You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang bekeradaannya tidak dapat digantikan oleh media atau fasilitas pembelajaran apapun. Kehadiran guru masih tetap diperlukan, kehadiran guru sebagai sosok yang berdiri di depan kelas keberadaannya sampai kapanpun tidak dapat digantikan oleh media pembelajaran secanggih apapun. Guru harus tetap melaksanakan pembelajaran secara langsung di depan siswa. Oleh karena itu apapun alasannya guru harus mengajar langsung di depan siswa agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai. Seiring dengan perkembangan jaman, yang berdampak terhadap perubahan kurikulum pembelajaran, kualitas pembelajaran perlu selalu ditingkatkan. Keadaan tersebut dapat dimulai dengan peningkatan kompetensi para guru, baik dalam menyampaikan materi, menggunakan metode dan teknik mengajar yang tepat, menggunakan media pembelajaran maupun kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional pada hakekatnya adalah mampu menyampaikan materi pembelajaran secara tepat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian untuk mencapai ke arah tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran, termasuk salah satunya menggunakan model dan metode

pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran matematika, guru tidak cukup terfokus hanya pada satu model dan metode tertentu saja. Guru perlu mencoba menerapkan berbagai model dan metode yang sesuai dengan tuntutan materi

pembelajaran, termasuk dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode belajar kelompok. Pemilihan model dan metode yang tepat tersebut akan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Hasil belajar matematika di SMP N 2 Selomerto hasil belajarnya belum begitu maksimal, dalam setiap ulangan harian rata-rata baru 35% yang dapat tuntas. Berdasarkan konsep tersebut menunjukkan bahwa metode belajar kelompok perlu diterapkan dan dikembangkan guru dengan terlebih dahulu menguasai strategi atau langkah-langkahnya. Metode pembelajaran, termasuk metode belajar kelompok merupakan variasi guru dalam melaksanakan pembelajaran selain yang konvensional dalam bentuk ceramah. Guru perlu secara cermat memilih materi yang tepat untuk menggunakan metode belajar ini, sehingga hasil belajar siswa lebih optimal. Keberadaan penerapan metode belajar kelompok untuk mata pelajaran matematika sangat diperlukan. Para siswa dapat saling sharing pengetahuan dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama. Keadaan tersebut memberikan manfaat sebagai pengalaman belajar yang nyata bagi para siswa apalagi mata pelajaran matematika secara keseluruhan lebih menekankan kepada praktik dibandingkan dengan hanya memahami konsep secara abstrak saja. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan selanjutnya menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam bentuk penelitian, sehingga judul yang ditetapkan : Penerapan Model TGT dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Ukuran Pemusatan Data Tunggal pada siswa Kelas VIII Semester I SMP N 2 Selomerto Tahun Pelajaran 2009 / 2010.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang ditetapkan adalah Apakah dengan penerapan Model TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika Pokok Bahasan Faktorisasi Aljabar pada siswa Kelas VIII Semester I SMP N 2 Selomerto Tahun Pelajaran 2009 / 2010?

C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penerapan Model TGT, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika Pokok Bahasan Faktorisasi Aljabar pada siswa Kelas VIII Semester I SMP N 2 Selomerto Tahun Pelajaran 2009 / 2010.

BAB II Kajian Teori

A. Hakekat Belajar Mengajar Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks karena itu belajar sangat sulit untuk diamati, sebab meskipun dari luar kelihatan belum belajar, namun dapat saja siswa tersebut telah memperoleh sesuatu yang banyak dari lingkungannya, kondisi tersebut menunjukkan siswa itu sudah belajar. Skinner (Dimyati 2002:34) mengemukakan belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka aktivitas yang baik menjadi meningkat, sebaliknya apabila orang tersebut tidak belajar, maka aktivitas yang baik menjadi menurun. Dalam belajar diperoleh beberapa hal yaitu kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan aktivitas belajar serta konsekuensi yang bersifat menguatkan aktivitas belajar tersebut. Sedangkan Gagne (Dimyati 2002:40) mengemukakan belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Orang setelah belajar memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari simulasi yang berasal dari lingkungan serta proses kognitif yang dilakukan oleh orang yang belajar.

Sementara itu Winkel (Darsono 2001:4) mengemukakan belajar adalah suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan keterampilan dan nilai sikap. Dengan demikian belajar merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan kemampuan tingkah laku dan keterampilan ke arah yang lebih baik. Selanjutnya secara lebih rinci Ausubel (Muryati 2003:12) mengemukakan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu sebagai berikut. a. Berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. b. Menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang merupakan fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa yang telah ada. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa dan guru di dalam kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran sehubungan dengan materi tertentu.

B. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan alat untuk melihat kemajuan belajar siswa dalam penguasaan materi belajar siswa penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor. Makna dari belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Tuti Sukamto (1997 : 8) berpendapat bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Belajar merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan terjadinya

perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadpa suatu situasi tertentu atau karena proses yang terjadi secara internal di dalam diri seseorang.

C. Pembelajaran Kelompok Teknik pembelajaran kelompok merupakan salah satu strategi belajar mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 3 sampai dengan 5 siswa, mereka bekerjasama dalam memecahkan masalah atau

melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan guru. Kerja kelompok adalah kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar, di mana keberhasilan kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari individu anggota kelompok tersebut (Robert L. Cilstrap dan William R. Martin dalam Roestiyah 2001:45). Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2002:34) mengemukakan kerja kelompok berarti kerja kepemimpinan dan keterpimpinan yang perlu dipelajari siswa untuk bekal dalam kehidupannya nanti. Selanjutnya secara lebih lengkap Burton (Nasution 2000:56) menjelaskan kerja kelompok ialah cara individu mengadakan relasi dan kerjasama dengan individu lain untuk bekerja sama. Relasi di dalam kelompok demokratis artinya setiap individu berpartisipasi, ikut serta secara aktif dan turut bekerjasama, sehingga individu akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan mengalami perubahan sikap. Keuntungan yang diperoleh dari adanya pembelajaran dengan pendekatan kelompok adalah sebagai berikut. a) siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat secara aktif dan memiliki

usaha yang lebih besar untuk berprestasi, b) siswa mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi dan berfikir kritis dan antar siswa. Dengan demikian pembelajaran kelompok berhubungan dengan proses belajar yang dilakukan siswa secara bersama-sama melalui komunikasi interaktif dengan dipimpin oleh seorang pemimpin untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan materi pelajaran. c) terjadinya hubungan yang positif

D. Model Pembelajaran CL Tipe TGT Model pembelajaran kooperatif melalui suatu turnamen, lebih banyak dipilih karena waktu relatif lebih singkat dan cara melakukannya relatif lebih mudah dibanding STAD dan Jigsaw. Untuk kelas-kelas di Indonesia, fase-fase TGT dikembangkan dari empat menjadi delapan, sebagai berikut : Fase 1 : Penjelasan guru (Teacher presentation). Pada fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelom-pok. Fase 2 : Pembagian kelompok Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) siswa dari pretest atau ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender), etnik dan ras. Tiap kelompok beranggotakan 2 4 orang (Slavin, 1998). Jumlah anggota kelompok dapat juga dikembangkan menjadi 5 orang. Fase 3 : Kerja kelompok (Team study) Setelah menerima LKS dari guru, siswa bekerjasama dalam kelompok masing-masing, diskusi, praktikum atau menjawab soalsoal pada LKS.

Fase 4 : Bimbingan kelompok/ kelas (Scafolding) Guru membimbing kerja kelompok, mengamati psikomotorik dan sikap siswa secara individual dalam kerja kelompok Fase 5 : Tournament (Quizzes) Guru membagikan lembar soal tournament (quizzes). Jumlah soal turnamen antara 10 20 butir soal. Aturan main tournamen model TGT adalah sebagai berikut : 1. Setiap kelompok menentukan salah satu anggota sebagai Reader (pembaca soal kuis turnamen) pertama dan pembaca kunci

jawaban. Pembaca soal ke dua, ke tiga dan seterusnya digilir berurutan searah dengan putaran jarum jam. Pembaca kunci jawaban adalah siswa yang posisi duduknya di sebelah kanan reader. 2. Kesempatan pertama menjawab soal kuis turnamen diberikan kepada reader, selanjutnya giliran menjawab bagi anggota kelompok yang lain searah putaran jarum jam. 3. Jika semua anggota kelompok menjawab benar, siswa yang memperoleh point adalah siswa pertama yang menjawab benar. 4. Turnamen berlanjut, sampai semua soal sudah dibacakan. Kemudian perolehan skor masing-masing anggota dihitung berdasarkan jumlah jawaban benar sekaligus untuk perhitungan skor kelompok Fase 6 : Validation Guru melakukan validasi, penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis. Tujuannya adalah memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pem-belajaran. Fase 7 : Penghargaan kelompok (Team recognition) Setelah diperoleh skor tiap anggota pada masing-masing kelompok, kemudian diadakan rekapitulasi nilai dan ditentukan skor kelompok menggunakan Tabel

E. Kerangka Berpikir Penerapan metode belajar kelompok yang dilakukan guru untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa merupakan bentuk kreativitas dalam mengajar. Melalui metode ini siswa saling berinteraksi dalam mengemukakan pendapat untuk memecahkan masalah bersama. Setiap ide yang dimiliki siswa dituangkan, ditampung untuk dilanjutnya dimodifikasi sebagai iden bersama dalam

menyelesaikan permasalahan. Adanya metode belajar kelompok menjadikan aktivitas belajar siswa menjadi lebih tinggi. Untuk kelancaran penerapan metode ini guru perlu mengeliminer dominasi beberapa siswa, sehingga pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih merata. Secara sederhana penerapan metode belajar diskusi untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa dapat digambarkan dalam bentuk kerangka berpikir sebagai berikut :

GURU

SISWA

PROSES BELAJAR MENGAJAR

HASIL BELAJAR SISWA

METODE BELAJAR KELOMPOK Kerangka Berpikir Penelitian

Berdasarkan gambar tersebut dapat ditelaah bahwa secara bersama-sama guru dan siswa melaksanakan proses belajar mengajar (pembelajaran) dengan posisi guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek didik. Selama proses pembelajaran terjadi, guru menggunakan metode pembelajaran yang disebut sebagai metode belajar kelompok. Penggunaan metode tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Dengan adanya penggunaan metode tersebut pada akhirnya diharapkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik, sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang maksimal dalam belajarnya.

F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan konsep tersebut, maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut. Penerapan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika Pokok Bahasan Faktorisasi Aljabar pada siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Selomerto Tahun Pelajaran 2009 / 2010.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009 karena materi tentang Pokok Bahasan Faktorisasi Aljabar pada siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Selomerto Tahun Pelajaran 2009 / 2010 dialokasikan pada semester itu. Sedangkan tempat penelitian di sekolah dimana peneliti ditugaskan yakni SMP N 2 Selomerto pada semester 1 tahun pelajaran 2009/2010.

B. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes tertulis dan teknik observasi. Tes tertulis dilakukan untuk mencari data tentang hasil belajar, sedangka observasi digunakan untuk mengumpulkan data proses pembelajaran. Alat atau instrumen penelitian berbentuk butir soal dan tes lembar pengamatan.

C. Analisis Data Analsisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif untuk menganalisis data yang berbentuk kuantitatif yang diperoleh melalui tes tertulis ulangan harian, kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Sedangkan data yang berbentuk kualitatif yang diperoleh melalui pengamatan proses pembelajaran menggunakan analisis deskriptif kualitatif yag dilanjutkan dengan refleksi.

D. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini lebih menentukan metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Salah satu ciri dalam penelitian tindakan kelas ini adalah adanya tindakan yang dilakukan tiap siklus. Langkah berikutnya adalah menentukan jumlah siklus. Dalam penelitian ini peneliti menentukan banyaknya siklus sebanyak dua siklus. Langkah dalam setiap siklus meliputi : perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Kondisi Awal Nilai ulangan harian yang dilakukan sebanyak dua kali pada kondisi awal sebelum dilakukan penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ulangan harian pertama sebesar 53 dan rata-rata ulangan harian kedua sebesar 51, rata-rata keduanya 52, kedua ulangan harian tersebut rata-rata kelas masih di bawah KK yang telah ditetapkan, yaitu 63.

B. Deskripsi Hasil Siklus I Berdasarkan hasil tes pada pelaksanaan tindakan siklus pertama nilai rata-rata 55 atau 55% bila dibandingkan dengan kondisi awal nilai rata-rata kelas 52 atau 52%, terdapat kenaikan sebesar 55 52 = 3 atau 3 %.

C. Deskripsi Hasil Siklus II Berdasarkan hasil tes pada pelaksanaan tindakan siklus kedua nilai rata-rata 60 atau 60% bila dibandingkan dengan kondisi siklus pertama nilai rata-rata kelas 55 atau 55%, terdapat kenaikan sebesar 60 55 = 5 atau 5 %.

D. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari kondisi awal, setelah dilaksanakan tindakan siklus pertama dan siklus kedua disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar

matematika khususnya materi Pokok Bahasan Faktorisasi Aljabar pada siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Selomerto Tahun Pelajaran 2009 / 2010.

BAB V Penutup

A. Simpulan Penggunaan model pembelajaran TGT dapat digunakan sebagai variasi dalam pembelajaran untuk meningkatkan haisl belajar matematika pada pokok bahasan Pokok Faktorisasi Aljabar pada siswa Kelas VIII Semester 1 di SMP Terbukti dari kondisi awal rata-rata ulangan harian satu dan kedua 52, setelah pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran TGT nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan pada siklus pertama rata-rata kelas 55 pada siklus kedua nilai rata-rata kelas 60, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yang berbunyi dengan menggunakan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan Pokok Faktorisasi Aljabar .

B. Saran Saran : (1) Bagi guru dalam mengajar agar menggunakan beberapa model pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak monoton dan anak akan lebih semangat dalam belajar, (2) setiap selesai penyampaian pembelajaran materi ditindaklajuti dengan memberikan PR sesuai indikator pembelajaran agar peserta didik dapat melanjutkan belajar di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajardan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda Karya Pahyono.2004. Bahan Ajar : Model-model Pembelajaran, LPMP Jawa Tengah Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Toeti Sukamto dan Udin S. Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model-mode |Winkel, WS. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia

ABSTRAK
Penerapan Model TGT dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Pokok Faktorisasi Aljabar pada siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Selomerto Tahun Pelajaran 2009 / 2010 Oleh : Hadi Setyo Nugroho, S.Pd (Guru SMP N 2 Selomerto Wonosobo)

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan Pokok Faktorisasi Aljabar pada siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Selomerto Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Penelitian ini mengambil tempat dimana peneliti bertugas sebagai guru di SMP N 2 Selomerto Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Peneliti mengambil subyek siswa kelas VIII karena sesuai pembagian mengajar di kelas itu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Tiap tindakan terdiri dari empat tahapan, yaitu : (1) menentukan perencanaan tindakan, (2) melaksanakan tindakan, (3) melakukan pengamatan tindakan dan (4) melaksanakan refleksi hasil tindakan. Pengumpulan data dengan tehnik tes tertulis dan observasi, sedangkan analisis data menggunakan deskriptif yang dilanjutkan dengan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan Pokok Faktorisasi Aljabar pada siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Selomerto Tahun Pelajaran 2009 / 2010.

Kata Kunci : Penerapan Model Team Game Tournament (TGT)

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENERAPAN MODEL TGT DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN FAKTORISASI ALJABAR PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 SMP N 2 SELOMERTO TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

HADI SETYO NUGROHO, S.Pd NIP. 19761126 200312 1 005

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA

SMP N 2 SELOMERTO 2009

You might also like