You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (GSR)

O L E H

HJ. MASNUN, SST.,M.Biomed.

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKES DENPASAR 2010

ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS 1. Pengertian Definisi tradisional infertilias adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan. Definisi kontemporel tidak mempertimbangkan batasan waktu . Definisi ini mengandung arti suatu ketidakmampuan untuk hamil atau mengandung anak sampai anak tersebut lahir hidup pada saat pasangan memutuskan untuk memperoleh anak. Jika suatu pasangan (istrinya) belum hamil setelah 12 bulan hubungan seksual tanpa kontrsepsi (Sanusi, 1994). Pasangan yang telah kawin selama satu tahun dengan kehidupan keluarga harmonis, tetapi belum dikaruniai keturunan atau hamil (Manuaba, 1999). 2. Jenis Infertilitas: a. Primer : jika wanita tersebut belum pernah hamil atau jika pria belum pernah membuat seorang wanita hamil. b. Sekunder : jika wanita pernah mengandung sekurang-kurangnya satu kali, tetapi tidak pernah berhasil hamil lagi atau tidak pernah berhasil mempertahankan kandungan. 3. Insiden Diperkirakan satu dari setiap enam pasangan di Amerika Serikat terpaksa tidak memiliki anak (Wilson, Carrington, 1991). 15% sampai 20 % orang dewasa yang sehat (Evans, dkk,1989). 4. Penyebab a. Tren menunda kehamilan sampai usia tertentu, dimana pada usia tersebut fertilitas sudah menurun secara alamiah. b. Peningkatan penyakit radang panggul dan peningkatan penyalahgunaan substansi. c. Agens lingkungan, seperti pestisida dan timbal, secara negatif mempengaruhi sistem reproduksi wanita dan pria (Mattison, dkk, 1990).

d. Diagnosis dan terapi gangguan fertilitas membutuhkan investasi fisik, emosi, dan finansial selama suatu periode panjang. Penyebab Dari Faktor Suami (30-40%) : a. Faktor Kelainan Alat kelamin : 1). Hipospadia (muara saluran kemih terletak dipermukaan bawah zakar. 2). Ejakulasi Retrograid (ejakulasi dimana air mani masuk ke dalam kandung kemih). 3). Terdapat varicocel pada vas deferens. 4). Testis mengecil (atropi). 5). Testis yang tidak turun. b. Faktor Fungsional : 1). Kemampuan ereksi kurang. 2). Kelainan/ gangguan pembentukan spermatozoa. c. Faktor Infeksi : 1).Parotitis epidemika disebabkan oleh virus yang dapat menyerang testis sehingga tidak mampu membentuk spermatozoa. 2). Infeksi akut traktus genitalis dapat menyumbat vas deferens sehingga menurunkan kualitas sperma. d. Faktor hormonal : 1). Defisiensi gonadotropin sering mengakibatkan pria mengalami pubertas lambat. 2). Air maninya azosperma dengan volume yang rendah. e. Faktor Lain : terkena sinar radiasi, sinar X. Penyebab Dari Faktor Istri (60-70 %) : a. Kelainan Organ Reproduksi : 1). Vagina 5% (hymen imperporata, septum transversa). 2). Cerviks 5 % (serviks inkompeten, stenosis, malposisi serviks, abnormal mukus serviks).

3). Uterus 5 % (malformasi kongenital, mioma sub mukosa, endometriosis). 4). Tuba fallopii 50-60 % (tuba yang pendek, tuba yang tersumbat). 5). Faktor ovarium (tumor ovarium). b. Kelainan Hormonal : Faktor Susunan Saraf pusat : adanya tumor pada hypothalamus, disfungsi hypophise sehingga tidak menghasilkan hormon FSH dan LH yang berguna untuk pematangan folikel di dalam ovarium sehingga tidak dapat terjadi ovulasi. c. Infeksi/ Peradangan dan Penyakit : 1). Infeksi alat kandungan rendah yaitu dari vulva, vagina dan serviks. Infeksi ini dapat mengakibatkan gangguan koitus yaitu nyeri koitus (dispareunia) sehingga pasangan cendrung menghindari koitus atau penyakit hubungan seks (PHS). 2). Infeksi alat kandungan tinggi dari uterus seperti Pelvic inflamatory Deseases (PID) yaitu infeksi pada uterus, tuba, dan peritoneum. 3). Penyakit jantung : penyakit Decompensasi cordis menyebabkan terjadi hipoksia dan sianosis sehingga vaskularisasi darah ke uterus berkurang mengakibatkan gangguan fungsi hormonal di ovarium. 5. Penatalaksanaan Keperawatan a. Pengkajian : Infertilitas Wanita : 1). Durasi infertilitas dan peristiwa obstetri yang lalu dan riwayat seksual yang terinci. 2). Kaji apakah infertilitas primer atau sekunder. 3). Data etnis, budaya dan agama. 4). Kondisi-kondisi medis dan bedah. 5). Pajanan pada bahaya reproduksi di rumah (sperti mutagen, klorida finil plastik, teratogen, alkohol, dan stres emosi serta tempat kerja. 6). Pemeriksaan fisik lengkap diikuti pengkajian spesifik traktus reproduksi.

7). Perkembangan karakteristik seks sekunder yang tidak adekuat (distribusi lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai) menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipofisis- hipotalamus atau aberasi genetik (misal sindrom Turner). 8). Infeksi sistem genitourinaria di masa lalu. 9). Pemeriksaan organ internal. 10). Data laboratorium. 11). Tes dan pemeriksaan : a). Deteksi ovulasi : Basal Body Temperatur (BBT), lendir serviks, biopsi endometrium. Untuk menentukan apakah progesterone disekresi dalam jumlah yang signifikan. b). Analisis hormone untuk mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovariumhipofisis-hipotalamus. c). Biopsi Endometrium Terjadual. d). Histerosalpingografi melihat kelainan uterus, tuba fallopii, mioma endometrium atau polip dengan memasukkan alat optik ke dalam rahim. e). Laparoskopi untuk mendapatkan gambaran ovarium (besarnya dan situasi permukaannya, folikel de graf, korpus luteum, albikan bentuk normal, keadaan tuba fallopii apakah normal, perleketan, keadaan peritoneum, rahim dan sekitarnya kemungkinan endometritis atau bekas infeksi. f). Ovarium : anovulasi dapat bersifat primer ataupun sekunder. Anovulasi primer disebabkan gangguan hipotalamus atau hipofisis atau gangguan kelenjar adrenal. Anovulasi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ovarium. g). Tuba : motilitas tuba dan ujung fimbrenya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adesi atau tumor. h). Uterus : kelainan kongenital, endometriosis. i). Vaginal- Servikal : infeksi, misalnya trikomonas vaginitis meningkatkan keasaman vagina dan menurunkan sifat basa lendir serviks, sehingga merusak

atau secara drastis mengurangi jumlah sperma yang bergerak sebelum sperma sampai di kanal serviks. Infertilitas Pria : 1). Riwayat secara menyeluruh dan pemeriksaan fisik. 2). Psikologis, endokrin, dan gangguan nutrisi. 3). Pajanan bahaya reproduksi di tempat kerja dan di rumah. 4). Konsumsi alkohol menimbulkan masalah-masalah ereksi (impoten). 5). Mengisap rokok dapat mengakibatkan sperma yang abnormal : penurunan jumlah sperma dan kerusakan kromosom. 6). Mariyuana (canabis sativa) mempengaruhi spermatogenesis, zat tersebut mendepresi jumlah dan motilitas sperma dan meningkatkan persentase sperma yang terbentuk secara abnormal. 7). Tes dan Pemeriksaan : a). Analisis semen : melihat gerakan sperma ke depan (forward motility) dan kemampuan sperma untuk bertahan hidup dan pemeriksaan kemampuan sperma untuk mempenetrasi sebuah ovum. b). Pemeriksaan dasar genetika, analisis hormon (testosteron, FSH, dan LH). c). Tes Pascakoitus : memeriksa keadekuatan tehnik koitus, lendir serviks, sperma dan derajat penetrasi sperma melalui lendir serviks. b. Diagnosa Keperawatan : 1). Ansietas yang berhubungan dengan ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostik. 2). Gangguan citra tubuh atau harga diri yang berhubungan dengan gangguan fertilitas. 3). Risiko tinggi terhadap kerusakan koping individu/ keluarga yang berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas. 4). Konflik pengambilan keputusan yang berhubungan dengan terapi untuk menangani gangguan fertilitas, alternatif untuk terapi: hidup tanpa anak atau adopsi.

5). Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan harapan yang tidak terpenuhi untuk hamil. 6). Berduka ansitisipasi yang berhubungan dengan prognosis yang buruk. 7). Nyeri akut yang berhubungan dengan efek tes diagnostik (atau pembedahan). 8). Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan kurang kontrol terhadap diagnosis. 9). Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan kehilangan libido akibat restriksi medis yang diprogramkan. 10). Risiko tinggi isolasi sosial yang berhubungan dengan kerusakan fertilitas, investigasinya dan penatalaksanaannya. c. Perencanaan Perencanaan dilakukan dengan sensitivitas terhadap kebutuhan pasangan. Memberikan pengatahuan tentang gangguan fertilitas. Hasil akhir yang diharapkan : 1). Pasangan akan memahami anatomi dan fisiologi sistem reproduksi. 2). Pasangan akan mengungkapkan pemahaman tentang terapi untuk setiap kelainan yang diidentifikasi melalui berbagai tes dan pemeriksaan. 3). Pasangan akan mengungkapkan pemahaman tentang potensi mereka untuk hamil. 4). Pasangan akan menghilangkan rasa bersalah dan tidak akan perlu berfokus menyalahkan diri. 5). Pasangan akan menghasilkan kehamilan, atau gagal menghasilkan kehamilan, memutuskan suatu alternatif yang dapat mereka berdua terima. 6). Pasangan akan mendemonstrasikan metode yang dapat terima untuk mengatasi tekanan yang mereka rasakan dari teman sejawat dan kerabat tentang status tidak punya anak. d. Intervensi Keperawatan 1). Mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan, mengklarifikasi informasi, dan menguatkan penjelasan serta instruksi. 2). Bertindak sebagai advokat. 3). Berprilaku nonverbal yang baik sebelum dan selama prosedur.

4). Tindakan keperawatan suportif. 5). Diskusi hal-hal khusus tentang tes umum kerusakan infertilitas dan persaan mereka dengan sejujur mungkin. 6). Mengatasi rasa cemas pasien. 7). Memberi informasi tentang obat-obatan yang diprogramkan. 8). Memperhatikan respons psikologis terhadap sebuah diagnosis kerusakan infertilitas. 9). Memberi informasi tentang frekuensi dan waktu sanggama serta posisi koitus. e. Evaluasi 1). Jadikan topik diskusi tentang kerusakan fertilitas, hubungan seksual pribadi terdahulu 2). Bila pasangan menjadi hamil, perawat perlu menyadari bahwa masalah dan kekhawatiran pasangan infertil terdahulu mungkin belum teratasi. 3). Apabila pasangan tersebut tidak menjadi hamil, keinginan mereka untuk dirujuk guna mendapat bantuan melalui adopsi, inseminasi intrauterine terapeutik, alternatif reproduksi lain atau memilih status tidak punya anak. ASUHAN KEPERAWATAN ENDOMETRIOSIS 1.Pengertian Endometriosis adalah keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan tersebut mungkin tertanam di ovarium, kavum Douglasi, ligament uterosakrum, septum retrovaginal, sigmoid kolon, ligamen rotundum, peritonium pelvis, atau kandung kemih. Selama fase proliferatif dan fase sekresi endometrium tumbuh. Selama atau segera setelah menstruasi, jaringan mengeluarkan darah, menimbulkan respons peradangan disertai fibrosis dan adesi ke organ-organ yang terdekat.

2. Penyebab Migrasi transtuba atau menstruasi retrograde. Jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama menstruasi ke tuba fallopii dan ke dalam rongga peritoneum, di mana jaringan tersebut tertanam di ovarium dan organ-organ lainnya. 3.Gejala Gejala Utama : a. Dismenore sekunder b. Nyeri defekasi pada sekitar waktu siklus menstruasi, pelvis terasa berat, dan nyeri menyebar ke dalam paha. Gejala Tidak Terlalu Umum: a. Nyeri akibat latihan fisik atau selama hubungan seksual akibat adesi dan perdarahan abnormal seperti hipermenorhoe, atau staining pramenstruasi. b. Kerusakan infertilitas akibat adesi di sekitar uterus. 4.Penatalaksanaan Perawatan a. Pengkajian 1). Mengkaji riwayat penggunaan kontrasepsi, seksual, obstetri, menstruasi secara terinci, persepsi tentang kondisi pasien, pengaruh etnik dan budaya, pengalaman dengan tenaga kesehatan lain, gaya hidup, dan pola koping. 2). Jumlah nyeri yang dialami dan efeknya pada aktifitas sehari-hari, obat yang digunakan. 3). Emosi, perilaku, fisik, diet, pola latihan dan istirahat. b. Diagnosa Keperawatan 1). Risiko tinggi terhadap koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan: Pengetahuan tentang penyebab gangguan yang tidak memadai, Efek fisiologis dan emosional gangguan.

2). Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan : Perawatan diri, Terapi yang tersedia untuk mengatasi gangguan tersebut. 3). Risiko tinggi gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. 4). Risiko tinggi terhadap harga diri rendah yang berhubungan dengan: Persepsi orang lain tentang rasa tidak nyamannya, Ketidakmampuan untuk hamil. 5). Nyeri yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. c. Hasil Akhir yang Diharapkan 1). Pasien mengungkapkan pemahamannya tentang anatomi alat-alat reproduksi, etiologi gangguan yang dialaminya, program pengobatan dan penggunaan catatan. 2). Pasien dan pasangannya akan memahami dan menerima kondisinya dan respons fisik dan emosionalnya terhadap siklus menstruasi. 3). Pasien dan pasangannya akan mengembangkan tujuan personal yang bermanfaat bagi dirinya, baik secara emosional maupun fisik. 4). Pasien dan pasangannya akan memilih tindakan terapeutik yang sesuai. 5). Pasien dan pasangannya akan berhasil beradaptasi terhadap kondisi tersebut, jika gangguan yang dialaminya tidak dapat disembuhkan. d. Perawatan Kolaboratif 1). Selama riwayat dikaji dan diagnosis ditegakkan, sikap petugas kesehatan yang menunjukkan kepedulian dan menerima gejala yang dialami wanita, akan menjadi hal yang terapeutik. 2). Catatan harian pasien (status emosi, perasaan subyektif, status fisik) berkorelasi dengan perubahan fisiologis.

10

3). Tenaga kesehatan memfasilitasi upaya pasangan untuk saling memahami dan mengusulkan pilihan yang terapeutik untuk menyelesaikan masalah. 4). Diskusikan pilihan yang tersedia. 5). Menggunakan pusat kesehatan wanita setempat atau klinik untuk menyatukan seluruh wanita yang ingin belajar lebih banyak tentang kondisi mereka dan untuk mendukung satu sama lain. e. Evaluasi 1). Gangguan yang dikaitkan dengan menstruasi merusak kualitas hidup wanita yang terkena dan keluarga mereka. 2). Pengkajian bulanan akan memungkinkan suatu evaluasi dasar dan revisi lebih jauh rencana askep. 3). Kemajuan dalam kualitas hidup pasien, keterampilan dalam perawatan diri, konsep diri yang positif serta citra tubuh, maka dapat dikatakan bahwa perawatan yang diberikan efektif. ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MENSTRUASI 1. AMENOREA HIPOGONADOTROPI Paling banyak menyebabkan supresi hipotalamus akibat dua pengaruh utama : sters atau rasio lemak tubuh kritis terhadap tubuh tanpa lemak. Keteraturan menstruasi dapat dicapai dengan mempertahankan berat dan lemak tubuh di atas kadar kritis. Kadar endorfin perifer meningkat karena latihan fisik berat dan diduga memberi efek supresif pada hipotalamus. Kehilangan kalsium dari tulang, dapat terjadi akibat gangguan ovulasi ini. Berikan konsling yang efektif untuk mengatasi masalah ini: melakukan latihan fisik dan mengontrol BB, terapi penggantian hormon (hormon replacement therapy). Dibutuhkan evaluasi ulang tahunan untuk mengembalikan fungsi menstruasi normal.

11

2. DISMENOREA Pengertian : nyeri sewaktu haid, bisa pada daerah perut bagian bawah oleh karena kontraksi uterus berlebih, bisa timbul menjelang atau selama haid dan dapat bersifat kolik yang terus menerus. Dismenorea atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. a. Dismenorea Primer (esensial, intrinsik, idiopatik) tidak terdapat hubungan dengan kelainan ginekologik). Terjadi jika tidak ada penyakit organik, biasanya dari bulan ke enam sampai tahun kedua setelah menarkhe. Sering hilang pada usia 25 tahun atau setelah hamil dan melahirkan pervaginam. Selama fase luteal, prostaglandin F2 alfa (PGF2) disekresi. Pelepasan PGF2 yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respons sistemik terhadap PGF2 meliputi : nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala sistem saraf pusat (pusing, singkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk) (Heitkemper, dkk, 1991). Etiologi : 1). Faktor Kejiwaan : emosional tidak stabil, tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid. 2). Faktor Konstitusi : anemia, penyakit menahun, dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea. 3). Faktor Endokrin : kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang beerlebihan. Mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Penanganan : 1). Penerangan dan Nasehat : perlu dijelaskan bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan.

12

2). Kompres panas atau mandi panas, masase, distraksi, latihan fsisk dan tidur cukup bisa meredakannya. 3). Orgasme dapat meredakan nyeri. 4). Diet kurang garam dan meningkatkan penggunaan diuretik alami seperti asparagus. 5). Obat analgetik jika diperlukan. b. Dismenore Sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired), disebabkan oleh kelainan ginekologik, dikaitkan dengan penyakit pelvis organik seperti endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus dan polip uterus serta IUD. Etiologi : 1). Kelainan Uterus Uterus yang tertutup menyebabkan cairan menstruasi yang membuat bengkak uterus dan menimbulkan rasa nyeri. Nyeri cendrung bersifat kolik pada saat mulai mendapat menarkhe, dan umumnya terjadi pada akhir menstruasi. 2). Polip intra uterin atau intra servikal Uterus memberi respon terhadap suatu benda asing dan berkontraksi dengan kuat untuk mencoba mengeluarkan polip. 3). Endometriosis : penyebab yang sering menimbulkan dismenorhe sekunder. Lokasi nyeri bervariasi tergantung tempat implantasi endometriosis. 4). Infeksi Pelpis Akut atau kronik. 5). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ IUD : dapat menstimulus kontraksi uterus yang nyeri. 3. SINDROM PRAMENSTRUASI. a. Pengertian : Sindrom Pramenstruasi (PMS) adalah : suatu gejala kombinasi emosional/ psikologis dan fisik disekitar fase luteum pada siklus menstruasi dan biasanya

13

berkurang setelah menstruasi dimulai (Valerie, 1994). Dimulai hari ke 7 dan ke 10 sebelum menstruasi dan berakhir dengan awitan mestruasi. b. Insiden : Sering terjadi pada wanita berumur 30 dan 40 tahun, kemungkinan terjadi sejak akhir duapuluhan dan makin hebat menjelang menapause. Diperkirakan sekitar 50 % wanita mengalami PMS dalam kehidupannya. c. Etiologi : Tidak jelas, mungkin satu faktor yang memegang peranan ialah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan BB, dan kadang-kadang edema. d. Patofisiologi : Kombinasi dari faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya PMS terjadinya perubahan biologis dan gejala perilaku pada fase luteum dari siklus menstruasi. Faktor-faktor yang terkait seperti peningkatan atau penurunan estrogen, progesteron, kekurangan vitamin, peningkatan aldosteron, renin angiotensin, melanosit stimulating hormon (MSH) dan endorpin peptide. Vitamin B6 dibutuhkan untuk biosintetik dari serotonin dan dopamin dan penambahan magnesium dalam pembentukan neurotransmitter. Perasaan hati yang tidak menentu berkaitan dengan PMS mungkin sebagai hasil fluktuasi neurotransmitter otak. Pada umumnya PMS berhubungan dengan penurunan tingkat estrogen dan progesteron yang meningkatkan produksi aldosteron, meningkatkan retensi garam sehingga edema. Peningkatan penimbunan cairan pada dasarnya adalah hasil dari peningkatan produksi steroid ovarium dan ADH oleh hypophise posterior. Depresi mungkin hasil dari penurunan tingkat monoamine otak akibat penurunan estrogen. Situasi lekas/ mudah marah mungkin hasil dari perubahan tingkat katekolamin dari otak dan oksidase. Penurunan tingkat seretonin juga dapat menyebabkan suasana hati yang tidak menentu.

14

e. Manifestasi Klinik : Gejala timbul 5-10 hari sebelum menstruasi dan menurun 1-2 hari sesudah permulaan haid. Gejala PMS dapat terjadi dalam beberapa kategori. Pada umumnya rasa sakit pada perut dan pinggang, panggul atau kram pada perut. Kardiovaskuler : pembengkakan atau edema panggul perifer dan perut, BB meningkat 1 pons, mammae tegang, oliguria, berdebar dan berkeringat. Urologi : cystitis, uretrhitis dan inkontinensia urine. Gastro Intestinal : diare atau konstipasi, mual, muntah, dorongan makan, kecanduan makan (utamanya pedas, asin atau manis). Dermatologi : jerawat, gatal-gatal, bisul, memar, herpes kambuh dan pengeluaran cairan/ ASI lama. Opthalmologi : herdiolum kambuh dan konjungtivitis. Respirasi : gejala alergi, influensa dan asma kambuh. Neurologi : migrain, vertigo, pingsan, labil bila berdiri, mati rasa, panas seperti ditusuk-tusuk dari kepala sampai kaki, kekakuan dan kecanggungan. Perilaku : perasaan tidak menentu, depresi, mudah marah/ tersinggung, cemas, lemah tidak berdaya, sukar tidur atau suka tidur, perhatian menurun, kehilangan motivasi, bingung, sering kecelakaan, pelupa dan disfungsi seksual. f. Penatalaksanaan Keperawatan : 1). Pengkajian : Wanita merasakan peningkatan kreativitas dan energi fisik serta mental. Gejala negatif : kembung, pelvis penuh, edema ekstermitas bawah, nyeri tekan pada payudara, peningkatan BB, ketidakstabilan emosi, nyeri kepala, keletihan dan nyeri punggung. 2). Diagnosa keperawatan : a). Nyeri berhubungan dengan edema, penekanan organ atau perubahan hormon. b). Intoleransi aktifitas berhubungan dengan letargie, kelemahan dan tidak berfungsinya psykoneuroendokrine. c). Gangguan self estim (harga diri) berhubungan dengan PMS.

15

d). Ansietas berhubungan dengan pengobatan dan prognosis. 3). Rencana Keperawatan: a). Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari sebelum haid pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari agak dikurangi, kafein, lemak hewan, gula, obat-obat stimulan dan alkohol. b). Peningkatan intake karbohidrat, protein, serat dan olah raga serta mengurangi stres. c). Supor psikologis dan terapi bila diperlukan. d). Konseling, obat-obatan, mengatasi nyeri pada payudara dan diet seimbang, rendah kafein dan natrium atau disertai makanan diuretik alami. Latihan fisik dan suplemen vitamin B6 dan E. ASUHAN KEPERAWATAN FISTULA GENITALIA 1. Pengertian Fistula ialah hubungan yang abnormal antara satu visera berlubang dan visera lain atau dari satu visera berlubang ke bagian luar. Dapat timbul di antara kandung kemih serta traktus genitalia. 2. Jenis Fistula Genitalia a. Fistula Vesikovaginalis : fistula traktus urinarius yang paling umum, terbentuk di dinding vagina anterior. Merupakan akibat cidera dekat sambungan uterovesikalis selama histerektomi radikal untuk menangani kanker. Urine keluar melalui vagina, menyebabkan inkontinensia komplit atau parsial. b. Fistula Retrovagina : paling sering disebabkan infeksi pada episiotomi, suatu jahitan di sepanjang dinding rektum selama upaya perbaikan dilakukan atau cedera rektum yang tidak diketahui selama proses melahirkan. Juga dapat timbul akibat luasnya kanker serviks atau terapi radiasi. 3. Penatalaksnaan Perawatan

16

a. Pengkajian 1). Berfokus pada traktus genito urinarius, organ-organ reproduksi, defekasi, dan faktor psikososial serta seksual. 2). Riwayat kesehatan yang komplit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan diagnostik. 3). Pengetahuan tentang gangguan, penatalaksanaannya dan kemugkinan diagnosis. b. Diagnosa Keperawatan 1). Konstipasi atau diare yang berhubungan dengan perubahan anatomi. 2). Nyeri berhubungan dengan sokongan pelvis dan/ atau kesulitan eliminasi. 3). Risiko tinggi sedera yang berhubungan dengan kurangnya keterampilan dalam melakukan prosedur perawatan diri atau kurang pengetahuan tentang pentingnya mematuhi terapi. 4). Ansietas yang berhubungan dengan prosedur bedah yang mungkin dilakukan. 5). Koping tidak efektif yang berhubungan dengan perubahan citra tubuh. 6). Perubahan proses keluarga atau hubungan interpersonal yang berhubungan dengan perubahan fungsional dan perubahan anatomi. 7). Isolasi sosial, distres spiritual, gangguan citra tubuh, dan harga diri rendah yang berhubungan dengan perubahan anatomi dan perubahan fungsi. c. Intervensi Keperawatan 1). Upaya memberi penyuluhan tentang akibat melahirkan. 2). Persiapan pasien pulang. 3). Mendorong pasien agar melakukan pemeriksaan fisik tahunan. 4). Informasi tentang hygiene yang baik, mencegah masalah yang berhubngan dengan topangan pada pelvis. 5). Douching, rendam duduk, dan mencuci genitalia dengan sabun ringan tidak berwarna dan tidak berbau. 6). Fistula retrovagina : lakukan enema tinggi. 7). Bila tidak bisa diatasi lagi dapat dilakukan upaya pembedahan.

17

ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA UTERI 1. Pengertian : Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, bisa soliter atau multipel (Kornia Karkata, 2003). 2. Klasifikasi mioma uteri terdiri dari : Tumor intra mural terletak di dalam dinding otot uterus dan dapat merusak bentuk rongga otot uterus, tumor sub serosa terletak tepat di bawah lapisan serosa dan menonjol keluar dari permukaan uterus, tumor sub mukosa terletak tepat di bawah lapisan endometrium (Price, SA, 1995). 3. Patofisiologi : Penyebabnya belum jelas, terjadi karena adanya peningkatan hormon estrogen (Prawirohardjo, S, 1999). Tanda dan gejala : Nyeri, perdarahan yang tidak normal, anemia, keletihan dan kelesuan, cepat lelah, pusing dan mudah terjadi infeksi, merasakan sukar kencing dan sukar buang air besar karena adanya penekanan pada rahim. Mioma uteri berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous yang banyak pembuluh darahnya dalam miometrium yang berproliferasi akibat rangsangan terus menerus oleh hormon estrogen. Sering ditemukan pada masa reproduksi, jarang ditemukan sebelum menarche dan setelah menopause, karena setelah menopause mioma akan menjadi lisut. Mioma uteri membesar karena pengaruh hormon estrogen. Komplikasi yang bisa terjadi yaitu infertilitas dan terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan apabila pada saat kehamilan disertai mioma ueteri. Kehamilan akan mengalami keguguran, gangguan saat proses pesalinan, menimbulkan perdarahan yang berakibat kematian pada wanita tersebut. Rasa nyeri akan timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai

18

peradangan dan nekrosis setempat. Bila tidak cepat ditanggulangi akan bisa menjadi degenerasi ganas yaitu menjadi sarkoma uteri. 4. Pemeriksaan Diagnostik : a. Laparoskopi : untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium, uterus atau tidak, menentukan sifat-sifat tumor, dan melihat adanya perdarahan serta perubahan endometrial. b. Ultrasonografi : dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing. c. Pap Smear : menunjukkan kemungkinan atau adanya kanker. d. Ultra Sound atau CT Scan : membantu mengidentifikasi ukuran/ lokasi massa. e. Hitung darah lengkap : dapat menunjukkan anemia kronis, penurunan HCT menduga kehilangan darah aktif. Peningkatan sel darah putih dapat mengidentifikasi proses inflamasi/ infeksi. f. Pemeriksaan PA pasca operasi : untuk melihat keganasan. 5. Penatalaksanaan medis : a. Radiotherapy : tujuannya agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif dan apabila tidak ada keganasan pada uterus. b. Pembedahan : 1). Myomektomi yaitu pengambilan sarang myoma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada myoma sub mukosum dengan cara pengangkatan myioma lewat vagina (Prawirohardjo, 1999). 2). Histerektomi : pengangkatan uterus melalui pembedahan (Doenges, 2000). Histerektomi paling umum dilakukan untuk keganasan dan kondisi bukan keganasan tertentu (contoh endometriosis/ tumor), untuk mengontrol perdarahan yang mengancam jiwa dan kejadian infeksi pelvis yang tidak sembuh-sembuh atau ruptur uterus yang tidak dapat diperbaiki (Doenges, 2000). 3). Klasifikasi Histerektomi :

19

a). Histerektomi Vaginal : dilakukan melalui lubang vagina untuk menghindari suatu parut pada perut. Indikasinya untuk memperbaiki prolap uteri dan karsinoma in situ. b). Histerektomi Abdominal : dilakukan pada daerah perut, untuk penyakit benigna seperti fibroid, endometriosis, penyakit radang pelvis kronis. Histerektomi Abdominal dibagi menjadi : histerektomi sub total merupakan pengangkatan badan uterus mempertahankan serviks, histerektomi total (pengangkatan uterus dan serviks), histerektomi total dengan salpingo-ooforektomi bilateral yaitu pengangkatan uterus, serviks, tuba fallopii dan ovarium.

PEMERIKSAAN FISIK PADA GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI 1. Anamnesis Tanyakan umur, status perkawinan, paritas, siklus haid, penyakit yang pernah diderita terutama kelainan ginekologik serta pengobatannya dan operasi yang pernah dialami. 2. Riwayat Penyakit Umum Apakah pernah menderita penyakit berat, TBC, jantung, ginjal, penyakit darah, DM, jiwa. Riwayat nonginekologik : mammektomi, appendektomi dll. 3. Riwayat Obstetri Riwayat kehamilan sebelumnya : berahir dengan keguguran atau dengan persalinan. Apakah persalinannya : normal, dengan tindakan, keadaan anaknya. Infeksi nifas atau kuretase. 4. Riwayat Ginekologik Riwayat penyakit/ kelainan ginekologik serta pengobatannya, terutama operasi yang pernah dialami.

20

5. Riwayat Haid Menarche, siklus haid teratur atau tidak, jumlah darah yang keluar, lamanya haid, nyeri atau tidak dan menopause. Tanggal terahir haid, tanggal haid sebelumnya atau apakah mengalami amenore. 6. Keluhan Sekarang Tanyakan alasan datang, keluhan, apakah mengalami perdarahan tidak teratur dan berbau busuk, abortus, prolapsus uteri, karsinoma servisis uteri. 7. Perdarahan Apakah perdarahan ada hubungannya dengan siklus haid atau tidak, banyaknya dan lamanya perdarahan. Perdarahan sewaktu atau setelah koitus dapat merupakan gejala dini karsinoma serviks uteri. Pemberian estrogen dalam klimakterium dan menapause dapat menyebabkan perdarahan abnormal. 8. Fluor Albus (Leukoria). Tanyakan sifat dan banyaknya keputihan, lamanya keluhan, apakah terus menerus, warnanya, baunya, disertai rasa gatal, nyeri atau tidak. 9. Rasa Nyeri Rasa nyeri di perut, pinggang atau alat kelamin luar merupakan gejala dari beberapa kelainan ginekologik. Apakah ada dismenorea, dispareunia (rasa nyeri waktu bersanggama dapat disebabkan oleh kelainan organik atau psikologik). Nyeri perut sering menyertai kelianan ginekologik yang dapat disebabkan oleh kelainan letak uterus, neoplasma dan terutama peradangan, baik mendadak maupun menahun. Nyeri pinggang bagian bawah diderita oleh wanita yang pernah mengalami parametritis sebelumnya dengan akibat fibrosis. 10. Miksi Rasa nyeri waktu bak, frekuensi, retensio urine, kencing tidak lancar, atau tidak tertahan. Disuria (penderita uretrhitis dan sistitis). 11. Defekaasi

21

Apakah ada kesulitan dalam defekaasi, apakah disertai dengan rasa nyeri, encer, keras, disertai lendir, nanah atau darah. Pada inkontinensia alfi, feses dapat keluar dari vagina dan dari anus. Hal ini menunjukkan adanya fistula rektovaginalis. PEMERIKSAAN UMUM, PAYUDARA DAN PERUT Pemeriksaan Umum Bentuk konstitusi tubuh, penimbunan dan penyebaran lemak, pertumbuhan rambut terutama rambut pubis, apakah terlampau gemuk atau terlampau kurus dan sudah berapa lama. Periksa : suhu, tekanan darah, pernapasan, mata, kelenjar gondok, payudara, kelenjar ketiak, jantung, paru-paru dan perut. Pemeriksaan Payudara : 1. Perhatikan bentuknya, simetris atau asimetris. 2. Payudara lazimnya mulai kosta ke 2 atau ke 3 sampai ke tulang rawan iga ke 7, dari garis aksila depan sampai pinggir sternum. 3. Anamnesis : apakah ada gejala retraction, nyeri, niple discharge (cairan yang dikeluarkan puting payudara secara spontan). Pemeriksaan Fisik Payudara : Inspeksi : Dilakukan pertama dengan tangan di samping dan tangan ke atas selagi pasien duduk. Lihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah kulit. Perhatikan apah kulit merah atau oedema kulit. Palpasi : Pasien disuruh tidur dan diperiksa secara simetris bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari halus dan terus ke bagian lateral. Palpasi meliputi : parasternal ke arah garis aksila belakang dan dari subklavikular ke arah paling distal. Lanjutkan dengan palpasi aksilla dan supraklavikular. Sewaktu pemeriksaan aksilla pasien harus duduk dengan tangan yang kontralateral dari tangan si pasien.

22

Pemeriksaan Perut : Inspeksi : Perhatikan bentuk, pembesaran/ cekungan, pergerakan pernapasan, kondisi kulit (tebal, mengkilat, kriput, strie, pigmentasi, gambar vena), parut operasi dll. Palpasi : 1. Yakini bahwa kandung kencing dan rektum kosong, kalau perlu suruh pasien kencing atau b.a.b terlebih dahulu. 2. Beri tau bahwa akan diperiksa. Kalau perlu kedua tungkai ditekuk sedikit dan disuruh bernapas dalam. 3. Raba perut perlahan-lahan dengan seluruh telapak tangan dan jari-jari. 4. Mula-mula perut diraba saja tanpa ditekan mulai dari atas, lalu periksa dengan tekanan ringan, kemudian baru dilakukan palpasi lebih dalam, sebaiknya bersamaan dengan irama pernapasan. Perkusi : Dapat ditentukan apakah pembesaran disebabkan oleh tumor atau cairan bebas. Pada tumor ketokan pekak terdapat di bagian yang paling menonjol Terjadi

23

You might also like