You are on page 1of 10

Dampak Negatif Kelas Unggulan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam Era Globalisasi saat ini semua bangsa dihadapkan pada suatu persaingan. Untuk itu setiap bangsa harus memiliki daya tawar yang tinggi, memiliki keunggulan komparatif antar negara. Secara alamiah, negara yang satu dengan negara yang lain akan saling memerlukan secara timbal balik, karena adanya perbedaan potensi SDA dan SDM yang dimilikinya. Untuk itu diperlukan spesialisasi. Jika tidak memiliki keunggulan komparatif yang mengangkat daya tawar bangsa, maka hubungan dan kerjasama antar negara kan diwarnai oleh adanya pola hubungan dan kerjasama yang mendominasi, bukan saling memerlukan dengan prinsip simbiosis mutualisme atau win win solution.Untuk menjawab tantangan tersebut, pendidikan harus menitik beratkan kiprahnya dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, baik dari segi input, proses, output, maupun outcome pendidikan. Pendidikan yang bermutu diharapkan dapat menghasilkan keunggulan Sumber Daya Manusia, tidak hanya dari aspek akademik, tetapi juga dalam aspek : seni, olahraga, disiplin dan keterampilan untuk dapat hidup dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan cepat. Dalam konteks tujuan pendidikan, manusia yang unggul adalah manusia yang cerdas, baik dalam bidang kecerdasan spiritual, intelektual dan sosio-emosional. (UU 20 tahun 2003). Manusia yang seperti inilah diharapkan dapat eksis dalam dunia yang sedang berubah dan mampu mencapai keunggulan pada era global. B. PEMBATASAN MASALAH

Karya tulis ini membahas hanya membahas mengenai aspek masalah, yaitu : 1. Apa itu kelas unggulan? 2. Syarat syarat kelas unggulan 3. Pendapat mengenai kelas unggulan, baik dari pihak sekolah maupun pihak siswa 4. Dampak positif dan negatuf dari kelas unggulan 5. Solusi serta saran

C. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulis menyusun karya tulis ilmiah ini, yaitu: 1. Untuk memenuhi tugas akhir semester 4 ekstrakuikuler KIR . 2. Untuk mengetahui lebih dalam kelas unggulan 3. Untuk mengetahui respon siswa siswi SMAN 1 CURUG akan dirintisnya kelas unggulan 4. Untuk mengetahui dampak dari kelas unggulan, baik dari sisi positif maupun dari sisi negatif

A. METODE Metode merupakan cara utama yang dipergunakan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Setelah mempertimbangkan dari segi kewajarannya, maka dalam penelitian ini penulis menetapkan untuk menggunakan metode deskriptif, yaitu bentuk penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah dan bersifat aktual.

BAB II KELAS UNGGULAN 1.1 MERINTIS KELAS UNGGULAN Ada sekolah yang menerapkan pola kelas unggulan dan akselerasi. Namun, pola-pola semacam itu hingga detik ini masih menjadi perdebatan dikalangan ahli pendidikan. Menurut Prof. Suryanto Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dengan tegas menyatakan pengelompokan siswa secara homogen berdasarkan kemampuan akademik menjadi kelas super baik, amat baik, baik, sedang, sampai ke kelas gombal, tidak memiliki filosofi yang benar. Persoalannya, apakah program kelas unggulan atau akselerasi mampu mendongkrak mutu SDM kita yang dinilai masih berada pada arah rendah? Apakah ada jaminan, anak-anak berotak cerdas yang jumlahnya hanya beberapa gelintir yang telah sukses menempuh program kelas unggulan, atau akselerasi mampu menjadi generasi yang cerah dan berbudi yang memahami dinamika hidup yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dan bangsanya? Jangan-jangan program kelas unggulan itu dibentuk hanya berdasarkan sikap latah.

Dalam kondisi demikian, dunia pendidikan kita harus mampu memosisikan diri sebagai pencerah peradaban, menjadi media katharsis yang mamu memuliakan martabat kemanusiaan hakiki, di mana nilai-nilai kejujuran dan kesalehan hidup baik pribadi maupun sosial bersemayam dan bernaung dalam hati nurani bangsa. Sekolah harus menjadi ikon masyarakat mini, yang menggambarkan suasana dan panorama hidup bermasyarakat multikultur, dimana anak-anak banyak belajar menginternalisasi dan mengapresiasi perbedaan dan heterogenitas dalam segala aspeknya. Dengan demikian, setelah terjun ke masyarakat mereka bisa tampil inklusif, egatiler, tidak elitis, memiliki empati, dan tidak besar kepala. Hal ini tentu sulit dicapai jika anak-anak yang tengah menuntut ilmu di bangku sekolah dikelompokan secara homogen, shingga mereka tidak pernah memiliki kesempatan belajar memahami dan perbedaan dalam arti sesungguhnya. 1.2 TUJUAN KELAS UNGGULAN Tujuan program kelas unggulan ini adalah : a. Meningkatkan kualitas akademik, non akademik, serta lifeskill yang lainnya. b. Mempersiapkan siswa dalam mengikuti lomba-lomba akademik maupun Non-Akademik. c. Meningkatkan kualitas Ouput dan Outcome siswa, sehingga dapat kompetitif untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnyadalam memasuki dunia kerja. d. Mewujudkan jati diri SMA N 1 CURUG sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas

1.3 SYARAT-SYARAT KELAS UNGGULAN 1.3.1 Kriteria Siswa

a. Memiliki kemampuan akademik yang dipersyaratkan berdasarkan hasil tes potensi akademik. b. Memiliki minat dan potensi belajar tinggi.

c. 1.3.2

Didukung oleh orang tua/wali siswa baik secara finansial maupun Non-Finansial. Jumlah Siswa dan Rombongan Belajar Jumlah siswa uggulan tiap kelas ( rombongan belajar ) adalah 30 siswa.

2.3.3 Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran a. Kurikulum kelas unggulan menggunakan kurikulum yang berlaku (KTSP) dengan tambahan alokasi waktu atau jam pelajaran untuk mata pelajaran tertentu. b. Bimbingan belajar dilaksanakan setelah selesai KBM selama 60 menit. c. Kegiatan pembelajaran menggunakan modul dan menggunakan model-model pembelajaran bervariasi yang berbasis TIK.

1.4 ASUMSI MENGENAI KELAS UNGGULAN 1.4.1 Dari Pihak Siswa Berdasarkan pengamatan di lapangan melalui voting kepada beberapa siswa SMA Negeri 1 Curug tersirat bahwa : 1. Kelas unggulan membuat minat belajar siswa lebih terpacu, respon (untuk pernyataan yang pertama menunjukan siswa sangat setuju) 2. Diskriminasi antar kelas unggulan dan reguler akan lebih tinggi ( Untuk pernyataan yang kedua menunjukan siswa setuju ) 3. Kelas unggulan biasanya lebih diperhatikan oleh guru (untuk pernyataan ketiga menunjukan siswa setuju ) 4. Biaya untuk kelas unggulan biasanya lebih mahal dari kelas reguler ( untuk pernyataan keempat menunjukan siswa setuju ) 5. Kelas unggulan memiliki semangat belajar yang tinggi ( untuk pernyataan klima menunjukan siswa setuju )

6. Kelas unggulan wajib ada di sekolah berstandar nasional ( untuk pernyataan keenam menunjukan siswa ragu-ragu ) 7. Fasilitas yang memadai wajib ada dalam kelas unggulan ( Untuk pernyataan ketujuh menunjukan siswa sangat setuju ) 8. Kelas unggulan dapat dengan mudah terjun di masyarakat ( untuk pernyataan kedelapan menunjukan siswa tidak setuju ) 9. Lulusan dari sekolah yang memiliki kelas unggulan dipastikan mendapat pekerjaan yang mapan (respon untuk penyataan kesembilan menunjukan siswa tidak setuju) 10. Siswa dari kelas unggulan memiliki kualitas lebih jauh baik dibandingkan dengan siswa/i reguler ( untuk pernyataan kesepuluh menunjukan siswa tidak setuju ) 11. Setujukah anda dengan adanya kelas unggulan ( untuk pernyataan kesebelas menunjukan siswa tidak setuju )

1.4.2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1.

2. a.

Pengelompokan Siswa Menurut Prof. Suyanto Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Sebagai berikut : Pengelompokan siswa secara homogen berdasarkan kemampuan akademik menjadi kelas super baik, amat baik, baik, sedang, kurang, sampai ke kelas gombal , tidak memiliki dasar filosofi yang benar. Stigmatisasi pada siswa di kelas gombal. Mereka akan kehilangan rasa percaya diri. Siswa yang masuk dalam kategori kelas super baik memiliki kecerdasan arogan, elitis dan eksklusif. Di kelas super baik, guru bisa tampil penuh gairah karena munculnya fenomena positive hallow efect terhadap anak-anak berotak brilian. Di kelas gombal guru cenderung masa bodo akibat munculnya fenomena positive hallow efect terhadap kelompok sswa yang berotak pas-pasan. Akan terjadi proses dehumanisasi secara sistematik di sekolah, karena tidak mencerminkan kehidupan masyarakat yang bercorak heterogen. Menurut Prof. Like Wilardjo Fisikawan dari UKSW Anak - anak berbakat dan berotak cemerlang perlu mendapatkan perhatian khusus agar mereka dapat menumbuhkembangkan talenta dan kecerdasannya. Jika anak-anak berbakat dijadikan satu dengan anak-anak yang lamban, mereka akan kehilangan semangat belajar karena jauh dengan proses pembelajaran yang lamban. Anak-anak yang kurang pandai akan mengalami kerepotan jika dibiarkan bersaing dengan siswa-siswa pintar. Kelas heterogen justru akan mempersubur mediokritas, dimana anak-anak cemerlang tidak bisa mengembangkan talenta dan kecerdasannya, mengalami stignasi dan pemandulan intelektual. Sementara anak-anak lamban hanya jalan ditempat

b. c. 1. 2.

1. 2. 3. a. 1. 2. 3. 4. b.

Kekhawatiran bahwa siswa yang masuk dalam kelas gombal akan dihinggapi rasa minder dianggap terlalu berlebihan, karena baru berdasarkan asumsi yang belum diuji kebenarannya. Pengelompokan siswa lamban didalam kelas terdiri seperti halnya yang terjadi di Inggris justru diyakini dapat memudahkan penanganannya secara khusus. Menurut Prof. Conny R semiawan (1992) Perlunya pengembangan kurikulum berdiferensiasi, dimana peserta didik yang berkemampuan unggul perlu mendapatkan perhatian khusus. Kurikulum berdiferensiasi dapat mewujudkan seseorang sesuai dengan kemampuan yang ada padanya, dapat menghadapi masalah dan kompleksitas kehidupan yang berubah akibat peningkatan teknologi dan perubahan nilai-nilai sosio-kultural. Menurut Susan Albert Mohrman (et. al. School Baset Management : Organizing for High Performance, San Fransisco, 1994 h 81 ): Sebuah sekolah unggulan itu sendiri kurang tepat, karena unggul menyiratkan adanya superprioritas dibanding dengan yang lain. Kata unggulan (excellent) menunjukan adanya kesombongan intelektual yang sengaja ditanamkan di lingkungan sekolah. Di Negara maju untuk menunjukan sekolah baik tidak menggunakan kata unggul (excellent) melainkan effective, develop, accelerate, dan assential (DP) pada komponen kurikulum ada peningkatan kualitas dalam : Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran di kelas unggulan mengalami peningkatan diantaranya : Pembelajaran dengan menggunakan modul yang berorientasi pada kemandirian belajar bagi peserta didik. Sehingga menuntut kesiapan guru dalam menyusun modul pembelajaran sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Optimalisasi dalam penggunaan media dan sarana pembelajaran seperti : OHP, LCD Prijector, Audio Visual, Laboratorium IPA dan Laboratorium Bahasa. Guru dituntut menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Penerapan akademik dan non-akademik. Kemampuan Akademik dan Non Akademik Selain KBM, bimbingan belajar diberikan secara terprogram yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa sehingga nilai ulangan atau ujian bisa meningkat, bisa dipersiapkan dalam lomba-lomba, dan dapat bersaing untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri.

2.5 DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF TERHADAP KELAS UNGGULAN A. Dampak Positif 1. Siswa-siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan semakin tinggi lagi tingkat kecerdasannya. 2. Akan terbiasa dengan hal-hal yang sulit. 3. Disiplin dan bersikap kritis. 4. Mendapatkan pergaulan yang baik.

5. Siswa-siswa yang mempunyai otak yang cerdas memang sudah selayaknya mendapat perhatian khusus agar mereka dapat mengembangkan kemampuannya lebih dalam lagi. B. Dampak Negatif 1. Siswa-siswa yang dibedakan dalam pengelompokan kelas akan merasa dirinya direndahkan dan diacuhkan, termasuk kepada kelas yang kurang. 2. Siswa-siswa yang masuk kedalam kelas kelas super baik akan merasa bahwa dirinya paling istimewa dan tinggi. 3. Akan ada terjadinya kesenjangan sosial antara kelas yang super baik dan yang kurang. 4. Siswa-siswa yang tidak masuk kelas unggulan akan mengalami kurangnya rasa percaya diri. 5. Timbulnya perbedaan-perbedaan yang sangat menonjol. 2.6 SOLUSI Solusi dalam penanganan kelas unggulan diantaranya : 1. Kesiapan yang lebih matang dari phak sekolah dalam upaya penanganan kelas unggulan. 2. Peningkatan kualitas sekolah 3. Peningkatan SDM baik peserta didik maupun tenaga pendidik.

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Kelas Unggulan yang ada di SMA Negeri 1 Curug merupakan inovasi yang diharapkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan. Kelas unggulan adalah sejumlah siswa yang karena prestasinya menonjol (di atas normal), dikelompokan kedalam kelas tertentu. Kemudian diberi program pengajaran dengan kurikulum yang berlaku, ditambah pendalaman materi secara khusus maliputi mata pelajaran Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris, dengan standar prestasi melalui sistem evaluasi tertentu.

Siswa kelas unggulan adalah siswa yang terpilih melalui seleksi khusus. Selanjutnya penerimaan murid direkrut dari murid lainnya yang memenuhi syarat standar kemampuan minimal sebagai siswa kelas unggulan dan memiliki kecerdasan diatas rata-rata normal. Guru pada kelas unggulan terdiri dari guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru khusus kelas unggulan atau instruktur keterampilan. Guru-guru tersebut direkrut dari guru-guru yang memiliki persyaratan tertentu. Kelas unggulan dapat berimplikasi terhadap kualitas lembaga pendidikan terutama pada komponen : kurikulum, peserta didik, ketenagaan, dan sarana atau prasarana.

3.2 SARAN SARAN Dalam rangka merintis kelas unggulan di SMA Negeri 1 Curug untuk meningkatkan pembelajaran siswa dan kualitas pendidikan penulis menyajikan beberapa saran. Adapun saran-saran yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Diharapkan program kelas unggulan yang ada di SMA negeri 1 Curug dapat didukung semua pihak agar kualitas pendidikan di SMA Negeri 1 Curug meningkat. b. Diharapkan inovasi yang ada di SMA Negeri 1 Curug dapat menjadi inspirasi dan motivasi khususnya bagi lembaga pendidikan Negeri untuk meningkatkan kualitasnya. c. Lebih ditingkatkan segala komponen pendukungnya, baik dari fasilitas, SDM dan Lain-lain.

d. Sistem pembelajaran yang sesuai dengan kriteria kelas unggulan agar output dari kelas unggulan tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA (http://www.smapgri1bekasi.sch.id) (http://www.mtsnsumpa.sch.id) (www.wordpress.com) (http://www.sdnsukasari4tng.sch.id)

You might also like