You are on page 1of 18

Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan

By lusa Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan. Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk : 1. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran. 2. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran. 3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi. 4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi. 5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko. 6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit. 7. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat. 8. Pemberian ASI sedini mungkin. Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran. Konsep Asuhan Sayang Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut: Ibu

1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu. 2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan. 3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi. 4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan. 5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.

Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood Intiative pada tahun 1987. CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan sayang ibu sebagai berikut: (1) Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan. (2) Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan. (3) Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat. (4) Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu. (5) Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan. (6) Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik. (7) Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa obat-obatan. (8) Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri. (9) Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama. (10) Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik. Prinsip Umum Sayang Ibu Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut: (1) Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis. (2) Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi. (3) Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu. (4) Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu. (5) Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu. (6) Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional. (7) Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup. (8) Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan. (9) Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama. (10) Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas. (11) Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan: (1) Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan. (2) Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan. (3) Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga. (4) Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan. (5) Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan. (6) Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan. (7) Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman. (8) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan. (9) Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan. (10) Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa. (11) Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi. (12) Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan. (13) Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan

aman. (14) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi. (15) Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan. (16) Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan. (17) Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan. (18) Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI. Referensi Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta. Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, Jakarta. Draft, 2001, Pelatihan Pelayanan Kebidanan, Jakarta. Pusdiknakes WHO JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.
http://www.kebidanan.net/asuhan-kebidanan-ii/asuhan-sayang-ibu-sebagai-kebutuhan-dasarpersalinan/
FOKUS PELATIHAN Mencegah :

   

Perdarahan post partum Asfiksi bayi baru lahir/hipotermi Infeksi Partus lama

Dalam asuhan persalinan normal harus ada ALASAN yang kuat dan TERBUKTI BERMANFAAT bila akan melakukan intervensi terhadap proses persalinan yang fisiologis / alamiah. WHO

Tujuan Umum Pelatihan

Meningkatkan sikap positif terhadap keramahan & keamanan dlm memberikan pelayanan persalinan normal & penanganan awal penyulit beserta rujukannya Memberikan pengetahuan & ketrampilan pelayanan persalinan normal & penanganan awal penyulit beserta rujukan yang berkualitas & sesuai dengan prosedur standar

Tujuan Pelatihan:


-

Mengidentifikasi praktek-praktek terbaik bagi penatalaksanaan persalinan dan kelahiran:

Penolong yang terampil Kesiapan menghadapi persalinan dan kelahiran serta kemungkinan komplikasinya

Partograf Episiotomi terbatas hanya atas indikasi

Mengidentifikasi tindakan-tindakan yang merugikan dengan maksud menghilangkan tindakan tersebut.

Penolong Yang Terampil

 
-

Seorang pemberi asuhan yang profesional Memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk:

Menatalaksana persalinan, kelahiran dan masa nifas Dapat mengenali komplikasi-komplikasi

- Mendiagnosis, menatalaksana atau merujuk ibu atau bayi ke tingkat asuhan yang lebih tinggi jika terjadi komplikasi yang memerlukan intervensi di luar kompetensi pemberi asuhan

Dapat melakukan semua intervensi dasar kebidanan

Kesiapan Menghadapi Persalinan dan Kesiapan Menghadapi Komplikasi Bagi Pemberi Asuhan

  

Mendiagnosis dan menatalaksana masalah dan komplikasi dengan sesuai dan tepat waktu Mengatur rujukan ke tingkat yang lebih tinggi bila diperlukan Memberikan konseling yang berpusat pada ibu tentang kesiapan menghadapi persalinan dan kelahiran serta kesiapan menghadapi komplikasinya Mendidik masyarakat mengenai kesiapan menghadapi persalinan dan kelahiran serta kesiapan menghadapi komplikasinya

Kesiapan Menghadapi Komplikasi Bagi Pemberi Asuhan

   

Mengenali dan merespon tanda-tanda bahaya Menyusun rencana serta menentukan siapa yang berwenang untuk mengambil keputusan di saat keadaan darurat Membuat rencana untuk segera dapat mengakses dana (tabungan atau dana masyarakat) Mengidentifikasi dan merencanakan upaya yang harus dilakukan untuk mendapatkan darah atau donor darah dengan segera bila diperlukan.

Mengenali dan merespon tanda-tanda bahaya

  

Menyusun rencana serta menentukan siapa yang berwenang untuk mengambil keputusan di saat keadaan darurat Membuat rencana untuk segera dapat mengakses dana (tabungan atau dana masyarakat) Mengidentifikasi dan merencanakan upaya yang harus dilakukan untuk mendapatkan darah atau donor darah dengan segera bila diperlukan.

3 CIRI UTAMA PENDEKATAN PELATIHAN KLINIK

  

Berdasarkan Kompetensi Konsep Mastery Learning Teknik Pelatihan Humanistik

BUKU ACUAN : PELATIHAN PELAYANAN DASAR PERSALINAN

    

BAB I : Lima Benang Merah dalam Pendekatan Pelayanan BAB II : Persalinan Kala I BAB III : Persalinan Kala II BAB IV : Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir BAB V : Persalinan Kala III & IV

BAB I : LIMA BENANG MERAH

* * * * *

Metode Pemecahan Masalah Sayang Ibu Pencegahan Infeksi Dokumentasi Pedoman Rujukan Medik Puskesmas

Persalinan Bersih

 

Sebanyak 14.9% dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh infeksi Kematian ini dapat dicegah dengan melakukan praktek-praktek pencegahan infeksi

Praktek-Praktek Pencegahan Infeksi

Gunakan bahan/alat sekali pakai, sekali saja dan lakukan dekontaminasi yang sesuai terhadap bahan/alat yang dapat digunakan kembali yang digunakan selama persalinan dan kelahiran Gunakan sarung tangan pada saat melakukan pemeriksaan dalam, selama menolong melahirkan bayi dan ketika menangani plasenta Gunakan pelindung diri (sepatu, celemek, kaca mata) Cuci tangan Membersihkan perineum ibu dengan sabun dan air dan jagalah selalu kebersihannya Pastikan bahwa permukaan tempat bayi dilahirkan dalam keadaan bersih Peralatan, kasa dan tali untuk memotong tali pusat telah di DTT

    

BAB 2 : PERSALINAN KALA I

Tujuan Umum :

   

Proses persalinan fisiologis Partograf Rujukan kelainan proses persalinan Masalah medis yg bisa terjadi (PE, APB, KPP) serta penatalaksanaannya

Persalinan Kala I Praktek yang dianjurkan

    

Partograf Ibu makan dan minum Melakukan aktifitas Posisi Mengosongkan kandung kemih

Partograf dan Kriteria Untuk Persalinan Aktif

Tulis mengenai informasi identitas pasien

   

Catat denyut jantung janin, warna cairan ketuban, ada tidaknya kompresi kepala, pola kontraksi, pengobatan yang diberikan Tandai pembukaan serviks Garis waspada dimulai pada 4 cm dari sini, pembukaan diharapkan bisa melaju 1 cm/jam Garis tindakan: Jika pasien tidak mengalami kemajuan seperti di atas, maka diperlukan tindakan

Persalinan Kala I Praktek yang dihindari

   

Klisma rutin Katerisasi rutin Cukur rambut kemaluan Pimpin meneran sebelum pembukaan lengkap

BAB 3 : Persalinan Kala II Tujuan Umum :

  

Mampu melakukan penatalaksanaan Persalinan Kala I Mengenal Penyulit Melakukan rujukan

Kala II yang dianjurkan :

         

Menjelaskan kemajuan/prosedur/tindakan Mengijinkan makan minum Kehadiran keluarga - dukungan emosi Mengosongkan kandung kemih Posisi meneran Saat meneran Non direct pushing Kontrol pengeluaran kepala Hand manuver Penanganan BBL : usap mulut hidung, keringkan-rangsangan ringan, bungkus bayi-kepala juga

Persalinan Kala Tiga

Penatalaksanaan aktif kala 3 bagi semua ibu melahirkan:

- Pemberian Oksitosin - Penegangan tali pusat terkendali - Masase uterus segera setelah plasenta dilahirkan agar uterus tetap berkontraksi


-

Pemeriksaan rutin plasenta dan selaput ketubannya

22% kematian ibu disebabkan oleh retensio plasenta

Pemeriksaan rutin pada vagina dan perineum untuk mengetahui adanya laserasi dan luka

Persalinan Kala Tiga

Penatalaksanaan aktif kala 3 bagi semua ibu melahirkan:

- Pemberian Oksitosin - Penegangan tali pusat terkendali - Masase uterus segera setelah plasenta dilahirkan agar uterus tetap berkontraksi


-

Pemeriksaan rutin plasenta dan selaput ketubannya

22% kematian ibu disebabkan oleh retensio plasenta

Pemeriksaan rutin pada vagina dan perineum untuk mengetahui adanya laserasi dan luka

Praktek-Praktek Terbaik Persalinan

Gunakan metode non-invasif, non-farmakologis untuk mengurangi rasa sakit selama persalinan (masase, teknik relaksasi, dsb):

    

Sedikit penggunaan analgesia Lebih sedikit jumlah tindakan operasi Lebih sedikit jumlah bayi dengan skor apgar < 7 pada 5 menit pertama. Lebih sedikit terjadinya depresi pasca persalinan selama 6 minggu Menganjurkan ibu untuk cukup minum sepanjang proses persalinan dan kelahiran bayi

Gunakan metode non-invasif, non-farmakologis untuk mengurangi rasa sakit selama persalinan (masase, teknik relaksasi, dsb):

   

Sedikit penggunaan analgesia Lebih sedikit jumlah tindakan operasi Lebih sedikit jumlah bayi dengan skor apgar < 7 pada 5 menit pertama. Lebih sedikit terjadinya depresi pasca persalinan selama 6 minggu Menganjurkan ibu untuk cukup minum sepanjang proses persalinan dan kelahiran bayi

Praktek-Praktek Terbaik: Masa Nifas

 

Pemantauan ketat dan pengamatan terus menerus selama 6 jam pertama masa nifas Parameter:

 
Waktu:

Tekanan darah, nadi, perdarahan pervaginam, kontraksi uterus

  

Setiap 15 menit selama 2 jam pertama Setiap 30 menit selama 1 jam berikutnya Setiap jam selama 3 jam terakhir

Posisi Dalam Persalinan Dan Kelahiran

 

Memberikan ibu kebebasan untuk menentukan posisi dan gerakan yang diinginkan selama persalinan dan kelahiran Menganjurkan posisi apapun kecuali terlentang, seperti:

- Berbaring miring - Berjongkok - Merangkak - Semi-duduk - Duduk

Penggunaan posisi tegak atau lateral dibandingkan dengan posisi telentang atau litotomi dihubungkan dengan:

      

Persalinan kala dua yang lebih singkat Lebih sedikitnya persalinan yang harus ditolong Lebih sedikitnya episiotomi Lebih sedikitnya laporan nyeri yang parah Lebih sedikitnya pola denyut jantung bayi abnormal Lebih banyaknya robekan pada perineum Kehilangan darah > 500 mL

Kebiasaan Rutin Yang Membahayakan

Penggunaan enema: tidak nyaman, dapat merusak usus besar, tidak merubah lamanya persalinan, terjadinya infeksi pada bayi baru lahir atau infeksi luka pada masa perinatal

Pencukuran rambut pubis: membuat tidak nyaman dengan tumbuhnya kembali rambut, tidak mengurangi infeksi, dapat meningkatkan penularan HIV dan hepatitis Pembersihan uterus setelah persalinan: dapat menyebabkan infeksi, trauma mekanik atau syok Eksplorasi manual pada uterus setelah persalinan

 

Praktek-Praktek Yang Membahayakan

Pemeriksaan:

- Pemeriksaan rektum: angka kejadiannya sama dengan infeksi puerperium, tidak nyaman bagi wanita/ibu - Penggunaan rutin sinar-X untuk pengukuran pelvis: meningkatkan kejadian leukemia pada anak

Posisi:

- Penggunaan posisi telentang rutin selama persalinan - Penggunaan posisi litotomi rutin dengan atau tanpa pijakan/penahan

Intervensi Yang Membahayakan

   

Pemberian oksitosin kapanpun sebelum persalinan dengan cara apapun efeknya tidak dapat dikontrol Upaya meneran yang terus menerus selama persalinan kala dua Pemijatan dan peregangan perineum selama persalinan kala dua (tidak ada bukti) Mendorong fundus selama persalinan

Praktek-Praktek Yang Tidak Benar

    

Pembatasan makanan dan minuman selama persalinan Pemberian cairan infus intravena secara rutin pada persalinan Pemeriksaan vagina yang berulangkali , khususnya apabila dilakukan oleh lebih dari satu penolong Memindahkan ibu yang akan bersalin secara rutin ke tempat lain pada saat permulaan kala dua Menganjurkan ibu untuk meneran ketika ditegakkan diagnosis pembukaan lengkap atau pembukaan sudah hampir lengkap padahal ibu belum merasa ingin meneran Kepatuhan yang kaku terhadap lamanya persalinan kala dua yang telah ditentukan (misalnya, 1 jam) padahal kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik dan terdapat kemajuan dalam persalinan Penggunaan episiotomi secara bebas atau rutin Penggunaan amniotomi secara bebas atau rutin

 

Praktek-Praktek Yang Digunakan Untuk Indikasi Klinis Yang Spesifik

     

Kateterisasi kandung kemih Persalinan dengan tindakan Pemberian oksitosin Pengendalian rasa sakit dengan menggunakan obat-obat sistemik Pengendalian rasa nyeri dengan analgesi epidural Memonitor janin terus menerus secara elektronik

Persalinan dan Kelahiran Normal:

      

Adanya tenaga terampil Penggunaan partograf Menggunakan kriteria spesifik untuk mendiagnosis persalinan aktif Membatasi penggunaan intervensi-intervensi yang tidak perlu Menggunakan penatalaksanaan aktif pada persalinan kala 3 Mendukung posisi yang menjadi pilihan ibu selama persalinan dan kelahiran bayi Memberikan dukungan emosional dan fisik secara terus menerus pada ibu selama persalinan

PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL


TUJUAN PELATIHAN:
Mampu melaksanakan Asuhan Persalinan normal yaitu persalinan yang sesuai dengan Pilar Safemotherhood yaitu Persalinan Bersih Aman, Sayang Ibu dan Berorientasi Keselamatan. Dengan APN kita dapat mencegah kematian yang disebabkan Perdarahan, Eklamsia, Sepsis. Pencegahan dilakukan dengan: Menghindari Tindakan yang Tak Perlu Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III Pemantauan Kontraksi & Masase Uterus

Penatalaksanaan Atonia Uteri Perangsangan Taktil, Pengeringan & Penghangatan Bayi Baru Lahir

Pada akhir praktek pelatihan APN peserta akan dapat : y Memberikan pelayanan yang ramah, aman dan penuh kekeluargaan yang meliputi aspek-aspek 5 benang merah. Melakukan penatalaksanaan persalinan fisiologis kala I, menggunakan partograf, mengidentifikasi dan memberikan penanganan awal penyulit, serta persiapan rujukan Melakukan penatalaksanaan persalinan fisiologis kala II, mengidentifikasi dan memberikan penanganan awal penyulit serta persiapan rujukan Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mengidentifikasi dan memberikan penanganan awal penyulit, serta persiapan rujukan Melakukan penatalaksanaan manajemen aktif kala III dan pelayanan kala IV serta mengidentifikasi penyulit, penanganan awal dan persiapan rujukan.

PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA:


Tertarik Topik Pelatihan: praktis & masih menolong persalinan Mengetahui Apa Yang Akan Diperoleh: sesuai kebutuhan Aktif Belajar Pengetahuan, Sikap & Ketrampilan Baru PESERTA & PELATIH AKTIF BELAJAR : Saling mengisi kekurangan

CIRI-CIRI:
Belajar orang dewasa: interaksi dua arah, relevan, praktis. partisipatif Coaching: belajar dengan model: peserta menerima umpan balik, merangsang belajar Latihan praktek: ~ standar kinerja Penilaian kemampuan ketrampilan: tingkat awal, mampu & mahir/ kompeten

PENDEKATAN PELATIHAN: KOMPETENSI:

Belajar Mengerjakan Bagaimana setiap peserta mengerjakan (pengetahuan, sikap & ketrampilan), Prosedur Klinik dipecah standarisasi langkah-langkah esensial INTERAKSI DUA ARAH & PARTISIPATIF EVALUASI: kuesioner awal dan tengah-pelatihan dengan penuntun belajar dan daftar tilik penilaian ketrampilan, kompeten bila nilai > 85

KOMPONEN PELATIHAN
Buku acuan, Buku Panduan, Alat peraga & Evaluasi, sesuai standar JNPK-KR

LAMA PELATIHAN
y 9 hari pelatihan terbagi dalam kegiatan kelas dan kegiatan klinik di P2KP: o 4 hari belajar di kelas dan harus menginap di asrama untuk belajar/kompetensi di model secara intensif. 6 hari sisanya praktek klinik di RSU / satelit yang merupakan tempat persalinan yang cukup jumlah persalinan normal untuk memperoleh kompetensi Asuhan Persalinan Normal di klien.

TEMPAT PELATIHAN APN


- Instalasi Kesehatan Reproduksi RSUD Dr. M. Ashari Pemalang & 6 satelit

DANA:
Beaya setiap peserta untuk pelatihan optimal Rp 2.500.000 perpeserta Beaya ini sudah termasuk materi & peralatan pelatihan, konsumsi dan akomodasi, transportasi selama pelatihan, sertifikat Transportasi kedatangan / kepulangan dan uang saku tidak menjadi tanggungan P2KP-KR Pemalang

PROSEDUR PENDAFTARAN PELATIHAN


Peserta secara perorangan maupun kelompok, dimohon mendaftarkan kepada sekretariat P2KP-KR Pemalang, seawal mungkin untuk mendapat alokasi waktu yang diinginkan dan disepakati. Setiap bulan P2KP-KR Pemalang mampu menyediakan waktu untuk pelatihan APN 2 angkatan Preservice & 2 angkatan In-service, masing angkatan minimal 10 orang.

Kelompok peserta yang menginginkan pelayanan yang berlainan dengan pelatihan optimal dapat melakukan kesepakatan dengan manajemen P2KP-KR Pemalang. Setiap peserta membawa pakaian baju putih pada waktu menolong persalinan.

Sekretariat P2KP-KR:
Sekretariat P2KP-KR Pemalang d/a Instalasi Kesehatan Reproduksi RSUD Dr. M. Ashari Jl. Gatot Subroto 41 Tel. (0284) 321614 ext 204, 0284 5700789 E-mail : pantjer@indo.net.id Pemalang Jawa Tengah http://kesehatanreproduksi.tripod.com/ikr6.html Mekanisme Persalinan Normal Mekanisme Persalinan Normal: "

MEKANISME PERSALINAN NORMAL

Paramitha Harsary

96 % janin dalam uterus berada dalam presentasi kepala dengan ubun-ubun kecil kiri depan sebanyak 58 %, kanan depan 23 %, kanan belakang 11 % dan kiri belakang 8 %.

Janin dengan presentasi kepala disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan lebih berat serta bentuk uterus sedemikian rupa sehingga volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada di atas di ruang yang lebih luas sedangkan kepala berada dibawah di ruang yang lebih sempit.

3 faktor yang memegang peranan penting pada persalinan :

1. Kekuatan ibu, seperti kekuatan his dan mengedan

2. Keadaan jalan lahir

3. janin.

His kekuatan yang menyebabkan servik membuka dan mendorong janin ke bawah serta masuk kedalam rongga panggul.

Kepala masuk melintasi pintu atas panggul dalam sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat juga terjadi keadaan :

1. Asinklitismus anterior arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul

2. Asinklitismus posterior arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke belakang dengan pintu atas panggul.

Fleksi

Kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil ( diameter suboksipitobregmatika = 9,5 cm) dan didasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.

Putar paksi dalam

Kepala yang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin oleh his yang berulang-ulang kepala mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan dibawah simpisis.

Defleksi

Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis ( sebagai hipomoklion), kepala mengadakan fleksi berturut turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.

Putaran paksi luar

Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak

Ekspulsi

Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring menyesuaikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir, bahu berada dalam posisi depanbelakang bahu depan lahir lebih dahulu, baru kemudian bahu belakang.

Mekanisme persalinan fisiologis penting dipahami, bila ada penyimpangan > koreksi manual dapat dilakukan sehingga tindakan operatif tidak perlu dilakukan.

Tindakan tindakan setelah bayi lahir :

Segera bersihkan jalan nafas.

Tali pusat dijepit pada 2 tempat, pada jarak 5 dan 10 cm, digunting dan kemudian diikat.

Tindakan resusitasi > membersihkan dan menghisap jalan nafas serta cairan lambung untuk mencegah aspirasi.

Bila bayi telah lahir, uterus akan mengecil. Partus berada dalam kala III ( kala uri), yang tidak kalah penting dari kala I dan II oleh karena tingginya kematian ibu akibat perdarahan pada kala uri.

Mengecilnya uterus akibat his setelah bayi lahir mengakibatkan terjadi pelepasan perlengketan plasenta dengan dinding uterus. Ada 3 cara lepasnya plasenta yaitu :

1. Tengah (sentral menurut Schultze) terbanyak

2. Pinggir (marginal menurut Mathew-Duncan)

3. Kombinasi 1 dan 2.

Kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit, dengan tinggi fundus uteri setelah kala III kirakira 2 jari di bawah pusat.
Lebih lengkap disini: Mekanisme Persalinan Normal | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan http://terselubung.cz.cc/ http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/01/mekanisme-persalinan-normal.html

You might also like