You are on page 1of 10

Status Gizi Pasien Penyakit Kronik di Rawat Inap RSUD Koja Muhamad Halim, Muhamad Fairuz, Azrina Marzawati

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

serta

melihat

perbedaan

status

gizi

berdasarkan jenis metode pengukuran yang digunakan. Selain itu dapat diketahui

proporsi penyakit kronik di rawat inap RSUD Koja dan distribusinya menurut umur dan jenis kelamin. Metode: metode Penelitian penelitian ini menggunakan dengan

deskriptif

pendekatan cross-sectional dengan sampel sebesar 50 orang penderita penyakit kronik Abstrak Latar belakang: Malnutrisi adalah salah satu masalah yang tidak disadari di rumah sakit dan memerlukan perhatian khusus. Memperkirakan prevalensi malnutrisi di rumah sakit adalah tugas yang sukar. Malnutrisi mencakup kelainan yang (24 laki-laki dan 26 perempuan) yang dirawat di bangsal Lantai VI A, B, dan C dan ruang IW RSUD Koja Hasil: Malnutrisi pada penderita penyakit kronis menurut IMT sebesar 26%, SGA sebesar 26% dan MAMC sebesar 86% (malnutrisi berat 76% dan malnutrisi ringan 10%). Kesimpulan: Nilai perbedaan yang ketara ini terjadi, mungkin karena sifat dari metode yang digunakan. Seperti SGA, lebih bersifat subyektif, dan bisa terjadi bias dari

disebabkan oleh defisiensi asupan nutrisi, gangguan metabolism terutama pada

penderita penyakit kronis. Penyakit kronis yang dievaluasi meliputi penyakit gagal jantung kongestif, gagal ginjal kronik, sirosis hepatis, tuberkulosis paru (TB paru), human immunodefisiensi virus (HIV),

pemeriksa sehingga memudahkan terjadinya kesalahan didalam mengambil dan

diabetes mellitus (DM) dan dispepsia. Objektif: Penelitian ini bertujuan

mengolah data. Pada metode IMT pula tidak dapat mengukur ketebalan lemak, maka sering terjadi kesalahan pada nilai

mengevaluasi gizi pada pasien penyakit kronik di ruang rawat inap RSUD Koja menggunakan indeks massa tubuh (IMT), mid arm muscle circumference (MAMC) dan Subjective global assessment (SGA)
1

pengukuran. Pada penilaian status gizi menggunakan metode MAMC adalah lebih tepat karena mengukur ketebalan lemak di bawah lipatan kulit.

difference value obtained on each method. Kata kunci: malnutrisi; penyakit kronis, indeks massa tubuh (IMT), mid arm muscle circumference (MAMC) dan Subjective global assessment (SGA). Meanwhile, this research also aim to observe the proportion of every type of chronic illness in RSUD Koja according to gender and age. Method: The method used in this research is descriptive with the cross-sectional Abstract Background: Malnutrition is a health problem that is usually left unnoticed by healthcare provider in a hospital and it demands a serious attention. To calculate the prevalence of malnutrition among patient with chronic illness is not as simple as it is imagined. Malnutrition covers the approach. We had obtained a sample of 50 patients from the ward of floor VI A,B, C and the intermediate ward (IW) of RSUD Koja. Result: Malnutrition is detected in patient with chronic illness based on the BMI calculation which is 26%, SGA has 26% patient and MAMC has 86% of patient with malnutrition ( sever malnutrition 76% and mild malnutrition is 20%). Conclusion : The significant difference of result occurred among BMI, SGA and MAMC probably because of the

abnormalities causes by deficit nutrition intake and disruption of the metabolism that is seen particularly in the patient with chronic illness. Among the evaluated

chronic illness are congestive heart failure, chronic kidney failure, cirrhosis, pulmonary tuberculosis, virus (HIV), human immunodeficiency mellitus and

characteristic of the method themselves. SGA is subjective in its characteristic and prone to have bias between the examiner and the patient. Therefore, the data obtained from SGA is less accurate. BM calculation also cannot assess the fat thickness under skinfold. MAMC is more accurate because it assess the fat tissue under the skinfold. Keywords: malnutrition, chronic illness, Body Mass Index (BMI), mid arm muscle

diabetes

dyspepsia.
Objective: This research aimed to assess the

nutritional status among the hospitalized patients with chronic illness using the method of body mass index (BMI)

calculation, mid arm muscle circumference (MAMC) and Subjective global assessment (SGA), and to detect whether there is
2

circumference (MAMC) dan Subjective global assessment (SGA

Subjective Global Assessment (SGA), dan Mid Arm Muscle Circumference (MAMC). Pengukuran lain status gizi dapat

PENDAHULUAN Malnutrisi adalah salah satu masalah yang tidak disadari di rumah sakit dan memerlukan perhatian khusus.

ditentukan melalui Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu salah satu cara yang mudah untuk mengetahui keadaan gizi dengan menilai ukuran tubuh. Indeks berat badan per tinggi badan, merupakan suatu ukuran dari beart badan (BB) berdasarkan tinggi badan (TB). Subjective (SGA) Global Assessment

Memperkirakan prevalensi malnutrisi di rumah sakit adalah tugas yang sukar. Malnutrisi mencakup kelainan yang

disebabkan oleh defisiensi asupan nutrisi, gangguan penderita beberapa metabolism penyakit studi terutama kronis. yang pada

mendefinisikan gizi dan status pasien dengan status gizi, tujuan yang

Terdapat

fungsional

menggunakan

mengidentifikasikan

indikator-indikator seperti jumlah limfosit, kadar hematokrit dan kadar albumin serum sebagai salah satu kriteria malnutrisi, namun indikator-indikator ini didapati tidak spesifik untuk malnutrisi karena bisa dipengaruhi oleh kondisi selain dari status nutrisi pasien. Baru-baru ini, terdapat beberapa rumah sakit yang menggunakan indeks massa tubuh (IMT), mid arm muscle circumference (MAMC) dan Subjective global assessment (SGA).

berguna sebagai intervensi gizi. Analisis literatur terbaru mengenai pemanfaatan

actual SGA dalam situasi klinis sering diasosiasikan dengan gizi buruk yaitu

penyakit ginjal, (AIDS), kanker, penuaan serta penyakit kronis. SGA adalah alat yang memadai untuk mengidentifikasi pasien dengan resiko gizi dan untuk menentukan intervensi gizi dengan tujuan mencegah komplikasi terkait. Pengukuran lain status gizi dapat ditentukan melalui IMT yang merupakan

PENILAIAN

STATUS

GIZI

PADA

salah satu cara mudah untuk mengetahui keadaan gizi engan menilai menilai ukuran tubuh. Dengan IMT, akan diketahui apakah berat badan seseorang itu noemal, kurus atau gemuk.
3

PENDERITA PENYAKIT KRONIK Penilaian melakukan status gizi dengan

antropometri,

pemeriksaan

Mid Arm Muscle Circumference (MAMC) adalah suatu pengukuran untuk mengetahui kadar lemak dalam otot yang diukur dari lingkar lengan atas dan ketebalan lemak di bawah lipatan kulit dengan tujuan untuk mengetahui dan memonitor perjalanan status gizi seseorang baik atau buruk. Dalam hal ini, digunakan pengukuran pada pasien dengan penyakit kronik yang dirawat inap.

pada

penelitian

ini

tidak

ditentukan

jumlahnya karena penelitian ini berbentuk survei. Cara kerja semua penderita penyakit kronik yang dirawat di ruang rawat inap Penyakit Dalam RSUD Koja didata dan dikeluarkan bila memenuhi kriteria eksklusi. Isi data pasien berdasarkan:

Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

Umur METODE PENELITIAN Desain penilaian menggunakan kros seksional. Tempat dan waktu penelitian dilakukan di rawat inap RSUD Koja mulai tanggal 6 Agustus hingga 4 September 2010. Populasi terjangkau adalah semua penderita penyakit kronik yang dirawat di ruang inap lantai VI A, B, dan C dan ruang IW RSUD Koja. Subjek penelitian adalah mereka yang termasuk ke dalam populasi terjangkau dan memenuhi criteria penelitian. Metode MAMC IMT Penyakit kronis

<40 tahun 40-60 Ahun >60 tahun DM, CHF, TB paru, CKD, sirosis hati,

dyspepsia kronik dan HIV/AIDS Kurang Normal Lebih Normal Malnutrisi ringan Malnutrisi berat

pengambilan sampel adalah dengan cara non-propability sampling yaitu purposive sampling. Kriteria inklusi: Pasien penyakit kronik yang dirawat inap di RSUD Koja, kriteria eksklusi: Subjek menolak SGA

Normal Kurang Buruk

berpartisipasi, kesadaran menurun, dan tidak bisa berbahasa Indonesia. Besar sampel

Berat badan yang kurang dapat meningkatkan resiko infeksi, sedangkan akan terhadap berat penyakit yang resiko

Penyakit kronik 1. DM 2. CHF 3. TB paru 4. CKD 5. Sirosis hati 6. Dyspepsia kronik 7. HIV / AIDS 1 2 18 12 7 7 3 2 36 24 14 14 6 4

badan

berlebihan

meningkatkan

terhadap penyakit degenerative. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan yang normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.

HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian terhadap pasien rawat inap penyakit dalam RSUD Koja dengan penyakit kronik. Didapatkan 50 orang dengan karakteristik sebagaimana ditampilkan pada tabel 1.

IMT 1. Kurang 2. Normal 3. Lebih Rata-rata (meanSD) 13 21 16 26 42 32

MAMC KARAKTERISTIK Jenis kelamin N % 1. Normal 2. Malnutrisi ringan 3. Malnutrisi berat Laki-laki Perempuan 24 26 48 52 SGA Umur < 40 tahun 40-60 tahun >60 tahun Rata-rata (mean SD) 8 36 6 16 72 12 Tabel 1. Tabel karakteristik 1. Gizi normal (A) 2. Gizi kurang (B) 3. Gizi buruk (C) 21 16 13 42 26 32 Rata-rata (meanSD) 7 5 38 14 10 76

Pada tabel 1 (tabel karakteristik) terlihat bahwa pasien penyakit kronik lebih banyak pada perempuan (52%) dan ini menunjukkan bahawa pasien perempuan lebih cenderung untuk menderita penyakit kronik. Umur pasien yang kami teliti

sebesar 40 persen, dan usia lebih dari 60 tahun dengan persentase sebesar 12%.

USIA
12% 16% < 40 tahun 72% 40 - 60 tahun > 60 tahun

berkisar antara 24 tahun sampai 75 tahun dengan rata-rata 50.86 tahun, dan persentase pasien yang menderita penyakit kronik terbanyak terdapat pada kelompok umur 40 60 tahun ( 72%).

Gambar 2. Persentase pasien dengan penyakit kronik berdasarkan usia

Selama penelitian, didapati pasien

Jenis kelamin
52% 48% laki-laki perempuan

dengan penyakit kronik paling banyak dengan penyakit diabetes mellitus (DM) yaitu sebanyak 36%, diikuti Congestive heart failure (CHF) sebanyak 24%, kidney

tuberkulosis paru

dan Chronic

disease (CKD) masing-masing sebanyak Gambar 1. Persentase pasien dengan penyakit kelamin kronik berdasarkan jenis 7%, sirosis hepatis 6%, dispepsia kronik 4% dan pasien dengan HIV/AIDS sebanyak 2%.

Sepanjang penelitian, didapati umur pasien yang diteliti berkisar antara 24 tahun sampai 75 tahun dengan rata-rata 50.86 tahun. Dari karakteristik umur, didapati pasien yang menderita penyakitkronis

mayoritas datangnya dari kelompok umur 40-60 tahun dengan persentase sebesar 72 persen diikuti usia kurang dari 40 tahun
6

PENYAKIT KRONIK
DM 32% CHF 26% 2% 14% 6% 4% 36% CKD TBC paru

IMT
42% Normal kurang lebih

Gambar 4. Persentase status gizi pasien


14% 24% Sirosis Hepatis Dispepsia kronik HIV / AIDS

penyakit

kronik

berdasarkan

indeks

massa tubuh (IMT)

Dengan menilai status gizi pasien kronik menggunakan metode Subejctive

Gambar 3. Persentase pasien dengan penyakit penyakit kronik berdasarkan jenis

global assessment (SGA), didapati 42 persen pasien berada dalam kategori gizi baik, 32% gizi sedang dan 26% dengan gizi buruk.

Penilaian status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), didapati


26%

SGA

mayoritas pasien dengan IMT normal (18.525) sebesar 42 %, diikuti IMT lebih (lebih dari 25) sebesar 32% dan IMT kurang (kurang dari 18.5) sebesar 26%.

42% 32% Gizi baik ( A ) Gizi sedang ( B ) Gizi buruk ( C )

Gambar 5. Status gizi pasien penyakit kronik Subjective global assessment (SGA)

Apabila

menghitung

status

gizi

kurus berat dan gemuk berat dikategorikan dalam malnutrisi berat. Setelah dilakukan perbandingan seperti yang ditunjukkan pada gambar 5, didapati metode MAMC

pasien menggunakan metode Mid arm muscle circumference (MAMC), didapati mayoritas pasien penyakit kronik memiliki status gizi dengan malnutrisi berat, yaitu sebesar 76%, diikuti normal sebesar 14% dan pasien dengan malnutrisi ringan sebesar 10%.

menunjukkan status gizi yang paling jauh berbeda dengan metode yang lain. Pada MAMC, didapatkan mayoritas pasien

penyakit kronik memiliki status gizi dengan

MAMC
14% 10% 76% malnutrisi ringan malnutrisi berat Normal

malnutrisi

berat,

yaitu

sebesar

76%,

manakala pada IMT dan SGA mayoritas pasien dengan status gizi yang normal yaitu sebesar 42 %. Nilai perbedaan yang ketara ini terjadi, mungkin karena sifat dari metode yang digunakan. Seperti SGA, lebih bersifat subyektif, dan bisa terjadi bias dari

Gambar 5. Status gizi pasien penyakit kronik berdasarkan Mid arm muscle circumference (MAMC).

pemeriksa sehingga memudahkan terjadinya kesalahan didalam mengambil dan

mengolah data. Pada metode IMT pula, walaupun IMT merupakan metode yang

DISKUSI Pada penilaian status gizi, telah digunakan tiga metode yang berbeza iaitu berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), metode Subejctive global assessment (SGA), dan juga metode Mid arm muscle

murah, cepat dan mudah untuk digunakan dalam mendeteksi samaada seseorang itu kurus, gemuk, atau normal, namun ia masih memiliki kekurangan dan limitasi. Karena IMT tidak mengukur ketebalan lemak, maka sering terjadi kesalahan pada nilai

circumference (MAMC). Dari ketiga-tiga metode tersebut, didapatkan hasil yang berbeda. Pada IMT, kategori kurus sedang dan gemuk sedang telah kami kategorikan sebagai malnutrisi ringan, manakala kategori
8

pengukuran. Seperti contoh, pasien yang mempunyai massa otot yang banyak

mungkin bisa masuk dalam kategori gemuk sedangkan pasien hanya memiliki sedikit lemak. Pada penilaian status gizi

menggunakan mungkin lebih

metode tepat,

MAMC karena

pula, MAMC

pasien kehilangan lemak, atau mempunyai lemak yang banyak dapat diketahui.

mengambil kira ukuran lingkar lengan atas, dan ketebalan lemak, sehingga sekiranya pasien kehilangan lemak, atau mempunyai lemak yang banyak dapat diketahui. DAFTAR PUSTAKA 1. McWhirter recognition JP. of Incidence malnutrition and in

hospital. BMJ 1994; 308: 945-948. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat Diunduh dari:

http://www.bmj.com/cgi/content/full/ 308/6934/945. Diakses tanggal 23 Juni 2010. 2. Baccaro et al. Subjective global assessment in the clinical setting. JPEN J Parenter Enteral Nutr 2007; 31, 1, 406-409. Diunduh dari: http://pen.sagepub.com/cgi/content/f ull/31/5/406. Diakses tanggal 1 Juli 2010. 3. Measurement of MUAC. http://pediatrics.aappublications.org/ cgi/content/full/126/1/e195. Accesed on July 28, 2010 4. Pirlich et al. The German hospital malnutrition study. Volume

disimpulkan bahwa sebagian besar pasien dengan penyakit kronik menderita malnutrisi ringan hingga berat. Namun terdapat

perbedaan antara hasil pengukuran status gizi antara IMT dan SGA. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan pola pengukuran, dimana IMT menggunakan rumus

perbandingan berat badan dan tinggi badan, sedangkan SGA pada pemeriksaan fisik. Perhitungan IMT kurang dapat dijadikan acuan dikarenakan tidak memperhitungkan adanya penambahan berat badan abnormal, seperti edema atau tumor yang besar. Sedangkan pada SGA, dapat terjadi

kesalahan dalam menafsirkan kondisi gizi pasien dikarenakan penilaian yang bersifat subyektif. Pada penilaian status gizi pula, MAMC

25, Issue 4, Pages 563-572 (August 2006). Available from : URL http://www.journals.elsevierhealth.c om/periodicals/yclnu/article/S02615614%2806%2900076-8/abstract. Accessed on June 30, 2010.

menggunakan mungkin lebih

metode tepat,

MAMC karena

mengambil kira ukuran lingkar lengan atas, dan ketebalan lemak, sehingga sekiranya

5. Pedoman

praktis berat

untuk badan

mempertahankan

normal berdasarkan indeks massa tubuh (imt). www.gizi.net/pedomangizi/.../pedoman%20praktis%20imt. doc 6. Assessment of nutritional status. Available at http://www.ignou.ac.in/edusat/BNS/ bns-102-5/1july-2004-bns-102block-5u-3.pdf. accessed on August 17, 2010 7. Barbosa-Silva MC, Barros AJ.

Indications and limitations of the use of subjective global assessment in clinical practice: an update. Curr Opin Clin Nutr Metab Care 2006; 9, 3, 263-269. Diunduh dari: 8. http://journals.lww.com/coclinicalnu trition/Abstract/2006/05000/Indicati ons_and_limitations_of_the_use_of. 14.aspx. Diakses tanggal 26 Juni 2010

10

You might also like