You are on page 1of 32

Bertahun-tahun yang lalu di negeri-negeri Barat,banyak keluarga memiliki kebiasaan yang dianggap sangat penting.

Seluruh keluarga berkumpul mengelilingi meja,minimal sekali dalam sehari,untuk makan bersama. Namun dewasa ini acara seperti ini sudah dianggap kuno alias ketinggalan zaman,benarkah demikian? manfaat apa sajakah yang bisa kita ambil dalam acara ini? Berikut adalah ulasan singkat untuk menjawab problem2 tersebut. Menurut seorang pakar sosial Robert Putnam dlm bukunya Bowling Alone mengatakan "Fakta bahwa acara makan bersama telah jauh berkurang hanya dalam waktu satu generasi..merupakan bukti yang kuat tentang betapa cepatnya perubahan yang terjadi pada hubungan sosial kita".Hal ini terjadi krn adanya beberapa faktor diantaranya biaya hidup yang tinggi mengharuskan suami dan istri banyak menghabiskan waktu di luar rumah,shg tidak adanya kesempatan untuk membuat acara makan bersama.Faktor yang lain lagi misalnya tersedianya jenis-jenis makanan yang siap saji dan instant,membuat anak-anak dan orang tua seolah olah memiliki kesibukan sendiri2 shg tdk akan pernah bisa untuk acara makan bersama.Tetapi sebenarnya ini hanyalah sebuah alasan yang sifatnya mengikuti trend sosial saja,dibalik itu semua kalau kita mau berupaya membuat acara makan bersama pasti bisa tentunya...Dan ternyata dari beberapa survey misalnya Miriam Weinstein dlm bukunya The Surprising Power Off Family Meals mengatakan:"Meja makan adalah tempat curhat bagi anak-anak dimana mereka membutuhkan nasihat ataupun perhatian orang tua dalam suasana santai".Selain itu kedekatan orang tua selama acara tersebut akan mempengaruhi faktor psikologis anak,demikian Pusat Nasional AS untuk Penanganan Kecanduan dan dijelaskan Penyalahgunaan Zat Berbahaya.....Sehingga dari uraian diatas nampak bahwa acara makan bersama bukan sebuah hal kuno namun sesuatu yang harus dipupuk sejak dini!!!!! Sumber: http://id.shvoong.com/lifestyle/family-and-relations/2007478-benarkah-makanbersama-dapat-memperkuat/#ixzz1PQQlPI8s Huuaaaaa, seorang anak sekitar umur tiga tahunan tiba-tiba menangis keras di depan sebuah rumah beberapa blok tidak jauh dari rumah saya, ketika saya jalan melewati rumah itu suatu pagi. Selidik punya selidik, anak ini adalah anak dari si pemilik rumah, yang walaupun jarang sekali ketemu beliau masih juga terhitung sebagai tetangga saya, yang ternyata juga belum lama meninggali rumah tersebut. Saya pun baru tahu saat itu bahwa sang tetangga saya ini ternyata mempunyai anak yang sebaya dengan anak saya. Sambil mengobrol basa-basi kesana-kemari, tetangga saya ini bercerita tentang kejadian yang membuat sang anak menangis. Entah bagaimana, sang anak ini beberapa saat sebelum menangis rupanya menemukan dompet ibunya. Ibunya sendiri saat itu sedang mandi. Si anak pun membawa dompet tersebut ke depan rumah, dan dengan rasa keingintahuannya, dia pun membongkar isi dompet ibunya. Keluarlah segala macam surat-surat berharga dan sejumlah uang. Kebetulan hari itu adalah hari libur. Si bapak dari anak tersebut tetangga saya-, pulang dari berolah raga sepeda santai, melihat kesibukan anaknya yang sedang melakukan analisa pada dompet ibunya, tanpa berkata-kata, serta merta langsung mengambil paksa dompet tersebut, memunguti semua isi dompet yang berceceran di lantai, sambil menjewer ringan telinga si anak, kemudian berlalu masuk rumah menyimpan dompet tadi. Si anak yang ditinggalkan semula hanya diam dengan memendam rasa kecewa yang di tahan, sampai

kemudian tak kuasa menahan meledaklah tangisan si anak tepat ketika saya lewat di depan rumah. Dalam keadaan menangis keras, si bapak pun tetap berusaha memberi nasihat kepada si anak akan kejadian yang dialaminya, dan bahwa yang dilakukan si anak itu salah. Walaupun saya sangat tidak setuju terhadap metode pendidikan yang dilakukan si bapak, saat itu saya hanya mampu diam, sambil mengamati kejadian tersebut dengan seksama. Beberapa hari berselang, saya mendengar cerita dari istri saya tentang anak tadi. Di mana si anak tadi berkelakuan tiba-tiba dia merebut mainan teman sebayanya, dan menarik telinga teman sebayanya ini sebelum membawa mainan itu pergi. Rangkaian peristiwa ini tiba-tiba mengingatkan saya kepada kata-kata Linda Eyre, seorang pembawa acara Televisi pada acara White House Conference on Childrens and Parents, pada stasiun lokal di Salt Lake City. Dia mengatakan bahwa anak-anak selalu belajar lebih banyak dari yang mereka lihat ketimbang dari kata-kata yang mereka dengar dari mulut kita! Dan seperti sebuah rekaman yang diulang lagi, saya teringat pada buku karangan Linda Eyre, yang pernah saya baca beberapa tahun lalu, tentang pengertian akan sebuah nilai-nilai dalam keluarga, terutama ketika akan mengajarkannya kepada anak. Nilai (terjemahan dari value) keluarga, adalah suatu tatanan dalam sebuah keluarga yang entah secara sadar dirumuskan atau tidak, tatanan ini menjadi panduan pada apa yang seharusnya (what things should be) bagi keluarga tersebut. Dan seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, bahwa nilai keluarga ini sadar atau tidak sadar hampir selalu ada di setiap keluarga, entah itu sengaja dirumuskan atau tidak, secara verbal dideklarasikan sehingga terkomunikasikan pada seluruh anggota keluarga atau tidak. Bisa secara sadar diupayakan untuk selalu diterapkan, atau pun bisa juga sekedar menjadi kata-kata mutiara di masing-masing hati anggota keluarga. Kita coba bicara pada tahapan perumusan nilai-nilai pada sebuah keluarga, terutama rata-rata keluarga di Indonesia. Terlepas dari benar atau salah, saya melihat rumusan nilai-nilai keluarga apa pun bentuk nilai tersebut- dalam masyarakat kita adalah berkisar pada segala hal untuk proses mencari (to find) dan mendapatkan (to achieve) sesuatu. Yang bermuara pada hasil untuk memiliki (to have) sesuatu. Sangat jarang ditemui dari saya coba terjemahkan dari ungkapan nilai-nilai keluarga pada banyak orang yang saya temui-, keluarga yang mencoba merumuskan nilai-nilai keluarga pada segala hal untuk proses menjadi (to be value of being) dan memberi (to give value of giving), yeng bermuara pada hasil untuk mengasihi atau mencintai (to love) sesama. Dan sedihnya lagi memang, banyak sekali tipikal keluarga yang menjadi pengamatan saya, belum mencoba dari awal bahkan seharusnya sejak dua orang individu laki-laki dan perempuan memutuskan untuk menikah membentuk satu keluarga- untuk berusaha

merumuskan apa yang akan menjadi nilai-nilai dalam keluarga. Mereka lebih banyak ikut saja terhadap tatanan nilai yang ada di masyarakatnya, keluarga besarnya, atau pun budaya adat istiadatnya, tanpa pernah selalu mempertanyakan dalam diri masing-masing sampai seberapa jauh nilai-nilai tersebut akan mengakomodasi kondisi up to date yang dialami oleh keluarga saat ini. Sehingga tidak jarang kita kesusahan untuk mencoba me-recall ingatan kita akan sebuah pertanyaan apakah rumusan bagi nilai-nilai keluarga kita. Bahkan mungkin juga terjadi bagi saya dan anda pada generasi orang-tua sebagai produk nilai-nilai keluarga pada generasi orang tua-orang tua kita (tanpa sedikit pun saya bermaksud untuk menyalahkan). Tahapan kedua adalah sebuah pendeklarasian verbal untuk bisa dikomunikasikan pada seluruh anggota keluarga. Sesuatu yang biasanya gagal untuk dilakukan, ketika pada tahapan perumusan sebuah keluarga belum bisa secara jelas mendeskripsikan apakah yang menjadi nilai-nilainya. Kita mungkin sepakat bahwa sebuah kejujuran adalah sebuah nilai keluarga yang sangat penting. Sebuah proses value of being yang saya pikir secara universal bisa diterima semua orang. Setiap anggota keluarga kita pun, kalau kita bertanya kepada mereka, hampir bisa dipastikan mereka akan setuju bahwa sebuah kejujuran adalah sebuah nilai yang penting. Tapi yang lebih penting lagi sebenarnya adalah kemuauan kita untuk selalu mendeklarasikan dan mengkomunikasikan pada seluruh anggota keluarga kita dalam rangka untuk selalu mengingatkan terutama bagi diri kita sendiri- bahwa kejujuran memang sebuah nilai yang penting. Sehingga dalam keadaan bagaimana pun, tidak akan ada kesempatan benih-benih ketidakjujuran muncul menjadi sebuah niat atau bahkan menjadi sebuah perilaku. Tahapan berikutnya adalah sebuah upaya untuk menerapkan nilai-nilai yang kita rumuskan dan deklarasikan tadi. Dan ini adalah menjadi bagian yang sangat tidak mudah, baik bagi diri kita, bagi seluruh anggota keluarga kita dan terutama anak-anak kita. Karena seperti yang Linda Eyre katakan, : bahwa anak-anak selalu belajar lebih banyak dari yang mereka lihat ketimbang dari kata-kata yang mereka dengar dari mulut kita!... Sebuah nilai kejujuran bisa saja kita terapkan dengan cara menasihati seribu kali di depan anak-anak kita. Tapi sekali saja anda meminta anak anda untuk mengatakan kepada orang diseberang telepon yang mencari anda, agar anak anda mengatakan kepada orang tersebut bahwa anda tidak dirumah, seribu nasihat anda tentang kejujuran tidak akan pernah menjadi nilai yang perlu diterapkan oleh anak-anak anda. Contoh cerita tentang tetangga saya di awal cerita saya di atas, bisa jadi sebuah upaya tetangga saya untuk menerapkan sebuah nilai positif yaitu nilai untuk menghargai orang lain (dalam hal ini kepemilikan akan barang-barang pribadi yang dimiliki ibunya). Sebuah nilai dalam proses value of giving. Hanya saja sementara ini saya hanya mampu untuk mengkritik dalam hati terhadap apa yang dilakukan tetangga saya adalah sebuah tindakan yang sia-sia.

Karena dia mencoba memberi nasihat anaknya untuk pada intinya- menghargai orang lain, dengan cara justru- kurang menghargai individu si anak. Saya pikir tidak akan pernah terlambat bagi sebuah keluarga untuk dari sekarang mau mencoba melihat pentingnya arti sebuah nilai dalam keluarga, mau untuk kemudian merumuskannya menjadi sesuatu yang dengan mudah bisa dimaknai, mau untuk setiap saat mendiskusikan, mendeklarasikan, mengkomunikasikan pada seluruh anggota keluarga, dan mau untuk berkomitmen selalu menerapkannya terutama pada diri sendiri, dan biarkan penerapan nilai bagi diri itu menjadi contoh dan energi positif bagi seluruh anggota keluarga kita selain dari bentuk komunikasi verbal yang selalu dideklarasikan ke mereka. Bukankah seharusnya kita berusaha agar anak-anak kita menjadi lebih baik dari kita?!

Pitoyo Amrih Artikel yang pernah dipublikasikan oleh www.pembelajar.com pada minggu terakhir September 2005 Keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga. q. Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat/ sakit. r. Pratek diet keluarga. s. Kebiasaan tidur dan istirahat. t. Latihan dan rekreasi. u. Kebiasaan pengunaan obat-obatan dalam keluarga. v. Peran keluarga dalam perawatan diri. w. Praktek lingkungan. Cara-cara pencegahan penyakit. y. Riwayat kesehatan keluarga.

z. Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan dimanfaatkan keluarga. aa. Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan dan perawatan kesehatan. bb. Pelayanan kesehatan darurat. cc. Sumber pembiayaan. dd. Fasilitas transfortasi untuk perawata kesehatan. Adakah otonomi setiap anggota dalam keluarga? j. Adakah saling ketergantungan dalam keluarga? k. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak atau fungsi sosialisasi? l. Apakah fungsi ini dipikul bersama? m. Adakah faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan anak? n. Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/ resiko dalam mengasuh anak? o. Apakah lingkungan rumah cukup memadahi bagi anak-anak bermain? (cocok dengan perkembangan anak). p. Apakah ada peralatan/ permainan anak-anak yang cocok dengan usia? HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI DALAM KELUARGA ADALAH: A. Data Umum

Pengkajianterhadap data umum keluarga meliputi: 1. Nama kepala keluarga (KK) 2. Umur 3. Alamat dan telepon 4. Pekerjaan kepala keluarga 5. Pendidikan kepala keluarga 6. Komposisi keluarga dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi): Nama/ inisial Jenis kelamin Tanggal lahir/ umur Hubungan dengan kepala keluarga Pendidikan Pekerjaan 7. Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis keluarga tersebut. 8. Latar Belakang Keluarga Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan: a. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga

b. Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis besifat homogen). Uraian c. Kegiatan-kegiatan keagamaan, social, budaya, rekreasi, pendidikan. d. Kebiasan-kebiasan diet dan berbusana (tradisional atau madern). e. Struktur keluarga tradisional atau madern. f. Bahasa yang digunakan dirumah. g. Penggunakan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi (Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam praktisi-praktisi pelayanan kesehatan tradisional, atau memiliki kepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan). 9. Idantifikasi Religius Mengkaji agama yamg dianut serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan: a. Apakah anggota keluarga berada dalam praktek keyakinan beragamaan mereka. b. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau oganisasi keagamaan. c. Agama yang dianut oleh keluarga. d. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yamg dianut dalam kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan. 10. Status Ekonomi Status ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga:

a. Jumlah pendapatan per bulan. b. Sumber-sumber pendapatan per bulan. c. Jumlah peneluaran per bulan. d. Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga. e. Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya. 11. Aktivitas Rekreasi atau Waktu Luang Aktivitas rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersamasama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun juga penggunaan waktu luang/ senggang keluarga. B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan. Sedangkan riwayat keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga: 1 Tahapan perkembangan keluarga saat ini. 2 Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan saat ini. 3 Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian dan pengalaman-pangalaman kesehatan yang unik atau yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian, kematian, hilang dll) yang terjadi dalam kehidupan keluarga.

4 Riwayat keluarga sebelumnya: keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya; hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua. C. Data Lingkungan 1 Karakteristik Rumah a. Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll). Apakah keluarga memiliki rumah ini sendiri atau menyewa? b. Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun ekterior rumah). Interior rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur, dll), penggunaan kamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot. Penerangan, ventilasi, lantai, tangga, susunan dan kondisi bangunan. c. Dapur: suplai air minum, pengunaan alat-alat masak, pengamanan untuk kebakaran. d. Kamar mandi: sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk. e. Mengkaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah peraturan tersebut memadai bagi anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka, hubungan dan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya. f. Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada serbuan serangga-serangga kecil (khususnya di dalam) dan/ atau masalah-masalah sanitasi yang disebabkan oleh kehaduran binatang piaraan. g. Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah. Apakah keluarga menganggap rumahnya memadai bagi mereka

h. Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga keluarga merasakan privasi mereka memadai. Evaluasi ada dan tidak bahaya-bahaya terhadap keamanan rumah/ lingkungan. i. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah. j. Kaji perasaan puas/ tidak puas dari anggota keluarga secara keseluruhan dengan pengaturan/ penataan rumah. 2 Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal a. Tipe keluarga/ komunitas (desa, kota, subkota, kota). b. Tipe tempat tinggal (hunian, industri, campuran hunian dan industri kecil, agraris) di lingkungan. c. Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, tidak terpelihara, semantara/ diperbaiki). d. Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah dll). e. Adanya dan jenis-jenis industri di lingkungan (kebisingan, masalah-masalah polusi air dan udara). f. Bagaimana karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas? g. Kelas sosial dan karakteristik etnis penghuni. h. Perubahan-perubahan secara demografis yang berlangsung belakangan ini dalam lingkungan/ komunitas.

i. Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial apa yang ada dalam lingkungan dan komunitas? j. Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, took, apotek, pasar). k. Lembaga-lembaga kesehatan (klinik-klinik, rumah sakit, dan fasilitas gawat darurat). l. Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling, pekerjaan). m. Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah dilingkungan atau komunitas? n. Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini. o. Tersedianya transportasi umum. p. Bagaimana insiden kejahatan dilingkungan dan komunitas? Apakah ada keselamatan yang serius? 3 Mobilitas Geografi Keluarga a. Lama keluarga tinggal didaerah ini. b. Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal? 4 Hubungan Keluarga dan Fasilitas-fasilitas Kesehatan Dalam Komunitas a. Anggota keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat pelayanan kesehatannya. b. Seberapa sering keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan?

5 Sistem pendukung keluarga a. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan kesehatan. b. Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan, (orang tua, keluarga dekat, teman-teman dekat, tetangga, lembaga: pemerintah maupun swasta/ LSM). c. Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga. D. Struktur Keluarga 1. Pola-pola komunikasi a. Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan instruksi? b. Apakah anggota kelumengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan perasaan meraka dengan jelas? c. Apakah anggota keluarga memberikan dan memperoleh respon dengan baik terhadap pesan? d. Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti suatu pesan? e. Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga? f. Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung ataupun tidak langsung? g. Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan dalam keluarga? (langsung/ terbuka) h. Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam keluarga? i. Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif atau keduanya?

j. Bagaimana frekuensi dan kwalitas komunikasi yang berlangsung dalam keluarga? k. Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan penting? Langsung/ tidak langsung) l. Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam pola0pola komunikasi keluarga? m. Adakah hal-hal/ masalah dalam keluarga yang tertutup untuk didiskusikan? 2. Struktur Kekuasaan a. Keputusan dalam kelurga Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga? Siapa yang memutuskan dalam penggunaan keuangan keluarga? Siapa yang memutuskan dalam masalah pindah pekerjaanatau tempat tinggal? Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan kegiatan-kegiatan anak? b. Bagaimana cara dalam mengambil keputusan (otoriter, musyawarah/ kesepakatan, diserahkan pada masing-masing individu)? Apakah keluarga merasa puas dengan pola pengambilan keputusan tersebut? c. Model kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat keputusan? (kekuasaan tak berdaya, keahlian, penhargaan, paksaan kekuasaan berdasarkan kekuatan/ berpengaruh, kekuasaan aktif).

3. Struktur Peran a. Struktur peran formal Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota keluarga: gambaran bagaimanakah setiap anggota keluarga melakukan peran-peran formal mereka. Adakah konflik peran dalam keluarga? b. Struktur peran informal Adakah peran-peran informal dalam keluarga? Siapa yang memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali peran-peran tersebut dilakukan atau bagaimana peran-peran tersebut dilaksanakan secara konsisten? Tujuan peran-peran yang dilaksanakan oleh keluarga. c. Peran-peran informal bersifat yang disfungsional, siapa yang melaksanakan peran-peran ini? d. Analisa metode peran siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran keluarga? Apakah status sosial keluarga mempengaruhi dalam pembagian peran keluarga?

Apakah budaya masyarakat, agama mempengaruhi dalam pembagian peran keluarga? Apakah peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan tahapan perkembangannya? Bagaimana keluarga? Adakah pengaturan kembali peran-peran baru dalam keluarga (sehubungan dengan adanya yang sakit, meninggal, pindah, berpisah dll)? Bagaimana anggota keluarga menerima peran-peran baru/ menyesuaikan diri? Apakah ada bukti tentang stres atau konflik akibat peran? Bagaimana respon anggota keluarga yang sakit beraksi terhadap perubahan atau kehilangan peran? 4. Struktur Nilai Keluarga a. Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau komunitas yang lebih luas. b. Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga. c. Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar. d. Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga. masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-peran

e. Kelas sosial keluarga, latar balakang kebudayaan mempengaruhi nilai-nilai keluarga. f. Bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga. . Fungsi Keluarga 1. Fungsi Afektif a. Pola Kebutuhan Keluarga-Respon b. Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), keakraban, dan indentifikasi. c. Keterampilan dan Keterkaitan. 2. fungsi sosialisasi a. Adakah otonomi setiap anggota dalam keluarga? b. Adakah saling ketergantungan dalam keluarga? c. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak atau fungsi sosialisasi? d. Apakah fungsi ini dipikul bersama? e. Adakah faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan anak? f. Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/ resiko dalam mengasuh anak? g. Apakah lingkungan rumah cukup memadahi bagi anak-anak bermain? (cocok dengan perkembangan anak).

h. Apakah ada peralatan/ permainan anak-anak yang cocok dengan usia? 3. Fungsi perawatan Kesehatan a. Keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga. b. Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat/ sakit. c. Pratek diet keluarga. d. Kebiasaan tidur dan istirahat. e. Latihan dan rekreasi. f. Kebiasaan pengunaan obat-obatan dalam keluarga. g. Peran keluarga dalam perawatan diri. h. Praktek lingkungan. i. Cara-cara pencegahan penyakit. j. Riwayat kesehatan keluarga. k. Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan dimanfaatkan keluarga. l. Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan dan perawatan kesehatan. m. Pelayanan kesehatan darurat. n. Sumber pembiayaan. o. Fasilitas transfortasi untuk perawata kesehatan.

4. Fungsi Reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: a. Jumlah anak yang diinginkan keluarga. b. Bagaimanakah keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga. c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. F. Stres dan Koping Keluarga a. Stressor jangka pendek (<> b. Stressor jangka panjang (> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga. c. Cara keluarga dalam menghadapi stressor. 2.4 Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkantindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya (Shoemaker, 1984). Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, limgkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga, baik yang bersifat actual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk

melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. 2.5 Prioritas Masalah Menetapkan prioritas masalah/ diagnosa keperawatan keluarga adalah dengan mengunakan skala menyusun prioritas dari bailon dan Maglaya, 1978: Skala untuk Menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga (bailon dan Maglaya, 1978) No Kriteria 1 Sifat masalah 2 Skala: Aktual 3 4 Resiko Keadaan sejahtera/ diagnosis sehat Kemungkinan masalah dapat diubah Skala: Mudah Sebagian Tidak dapat Skala 3 2 1 2 1 0 3 2 1 Bobot 1 2 1 1

Potensi masalah untuk dicegah Skala: Tinggi Cukup Rendah Menonjolnya masalah Skala: Masalah dirasakan dan segera ditangani Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani Masalah tidak dirasakan Skoring: 1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.

2 1 0

2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.

3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria. 2.6 Intervansi Keperawatan Keluarga

Intervansi keperawatan adalah alternative-alternatif dan sumber-sumber kekuatan dari keluarga (kemampuan perawatan mandiri, sumber pendukung/ bantuan yang bisa dimanfaatkan) yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga. Perawat perlu mengkaji: a. Apakah pendekatan yang digunakan dapat menimbulkan ketergantungan atau kemandirian keluarga? b. Apakah alternatif tindakan berada dalam sumber-sumber keluarga? c. Apakah alternatef tindakan menurunkan atau meningkatkan koping keluarga? d. Apakah keluarga memiliki komitmen dan motivasi yang memadai untuk memagang teguh perencanaan tersebut? e. Apakah sumber-sumber keluarga memadahi untuk melaksanakan perencanaan? Hak-hak yang dimiliki keluarga dan perawat: a. Keluarga menpunyai hak dan tanggung jawab untuk membuat keputusan sendiri, maka keluarga dapat memilih tindakan yang sudah terinformasikan. b. Keluarga berhakuntuk mengetahui konsekuensi dari masing-masing tindakan, sehingga dapat membuat keputusan yang masuk akal. c. Perawat juga dapat menolak pilihan tindakan yang diputuskan keluarga bila bertentangan dengan konsep kesehatan. d. Perawat dapat minta bantuan orang lain yang mempunyai pengalaman terhadap masalah yang sama untuk memberikan gambaran kepada keluarga. 2.7 Evaluasi Keperawatan Keluarga Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi: mengkaji kemajuan status kesehatan keluarga, membandingkanrespon keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan keluarga. Dalam menelaah kemajuan keluarga dalam pencapaian hasil, perawat akan mencatat salah satu dari keputusan berikut, dalam lembar evaluasi atau dalam catatankemajuan pada saat ditentukan untuk melakukan evaluasi:

Lanjutkan: diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria standart masih relevan. Direvisi: diagnosa masih berlaku, tetapi tujuan dan tindakan keperawatan memerlukan perbaikan. Teratasi: tujuan keperawatan telah tercapai, dan rencana keperawatan tidak dilanjutkan. Dipakai lagi: diognosa yang telah teratasi terjadi lagi. BAB III HASIL KEGIATAN

3.1 PENGKAJIAN A. Data Umum Pengkajian pada keluarga Tn.W 1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. W 2. Umur : 55 tahun 3. Alamat dan telepon : Sukoharjo RT 05 RW 06 4. Pekerjaan kepala keluarga : Swasta 5. Pendidikan kepala keluarga : SMP 6. Genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi):

Keterangan: : laki-laki : perempuan : cerai : hubungan keluarga 7. Tipe keluarga Tipe keluarga Tn.w adalah keluarga besar dimana dalam rumah juga anak Tn.w.. 8. Latar Belakang Keluarga Keluarga Tn.W berasal dari suku jawa. Dilingkungan tempat tinggal Tn.W mayoritas berasal dari suku jawa dan memeluk agama islam, didaerah ini terdapat bangunan beribadah yang dapat digunakan oleh penduduk sekitar. Selain itu juga terdapat fasilitas pendidikan dari Play group, SD, SMP, SMA, Pondok Pesantren.

Dalam komunikasi sehari-hari keluarga ini mengunakan bahasa jawa. Dan ada satu kebiasaan dalam keluarga ini bila salah satu dari anggota keluarga ada yang sakit pasti berobat kepuskesmas. Mereka lebih cocok dan bisa sembuh bila berobat kepuskesmas. 9. Idantifikasi Religius Dalam keluarga Tn.W mayoritas anggota keluarganya beragama

islam.Tn.W.mengatakan bahwa dia menyerahkan segala sesuatunya kepada Alloh. Anggota keluarga Tn.W tidak ada yang terlibat ataupun aktif dalam setiap organisasi agama yang dianutnya. 10. Status Ekonomi Perekonomiaan keluarga ini selain ditanggung oleh Tn.W juga diperoleh dari isteri dari Tn.W yang bekerja jualan kue. Pendapatan Tn.W tidak pasti karena usaha yang ditekuni Tn.W adalah jualan kopi. 11. Aktivitas Rekreasi atau Waktu Luang Keluarga ini apabila ada waktu luang selalu digunakan berkumpul dengan tetangga sekitar yang bertempat tinggl tidak jauh dari tempat tinggal Tn.W. B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan. Sedangkan riwayat keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga: 5 Tahapan perkembangan keluarga saat ini. 6 Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan saat ini.

7 Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian dan pengalaman-pangalaman kesehatan yang unik atau yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian, kematian, hilang dll) yang terjadi dalam kehidupan keluarga. 8 Riwayat keluarga sebelumnya: keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya; hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua. C. Data Lingkungan 1. Karakteristik Rumah Keluarga ini bertempat tinggal di perkampungan penduduk dan rumah yang ditempati keluarga Tn.W merupakan rumah milik sendiri. Didalam rumah ini terdapat empat kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Sedangkan kondisi rumah Tn.W tertata rapi dangan ventilasi udara yang baik karena tidak terlalu berdekatan antara rumah yang satu dengan yang lainnya. Dalam rumah ini tidak ada alat untuk memadamkan kebakaran. Air yang diperoleh keluarga ini dari PDAM dan dari sumur. Rumah keluarga ini cukup bersih dan tidak ada binatang yang masuk. 2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal Keluarga ini bertempat tinggal didaerah subkota dengan lingkungan yang jauh dari perindustrian. Rumah ini juga tidak jauh dari jalan raya, jalan disekitar daerah ini terpelihara dengan baik. Tetapi sangat bising dengan lalu lalangnya kendaraan bermotor yang tidak ada hentinya. Status sosial penduduk daerah ini menengah keatas dan didaerah ini juga terdapat puskesmas yang disertai rawat inap. Selain tersedianya fasilitas kesehatan juga terdapat

gedung sekolah mulai dari Play group, SD, SMP, SMA, Pondok Pesantren. Transportasi umum didaerah ini tersedia dengan baik juga. 3. Mobilitas Geografi Keluarga Keluaga ini bertempat tinggal didaerah ini mulai tahun 1957 dan keluarga ini juga tidak pernah berpindah-pindah rumah. 4. Hubungan Keluarga dan Fasilitas-fasilitas Kesehatan Dalam Komunitas Anggota keluarga ini selalu menggunakan puskesmas sebagai pelayanan kesehatan keluarga dan apabila anggota keluarga merasa tidak enek badan langsung dating kepuskesmas. 5. Sistem pendukung keluarga d. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan kesehatan. e. Sumber pendukung keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan, (orang tua, keluarga dekat, teman-teman dekat, tetangga, lembaga: pemerintah maupun swasta/ LSM). f. Jaminan pemeliharan kesehatan yang dimiliki keluarga. D. Struktur Keluarga 1. Pola-pola komunikasi Dalam keluarga ini semua anggota keluarga mengungkapkan semua kebutuhannya dengan jelas dan dipahami oleh anggota keluarga yang lain. Apabila anggota keluarga mengungkapkan keinginannya anggota keluagga yang lain segera berespon. Sedangkan

bahasa yang sering digunakan dalam keluarga ini adalah bahasa jawa. Dalam keluarga ini bila ada masalah yang tidak bisa dipecahkan secara individu maka dipecahkan dengan jalan musyawarah seluruh anggota keluarga. 2. Struktur Kekuasaan Dalam keluarga ini tidak ada yang berkuasa karena anggota keluarga memiliki hak yang sama. Dan pengambilan keputusan dalam keluarga ini dilaksanakan dengan musyawarah sehingga semua anggota keluarga mera puas dengan keputusan yanh telah ditentukan. 3. Struktur Peran e. Struktur peran formal Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota keluarga: gambaran bagaimanakah setiap anggota keluarga melakukan peran-peran formal mereka. Adakah konflik peran dalam keluarga? f. Struktur peran informal Adakah peran-peran informal dalam keluarga? Siapa yang memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali peran-peran tersebut dilakukan atau bagaimana peran-peran tersebut dilaksanakan secara konsisten? Tujuan peran-peran yang dilaksanakan oleh keluarga.

g. Peran-peran informal bersifat yang disfungsional, siapa yang melaksanakan peran-peran ini? h. Analisa metode peran siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran keluarga? Apakah status sosial keluarga mempengaruhi dalam pembagian peran keluarga? Apakah budaya masyarakat, agama mempengaruhi dalam pembagian peran keluarga? Apakah peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan tahapan perkembangannya? Bagaimana keluarga? Adakah pengaturan kembali peran-peran baru dalam keluarga (sehubungan dengan adanya yang sakit, meninggal, pindah, berpisah dll)? Bagaimana anggota keluarga menerima peran-peran baru/ menyesuaikan diri? Apakah ada bukti tentang stres atau konflik akibat peran? Bagaimana respon anggota keluarga yang sakit beraksi terhadap perubahan atau kehilangan peran? masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-peran

4. Struktur Nilai Keluarga g. Kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau komunitas yang lebih luas. h. Pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga. i. Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar. j. Konflik nilai yang menonjol dalam keluarga. k. Kelas sosial keluarga, latar balakang kebudayaan mempengaruhi nilai-nilai keluarga. l. Bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga. E. Fungsi Keluarga 5. Fungsi Afektif a. Pola Kebutuhan Keluarga-Respon b. Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), keakraban, dan indentifikasi. c. Keterampilan dan Keterkaitan. 6. fungsi sosialisasi i. Adakah otonomi setiap anggota dalam keluarga? j. Adakah saling ketergantungan dalam keluarga? k. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak atau fungsi sosialisasi?

l. Apakah fungsi ini dipikul bersama? m. Adakah faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola-pola membesarkan anak? n. Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/ resiko dalam mengasuh anak? o. Apakah lingkungan rumah cukup memadahi bagi anak-anak bermain? (cocok dengan perkembangan anak). p. Apakah ada peralatan/ permainan anak-anak yang cocok dengan usia? 7. Fungsi perawatan Kesehatan p. Keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga. q. Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat/ sakit. r. Pratek diet keluarga. s. Kebiasaan tidur dan istirahat. t. Latihan dan rekreasi. u. Kebiasaan pengunaan obat-obatan dalam keluarga. v. Peran keluarga dalam perawatan diri. w. Praktek lingkungan. x. Cara-cara pencegahan penyakit. y. Riwayat kesehatan keluarga.

z. Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima dan dimanfaatkan keluarga. aa. Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan dan perawatan kesehatan. bb. Pelayanan kesehatan darurat. cc. Sumber pembiayaan. dd. Fasilitas transfortasi untuk perawata kesehatan. 8. Fungsi Reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: d. Jumlah anak yang diinginkan keluarga. e. Bagaimanakah keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga. f. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. F. Stres dan Koping Keluarga d. Stressor jangka pendek (<> e. Stressor jangka panjang (> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga. Cara keluarga dalam menghadapi stressor
Nilai-Nilai Keluarga Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnya Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga Identifikasi sejauhmana keluarga menganggap penting nilai-nilai keluarga serta kesadaran dalam menganut sistem nilai.

Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam keluarga Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap perkembangan keluarga terhadap nilai keluarga Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga. Budaya atau adat istiadat yang dianut suatu keluarga akan tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari. Keyakinan keluarga tentang kesehatan, pola didik, pola asuh terhadap anak juga dipengaruhi oleh nilai budaya

You might also like