You are on page 1of 148

i

PENGGUNAAN METODE AUDIO-LINGUAL DALAM


PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK
PENINGKATKAN PRONUNCIATION
SISWA KELAS IV A MI SUNAN KALIJOGO MALANG

SKRIPSI


Oleh:
DHEWI MASITHOH ADMAWATI
07140036






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
Juli, 2009

ii



PENGGUNAAN METODE AUDIO-LINGUAL DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK
PENINGKATKAN PRONUNCIATION
SISWA KELAS IV A MI SUNAN KALIJOGO MALANG



SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S .Pd)


Oleh:
DHEWI MASITHOH ADMAWATI
07140036


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKLULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
Juli, 2009

iii



HALAMAN PERSETUJUAN


PENGGUNAAN METODE AUDIO-LINGUAL DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK
PENINGKATKAN PRONUNCIATION
SISWA KELAS IV A MI SUNAN KALIJOGO MALANG



SKRIPSI

Oleh:

DHEWI MASITHOH ADMAWATI
07140036



Telah Disetujui Pada Tanggal: 27 Juli 2009

Dosen pembimbing





Dr. H. Nur Ali, M.Pd
NIP. 150 289 265



Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah





Dra. Hj. Sulalah, M. Ag
NIP. 150 267 279

iv



HALAMAN PENGESAHAN

PENGGUNAAN METODE AUDIO-LINGUAL DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK
PENINGKATKAN PRONUNCIATION
SISWA KELAS IV A MI SUNAN KALIJOGO MALANG

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh Dhewi Masithoh Admawati (07140036)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 7 Agustus 2009
dengan nilai A
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar strata satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Panitia Ujian


Ketua Sidang,
M. Walid, M.A : ___________________
NIP.

Sekretaris Sidang,
Dr. H. Nur Ali, M.Pd : ___________________
NIP. 150 289 265

Pembimbing,
Dr. H. Nur Ali, M.Pd : ___________________
NIP. 150 289 265

Penguji Utama,
Dr. Wahid Murni, M.Pd., Ak.
NIP.
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik IbrahimMalang




Dr. M. Zainuddin, MA
NIP.150 275 502

v



PERSEMBAHAN

(Acknowledgement)

First of all, I praise to Allah the Almighty for the blessing and mercy given
to me during my study and in completing this final project.

Secondly, I would be grateful to My great parents
Bpk. Mustamar and Ibu Siti Zainab for their praying. My beloved family
Those who always give great encouragement to me
in accomplishing this final project.

For my beloved sister Syie, thanks for always be with me
in every single time. Thanks for being my best friend.

Teh Nung, Oneng, Silvi, Gendut, Mbk Nuril, Mbak Bintan and all of member
of Sabilurrosyad Islamic Boarding I Love you all.

I would like to express my sincere gratitude
to Dr. Nur Ali, M.Pd as my advisor for giving me
guidance and help to finish this final project and who has spent countless hours
correcting
this final project in order to make it better. I also thank the examiners who have
spent their time to examine me and correct my final project.

I also would like to extent my deep thanks to the principal of MI Sunan Kalijaga
and all the teachers who have helped me in conducting this study.

My special thanks to all lectures of the
who have taught me since the first year of my study.

My gratitude goes to many people who have contributed their ideas
and time in completing my final project.

Finally, none or nothing is perfect and neither is this final project. Any
correction, comments, and critics for the improvement of this final project are
always open-heartedly welcomed.


Malang,

The Writer



vi




MOTTO


=' - - - . ' - '
39 "Menguasai metode itu lebih penting daripada sekedar
memahami teori"
1

(Dr. Athiyah Al-Abrosy dalam Tarbiyah wa Ta'lim)


1
Mahmud Yunus dan Muhammad Qosim Bakir, Tarbiyah wa ta'lim, Gontor: Darussalam press

vii



Dr. H. Nur Ali, M.Pd
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang
-------------------------------------------


NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Dhewi Masihtoh Admawati Malang, 27 Juli 2009
Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar


Kepada Yth.
Dekan Fakltas Tarbiyah UIN Malang
di
Malang

Assalaamualaikum W. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut
dibawah ni:
Nama : Dhewi Masithoh Admawati
NIM : 07140036
Jurusan : PGMI
Judul Skripsi :Penggunaan Metode Audio Lingual Dalam Pembelajaran
Bahasa Inggris Untuk Peningkatan Pronunciation Siswa
Kelas IV MI Sunan Kalijogo Malang
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalaamualaikum Wr.Wb

Pembimbing,


Dr. H. Nur Ali, M. Pd

viii



SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang penetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau ditebitkan oleh orang lain, kecali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 24 Juni 2009
Yang menyatakan.


Dhewi Masithoh Admawati

ix



KATA PENGANTAR
..-.,>.... ..-.,>.... ..-.,>.... ..-.,>....
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberi
Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul
Penggunaan Metode Audio Lingual Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Untuk
Peningkatan Pronunciation Siswa Kelas IV MI Sunan Kalijogo Malang ini dapat
penulis selesaikan tanpa halangan yang berarti.
Untaian shalawat serta salam semoga selalu mengalir kepada junjungan
kita, nabi Muhammad SAW, berkat pengorbanan dan kasih beliau, kita semua
bisa merasakan indahnya hidup di bawah naungan agama yang damai, yaitu
agama Islam.
Penulisan ini diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
program Strata Satu (S1) Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu,
penulisan ini juga disusun sebagai bentuk partisipasi penulis dalam
mengembangkan hasanah keilmuan dan perwujudan ilmu yang telah didapat
selama menjadi mahasiswa.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari peran dan dukungan beberapa
pihak terkait yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuan. Oleh karena
itu, rangkaian ungkapan terima kasih penulis sampaikan yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Bapak Mustamar dan Ibu Siti Zainab yang senantiasa mendoakan, membina,
mendidik, mengarahkan dan memberikan kepercayaan kepada putrinya untuk

x



menuntut ilmu dengan harapan menjadi manusia yang berguna bagi agama
dan bangsa, dan serta semua keluarga yang sangat saya cintai dan saya
banggakan.
2. KH. Marzuki Mustamar, M.Ag beserta keluarga selaku pembimbing, guru,
dan kakak, serta guru spiritualku
3. Bapak Prof. H. Imam Suprayogo, MA. Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
5. Ibu Dra. Hj. Sulalah, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Universitas Islam Negeri Malang
6. Bapak Dr. Nur Ali, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing, yang telah
mencurahkan tenaga untuk memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. Ibu Supriati, S.Pd selaku kepala sekolah MI Sunan Kalijogo Malang.
8. Bapak Zainuddin, S.Pd.I, selaku guru bahasa Inggris kelas IV MI Sunan
Kalijogo
9. Untuk orang-orang yang selalu ada dalam hatiku, hidupku dan hari-hariku
(Aji, Rosy, Silvi, Neng, Bintan, Uphy, Fuad, Halum, PGMI 05' Community,
para penghuni Sabeel El-Rosyad, dan yang tak bisa tersebut satu persatu)
kalian adalah babak penting yang penuh warna dalam episode hidupku ,
maturnuwun

xi



10. Almamaterku dan seluruh penghuninya. Semoga ilmu yang ku dapat
bermanfaat di dunia dan akhirat.
Semoga Allah SWT akan selalu melimpahkan rahmat dan balasan yang
tiada tara kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
skripsi ini. Penulis hanya bisa berdoa semoga amal ibadah kalian diterima oleh
Allah SWT sebagai amal yang mulia. Amin.
Penulis menyadari penuh dengan kelemahan yang dimilikinnya, sehingga
dalam menyelesaikan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan akan adanya saran dan kritik
dari semua kalangan guna menyempurnakan penulisan ini. Akhirnya, mudah-
mudahan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, lebih-lebih kepada
penulis. Amiin.

Malang, 27 Juli 2009
Penulis



Dhewi Masithoh Admawati
NIM. 07140036








xii



PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan tansliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman
transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1987 dan No. 0543 b/ u/ 1987 yang
secara garis besar dapt diuraikan sebagai berikut:
A. Huruf
= a = z = q
= b = s = k
= t = sy = l
= ts = sh = m
= j = dl = n
= h = th = w
= kh = zh - = h
= d = = ,
= dz = gh = y
= r = f

B. Vokal Panjang
Vokal (a) panjang =
Vokal (i) panjang = i
Vokal (u) panjang = u

C. Vokal Diftong
= aw = u
= ay = i







xiii



DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Profil MI Sunan Kalijogo ............................................................ 58
Tabel 4.2 : Sarana dan prasarana MI Sunan Kalijogo ................................... 59
Tabel 4.3 : Tanggapan siswa terhadap penerapan metode Audio-Lingual ... 82


xiv



DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1: ..................................................................................................... 44

xv



DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Lampiran 2: Daftar nilai siswa
Lampiran.3: Dokumentasi kegiatan pembelajaran
Lampiran 4: Lembar observasi proses KBM dengan responden guru mata
pelajaran
Lampiran 5: Lembar Dialog
Lampiran 6: Lembar Bukti Konsultasi
Lampiran 7: Surat Keterangan Akan Mengajukan Penelitian
Lampiran 8: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian



xvi



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
MOTTO ................................................................................................................. vi
NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................................................ vii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .................................................. xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xvi
ABSTRAK ........................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 10
C. Tujuan dan kegunaan Penelitian ............................................................. 10
D. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 12
E. Definisi Istilah ......................................................................................... 12
F. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 15
A. Pengertian Pembelajaran Bahasa Inggris ................................................ 15
B. Pengertian Metode Pembelajaran Bahasa Inggris ................................... 17
C. Pembelajaran Bahasa Inggris kelas IV SD/MI........................................ 18
D. Pengertian metode Audio-Lingual ......................................................... 22
E. Sejarah Metode Audio-Lingual .............................................................. 23

xvii



F. Teknik Pengajaran yang Digunakan dalam Metode Audio-Lingual ...... 25
G. Penerapan Metode Audio-Lingual .......................................................... 29
1. Langkah-langkah Pembelajaran dalam Metode Audio-Lingual ........ 29
2. Evaluasi Metode Audio-Lingual ......................................................... 31
H. Kelebihan dan Kekurangan Metode Audio-Lingual .............................. 31
I. Lingkup Pengajaran Pronunciation ....................................................... 34
a. Sounds/bunyi ................................................................................... 34
b. Ritme dan Penekanan ....................................................................... 35
c. Intonasi ............................................................................................. 35
J. Tujuan Pembelajaran Pronunciation ...................................................... 36
K. Pembelajaran Bahasa Perspektif Islam .................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 40
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................................. 40
B. Kehadiran Peneliti di Lapangan .............................................................. 48
C. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 49
D. Sumber Data dan Jenis Data ................................................................... 49
E. Instrumen Penelitian................................................................................ 50
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 51
G. Analisis Data ........................................................................................... 52
H. Pengecekan Keabsahan Data................................................................... 54
I. Tahapan Penelitian .................................................................................. 54
a. Rencana Tindakan ............................................................................ 55
b. Pelaksanaan Tindakan ......................................................................... 56
c. Observasi ............................................................................................. 56
d. Refleksi ............................................................................................... 57
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN ...................................................... 59
A. Latar Belakang Obyek Penelitian............................................................ 59
1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Sunan Kalijogo ................................. 59
2. Visi Misi MI Sunan Kalijogo ............................................................. 59
3. Lokasi MI Sunan Kalijogo ................................................................. 61
4. Profil MI Sunan Kalijogo .................................................................... 61

xviii



5. Sarana dan Prasarana MI Sunan Kalojogo .......................................... 62
B. Paparan Hasil Penelitian ......................................................................... 62
1. Siklus I .............................................................................................. 64
2. Paparan Data Siklus I ..................................................................... 64
3. Siklus II ........................................................................................... 76
4. Paparan Data Siklus II ....................................................................... 76
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 88

BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 96
A. Kesimpulan ............................................................................................. 96
B. Saran ........................................................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xix



ABSTRAK


Dhewi, Masithoh Admawati. 07140036. Penggunaan Metode Audio Lingual dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Peningkatan Pronunciation Siswa Kelas IV MI
Sunan Kalijogo Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah,
Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Pembimbing, Dr. H. Nur Ali, M.Pd
Kata Kunci: Metode Audio-Lingual, Peningkatan Pronunciation

Pronunciation merupakan suatu bentuk pembelajaran yang penting dilakukan
dalam pengajaran bahasa Inggris. Berbeda dengan bahasa Indonesia, pengajaran
bahasa Inggris memiliki fonem (bunyi kata) dan pelafalan yang sedikit sulit untuk
diajarkan anak-anak. Oleh karena itulah, pembelajaran pronunciation perlu diberikan
sejak dini. Dengan mempelajari pronunciation siswa akan mengetahui bagaimana
pengucapan (how to pronounce) sebuah kata yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk
membuat anak mengerti bagaimana cara mengucapan kata dalam bahasa asing
(Inggris) untuk menghindari kesalahan berbicara atau membaca. Begitu pentingnya
pronunciation dalam bahasa Inggris adalah karena salah pelafalan kata dalam bahasa
Inggris dapat berakibat fatal. Salah dalam melafalkan satu huruf konsonan atau huruf
vokal saja dalam suatu kata dapat membuat perbedaan kata yang akan berakibat pada
kesalahan makna yang dimaksud.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan metode yang tepat. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Audio-Lingual. Yakni, sebuah
metode pengajaran bahasa Inggris yang lahir dari teori behavior phsycology yang
menekankan drill dalam pelaksanaannya. Hal tersebut sesuai dengan pembelajaran
pronunciation yang pada dasarnya membutuhkan lebih banyak latihan-latihan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Penelitian ini dilaksanakan di MI Sunan kalijogo Malang, dengan objek
penelitian siswa kelas IV A. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
secara umum adalah untuk mendeskripsikan proses peningkatan kemampuan
pronunciation dengan menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa kelas IV A
MI Sunan Kalijogo Malang. Sedangkan secara khusus tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah; 1) Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran
pronunciation dengan menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa kelas IV A
MI Sunan Kalijogo; 2) Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran pronunciation
dengan menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan
Kalijogo, dan 3) Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran pronunciation dengan
menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif
kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Adapun
penelitian ini terbatas pada penggunaan metode Audio-Lingual dalam pembelajaran
bahasa Inggris untuk meningkatkan pronunciation siswa yang pada akhirnya
diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
penggunaan metode Audio-Lingual bagi guru dan pembaca. Penelitian ini dibagi
menjadi empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Untuk mengetahui peningkatan pronunciation siswa dengan metode Audio-
Lingual, peneliti melakukan pre test dan post test pada siswa kelas IV A MI Sunan
Kalijogo yang berjumlah 23 siswa. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dan empat kali
pertemuan. Pre test dilakukan sebelum siswa diberi tindakan. Adapun post test

xx



dilakukan ketika siswa sudah diberi tindakan. Hasilnya membuktikan bahwa nilai post
test siswa lebih baik daripada nilai pre test siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari
perbandingan rata-rata kelas sebelum dan setelah post test. Dari segi vowel (vokal)
mengalami peningkatan sebesar 40%, consonant (konsonan) sebesar 34,9%, rhythm
and word stress (ritma dan penekanan kata) 28,03%, intonation (intonasi) 37,7% dan
fluency (kelancaran) sebesar 32,02%.

1



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi
desentralisasi membawa konsekuensi dalam pengelolaan, pendidikan khususnya
ditingkat sekolah. Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang otonomi daerah yang secara langsung berpengaruh terhadap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan. Kebijakan tersebut dapat
dimaknai sebagai pemberian otonom yang seluas-luasnya kepada sekolah dalam
mengelola sekolah, termasuk di dalam berinovasi dalam pengembangan
kurikulum dan model-model pembelajaran. Kondisi ini sesuai dengan perubahan
kurikulum yang sedang dibuat pemerintah, yakni kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Perubahan kurikulum tersebut untuk meningkatkan kualitas
mutu pendidikan. Mencermati dari kondisi rendahnya mutu pendidikan, maka
peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan sesuatu yang sangat mutlak
untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Salah satu wahana untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan, sehingga kualitas
pendidikan harus senantiasa ditingkatkan.
2

Berbicara tentang bahasa, berarti berbicara tentang alat komunikasi. Kita
tidak dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa bahasa. Jika kita tidak mengerti
bahasa Inggris, maka hampir dapat dipastikan kita akan tertinggal. Bahasa Inggris

2
E. Mulyasa. Media dan Laboratorium dalam Pendidikan. (Jakarta: Proyek
Pengembangan, 2003), Pendidikan Guru (P3G) Pdan K

2



adalah suatu bahasa yang sangat penting dalam dunia internasional khususnya di
era globalisasi sekarang ini.
Bahasa Inggris sebagai suatu bahasa yang digunakan dalam masyarakat
globlal dapat dipergunakan sebagai media komunikasi dengan orang lain dari
berbagai negara. Selain itu, dengan menguasai bahasa Inggris maka orang akan
dengan mudah masuk dan dapat mengakses dunia informasi dan teknologi.
Dengan pengenalan bahasa Inggris di sekolah dasar maka siswa akan mengenal
dan mengetahui bahasa tersebut lebih awal. Oleh karena itu mereka akan
mempunyai pengetahuan dasar yang lebih baik sebelum melanjutkan ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi. Alasan yang terakhir adalah bagi orang tua dan guru
dapat memberikan bekal bagi siswa bahwa dengan menguasai bahasa Inggris
maka bisa memberikan kesempatan yang lebih terbuka untuk mengembangkan
diri guna memperoleh kesempatan yang lebih baik menghadapi persaingan
lapangan kerja dan karir di masa yang akan datang.
Menurut Pennycook bahasa Inggris telah menjadi suatu alat yang sangat
menentukan bagi kelanjutan pendidikan, pekerjaan serta status sosial masyarakat.
3

Selain itu, menurut Depdiknas Bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran
bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya , budayanya, dan
budaya lain. Selain itu pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu

3
Pennycook, A, English in the World/The World in English. In J. Tollefson (Ed),
Power and Inequality in Language Education (Cambridge: Cambridge University Press, 1995),
hlm. 40

3



mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dan
mengemukakan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinaif yang ada
dalam dirinya.
4

Di dalam al-Qur'an juga dijelaskan tentang pentingnya mempelajari bahasa
lain. Adapun ayat yang menunjukkan tentang hal tersebut adalah:
#Lym #s) xn=t/ tt/ 9$# yy`u $y $Ys% t%s3t ts)t Zs%
Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati
di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti
pembicaraan
[891]
. "
5


Maksud dari ayat tersebut adalah mereka (kaum yang dijumpai Iskandar
Dzulkarnain) tidak bisa memahami bahasa orang lain, karena bahasa mereka
amat jauh bedanya dari bahasa yang lain, dan merekapun tidak dapat
menerangkan maksud mereka dengan jelas karena kekurangan kecerdasan
mereka.
6
Ayat tersebut menceritakan tentang kisah perjalanan Iskandar
Dzulkarnain ke sebuah tempat yang pada tempat tersebut terdapat suatu kaum
yang hampir tidak mengerti pembicaraan.
Adapun pelajaran yang dapat diambil dari ayat tersebut adalah
bahwasanya mempelajari bahasa sangat penting. Hal tersebut dikarenakan
manusia adalah makhluk homo socius yang juga butuh berinteraksi dengan
manusia lainnya, baik balam batasan regional maupun internasional

4
Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Seklah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah ( Jakarta: CV. Timur Putra Mandiri, 2006), hlm. 402
5
Al-Qur'an Digital, Surat Al-Kahfi, ayat 93
6
Ibid

4




Dari beberapa ulasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
menguasai bahasa sangatlah penting. Begitu pentingnya Menguasai bahasa Inggris
dengan baik akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan
keintelektualan mereka, karena dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali
dijumpai berbagai buku dan media sumber informasi yang dicetak dengan
menggunakan bahasa Inggris. Untuk itulah MI Sunan Kalijogo ingin membantu
anak didiknya untuk mempelajari bahasa Inggris dengan memberikan berbagai
metode guna meningkatkan kemampuan berbahasa mereka sejak dini.
Akan tetapi dilihat dari hasil pra research, yang diperoleh peneliti dari
hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris kelas IV A MI Sunan
Kalijogo, dalam usahanya memberikan pendidikan yang terbaik bagi siswanya,
khususnya dalam mata pelajaran bahasa Inggris masih mereka masih sering
mengalami kesulitan. Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa
Inggris kelas IV A berikut ini:
" Begini mbak, kalau untuk pelajaran bahasa Inggris memang kadang kami masih
sering mengalami kesulitan. Mungkin kalau dalam hal mengartikan atau
menerjemahkan anak-anak sudah terbiasa. Tapi kalau membaca sebagian besar
masih banyak yang kurang benar melafalkannya atau kurang fasih. Paling-paling
ya beberapa anak saja yang bisa, yang memang dasarnya sudah pinter. Saya itu
bingung gitu lo mbak, te di apakno iki
7
. Wong saya juga bukan lulusan bahasa
Inggris dan bukan lulusan PGSD yang memang diajari secara khusus gitu lo
mbak. Jadi ya saya pakai metode menerjemahkan itu."
8



7
Jawa:Mau diapakan, pen
8
Wawancara peneliti dengan Bpk. Zainuddin, guru mata pelajaran bahasa Inggris Kelas
IVMI Sunan Kalijogo, (24 April 2009, jam 09.15 WIB, di kantor)


5



Dari petikan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi kendala dalam pembelajaran bahasa Inggris kelas IV A adalah bidang
pelafalan kata (pronunciation). Sebagaimana diketahui bahwa dalam bahasa
Inggris bentuk tulisan sangatlah berbeda dengan pelafalannya. Untuk itu, dalam
mempelajari keragaman kemampuan siswa, diharapkan seorang guru dapat
menggunakan metode pengajaran bahasa Inggris seefisien dan seefektif mungkin.
Berpijak pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi
daerah yang akhirnya memberi dampak positif bagi sekolah dengan pemberian
otonom yang seluas-luasnya kepada sekolah dalam mengelola sekolah, termasuk
didalam berinovasi dalam pengembangan kurikulum dan model-model
pembelajaran, maka seorang guru diharapkan lebih kreatif dalam memilih metode
agar siswa tertarik dengan materi yang diajarkan. Sehingga, siswa juga akan
merasa lebih mudah dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang di
sajikan. Richards mengatakan Method in language teaching is designed to
provide a detailed account of major twentieth-century trends in language
teaching
9

Berdasar pada penelitian terdahulu tentang pembelajaran bahasa asing di
tingkat SD/MI, peneliti tertarik untuk menerapkan metode Audio-Lingual untuk
peningkatan pronunciation siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Adapun
beberapa penelitian tersebut antara lain adalah:
1. Improving Students' Pronunciation Using Audiovisual Aids (Avas) At
The Fifth Year Of Sd Al-Azhar Syifa Budi Solo In 2007/2008 Academic

9
J.C Richards, Approaches And Method in Language Teaching , (New york: Cambridge
University Press, 1986), hlm. 89

6



Year, oleh Anggar Wulandari
Penelitian tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan pronunciation
siswa dengan menggunakan Audiovisual Aids (Avas). Adapun hasil
dari penelitian ini adalah bahwa siswa mempunyai respon positif
terhadap penerapan Audiovisual Aids (Avas). Para siswa terlihat
menikmati dan tertarik dengan penerapan Audiovisual Aids (Avas) dan
kemampuan siswa dalam pronunciation meningkat khususnya dalam hal
word stress.
10

2. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Dengan Media CD
Interaktif di SDN 02 Selokaton Kec. Gondangrejo kab. Karanganyar,
oleh Fahru.
Penelitian ini menitikberatkan pada peranan bahasa Inggris yang sangat
besar dalam kehidupan mendatang, namun dewasa ini mata pelajaran
bahasa Inggris masih sulit dipelajari siswa, terutama siswa Sekolah
Dasar. Sebagai peneliti sekaligus guru Bahasa Inggris di Sekolah Dasar
Negeri 02 Selokaton, menemukan fakta nyata bahwa hasil nilai mata
pelajaran Bahasa Inggris siswa masih rendah. Kurangnya minat untuk
belajar Bahasa Inggris mengakibatkan rendahnya nilai siswa. Sebagian
siswa masih menganggap bahwa Bahasa Inggris itu sulit dan tidak
menyenangkan. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti melakukan
tindakan kelas dengan media CD interaktif dalam proses pembelajaran

10
Anggar Wulandari, Improving Students' Pronunciation Using Audiovisual Aids (Avas)
At The Fifth Year Of Sd Al-Azhar Syifa Budi Solo In 2007/2008 Academic Year, Skripsi.
(Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008), hlm. xii

7



di Sekolah Dasar Negeri 02 Selokaton. Adapun hasil dari penelitian
tersebut adalah bahwa model pembelajaran dengan media CD interaktif
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa
Inggris pada siswa Sekolah Dasar Negeri 02 Selokaton Kec.
Gondangrejo Kab. Karanganyar.
11

3. Pemanfaatan Multimedia untuk menstimulus Imajinasi Penyusunan
Kalimat Posesive Pronouns, oleh Anik Sri Mulyani dkk.
Penelitian tersebut dilaksanakan di SDI Binakheir pada semester II.
Penelitian tersebut membahas tentang pemanfaatan multimedia untuk
menstimulus imajinasi penyusunan kalimat posessive pronouns. Dalam
pelaksanaannya tim peneliti menggunakan Microsoft Power Point
sebagai media dalam pembelajaran kalimat posessive pronouns. Adapun
hasil dari penelitian tersebut adalah tim peneliti menemukan peningkatan
sebesar 67% pada siswa setelah diberi tindakan. Selain itu, penggunaan
permainan juga dapat menstimuli imajinasi siswa agar mereka mampu
membuat kalimat sendiri, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan
kalimat yang dapat dibuat siswa, dari empat kalimat menjadi delapan
kalimat.
12

Adapun letak persamaan penelitian ini dengan ketiga penelitian di atas
adalah terletak pada objek penelitian, yaitu tindakan kelas ini diterapkan pada

11
Fahru, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Dengan Media CD
Interaktif di SDN 02 Selokaton Kec. Gondangrejo kab. Karanganyar, Blog. 2008
(http://www.Fahrublogger.blogspot.com, diakses pada tanggal 28 Maret 2009)
12
Anik Sri Mulyani dkk, Pemanfaatan Multimedia Untuk Menstimulus Imajinasi
Penyusunan Kalimat Posesive Pronouns. Jurnal Pendidikan Inovatif, Jurnal JPI. No 1 Volume
4 Januari 2009

8



siswa tingkat dasar. Selain itu juga pada mata pelajaran yang dijadikan objek
penelitian (bahasa Inggris). Sedangkan perbedaannya terletak pada metode yang
digunakan dan ranah yang diteliti (ranah penelitian ini adalah pronunciation).
13

Metode Audio-Lingual merupakan metode yang menggunakan drill
dengan menekankan repetition (pengulangan) dalam pelaksanaannya. Zuhairini
dkk menguraikan tentang kelebihan drill adalah : (1) Dalam waktu relatif singkat,
cepat dapat diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan (2) Para
murid akan memiliki pengetahuan siap (3) Akan menanamkan pada anak-anak
kebisaaan belajar secara rutin dan disiplin.
14

Sebagaimana diketahui tujuan suatu proses pembelajaran adalah untuk
meningkatkan dan mencapai suatu peningkatan prestasi. Dalam suatu proses
belajar mengajar, aspek yang sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut
adalah peran aktif atau partisipasi antara guru dan siswa. Partisipasi antara
keduanya sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam suatu proses belajar mengajar
harus ada keterlibatan antara guru dan siswa. Proses belajar merupakan hal yang
sangat penting, dimana proses tersebut terjadi di dalam pemikiran siswa.
Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan suatu
implementasi dari keaktifan siswa dalam proses tersebut tentu saja disamping
menerima materi pelajaran dari guru. Dalam metode Audio-Lingual ini siswa
dapat berperan aktif dengan cara melakukan aktifitas yang dapat mendukung

13
Ranah yang diteliti dalam penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu poin 1.
Akan tetapi terdapat perbedaan, yaitu pada metode yang digunakan.
14
Zuhairini, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama. (Suarabaya: Usaha Nasional,
1983), hlm. 107

9



proses belajar diantaranya dengan cara latihan dialog, dramatisasi dialog,
membaca berulang-ulang materi pelajaran untuk melancarkan pelafalan
(pronunciation) siswa, melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan guru atau
mencari sumber-sumber materi lain yang sekiranya dapat membantu mereka
dalam memahami materi pelajaran dan lain-lain. Hal tersebut dapat membuat
siswa dilibatkan dalam proses belajar mengajar baik secara fisik maupaun mental.
Selain itu keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan
suatu hal yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi belajar siswa
tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin siswa terlibat dalam proses
belajar mengajar, maka semakin besar pula pencapaian prestasi belajar akan
didapat oleh siswa. Hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai hal tersebut
adalah tentu saja usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
yang dalam hal ini adalah proses pembelajaran sebagai dasar suatu aktivitas.
Suatu kemjuan tidak akan diperoleh tanpa suatu usaha yang bermakna. Usaha
benar-benar diperlukan dalam hal peningkatan prestasi belajar siswa. Dengan
demikian maka penelitian ini merupakan action research yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan pronunciation siswa dengan tetap melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dengan metode Audio-Lingual pada
kelas IV di MI Sunan Kalijogo Malang.
Berkaitan dengan fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti
penerapan dari salah satu metode pembelajaran bahasa yaitu The Audio-Lingual
Method, sebagai upaya untuk membantu siswa mempelajari English
pronunciation dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Metode ini memiliki fokus

10



tujuan yaitu latihan pronunciation yang benar dalam suatu bahasa, khususnya
bahasa Inggris. Oleh karena itu peneliti akan meneliti pengaruh penerapan metode
ini dalam meningkatkan kemampuan pronunciation siswa. Penelitian ini akan
dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul
Penerapan Metode Audio-Lingual untuk Peningkatkan Kemampuan
Pronunciaton Siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV di MI Sunan
Kalijogo Malang
B. Rumusan Masalah
Adupun pokok permasalahan yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses perencanaan pembelajaran pronunciation dengan
menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan
Kalijogo?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran pronunciation dengan
menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan
Kalijogo?
3. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran pronunciation dengan menggunakan
metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses
peningkatan kemampuan pronunciation dengan menggunakan metode Audio-
Lingual pada siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo.
Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran pronunciation dengan

11



menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa kelas IV A MI Sunan
Kalijogo
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran pronunciation dengan
menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan
Kalijogo
3. Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran pronunciation dengan
menggunakan metode Audio-Lingual pada siswa Kelas IV A MI Sunan
Kalijogo.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Lembaga
Penerapan metode Audio-Lingual ini diharapkan dapat dijadikan motivasi
untuk menerapkan model atau metode yang lebih bervariasi bagi pengajar
2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
varian metode pengajaran bahasa Inggris
3. Bagi Peneliti
Dengan menerapkan metode Audio-Lingual ini sebagai subjek penelitian,
maka diharapkan dapat menjadikan pengalaman yang berharga bagi
peneliti untuk dapat diterapkan di dunia pendidikan
4. Bagi siswa
Memberikan warna dan suasana baru dalam belajar di kelas sehingga
siswa merasa senang dan tidak mudah bosan. Siswa juga termotivasi untuk
menggali kreatifitas dan wawasannya sendiri.

12



5. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah saatu pertimbangan guru
mata pelajaran bahasa Inggris dalam menentukan model pembelajaran
yang bervariasi dalam proses belajar mengajar yang efektif
6. Bagi masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dikembangkan sebagai bentuk
pengabdian kepada masyarakat, khususnya guru SD, untuk mencoba
menerapkan pembelajaran metode Audio-Lingual yang bisa diterapkan
pada semua mata pelajaran.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Oleh karena dalam mata pelajaran bahasa Inggris banyak kompetensi dasar
yang harus dikuasai, yaitu reading, speaking, linstening dan writing, maka
dalam penelitian ini hanya akan mengkaji pronunciation yang merupakan
faktor yang sangat penting dalam dua dari empat kompetensi dasar di atas,
yaitu reading dan speaking.
Hockett mengungkapkan Enough vocabulary to make such drills
possible
15
maka, agar penerapan metode Audio-Lingual lebih efektif maka
kosa kata yang akan dipakai juga dibatasi pada kosa kata yang sering dipakai
sehari-hari.
E. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dan menghindari kemungkinan terjadinya kekeliruan
atau kesalahpahaman dalam menafsirkan pengertian atau makna dari judul

15
Richards and Rodgers Op . Cit, hlm. 42

13



penelitian ini, maka peneliti memberikan penegasan istilah sebagai berikut:
1. Audio-Lingual adalah sebuah metode pembelajaran bahasa yang dalam
prakteknya ditekankan pada drill dan repetisi (pengulangan).
2. Pronunciation adalah cara dimana sebuah bahasa, kata dan suara
diucapkan.
F. Sistematika Pembahasan
Agar penelitian ini sistematis, maka digunakan sistematika sebagai
berikut:
Bab I berupa pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian,
definisi istilah dan sistematika pembahasan.
Bab II berupa kajian pustaka yang meliputi pengertian metode
pengajaran bahasa Inggris, pengertian metode pembelajaran bahasa Inggris,
sejarah metode Audio-Lingual, pengertian metode Audio-Lingual, teknik
pengajaran dengan menggunakan metode Audio-Lingual, penerapan metode
Audio-Lingual, kelebihan dan kekurangan metode Audio-Lingual, lingkup
pengajaran pronunciation, tujuan pembelajaran pronunciation.
Bab III berupa metodologi penelitian yang meliputi pendekatan dan
jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data dan jenis
data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan temuan, tahap-tahap penelitian.
Bab IV berupa paparan data dan laporan hasil penelitian yang meliputi
latar belakang objek, siklus 1dan 2

14



Bab V berupa pembahasan.
Bab VI berupa penutup,yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

15



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembelajaran Bahasa Inggris
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen disebutkan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
16
Di sisi lain Wittrock dikutip Good dan Brophy
mendefinisikan:
Learning is the term we use to describe the process involve in changing
through experience. It is the process of acquiring relatively permanent
change in understanding, attitude, knowledge, information, ability, and
skill experience

Sedangkan menurut Sagala pembelajaran adalah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah
antara guru dengan murid peserta didik
17

Jika dilihat dari beberapa definisi di atas pembelajaran mempunyai arti
yang hampir sama dengan pengajaran. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar
supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai
sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi
perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang
siswa. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu

16
Tim Redaksi Fokus Media, Undang-undang Guru dan Dosen, (Bandung: Fokus
Media, 2008), hlm.61
17
Syaiful, Sagala, Konsep dan Makna Pembelajarann (Bandung: CV. Alfabeta, 2005),
hlm. 61

16



pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menunjukkan adanya interaksi
antara guru dengan peserta didik.
Adapun pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses
belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar jika
dalam dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya. Dalam pembelajaran, hasil belajar dapat
dilihat secara langsung. Oleh karena itu, agar kemampuan siswa dapat dikontrol
dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas, maka
program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru
dengan memperhatikan berbagai prinsip pembelajaran yang telah diuji
keunggulannya.
Pendidikan Bahasa Inggris di SD/MI itu sendiri dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai
tindakan atau language accompaying action. Bahasa Inggris digunakan untuk
interaksi yang bersifat here and now. Topik pembicaraannya berkisar pada hal-
hal yang ada dalam konteks situasi.
18

Sebagaimana diketahui, bahasa Inggris merupakan alat komunikasi secara
lisan dan tulis. Sedangkan berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan
informasi, pikiran, perasaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,teknologi dan
budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah
kemampuan berwacana yaitu kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks
lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa yaitu;

18
Fahru, Op. Cit

17



reading, listening, writing, dan speaking. Ke empat keterampilan inilah yang
digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan
bermasyarakat.
B. Pengertian Metode Pembelajaran Bahasa Inggris
Method is approaches to designing language program and material reflect
a commitment to finding more efficient and more effective ways of teaching
language.
19
Jadi, metode dalam pembelajaran bahasa Inggris merupakan proses
penyajian pelajaran atau materi bahasa untuk menemukan suatu cara yang lebih
efisien dan efektif dalam proses pengajaran bahasa Inggris.
Metode pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah apa yang dimaksud
oleh tujuan pembelajaran itu sendiri. Semua situasi pembelajaran yang
berlangsung baik maksimal maupun kurang maksimal- mencakup beberapa aspek,
yaitu: a) pemilihan bahan, b) peningkatan bahan dan c) cara-cara penyajian materi
pembelajaran serta cara-cara pengulangan materi tersebut.
20
Sedangkan menurut
sebagian ahli metode adalah penentuan bahan yang akan diajarkan, adapula yang
mengatakan cara-cara penyajian bahan.
21

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan bisa diambil kesimpulan
bahwa pengertian dari metode pembelajaran bahasa adalah cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa itu sendiri yang kesemuanya
dilandaskan pada sistem tertentu. Adapun metode mencakup beberapa faktor,

19
Richards and Rodgers Op . Cit, 15
20
Mas Shofa, Hakikat Metode Pembelajaran Bahasa (http://massofa.wordpress.com, diakses
pada tanggal 28 Maret 2009)
21
Ibid

18



yaitu penentuan bahan pembelajaran, penentuan urutan bahan, cara-cara
penyajian, dan sebagainya.
Dalam proses pengajaran di kelas memang dibutuhkan pendayagunaan
metode-metode yang telah terbukti keefektifannya, dengan begitu siswa akan
lebih termotivasi dalam mempelajarinya.
C. Pembelajaran Bahasa Inggris Kelas IV SD/MI
Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran yang tergolong dalam
muatan lokal, yang mana substansi muatan lokal tersebut ditentukan oleh sekolah.
Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap
semester atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.
Sebagaimana disebutkan dalam Model Kurikulum tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) SD dan MI, Bahasa Inggris merupakan salah satu mata
pelajaran muatan lokal yang wajib diselenggarakan bagi semua siswa kelas I
hingga kelas VI. Sedangkan alokasi waktu yang diperlukan adalah 2 jam
pelajaran.
22

Pembelajaran bahasa Inggris kelas IV SD maupun MI mempunyai Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Pada kelas IV semester 1 dan semester 2,
Standar Kompetensinya adalah:
1. Memahami instruksi sangat sederhana dengan tindakan dalam konteks
kelas (mendengarkan).
2. Mengungkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam
konteks kelas (berbicara).

15 Karsidi, Model Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI, (Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2007), hlm. 14

19



3. Memahami tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks
kelas (membaca).
4. Mengeja dan menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam
konteks kelas (menulis).
Kompetensi Dasar pada semester I adalah:
23

a. Mendengarkan
1. Merespon dengan melakukan tindakan sesuai instruksi secara
berterima dalam konteks kelas.
2. Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal dalam konteks
kelas.
b. Berbicara
1. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk menyertai tindakan
yang melibatkan tindak tutur mengenalkan diri, memberi
salam/sapaan, memberi salam perpisahan dan memberi aba-aba.
2. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk meminta/memberi
jasa/barang yang melibatkan tindak tutur memberi bantuan,
meminta barang dan memberi barang.
3. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk meminta/memberi
informasi yang melibatkan tindak tutur berterima kasih, meminta
maaf, memberi maaf, melarang, memuji, dan mengajak.
4. Peserta didik mampu mengungkapkan kesantunan yang melibatkan
ungkapan thank you, sorry, please, dan excuse me.

23
Rita Kurniawan dan Naning Partini, Speed Up English 4 (Jakarta: Yudhistira, 2006),
hlm. iv.

20



c. Membaca
1. Peserta didik mampu membaca nyaring dengan melafalkan alfabet
dan ucapan yang tepat yang melibatkan kata, frasa, dan kalimat
sangat sederhana.
2. Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat sederhana.
d. Menulis
1. Mengeja ujaran bahasa Inggris sangat sederhana secara tepat dan
berterima dengan tanda baca yang benar yang melibatkan kata,
frasa dan kalimat sangat sederhana.
2. Menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana secara tepat dan
berterima seperti: ucapan selamat dan pesan tertulis.
Pada semester II, Kompetensi Dasar yang dijadikan patokan adalah:
a. Mendengarkan
1. Merespon dengan melakukan tindakan sesuai instruksi secara
berterima dalam konteks kelas.
2. Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal dalam konteks
kelas
b. Berbicara
1. Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat
sederhana secara berterima.
2. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk menyertai tindakan
yang melibatkan tindak tutur memberi contoh melakukan sesuatu
dan memberi aba-aba.

21



3. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk meminta/memberi
jasa/barang yang melibatkan tindak tutur meminta bantuan,
meminta barang, dan memberi barang.
4. Peserta didik mampu bercakap-cakap untuk meminta/memberi
informasi yang melibatkan tindak tutur meminta ijin, memberi ijin,
menyetujui, tidak menyetujui, menyangkal, dan meminta kejelasan.
5. Peserta didik mampu mengungkapkan kesantunan yang melibatkan
ungkapan thank you, sorry, please, dan excuse me.
c. Membaca
1. Peserta didik mampu membaca nyaring dengan melafalkan alfabet
dan ucapan yang tepat yang melibatkan kata, frasa, dan kalimat
sangat sederhana.
2. Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat sederhana.
d. Menulis
1. Peserta didik mampu mengeja ujaran bahasa Inggris sangat
sederhana dengan tanda baca yang benar yang melibatkan kata,
frasa, dan kalimat sangat sederhana.
2. Peserta mampu menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana
dengan tepat seperti: ucapan selamat dan notices.
Berdasarkan empat standar kompetensi yang telah ditetapkan tersebut,
maka seyogyanya pembelajaran yang berlangsung di kelas dapat mengakomodir
keempat keterampilan tersebut. Karena keempat keterampilan tersebut saling
berkaitan dan saling berpengaruh. Dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas,

22



guru dapat melakukan beberapa kegiatan yang mengakomodir beberapa
keterampilan secara langsung. Sebagai contoh saat guru meminta peserta didik
untuk mendengarkan instruksi dari guru untuk melafalkan kata-kata dalam bahasa
Inggris, guru selain melakukan aktivitas listening juga telah membuat siswa
berbicara, melafalkan, dan membaca. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakuka
secara bersama-sama.
D. Pengertian Metode Audio-Lingual
Pada dasarnya metode Audio-Lingual hampir sama dengan metode
lainnya. Adapun metode yang muncul sebelum metode ini adalah metode Direct
(Direct Method).
The Audio-Lingual method is the method which focuses in repetition some
words to memorize.
24

Audio-Lingual method is a method which use drills and pattern practice
in teaching language.
25
Adapun Jill Kerper Mora dari San Diego University
menyebutkan:
"This method
26
is based on the principles of behavior psychology. It
adapted many of the principles and procedures of the Direct Method, in
part as a reaction to the lack of speaking skills of the Reading Approach"
27


Metode Audio-Lingual ini merupakan sebuah metode yang
pelaksanaannya terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog,

24
Diane Larsen and Freeman, Techniques and Principles in Language Teaching,
(Oxford: Oford University Press, 1986), hlm. 31
25
Richards,.Op. Cit., hlm. 44
26
Audio-Lingual Method
27
Jill Kreper Mora, Second-Language Teaching Method (http://www.edweb.sdsu.edu,
diakses pada tanggal 20 Februari 2009)

23



teks bacaan. Adapun dalam praktiknya siswa diajak belajar (dalam hal ini bahasa
Inggris secara langsung) tanpa harus mendatangkan native language.
Dasar dan prosedur pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari
metode yang telah ada sebelumnya yaitu metode langsung (Direct Method). Selain
itu, tujuan Audio-Lingual pun juga tidak berbeda dengan Direct Method yaitu
untuk menciptakan kompetensi komunikatif dalam diri siswa.
Sebagaimana diketahui, pengucapan (pronunciation), susunan serta aspek-
aspek lain antara bahasa asing dan bahasa ibu sangatlah berbeda. Oleh karenanya,
dalam pembelajaran bahasa asing (dalam hal ini bahasa Inggris) para siswa
diharuskan mengucapkan dan atau membaca berulang-ulang kata demi kata yang
diberikan oleh guru agar sebisa mungkin tidak terpengaruh dengan bahasa ibu.
Pengulangan-pengulangan yang dilakukan lama-kelamaan akan menjadi sebuah
kebiasaan (habit). Begitu juga dalam hal melafalkan kata-kata bahasa asing
(bahasa Inggris), jika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan, siswa akan secara
otomatis dan refleks dapat melakukannya. Sehingga dalam pelaksanaannya, agar
usaha tersebut dapat berjalan lancar maka diperlukan memerlukan keseriusan baik
dari guru maupun siswa.
E. Sejarah Metode Audio-Lingual
Metode Audio-Lingual merupakan sebuah metode yang sudah
berkembang selama Perang Dunia II berlangsung.
28
Keikutsertaan Amerika
dalam perang dunia II telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pengajaran bahasa Inggris di negara tersebut. Untuk membekali pemerintah

28
Diane Larsen and Freeman, Op. Cit., hlm. 31

24



Amerika dengan personel yang fasih berbahasa Jerman, Prancis, Italia, China,
Jepang, Melayu dan bahasa lainnya penerjemah, asisten code-room, dan pengalih
bahasa dibutuhkan sebuah training khusus program bahasa. Pemerintah
menugaskan universitas-universitas di Amerika untuk mengembangkan bahasa
asing bagi personel militer Amerika. Demikian hingga akhirnya Army
Specialized Training Program (ASTP) didirikan pada tahun 1942. pada awal tahun
1943 sebanyak 55 universitas terlibat dalam program ini.
29

Metode yang juga dikenal sebagai Army method ini berkembang sebagi
reaksi terhadap metode Grammar-Translation dalam pengajaran bahasa asing.
Metode Grammar-Translation ini sebelumnya telah dipakai selama seribu tahun,
tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama bagi pembelajar untuk dapat
berbicara dengan bahasa asing yang ditargetkan. Kira-kira sejak 1947-1967
pendekatan Audio-Lingual telah menjadi metode pengajaran bahasa asing yang
dominan di Amerika. Dengan metode yang lebih inovatif, metode Audio-Lingual
ini mampu mencapai kompetensi komunikatif lebih cepat. Teori ini berdasar pada
teori behavioristik yang dikembangkan Skinner.
30

Sebagaimana diketahui bahwa kaum behavioris yakin bahwa belajar
bahasa pada hakikatnya adalah masalah pembisaaan dan pembentukan kebisaaan.
Dengan pola pikir bahwa dalam proses pembelajaran yang penting adalah
stimulus dan respons dan adanya penguatan. Oleh sebab itu, dalam dunia
pembelajaran bahasa teori itu melahirkan pendekatan Audio-Lingual yang banyak

29
Richards and Rodgers, Op . Cit., hlm. 44
30
Susan Kifutu, Background and Characteristics of the Audio-Lingual Method
(http://www.tcnj.edu, diakses pada tanggal 21 Februari 2009)

25



memberikan pengulangan. Mereka yakin jika belajar bahasa itu dilakukan dengan
pengulangan, maka kompetensi berbahasa itu akan dapat diperoleh.
Aliran behaviorisme menjelaskan pengertian tingkah laku melalui aksi dan
reaksi atau yang biasa kita kenal dengan istilah stimulus dan response; stimulus
yang berbeda menghasilkan responsi yang berbeda pula. Adapun hubungan antara
stimulus tertentu dengan responsi tertentu disebut kebiasaan atau habit.
Watson, seorang tokoh aliran psikologi behaviorisme klasik pernah
mengemukakan bahwasanya stimulus dapat mendatangkan responsi, maka dapat
disimpulkan jika stimulus terjadi secara tetap maka responsi pun terlatih dan
diarahkan tetap akhirnya dapat terjadi secara bersifat otomatis.
Dalam metode Audio-Lingual yang didasarkan pada teori behavioristik
yang digunakan dalam penelitian ini, peran guru sangat dominan karena gurulah
yang memilih bentuk stimulus, memberikan punishment dan reward, memberikan
penguatan dan menentukan jenisnya, dan guru juga yang memilih materi, dan cara
mengajarkannya.
F. Teknik Pengajaran yang Digunakan dalam Metode Audio-Lingual
Teknik pengajaran yang digunakan dalam metode Audio-Lingual adalah
sebagai berikut:
31

a. Menghafal Dialog (Dialog Memorization)
Dalam teknik ini siswa menghafalkan dialog atau percakapan pendek
antara dua orang pada awal pelajaran. Dalam praktiknya siswa
memerankan satu orang peran dalam dialog, sedangkan guru

31
Diane Larsen and Freeman , Op. Cit., 45-47

26



memerankan tokoh pasangannya. Setelah siswa belajar percakapan atau
dialog dari satu tokoh, guru dan siswa berganti peran. Kemudian siswa
menghafalkan dialog baru. Cara lainnya yang bisa digunakan adalah
dengan membagi siswa menjadi dua kelompok. Masing-masing
kelompok memerankan satu peran dan menghafalkan dialog tersebut.
Setelah masing-masing kelompok mampu menghafalkan dialog, mereka
diminta untuk untuk berganti peran. Setelah seluruh siswa hafal dialog,
guru meminta siswa untuk mempraktikkan dialog secara berpasangan di
depan kelas.
b. Backward Bulld-up (Expansion) Drill
Drill digunakan ketika siswa mengalami kesulitan dalam menghafalkan
dialog panjang. Caranya adalah guru membagi dialog panjangmenjadi
beberapa potong bagian. Guru pertmama kali memberikan contoh
kemudian siswa menirukan bagian kalimat (bisaanya pada frasa akhir).

Contoh:
Guru : It is a beautiful scenery
Guru : It is a beautiful
Siswa : It is a beautiful scenery
c. Repetition Drill
Siswa diminta untuk menirukan guru seakurat dan secepat mungkin.
Contoh :
Guru : This is the seventh month

27



Siswa : This is the seventh month
d. Chain Drill
Drill ini dilakukan dengan cara meminta siswa untuk duduk melingkar
di dalam ruangan, kemudian satu persatu siswa bertanya dan menjawab
pertanyaan. Guru memulai drill ini dengan dengan menyapa atau
bertanya pada salah satu siswa. Kemudian siswa tersebut menjawab
pertanyaan tadi, kemudian ia bertanya pada teman di sampingnya.
Siswa yang ditanya tadi kemudian menjawab dan bertanya lagi kepada
teman di sampingnya, begitu seterusnya.
e. Single Slot Subtitution
Guru membaca satu baris dari dialog, kemudian siswa mengucapkan
satu kata atau kelompok kata. Siswa diminta untuk menirukan dengan
cara memasukkan kata atau kelompok kata tersebut secara tepat ke
dalam bait dialog tadi.

Contoh:
Guru : I know Him. (Hardly)
Siswa : I hardly know him
f. Multiple Slot Subtitution Drill
Drill ini sama dengan drill single slot substitution, tapi lebih luas.
Tidak hanya satu bait dialog, akan tetapi satu dialog penuh.



28



g. Transformational Drill
Guru memberi siswa kalimat, kemudian siswa diminta untuk merubah
kalimat tersebut menjadi bentuk yang berbeda seperti: interrogatif,
negatif, positif, pasif, imperative dan sebagainya.
h. Question and Answer Drill
Drill model ini melatih siswa menajwab pertanyaan dengan tepat.
i. Use Minimal Pairs
Guru menggunakan pasangan kata yang berbeda satu bunyi, misal: ship
dan sheep. Siswa diminta untuk menemukan perbedaan dua kata
tersebut, kemudian berlatih untuk mengucapkan kata tersebut dengan
benar.
j. Complete the Dialog
Beberapa kata dalam sebuah dialog dihapus, kemudian siswa diminta
untuk melengkapi dialog tersebut
k. Grammar Game
Game ini mirip dengan game supermarket alphabet, didesain untuk
melatih grammar siswa dalam suatu konteks. Dengan begitu siswa bisa
mengekspresikan dirinya sendiri, walaupun dalam porsi yang terbatas.
Dari berbagai teknik yang disebutkan di atas dapat disimpulkan dalam
pelaksanaan metode Audio-Lingual seorang guru akan memberi contoh
tentang model yang benar, dalam hal ini melafalkan ( pronounce) dan
bagaimana melafalkan (how to pronounce ) sebuah kalimat dan siswa harus
menirukan. Kemudian dalam kesempatan lain guru akan melanjutkan dengan

29



mengenalkan kata-kata baru dengan struktur kata yang sama. Pokok dari
metode ini dan kaitannya dengan pembelajaran pronunciation adalah
bagaimana melatih siswa untuk terus berlatih melafalkan dengan benar sampai
mereka dapat melakukannya secara spontan. Oleh karena itu seperti telah
dijelaskan di awal, siswa hanya diberi kosakata secukupnya (khususnya yang
sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari) agar pelaksanaan metode ini
dapat berjalan dengan lancar.
G. Penerapan Metode Audio-Lingual
Metode Audio-Lingual sangat mengutamakan drill. Metode ini muncul
karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam bahasa dan target.
Padahal,untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat
misalnya perang, kunjungan dan seterusnya. Dalam Audio-Lingual yang
berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada
lafal kata dan pelatihan berkali-kali secara intensif pada pola-pola kalimat.
Guru dapat memaksa siswa untuk mengulang sampai tanpa kesalahan.
1. Langkah-langkah Pembelajaran dalam Metode Audio-Lingual
Di dalam metode Audio-Lingual terdapat beberapa langkah yang biasa
dilakukan dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah tersebut
antara lain adalah:
Adapun langkah-langkah yang bisaa dilakukan adalah:
a. Penyajian teks dialog atau teks pendek yang dibacakan guru
berulang-ulang dan siswa menyimak tanpa melihat teks yang
dibaca.

30



b. Peniruan dan penghafalan teks itu secara serentak dan siswa
menghafalkannya.
c. Penyajian kalimat dilatih dengan pengulangan.
d. Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa
memperagakan di depan kelas.
e. Pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.
32

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya metode ini memberikan
perhatian utama kepada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog,
teks bacaan, dan pada sisi lain lebih mengutamakan bentuk luar bahasa (pola,
struktur, kaidah) dari pada kandungan isinya, dan mengutamakan kesahihan
dan akurasi dari kemampuan siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi.
Penerapan metode ini hampir sama dengan penerapan pengajaran bahasa
pertama pada anak-anak, anak-anak menguasai bahasa ibunya melalui
peniruan. Peniruan itu biasanya diikuti oleh pujian atau perbaikan. Melalui
kegiatan itulah anak-anak mengembangkan pengetahuannya mengenai
struktur, pola kebiasaan bahasa ibunya. Maka hal yang sama juga dapat
diberlakukan dalam pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Melalui cara
peniruan dan penguatan, para siswa mengidentifikasi hubungan antara
stimulus dan responsi yang merupakan kebiasaan dalam berbahasa kedua atau
bahasa asing.



32
Suyatno, Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra, (Surabaya: Penerbit ISC, 2004)
hlm. 35

31




2. Evaluasi Metode Audio-Lingual
Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwasanya penelitian ini
dikhususkan pada pembahasan penggunaan metode Audio-Lingual dalam
pembelajaran pronunciation.
Adapun dalam metode Audio-Lingual sendiri tidak disebutkan secara jelas
tentang evaluasinya. Satu hal yang dikemukakan adalah jika diselenggarakan
tes maka masing-masing pertanyaan akan difokuskan pada point apa yang
dipelajari pada saat itu
33
(adapun dalam hal ini adalah pronunciation).
Dalam penelitian ini peneliti memberikan oral test untuk mengukur
peningkatan pronunciation siswa. Selain itu, karena penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui peningakatan pronunciation siswa maka
peneliti akan melakukan penilaian pada kemampuan untuk melafalkan (skill
to pronounce). Adapaun hal-hal yang dinilai meliputi sounds
(mendiskriminasikan bunyi), ritme dan penekanan (rythm and word stress),
intonasi (intonation) dan kelancaran (fluency).
H. Kelebihan dan Kekurangan Metode Audio-Lingual
Metode Audio-Lingual memiliki kelebihan dan juga memiliki kekurangan
di sisi lainnya. Adapun kelebihan dari metode ini antara lain adalah:
34

a. Audio-Lingual mungkin merupakan teori pengajaran bahasa pertama yang
secara terbuka mengklaim terbentuk dari gabungan linguistik dan
psikologi.

33
Diane Larsen and Freeman , Op. Cit., hlm. 44-45
34
http://blog.hjenglish.com/yococo/articles/473032.html, diakses tanggal 6 April 2009

32



b. Metode Audio-Lingual mencoba membuat pembelajaran bahasa menjadi
lebih mudah diakses oleh pembelajar dalam jumlah besar (kelas besar).
Hal tersebut menyebabkan partisipasi pembelajar melalui teknik drill dapat
dimaksimalkan.
c. Secara positif drill dapat membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan oralnya.
d. Teknik pengajaran dalam metode Audio-Lingual dengan menggunakan
tape recording dan laboratorium bahasa menawarkan latihan kecakapan
berbicara dan mendengar yang merupakan hal paling penting dalam
pembelajaran bahasa. Pola-pola drill memberikan siswa lebih banyak
latihan.
e. Metode Audio-Lingual mengembangkan kemampuan berbahasa ke dalam
"peralatan pedagogig" yaitu mendengar (menyimak), membaca dan
menulis. Metode Audio-Lingual secara spesifik memperkenalkan desain
teknik pendengaran (listening) dan latihan oral (speaking). Hal tersebut
menunjukkan kesuksesan dalam mengembangkan pemahaman aural
(listening) dan kelancaran berbicara (speaking).
Sedangkan kekurangan dalam metode Audio-Lingual antara lain adalah:
a. Teknik yang digunakan dalam metode Audio-Lingual seperti drill,
penghafalan, dan lain sebagainya mungkin bisa membuat bahasa
menjadi sebuah kelakuan (kebisaaan), tetapi hal tersebut tidak
menghaslikan kompetensi yang diharapkan.
b. Dengan metode Audio-Lingual mungkin guru akan mengeluhkan

33



tentang banyaknya waktu yang dibutuhkan (lama), dan para siswa
akan mengeluh tentang kebosanan yang disebabkan oleh pola drill
yang terus-menerus digunakan.
c. Peran dan keaktifan guru merupakan hal yang penting dalam
metode Audio-Lingual, jadi guru lebih banyak mendominasi
kelas.
35

Adapun menurut Roestiyah kelemahan suatu metode atau teknik
pembelajaran yang menggunakan drill adalah sebagai berikut:
a. Sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak dapat berubah, karena
merupakan cara yang telah dibakukan, maka hal tersebut dapat
menghambat bakat dan inisiatif siswa.
b. Para siswa tidak boleh menggunakan cara lain atau cara menurut
pikirannya sendiri.
c. Keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap/paati, yang
akan merupakan kebiasaan kaku/keterampilan yang salah.
d. Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap
baik dan tepat; sehingga tidak boleh diubah; mengakibatkan
keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap/pasti, yang
akan merupakan kebiasaan yang kaku; atau keterampilan yang salah.
Sehingga, jika situasi berubah siswa akan sukar sekali menyesuaikan diri
atau tidak bisa mengubah caranya latihan untuk mengatasi keadaan yang

35
Ibid

34



lain itu.
36

Masih menurut Roestiyah, agar latihan tersebut dapat berhasil,
instruktur perlu memilki cara/teknik lain yang menunjang teknik latihan
tersebut, sehingga kelemahannya bisa disempurnakan/dilengkapi dengan
teknik lain.
37

I. Lingkup Pengajaran Pronunciation
38

Pronunciation merupakan suatu bentuk pembelajaran yang penting
dilakukan dalam pengajaran bahasa Inggris. Berbeda dengan bahasa
Indonesia, pengajaran bahasa Inggris memiliki fonem (bunyi kata) dan
pelafalan yang sedikit sulit untuk diajarkan anak-anak. Oleh karena itulah,
pembelajaran pronunciation perlu diberikan sejak dini.
Dalam kamus Oxford dijelaskan bahwasanya pronunciation adalah
cara di mana sebuah bahasa, kata atau suara diucapkan. Sebagaimana
disebutkan "pronunciation: way in which a language or a particular word or
sounds is spoken".
Adapun lingkup pengajaran pronunciation terdiri dari tiga pokok
bahasan, yaitu:
39

a. Sounds/bunyi
Sangatlah penting bagi seorang pembelajar bahasa untuk mampu
mengidentifikasi dan mendefinisikan bunyi suatu bahasa dengan

36
Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 126-
127
37
Ibid, hlm. 127
38
Penny Ur, A Course in Language Teaching, (New York: Cambridge University Press,
1996), hlm. 47
39
Ibid,hlm. 47-49

35



menulisnya menggunakan simbol fonetik. Dalam bahasa Inggris simbol
yang digunakan ini berbeda tergantung pada aksen (British, Australian,
atau American). Adapun komponen dari sounds ini adalah Vowels dan
consonants yang merupakan segmental features.
b. Ritme dan Penekanan
Ritme perkataan bahasa Inggris ditentukan atau bergantung pada
kesatuan tone (kata atau kelompok kata yang memuat satu pokok suku
kata yang ditekan). Contoh kata PEter, come HERE, please! Bisa dibagi
menjadi dua kesatuan tone, yaitu: Peter come dan come here, please!
Dimana penekanan yang pertama pada kata Peter dan yang kedua pada
here.
c. Intonasi
Intonasi adalah naik dan turunnya tone. Intonasi ini akan sangat
mempengaruhi makna. Misal kata Fire! Yang jika dibaca dengan
intonasi naik bisa dimaknai ada api atau kebakaran sedangkan jika
dibaca dengan intonasi menurun bisa dimaknai sebagai pertanyaan ada
api?
Kemampuan untuk mengidentifikasi dan membedakan bunyi (sounds)
merupakan kemampuan dasar dalam bahasa Inggris yang harus dimiliki setiap
pembelajar, terutama pada materi speaking dan listening. Hal tersebut
dikarenakan dengan kemampuan membedakan fonem dalam bahasa Inggris
akan membantu mereka (para pembelajar) untuk membantunya lebih cepat
memahami apa yang mereka simak /dengar.

36



Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pronunciation
adalah kemampuan mengidentifikasi bunyi (sounds) ritme dan penekanan
(rhythm and stress). Dalam hal ini guru sebaiknya memastikan
pengucapannya dengan melihat kamus dan melihat kata yang mendapat
tekanan sebelum menyampaikan materi kepada siswa.
Adapun intonasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu (a) rising
intonation (intonasi naik) yang biasanya digunakan dalam kalimat tanya
dengan yes/no question dan ungkapan bernada ketidakpastian atau
keheranan. (b) falling intonation (intonasi turun) digunakan dalam
pernyataan biasa dan Wh-question.
40

Intonasi merupakan hal yang tidak kalah penting dalam pembelajaran
pronunciation. Hal ini dikarenakan intonasi dalam sebuah kalimat dapat
memperjelas kalimat yang dimaksud seseorang ketika sedang terjadi
komunikasi. Karena terkadang berbeda intonasi sudah beda pula maknanya.
J. Tujuan Pembelajaran Pronunciation
Menurut Ur tujuan pembelajaran pronunciation adalah agar siswa
mampu mengucapkan sebuah kata seperti aksen seorang native, tetapi secara
sederhana agar pembelajar bahasa bisa mengucapkan kata dengan cukup
akurat agar bisa lebih mudah dipahami oleh lawan bicara. Hal tersebut
dikarenakan aksen sempurna sangatlah sulit bagi pembelajar bahasa.
41



40
Sari Karmina, dkk, Untuk Anak Usia Dini (Bahan Ajar), ( Semarang: PGPAUD
Universitas Negeri Semarang, 2008)
41
Penny Ur., Op. Cit., hlm. 52

37



Dengan mempelajari pronunciation siswa akan mengetahui
bagaimana pengucapan (how to pronounce) sebuah kata yang benar. Hal ini
dimaksudkan untuk membuat anak mengerti bagaimana cara mengucapan kata
dalam bahasa asing (Inggris) untuk menghindari kesalahan berbicara atau
membaca.
Selain itu pembelajaran pronunciation juga perlu diberikan lebih dini
dalam pembelajaran bahasa Inggris. Hal tersebut dimaksudkan agar anak tidak
menerima konsep pengucapan yang salah. Sehingga, kelak ketika mereka
telah sampai pada tingkat penggunaan bahasa lebih lanjut yaitu sebagai alat
komunikasi, maka kecenderungan untuk terjadinya miskomunikasi dapat
diminimalisir. Hal tersebut dikarenakan miskomunikasi dapat berakibat fatal
pada hubungan personal ataupun hubungan yang lainnya.
Begitu pentingnya pronunciation dalam bahasa Inggris adalah karena
salah pelafalan kata dalam bahasa Inggris dapat berakibat fatal. Salah dalam
melafalkan satu huruf konsonan atau huruf vokal saja dalam suatu kata dapat
membuat perbedaan kata yang akan berakibat pada kesalahan makna yang
dimaksud.
K. Pembelajaran Bahasa dalam Perspektif Islam
= ' - '' ' -''- - . ) .- - -' --= (


Hadits nabi di atas menjelaskan bahwasanya menuntut ilmu sangatlah
penting, walupun harus menempuh jarak ribuan mil. Sebagaimana hadits nabi
di atas, beliau menganjurkan untuk menuntut ilmu walau harus ke negeri

42
Syeikh Ahmad Al-Hasyimi, Muhtarul Ahadits, (Surabaya: Al- Haromain, 2005)

38



China. Kaitannya dengan dengan bahasa adalah bahwa seseorang yang hendak
menuntut ilmu ke negara lain, tentunya harus menguasai budaya daerah
tersebut. Salah satunya adalah menguasai bahasanya.
Terlepas dari itu semua, kehidupan dan budaya modern sudah mulai
melanda dunia pendidikan kita. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan
yang perlu dihadapi dengan penuh kehati-hatian oleh para orang tua dan guru
dalam mendidik anak dan anak didik mereka. Apabila tidak dicermati dengan
seksama, maka persaingan yang tidak sehat, kehidupan yang hedonis dan
matrealis tidak dapat dielakkan akan terjadi. Hal yang paling membahayakan
adalah kenyataan bahwa mereka akan hidup jauh dari tuntunan ajaran agama.
Padahal dalam hidup ini tiada yang lebih penting kecuali selalu hidup dalam
tuntunan dan ridha Allah.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam sistem pendidikan yang
ada pada saat ini perlu diadakan pengintegrasian anara ilmu pengetahuan,
nilai-nilai agama dan etika. Diharapkan dengan pengintegrasian tersebut dapat
melahirkan generasi bangsa yang menguasai dan mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, mempunyai kematangan profesional, sekaligus
tetap hidup sesuai dengan nilai-nilai agama Islam yang mulia.
Menurut Muhaimin, sistem pendidikan seperti yang dimaksud di atas
dapat dilakukan apabila para guru memahami keterkaitan nilai-nilai keimanan
dan ketakwaan dengan mata pelajaran/bidang studi yang dibinanya. Dalam
konteks ini ada dua permasalahan yang dihadapi oleh para guru, yaitu: 1) para
guru harus menguasai bidang ilmunya; dan 2) para guru harus harus mampu

39



menerjemahkan bidang ilmu tersebut dengan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan yang terkandung dalam ajaran agama Islam, dengan jalan
mengambil hikmah bagi kehidupan dari setiap pokok bahasan (nilai
spiritualnya).
43

Dalam pembelajaran bahasa asing khususnya di tingkat dasar, dalam
hal ini bahasa Inggris, juga dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai agama.
Pada saat mengajar guru mengajar guru dapat memasukkan ajaran islam
dalam proses pembelajaran tanpa harus keluar dari prinsip-prinsip
pembelajaran bahasa. Sebagai contoh, pada saat membuka dan menutup
pelajaran dengan membaca doa sederhana dengan membaca terjemahnya
dalam bahasa Inggris, selain itu masih banyak cara yang dapat dilakukan.
Dengan begitu, selain mempelajari bahasa Inggris tanpa disadari mereka juga
belajar hal-hal yang berkaitan dengan agama.

43
Rina Sari, Pembelajaran Bahasa Inggris Pendekatan Qur'ani, (Malang: UIN Press,
2007)

40



BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Peneilitian kualitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kualitatif,
umumnya dalam bentuk narasi atau gambar-gambar. Mungkin saja pada
penelitian kualitatif ada data berupa angka-angka tetapi sebenarnya angka-angka
tersebut hanya menjelaskan sesuatu.
44
Seperti jumlah tenaga kependidikan
sekolah, siswa-siswi, dan lain-lain yang berkenaan dengan peroses penelitian.
Penelitian kualitatif merupakan studi lapangan, Peneliti mengumpulkan data
dalam rentang waktu yang cukup lama dalam suatu lingkungan tertentu dari
sejumlah individu. Kesimpulan-kesimpulan dalam penelitian ini harus ditarik
dalam konteks keterpaduan dalam setting tersebut.
45

Sedangkan penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu suatu bentuk
penelitian yang paling dasar ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik yang bersifat alamiah
ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktifitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaaannya dengan fenomena lain.
46


44
Ronny, Kountur, D. M. S, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,
(Jakarta: PPM, 2005), hlm. 16
45
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya,
2006), hlm. 96
46
Ibid., hlm. 72

41



Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan
pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan sesuatu apa adanya.
47

Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif kualitatif
adalah penelitian dengan cara memaparkan dan menguraikan secara detail hasil
data penelitian yang berasal dari lapangan. Peneliti menggunakan rancangan
deskriptif kualitatif karena dengan rancangan tersebut, maka penelitian yang
dilakukan dilapangan akan lebih mudah dipaparkan.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dalam
penelitian Billie M Cunningham Issues in Accounting Education berjudul Using
action research to improve learning and the classroom learning environment
disebutkan bahwa hasil/kesimpulan dari penelitian tersebut adalah (1) action
research digunakan untuk meningkatkan belajar di kelas dan belajar lingkungan
sekitar, (2) action research membantu guru mengatasi masalah di kelas, ada siswa
menjadi aktif dan tidak bosan, dan (3) untuk menambah keterampilan guru,
menambah strategi belajar dan kemudian untuk mengevaluasi interaksi antara
guru dan siswa.
48

Kemmis menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk
inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu
(termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionaitas dan keadilan dari a)
Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) Pemahaman mereka mengenai

47
Ibid., hlm. 73
48
Billie MCunningham, Using Action Research and The Classroom Learning
Environment. Issues in Accounting Education Journal. Sarasota Vol. 23 Feb 2008

42



kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) Situasi yang yang
memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.
49

Di sisi lain Ebbut mengemukakan penelitian tindakan adalah kajian
sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok
guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan
refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan Elliot
melihat penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan
kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.
50

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif, kolaboratif dalam
arti dilakukan dengan kerjasama antara peneliti dengan guru mata pelajaran.
Sedangkan secara partisipatif tim ini (guru dan peneliti) akan bekerjasama mulai
tahap orientasi dilanjutkan dengan menyusun perencanaan berikut persiapan-
persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama, diskusi-
diskusi yang bersifat analitik dilakukan sesudah pelaksanaan tindakan, kemudian
melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah berlangsung dalam siklus
pertama, untuk kemudian merencanakan tahap tahap modifikasi, koreksi atau
pembetulan ataupun penyempurnaan pembelajaran dalam siklus kedua, dan
seterusnya.
51

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai penyaji pembelajaran,
sehingga mitra peneliti (guru dan pengamat lain) yang akan bertindak sebagai
observer perlu mendapatkan pemahaman (choaching) terlebih dahulu untuk

49
Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Rosdakarya,
2007), hlm. 12
50
Ibid, hlm. 12
51
Ibid, hlm. 99-100

43



membuat catatan lapangan dengan lengkap dan terutama tentang aspek-aspek
pembelajaran yang perlu mendapat perhatian karena menjadi focus permasalahan
yang diteliti.
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang
penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus
dipenuhi apabila berniat akan melakukan penelitian tindakan kelas. Adapun
prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:
52

a. Kegiatan nyata dan situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi
rutin. Hal tersebut dikarenakan jika penelitian dilakukan dalam situasi
lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi alinya,
atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar.
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Penelitian tindakan didasarkan status dasar sebuah filosofi bahwa
setiap manusia tidak suka atas hal-hal statis, tetapi selalu menginginkan
sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini
dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya
hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih
baik yang datang susul menyusul. Dengan kata lain dilakukan bukan
karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas
dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang
diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu dan dirasakan belum

52
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),
hlm. 6-8

44



memuaskan sehingga perlu ditingkatkan. Guru melakukan penelitian
tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan pada dirinya,
artinya pada kinerja yang dilakukan, dan sesudah itu tentunya ingin
melakukan perbaikan.
c. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis
SWOT, terdiri atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weakness
(kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat
hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa
yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian
tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara
kondisi yang ada pada gurudan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan
guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum
menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran
yang matang.
d. Upaya empiris dan sistemik
Prinsip ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah
dilakukannya analisis SWOT, berarti telah mengikuti prinsip empiris
(terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur
yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang
sedang digarap.



45



e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
Dalam bahasa Inggris smart berarti cerdas. Akan tetapi dalam
proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf
bermakna.
Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai berikut:
1. S - Specific, khusus, tidak terlalu umum.
2. M - Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
3. A - Acceptable, dapat diterima lingkungan atau
Achievable, dapat dicapai, dijangkau
4. R - Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan
5. T - Time-bound, diikat oleh waktu, terencana

46






















Gambar (1) Alur Kerja PTK Model Spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart
Adapun rancangan (desain) PTK yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah model spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart (1988). Alur (langkah)
pelaksanaan tindakan dimaksud dapat dilihat pada gambar di atas.




PLAN



REVISED
PLAN
A
C
T

OBSERVE
R
E
F
L
E
C
T

A
C
T

OBSERVE
R
E
F
L
E
C
T


47



Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc.
Taggart di atas pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian
dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai sebuah
siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ialah putaran suatu
kegiatan yang terdiri dari perenanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Jika alur Kemmis dan Mc. Taggart tersebut diikuti, maka peneliti pada
tahap pertama menyusun rencana skenario tentang apa yang telah dilakukan, dan
perilaku apa yang diharapkan terjadi pada siswa sebagai reaksi atas tindakan yang
akan dilakukan, dalam hal ini penggunaan metode Audio-Lingual dapat
meningkatkan pronunciation siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Di
dalam skenario tesebut disebutkan pula fasilitas yang diperlukan, sarana
pendukung proses pembelajaran, alat, serta cara merekam perilaku selama proses
berlangsung.
Pada tahap kedua, peneliti melaksanakan rencana tindakan sesuai skenario.
Terkait dengan tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, maka rencana
tindakan meliputi: perencanaan satuan pelajaran dan strategi pembelajaran, tes
pengecekan kemampuan awal siswa, panduan evaluasi, panduan instrument
penelitian, dan pedoman observasi.
Pelaksanaan tindakan meliputi pelaksanaan rencana yang telah disiapkan.
Adapun tindakan yang dilakukan adalah dengan teknik Audio-Lingual yang terdiri
dari penyajian materi dan Tanya jawab antara siswa dengan guru. Pada saat proses

48



berlangsung, peneliti mengamati atau mengobservasi perubahan perilaku yang
diduga sebagai reaksi atau tanggapan terhadap tindakan yang diberikan.
Tahap ketiga pada alur daur tersebut adalah monitoring atau pemantauan.
Pada tahap monitoring, tindakan yang dilakukan adalah mengobsevasi proses
pembelajaran dengan menggunakan check list observasi. Adapun hal yang
diobservasi adalah peningkatan pronunciation siswa. Observasi dilakukan oleh
peneliti sendiri dengan menggunakan membuat catatan (field note) yang
didasarkan pada pedoman observasi.
Tahap keempat adalah refleksi. Dengan refleksi ini peneliti dapat
melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukannya. Hasil observasi
dianalisis dan dipergunakan untuk evaluasi terhadap prosedur, proses, serta hasil
tindakan. Jika ternyata belum memuaskan, maka perlu ada perancangan ulang
untuk diperbaiki, dimodifikasi, dan jika perlu, disusun skenario baru jika sama
sekali tidak memuaskan.
53

B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument (yang dibantu
juga dengan instrument lain) sekaligus sebagai pengumpul data. Selain itu, dalam
hal ini peneliti juga berperan sebagai partisipan sekaligus pengamat penuh yang
kehadirannya telah diketahui statusnya (sebagai peneliti) oleh subjek atau
informan.



53
Rochiati Wiraatmadja, Op. Cit., hlm. 66

49



C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV A MI Sunan Kalijogo yang
berlokasi di desa Ndesan Karang Besuki. Kelas VI A terdiri dari 26 siswa,
masing-masing 11 putera dan 15 puteri. Mata pelajaran Bahasa Inggris
dilaksanakan sekali dalam satu minggu (2 jam pelajaran) dan berduarasi 40 menit
setiap per jam pelajaran. Adapun waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan
dengan jam pelajaran Bahasa Inggris pada kelas yang dijadikan objek penelitian.
D. Sumber Data dan Jenis Data
Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data
adalah siswa-siswi Kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Siswa-siswi tersebut
adalah obyek yang dikenai tindakan dan juga aktif dalam kegiatan yang
dilakukan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas
yang bersifat emansipatoris dan memberikan kebebasan berpikir berargumen pada
siswa, dan mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti, dan menggunakan
kearifan dalam mengambil keputusan atau judgement.
54
Data penelitian ini
mencakup:
1. Skor tes siswa yang dilakukan pada setiap akhir tindakan.
2. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktifitas siswa
pada saat pembelajaran Bahasa Inggris berlangsung.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan
lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan pengguanaan metode
Audio-Lingual dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk peningkatan

54
Ibid, hlm. 25

50



kemampuan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang. Data
yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif dari: (1) dokumentasi, (2) observasi, (3)
interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari evaluasi, pretest
dan post test.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini kehadiran peneliti dilapangan menjadi syarat utama,
peneliti mengumpulkan data-data dalam latar ilmiah, di mana peneliti bertindak
sebagai instrument kunci. Selain itu, peneliti juga berperan sebagai perencana dan
pelaksana tindakan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian tindakan
kelas, pengumpul dan penganalisis data dan pada akhirnya ia menjadi pelopor
hasil penelitian. Dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada peneliti
yang berperan sebagai alat pengumpul data. Instrument pendukung lainnya
adalah:
1. Pedoman observasi untuk menggali data tentang suasana kelas pada saat
pembelajaran sedang berlangsung juga keantusiasan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Pedoman wawancara untuk menggali data tentang tanggapan mahasiswa
terhadap metode pembelajaran yang telah dilaksanakan (hal ini
dikhususkan pada beberapa siswa tertentu), untuk memperoleh informasi
yang lebih mendalam.
3. Tes yang digunakan untuk menggali data kuantitatif berupa hasil skor
tes.

51



F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka
peneliti menggunakan beberapa metode yang antara lain sebagai berikut:
a. Metode wawancara/ Interview
Percakapan dengan maksud tertentu, yakni percakapan itu
dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (Interviewer) yang
menggunakan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
55
Metode wawancara/ Interview ini
digunakan untuk mengumpulkan data dengan komunikasi dan mengajukan
pertanyaan yang disusun sedemikian rupa untuk dijawab oleh responden.
56

b. Metode Observasi
Metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki.
57

c. Metode Dokumentasi
Adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari data atau
informasi, yang sudah dicatat atau dipublikasikan dalam beberapa
dokumen yang ada, seperti dalam buku induk, surat-surat keterangan dan
lain-lainnya. Arikunto berpendapat bahwa metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

55
Lexy J. Moleong Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung:
Rosdakarya, 2005), hlm. 186
56
Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) Edisi Revisi V
(Jakarta: Rhineka Cipta: 2002) hlm. 128
57
Marzuki, Metodelogi Riset fakultas Ekonomi UII Yogyakarta 2000 hlm 58

52



surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.
58

Metode ini digunakan untuk melengkapi kekurangan dari data-data yang
diperoleh diantaranya mengenai latar belakang obyek penelitian.
d. Pengukuran Tes Hasil Belajar
Pengukuran tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan pronunciation siswa. Tes tersebut sebagai salah
satu rangkaian kegiatan dalam penggunaan metode Audio-Lingual dalam
pembelajaran.
Tes yang dimaksud meliputi pre tes, yang akan digunakan untuk
mengetahui kemampuan pronunciation siswa sebelum pemberian
tindakan. Selain itu juga dilakukan tes akhir (post test) pada setiap akhir
tindakan, hasil tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan pronunciation siswa.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk
memastikan bahwa dengan penggunaan metode Audio-Lingual dapat
meningkatkan pronunciation siswa. Data yang bersifat kualitatif yang terdiri
dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif pula.
Teknik analisis data terdiri dari tiga tahap pokok, yaitu reduksi data,
paparan data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses
pemilihan data yang relevan, penting, bermakna, dan dan data yang tidak
berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran analisis.

58
Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm 234.

53



Langkah yang dilakukan adalah menyederhanakan dengan membuat jalan
fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi data yang yang bermakna
untuk dianalisis. Data yang sudah direduksi selanjutnya disajikan dengan cara
mendeskripsikan dalam bentuk paparan data yang memungkinkan untuk ditarik
kesimpulan. Akhir dari kegiatan analisis adalah penarikan kesimpulan.
Kesimpulan merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan
tentang dampak dari penelitian kelas.
Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif,
cukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian visual. Sajian
tersebut untuk menggambarkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dapat
menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke arah yang
lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.


54



Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat
kuantitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi dianalisis menggunakan
rumus
59
:
P = Post rate Base rate x 100%
Base rate
Keterangan:
P = Prosentase Peningkatan
Post rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan
Base rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan

H. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian tindakan kelas ini
peneliti menggunakan triangulasi, yaitu cara pengecekan keabsahan di luar data
sebagai pembanding.
Triangulasi merupakan teknik memeriksakan kebenaran data yang
diperoleh kepada pihak-pihak lainnya yang dapat dipercaya.
60
Adapun teknik
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,
yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Mengecek data yang diperoleh dari informan (guru bahasa Inggris kelas IV A


59
Hamzah. B. Uno, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengaar Yang
Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 73
60
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akkbar, Metode Penlitian Sosial, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara), hlm. 88

55



MI Sunan Kalijogo), kemudian data tersebut dicek kembali dengan bertanya
pada informan lain (siswa kelas IV A untuk mengetahui pernah tidaknya
metode Audio-Lingual diterapkan pada pembelajaran pronunciation)

I. Tahap-tahap Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini
merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap penelitian ini mengikuti model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, berupa siklus spiral yang meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang
membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian.
a. Rencana Tindakan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan seberapa besar
pengaruh efektifitas metode Pembelajaran Audio-Lingual dalam
meningkatkan kemampuan pronunciation siswa dalam mata pelajaran
bahasa Inggris sebagai upaya untuk mendapat hasil yang maksimal, maka
dirumuskan skenario, persiapan, sampai pada evaluasi.
Adapun langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini adalah:
1. Observasi
2. Konsultasi dengan guru pamong
3. Penerapan metode Audio-Lingual dalam kegiatan belajar-mengajar
4. Evaluasi

56



Secara rinci pelaksanaan metode pengajaran model Audio-Lingual
adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
siswa
2. Pre-test untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pronunciation
siswa
3. Memberikan penjelasan tentang metode Audio-Lingual
4. Penyampaian materi dengan menggunakan metode expansion drill
5. Penyampaian materi dengan menggunakan metode repetition drill
6. Penyampaian materi dengan menggunakan metode chain drill
7. Pelaksanaan post-test
8. Evaluasi dan pembahasan soal post-test
b. Pelaksanaan Tindakan
Implementasi (pelaksanaan tindakan) merupakan tahap
pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat, sebagaimana terlampir.
61

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengamat sekaligus guru yang
bertindak sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Pengamatan dilakukan ketika proses pembelajaran terjadi bersama
waktunya dengan implementasi tindakan. Adapun obyek yang diamati
adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi indikator kebrhasilan atau

61
Wahid Murni, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UM Press, 2008), hlm. 75

57



ketidakberhasilan sebagaimana yang dituangkan dalam bagian
perencanaan.
1. Data Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan PTK dengan melibatkan
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa deskripsi
suasana kelas pada saat pembelajaran berlangsung dan keantusiasan
siswa dalam mengikuti program pembelajaran. Sedangkan data
kuantitatif berupa hasil skor tes.
2. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang akurat dan agar data yang
diperoleh tidak hilang, maka peneliti melakukan perekaman dengan
cara membuat catatan dari hasil data yang duperoleh selama
penelitian. Teknik perekaman yang dilakukan adalah dengan
membuat catatan berdasarkan perkembangan siswa setiap hari
setelah pembelajaran dengan metode Audio-Lingual dengan cara
melihat hasil tes.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IV A MI
Sunan Kalijogo yang berjumlah 26 orang, khususnya data tentang
tanggapan mereka terhadap proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan dan data tentang hasil tes belajar mereka. Adapun
untuk keperluan tertentu sebagai cirri penelitian kualitatif untuk

58



menggali makna dari peristiwa yang ingin diungkap maka dipilih
beberapa siswa untuk dijadikan sampel.
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan untuk
menentukan sudah sejauh mana pengembangan strategi yang sedang
dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah dan apabila belum
berhasil, faktor apa saja yang menjadi penghambat kekurangberhasilan
tersebut.
62

Pada tahap ini kegiatan difokuskan pada upaya untuk menganalisis,
mensintesis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan. Karena
penelitian ini dilakukan secara mandiri. Maka kegiatan analisis dan
refleksi menjadi tanggung jawab peneliti. Namun demikian, dalam
kegiatan analisis dan refleksi ini peneliti akan melibatkan siswa yang di
ambil secara acak untuk mendiskusikan tentang kekurangan yang ada
selama proses pembelajaran, kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dan
rencana pembelajaran selanjutnya.
Adapun indikator kerja yang digunakan untuk menentukan
keberhasilan pelaksanaan metode pengajaran adalah dua criteria yaitu: 1)
Indikator kualitatif berupa keantusiasan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, dan 2) Indikator kuantitatif berupa banyak skor ujian yang
diperoleh siswa yang kemudian dibandingkan dengan batas minimal lulus
(Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Bahasa Inggris.

62
Ibid., hlm. 78

59



BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Uraian berikut ini adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1
Mei- 12 Juni 2009.
A. Latar Belakang Obyek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Sunan Kalijaga Malang
Yayasan Pendidikan Islam Sunan Kalijaga merupakan sebuah Yayasan
Pendidikan yang terdiri atas Roudhtul Athfal (RA) Madrasah Ibtida'iyah dan
Madrasah Tsanawiyah. Yayasan yang terletak di Karangbtesuki ini didirikan
pada tanggal 28 Juni 1967 di atas tanah waqaf milik:
A. H. Moehammad Dasoeki
B. Thoyib Hidayah
C. H. Muhammad Djuma'in Muslich
D. H. Muchamad Qosim Aly
E. Warimoen Lutfi
F. H. Muhammad Toyib.
2. Visi Misi MI Sunan Kalijogo
Yayasan Sunan Kalijogo merupakan sebuah yayasan yang mempunyai
dedikasi tinggi terhadap agama Islam dan Negara Indonesia. Hal tersebut
dapat dilihat dari visi misi Yayasan Sunan Kalijogo. Berikut adalah visi dari
yayasan Sunan Kalijogo:

60



1. Meningkatkan dan memperluas kehidupan beragama bagi umat Islam
dengan tidak mengurangi arti pentingnya dasar dan tujuan Negara
Republik Indonesia.
2. Ikut menunjang dan memperlancar pembangunan Masyarakat Indonesia
dalam bidang pendidikan mental spiritual.
Adapun misi dari Yayasan Pendidikan Islam Sunan Kalijaga ini adalah
siap mengantarkan siswa siswi menjadi anak yang sholih dan sholihah yang
berwawasan Imtaq dan Iptek.
Yayasan Pendidikan Islam MI Sunan Kalijaga ini merupakan sekolah
dengan akreditasi B. Adapun kepala sekolah yang menjabat pada saat ini
adalah adalah Ibu Supriati, S.Pd.
Dari waktu ke waktu MI Sunan Kalijogo semakin menunjukkan kualitas
dan mutunya. Dengan semakin bertambahnya usia MI Sunan Kalijogo sedikit-
demi sedikit mulai bebrbenah menjadi sebuah lembaga pendidikan yang patut
diperhitungkan.
Untuk mendukung bakat dan keativitas siswa-siswinya, Yayasan
Pendidikan MI Sunan Kalijaga memfasilitasi beberapa kegiatan ekstra seperti
pramuka, banjari, dan drum band. Sedang untuk meningkatkan kualitas
kemampuan agama siswa, MI sunan kalijaga juga menggalakkan sholat dhuha
dan sholat dhuhur berjamaah bagi siswa-siswanya serta program qiro'ati
tuntas.



61



3. Lokasi MI Sunan Kalijaga
MI Sunan Kalijaga terletak di Jalan Candi III D No. 442 Desa
Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Secara lebih rinci letak
geografis MI Sunan Kalijaga Malang adalah:
Sebelah Barat : Desa Badut
Sebelah Timur :Desa Klaseman
Sebelah Utara : Desa Sumbersari
Sebelah Selatan : Desa Mergan
4. Profil MI Sunan Kalijogo
Untuk mengetahui lebih jelas tentang MI Sunan Kalijogo dapat dilihat
pada profil sekolah MI Sunan Kalijogo dalam tabel berikut ini:
Tabel 1
Profil MI Sunan Kalijogo
No Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah MI Sunan Kalijogo
2 Nomor Statistik Sekolah 112357305009
3 Propinsi Jawa Timur
4 Otoda Kota Malang
5 Kecamatan Sukun
6 Desa/Kelurahan Karangbesuki
8 Kode Pos 65146
9 Telepon (0341) 574822
10 Status Sekolah Swasta
11 Akriditasi B
12 Organisasi Penyelenggara Yayasan


62



5. Sarana dan Prasarana di MI Sunan Kalijaga Malang
Tabel 2
Sarana dan prasarana MI Sunan Kalijogo
No Jenis Bangunan Jumlah
1. Ruang kelas 9
2. Kantor (ruang guru) 1
3. Laboratorium computer 1
4. Perpustakaan 1
5 UKS 1
6 Koperasi sekolah 1

B. Paparan Hasil Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan
pertemuan dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran Bahasa Inggris
kelas IV A MI Sunan Kalijaga Malang. Dalam pertemuan itu, peneliti
menyampaikan tujuannya yaitu hendak melakukan penelitian dengan
mengambil obyek kelas IV A. kemudian peneliti dan guru mata pelajaran
bahasa Inggris kelas IV A berdiskusi mengenai rencana penilitian yang akan
dilaksanakan
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan
guru mata pelajaran Bahasa Inggris kelas IV A tentang tingkat kemampuan
belajar bahasa Inggris siswa kelas IV A MI Sunan Kalijaga Malang. Hal
tersebut akan dijadikan tolok ukur dalam pembelajaran pronunciation yang
akan dilaksanakan.


63



Melihat judul peneliti dan uraian singkat tentang teknik-teknik
pembelajaran yang akan digunakan peneliti, guru Bahasa Inggris kelas IVA
MI Sunan Kalijaga Malang memberikan tanggapan bahwa pembelajaran
pronuncition yang juga sangat berpengaruh dalam materi speaking dan
listening tersebut sama sekali belum pernah diterapkan. Selama ini Ia
melaksanakan kegiatan pembelajaran memakai metode ceramah. Ia
mengungkapkan bahwa selama ini kemampuan siswa dalam materi
pronunciation memang belum maksimal. Mendengarkan penjelasan peneliti
tentang penerapan metode Audio-Lingual dalam meningkatkan kemampuan
pronunciation siswa guru pun terlihat antusias. Guru Bahasa Inggris tersebut
menawarkan bantuan dengan mengatakan, "Saya akan membantu sebisa
saya."
Adapun kriteria keberhasilan yang akan menjadi acuan peneliti apabila
metode Audio-Lingual ini diterapkan adalah
1. Apabila sebagian besar siswa kelas IV A MI Sunan Kalijaga mampu
mencapai indikator-indikator yang ditetapkan peneliti samapai batas
dinyatakan baik.
2. Apabila terdapat peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa antara
sebelum dilaksanakan tindakan dengan sesudah dilaksanakan tindakan.
3. Tingkat kefasihan dan kelancaran pelafalan. Hasil belajar siswa dalam
tingkat kefasihan dan kelancaran pelafalan ini akan dibandingkan dengan
KKM mata pelajaran Bahasa Inggris yang ditetapkan MI Sunan Kalijaga.


64



Sebagai tindak lanjut sebelum terjun secara langsung dalam pelaksanaan
KBM, terlebih dahulu peneliti membuat perencanaan yang secara prosedural
perencanaan tersebut dapat dilihat pada poin-poin berikut ini:
a. Diskusi dengan kepala sekolah untuk memilih kelas yang akan
menjadi objek penelitian.
b. Diskusi dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris kelas IV A tentang
metode yang akan digunakan.
c. Guru mata pelajaran membantu peneliti dalam melaksanakan KBM.
d. Membuat perencanaan pembelajaran meliputi perencanaan satuan
pelajaran.
e. Membuat lembar observasi
1. Siklus Penelitian
A. Siklus I
1. Paparan Data Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Setelah dilakukan diskusi dengan guru mata pelajaran, dan
guru menyetujui dilaksanakannya penelitian maka peneliti
membuat perencanaan pembelajaran bahasa Inggris yang
ditekankan pada pembelajaran pronunciation.
Secara garis besar yang dilakukan peneliti pada tahap
perencanaan siklus pertama adalah sebagai berikut:
1. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

65



2. Menentukan target yang akan dicapai. Adapun target yang akan
dicapai siswa pada siklus I adalah:
a. Mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam
pronunciation.
b. Men-drill pronunciation siswa dengan metode Audio-
Lingual.
c. Meningkatkan pronunciation siswa.
3. Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran seperti sumber belajar dan media
pembelajaran.
4. Peneliti mempersiapkan alat observasi dan penilaian sebagai
alat pengukur kemampuan pronunciation siswa.
Adapun penerapan dari rancangan tersebut adalah sebagai
berikut:
Langkah I (Awal)
a. Secara singkat peneliti menjelaskan pelajaran yang akan
dipelajari pada hari itu
b. Secara singkat peneliti menyampaikan tujuan dari
pembelajaran tersebut
Langkah II (Inti)
a. Peneliti yang juga bertindak sebagai guru membacakan dialog
b. Guru melaksanakan pre tes

66



c. Guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dengan teman
sebangkunya (work in pairs)
d. Guru men-drill siswa dengan menggunakan metode Audio-
Lingual
e. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari
dialog yang telah dibagikan dan menghafalkannya.
f. Guru meminta masing-masing pasangan untuk mempraktikkan
dialog di depan kelas
g. Guru melakukan penilaian pada siswa yang mempraktikkan
dialog didepan kelas
Langkah III (Penutup)
a. Guru memberi motivasi belajar bagi siswa, agar lebih giat lagi
dalam mempelajari materi yang telah disampaikan. Sehingga
pada pertemuan berikutnya siswa tidak akan mengalami
kesulitan
b. Evaluasi bersama
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 1 dan 8 Mei 2009. Siklus I
dibagi menjadi dua tahap. Pertemuan pertama berisi tentang; 1)
penjelasan tentang metode Audio-Lingual yang akan digunakan; 2)
pre tes. Sedangkan pertemuan kedua berisi tentang pendrillan siswa
dengan menggunakan metode Audio-Lingual.


67



Siklus I Pertemuan ke- 1
Siklus I pertemuan ke- 1 dilaksanakan pada tanggal 1 Mei
2009. Peneliti membuka pelajaran dengan sebuah permainan
singkat untuk merangsang motivasi siswa. Setelah dirasa cukup,
peneliti mulai menjelaskan bahwa materi yang akan dipelajari hari
itu akan ditekankan pada pronunciation-nya dengan menggunakan
metode Audio-Lingual serta menyampaikan tujuan mempelajari
materi tersebut.. Kegiatan selanjutnya adalah secara singkat
peneliti menjelaskan tentang metode Audio-Lingual yang akan
digunakan serta menjelaskan pentingnya menguasai pronunciation.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama, siklus
pertama adalah pre test. Sebelum melaksanakan pre test, terlebih
dahulu memberikan lembaran dialog pada siswa, kemudian peneliti
memberi contoh bagaimana membaca dialog dengan baik dan
benar
Setelah dirasa cukup, kemudian peneliti meminta siswa untuk
berpasang-pasangan dengan teman sebangkunya dan memberi
waktu secukupnya untuk mempelajari dan menghafal dialog.
Sampai pada waktu yang telah ditentukan, masing-masing
pasangan dipanggil untuk mempraktikkan dialog di depan kelas.
Selama itu peneliti malakukan penilaian. Penilaian tersebut
didasarkan pada beberapa kriteria penialaian pronunciation seperti
yang telah dijelaskan dalam bab III.

68



Siklus I Pertemuan ke- 2
Siklus I pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 8 mei
2009. Pada siklus I pertemuan ke- 2 ini peneliti mulai men-drill
siswa dengan menggunakan metode Audio-Lingual untuk
meningkatkan kemampuan pronunciation.
Di awal pelajaran peneliti membagikan lembar dialog untuk
siswa. Sebagaimana pada pertemuan pertama, peneliti meminta
siswa untuk berpasang-pasangan dengan teman sebangkunya.
Peneliti mulai melakukan drill pada siswa dengan metode Audio-
Lingual untuk meningkatkan kemampuan pronunciation siswa.
Pada pertemuan ke- 2 ini peneliti memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang kata-kata yang sulit untuk
dilafalkan. Adapun untuk meminimalisir kegaduhan di kelas
peneliti memberi peringatan bahwa bagi siswa yang membuat
gaduh akan dicatat dan dikurangi nilainya.
Setelah dilakukan drill siswa diberi kesempatan untuk
mempelajari kembali dialognya dan menghafalkannya bersama
pasangannya. Ketika dirasa cukup, guru mulai memnaggil tiap-tiap
pasangan untuk mempraktikkan dialog di depan kelas. Sementara
masing-masing pasangan siswa mempraktikkan dialog di depan
kelas peneliti melakukan penilaian.



69



c. Observasi
Secara umum pelaksanaan siklus I berjalan sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Peneliti membacakan
dialog, kemudian meminta siswa untuk mempelajari dan
menghafalkan dan mempraktikkan di depan kelas..
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada saat awal
pertemuan (pre tes) siswa tampak memperhatikan. Terbukti pada
saat peneliti memberikan penjelasan tentang metode Audio-
Lingual yang akan digunakan tidak ada siswa yang bermain sendiri
, berbincang-bincang dengan temannya atau melakukan aktifitas
lain. Akan tetapi beberapa waktu kemudian siswa mulai ramai. Ada
yang menggambar ada juga yang berbincang-bincang dengan
temannya. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti
menggunakan permainan kecil untuk mengembalikan perhatian
siswa.
Pada awal pertemuan tersebut memang banyak siswa yang
kurang semangat mengikuti pelajaran. Terlihat dari sebagian besar
siswa yang bermalas-malasan. Hal tersebut dikarenakan mereka
belum sepenuhnya mampu mengikuti pelajaran. Beberapa siswa
berani mengungkapkan pendapatnya tentang pembelajaran pada
hari tersebut. Salah seorang siswa bernama Farhan menyampaikan
bahwa ia mengalami kesulitan ketika menjalani pre tes. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya latihan yang juga diiyakan teman-

70



temannya. Kemudian peneliti menyampaikan bahwa pada
pertemuan selanjutnya akan diterapkan metode Audio-Lingual
yang memberikan lebih banyak waktu untuk melatih dialognya.
Berdasarkan observasi peneliti, kemampuan pronunciation
siswa masih tergolong rendah, bahkan pada beberapa siswa untuk
hal-hal yang bersifat common (umum) pun siswa masih sering
melakukan kesalahan. Sebagai contoh kecil kata "he" (dia laki-
laki) yang seharusnya dibaca "hi" tetap di baca "he" dan lain
sebagainya.
Pada pertemuan pertama tersebut nilai pre tes siswa masih
tergolong rendah, walaupun nilai beberapa siswa sudah melebihi
KKM yang di tetapkan MI Sunan Kalijjogo yakni 55 untuk mata
pelajaran bahasa Inggris. Bahkan beberapa siswa masih ada yang
mendapatkan nilai 40 dari nilai tertinggi yang ditetapkan peneliti
yaitu 80.
Hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada
pertemuan I (pre tes) siklus I dilihat dari segi diskriminasi bunyi
adalah; 8 siswa (34,7%) siswa memperoleh nilai 40, 8 siswa
(34,7%) memperoleh nilai 50, 6 orang siswa (26,08%) memperoleh
nilai 60 dan hanya 1 orang siswa (4,3%) yang memperoleh nilai
70. Adapun nilai rata-rata kelas dari diskriminasi bunyi dari segi
vowels adalah 50. Dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas
sebesar 56,08, dengan rincian; 4 siswa (17,4%) memperoleh nilai

71



50, 10 siswa (43,4%) memperoleh nilai 60, 7 siswa (30,4%)
memperoleh niai 70 dan 2 siswa (8,6%) memperoleh nilai
sempurna 80.
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)
didapat rata-rata kelas sebesar 57,3. Dengan rincian 2 siswa (8,7%)
memperoleh nilai 40, 6 siswa (26,9%) memperoleh nilai 50, 11
siswa (47,8%) memperoleh nilai 60 dan 4 siswa (17,4%)
memperoleh nilai 70.
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) diperoleh rata-
rata kelas sebesar 53,04. Adapun rinciannya; 7 siswa (30,4%)
memperoleh nilai 40, 4 siswa (17,4%) memperoleh nilai 50, 10
siswa (43,4%) memperoleh nilai 60 dan 2 siswa (8,7%)
memperoleh nilai 70.
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency)
diperoleh rata-rata kelas sebesar 53,9. Rinciannya adalah; 8 siswa
(34,7%) memperoleh nilai 40, 3 siswa (13,04%) memperoleh nilai
50, 7 siswa (30,4%) memperoleh nilai 60 dan 5 siswa (21,7%)
memperoleh nilai 70.
Setelah melakukan evaluasi pada pertemuan ke-1, pada
pertemuan ke-2 siklus I, yaitu tanggal 8 Mei 2009 peneliti mulai
melakukan perubahan metode, yaitu dari klasik ke drill.
Sebagaimana diketahui pada pertemuan ke-1 siswa mengeluhkan
kurang bisa membaca dialog dengan lafal yang baik dan benar

72



dikarenakan kurangnya latihan. Oleh karena itu, pada pertemuan
ke-2 peneliti mulai melakukan drill pada siswa.
Pada pertemuan ke-2 tersebut, siswa juga terlihat lebih
antusias mengikuti kegiata pembelajaran. Selain karena peneliti
telah merubah metode yang digunakan, peneliti juga berjanji akan
memberikan reward pada siswa yang nilainya terbaik pada
pertemuan terahir.
Hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada
pertemuan ke-2 setelah dilakukan pen-drillan juga mengalami
peningkatan. Berikut adalah rincian nilai pronunciation siswa pada
pertemuan ke-2 siklus I. Dilihat dari diskriminasi bunyi (segi
vowels) diperoleh data; 4 siswa (17,4%) siswa memperoleh nilai
40, 7 siswa (30,4%) memperoleh nilai 50, 8 orang siswa (34,7%)
memperoleh nilai 60 dan 4 orang siswa (17,4%) yang memperoleh
nilai 70. Adapun nilai rata-rata kelas dari diskriminasi bunyi yang
dilihat dari segi vowels adalah 54,7. nilai rat-rata ini mengalami
sedikit peningkatan dari pertemuan ke-1. Peningkatan tersebut
dapat diketahui melalui hasil perhitungan;
P= 54,7-50 x 100%
50
= 9,4%
dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pada pertemuan ke-
2 nilai diskriminasi bunyi siswa dilihat dari segi vowel-nya
mengalami peningkatan sebesar 9,4%.

73



Adapun dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas sebesar
65,2, dengan rincian; 1 siswa (4,3%) memperoleh nilai 50, 6 siswa
(26,9%) memperoleh nilai 60, 14 siswa (60,8%) memperoleh niai
70 dan 2 siswa (8,6%) memperoleh nilai sempurna 80.
Berdasarkan data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada
pertemuan kedua nilai diskriminasi bunyi siswa dilihat dari segi
consonant juga mengalami peningkatan, yang dapat dilihat dari
perhitungan berikut:
P= 65,2-56,08 x 100%
56,08
= 16,2%
dari perhitungan tersebut dapat diketahui terdapat peningkatan
sebesar 16,2%. Selain itu juga sudah didapati lagi siswa yang
memperoleh nilai dibawah 50.
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)
didapat peningkatan dari rata-rata kelas sebesar 57,3 pada
pertemuan ke 1 menjadi 65,2. Dengan rincian 2 siswa (8,7%)
memperoleh nilai 50, 8 siswa (34,7%) memperoleh nilai 60, 12
siswa (52,1%) memperoleh nilai 70 dan 1 siswa (4,3%)
memperoleh nilai 80.

74



Dari data tersebut dapat dilihat adanya peningkatan nilai
pronunciation siswa dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm
and word stress). Adapun perhitungannya adalah:
P= 65,2-57,3 x 100%
57,3
= 13,7%
Hasil evaluasi pertemuan ke-2 siklus I dari segi intonasi
(intonation) diperoleh rata-rata kelas yang sebelumnya 53,04
menjadi 63,4. Adapun rinciannya; 4 siswa (17,4%) memperoleh
nilai 50, 10 siswa (43,4%) memperoleh nilai 60, 6 siswa (26,08%)
memperoleh nilai 70 dan 3 siswa (13,04%) memperoleh nilai 80.
Peningkatannya dapat diketahui melalui perhitungan berikut:
P= 63,4-53,04 x 100%
53,04
= 19,5%
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency) yang
pada pertemuan sebelumnya diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar
53,9 meningkat menjadi 63,4. Rinciannya adalah; 8 siswa (34,7%)
memperoleh nilai 50, 5 siswa (21,7%) memperoleh nilai 60, 4
siswa (17,4%) memperoleh nilai 70 dan 6 siswa (26,08%)
memperoleh nilai 80. Hasil persentase peningkatannya dapat
dilihat dari perhitungan berikut;
P= 63,4-53,9 x 100%
53,9
= 17, 6%

75



Adapun penabulasian nilai pronunciation siswa pada siklus I dapat
dilihat pada lampiran 2.
Jadi dapat disimpulkan setelah diberikan tindakan pada
pertemuan kedua, siswa mengalami peningkatan dalam
kemampuan pronunciation-nya.
d. Refleksi
Secara umum pelaksanaan siklus I berjalan sesuai dengan
rencana. Sebagaimana tujuan peneliti menggunakan metode Audio-
Lingual yaitu untuk meningkatkan pronunciation siswa dalam
pembelajaran bahasa Inggris, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwasanya dengan penggunaan metode Audio-Lingual ini mampu
meningkatkan pronunciation siswa. Walaupun rata-rata nilai siswa
setelah tindakan meningkat dan sudah melebihi batas KKM yang
ditentukan sekolah, namun hasil tersebut masih perlu ditingkatkan.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, terdapat
beberapa fakta yang diperoleh, yaitu:
1.Pada pertemuan ke-1 (pre test) siswa masih terlihat kurang focus
terhadap materi.
2.Nilai pronunciation siswa pada saat pre test masih rendah, masih
banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM yang
ditentukan sekolah.
3.Pada pertemuan ke-2, peneliti menggunakan permainan kecil
untuk memusatkan kembali perhatian siswa, dan untuk

76



mengondisikan kelas penleiti meminta memberi peringatan bagi
siswa yang membuat keributan akan dicatan dan dikurangi
nilainya. Dengan begitu suasana kelas menjadi lebih kondusif.
4.Setelah diberi tindakan pada pertemuan ke-2 nilai pronunciation
siswa meningkat.
B. Siklus II
1. Paparan Data Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Pada siklus II ini peneliti tetap menggunakan metode Audio-
Lingual. Selain itu peneliti juga menggunakan pelaksanaan
tindakan serta hasil yang dicapai pada siklus I sebagai acuan untuk
pelaksanaan Siklus II. Setelah dilakukan refleksi, tindakan yang
perlu dilakukan pada siklus II adalah men-drill siswa dengan lebih
intensif untuk meningkatkan kemampuan pronunciation siswa.
Selain itu juga mempertahankan kekondusifan kelas dengan cara
memberi peringatan pada siswa bahawa bagi siswa yang
melakukan keributan akan dicatat dan dikurangi nilainya. Karena
cara tersebut efektif untuk diterapkan dikelas IV A.
Secara garis besar yang dilakukan peneliti pada tahap
perencanaan siklus pertama adalah sebagai berikut:
1. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
2. Menentukan target yang akan dicapai. Adapun target yang akan
dicapai siswa pada siklus I adalah:.

77



a. Men-drill pronunciation siswa menggunakan metode
Audio-Lingual dengan lebih intensif.
b. Meningkatkan pronunciation siswa.
3. Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran seperti sumber belajar dan media
pembelajaran.
4. Peneliti mempersiapkan alat observasi dan penilaian sebagai
alat pengukur kemampuan pronunciation siswa.
Adapun penerapan dari rancangan tersebut adalah sebagai
berikut:
Langkah I (Awal)
a. Secara singkat peneliti menjelaskan pelajaran yang akan
dipelajari pada hari itu
b. Secara singkat peneliti menyampaikan tujuan dari
pembelajaran tersebut
Langkah II (Inti)
a. Guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dengan teman
sebangkunya (work in pairs)
b. Guru men-drill siswa dengan menggunakan metode Audio-
Lingual
c. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari
dialog yang telah dibagikan dan menghafalkannya.

78



h. Guru meminta masing-masing pasangan untuk mempraktikkan
dialog di depan kelas
i. Guru melakukan penilaian pada saat siswa mempraktikkan
dialog didepan kelas.
Langkah III (Penutup)
a. Peneliti memberi motivasi kepada siswa untuk terus belajar.
b. Evaluasi bersama
c. Pada pertemuan terahir, peneliti mengumumkan siswa yang
nilainya terbaik dan berhak mendapatkan reward
Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian siswa dalam
pronunciation, maka perlu dilaksanakan evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 dan 29 Mei 2009.
Siklus II dibagi menjadi dua tahap. Pertemuan pertama berisi
tentang pen-drillan siswa dengan metode Audio-Lingual,
pertemuan ke-dua berisi post test.
Siklus II, pertemuan ke-1
Siklus II pertemuan ke-1 dilaksanakan pada tanggal 22 mei
2009. Pada siklus II pertemuan ke- 1 ini peneliti melakukan drill
terhadap siswa dengan menggunakan metode Audio-Lingual lebih
intensifif lagi. Dengan begitu para siswa akan mendapatkan banyak
latihan.

79



Sebagaimana pertemuan-pertemuan sebelumnya, di awal
pelajaran peneliti membagikan lembar dialog untuk siswa.
Kemudian peneliti meminta siswa untuk berpasang-pasangan
dengan teman sebangkunya. Setelah semua terkondisikan peneliti
mulai melakukan drill pada siswa dengan metode Audio-Lingual
untuk meningkatkan kemampuan pronunciation siswa.
Dalam pertemuan ke-1 siklus II ini peneliti juga memberi
kesempatan lebih kepada siswa untuk bertanya tentang kata-kata
yang sulit untuk dilafalkan. Adapun untuk meminimalisir
kegaduhan di kelas peneliti menggunakan cara yang dipakai pada
siklus I yaitu memberi peringatan bahwa bagi siswa yang membuat
gaduh akan dicatat dan dikurangi nilainya.
Setelah dilakukan pen-drillan siswa diberi kesempatan untuk
mempelajari kembali dialognya dan menghafalkannya bersama
pasangannya. Ketika dirasa cukup, guru mulai memnaggil tiap-tiap
pasangan untuk mempraktikkan dialog di depan kelas. Sementara
masing-masing pasangan siswa mempraktikkan dialog di depan
kelas peneliti melakukan penilaian.
Siklus II, pertemuan ke-2 (post test)
Pembelajaran pada siklus 2 pertemuan ke-2 dilaksanakan
pada tanggal 29 Mei 2009. Setelah melihat peningkatan nilai siswa
pada 2 pertemuan sebelumnya, peneliti memutuskan untuk
melaksanakan post test pada siklus II pertemuan ke-2 ini.

80



Adapun dialog yang digunakan untuk post test adalah dialog
yang dipakai pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sebelum
melaksanakan post test terlebih dahulu peneliti mempraktikkan
dialog di depan kelas. Baru kemudian peneliti memanggil masing-
masing pasangan siswa untuk melakukan post test dengan
membaca dialog di depan kelas.
Pada post test tersebut terlihat bahwa kemampuan siswa
meningkat. Hal tersebut dikarenakan siswa yang semakin terbiasa
melatih dialognya (pembiasaan) akhirnya mereka secara spontan
dapat melakukannya (kebiasaannya sudah terbentuk).
c. Observasi
Secara umum pelaksanaan siklus II berjalan sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Peneliti membacakan
dialog, kemudian meminta siswa untuk mempelajari dan
menghafalkan dan mempraktikkan di depan kelas..
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada pertemuan ke-1
siklus II ini suasana kelas sudah dapat dikatakan kondusif. Sudah
tidak tampak lagi siswa tidak memperhatikan, tidak fokus dan lain
sebagainya. Kalaupun ada, hal tersebut hanya terjadi beberapa saat
kemudian keadaan sudah kondusif kembali.
Dari observasi peneliti pula dapat disimpulkan bahwa
kemampuan proonunciation siswa sudah mengalami banyak
peningkatan, kesalahan-kesalahan pelafalan sudah tidak banyak

81



terjadi. Pada pertemuan ke-2 ini nilai siswa juga banyak yang
menglami peningkatan.
Hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada
pertemuan ke-1 siklus II dilihat dari segi diskriminasi bunyi
adalah; 9 siswa (39,1%) siswa memperoleh nilai 60, 11 siswa
(47,8%) memperoleh nilai 70, 3 orang siswa (13,04%) memperoleh
nilai 80. Adapun nilai rata-rata kelas dari diskriminasi bunyi dari
segi vowels adalah 67,3 meningkat dari rata-rata awal sebelum
tindakan sebesar 50. Persentase peningkatannya dapat dilihat pada
perhitumham berikut;
P= 67,3-50 x 100%
50
= 34,6%
Dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas sebesar 72,1,
dengan rincian; 2 siswa (8,6%) memperoleh nilai 60, 14 siswa
(60,8%) memperoleh nilai 70 dan 7 siswa (30,4%) memperoleh
niai 80. Adapun persentase peningkatannya dapat dilihat pada
perhitungan berikut;
P= 72,1-56,08 x 100%
56,08
= 28,5%
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)
didapat rata-rata kelas sebesar 68,5. Dengan rincian 4 siswa
(17,4%) memperoleh nilai 60, 10 siswa (43,4%) memperoleh nilai

82



70, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai 80. Persentase
peningkatannya dapat dilihat pada perhitungan berikut;
P= 68,5-57,3 x 100%
57,3
= 19,5%
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) diperoleh rata-
rata kelas sebesar 70,4. Adapun rinciannya; 8 siswa (34,7%)
memperoleh nilai 60, 6 siswa (26,08%) memperoleh nilai 70, 9
siswa (39,1%) memperoleh nilai 80. Persentase peningkatannya
dapat dilihat pada perhitungan berikut;
P= 70,4-53,04 x 100%
53,04
= 32,7%
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency)
diperoleh rata-rata kelas sebesar 68,6. Rinciannya adalah; 2 siswa
(8,6%) memperoleh nilai 50, 8 siswa (34,7%) memperoleh nilai 60,
4 siswa (17,3%) memperoleh nilai 70 dan 9 siswa (39,1%)
memperoleh nilai 80. Persentase peningkatannya dapat dilihat pada
perhitungan berikut;
P= 68,6-53,9 x 100%
53,9
= 27,2%

83



Pada pertemuan ke-2 siklus II, sebagaimana telah dijelaskan
di atas peneliti melaksanakan post test. Pada post test tersebut para
siswa mengalami peningkatan yang cukup besar. Jumlah siswa
yang melakukan kesalahan pelafalan juga semakin sedikit.
Adapun hasil evaluasi kemampuan pronunciation siswa pada
pertemuan ke-2 setelah dilakukan pen-drillan pada 2 pertemuan
sebelumnya adalah sebagai berikut;. dilihat dari diskriminasi bunyi
(segi vowels) diperoleh data; 7 siswa (30,4%) siswa memperoleh
nilai 60, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai 70, 7 orang siswa
(30,4%) memperoleh nilai 80. Adapun nilai rata-rata kelas pada
pelaksanaan post test diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi
vowels adalah 70.. Adapun peningkatannya dapat diketahui melalui
hasil perhitungan;
P= 70-50 x 100%
50
= 40%.
Adapun dari segi consonant diperoleh rata-rata kelas sebesar
75,2, dengan rincian; 11 siswa (47,8%) memperoleh nilai 70, 12
siswa (52,1%) memperoleh nilai 80. Peningkatan nilai siswa dalam
diskriminasi bunyi dari segi consonant, yang dapat dilihat dari
perhitungan berikut:
P= 75,2-56,08 x 100%
56,08
= 34,09%

84



Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress)
didapat rata-rata kelas sebesar 73,4. Dengan rincian 3 siswa
(13,04%) memperoleh nilai 60, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai
70, 11 siswa (47,8%) memperoleh nilai sempurna 80. Adapun
persentase peningkatannya dapat dihitung sebagai berikut:
P= 73,4-57,3 x 100%
57,3
= 28,09%
Hasil evaluasi pertemuan ke-2 siklus II dari segi intonasi
(intonation) diperoleh rata-rata 73,04. Adapun rinciannya; 4 siswa
(17,4%) memperoleh nilai 60, 8 siswa (34,7%) memperoleh nilai
70, 11 siswa (47,8%) memperoleh nilai 80. Persentase
peningkatannya dapat diketahui melalui perhitungan berikut:
P= 73,04-53,04 x 100%
53,04
= 37,7%
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency)
diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,7. Rinciannya adalah; 8 siswa
(34,7%) memperoleh nilai 60, 3 siswa (13,04%) memperoleh nilai
70, 9 siswa (39,1%) memperoleh nilai 80. Hasil persentase
peningkatannya dapat dilihat dari perhitungan berikut;
P= 71,7-53,9 x 100%
53,9
= 33,02%


85



Adapun penabulasian nilai pronunciation siswa pada siklus II
dapat dilihat pada lampiran 2.
Jadi dapat disimpulkan setelah diberikan tindakan pada
pertemuan kedua, siswa mengalami peningkatan dalam
kemampuan pronunciation-nya.
Setelah semua siswa menyelesaikan post test, peneliti
meminta pendapat siswa tentang cara pembelajaran pronunciation
dengan menggunakan metode Audio-Lingual. Yang telah
dilaksanakan. Peneliti memberikan lembaran yang berisi
pertanyaan tentang bagaimana pendapat siswa tentang penerapan
metode Audio-Lingual yang telah dilaksanakan dengan pilihan
jawaban sangat senang, senang, kurang senang, tidak senang
beserta alasannya.
Adapun tanggapan siswa terhadap penerapan metode
Audio-Lingual ntuk meningkatkan pronunciation siswa dapat
dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3
Tanggapan siswa terhadap penerapan
metode Audio-Lingual
No Jawaban Frekwensi %
1 Sangat senang 15 65,2
2 Senang 5 21,7
3 Kurang senang 3 13,04
4 Tidak senang - -
Jumlah 23 99,94 (dibulatkan
100)


86



Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah
siswa yang sangat senang sebanyak 15 (65,2%), yang senang
sebanyak 5 (21,7%) siswa, yang kurang senang sebanyak 3
(13,04%) siswa dan yang tidak senang sebanyak 0 (0%) tidak ada.
Beberapa alasan siswa yang menyatakan sangat senang dan
senang terhadap penerapan metode Audio-Lingual adalah; 1)
karena metode ini banyak latihannya, jadi kalau sering berlatih jadi
mudah belajarnya; 2) karena pak guru jarang sekali mengajari cara
membaca bacaan bahasa Inggris; 3) karena kalau kami ramai bu
guru selalu mengajak bermain, .....
Sedangkan alasan siswa yang tidak senang terhadap
penerapan metode Audio-Lingual ini adalah; 1) karena bahasa
Inggris itu sulit; 2) karena saya tidak suka bahasa Inggris.
Adapun tanggapan dari guru bahasa Inggris yang diperoleh
dari hasil wawancara adalah sebagai berikut:
" Metode Audio-Lingual yang sampean pakai ini bagus untuk
melatih kemampuan membaca dan berbicara siswa, khususnya
pelafalan siswa dalam bahasa Inggris. Selain itu juga dapat nambah
referensi saya dalam mengajar. Soalnya selama ini saya lebih
banyak menggunakan metode menerjemahkan, jadi anak-anak
lebih sering saya minta untuk mencari artinya kalimat ini apa,
bacaan ini apa dan sebagainya"
63


Melihat peningkatan nilai siswa yang dicapai pada setiap
siklus yang pada akhirnya dapat mencapai batas KKM yang telah
ditentukan serta tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan

63
Wawancara peneliti dengan Bpk. Zainuddin, guru mata pelajaran bahasa Inggris Kelas
IVMI Sunan Kalijogo, (29 Mei 2009, setelah pelajaran usai, di ruang kelas IV A)

87



metode Audio-Lingual, maka dapat disimpulkan bahwa metode
Audio-Lingual terbukti efektif meningkatkan pronunciation siswa.
d. Refleksi
Secara keseluruhan penerapan metode Audio-Lingual untuk
meningkatkan pronunciation siswa sudah berjalan sesuai rencana.
Sejak dilaksanakan pre test sampai pada pertemuan terahir dapat
disimpulkan bahwa setelah siswa diberi tindakan dengan metode
Audio-Lingual kemampuan pronunciation siswa meningkat, yang
diindikasikan dengang nilai sisw yang meningkat pula.
Dengan demikian, peneliti memandang tidak perlu dilakukan tindakan
selanjutnya dan mengakhiri penelitian di kelas IV A MI Sunan Kalijogo.

88



BAB V
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus, yang bertujuan untuk
mengetahui apakah dengan penggunaan metode Audio-Lingual dapat
meningkatkan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo Malang.
Adapun variabel yang diamati pada tindakan kelas tersebut adalah Audio-Lingual
dan peningkatan pronunciation. Adapun indikator peningkatan pronunciation
siswa ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa pada setiap siklus.
Sementara sumber belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buku
Fokus Jatim English SD 4B, yang juga didukung buku-buku lain, kamus Inggris
Indonesia, Lembar dialog, kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran
umum. Untuk mengetahui hasil pembelajaran dipersiapkan instrumen penilaian
individu, pedoman wawancara, dan angket siswa.
Sebelum penilitian dimulai terlebih dahulu peneliti melakukan wawancara
dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris kelas IV A MI Sunan Kalijogo untuk
mengetahui tingkat kemampuan pronunciation siswa. Setelah itu baru peneliti
memulai penelitian.
Siklus pertama dimulai dengan pre tes. Pada saat pelaksanaan pre test dapat
diketahui bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hal tersebut terlihat ketika peneliti mulai menjelaskan materi, para siswa yang
pada mulanya terlihat memperhatikan lama-kelamaan mulai gaduh. Selain itu juga

89



terlihat dari respon balik siswa terhadap materi yang disampaikan guru, siswa
terlihat tidak fokus ada juga yang bercanda dengan temannya serta bermain
sendiri.
Berdasarkan tanya jawab siswa dengan peneliti, maka dapat disimpulkan
bahwasanya siswa bersikap tidak kooperatif karena mereka merasa belum
sepenuhnya mengerti tentang materi yang disampaikan. Mereka merasa belum
bisa mempraktikkan dialog dengan lafal yang baik dan benar karena kurangnya
latihan. Para siswa percaya dengan lebih banyak latihan mereka akan lebih mudah
mempraktiikkan dialog yang diberikan peneliti. Dari sinilah diperlukan adanya
perubahan metode dari metode yang tidak menggunakan drill menuju metode
yang mengedepankan drill, sehinggga para siswa akan mendapatkan banyak
latihan. Sebagaimana kaum behavioris yang meyakini bahwa belajar bahasa pada
hakikatnya adalah masalah pembiasaan dan pembentukan kebiasaan, maka jika
siswa terbiasa melakukan pembiasaan (dengan latihan berulang-ulang) maka
akhirnya pembiasaan itu akan terbentuk (menjadi sebuah kebiasaan).
Setelah melihat hasil evaluasi pada pertemuan ke-1, peneliti mulai
menerapkan metode Audio-Lingual pada pertemuan ke-2. Peneliti mulai men-drill
siswa dengan metode Audio-Lingual. Siswa mulai menunjukkan semangatnya
mempelajari dialog dengan pronunciation yang baik dan benar. Metode Audio-
Lingual yang digunakan sudah mulai tampak dapat diterima siswa. Meskipun
masih ada beberapa siswa yang lamban menerimanya, namun secara umum
penerapan metode ini sudah mulai tampak keberhasilannya.

90



Secara kuantitatif juga menunjukkan bahwa kemampuan pronunciation
siswa pada saat pre tes masih tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari hasil pre
test siswa. Banyak nilai pre test siswa yang berada di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran bahasa Inggris,
yaitu 55.
Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa
yang memenuhi KKM hanya 7 siswa (30,4%). Sedangkan sebanyak 16 siswa
(69,5%) masih belum memenuhi KKM.
Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant
jumlah siswa yang memenuhi KKM adalah 19 siswa (82,6%). Jumlah ini lebih
baik daripada perolehan nilai dari segi vowels. Sedangkan sisanya 4 siswa (17,4%)
dinyatakan belum memenuhi KKM.
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) jumlah siswa
yang memenuhi standar KKM sekolah untuk mata pelajaran bahasa Inggris
sebanyak 15 siswa (65,2%). Selain itu ada 8 siswa (34,7%) yang belum memenuhi
KKM.
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) terdapat 12 siswa (52,1%) yang
memenuhi KKM. Disamping itu ada 11 siswa (47,8%) yang dinyatakan tidak
memenuhi KKM
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang
dinyatakan memenuhi standar KKM sebanyak 12 siswa (52,1%). Sedangkan di
sisi lain sebanyak 11 siswa (47,8%) dinyatakan belum memenuhi KKM yang
ditetapkan.

91



Dari rincian nilai siswa di atas dapat dilihat bahwa dari empat kiteria yang
dinilai, yaitu diskriminasi bunyi (vowels dan consonant), rhytm dan word stress,
intonasi (intonation) dan kelancaran (fluency), siswa mendapatkan nilai terendah
pada kriteria diskriminasi bunyi khususnya dari segi vowels. Karena pada kriteria
ini jumlah siswa yang dinyatakan memenuhi KKM hanya 7 siswa (30,4%).
Sedangkan sebaliknya dari segi consonant jumlah siswa yang dinyatakan
memunuhi KKM sebanyak 19 siswa (82,6%).
Hasil evaluasi yang diperoleh peneliti pada pertemuan ke-1 tersebut
dijadikan acuan pada pertemuan ke-2. Pada pertemuan ke-2 ini peneliti mulai
melakukan pen-drillan pada siswa, selain itu peneliti juga menstimuli siswa agar
lebih semangat lagi dengan memberi reward pada pertemuan terahir bagi siswa
yang memperoleh nilai terbaik. Rupanya kedua hal tersebut cukup ampuh untuk
membangkitkan semangat siswa. Terlihat nilai siswa mengalami peningkatan pada
pertemuan ke-2 ini.
Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa
yang memenuhi KKM pada pertemuan ke-1 hanya 7 siswa (30,4%), pada
pertemuan ke-2 ini meningkat menjadi 12 siswa (52,1%). Sedangkan jumlah
siswa yang masih belum memenuhi KKM yang awalnya 16 siswa berkurang
menjadi 11 siswa (47,8%). Persentase peningkatan pada segi vowels pada
pertemuan ke-2 adalah sebesar 9,4%.
Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant,
pada pertemuan ke-1 jumlah siswa yang dinyatakan memenuhi KKM adalah 19
siswa (82,6%). Pada pertemuan ke-2 jumlah itu naik drastis menjadi 22 siswa

92



(95,6%) . Jadi jumlah siswa yang dinyatakan tidak memenuhi KKM hanya 1
siswa (4,3%) saja. Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 16,2%.
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) juga
mengalami peningkatan. Pada pertemuan ke-1 jumlah siswa yang dinyatakan
memenuhi standar KKM sekolah untuk mata pelajaran bahasa Inggris sebanyak
15 siswa (65,2%). Pada pertemuan ke-2 ini mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 21 siswa (91,3%). Sedangkan jumlah siswa yang dinyatakan tidak
memenuhi KKM mengalami penurunan yaitu dari 8 siswa (34,7%) menjadi 2
siswa (8,6%). Persentase peningkatannya setelah tindakan adalah sebesar 13,7%
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) yang pada pertemuan ke-1
terdapat 12 siswa (52,1%) yang memenuhi KKM, pada pertemuan ke-2 meningkat
menjadi 19 siswa (82,6%). 4 siswa (47,8%) lainnya dinyatakan tidak memenuhi
KKM . Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 19,5%.
Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang
dinyatakan memenuhi standar KKM yang pada pertemuan ke-1 sebanyak 12
siswa (52,1%) pada pertemuan ke-2 meningkat menjadi 15 siswa (65,2%).
Sedangkan jumlah siswa yang dinyatakan belum memenuhi KKM yang
sebelumnya berjumlah 11 siswa (47,8%) setelah dilakukan tindakan pada
pertemuan ke-2 jumlahnya menurun menjadi 8 siswa (34,7%) dan persentase
peningkatannya sebesar 17,6%.
Dari hasil observasi peneliti selama pembelajaran di kelas serta hasil tes
pada pertemuan ke-1 dan 2 siklus I, menunjukkan terdapatnya peningkatan pada
kemampuan pronunciation siswa. Untuk itu pada pertemuan ke-1 siklus II,

93



peneliti lebih mengintensifkan lagi pen-dillan terhadap siswa dengan metode
Audio-Lingual dan ternyata langkah tersebut efektif. Hal tersebut terbukti dengan
peningkatan nilai siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ini.
Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa
yang memenuhi KKM pada pertemuan ke-2 siklus I sebanyak 12 siswa (52,1%),
pada siklus II pertemuan ke-1 jumlah itu meningkat menjadi 23 siswa (100%).
Dengan begitu, pada segi vowels sudah tidak ada siswa yang nilainya di bawah
KKM yang ditetapkan. Persentase peningkatan pada segi vowels pada pertemuan
ke-1 siklus II meningkat 34,6% dari pre test.
Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant,
pada pertemuan ke-2 siklus I jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 19 siswa
(82,6%), pada pertemuan ke-1 siklus II meningkat menjadi 23 siswa (100%). Jadi
jumlah siswa yang dinyatakan tidak memenuhi KKM sudah tidak ada. Adapun
persentase peningkatannya adalah sebesar 28,5% dari pre test.
Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) juga
mengalami peningkatan. Pada pertemuan ke-2 siklus I jumlah siswa yang
dinyatakan memenuhi KKM sebanyak 21 siswa (91,3%). Pada pertemuan ke-1
siklus II meningkat menjadi 23 siswa (100%). Adapun Persentase peningkatannya
adalah sebesar 19,5% dari pre tes.
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) yang pada pertemuan ke-2
siklus I terdapat 19 siswa (82,6%) yang memenuhi KKM, pada pertemuan ke-1
siklus II meningkat menjadi 23 siswa (100%). Adapun persentase peningkatannya
adalah sebesar 32,7% dari pre test.

94



Adapun hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang
dinyatakan memenuhi standar KKM yang pada pertemuan ke-2 siklus II sebanyak
15 siswa (65,2%). Pada pertemuan ke-1 siklus II ini meningkat menjadi 21 siswa
(91,3%). Sedangkan jumlah siswa yang dinyatakan belum memenuhi KKM yang
sebelumnya berjumlah 8 siswa (34,7%) pada pertemuan ke I siklus II ini menjadi
2 siswa (8,6%). Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 27,2% dari pre
test.
Setelah melihat hasil tes siswa pada pertemuan-pertemuan sebelumnya
peneliti memutuskan untuk melaksanakan post test pada siswa. Post test tersebut
dilaksanakan bukannya tanpa pertimbangan, akan tetapi post test tersebut setelah
melihat kemampuan pronunciation siswa meningkat (yang diindikasikan dengan
meningkatnya nilai siswa). Pada post test tersebut para siswa mengalami
peningkatan yang cukup besar. Jumlah siswa yang melakukan kesalahan pelafalan
juga semakin sedikit. Dalam post test ini juga sudah tidak siswa yang nilainya di
bawah KKM yang telah ditetapkan.
Dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi vowels jumlah siswa
yang memenuhi KKM pada post test sebanyak 23 siswa (100%), yang berarti
sudah tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yang
ditetapkan. Persentase peningkatan pada segi vowels pada pertemuan post test ini
adalah 40% dari pre test.
Adapun dari kategori diskriminasi bunyi yang dilihat dari segi consonant,
pada post tes ini jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 23 siswa (100%).
Adapun persentase peningkatannya adalah sebesar 34,09% dari pre test.

95



Dari segi ritma dan penekanan kata (rhythm and word stress) juga
mengalami peningkatan. Pada post test jumlah siswa yang dinyatakan memenuhi
KKM sebanyak 23 siswa (100%). Adapun Persentase peningkatannya adalah
sebesar 28,03% dari pre tes.
Hasil evaluasi dari segi intonasi (intonation) yang pada post test, jumlah
siswa yang nilainya memenuhi KKM sebanyak 23 siswa (100%). Adapun
persentase peningkatannya adalah sebesar 37,7% dari pre test.
Sedangkan hasil evaluasi dari segi kelancaran (fluency), jumlah siswa yang
dinyatakan memenuhi standar KKM yang pada post test sebanyak 23 siswa
(100%), dan siswa yang dinyatakan tidak memenuhi KKM tidak ada. Adapun
persentase peningkatannya adalah sebesar 33,02% dari pre test.
Dengan demikian, dari data-data hasil penelitian yang telah dipaparkan di
atas terbukti bahwa dengan penggunaan metode Audio-Lingual dapat
meningkatkan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo dengan
indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Selama pembelajaran berlangsung siswa tampak senang dan antusias.
Walaupun pada pertemuan pertama siswa kurang antusias akan tetapi
pada petemuan selanjutnya hal tersebut dapat diatasi.
2. Hasil (nilai) yang diperoleh siswa lebih baik atau meningkat dari hasil
yang diperoleh sebelumnya.
3. Siswa menjadi lebih aktif berlatih untuk mendapatkan nilai yang lebih
baik.


96



BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa:
1. Perencanaan penggunaan metode Audio-Lingual dalam pembelajaran
bahasa Inggris untuk peningkatan pronunciation siswa kelas IV A MI
Sunan Kalijogo Malang adalah sebagai berikut; sebelum melaksanakan
penelitian terlebih dahulu peneliti berkonsultasi dengan guru mata
pelajaran bahasa Inggri kelas IV A Sunan Kalijogo Malang untuk
memperoleh kesepakatan kesepakatan dengan guru mata pelajaran bahwa
peneliti akan menggunakan metode Audio-Lingual. Adapun secara umum,
perencanaan penggunaan metode Audio-Lingual dalam pembelajaran
bahasa Inggris untuk peningkatan pronunciation siswa kelas IV A MI
Sunan Kalijogo Malang pada siklus I dan II adalah sebagai berikut:
a. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
b. Menentukan target yang akan dicapai;
- Mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam pronunciation
(dengan melaksanakan pre test)
- Mendrill pronunciation siswa dengan metode Audio-Lingual
- Meningkatkan pronunciation siswa
- Melaksanakan post test
- Melaksanakan evaluasi
- Memberi reward pada siswa yang memperoleh nilai terbaik

97



c. Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran seperti sumber belajar dan media pembelajaran.
d. Peneliti mempersiapkan alat observasi dan penilaian sebagai alat
pengukur kemampuan pronunciation siswa.
2. Pelaksanaan penggunaan metode Audio-llingual dalam pembelajaran
bahasa Inggris untuk peningkatan pronunciation siswa kelas IV A MI
Sunan Kalijogo Malang, secara umum berjalan lancar dan sesuai rencana.
Walaupun pada pertemuan pertama suasana kelas dapat dikatakan tidak
cukup kondusif, akan tetapi pada pertemuan-pertemuan selanjutnya hal
tersebut dapat diatasi. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah dapat
beradaptasi dengan metode baru yang sedang diterapkan (metode Audio-
Lingual). Adapun untuk memusatkan kembali perhatian siswa dan untuk
mengondisikan kelas peneliti membuat permainan kecil, selain itu peneliti
juga memberi peringatan bagi siswa yang yang membuat keributan akan
dikurangi nilainya. Dengan begitu, suasana kelas menjadi lebh kondusif.
Peneliti juga memberikan reward pada siswa yang nilainya terbaik pada
akhir pertemuan.
3. Dalam penelitian ini, evaluasi dilakukan pada setiap akhir pertemuan.
Adapun bentuknya berupa tes unjuk kerja (performance), yang nilainya
akan dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan sekolah, yakni 55.
Setelah diperoleh rata-rata kelas, peneliti menggunakan rumus persentase
peningkatan sebagaimana telah dijelaskan pada bab III untuk mengetahui
peningkatan nilai sisiwa. Dalam beberapa kali evaluasi di lapangan

98



menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dalam setiap pertemuan, dari
siklus I sampai siklus II. Adapun peningkatannya; dari segi vowel terdapat
peningkatan sebesar 40%, consonant 34%, rhythm and word stress
28,03%, intonation 37%, dan fluency sebesar 32,02%. Dengan begitu
dapat disimpulkan bahwasanya penggunaan metode Audio-Lingual dapat
meningkatkan pronunciation siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo
Malang. Indikator peningkatannya adalah; selama pembelajaran
berlangsung siswa tampak senang dan antusias; hasil (nilai) yang
diperoleh siswa lebih baik atau meningkat dari hasil yang diperoleh
sebelumnya, pada akhir post test, sudah tidak terdapat siswa yang
memperoleh nilai dibawah KKM yang sudah ditentukan; siswa mejadi
lebih aktif berlatih untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan bahwa metode Audio-
Lingual dapat meningkatkan pronunciation siswa, maka peneliti mengajukan
saran agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dari berbagai pihak sebagai
berikut:
1. Bagi Guru
Audio-Lingual merupakan sebuah metode pengajaran alternatif yang
baik untuk diaplikasikan pada siswa kelas IV A MI Sunan Kalijogo
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang pronunciation.



99



2. Bagi Siswa
Metode Audio-Lingual merupakan sebuah metode yang
mengutamakan drill. Sehingga porsi yang diberikan untuk berlatih
lebih banyak. Karena itulah, metode ini sangat bagus untuk
mempelajari pronunciation yang pada dasarnya membutuhkan lathan
extra.
3. Bagi Peneliti
Memberikan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian
sebagai bekal untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional

1



DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an Digital
Al-Hasyimi, Syekh Ahmad. Muhtarul Ahadits. Surabaya: Al-Haromain
Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Tindakan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek)
Edisi Revisi V. Jakarta: Rhineka Cipta

B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Billie, MCunningham. 2008. Using Action Research and The Classroom Learning
Environment. Issues in Accounting Education Journal. Sarasota: Feb 2008.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung: J-ART
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Seklah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: CV. Timur Putra Mandiri

Fahru. 2008. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Dengan Media
CD Interaktif di SDN 02 Selokaton Kec. Gondangrejo kab. Karanganyar.
Blog. http://www.Fahrublogger.blogspot.com, diakses pada tanggal 28
Maret 2009

Karmina, Sari dkk. 2008. Untuk Anak Usia Dini (Bahan Ajar). Semarang:
PGPAUD Universitas Negeri Semarang

Karsidi. 2007. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Solo: PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Kifutu, Susan, Background and Characteristics of the Audio-Lingual Method,
http://www.tcnj.edu diakses pada tanggal 21 Februari 2009

Kountur, Ronny, 2005. D. M. S, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan
Tesis. Jakarta: PPM

Kurniawan, Rita dkk. 2006. Speed Up English. Jakarta: Yudhistira

2



Larsen, Diane and Freeman. 1986. Techniques and Principles in Language
Teaching. Oxford: Oford University Press

Marzuki. 2000. Metodelogi Riset fakultas Ekonomi UII Yogyakarta
Moleong, Lexy J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Rosdakarya
Mulyani, Anik Sri. Januari 2009. Pemanfaatan Multimedia untuk Menstimulus
Imajinasi Penyusunan Kalimat Posessive Pronouns. Jurnal Pendidikan
Inovatif. Jurnal JPI No. 1 Volume 4

Mulyasa, E. 2003. Media dan Laboratorium dalam Pendidikan. Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) dan P dan K, 2003)

Murni, Wahid. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM Press
NK, Roestiyah, 2001. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Pennycook, A. 1995. English in the World/The World in English. In J. Tollefson
(Ed), Power and Inequality in Language Education. Cambridge: Cambridge
University Press

Richards. 1986. Approaches And Method in Language Teaching. New York:
Cambridge University Press

Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfa
Beta
Sari, Rina. 2007. Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Qur'ani. Malang: UIN
Press
Sujiono, Anas. 1991. Pengantar statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Penerbit ISC
Ur, Penny. 1996. A Course in Language Teaching. New York: Cambridge
University Press

Usman, Husaini dkk. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara

3



Wiraatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Rosdakarya
Wulandari, Anggar. 2008. Improving Students' Pronunciation Using Audiovisual
(Avas) At The Fifth Year of SD Al-Azhar Syifa Budi Solo In 2007/2008
Academic Year. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jill Kreper Mora, Second-Language Teaching Method
(http://www.edweb.sdsu.edu, diakses pada tanggal 20 Februari 2009

Zuhairini, dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha
Nasional
________. 2006. http://blog.hjenglish.com/ , diakses tanggal 6 April 2009





LAMPIRAN 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I, PERTEMUAN I
Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2x35 menit

I. Standar Kompetensi
Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks
kelas.
II. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana
secara berterima.
III. Indikator
1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik dan benar
2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah
disampaikan guru dengan baik dan benar
3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang
baik dan benar







IV. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:
1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan
benar
2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru
dengan baik dan benar
3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar
V. Materi Pembelajaran
Clothes and colours
VI. Metode Pembelajaran
1. Metode Audio-Lingual
2. Metode Demonstrasi
VII. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
a) Salam, guru memperkenalkan diri kepada siswa menanyakan kabar
serta memberi motivasi belajar kepada siswa.
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
c) Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya
kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.






B. Kegiatan Inti
1. Guru membagikan lembaran dialog kepada siswa.
2. Guru membacakan dialog yang telah dibagikan secara keseluruhan.
3. Siswa membaca dialog bersama-sama
4. Guru meminta siswa untuk membaca dan mempraktikkan dialog yang
telah diberikan di depan kelas dengan teman sebangkunya.
5. Guru mencatat hasil pretest
C. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang
materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.
2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan
dpelajari pada pertemuan selanjutnya.
3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
VIII. Sumber belajar
a) Buku Fokus Jatim English SD 4B
b) Lembar dialog
c) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum
IX. Penilaian
Tes unjuk kerja (performance)





RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I, PERTEMUAN II
Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2x35 menit

I. Standar Kompetensi
Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks
kelas.
II. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana
secara berterima.
III. Indikator
1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik dan benar
2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah
disampaikan guru dengan baik dan benar
3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang
baik dan benar
IV. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:





1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan
benar
2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru
dengan baik dan benar
3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar
V. Materi Pembelajaran
Clothes and colours
VI. Metode Pembelajaran
1. Metode Audio-Lingual
2. Metode Demonstrasi
VII. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
1. Salam, guru menanyakan kabar serta memberi motivasi belajar kepada
siswa.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya
kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.
B. Kegiatan Inti
1. Guru membagikan lembaran dialog kepada masing-masing siswa.
2. Guru membacakan dialog yang telah dibagikan.
3. Siswa mendengarkan dan mengulang (listen and repeat) dialog yang
dibacakan guru.





4. Guru men-drill siswa dengan dialog tersebut.
5. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.
(work in pairs)
6. Siswa berlatih dialog sampai mereka hafal dialognya.
7. masing-masing pasangan mempraktikkan dialog di depan kelas.
C. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang
materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.
2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
VIII. Sumber belajar
a) Buku Fokus Jatim English SD 4B
b) Lembar dialog
c) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum
IX. Penilaian
Tes unjuk kerja (performance)






RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II, PERTEMUAN I
Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2x35 menit

I. Standar Kompetensi
Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks
kelas.
II. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana
secara berterima.
III. Indikator
1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik dan benar
2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah
disampaikan guru dengan baik dan benar
3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang
baik dan benar
IV. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:





1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan
benar.
2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru
dengan baik dan benar.
3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar.
V. Materi Pembelajaran
Clothes and colours
VI. Metode Pembelajaran
1. Metode Audio-Lingual
2. Metode Demonstrasi
VII. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
1. Salam, guru menanyakan kabar serta memberi motivasi belajar kepada
siswa.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya
kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.
B. Kegiatan Inti
1. Guru membacakan dialog secara keseluruhan dan siswa
mendengarkan.
2. Guru membacakan dialog kalimat demi kalimat kemudian siswa
menirukan.





3. Guru men-drill siswa dengan dialog tersebut.
4. Siswa membaca dialg secara keseluruhan.
5. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.
(work in pairs)
6. Masing-masing pasangan mempraktikkan dialog di depan kelas..
C. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang
materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.
2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang post test yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
VIII. Sumber belajar
a) Buku Fokus Jatim English SD 4B
b) Gambar tentang macam-macam jenis pakaian dan warna
c) Lembar dialog
d) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum
IX. Penilaian
Tes unjuk kerja (performance)





RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II, PERTEMUAN II
Nama Sekolah : MI Sunan Kalijogo
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2x35 menit
I. Standar Kompetensi
Mengugkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks
kelas.
II. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menirukan ujaran dalam ungkapan sangat sederhana
secara berterima.
III. Indikator
1. Siswa mampu menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik dan benar
2. Siswa mampu mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah
disampaikan guru dengan baik dan benar
3. Siswa mampu mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang
baik dan benar








IV. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa diharapkan dapat:
1. Menirukan ujaran-ujaran yang disampaikan oleh guru dengan baik dan
benar.
2. Mengungkapkan kembali ujaran-ujaran yang telah disampaikan guru
dengan baik dan benar.
3. Mempraktikkan percakapan sederhana dengan lafal yang baik dan benar.
V. Materi Pembelajaran
Clothes and colours
VI. Metode Pembelajaran
1. Metode Audio-Lingual
2. Metode Demonstrasi
VII. Kegiatan Pembelajaran
A. Kegiatan Awal (Apersepsi)
1. Salam, guru menanyakan kabar serta memberi motivasi belajar kepada
siswa.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru bertanya tentang pelajaran pada pertemuan sebelumnya
kemudian mengaitkankannya dengan materi yang akan dipelajari.
B. Kegiatan Inti
1. Guru membagikan lembaran dialog.





2. Guru membacakan dialog secara keseluruhan dan siswa
mendengarkan.
3. Guru membacakan dialog kalimat demi kalimat kemudian siswa
menirukan.
4. Guru men-drill siswa dengan dialog tersebut.
5. Siswa membaca dialog secara keseluruhan.
6. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.
(work in pairs)
7. Masing-masing pasangan mempraktikkan dialog di depan kelas
C. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk betanya tentang
materi yang telah dibahas dan belum yang dipahami.
2. Guru memberitahukan kepada siswa tentang post test yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
3. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
VIII. Sumber belajar
a) Buku Fokus Jatim English SD 4B
b) Gambar tentang macam-macam jenis pakaian dan warna
c) Lembar dialog
d) Kurikulum dan standar kompetensi mata pelajaran umum
IX. Penilaian
Tes unjuk kerja (performance)





Lampiran 2
Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari diskriminasi bunyi



N
o
Nama Siklus I Siklus II
Pertemuan
ke-1 (pre tes)
Pertemuan
ke-2
Pertemuan
ke-1 (pre tes)
Pertemuan
ke-2 (pos tes)
Vo
wel
(vok
al)
Conso
nant
(konso
nan)
Vo
wel
(vok
al)
Conso
nant
(konso
nan)
Vo
wel
(vok
al)
Conso
nant
(konso
nan)
Vo
wel
(vok
al)
Conso
nant
(konso
nan)
1 Andika
Arif
50 60 50 70 70 70 70 80
2 Baharudin
Yusuf
50 60 50 70 70 70 70 70
3 Citra
Arum
40 60 40 60 60 70 70 70
4 Debby
Maurin
50 70 60 70 70 80 80 80
5 Dewi
Indra
40 60 40 60 60 60 60 70
6 Evita K 60 60 60 70 70 70 70 80
7 Ibnul
Adrian
60 70 60 70 70 80 80 80
8 Icha
Sahwita
40 50 40 60 60 70 60 70
9 Ismatul Q 40 50 40 50 60 70 60 70
1
0
Khoirul
Roziqin
50 70 60 70 70 70 70 80
1
1
Khoirun
Nisa
50 60 60 60 60 70 70 80
1
2
Krisna
Efendi
60 70 70 70 70 80 80 80
1
3
M. Alwi
Sihab
40 50 40 60 60 60 60 70
1
4
M. Farhan 70 80 70 80 80 80 80 80
1
5
M.
Maulana
Idris
60 80 70 80 80 80 80 80
1
6
Nafisaturr
ohmah
50 70 60 70 70 70 70 70
1 Nur Laila 50 70 60 70 70 80 80 80





7 A
1
8
Putra
Fanda
40 50 50 70 60 70 60 70
1
9
Roni
Setiaw
an
60 60 60 70 70 70 70 70
2
0
Satriya
Kurnia
40 60 50 70 60 70 60 70
2
1
Siti
Nasek
hotul
K
40 60 50 60 60 70 60 70
2
2
Yoga
Pratama
50 60 50 70 70 70 70 80
2
3
Yusuf
Bakhtiar
60 70 70 70 80 80 80 80
Nilai 115
0
1290 126
0
1500 155
0
1660 161
0
1730
Nilai Rata-
rata
50 56,08 54,7 65,2 67,3 72,1 70 75,2
Siswa
Tuntas
7 19 12 22 23 23 23 23
Siswa Tidak
Tuntas
16 4 11 1 0 0 23 23

Persentase nilai vowel
P = Post rate-Base rate x 100%
Base rate
= 70-50 x100%
53,9
= 40%
Persentase nilai consonant

P = Post rate-Base rate x 100%
Base rate
= 75,2-56,08 x100%
56,08
= 34,09%













Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari segi intonasi

No Nama NILAI
Siklus I Siklus II
Pre
test
Pertemuan
ke-2
Pertemuan
ke-1
Post
test
1 Andika Arif 60 70 80 80
2 Baharudin Yusuf 50 60 70 70
3 Citra Arum 50 60 60 70
4 Debby Maurin 60 70 80 80
5 Dewi Indra 40 60 70 70
6 Evita K 60 60 80 80
7 Ibnul Adrian 70 70 80 80
8 Icha Sahwita 40 60 60 70
9 Ismatul Q 40 50 60 60
10 Khoirul Roziqin 60 70 70 80
11 Khoirun Nisa 60 60 80 80
12 Krisna Efendi 60 70 80 80
13 M. Alwi Sihab 40 50 60 60
14 M. Farhan 70 80 80 80
15 M. Maulana
Idris
60 80 80 80
16 Nafisaturrohmah 50 60 70 70
17 Nur Laila A 60 70 70 80
18 Putra Fanda 50 60 60 70
19 Roni Setiawan 40 60 60 70
20 Satriya Kurnia 40 50 60 60
21 Siti Nasekhotul 40 50 60 60
22 Yoga Pratama 60 60 70 70
23 Yusuf Bakhtiar 60 80 80 80
Nilai 1220 1460 1620 1680
Nilai Rata-rata 53,04 63,4 70,4 73,04
Siswa Tuntas 12 19 23 23
Siswa Tidak
Tuntas
11 4 0 0

P = Post rate-Base rate x 100%
Base rate
= 73,04-53,04 x100%
53,04
= 37,7%





Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari segi ritma dan penekanan kata
(rhythm and word stress)

No Nama NILAI
Siklus I Siklus II
Pre
test
Pertemuan
ke-2
Pertemuan
ke-1
Post
test
1 Andika Arif 60 60 70 80
2 Baharudin Yusuf 50 60 60 60
3 Citra Arum 50 60 70 70
4 Debby Maurin 60 70 80 80
5 Dewi Indra 40 50 60 60
6 Evita K 60 70 70 80
7 Ibnul Adrian 70 70 80 80
8 Icha Sahwita 60 60 70 70
9 Ismatul Q 60 60 70 70
10 Khoirul Roziqin 70 70 80 80
11 Khoirun Nisa 70 70 80 80
12 Krisna Efendi 60 70 80 80
13 M. Alwi Sihab 40 50 60 60
14 M. Farhan 60 70 80 80
15 M. Maulana
Idris
70 70 80 80
16 Nafisaturrohmah 50 70 70 70
17 Nur Laila A 60 60 70 70
18 Putra Fanda 50 70 70 70
19 Roni Setiawan 50 60 70 70
20 Satriya Kurnia 50 60 60 70
21 Siti Nasekhotul 60 70 70 70
22 Yoga Pratama 60 70 80 80
23 Yusuf Bakhtiar 60 80 80 80
Nilai 1320 1500 1580 1690
Nilai Rata-rata 57,3 65,2 68,5 73,4
Siswa Tuntas 15 21 23 23
Siswa Tidak
Tuntas
8 2 0 0

P = Post rate-Base rate x 100%
Base rate
= 73,4-57,3 x100%
57,3
= 28,09%





Lembar nilai pronunciation siswa dilihat dari segi kelancaran (fluency)

No Nama NILAI
Siklus I Siklus II
Pre
test
Pertemuan
ke-2
Pertemuan
ke-1
Post
test
1 Andika Arif 60 60 70 80
2 Baharudin Yusuf 40 60 70 70
3 Citra Arum 40 50 60 60
4 Debby Maurin 60 80 80 80
5 Dewi Indra 50 60 60 60
6 Evita K 60 70 80 80
7 Ibnul Adrian 70 80 80 80
8 Icha Sahwita 40 50 50 60
9 Ismatul Q 50 50 60 60
10 Khoirul Roziqin 60 60 70 80
11 Khoirun Nisa 60 70 70 80
12 Krisna Efendi 70 80 80 80
13 M. Alwi Sihab 40 50 50 60
14 M. Farhan 70 80 80 80
15 M. Maulana
Idris
70 80 80 80
16 Nafisaturrohmah 40 50 60 60
17 Nur Laila A 60 70 80 80
18 Putra Fanda 40 50 60 60
19 Roni Setiawan 50 50 60 60
20 Satriya Kurnia 40 50 60 70
21 Siti Nasekhotul 40 60 60 70
22 Yoga Pratama 60 70 80 80
23 Yusuf Bakhtiar 70 80 80 80
Nilai 1240 1460 1580 1650
Nilai Rata-rata 53,9 63,4 68,6 71,7
Siswa Tuntas 12 15 21 23
Siswa Tidak
Tuntas
11 8 2 0


P = Post rate-Base rate x 100%
Base rate
= 71,7-53,9 x100%
53,9
= 33,02%








Lampiran 4
Lembar Observasi
Proses Kegiatan Belajar Mengajar (Responden Guru Mata Pelajaran)
Materi : Clothes and Colours
Kelas : IV A
Hari/Tanggal :
No Kegiatan 4 3 2 1
1 Apersepsi
2 Penyampaian materi
3 Pengorganisasian materi pelajaran
dengan penerapan metode Audio-Lingual
(melakukan komponen-komponen Audio-
Lingual):

- Drilling

- Repetition (pengulangan)

- Pembentukan kebiasaan (habit
forming)

- Refleksi

5 Pengelolaan kelas
7 Memberikan penguatan dan penghargaan
individu

8 Kemampuan melakukan evaluasi
9 Menyimpulkan materi pelajaran
10 Menutup pelajaran
Keterangan:
4= Sangat baik
3= Baik
2= Cukup
1= Kurang





LEMBAR DIALOG
Dialog Pretest dan Pertemuan ke-2 (Siklus I)
Yoga : Good morning Laila
Laila : Good morning Yoga
Yoga : You look so beautiful today
Laila : Oh, thank you
Yoga : Is that your new sweater?
Laila : Yes, it is.
Yoga : What a nice sweater!
Laila : Thank you Yoga
Yoga : Now, where you will go?
Laila : I will go to super market with my sister
Yoga : What will you buy?
Laila : I will buy a black t-shirt
Yoga : Ok, be careful Laila
Laila : Thank You Yoga

Dialog II (Pertemuan ke-1, Siklus II)
Citra : Hello Debby!
Debby : Hello Citra!
Citra : Citra, do you wear school uniform to school?
Debby : Yes, I do
Citra : What colour is your school uniform?
Debby : It is red and white. What about you?
Citra : I wear school uniform too
Debby : What colour is it?





Citra : It is green and white
Debby : How about sport? What do you wear for doing sport?
Citra : I wear T-shirt
Debby : What time is it now?
Citra : It is quarter to seven
Debby : It is time to go to school

Dialog untuk post test (pertemuan II, suklus II)
Dialog I
Yoga : Good morning Laila
Laila : Good morning Yoga
Yoga : You look so beautiful today
Laila : Oh, thank you
Yoga : Is that your new sweater?
Laila : Yes, it is.
Yoga : What a nice sweater!
Laila : Thank you Yoga
Yoga : Now, where you will go?
Laila : I will go to super market with my sister
Yoga : What will you buy?
Laila : I will buy a black t-shirt
Yoga : Ok, be careful Laila
Laila : Thank You Yoga


Dialog II





Citra : Hello Debby!
Debby : Hello Citra!
Citra : Citra, do you wear school uniform to school?
Debby : Yes, I do
Citra : What colour is your school uniform?
Debby : It is red and white. What about you?
Citra : I wear school uniform too
Debby : What colour is it?
Citra : It is green and white
Debby : How about sport? What do you wear for doing sport?
Citra : I wear T-shirt
Debby : What time is it now?
Citra : It is quarter to seven
Debby : It is time to go to school

Dialog II
Citra : Hello Debby!
Debby : Hello Citra!
Citra : Citra, do you wear school uniform to school?
Debby : Yes, I do
Citra : What colour is your school uniform?
Debby : It is red and white. What about you?
Citra : I wear school uniform too
Debby : What colour is it?
Citra : It is green and white
Debby : How about sport? What do you wear for doing sport?





Citra : I wear T-shirt
Debby : What time is it now?
Citra : It is quarter to seven
Debby : It is time to go to school





Lampiran 3
Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran











DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYYAH
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572553

BUKTI KONSULTASI PEMBIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Dhewi Masithoh Admawati
NIM/Jurusan : 07140036/ Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah
Dosen Pembimbing : Dr. Nur Ali, M.Pd
Judul Skripsi : Penggunaan Metode Audio-Lingual Dalam Pembelajaran
Bahasa Inggris Untuk Peningkatan Pronunciation
Bahasa Inggris Siswa Kelas IV A MI Sunan Kalijogo
Malang
No
.
Tanggal Hal yang Dikonsultasikan Tanda
Tangan
1 13 Januari Proposal
2 19 Maret 2009 Bab I, II, III
3 4 Juni 2009 Revisi Bab I, II, III
4 24 Juli 2009 Bab IV, V, VI
5 25 Juli 2009 Revisi Bab IV, V, VI
6 27 Juli 2009 ACC Bab I, II, III, IV, V, VI
7 12 Agustus 2009 ACC Skripsi
Malang, 12 Agustus 2009
Dekan,
Dekan Fakultas Tarbiyah,


Dr. M. Zainuddin, M.A
NIP. 150 275 502





MADRASAH IBTIDIYAH "SUNAN KALIJOGO"
STATUS: TERAKREDITASI B NSM: 112357305009
Sekretariat: Jl. Candi III D/422 Karangbesuki (0341) 574822 Malang (65146)
http://www.misunankalijogo.blogspot.com, Email:misuka_kbs@yahoo.co.id

SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN
Nomor: 40/MI-SK/VI/09


Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama Lengkap : Supriati S.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah MI Sunan Kalijogo
Alamat : Sekretariat: Jl. Candi III D/422 Karangbesuki
Malang

Menerangkan dengan sebenarnya, bahwa

Nama Lengkap : Dhewi Masithoh Admawati
NIM : 07140036
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang
Bulan : Maret s/d Juni

Benar-benar telah melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Audio-
Lingual untuk Meningkatkan Kemampuan Pronunciaton Siswa dalam Mata
Pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV di MI Sunan Kalijaga Malang.

Demikian surat keterangan ini dibuat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan
untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.


Malang, 15 Juni 2009
Kepala Sekolah
MI Sunan Kalijogo




Supriati, S.Pd






DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572553

Nomor : Un. 3.1/TL.00/362/2009 Malang, 23 Maret 2009
Lampiran : 1 Berkas
Perihal : Penelitian


Kepada
Yth. Kepala MI Sunan Kalijogo Malang
di-
Malang


Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan ini kami mengaharap dengan hormat, agar mahasiswa di
bawah ini:

Nama : Dhewi Masithoh Admawati
NIM : 07140036
Semester/th. Ak : 2009
Judul Skripsi : Penggunaan Metode Audio-Lingual dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Peningkatan
Pronunciation Siswa Kelas IVA MI Sunan
Kalijogo Malang
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/menyusun skripsinya yang
bersangkutan mohon diberikan izin/kesempatan untuk mengadakan penelitian di
lembaga/instansi yang menjadi wewenang Bapak/Ibu.

Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/ibu disampaikan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb
Dekan


Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghoni
NIP. 150 004 2031

You might also like