You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi memaksa kita untuk menerima kenyataan bahwa informasi mampu merubah semua tatanan kehidupan umat manusia. Perkembangan teknologi dalam era globalisasi tadi tidak ubahnya seperti angin yang terus menerus hadir dengan kesegarannya. Salah satu hasil dari perkembangan teknologi ini adalah satelit komunikasi. Kenyataan yang ada dilapangan, terutama setelah reformasi pada tahun 1998, perubahan fungsi teknologi komunikasi dan peranan pers mulai jelas terlihat. Pers perjuangan berubah menjadi pers industri, yang lebih mengutamakan keuntungan finansial dan menomor-duakan kepentingan ideal. Ini terjadi karena begitu besarnya kebebasan yang dinikmati pers. Jika pada era Orde Baru, hanya PWI yang diakui sebagai satu-satunya organisasi profesi kewartawanan, maka sejak era reformasi telah muncul puluhan organisasi wartawan seperti halnya dengan pembentukan partai-partai politik yang tumbuh bagaikan cendawan di musim hujan. Kuantitas memang tidak selamanya identik dengan kualitas. Jumlah organisasi wartawan yang cukup banyak yang terbentuk selama era reformasi ternyata tidak semuanya menunjukkan kualitas yang baik. Oleh karena itu Dewan Pers, dalam rangka pelaksanaan tugasnya untuk menumbuhkan profesionalitas pengelolaan organisasi wartawan, perlu menetapkan standar organisasi wartawan yang berlaku secara nasional. Dari penelitian yang dilakukan Dewan Pers, dari puluhan organisasi wartawan yang ada ternyata hanya 4-5 organisasi wartawan yang memenuhi syarat, di antaranya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Bergulirnya era reformasi, sebagai babak baru pascaruntuhnya rezim Orde Baru, telah melahirkan kebebasan dan keterbukaan informasi di Indonesia. Menurut catatan Dewan Pers, sampai dengan pertengahan tahun 2007 setidaknya

tercatat ada 820 buah penerbitan media cetak, 2000 lembaga penyiaran radio dan 80 lembaga penyiaran televisi di Indonesia. Angka ini meningkat pesat apabila dibandingkan dengan pada zaman Orde Baru, yang mana tercatat hanya ada 289 surat kabar, 740 lembaga penyiaran radio dan 6 siaran televisi. Dari begitu banyak bermunculannya media massa, tidak sedikit yang gulung tikar. Hanya sedikit yang masih bertahan. Satelit komunikasi mampu mempercepat penyampaian informasi. Peristiwa yang berlangsung di satu benua dapat diketahui di benua lainnya dalam hitungan detik saja. Pada akhirnya kemajuan teknologi inilah yang mendorong dan memungkinkan timbulnya bisnis dalam bidang informasi. Sebagaimana lembaga-lembaga lain yang dapat menghasilkan banyak keuntungan, maka para pemilik modal pun akhirnya ramai-ramai melakukan bisnis informasi melalui pers, entah dengan menerbitkan surat kabar, membuat televisi ataupun radio. Pers sebagai lembaga, dapat dikelola secara tata laksanan dan tata administrasi yang baik melalui manajemen profesional untuk dijadikan ajang bisnis. Dalam organisasi pers terdapat beberapa struktur mulai dari pemimpin sampai pegawai serta staff yang mendukung berjalannya organisasi tersebut. Perbedaan wewenang dan tugas dari masing-masing jabatan yang akan dibahas dalam makalah ini. Termasuk di dalamnya seorang pemimpin melaksanakan tugasnya dengan pendekatan perilaku terhadap pegawai bawahannya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sebuah organisasi mengelola manajemennya? 2. Bagaimana seorang pemimpin melakukan pendekatan perilaku terhadap karyawannya?

BAB II PEMBAHASAN A. Organisasi Pers Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, megolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan atau menyalurkan informasi. Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. Pers merupakan alat kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah atau masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang. Karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Pers bertanggung jawab untuk menyampaikan kebenaran kepada masyarakat, sehingga dalam prakteknya tidak ada alasan untu tidak menyajikan kebenaran pada pembca atau pemirsanya. Oleh karena itu, pelaku pers dituntut untuk profesional dalam melaksanakan dan menjalankan tugasnya. Sistem kerja yang selalu dikejar deadline, membutuhkan mental dan fisik yang kuat. Namun, jangan sampai deadline dijadikan alasan untuk menyajikan berita yang tidak bermutu. Agar pengelolaan pers berjalan dengan baik maka harus ada pengaturan manajemen yang baik pula.

B. Struktur Organisasi Pers

Sama seperti organisasi lainnya, di dalam organisasi pers terdapat susunan jabatan yang masing-masing memiliki fungsi dan tugas tertentu, antara lain: 1. Dewan Redaksi Biasanya terdiri dari Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan Wakilnya, Redaktur Pelaksana, dan penasihat bagian redaksi. Dewan redaksi bertugas memberi masukan kepada jajaran redaksi dalam melaksanakan pekerjaan redaksional. Dewan Redaksi pula yang mengatasi permasalahan penting redaksional, misalnya menyangkut berita yang sangat sensitif atau sesuai-tidaknya berita yang dibuat tersebut dengan visi dan misi penerbitan yang sudah disepakati. a. Pemimpin Umum Bertanggung jawab penuh terhadap keseluruhan jalannya penerbitan pers, baik ke dalam maupun ke luar. kepada Dapat melimpahkan Redaksi pertanggungjawabannya terhadap hukum Pemimpin

sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional) dan kepada Pemimpin Usaha sepanjang menyangkut pengusahaan penerbitan. b. Pemimpin Redaksi Pemimpin Redaksi (Pemred, Editor in Chief) bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari. Pemimpin Redaksi menetapkan kebijakan dan mengawasi seluruh kegiatan redaksional. Pemimpin Redaksi juga bertanggung jawab atas penulisan dan isi Tajuk Rencana (Editorial) yang merupakan opini redaksi (Desk Opinion). Berikut ini tugas Pemimpin Redaksi secara lebih terinci: Bertanggung jawab terhadap isi redaksi penerbitan. Bertanggung jawab terhadap kualitas penerbitan. Memimpin rapat redaksi Memberikan arahan kepada semua tim redaksi tentang berita yang akan dimuat pada setiap edisi.

Menentukan layak atau tidaknya suatu berita, foto, dan desain untuk sebuah penerbitan. Mengadakan koordinasi dengan bagian lain seperti, Pemimpin Perusahaan untuk mensinergikan jalannya roda perusahaan. Menjalin lobi-lobi dengan nara sumber penting di pemerintahan, dunia usaha, dan berbagai instansi. Bertanggung jawab terhadap pihak lain, yang merasa dirugukan atas pemberitaan yang telah dimuat, sehingga pihak lain melakukan somasi, tuntutan hukum, atau menggugat ke pengadilan. Sesuai aturan, tanggung jawab oleh Pemimpin Redaksi bila dilimpahkan kepada pihak lain yang dianggap melakukan kesalahan.

c. Sekretaris Redaksi Seorang Sekretaris Redaksi memiliki tugas sebagai berikut:

Menata dan mengatur undangan dari instansi, perusahaan, atau lembaga yang berkaitan dengan pemberitaan. Menghubungi sumber berita atau instansi untuk pendaftaran, konfirmasi, atau pembatalan undangan, wawancara, dan kunjungan kerja. Menyimpan salinan kartu pers dan foto untuk mensuport kebutuhan kerja para wartawan dalam meliput satu acara yang mengharuskan membuat tanda pengenal seperti menyiapkan.

Menyediakan peralatan kerja redaksi seperti tape, batu baterei, kaset, alat tulis, dan note book. Menata keperluan keuangan redaksi: uang perjalanan, uang saku, uang rapat. Mengatur jadwal rapat redaksi: rapat perencanaan, rapat cheking, rapat final.

d. Redaktur Pelaksana

Di bawah Pemred biasanya ada Redaktur Pelaksana (Redaktur Eksekutif, Managing Editor). Tanggung jawabnya hampir sama dengan Pemred, namun lebih bersifat teknis. Dialah yang memimpin langsung aktivitas peliputan dan pembuatan berita oleh para reporter dan editor. Tugas Redaktur Pelaksana: Bertanggung jawab terhadap mekanisme kerja redaksi sehari-hari Memimpin rapat perencanaan, rapat cecking, dan rapat terakhir sidang redaksi Membuat perencanaan isi untuk setiap penerbitan Bertanggung jawab terhadap isi redaksi penerbitan dan foto Mengkoordinasi kerja para redaktur atau penanggungjawab rubrik/desk Mengkoordinasikan alur perjalanan naskah dari para redaktur ke bagian setting atau lay out. Mengkoordinator alur perjalanan naskah dari bagian setting atau lay out ke percetakan Mewakili Pemred dalam berbagai acara baik ditugaskan atau acara mendadak Mengembangkan, membina, menjalin lobi dengan sumber-sumber berita Mengedit naskah, data, judul, foto para redaktur Mengarahkan dan mensuvervisi kerja para redaktur dan reporter Memberikan penilaian secara kualitatif dan kuantitatif kepada redaktur secara periodik.
e. Redaktur (Editor)

Tugas utamanya adalah melakukan editing atau penyuntingan, yakni aktivitas penyeleksian dan perbaikan naskah yang akan dimuat atau disiarkan. Redaktur (editor) sebuah penerbitan pers biasanya lebih dari satu. Di internal redaksi, mereka disebut Redaktur Desk (Desk Editor),

Redaktur Bidang, atau Redaktur Halaman karena bertanggung jawab penuh atas isi rubrik tertentu dan editingnya. Seorang redaktur biasanya menangani satu rubrik, misalnya rubrik ekonomi, luar negeri, olahraga, dsb. Karena itu ia dikenal pula dengan sebutan Jabrik atau Penanggung Jawab Rubrik. Berikut ini adalah tugas Redaktur Mengusulkan dan menulis suatu berita dan foto yang akan dimuat untuk edisi mendatang Berkoordinasi dengan fotografer dan riset foto dalam pengadaan foto untuk setiap penerbitan Membuat lembar penugasan atau Term Of Reference (TOR) kepada para reporter dan fotografer Mengarahkan dan membina reporter dalam mencari berita dan mengejar sumber berita Memberikan penilaian kepada reporter baik penilaian kualitatif maupun kuantitatif. Memberikan laporan perkembangan kepada atasannya yaitu Redaktur Pelaksana f. Koordinator Liputan Tugas koordinator liputan adalah: Memantau dan mengagendakan jadwal berbagai acara: seminar, press conference, acara DPR dll Membuat mekanisme kerja komunikasi antara redaktur dan reporter. Memberikan lembar penugasan kepada reporter/wartawan dan fotografer. Mengadministrasikan tugas-tugas yang diberikan kepada setiap reporter. Memantau tugas-tugas harian para wartawan/reporter.

Melakukan komunikasi setiap saat reporter/wartawan, dan fotografer.

kepada para redaktur,

Memberikan penilaian kepada reporter/wartawan secara kuantitas maupun kualitas.

g. Reporter Di bawah para editor adalah para reporter. Mereka merupakan prajurit di bagian redaksi. Mencari berita lalu membuat atau menyusunnya, merupakan tugas pokoknya. Ini adalah jabatan terendah pada bagian redaksi. Tugasnya adalah melakukan reportase (wawancara dan sebagainya ke lapangan). Karena itu, merekalah yang biasanya terjun langsung ke lapangan, menemui nara sumber, dan sebagainya. Tugas Reporter adalah:

Mencari dan mewawancarai redaktur atau atasan.

sumber berita yang ditugaskan

Menulis hasil wawancara, investasi, laporan kepada redaktur atau atasannya. Memberikan usulan berita kepada redaktur atau atasannya terhadap suatu informasi yang dianggap penting untuk diterbitkan. Membina dan menjalin lobi dengan sumber-sumber penting di berbagai instansi. Menghadiri acara press conferensi yang ditunjuk redaktur, atasannya, atau atas inisiatif sendiri.

h. Radaktur Bahasa/ Korektor Naskah Seorang redaktur bahasa memiliki tugas:

Memeriksa,mengedit, dan menyempurnakan naskah sesuai dengan penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menyesuaikan naskah yang sudah diedit dalam bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jurnalistik.

Mengubah pengulangan kata-kata yang sama dalam satu tulisan, sehingga kalimat dalam naskah menjadi bervariasi. Mengedit penggunaan logika bahasa, alur naskah. Menyeragamkan style penulisan masing-masing redaktur, sehingga gaya penulisan seluruh naskah menjadi sama. Memeriksa naskah kata per kata, penggunaan titik, koma, tanda seru, titik dua. Mengedit penggunaan kata yang berasal dari bahasa asing, bahasa daerah, bahasa slank sehingga mudah dimengerti pembaca.

i. Fotografer Fotografer (wartawan foto atau juru potret) tugasnya mengambil gambar peristiwa atau objek tertentu yang bernilai berita atau untuk melengkapi tulisan berita yang dibuat wartawan tulis. Ia merupakan mitra kerja yang setaraf dengan wartawan tulis (reporter). Fotografer (wartawan foto atau juru potret) tugasnya mengambil gambar peristiwa atau objek tertentu yang bernilai berita atau untuk melengkapi tulisan berita yang dibuat wartawan tulis. Ia merupakan mitra kerja yang setaraf dengan wartawan tulisa (reporter). Tugas Gotografer adalah:

Menjalankan tugas pemotretan yang diberikan redaktur atau atasannya. Melakukan pemotretan sumber berita, suasana acara, aktivitas suatu objek, lokasi kejadian, gedung, dan benda-benda lain. Mengusulkan konsep desain untuk cover majalah. Menyediakan foto-foto untuk mendukung naskah, artikel, dan berita. Mengarsip foto-foto, filem negatif, atau compact disk bagi kamera digital Melaporkan setiap kegiatan pemotretan kepada atasan.

Mempertanggungjawabkan setiap penggunaan filem negatif, baterai, atau compact disk perusahaan. yang telah digunakan kepada

j. Koresponden Selain reporter, media massa biasanya juga memiliki Koresponden (correspondent) atau wartawan daerah, yaitu wartawan yang ditempatkan di negara lain atau di kota lain (daerah), di luar wilayah di mana media massanya berpusat. k. Kontributor Kontributur atau penyumbang naskah/tulisan secara struktural tidak tercantum dalam struktur organisasi redaksi. Ia terlibat di bagian redaksi secara fungsional. Termasuk kontributor adalah para penulis artikel, kolomnis, dan karikaturis. Para sastrawan juga menjadi kontributor ketika mereka mengirimkan karya sastranya (puisi, cerpen, esai) ke sebuah media massa. Wartawan Lepas (Freelance Journalist) juga termasuk kontributor. Wartawan Lepas adalah wartawan yang tidak terikat pada media massa tertentu, sehingga bebas mengirimkan berita untuk dimuat di media mana saja, dan menerima honorarium atas tulisannya yang dimuat. Termasuk kontributor adalah Wartawan Pembantu (Stringer). Ia bekerja untuk sebuah perusahaan pers, namun tidak menjadi karyawan tetap perusahaan tersebut. Ia menerima honorarium atas tulisan yang dikirim atau dimuat. l. Riset, Pustaka dan Dokumentasi Bagian Riset, Pustaka, dan Dokumentasi memiliki tugas sebagai berikut: Mencari data-data, artikel, tulisan yang dibutuhkan untuk sebuah penulisan oleh reporter, redaktur, redaktur pelaksana, dan Pemimpin Perusahaan.

Mencari dan menata buku-buku yang berkaitan dengan tugas dan kerja para wartawan. Menata majalah, surat kabar, dan tabloid setiap hari dan menyimpannya dengan baik sesuai aturan. Melakukan kerja sama dengan bagian riset dan dokumentasi perusahaan lainnya seperti barter majalah, koran, tabloid, dan buku.

Mengusulkan suatu berita kepada redaksi bila dalam melaksanaan tugas menemukan data-data atau informasi penting.

m. Artistik Bagian Artistik memiliki tugas sebagai berikut:


Merancang cover atau kulit muka. Membuat dummy atau nomor contoh sebelum produk di cetak dan dijual ke pasar. Mendesain dan melayout setiap halaman dengan naskah, foto, dan angka-angka. Mengatur peruntukan halaman untuk naskah. Menulis judul berita,anak judul, caption foto, nama penulis pada setiap naskah. Menulis nomor halaman, nama rubrik/desk, nomor volume terbit, hari terbit, dan tanggal terbit pada setiap edisi.

n. Pracetak Pracetak memiliki tugas sebagai berikut:


Membawa naskah yang sudah disetujui pemimpin redaksi ke percetakan untuk dicetak. Mengawasi proses pencetakan di percetakan. Menerima kondisi produk dalam keadaan baik dari percetakan.

Bersama dengan bagian distribusi, segera mengedarkan produk tersebut ke pasar.

o. Pemimpin Usaha Pemimpin Usaha berada dibawah Pemimpin Umum, sejajar dengan Pemimpiin Redaksi. Kalau Pemimpin Redaksi hanya berurusan dengan masalah keredaksian, maka Pemimpin Usaha khusus berurusan dengan masalah komersial. Pemimpin Usaha bertugas menyebarluaskan media massa, yakni melakukan pemasaran (marketing) atau penjualan (selling) media massa. Pemimpin Usaha ini membawahi Manajer Keuangan, Manajer Pemasaran, Manajer Sirkulasi atau Distribusi, dan Manajer HRD (Human Resource Development).

Organisasi Pers
Pemimpin Umum

Pemimpin Redaksi Sekretaris

Pemimpin

Redaktur Pelaksana

Riset, Pus, Dok

Artistik

Pracetak

Keuanga n

Pemasara n

Sirkulasi

SD M

R e d a k t u r

R . f o t o

K o r e k t o r

Auditor

Distribusi

Akunting

Pelayanan

Kasir

Pelanggan

r e p o r t e r

F o t o g r a f e r

T a t a r i a

D e s a i n g r a f i s

Pajak

Retur

Penagihan

C. Pengelolaan/ Manajemen Organisasi Pers

Prinsip dasar dari manajemen menurut G.R. Terry adalah suatu upaya memobilisasi berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan. Manajemen tidak hanya terpaku pada satu jalur kepentingan saja (material indicator), tapi menjalar ke berbagai arah yang selama ini tabu untuk disentuh (inmaterial indicator). Di dalam organisasi pers pemimpin perusahaan memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan material perusahaan (produksi, marketing, keuangan, dsb) sedangkan Pemimpin Redaksi memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan redaksional saja. Keduanya memiliki otoritas masing-masing. Keduanya tidak boleh dalam posisi saling intervensi. Keduanya harus saling mengisi demi kemajuan bersama. Yang satu mengejar proyek keuntungan, sedangkan yang satu lagi mengerjakan proyek idealis yang dikemas sebagus mungkin melalui seni grafis yang memikat. Dalam sebuah manajemen, peran pemimpin menjadi sangat penting. Dimana pemimpin merupakan penggerak dan bertanggung jawab penuh terhadap organisasi atau perusahaan. Menurut Kerlinger dan Padhazur (1987), kepemimpinan adalah kemampuan tiap pimpinan di dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya bekerja dengan gairah, bersedia bekerjasama dan mempunyai disiplin tinggi, dimana para bawahan diikat dalam kelompok secara bersama-sama dan mendorong mereka ke suatu tujuan tertentu. Susilo (1998) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama. Perkataan pemimpin atau leader memiliki berbagai pengertian. Pemimpin merupakan dampak interaktif dari faktor individu atau pribadi dengan faktor situasi. Wahjosumidjo (1984), kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi

antara pemimpin, bawahan dan situasi. Sedangkan Karjadi (1983) mendefinisikan pemimpin adalah orang yang mampu menggerakkan orangorang lain agar orang-orang dalam suatu organisasi yang telah direncanakan dan disusun terlebih dahulu dalam suasana moralitas yang tinggi, dengan penuh semangat dan kegairahan dapat menyelesaikan pekerjaannya masing-masing dengan hasil yang diharapkan. Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki kelebihankelebihan dibandingkan dengan bawahannya, yaitu pegawai yang terdapat di organisasi yang bersangkutan, sehingga dapat menunjukkan kepada bawahannya untuk bergerak, bergiat, berdaya upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi hanya mengerahkan seluruh pegawai saja tidak cukup, sehingga perlu adanya suatu dorongan agar para pegawainya mempunyai minat yang besar terhadap pekerjaannya. Atas dasar inilah selama perhatian pemimpin diarahkan kepada bawahannya, maka kinerja pegawainya akan tinggi. Maka dalam hal ini dibutuhkan pendekatan-pendekatan dalam menjalani kepemimpinan diantaranya adalah pendekatan perilaku. Dalam behavior approach, (pendekatan perilaku) dijelaskan bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan. Pendekatan perilaku inilah yang selanjutnya melahirkan berbagai teori tentang tipe atau gaya kepemimpinan. Dalam pendekatan perilaku diperhatikan tentang kebutuhan manusia, kerja kelompok serta peranan faktor-faktor sosial di tempat kerja. dalam pengelolaan organisasi pers idealnya dapat mengetahui kebutuhan, kepiribadian, dan masalahmasalahyang dihadapi oleh karyawannya. Dengan kata lain pemimpin tidak bisa memukul rata karyawannya. Menurut Mc. Gregor Pendekatan Behavioral adalah teori pandangan terhadap manusia (teori X dan teori y). Menurut Maslow pendekatan perilaku adalah hierarki kebutuhan (Physical need, Safety need, Estem need & Self actualization need). Sedangkan menurut Hezerberg dalam pendekatan perilaku terdapat teori dua faktor ( Hygiene factor & Motivator). Jadi dalam hal ini seorang pemimpin organisasi pers harus bisa memahami setiap bawahannya,

mulai dari perilaku, sifat, psikologis, kesukaan dan minat terhadap pekerjaan serta kebutuhan. Hal tersebut dilakukan agar kinerja pegawai atau bawahan menjadi meningkat. Sebagai contoh, perlakuan terhadap seorang wartawan yang phobia terhadap darah tidak ditempatkan pada penugasan kriminalitas atau meliput suatu kecelakaan lalu lintas. Karena apabila ia dipaksa untuk meliput kecelakaan lalu lintas di lapangan, hasil yang akan ia dapatkan tidak memuaskan karena gangguan psikologis yang ada pada dirinya yaitu phobia terhadap darah.

BAB III PENUTUP Kesimpulan Sebagai sebuah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa, pers melaksanakan kegiatan jurnalistik, meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, megolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Didalamnya diatur sebuah manajemen organisasi yang terdiri dari organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. Organisasi pers mempunyai struktur-struktur organisasi mulai dari pemimpin sampai pada staff dan peagawai yang mendukung beroperasinya organisasi pers tersebut. Jabatan-jabatan tersebut mempunyai fungsi dan peran masing-masing, seperti pemimpin umum yang tugasnya adalah sebagai penanggungjawab atas jalannya operasional organisasi pers tersebut, sampai kepada kontributor yang terdiri dari wartanan tetap, wartawan lepas maupun wartawan pembantu yang juga mempunyai tugas dan perannya masing-masing. Dalam organisasi pers, seorang pemimpin mempunyai peran yang sangat penting. Pemimpin merupakan penggerak dan bertanggung jawab penuh terhadap organisasi atau perusahaan tersebut. Seorang pemimpin juga harus mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dan mengerakkan bawahannya sehingga bawahannya bisa bekerja sama, dan mempunyai gairah dalam bekerja serta mempunyai disiplin tinggi untuk bisa mencapai tujuan organisasi tersebut. Untuk bisa mengatur dan menggerakkan bawahannya tersebut, dibutuhkan pendekatan-pendekatan dalam menjalani kepemimpinan, diantaranya adalah

pendekatan perilaku. Dengan pendekatan perilaku, bisa diketahui bagaimana kebutuhan manusia, kerja kelompok serta peranan faktor-faktor sosial ditempat kerja, sehingga pemimpin mengetahui kebutuhan, kepiribadian, dan masalahmasalah yang dihadapi oleh karyawannya. Jadi dalam hal ini seorang pemimpin organisasi pers harus bisa memahami setiap bawahannya, mulai dari perilaku, sifat, psikologis, kesukaan dan minat terhadap pekerjaan serta kebutuhan. Bisa disimpulkan bahwa pemimpin tidak bisa memukul rata karyawannya. Pendekatan tersebut dilakukan agar pada akhirnya bisa didapatkan kinerja karyawan yang semakin meningkat dan maksimal.

You might also like