You are on page 1of 6

Daur Ulang Limbah Organik (Pengomposan)

Pengomposan merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung dalam sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga dan sebagainya) dengan perlakuan khusus (pelapukan secara alami). Hasil pengomposan inilah yang biasa disebut sebagai pupuk kompos. Di lingkungan alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput dedaunan, dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena kerjasama antara mikroorganisme dan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, hingga menghasilkan kompos yang berkualitas baik, dalam jangka waktu tidak terlalu lama. Sebab jika sewaktu-waktu kompos tersebut kita perlukan segera, kita tidak mungkin menunggu kompos dari hasil proses ala yang membutuhkan jangka waktu agak lama itu. Fungsi Kompos : 1. Soil Conditioner; berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, terutama bagi tanah kering dan ladang 2. Meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air (increase soil water holding capacity) 3. Soil Ameliorator; berfungsi mempertinggi kemampuan pertukaran kation (KPK) baik pada tanah ladang maupun tanah sawah dan lain-lain. Kompos dan Kesuburan Tanah Salah satu unsur pembentuk tanah adalah bahan organis. Jadi jelaslah betapa pentingnya penambahan bahan organis kedalam tanah. Seperti telah diketahui, bahan organis terentuk dari sisa tanaman, hewan atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil yang berupa bakteri jamur, ganggang, hewan ber-sel satu maupun banyak sel. Sisa hewan dan tumbuh-tumbuhan ini sebelum menjadi bahan organis, akan mengalami proses perubahan lebih dahulu. Sebelum mengalami proses perubahan, sisa hewan dan tumbuhan ini tidak berguna bagi tanaman, karena unsur hara terikat dalam bentuk yang tidak dapat diserap oleh tanaman. Oleh sebab itu, perlu dikomposkan. Selama proses perubahan dan peruraian bahan organis, unsur hara makanan akan bebas menjadi bentuk yang larut dan dapat diserap tanaman.

Bahan organis yang telah terkompos dengan baik, bukan hanya memperkaya bahan makanan tanaman tetapi terutama berperanan besar terhadap perbaikan sifat-sifat tanah, seperti :

mengembailkan kesuburan tanah mellui perbaikan sifat-sifat tanah baik fisik, kemis maupun biologis mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur nitrogen oleh tanaman karena telah diadakan perlakuan khusus sebelumnya

mencegah infeksi yang disebabkan oleh biji-biji tumbuhan pengganggu dapat disediakan secara mudah, murah dan relatif cepat bahan organis pada kompos memperbesar daya ikat tanah yang berpasir, sehingga tidak mudah longsor memperbaiki struktur tanah lempung bahan organis dalam tanah akan mempertinggi kemampuan pengikatan unsur hara dan penampungan air, sehingga tanah dapat lebih banyak menyediakan air serta makanan bagi tanaman dan dapat mencegah timbulnya banjir memperbaiki drainage dan tata udara tanah, terutama paa tanah berat. Dengan tata udara tanah yang baik dan kandungan air yang cukup tinggi, maka suhu udara akan lebih stabil.

Maksud Pembuatan Kompos Mengapa penggunaan kompos begitu penting ?. Ada beberapa alasan yang perlu dikemukakan, yaitu melengkapi kebutuhan bahan organis dari pupuk lain (pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kimia dan sebagainya). Pertimbangan lain penggunaan kompos, adalah mengingat pemakaian pupuk buatan/kimia memakan biaya besar. Pupuk buatan dapat dihanyutkan air atau menguap ke udara. Tetapi jika kita campur pupuk buatan tersebut dengan sisa tumbuhan atau bahan baku lain yang dikompos, maka pupuk buatan tersebut tidak akan mudah dihanyutkan hujan atau menguap ke udara. Beberapa petani yang telah berhasil mengatakan bahwa satu sak pupuk buatan dicampur kompos lebih baik dari pada tiga sak pupuk butan tanpa dicampur kompos. Pupuk buatan yang dicampur kompos menjadi kompos menjadi pupuk organis yang diperkaya. Penggalakan penggunaan kompos, dapat juga dimanfaatkan dari persediaan bahanbahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (jerami, sampah kota dan lain-lain) dalam jumlah banyak. Lalu bagaimana caranya ?. Telah diketahui bahwa C/N tanah-tanah pertanian : 10 12. Maka bahan organis yang akan digunakan sebagai pupuk, sebaiknya mempunyai perbandingan C/N yang mendekati C/N tanah. Sedang sisa-sisa tanaman yang masih segar pada umumnya C/N nya tinggi, jadi belum bisa langsung digunakan sebagai kompos.

Daftar Perbandingan C/N dari berbagai tumbuh-tumbuhan : Jenis Tumbuh tumbuhan / materi C/N Rasio

kayu (tergantung pd macam & umurnya) + 200 400 jerami padi 50 70 batang jagung 100 daun-daun kering (tergantung macamnya) 50 lebih kulit buah kapuk 50 bahan-bahan pupuk-hijau yang tidak terlalu tua & yg besar 20 daun-daun segar (tergantung pd macamnya) 10 20 kulit buah kopi 15 20 sisa pemangkasan, cabang pohon (tergantung macam & umurnya) 15 60 sisa pemangkasan pohon teh 15 17 salvia 17

daun dadap muda daun tephrosia yang muda bungkil biji kapuk bungkil biji kacang

11 11 10 7

Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah, tentu dapat dengan langsung digunakan. Tetapi sebelum digunakan sebagai pupuk, sebaiknya dikomposkan dahulu. Ini supaya C/N nya menjadi lebih rendah atau mendekati C/N tanah. Jadi pembuatan kompos ialah menumpukkan bahan-bahan organik dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah sebelum digunakan sebagai pupuk. Syarat-syarat Keberhasilan Pembuatan Kompos :

A. Susunan Bahan Mentah


Sampai pada batas tertentu, semakin kecil ukuran potongan bahan mentahnya, semakin cepat pula waktu pembusukannya. Ini karena semakin banyak permukaan yang tersedia bagi bakteri pembusuk untuk menyerang dan menghancurkan material-material tersebut. Untuk mempercepat proses pembusukan, kita dapat mencincang daun-daunan, ranting-ranting dan material organis lainnya dengan tangan.

B. Suhu dan Ketinggian Timbunan Kompos


Penjagaan panas sangat penting dalam pembuatan kompos. Dan satu faktor yang menentukan tingginya suhu adalah tinggi timbunan itu sendiri. Tinggi timbunan yang memenuhi syarat adalah sekitar 1,25 sampai 2 meter. Ini akan memenuhi penjagaan panas dan kebutuhan akan udara. Pada waktu proses pembusukan berlangsung, pada timbunan material yang tingginya 1,5 meter akan menurun sampai kira-kira setinggi 1 atau 1,25 meter.

C. Pengaruh Nitrogen ( N )
Timbunan yang ber-Nitrogen terlalu sedikit (zat yang dibutuhkan bakteri penghancur untuk berbiak) tidak akan menghasilkan panas untuk membusukkan material dengan cepat. Tetapi, kadar karbon/nitrogen (C/N) yang tinggi bisa menyebabkan timbunan itu membusuk pelan-pelan lewat kerja zat-zat organis suhu rendah (kebanyakan jamur)

D. Kelembaban
Timbunan kompos harus selalu lembab, tapi kita perlu menjaganya supaya tidak sampai becek. Karena kelebihan air akan mengkibatkan volume udara jadi berkurang. Semakin basah timbunan itu, makin sering pula kita harus mengaduknya untuk menjaga dan mencegah pembiakan bakteri an-aerobik.

E. Bak Penampungan
Bak penampungan berfungsi sebagai menampung bahan kompos untuk diproses sekaligus untuk membolak-balik agar tercampur dan proses pembusukan

berlangsung merata.

F. Pengadukan
Tujuan dari proses pengadukan kompos : memasukkan sejumlah oksigen untuk tetap berlangsungnya proses pembusukan mengeringkan bahan apabila timbunan terlampau basah, mencegah timbulnya bakteri an-aerobik untuk menyusun kembali bahan yang sedang dalam proses pembusukan. Bagian luar yang kurang busuk kita pindah ketengah timbunan hingga bakteri suhu tinggi akan mulai bekerja lagi. Timbunan akan kembali menjadi panas dengan lebih cepat, dan ketika suhu menurun lagi, proses pengomposan telah selesai dan kompos siap dipakai.

Daur Ulang Limbah Organik dengan Teknologi Effective Microorganisms


Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/1967937-daur-ulanglimbah-organik-dengan/#ixzz1Nih90rdV Pencemaran lingkungan perkotaan salah satunya disebabkan oleh limbah organik yang tidak terurai sempurna sehinggga menyebarkan bau busuk ,gas beracun, hama dan penyakit. Untuk menanggulangi masalah ini, diperlukan biaya yang tidak sedikit antara lain : biaya pengolahan, biaya transportasi, biaya tenaga kerja, biaya sarana dan prasarana dan juga biaya untuk tenaga konsultan yang sangat memusingkan bagi pemerintah setempat. Semakin padat pemukiman suatu tempat, akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan yang berakibat pada semakin tinggi pencemaran lingkungan di tempat itu. Mengingat presentasi limbah organik yang tinggi dari seluruh sampah yang dihasilkan yaitu kira-kira 70 % dari keseluruhan , maka pada tulisan ini terfokus pada penanganan limbah organik. Setiap harinya ribuan ton bahan organik yang merupakan bahan pangan yang dikirim ke kota yang berasal dari daerah pertanian untuk dikonsumsi masyarakat kota. Penggunaan bahan organik tersebut menghasilkan limbah berupa, tinja , air kotor, limbah rumah tangga dan limbah kota yang terus ditumpuk di suatu tempat yang biasa disebut Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ). Dengan ini diusulkan suatu teknologi untuk mendaur ulang limbah tersebut.

Dalam hal ini teknologi yang diusulkan adalah teknologi effective microoragnisms ( EM ). Di daerah pertanian, justru terjadi kekurangan bahan organik karena sebagian besar sudah dikirim ke kota, Bahan organik yang tersisa cenderung dimanfatkan sebagai sumber energi untuk dapur, industri rumah batu bata dan industri rumah tangga lainnya. Di sentra peternakan, limbah organik berupa kotoran ternak diupayakan untuk dijual secepatnya dengan harga murah ke daerah pertanian yang membutuhkan pupuk organik Sedikit sekali nilai tambah yang diperoleh peternak dari limbah tersebut. Semua ini terjadi karena petani dan peternak belum memanfaatkan teknolgi pengolahan limbah tersebut. Limbah organik berasal dari beberapa sumber yaitu anatara lain : dapur/rumah tangga, pasar, rumah/sakit, perumahan, pertokoan / perkantoran, hotel / restoran, pertanian, peternakan / rumah potong, pengolahan hasil pertanian / peternakan dan sampah kota. Selama ini metode yang digunakan untuk mengolah aneka limbah oganik tersebut adalah dengan cara membusukkan limbah tersebut untuk mendapatkan kompos. Pada proses ini, akan ada energi organik yang terbuang dalam bentuk panas dan gas ( hidrogen sulfida, amonia merkaptan dan gas beracun lainnya ). Polusi yang terjadi mencakup udara, tanah dan air yang terjadi dari proses pembusukan bahan organik, karena aktifitas dari mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi hewan dan manusia seperti : Salmonella, Escherischia coli dll. Pencemaran secara kimia terjadi karena pelepasan ion negatif dari proses pembusukan yang membentuk gas-gas dan senyawa beracun. Proses pembusukan organik berlangsung 2 3 bulan. Proses ini bisa berlangsung lebih lambat karena penambahan bahan organik secara terus menerus serta tidak adanya peran mikroorganisme fermentasi. Itulah sebabnya mengapa di tempat pembuangan gas busuk secara terus menerus dihasilkan dalam radius 5 km Cara yang umum digunakan di perkotaan sekarang ini adalah dengan cara menumpuk sampah sampai dengan ketebalan ketebalan tertentu kemudian diurug dengan tanah yang biasa disebut dengan land fill system Cara ini pertama kali dikembangkan oleh Depatemen Kesehatan Amerika Serikat dan sampai sekarang masih dilakukan. Metode land fill system sampai saat ini masih merupakan cara yang diunggulkan, sekalipun hanya dapat mengurangi bau kurang dari 40 %. Dan masalah ini tidak akan pernah tuntas mengingat bau adalah gas yang bersifat ringan dan segera mengisi ruang. Penguraian limbah organik melalui proses fermentasi adalah cara yang tepat untuk dapat mengatasi masalah bau, dan masalah-masaah lingkungan seperti polusi udara, air dan tanah . Pada proses ini aroma yang tercium adalah asam manis bau khas fermentasi. Teknologi fermentsi bahan organik yang diperkenalkan di sini adalah Teknologi Effective Microorganisms ( EM ) oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyu Jepang. Teknologi ini mengembangkan 80 jenis mikroorganisme yang bermanfaat untuk memfermentasikan bahan organik serta menggunakan panas dan gas hasil dari proses pembusukan sebagai sumber energi. Proses fermentasi mulai berlangsung dengan cara yang sederhana, diinokulasikan dengan cara disemprotkan ke bahan organik atau tumpukan sampah tersebut dan disemprotkan

Dalam proses ini, pembentukan gas (bau busuk ) dan panas dapat ditekan atau dihilangkan sama sekali. Manfaat langsung dari proses ini adalah : berkurangnya bau busuk dan panas; berkurangnya hama seperti lalat dan penyakit yang ditimbulkan; tumpukan sampah cepat berkurang, sehingga daya tampung sampah dalm lubang dapat bertambah 30%; lapisan tanah urugan berkurang karena masalah bau teratasi; masalah lingkungan dan kesehatan pekerja dan pemulung dapat teratasi. Fermentasi bahan organik terjadi bila bahan EM dinokulasikan ke dalam larutan gula dengan dosis 0.1-1% ke dalam tumpukan sampah setiap minggu sekali, dilakukan dengan cara menyemprot dengan mesin atau pompa. Untuk memfermentasikan 1 ton limbah organik, diperlukan 1 liter EM dan 1 liter gula atau molas. Agar lebih hemat, dapat difermentasikan lebih dulu larutan molas dengan cara mencampurkan 1 liter EM dan 1 liter molas ke dalam 20 liter air kemudian tutup rapat dalam tangki selama 1 minggu. Larutan ini biasanya disebut Fermentasi Molas ( FM ). Fermentasi Molas dapat disemprotkan ke dalam tumpukan sampah dengan kelarutan 0.1 % Idealnya pada tahap awal yaitu di tingkat rumah tangga, sudah dilakukan pemisahan sampah organik dan anorganik, dengan demikian proses fermentasi di Tempat Pembuangan Akhir lebih mudah dan proses berjalan sempurna. Untuk membudayakan kebiasaan masyarakat memilah-milah limbah organik ini, tentunya perlu proses panjang disamping itu perlu dipertegas lagi dengan peraturan dari pemerintah. Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/1967937-daur-ulanglimbah-organik-dengan/#ixzz1Nih2FaNV. http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/09/cara-cara-pengolahan-sampah-organik.html 1. Yang termasuk sampah Organik - Daun - Sayuran - Nasi - Buah-buahan - Rumput 2. Pengolahan Kompos 20 liter air 1 kg gula pasir 1-2 liter susu sapi EM-4 1 botol 3. Cara Pengolahannya Campurkan air dan gula pasir, diaduk sampai merata, lalu tambahkan susu diaduk sampai berbuih. Setelah itu tambahkan I botol EM-4 kemudian diaduk. Lalu diamkan sambil tempat pengadukan ditutup . Lalu setiap 12 jam diaduk kembali selama +/- 15 menit, sampai berbuih. Ulangi sampai 4 hari.

You might also like