You are on page 1of 4

Arah Dan Kebijakan Pemerintah Tentang Madrasah

Kebijakan pemerintah meningkatkan mutu madrasah ternyata belum final. Puluhan bahkan ratusan, mungkin juga sudah ribuan kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendongkrak mutu madrasah. Pengelolah madrasahpun tidak ketinggalan melakukan inovasi untuk meningkatkan mutu input dan output madrasah. Meskipun demikian, peningkatan mutu madrasah masih kurang memuaskan. Walaupun ada juga beberapa madrasah yang mutunya setingkat dengan sekolah-sekolah dilingkungan Diknas. Namun madrasah yang seperti itu, jumlahnya masih sedikit dan belum representatif. Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi mutu madrasah adalah mutu guru. Guru merupakan profesi yang memegang peranan cukup besar dalam dunia pendidikan. Keberhasilan pendidikan di suatu madrasah tidak terlepas dari peranan guru. Tinggi rendahnya mutu pendidikan dimadrasah berkorelasi positif dengan tinggi rendahnya mutu guru. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dan pengelola madrasah yang terkait dengan peningkatan mutu guru harus diutamakan. Kesejahteraan guru dimadrasah, baik guru PNS maupun non PNS, dewasa ini mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Gajinya dinaikkan, tunjangan fungsional juga dinaikan. Tidak lama lagi guru-guru swata akan mendapatkan tunjangan dari pemerintah. Apalagi bagi yang lulus sertifikasi, ia akan mendapat tunjangan sebesar satu kali gaji. Sehingga tidak berlebihan bila belakangan ini banyak yang berkeinginan menjadi guru. Setelah sekian lama profesi ini sepi dari peminat yang berbakat. Karena mereka kuatir tidak punyak masa depan yang cerah hidup menjadi guru dengan gaji yang kecil. Setelah kesejahteraan guru diperhatikan, pertanyaan yang muncul kemudian, jika gaji dan tunjagan para guru naik, apa ada jaminan mutu pendidikan akan naik? Seberapa besar signifikansinya? Mungkinkah bila gaji dan tunjagan guru naik, maka ia akan lebih profesional? Semoga saja ketika gaji dan tunjangan guru dinaikan, kinerjanya lebih profesional dan mutu pendidikan naik. Kita tentu senang sekali gaji dan tunjangan guru naik. Namun sangat disayangkan bila tidak bisa merubah perilaku guru. Kurikulumya sudah ditetapkan KTSP, tetapi cara mengajar dan mengevaluasi tetap cara lama.Tidak ada kreatifitas yang menunjukkan suatu kemajuan setelah gaji dan tunjagan naik. Dan ironis sekali bila pemerintah sudah terlanjur banyak mengeluarkan biaya, tetapi profesionalme guru belum juga terwujud. Memang tidak mudah menjadi guru yang profesional. Tetapi bukan berarti tidak bisa diraih. Selagi ada kemauan belajar untuk menguasi materi, metode, cara mengevaluasi, membuka diri untuk menerima hal-hal baru, dan mencoba menerapkan dalam pembelajaran dikelas, lambat laun kita akan menjadi guru

yang berkarakter. Yaitu guru yang profesional. Oleh karena itu, pemberdayaan guru adalah suatu keharusan. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan wadah yang cocok untuk pemberdayaaan guru. MGMP adalah forum guru mata pelajaran yang berada pada tingkat kabupaten/ kota/ kecamatan/ madrasah. Anggaotanya semua guru mata pelajaran yang berstatus PNS dan non PNS. Berasal dari semua madrasah baik yang negeri maupun swasta. MGMP sebagai wadah profesi guru prinsip kerjanya dari, oleh, dan untuk guru. Berdasarkan prinsip kerja, mati hidupnya kegiatan MGMP tergantung dari anggoatanya. Kegiatan MGMP semarak bila anggoatanya aktif menggelar banyak kegiatan. Akan tetapi bila kesadaran anggoatanya kurang, MGMP di suatu kabupaten/ kota/ kecamatan/ madrasah hanya tinggal nama. Mungkin hanya satu tahun satu kali ada kegiatan MGMP di kabupaten untuk lingkungan madrasah. Kegiatan itu baru terselenggara ketika ada proyek. Jika tidak ada, MGMP kembali fakum. Kadangkala MGMP kembali bergairah ketika ada suntikan dana dari pemerintah daerah melalui Diknas kabupaten. Itupun terjadi bila madrasah negeri, seperti MAN dan MTsN membuat proposal kegiatan MGMP satu tahun sebelumnya. Bila tidak mengajukan belum tentu mendapat kucuran dana. [1] Kebijakan Ditjen Bagais ke depan dalam kaitannya dengan Madrasah adalah memberdayakan madrasah melalui penerapan kebijakan School-based Management (Manajemen berbasis Madrasah). Inti dari kebijakan ini adalah membiarkan (memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada) madrasah untuk menentukan apa yang terbaik bagi madrasahnya dalam upaya menghasilkan lulusan yang berkualitas. Dalam hal ini fungsi pemerintah (Ditjen Bagais) adalah : 1. Menentukan standar minimal mutu lulusan yang harus dicapai oleh madrasah 2. Mengukur prestasi madrasah dalam upayanya membantu siswanya mencapai standar minimal mutu lulusan tersebut. 3. Membantu madrasah dalam upayanya untuk memberikan pendidikan yang terbaik kepada siswa agar para siswa tersebut dapat mencapai standar minimal mutu lulusan yang telah ditetapkan. Bantuan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: dengan membantu pengurus yayasan dan Kepala Madrasah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka di bidang kepemimpinan dan manajemen pendidikan sehingga mereka mampu memajukan madrasahnya dan meningkatkan kualitas lulusannya; membantu madrasah meningkatkan ketrampilan guru dalam mengajar; membantu madrasah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan menggali dan mengelola dana masyarakat, bantuan fisik (sedikit), dsb.

Dalam kebijakan Manajemen Berbasis Madrasah ini, pemerintah hanya menentukan tujuan yang harus dicapai oleh madrasah (yakni membuat lulusannya memenuhi standar minimal mutu lulusan) dan memberi kebebasan (wewenang atau tanggung jawab) untuk menentukan sendiri, sesuai dengan kondisi dan situasi madrasahnya, bagaimana madrasah tersebut akan mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan pola kebijakan ini, madrasahlah yang akan menentukan kurikulum atau silabus (GBPP) yang akan dipakai di madrasahnya serta proses belajar mengajar yang akan diterapkan di madrasahnya. Pemerintah hanya akan menagih hasilnya yang berupa mutu lulusan sesuai standar minimal yang telah ditetapkan. Penerapan kebijakan ini berakibat berubahnya pola hubungan antara pemerintah (Ditjen Bagais) dengan madrasah, dari pola di mana pemerintah lebih dominan menjadi pola di mana madrasah itu sendirilah yang lebih dominan dalam menentukan bagaimana meningkatkan mutu madrasah. Seperti disebutkan di atas, dalam pola baru ini, pemerintah menempatkan diri pada posisi membantu madrasah mencapai tujuannya, yaitu meningkatkan mutu lulusannya sehingga mencapai standar minimal mutu yang ditetapkan secara nasional. Pemberdayaan berarti pemberian kemampuan. Untuk ini Ditjen Bagais akan melakukan langkah-langkah berikut guna mensukseskan program pemberdayaan ini: 1. Merumuskan secara jelas kebijakan Manajemen Berbasis Madrasah ini. Hal ini perlu dilakukan agar semua fihak yang terkait dengan madrasah mempunyai gambaran dan pemahaman yang sama mengenai kebijakan ini. Ini mungkin akan berupa sebuah Buku Pedoman Peneapan Kebijakan Manajemen Berbasis Madrasah yang meliputi dasar pemikiran mengapa kebijakan ini perlu diterapkan, sasaran yang ingin dicapai dengan diterapkannya kebijakan ini, indikator ketercapaian sasaran tersebut, standar minimal mutu lulusan madrasah dan indikatornya, penegasan tentang mana tanggung jawab dan wewenang pemerintah (Ditjen Bagais) dan mana tanggung jawab dan wewenang madrasah dalam upaya membantu siswa mencapai standar minimal mutu tersebut, serta langkahlangkah apa yang akan dilakukan pemerintah (Ditjen Bagais) untuk membantu madrasah mencapai tujuan pendidikannya. 2. Mensosialisasikan kebijakan yang telah dituangkan dalam Buku Pedoman tersebut untuk menyamakan gambaran dan pemahaman fihak-fihak yang terkait dengan madrasah serta menyatukan (mensinkronkan) langkah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Sosialisasi ini juga bermanfaat untuk mendapatkan tanggapan dan masukan (umpan balik) dari fihakfihak yang terkait itu guna menyesuaikan kebijakan itu dengan keadaan di lapangan. 3. Mengevaluasi pelaksanaan kebijakan itu di lapangan dan melakukan penyesuaian-penyesuaian serta penyempurnaan-penyempurnaan guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi kebijakan tersebut.[2]

[1] http://pgmkabsukabumi.blogspot.com/2009/09/meningkatkan-mutu-madrasahmelalui.html [2] http://www.pendidikanislam.net/index.php/makalah/41-makalah-tertulis/277peningkatan-mutu-madrasah

You might also like