You are on page 1of 44

1

HUKUM INTERNASIONAL
|NTERNAT|0NAL LAw : 1. PUL|6 |NTERNAT|0NAL LAw [ UN LAw, w0RL0 LAw, LAw of NAT|0N8}
2. PR|VATE |NTERNAT|0NAL LAw
IFINISI :
"The Law of Nations, or !nternational Law, may be defined as the body
of rules and principles of action which are binding upon civilized
states in their relations with one another". (Brierly, 1372 : 1).
"Law of Nations or !nternational law (Droit des Cens, volkerrecht) is the
name for the body of customary and conventional rules which are
considered legally binding by civilised states in their intercourse
with each other" (Oppenheim, 13S2 : 4).
"!nternational Law may be defined as that body of law which is
composed for its greater part of the principles and rules of
conduct which states feel themselves bound to observe, and
therefore, do commonly observe in their relations with each other,
and which includes also :
2
a. the rules of law relating to the functioning of international
institutions or organizations, their relations with each other and their
relations with states and individuals, and
b. certain rules of law relating to individuals and non state entities so
far as the rights or duties of such individuals and non states entities
are the concern of the international community". (Starke, 1384 : 1).
"!nternational Law may be defined as a body of rules which nations
states consideras legally binding upon them in their relations
interse". (Hingorani, 1384 : 3).
c. "!nternational Law is the system of law which governs relations
between states". (Akehurst, 1386 : 1).
"Hukum !nternasional Publik : keseluruhan kaedahkaeadah dan asas
- asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batasbatas negara (hubungan internasional) yang bukan
bersifat perdata". (Nochtar, 1378 : 1).
3
MACAM HUKUM INTERNASIONAL : 1.UniversaI; 2. GeneraI; 3. RegionaI; 4. Community Law
4. Contoh : Hukum Eropa Modern : a. KedauIatan NasionaI/TerritoriaI
b. Kesederajatan negara
c. Kemerdekaan penuh
(Suis Generis karena ciri khusus : Iangsung berIaku pada Hukum NasionaI)
Ada pertentangan UniversaI dan yang Iain : a. eksternaI : universaI
b. internaI : yang Iain
HUKUN !NTERNAS!ONAL NORAL ATAU HUKUN ?
Nenurut Austin Hukum !nternasional moral, karena tidak ditetapkan
dan tidak dipaksakan oleh penguasa politik yang berdaulat.
Sanggahan : 1. Hukum Kebiasaan (Hukum)
2. Bila Hukum !nternasional bukan hukum, masyarakat kacau
3. Fakta menunjukkan bahwa Hukum !nternasional adalah
hukum
4
Dasar mengikatnya Hukum nternasional
Menurut aIiran daIam Hukum InternasionaI
a. hukum aIam;
b. positivisme;
c. modern.
Menurut sumber Hukum InternasionaI
1. P. I. : pacta sunt servanda
2. Hukum Kebiasaan : pengakuan masyarakat internasionaI

SEJARAH HUKUM INTERNASIOAL


H.I. Iahir pada abad XVI.
SebeIum abad XVI kerajaan budaya / agama
abad XVI :
1. Yunani : antar negara kota ( inter - municipaI)
2. Romawi : antar bangsa-bangsa (antara : Romawi - non Romawi antar Non Romawi)
XVII - XVIII di Eropa , Negara Modern (P.I = Perjanjian WestphaIia)
PenuIis / Sarjana Hukum : aktif - sarankan - aturan hukum
XIX : * Negara Baru meningkat
* Kemajuan TeknoIogi
* PenuIis aktif
XX : * Terbentuk Organisasi InternasionaI : LBB - PBB
ALIRAN / AJARAN daIam H.I. : 1. Hukum AIam; 2.Positivisme; 3. Modern.
1) Hukum AIam : a. didektekan meIaIui Wahyu Tuhan
b. didektekan meIaIui pemikiran orang
2) Hukum yang ditetapkan penguasa yang berdauIat.
3) Hukum adaIah kesepakatan masyarakat ,meIaIui penguasa masyarakat ybs,
atau kebiasaan masyarakat.

SUMBER HUKUM INTERNASIONAL


. Arti : 1. sebab mengikatnya H..
2. tempat ditemukan H..
3.a. formal dalam arti : proses yang membuat suatu ketentuan menjadi
ketentuan hukum positif.
b. material dalam arti : fakor yang menentukan isi ketentuan hukum yang
berlaku, yaitu prinsip-prinsip yang menentukan isi ketentuan hukum
yang berlaku.
Pasal 38 (1) Statuta M.
1. international convention;
2. international customary law;
3. general principles of law;
4. Kept. O..
* Keputusan pengadilan
* Karya ilmiah Sarjana Hukum
(Subsidiary means for the ditermination of rules of law)
Jus Cogen :
Kaidah dasar hukum internasionaI umum
( norma fundamentaI tertinggi )
kaidah yang diterima dan diakui oIeh seIuruh masyarakat internasionaI sebagai suatu
kaidah yang tidak boIeh diabaikan.

HUBUNGAN H - HN
HN tidak mempengaruhi kewajiban negara di tingkat internasionaI, tetapi HI tidak mengabaikan
HN.
1. sistem
HI - HN 2. pengutamaan
3. berIakunya HI pada HN
Monisme TriepeI : beda subjek dan sumber
1. Sistem :
uaIisme
AnziIotti : dasar mengikatnya
HI = pacta sunt servanda
HN = UU harus ditaati
uaIisme : HI dan HN merupakan dua sistem hukum yang secara keseIuruhan berbeda.
Monisme : HI dan HN merupakan bagian yang saIing berkaitan dari satu sistem hukum.
HI mengatur individu koIektif. HN mengatur individu perseorangan.
2. Pengutamaan : KeIsen ( Monisme ) bisa HI bisa HN tergantung yang bertentangan masuk
postuIat fundamentaI mana, kaIau HI ya HI, kaIau HN ya HN.
Starke (Monisme) harus HI.
1. anarki
2. ketergantungan HI pada HN (tidak sesuai)
( ibarat negara federaI) (daIam masyarakat internasionaI yang diutamakan hukum konstitusi
internasionaI).
8
BERLAKUNYA HI PAA HN
1. PI : 1) teori transformasi
2) teori deIegasi
( proses PI)
2. Hukum Kebiasaan : berIaku otomatis
Concept of OpposibiIity : A menuntut B berdasar HI. B menoIak aIasan A,
berdasarkan HN B, (yang sesuai dengan HI).
engan concept of opposibiIity HN mungkin diutamakan.
Adopsi khusus

Subjek HI
8ubjek H : Entitas yang dapat / mampu dibebani hak dan kewajiban internasional.
8ampai abad XX : negara adalah satu-satunya subyek Hukum nternasional
Pada abad XX. organisasi internasional publik diakui sebagai subjek H.
Catatan :
ndividu : concern masyarakat internasional ya {diakui
Pemberontak { menguasai wilayah cukup luas. memadai ; 2. akan jadi negara baru
yang efektif ya
Gerakan Kemerdekaan Nasional : ya
Etnis Minoritas {belum
Penduduk asli {belum
NGO : Amnesti nternasional
{90'an = 1000 Greenpeace
nternational Chamber of Commerce. Assosiasi Transport Udara
nternasional.
{belum diakui sebagai subjek H meski sudah berjuang
TNC/MNC {belum. dianggap seperti individu.
CRC : diakui terbatas.
10
NEGARA
1. Pengertian Negara
2. Terbentuknya Negara
3. Pengakuan Negara
4. Macam-macam Negara
1. Pengertian Negara
1. KuaIifikasi Negara (Konvensi Montivideo 1933) : penduduk tetap, wiIayah tertentu,
pemerintah efektif dan ditaati, mampu meIaksanakan hubungan dengan subjek HI.
Pengakuan tidak merupakan unsur konstitutif negara.
2. efinisi Negara menurut HTN (HN).
KeIsen : Negara sebagai kesatuan ketentuan hukum yang mengikat sekeIompok
individu yang hidup daIam wiIayah tertentu.
Negara = sistem hukum
(sistem hukum = syarat utama adanya negara)
Logemann : Negara adaIah organisasi kekuasaan
Negara sebagai subjek HI = organisasi kekuasaan yang berdauIat,
menguasai wiIayah tertentu dan penduduk tertentu, dan yang
kehidupannya didasarkan pada sistem hukum tertentu.
Negara berdauIat = merdeka
HAKEKAT NECARA
11
2. Negara Terbentuk karena :
1. ProkIamasi Kemerdekaan
2. P.I.
3. PIebisit
3. Pengakuan Negara (dibahas daIam kuIiah berikutnya)
4. Macam Negara :
1. Bentuk (hubungan Pem. Pusat - aerah)
1. normaI
2. Luas WiIayah
2. mini, mikro, IiIiput
1. negara berpantai
3. WiIayah Laut 2. negara tidak berpantai
3. negara kepuIauan
4. Kedudukan daIam Petikaian Bersenjata :
a. netraI
b. dinetraIkan
1. Kesatuan
2. Federal
3. Konfederasi
12
HAK AN KEWAJIBAN ASAR NEGARA
Hak negara antara Iain :
1. kemerdekaan
2. kesederajatan negara
3. hidup berdampingan secara damai
4. mempertahankan diri
5. immunitas negara
Kewajiban Negara : ikut serta mencipta dan memeIihara ketertiban dan perdamaian dunia
secara individuaI maupun bersama.
Penjabarannya antara Iain :
1. tidak meIakukan intervensi terhadap urusan negara Iain;
2. tidak menggunakan perang sebagai instrumen kebijakan nasionaI;
3. menjaga agar keadaan negaranya tidak mengancam perdamaian dunia;
4. tidak merangsang timbuInya perseIisihan saudara di wiIayah Iain;
5. tidak meIakukan tindakan yang mencemarkan wiIayah negara Iain;
6. menyeIesaikan sengketa yang timbuI antar negara secara damai;
7. tidak memberi bantuan kepada negara yang sedang dikenai tindakan
preventif atau pemaksa oIeh PBB;
8. tidak mengakui peroIehan wiIayah dengan cara yang bertentangan dengan
piagam PBB;
9. meIaksanakan kewajiban perjanjian internasionaI dengan iktikad baik;
10. daIam meIakukan hubungan dengan negara Iain harus menurut hukum internasionaI.
13
PENGAKUAN
Recognition means a willingness to deal with the new state as a member of the
international community or with the new government as the representative of the state
Pengakuan adaIah pernyataan resmi suatu negara atau pemerintah yang mengakui
eksistensi suatu entitas baru.
Pengakuan adaIah suatu kebijaksanaan individuaI negara.
Pengakuan bukan merupakan kewajiban internasionaI
Pengakuan Iebih merupakan persoaIan poIitik dari pada persoaIan hukum.
HAKEKAT - FUNGSI PENGAKUAN
Teori konstitutif : yang menciptakan negara adaIah pengakuan, pengakuanIah yang
memberi kekuasaan dan status di daIam Iingkungan internasionaI.
Teori dekIaratur / pembuktian : Pengakuan semata - mata hanya merupakan pernyataan
mengenai adanya suatu fakta yang teIah terbentuk pemenuhan pensaratan sebagai
negara / pemerintah yang mempunyai kekuasaan sudah terwujud sebeIumnya, dan
terpisah dari pengakuan.
Teori dekIaratur didukung oIeh praktek bahwa :
1. PengadiIan menentukan tanggaI adanya suatu negara, bukan memakai tanggaI
berIakunya traktat pengakuan yang bersangkutan, meIainkan memakai tanggaI saat
dipenuhinya kuaIifikasi sebagai negara.
2. Pengakuan negara itu berIaku surut.
Teori konstitutif didukung oIeh fakta bahwa status sebagai negara / pemerintah bagi
negara yang mengakui hanya diperuntukkan bagi negara yang diakui.
14
Yang benar mungkin diantara keduanya, sebab :
* Pengakuan kebanyakan diberikan atas aIasan poIitik yaitu : kaIau
sudah ada saIing keuntungan dipIomatik.
* PenoIakan akan pemberian pengakuan oIeh suatu negara tidak akan
mempunyai effek terhadap posisi teIah diberikannya pengakuan oIeh
banyak negara. Ketiadaan pengakuan tidak mempengaruhi
kuaIifikasinya sebagai negara / pemerintah.
- PenoIakan untuk memberikan pengakuan hanya akan mengakibatkan
memburuknya hubungan dipIomatik.
- Ketiadaan pengakuan tidak berarti tidak adanya hubungan.
Hubungan diIakukan meIaIui pembukaan hubungan konsuIer/misi
khusus dengan tanpa memberikan pengakuan de facto.
1
AKIBAT HUKUM PENGAKUAN
Pengakuan mempengaruhi hak, kekuasaan dan priviIigi Negara yang diakui daIam
HI/HN.aI. :
1. Negara yang tidak diakui tidak bisa meIakukan tuntutan di pengadiIan Negara
yang beIum mengakui.
2. Berdasar sopan santun tindakan negara yang tidak diakui tidak akan diadiIi di
pengadiIan Negara yang tidak mengakuinya.
3. PerwakiIan Negara yang tidak diakui tidak bisa menuntut immunitas terhadap
proses hukum.
4. Harta yang seharusnya miIik Negara yang tidak diakui bisa dikuasai kembaIi oIeh
perwakiIan regim yang teIah ditumbangkan.
iakui sebagai anggota penuh masyarakat InternasionaI.
MACAM PENGAKUAN
Kriteria yang pasti untuk klasifikasi pengakuan sulit diperoleh. Karena itu klasifikasi
berikut tidak bersifat mutlak. Pengakuan dapat diklasifikasikan meurut bentuk
pengakuan. objek pengakuan dan cara pengakuan.
Berdasarkan bentuknya pengakuan dapat dibedakan menjadi :
1. Pengakuan de jure' ;
2. Pengakuan de facto';
3. Pengakuan kolektif ;
4. Pengakuan bersyarat ;
5. Pengakuan sementara ;
6. Pengakuan ad hoc ;
7. Pengakuan prematur ;
8. Pengakuan kuasi.
1
Menurut objeknya pengakuan dapat diklasifikasikan menjadi :
1. pengakuan negara ;
2. pengakuan pemerintah ;
3. pengakuan pemerintah di pengasingan ;
4. pengakuan sebagai pemberontak 'insurgency' ;
. pengakuan sebagai pihak yang berperang 'belligerency' ;
. pengakuan atas hak wilayah baru, perubahan wilayah dan perjanjian
internasional ;
. status tidak diakui 'non recognition' .
Dari segi cara pemberiannya, pengakuan dapat dibedakan menjadi pengakuan
dengan tegas tegas dan pengakuan dengan diam diam.
Pengakuan terang - terangan (tegas - tegas) F pengakuan de jure.
Pengakuan diam - diam :
1. de facto : mengadakan hubungan dengan penguasa pemberontak.
2. de jure : pembuatan perjanjian internasionaI.
Pengakuan de jure tidak dapat ditarik kembaIi.
Pengakuan de facto mungkin dapat di tarik.
1
KEAULATAN TERITORIAL NEGARA
Negara memiIiki kekuasaan tertinggi, yaitu kedauIatan territoriaI atas wiIayah masing - masing
negara, antara Iain jurisdiksi atas orang dan benda Fkemerdekaan.
KedauIatan territoriaI meIiputi wiIayah daratan, udara dan Iaut.
ARATAN
MeIiputi : tanah dan perairan daratan .
1. aratan awaI ditentukan dengan :
1. secara sepihak oIeh negara ybs ;
2. perjanjian internasionaI ;
3. kebiasaan massa Iampau ;
4. perkembangan seteIah terbentuknya negara ybs.
2. Tambahan daratan (kedauIatan territoriaI), diperoIeh dengan okkupasi aneksasi, akkresi, cesi dan
preskripsi.
*Okkupasi : pendudukan,
1. atas wiIayah tidak bertuan atau ditinggaIkan oIeh penguasa sebeIumnya ;
2. memenuhi prinsip keefektifan :
a. adanya maksud / kemauan untuk bertindak sebagai pemegang kedauIatan ;
b. peIaksanaan kedauIatan yang memadai.
Luas wiIayah terokkupasi :
1. menurut teori "continuity",seIuas yang diperIukan untuk keamanan dan perIuasan aIamiah
wiIayah ybs ;
2. menurut teori "contiguity",meIuas sampai wiIayah yang berdekatan, yang secara
18
- ANNEKSASI harus memenuhi dua sarat :
1. wiIayah yang dianneksasi harus teIah ditakIukkan/ ditundukkan oIeh negara
anneksan.
2. wiIayah yang dianneksasi harus daIam posisi terus menerus di bawah kekuasaan
negara anneksan sejak saat keinginan menganeksasi dinyatakan.
ANNEKSASI dengan agressi / kekuatan, yang bertentangan dengan HI tidak perIu
diakui.
- AKKRESI : penambahan wiIayah baru, pada wiIayah yang teIah berkedauIatan,
yang terutama karena sebab aIamiah.
Tidak perIu tindakan / titeI.
Proses yang Iambat atau cepat maupun sekonyong - konyong adaIah tidak
penting.
CESI : pemindahan kedauIatan oIeh negara yang mempunyai hak memindahkan
wiIayahnya.
engan sukareIa : juaI dengan paksa : kaIah perang
* Semua transaksi bisa berIaku sebagai cesi.
* Negara pemberi cesi ceding states) tidak bisa mengurangi hak - hak / kedauIatan
yang meIekat.
1
PRESKRIPSI : peroIehan kedauIatan territoriaI, karena peIaksanaan
kedauIatan de facto secara damai untuk jangka waktu
yang Iama sekaIi atas suatu wiIayah yang berada di
bawah kedauIatan negara Iain.
!RESKRI!SI AKUISITIF)
Ada yang tidak mengakui sebab :
1.tidak ada keputusan pengadiIan internasionaI yang menopangnya ;
2.tidak ada prinsip HI yang diakui yang menentukan jangka waktu berapa
tahun yang dianggap sebagai dasar titeI yang baik.
iamnya (silence) penguasa sebeIumnya tidak berarti membenarkannya, hanya
sebagai indikator pendudukan yang efektif.
KedauIatan territoriaI hiIang karena :
i terIantarkan.
PenakIukan
Proses aIamiah
Preskripsi
Perbatasan : garis bayangan pada permukaan wiIayah suatu negara sebagai
pemisah dari wiIayah negara Iain
iakui dengan traktat / pernyataan diam - diam.
Sengketa ; Iewat : arbitrase/M.I.
20
Ujud perbatasan:
1. garis aIamiah : gunung, sungai, pantai, hutan, danau, padang pasir.
2. buatan : tanda - tanda yang dipasang sesuai dengan garis bayangan
/ garis Iintang / garis bujur.
Penentuan dengan P.I.
Cara penentuan :
- Sungai : 1. edian line (tidak diIayari)
2. Thalweg (diIayari)
- anau / Iaut pedaIaman : berdasarkan :
* kedaIaman * konfigurasi * penggunaan.
- SeIat / teIuk : tidak ada aturan umum.
(biasanya sejarah / geografi)
Terusan : - jaIan air pedaIaman F wiIayah
- antar samodera FP.I. khusus
Sungai Iewat > negara Fnegara yang bersangkutan, menurut bagian yang
meIewatinya.
Sungai internasionaI : hak Iewat :
1. negara yang diIaIui 2. masa damai 3. tanpa pembatasan.
Ada sungai yang diatur / diawasi secara internasionaI.
21
UARA
Kemajuan tehnologi penerbangan dewasa ini menimbulkan persoalan kedaulatan negara atas ruang
udara.
Prinsip / pengaturan H.I. :
Sebelum PD I :
Ruang udara di atas laut lepas / wilayah yang tidak bertuan adalah : bebas dan terbuka mutlak.
Ruang udara di atas wilayah / perairan negara / wilayah yang berpenduduk : ada berbagai teori :
1. Teori "Usque ad Coelum
2. Kebebasan sempurna di ruang udara
3. Kedaulatan negara kolong sampai pada ketinggian tertentu, sisanya adalah
bebas.
4. Kedaulatan negara kolong sampai ketinggian tertentu, pada ruang udara
selebihnya negara kolong mempunyai hak mengatur mengenai lewatnya
pesawat udara.
Menjelang P.D. I. : diterima prinsip "usque ad coelum : negara kolong mempunyai kedaulatan mutlak
dan eksklusif pada ruang udara di atas wilayah dan perairannya sampai ketinggian tidak terbatas.
(pasal.1. Konvensi Paris : 1919)
Sebelum P.D. II. Hak landing bagi pesawat udara asing ada di bawah kewenangan kebijaksanaan
negara yang bersangkutan.
Peningkatan yang pesat frikuensi dan tehnologi penerbangan internasional menimbulkan problem
dalam kebebasan lintas udara (air transit) dan hak landing penerbangan internasional . F
Chicago Conference on lnternational Civil Aviation, 1944 F
22
"FIVE FREEOM OF THE AIR" : hak perusahaan penerbangan
masing - masing negara untuk :
1. terbang meIintasi wiIayah asing dengan tanpa Ianding.
2. mendarat untuk tujuan non trafik.
3. menurunkan penumpang di negara asing yang berasaI dari negara asaI pesawat.
4. mengambiI penumpang di negara Iain yang dengan tujuan ke negara
asaI pesawat.
5. mengangkut penumpang diantara dua negara asing.
Point 1,2 diakui masyarakat internasionaI daIam : nternational Air 8ervice Transit
Agreement. 1944.
Point 3,4,5. tidak diterima oIeh kebanyakan masyarakat internasionaI.
( 1,2 : transit right - technicaI right ; 3,4,5 :traffic right - commerciaI right)
Komunikasi radio diatur dengan dua prinsip :
1. setiap negara berhak mencegah ruang udaranya untuk disaIahgunakan dengan
pemancaran geIombang radio yang merusak;
2. setiap negara wajib tidak memperkenankan dan mencegah geIombang radio yang
merugikan negara Iain.
Untuk I.T. : anaIog.
Intrusi Udara
Perjanjian Moscow, 5-8-1963 : meIarang percobaan senjata nukIir di : atmosfir, ruang
angkasa (Iuar) dan di bawah air.
engan adanya tehnoIogi modern perIu prinsip yang meIindungi semua negara, meIaIui
ruang udara - misaI dari pencemaran udara.
23
Kemajuan tehnoIogi dan aktifitas di ruang angkasa (Iuar) menimbuIkan persoaIan
internasionaI pada Iapisan atas atmosfir ruang angkasa Iuar, dan kosmos. Sebagai
jawab, Iahir aturan HI. baru yaitu : Hukum Ruang Angkasa (Iuar).
1. NucIear - Weapon Test - Ban Treaty, 1963.
2. Space Treaty, 1967.
3. Astronaut Agreement, 1968.
4. LiabiIity Convention, 1972.
5. Registration Convention, 1975.
6. Moon Agreement, 1979.
ATURAN ASARNYA :
1. i daIam praktek : prinsip usque ad coelum" tidak berIaku.
2. Ruang angkasa (Iuar) dan benda - benda Iangit tunduk pada HI dan
Piagam P.B.B. Ruang angkasa adaIah bebas untuk diekspIorasi, namun
harus digunakan untuk semua negara, menurut HI, atas dasar keadiIan
dan untuk kemanfaatan / kepentingan umat manusia.
3. Setiap negara yang meIuncurkan sateIit / objek ke daIam orbit / di Iuar
orbit wajib dengan semestinya memberitahukan : mengenai peIuncuran
tersebut dan informasi tentang : orbitnya, beratnya dan frekuensi radionya.
k0KN0 KN0kKK (l0Kkl
24
4. Dalam hal penemuan mengenai alam di ruang angkasa luar, setiap
negara peluncur wajib melakukan pencegahan untuk menghindari :
a. terjadinya kerugian negara lain,
b. terjadinya perubahan yang permanen di dalam lingkungan bumi,
c. kontaminasi atmosfir ruang angkasa / benda - benda langit dan
bumi ,
d. penyalahgunaan kebebasan penggunaan / eksplorasi ilmiah di
lapisan atmosfir atas / ruang angkasa luar.
5. Komunikasi dengan sarana sateIit harus secara bebas disediakan untuk
semua negara atas dasar gIobaI dan non diskriminasi.
6. Negara peIuncur memiIiki hak kedauIatan atas obyek yang diIuncurkan
dimanapun mereka berada atau mendarat.
7. Negara wajib memberi fasiIitas bagi Iewatnya obyek ruang angkasa untuk
ekspIorasi / tujuan damai, serta memberi bantuan / pertoIongan kepada
pesawat ruang angkasa untuk mendarat secara darurat di wiIayahnya.
NON APPROPRIATION PRINCIPLE
2
Secara horisontaI Iaut dapat dibagi :
Perairan pedaIaman, yakni perairan yang berada di sisi daIam garis
pangkaI ;
Laut territoriaI, yakni jaIur Iaut yang ada di sisi Iuar atau di sisi Iaut garis
pangkaI seIebar tidak Iebih dari 12 miI Iaut ;
Zone tambahan yaitu jaIur Iaut yang merupakan keIanjutan dari Iaut
territoriaI yang Iebarnya tidak meIebihi jarak 24 miI Iaut dari garis pangkaI
yang bersangkutan ;
Zone ekonomi ekskIusif yaitu jaIur Iaut yang terIetak di Iuar dan
berdekatan dengan Iaut territoriaI seIebar 200 miI Iaut dari garis pangkaI
Iaut territoriaI ;
Laut Iepas yakni semua bagian Iaut yang tidak termasuk daIam zone
ekonomi ekskIusif, Iaut territoriaI, zone tambahan atau perairan pedaIaman.
(Hasjim jaIaI, 1979 : 25)
2
asar Iaut dan tanah di bawahnya dibagi Iagi secara horisontaI menjadi :
a. asar Iaut dan tanah di bawahnya dari bagian Iaut secara horisontaI ;
b. Landas kontinen, yakni dasar Iaut dan tanah di bawahnya sampai kejauhan batas
kontinennya continental margin" atau sejauh 200 miI Iaut atau 350 miI Iaut dari
garis pangkaI ;
c. Area 'kawasan' yakni Iaut dan dasar samudera daIam dan tanah dibawahnya
yang ada diIuar batas jurisdiksi nasionaI. (konvensi 1982, ps : 1(1).
Bagan :
Secara vertikaI Iaut dapat dibagi :
Ruang udara yang ada di atas Iaut ;
KoIom air Iaut water column'
asar Iaut sea bed'
Tanah di bawah dasar Iaut subsoil' (Hasjim jaIaI, 1979 : 25,29).
12 24 2
2
agan
Keterangan bagan :
1. Ruang udara
2. KoIom air Iaut
3. asar Iaut
4. Tanah di bawah dasar Iaut.
Cm/BK 1.2 ContinentaI Margin / Batas Kontinen 1.2
L.K.1. Iandas kontinen dengan modeI batas 1, dengan konsekuensi area 1 (A 1).
L.K.2. Iandas kontinen dengan modeI batas 2, dengan konsekuensi A 2.
L.K.3. Iandas kontinen dengan modeI batas 3, dengan konsekuensi A 3.
2.a. Perairan PedaIaman, dengan dasar Iaut dan tanah dibawahnya.
2.b. Laut TerritoriaI, dengan dasar Iaut dan tanah di bawahnya.
2.c. Zone Tambahan
2.d. Zone Ekonomi EkseIusif dengan dasar Iaut dan tanah di bawahnya.
2.e. Laut Lepas.
a
b
c
d
1
2
3
4
A3 A2
A1
LK1
LK2
LK3
0 12 24 200 3S0
28
Garis PangkaI :
1. Garis pangkaI normaI normal base lines) : garis air surut sepanjang
pantai.
2. Garis pangkaI Iurus (straight base lines) : garis Iurus yang
menghubungkan titik - titik terIuar garis air surut sepanjang pantai .
3. Garis pangkaI kepuIauan archipelagic base lines) : garis Iurus yang
menghubungkan titik - titik terIuar garis pangkaI Iurus puIau - puIau
negara kepuIauan.
Gambar
2
30
31
32
Perairan PedaIaman : perairan yang ada di sisi daIam garis
pangkaI : peIabuhan, muara sungai, terusan dan teIuk. Negara
pantai berdauIat penuh.
Laut territoriaI : perairan yang ada di sisi Iuar garis pangkaI
seIebar tidak meIebihi 12 miI. Negara pantai berdauIat F
innocent passage.
( jangkauan tembakan meriam F3 miI F12 miI maximum)
Zone Tambahan : jaIur Iaut yang merupakan keIanjutan dari Iaut
territoriaI, seIebar tidak meIebihi 24 miI Iaut.
Negara pantai mempunyai hak pengawasan : mencegah -
menghukum peIanggaran : bea cukai, pajak, imigrasi atau
kesehatan.
33
Zone Ekonomi EkskIusif : bagian Iaut yang terIetak di sisi Iuar garis pangkaI dan
berdekatan dengan Iaut territoriaI dan jaIur tambahan, seIebar tidak meIebihi 200 miI.
Negara pantai mempunyai hak berdauIat untuk ekspIorasi dan ekspIoitasi,
peIestarian dan pengeIoIaan sumber - sumber aIam.
Laut Iepas : semua bagian Iaut yang tidak termasuk ZEE, jaIur tambahan, Iaut
territoriaI dan perairan pedaIaman.
BerIaku kebebasan Iaut : berIayar, terbang, pasang kabeI / pipa, intaIasi, puIau
buatan, tangkap ikan dan peneIitian.
Landas Kontinen : dasar Iaut dan tanah di bawahnya, yang meIuas di Iuar Iaut
territoriaI, meIaIui perpanjangan aIamiah wiIayah daratan, sampai ujung batas
kontinen, atau 200 miI, atau 350 miI (keadaan khusus) UNCLOS 1982).
KONVENSI 1958 :
andas Kontinen, sampai kedalaman 200 mil, atau dimungkinkan eksploitasi kekayaan
alam.
Negara pantai mempunyai hak melaksanakan kedaulatannya untuk eksplorasi dan
eksploitasi sumber sumber alam.
Negara pantai mempunyai hak eksklusif untuk :
1.mendirikan , menguasakan dan mengatur, konstruksi, operasi dan penggunaan :
pulau buatan, instalasi dan bangunan.
2.menguasakan, dan mengatur pengeboran andas Kontinen.
34
Kawasan Area") : dasar Iaut dan dasar samodera serta tanah
di bawahnya di Iuar batas jurisdiksi nasionaI.
BerIaku asas warisan bersama umat manusia (common
heritage of mankind).
PengeIoIanya : Otorita asar Laut InternasionaI (International
Sea ed Authority).
3
JURISIKSI
Jurisdiksi adaIah saIah satu manifestasi kedauIatan negara, yaitu kekuasaan, hak atau wewenang
untuk menerapkan hukum.
Obyek : orang, benda, tindakan, kejadian.
Praktek : bervariasi, sesuai dengan : faktor historis / geografis.
Eq : AngIo - Amerika : utamakan prinsip jur. territoriaI.
Negara Eropa : Iebih Iuas.
JURISIKSI : 1. TerritoriaI
2. PersonaI
3. Pesawat udara / kapaI Iaut / obyek peIuncuran
4. di Laut Iepas
Ad. JURISIKSI TERRITORIAL
HI akui negara mempunyai jurisdiksi di territoiaInya. "adanya/ kehadiran " bukan tempat tinggaI"
iassimiIasikan dengan / dianggap sebagai territoriaI :
1. Laut territoriaI
2. KapaI yang memakai bendera nasionaI negara yang bersangkutan.
3. PeIabuhan
1. i Iaut territoriaI, terhadap kejahatan di kapaI dagang asing negara pantai tidak boIeh menahan /
meIakukan penyeIidikan, kecuaIi :
1. akibat kejahatan meIuas ke negara pantai.
2. kejahatan ganggu perdamaian dan ketertiban umumnegara / Iaut territoriaI yang bersangkutan.
3. bantuan penguasa IokaI diminta oIeh kapten kapaI / konsuI negara yang bersangkutan.
4. perIu bagi penumpasan peredaran obat - obatan narkotika.
Pembatasan tidak berIaku pada kapaI yang baru meninggaIkan Iaut pedaIaman
3
Untuk proses sipiI negara pantai tidak boIeh memberhentikan atau membeIokkan arah kapaI
dagang asing, serta tidak boIeh meIakukan eksekusi/menahan kapaI yang bersangkutan.
3. i PeIabuhan
KapaI dagang asing tunduk pada jurisdiksi IokaI, kecuaIi singgah karena bahaya. Terhadap
kejahatan di kapaI tergantung pada praktek yang dianut : ya / bersyarat.
2. KapaI berbendera nasionaI dianggap, sebagai wiIayah "as fIoating isIand"
ProbIem : kejahatan > 1 unsur di Iuar territoriaI negara :
* iIihat : assesor, : No, ; pokok : Yes
PerIuasan jurisdiksi territoriaI dengan :
1. Prinsip territoriaI subyektif.(pemaIsuan uang, peredaran obat terIarang)
2. Prinsip territoriaI obyektif.
1. Yang mempunyai jurisdiksi adaIah negara yang wiIayahnya sebagai tempat dimuIainya kejahatan
tanpa memperhatikan :
- di wiIayah mana kejahatan disempurnakan /diakhiri.
- assesor / principaI
2. Yang mempunyai jurisdiksi adaIah negara yang territoriaInya
a. merupakan tempat diakhirinya / disempurnakannya kejahatan.
b. dirugikan yaitu terganggunya ketertiban sosiaI,
(tanpa memperhatikan di mana dimuIai) (Lotus case)
Contoh : kasus perusahaan muItinasionaI
3
Jurisdiksi territoriaI tidak berIaku bagi orang asing biIa :
1. ia mempunyai immunitas;
2. hukum IokaI bertentangan dengan hukum internasionaI
* Pembenaran jurisdiksi kriminaI territoriaI :
kejahatan harus ditangani negara yang ketertiban sosiaInya terganggu.
negara territoriaI paIing berkepentingan / mempunyai fasiIitas untuk menghukum kejahatan yang
bersangkutan.
* HI / HN berikan immunitas jurisdiksi territoriaI kepada :
Negara / Kep. Negara Asing.
PerwakiIan dipIomatik / konsuIer asing.
KapaI Negara miIik Negara asing.
Angkatan perang negara asing.
Lembaga InternasionaI.
*Ad 1.
Akibatnya : a.1. Negara Asing / Kep. Asing bisa menuntut pada pengadiIan territoriaI, tetapi tidak bisa
dituntut, kecuaIi suka reIa menundukkan diri.
asarnya :
Negara yang berdauIat tidak bisa meIaksanakan jurisdiksinya atas negara Iain yang berdauIat.
Prinsip resiprositas dan komitas.
Kepentingan PengadiIan NasionaI tidak bisa diberIakukan atas negara asing.
Prinsip pemberian konsessi.
Sengketa yang meIibatkan transaksi/ poIesi negara asing, Iebih baik tidak diserahkan pada
pengadiIan IokaI.
38
Liputannya : Proses pengadiIan harta benda negara asing.
Namun ada pengecuaIiannya.
Ad2. PerwakiIan dipIomatik / konsuIer menikmati immunitas terhadap : jurisdiksi kriminaI, sipiI,
dan administratif. (kecuaIi : tindakan pribadi, meIepaskannya). Representative Character,
personify, FungsionaI Theory)
diperIuas pada barang / anggota keIuarga.
EPLU yang bersangkutan mengeIuarkan daftar personaIia yang berhak.
masa jabatan berakhir : tetap daIam waktu yang wajar.
negara ketiga harus memberikannya kepada perwakiIan dipIomatik yang Iewat.
KonsuI menikmati immunitas terbatas
Ad. 3
KapaI perang / negara asing menikmati immunitas / jurisdiksi territoriaI.
Buktinya : bendera kapaI - dokumen
asarnya : 1. Teori fIoating isIand.
2. PengecuaIian yang diberikan hukum IokaI/negara yang bersangkutan
KapaI dagang miIik negara menikmati immunitas, atas dasar :
1. Immunitas kapaI negara.
2. Resiko peIaksanaan jurisdiksi.
Kritik : 1. Immunitas atas konsessi / komitas.
2. TimbuInya ketidakadiIan ( bisa menuntut, tidak bisa dituntut)
3
Ad 4.
Angkatan Perang Asing menikmati immunitas jurisdiksi territoriaI terbatas :
1. izin negara territoriaI.
2. ada / tidaknya P.I. antar negara yang bersangkutan.
Komandan mempunyai jurisdiksi ekskIusif atas kejahatan dinas / internaI.
Ad 5. Perjanjian InternasionaI dan HN memberikan immunitas terhadap jurisdiksi territoriaI
kepada Iembaga internasionaI : PBB.
Jurisdiksi - PersonaI :
iterapkan hanya apabiIa :
1. orang yang bersangkutan berada daIam kekuasaan negara yang bersangkutan.
2. terhadapnya bisa diIakukan proses.
asarnya : 1. Asas NasionaI Aktif. 2. Asas NasionaI Pasif.
1. Jurisdiksi personaI pada negara di mana yang bersangkutan jadi W.N.
2. Jurisdiksi personaI pada negara yang warga negaranya dirugikan.
* Prinsip perIindungan : HI mengakui bahwa negara mempunyai jurisdiksi atas kejahatan
terhadap keamanan, integritas territoriaInya, kepentingan ekonominya yang vitaI.
asarnya : 1. yang paIing menderita adaIah negara sasaran.
2. menjaga IoIosnya kejahatan dengan tidak terhukum.
40
JURISIKSI I LAUT LEPAS
I LAUT LEPAS :
* SebeIum abad XV : peIayaran terbuka bagi siapapun.
* ABA XV,XVI, dituntut adanya kedauIatan, bukan pemiIikan ditentang Grotius
dengan aIasan :
1. Laut tidak bisa dimiIiki secara efektif.
2. Laut adaIah : res gentium, res extra commercium.
* KEBEBASAN LAUT LEPAS
1. Tidak satu negarapun memiIiki kedauIatan atas Iaut Iepas.
2. Ada kebebasan berIayar absoIut.
3. Negara mempunyai jurisdiksi hanya atas kapaI yang memakai benderanya.
4. Kebebasan : memasang kabeI, dan pipa bawah Iaut, menangkap ikan dan
meIakukan tindakan iImiah / tehnis.
5. Kebebasan terbang mutIak.
UNCLOS I (1958) UNCLOS III (1982)
Tidak anarki, ada hukumnya
41
PROBLEMA :
* Hot Persuit (pengejaran segera) :
- Negara pantai berhak meIaksanakannya atas kapaI yang meIakukan peIanggaran di Iaut
territoriaI, dengan sarat :
1. Pengejaran harus dimuIai segera.
2. Pengejaran harus tidak terputus.
3. iberi peringatan yang bisa diIihat/ didengar.
4. Harus dikejar dengan kapaI perang, / pesawat udara miIiter / pesawat udara / kapaI
khusus.
* Pada waktu perang, jurisdiksi negara beIIigeren sangat diperIuas.
* Tabrakan : Jurisdiksi pada :
Negara bendera kapaI yang menderita kerusakan.
Negara yang diminta oIeh kapaI - kapaI yang terIibat.
Negara di mana kapaI yang terIibat berIabuh sebeIum terjadi tabrakan.
Negara di mana kapaI yang bertanggungjawab berIabuh sebeIum tabrakan.
* Pembajakan : Jure gentium
Arti : pembunuhan / perampokan ; F diperIuas : tindakan kekejaman apapun : yang
iIegaI, penahanan, perbuatan pembinasaan apapun untuk tujuan pribadi - dengan kapaI
/ pesawat udara perorangan ditujukan pada kapaI / pesawat udara / orang / barang -
barang di daIam pesawat udara / kapaI / di : Iaut Iepas / perairan terranuIIius F
perbuatan assesornya.
42
MasaIah : pembajakan bermotif poIitik pesawat udara
Pembajakan HI tidak sama dengan HN
Penangkap : kapaI perang / pesawat udara / ditugaskan.
JURISIKSI ATAS PESAWAT UARA
Kejahatan pada pesawat yang "in - fIight"
negara koIong - biIa di ruang udaranya.
* KONVENSI TOKYO 1963
Kejahatan pada pesawat : - negara pendaftar.
Untuk ekstradisi : pesawat dianggap wiIayah negara
pendaftar.
PILOT :
Berhak menurunkan peIaku kejahatan
BiIa perIu menyerahkannya kepada penguasa yang kompeten (dengan sarat)
Pembajak bisa ditahan seperti peIaku kejahatan Iain.
KONVENSI EN HAAG 1970
- Tidak sepenuhnya anut prinsip "aut punire aut dedere"
- Menyediakan kerangka kerja wajib ekstradisi / rendisi.
43
*EFINISI PEMBAJAKAN : secara meIawan hukum, dengan ancaman / dengan kekerasan,
dengan bentuk intimidasi Iain merampas / meIakukan kontroI
atas pesawat udara yang "in fIight"
* Usaha meIakukan pembajakan.
* Menghasut meIakukan / berusaha meIakukan pembajakan.
" In FIight" : saat semua pintu Iuar ditutup menjeIang pemberangkatan - sampai
saat pintu tersebut dibuka untuk pemberhentian.
KONVENSI MONTREAL 1971 :
Tindakan meIawan hukum :
1. Perbuatan kekerasan terhadap orang yang ada di pesawat udara yang "in fIight",
sehingga membahayakan keseIamatan pesawat.
2. Merusak / menyebabkan kerusakan pesawat yang "in service" sehingga
membahayakan di daIam "in fIight"
3. Menempatkan atau menyebabkan ditempatkannya aIat / benda pada pesawat
yang in service, sehingga membahayakan di daIam "in fIight"
4. Merusak / mengganggu fasiIitas navigasi udara,/ mengintervensi operasi mereka,
sehingga membahayakan pesawat udara yang in fIight.
5. Mengkomunikasikan informasi paIsu, sehingga membahayakan keseIamatan
pesawat udara yang in fIight.
44
*Arti "In FIight" daIam Konvensi en Haag - ditambah seIama pendaratan darurat.
In service : waktu sejak permuIaan persiapan "in fIight", suatu pesawat oIeh
personaIia daratan / kru, untuk suatu penerbangan sampai saat 24 jam
sesudah pendaratan.
Prosedur :
i daIam menangani kejahatan, harus ada kerjasama antar semua negara.
Kejahatan InternasionaI
"act of state doctrine"
Tumpang Tindih Yurisdiksi
=====/\=====

You might also like