You are on page 1of 8

PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN PAJAK DI DKI JAKARTA

FATMAWATI PUTRI 109084000020 ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Suatu negara dianggap maju, jika ia mampu membangun negaranya baik dari segi fisik yaitu pembangunan, maupun non fisik yaitu pembangunan kesejahteraan rakyat. Indonesia terkenal sebagai suatu negara yang kaya akan sumber daya alam, maka dalam melaksanakan pembangunan, sumber daya itu harus digunakan secara rasional. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional sudah barang tentu memerlukan investasi yang jumlahnya sangat besar dan pelaksanaannya harus dengan kemampuan sendiri. Menurut Undang Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3, bahwa bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara. Di dalam masyarakat, bumi, air, dan kekayaan alam mempunyai fungsi yang penting. Sebagian besar orang membutuhkan tempat tinggal diatas tanah atau air maka bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya mempunyai fungsi penting dalam pembangunan nasional. Di pihak lain bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya dan memperoleh manfaat dari bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, karena mendapat suatu hak dari negara, maka yang mendapat hak tersebut wajib menyerahkan sebagian dari kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran pajak. Dalam hal ini untuk meningkatakan kemandirian suatu negara, ia bergantung pada penerimaan dalam negeri yaitu dari pajak masyarakat. karena pajak merupakan

penerimaan yang paling aman dan handal karna langusng dikontribusikan untuk kepentingan negara yang pada akhirnya akan digunakan untuk kepentingan masyarakat banyak. Sehingga jika penerimaan pajak sudah maksimal maka bantuan dari luar negeri yang merupakan pelengkap semakin lama semakin berkur ng dan a negara mampu membiayai sendiri pembangunan. Berikut data mengenai PBB dan Pendapatan Pajak di DKI Jakarta : Tahun 2000 2001 2002 PBB 129.865.000.000 197.887.094.000 108.286.670.000 Pendapatan Pajak 151.056.501.110 218.779.254.646 110.938.703.865 Presentase 116,32 % 110,56% 102,45%

Dari bagan di atas di jelaskan bahwa pada tahun 2000 presentase antara PBB dengan Pendapatan Pajak sebesar 116,32 %, sedangkan pada tahun 2001 sebesar 110,56%, dan tahun 2002 sebesar 102,45%. Maka dapat disimpulkan bahwa pajak bumi dan bangunan sangat berpengaruh terhadap pembangunan. Dalam struktur penerimaan negara, penerimaan pajak mempunyai peranan yang sangat penting dan merupakan komponen terbesar serta sumber utama pendapatan dalam negeri untuk menopang pembiayaan penyelenggaraan pemerintah, dan pembangunan nasional. Dengan melihat fenomena diatas, maka penulis akan mengamati dengan cermat bagaimana efektivitas kinerja kantor pelayanan pajak untuk pajak bumi dan bangunan (KPP PBB) dalam hal penerimaan PBB dan pengaruhnya terhadap pembangunan daerah, yang digambarkan dalam karya ilmiah ini dengan judul : PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN PAJAK DI DKI JAKARTA. 1.2. Identifikasi Masalah Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ), merupakan penerimaan pajak yang sangat diperlukan oleh suatu negara khususunya daerah, yaitu untuk kelancaran pembangunan serta kemajuan daerah itu sendiri. Karena PBB merupakan sumber utama daerah, dalam APBD penerimaan PBB tersebut dimasukan dalam kelompok penerimaan daerah dari bagi hasil pajak.

Namun dalam kegiatannya masih sering tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dapat terjadi sehinga penulis mengidentifikasikan masalah pada :

1. Bagaimanakah gambaran dari penerimaan Pajak Bumi dan Pembangunan (PBB) di DKI JAKARTA? 2. Bagaimanakah gambaran dari tingkat pendapatan pajak di DKI JAKARTA? 3. Berapa besar pengaruh Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap pembangunan ekonomi di DKI JAKARTA?

1.3. Batasan Masalah Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis hanya membatasi permasalahan pada : tingkat penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di DKI JAKARTA dan tingkat Penadapatan pajak di DKI JAKARTA, serta pengaruh PBB terhadap Pendapatan pajak di DKI JAKARTA.

1.4. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat penerimaan pajak bumi dan bangunan ( PBB ) di DKI JAKARTA. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan pajak di DKI JAKARTA. 3. Untuk mengetahui besarnya peranan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) di DKI JAKARTA.

1.5. Manfaat penelitian 1. Untuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan ( KPP PBB ) dan BAPPEDA DKI JAKARTA adalah sebagai bahan evaluasi atas kinerja yang telah dilaksanakan. 2. Bagi penulis sebagai tambahan pengetahuan tentang pajak bumi dan bangunan dan pendapatan pajak serta keterkaitan hubungan antara keduanya. 3. Bagi pihak lain, sebagai informasi tambahan tentang pajak bumi dan bangunan yang berhubungan dengan pendapatan pajak suatu daerah khususnya bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya sehingga dapat mengetahui betapa pentingnya PBB terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Pajak Pajak merupakan perikatan yang timbul karena undang-undang yang mewajibkan seseorang, yang memenuhi syarat yang telah ditentukan undang-undang, untuk membayar kepada kas Negara yang dapat dipaksakan tanpa mendapat suatu imbalan, yang secara langsung dapat ditunjuk, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pengeluaran Negara ( rutin dan pembangunan) dan yang digunakan sebagai alat ( pendorong atau penghambat ) untuk mencapai tujuan di bidang keuangan. Pertanyaan mengenai hak Negara memungut pajak terhadap rakyat beserta dasar keadilannya merupakan pertnyaan yang mendasar, mengingat setiap pungutan pajak dengan nama apapun yang dilakaukan oleh Negara akan mengurangi kemampuan ekonomi seseorang, membatasi daya beli dan dapat mempengaruhi kesejahteraan hidup seseorang.

2.2. Definisi Pajak Bumi dan Bangunan Pajak bumi dan bangunan ialah pajak yang dikenakan atas tanah dan atau bangunan di atas nya. PBB merupakan penerimaan pajak yang sangat diperlukan oleh suatau Negara khususnya Daerah, yaitu untuk kelancaran pembangnan serta kemajuan daerah itu sendiri. Karena PBB merupakan sumber utama daerah, dalam APBD penerimaan PBB tersebut dimasukan kedalam kelompok penerimaan daerah dari bagi hasil pajak.

2.3. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Subjek pajak, adalah setiap orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas tanah, menguasai bumi dan/ atau bangunan, serta memperoleh manfaat atas bumi dan/ atau bangunan, dan memenuhi kewajiban subjektif dari UUPBB. Kemampuan seseorang atau badan untuk menangung beban pajak atas tanah dan / atau bangunan tergantung pada ketetuan yang ditetapkan dalam UUPBB. Subjek pajak PBB mempunyai kewajiban membayar PBB jika kewajiban pajak objektifnya telah dipenuhi, yaitu mempunyai hak atas objek pajak serta

menguasai atau memperoleh manfaat dari objek yang dikenakan pajak.

2.4. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Objek kena pajak bumi dan bangunan dikelompokan dalam klasifikasi dalam bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan perhitungan pajak terhutang. Objek pajak terbagi atas 4 (empat ) sektor, yaitu : 1. Pedesaan / Perkotaan 2. Perkebunan 3. Perhutanan 4. Pertambangan Selain itu klasifikasi bangunan nya terdiri dari : 1. Jalan lingkungan yang terletak didalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik; 2. Jalan tol; 3. Kolam renang; 4. Pagar mewah; 5. Tempat olahraga; 6. Galanagn kapal / dermaga; 7. Taman mewah; 8. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

2.5. Masalah Dalam Penerapan PBB Undang-undang PBB yang berisi ketentuan - ketentuan subtantif masih memerlukan perangakat hukum formal agar dapat dilaksanakan sebagaimana

mestinya. Ketentuan formal tersebut merupakan arahan didalam pengelolaan administratif perpajakna PBB. Administrasi perpajakan PBB meliputi pendataan objek pajak, yaitu dengan mencatat seluruh tanah dan / atau bangunan yang dapat dikenakan pajak. Kemudian penilaian dilakaukan setelah data objek pajak diperoleh, yaitu menghitung NJOP dengan mengingat variable variabel yang telah ditentukan oleh direktorat jendral pajak. Setelah diperoleh nilai jual baru, perhitunagan jumlah pajak yang terhutang dilakukan. Kemudian hasil hasil dari perhitungan tersebut di beritahukan kepada

wajib pajak, dan selanjutnya dilakukan pembayaran atau pemungutan pajak nya. kegiatan tersebut merupakan rangkaian yang bersama-sama dan merupakan suatu system.

2.6. Upaya Peningkatan Peran PBB Garis garis besar haluan Negara ( GBHN ) telah mengamanatkan suatu kerangka landasan pembanguanan yang kokoh, yaitu suatu pembangunan daerah yang diarahkan untuk memacu pemerataan pembanguan dengan hasil-hasilnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat dan peran serta aktif masyaratkat serta meningkatakan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata dan dinamis, serasi, dan bertanggung jawab, serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Perwujudan kerangaka landasan pembangunan tersebut memerlukan dana pembangunan yang cukup besar. Dana pembangunan tersebut dapat dihimpun melalui mobilisasi dana masyarakat untuk investasi atau melalui APBN dan APBD tingkat I dan II. Dalam APBD tingkat I maupun tingkat II, pendapatan asli daerah ( PAD ) yang ditambah hasil pajak dan bukan pajak, sumbangan dan bantuan, serta pinjaman dari daerah merupakan pendapatan daerah. Tingkat keberhasilan pemerintah daerah dapat dilihat dari mobilisasi dana nya yang merupakan pertimbangan pendapatan daerah sendiri ( PDS ), yaitu

penjumlahan PAD dengan hasil PBB yang semakin meningkat. Peningkatan PDS menunjukan kemampuan daerah dalam menggali potensi PAD dan PBB. Hal tersebut pun sebagai peningkatan kemandirian daerah di bidang pembiyaan tugas-tugas ekonomi. Daerah pengembnagan otonomi dititik beratkan di daerah tingkat II yang dalam pelaksanaannya membutuhkan nilai yang cukup besar dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan PDS merupakan sesuatu yang sangat penting.

3. Kerangka Penelitian
3.1. Bagan Pajak bumi dan bangunan mempengaruhi terhadap pendapatan pajak.
PBB ( Tx ) Pendapatan pajak ( Y )

3.2. Model Penelitian Penelitian dapat di teliti menggunakan model :

Y = Bo + B Tx + E

Keterangan : Y : Pendapatan Pajak

Bo : Konstanta BTx : PBB E 4. HIPOTESIS : Variabel Penggangu

H1 :

Di duga bahwa pendapatan pajak bumi dan bangunan sangat mempengruhi pendapatan pajak di suatu daerah agar kemajuan di daerah tersebut terus meningkat.

5. DAFTAR PUSTAKA 5.1. Buku buku

Soemitro rochmat, Pajak bumi dan bangunan, refika aditama, 200 1.

Ahmadi wiratni, Sinkronasi kebijakan pengenaan pajak tanah dan kebijakan pertahanan di indonesia, refika aditama, 2006.

6. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyadari bahwa selama penyusunan karya ilmiah ini banyak mengalami hambatan, namun berkat doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya, yang telah memberikan kemudahan serta kekuatan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 2. Bpk. Tony selaku dosen mata kuliah dan pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi, masukanmasukan dan saran yang sangat berguna bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. 3. Ayah dan Ibu tersayang Syaifullah k. Dan Siti Fatimah, atas curahan kasih sayang, untaian doa dan motivasi yang tiada henti dan sangat besar yang tak ternilai harganya bagiku. Terimakasih atas semua yang telah engkau berikan. Anakmu ini tidak akan mengecewakanmu. 4. Adik tercinta al amin putra dan juwita hartati atas dukungan dan doa yang telah engkau berikan. Semoga dirimu dapat menjadi lebih baik dari kakakmu ini. 5. Para teman teman yang telah mendukung.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh darikesempurnaan dan banyak kelemahan, Oleh karena itu, penulis tak lupa mengharapkan saran dan kritik atas karya ilmiah ini.

You might also like