bahasa Indonesia V (lima)/2 (genap) Kamis, 17 Juni 2010 Penerapan Membaca Pemahaman dalam Proses Pembelajaran
Kemunculan

No. 1. 2.

Aspek yang diobservasi Guru menyiapkan cerita. Guru menggunakan buku cerita yang telah disiapkan. Siswa secara bergilir membaca cerita yang ada pada buku pelajaran. Dengan membaca pemahaman dapat membantu proses pembelajaran. Siswa mengulang untuk menceritakan isi cerita yang telah di baca. Siswa menuliskan kembali isi cerita dengan bahasa mereka sendiri.

Ada

Tidak Ada -

Komentar Persiapan bahan dilakukan dengan baik. Siswa kurang berperan aktif dalam menyimak cerita yang dibacakan. Siswa belum seluruhnya kebagian membacakan cerita. Belum semua dapat memahami penerapan membaca pemahaman. Hanya sebagian siswa yang aktif. Penggunaan tanda baca dan penulsan belum semua benar.

3.

4.

5.

6.

Pengamat Teman Sejawat,

ASTERIA, A.Ma. NIP 19840805 200604 2 022

Membaca Cerita
Tutuplah bukumu, lalu dengarkan cerita yang akan dibacakan oleh teman-temanmu secara bergilir!

Ronin Pemain Biola


Ronin adalah pemain biola. Sejak kecil ayahnya mengajari Ronin bermain biola. Walaupun ayah ibunya sudah tiada, Ronin tak jemu menggesek biola. Baginya, bermain biola dapat mengusir sedih dan sepi. Akan tetapi, tidak semua orang senang mendengar bunyi biola. Saat Ronin datang ke kota Brolin, dia dilarang memainkan biola. Orang-orang di Brolin sangat tak suka musik. Apakah suara biolaku ini akan mengganggu penduduk Brolin? tanya Ronin saat walikota Brolin melarangnya memainkan biola. Tentu saja! Kami tak terbiasa dengan bunyi musik. Musik hanya mengganggu pekerjaan kami, kata sang Walikota yang bermuka kaku dan serius. Kalau begitu, apakah aku juga tidak boleh tinggal di sini? lanjut Ronin. Kau boleh tinggal di kota ini, tapi jangan mainkan biolamu! Ronin setuju. Ia pun tinggal di kota Brolin yang sepi. Penduduk kota Brolin memang pekerja keras. Mereka bahkan sanggup bekerja sampai larut malam. Hidup mereka selalu serius dan tak ceria. Ronin sebenarnya tidak suka dengan kehidupan yang tanpa musik. Namun, dia tak ingin meninggalkan kota Brolin. Dia berharap penduduk kota Brolin akan berubah sikap. Di kota Brolin, Ronin tinggal di sebuah gubuk kecil dekat kandang kuda. Tempat itu milik sepasang suami istri yang sudah tua. Ronin bekerja mengurusi kuda milik suami istri itu. Setiap malam, Ronin duduk sendiri di depan gubuknya sambil memandangi bulan. Ia ingin sekali memainkan biolanya untuk menikmati malam. Tetapi, Ronin tak ingin membuat penduduk kota Brolin menjadi marah. Ronin pun menyimpan keinginannya itu di dalam hati. Akan tetapi, keinginan itu semakin kuat dari hari ke hari. Bahkan setiap malam Ronin bermimpi memainkan biolanya di hadapan penduduk kota Brolin. Begitu kuatnya keinginan Ronin, sampai akhirnya pada suatu malam, dalam keadaan tertidur, Ronin bangkit dari tempat tidurnya. Ia meraih biola miliknya, lalu mulai menggeseknya dengan pelan dan menawan.

Bunyi biola yang dimainkan Ronin terbawa hembusan angin. Masuk ke rumah-rumah penduduk kota Brolin. Orang-orang yang mendengar menjadi gempar. Walikota pun memanggil Ronin. Aku tak memainkan biolaku semalam, kata Ronin membela diri. Tapi, semua orang mendengar bunyi biolamu, kata sang Walikota. Apa ada orang lain yang memiliki biola selain kau? Entahlah, yang pasti semalam aku hanya memainkan biolaku di dalam mimpi, kata Ronin. Baiklah, kau kubebaskan sekarang. Namun aku akan mengusirmu kalau memang benar kau terlihat memainkan biolamu, kata walikota. Ronin pulang ke rumah peternakan kuda tempatnya tinggal. Ia bingung atas tuduhan sang Walikota. Bila dia tak memainkan biola, jadi siapa orang memainkan biola semalam? Pikirnya. Sebenarnya, bukan hanya Ronin yang memikirkan tentang bunyi biola yang terdengar malam itu. Orang-orang yang mendengarnya juga ikut memikirkannya. Kalau itu benar bunyi biola Ronin, sungguh indah sekali... kata seorang lelaki. Benar, alunan bunyinya bisa mengurangi ketegangan kita dalam bekerja, sambung temannya. Apakah dia akan memainkan biolanya lagi nanti malam? tanya lelaki yang satu. Bagaimana kalau kita ke tempatnya saja. Kita bisa melihatnya langsung, balas temannya yang langsung disetujui. Begitu malam tiba, kedua lelaki itu pun menuju kediaman Ronin. Mereka terkejut melihat banyak orang di depan gubuk Ronin. Ronin sendiri heran melihat banyak orang. Sedang apa kalian? tanya Ronin begitu dia keluar dari gubuknya. Aku dan yang lain ingin mendengarkan bunyi biolamu, jawab seorang lelaki. Ronin menjadi bingung. Tapi, bukankah kalian tak suka musik? Itu sebelum kami mendengar bunyi biolamu, kata si lelaki. Ayolah mainkan lagi biolamu. Semua orang yang ada ikut-ikutan memaksa Ronin untuk memainkan biolanya. Dengan penuh keheranan, Ronin mengambil biolanya. Ronin berdiri di depan orang-orang sambil memainkan biolanya dengan lembut. Semua orang yang mendengar alunan bunyi biola Ronin terhanyut. Perasaan mereka menjadi lebih tenang. Ronin jadi tambah semangat memainkannya sambil menghentakhentakkan kakinya. Satu per satu orang-orang yang ada mengikuti gerakan

Ronin. Akhirnya, mereka pun menari sesuka hati. Semua merasa senang. Sejak malam itu, Ronin selalu menghibur penduduk kota Brolin dengan permainan biolanya. Semua orang bekerja dengan gembira. Wajah-wajah mereka pun menajadi ceria. Impian Ronin menjadi nyata. Atas permintaan warga, walikota segera mencabut larangan bermain musik di kota Brolin. Ronin diangkat pula menjadi warga kehormatan kota Brolin. Dengan senang hati, Ronin bermain biola untuk kota Brolin
Karya: Saokat dalam Bobo, Tahun XXXIV, 2007

You might also like