You are on page 1of 3

TUMOR CAVUM NASAL

Tumor hidung merupakan tumor yang berada di rongga yang dibatasi oleh tulang-tulang wajah yang merupakan daerah yang terlindung sehingga tumor yang timbul di daerah ini sulit diketahui secara dini. Tumor ganas hidung bagian dalam jarang terjadi. Tumor yang paling sering ditemukan adalah sinoma sel skuamosa, yang terjadi pada pertemuan septum nasi dan tepi mukokutaneus tepi belakang kolumela. Keganasan ini lebih banyak terjadi pada kelompok penderita pria perokok. Metastasis ke leher jarang kecuali pada tumor yang sangat besar atau jika bibir bagian atas terkena oleh perluasan langsung. Berbagai faktor diajukan sebagai etiologi keganasan di hidung. Setelah terpapar bahanbahan karsinogen diperlukan waktu laten kurang lebih 20-30 tahun untuk dapat berkembang menjadi keganasan. Lebih dari 44% keganasan di hidung menunjukkan adanya paparan karsinogen industri maupun rumah tangga, seperti nikel, kromium, larutan isopropil, gas hidrokarbon, dan debu serat organik. Bahan-bahan kimia ini banyak terdapat pada industi kayu, kulit dan tekstil. Gejala tergantung dari asal primer tumor serta arah dan perluasannya. Gejala timbul setelah tumor besar, mendorong atau timbul setelah tumor besar, mendorong atau menembus dinding tulang meluas ke rongga hidung, rongga mulut, pipi atau orbita. gejala dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Gejala nasal. Gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rinore. Sekretnya sering bercampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang besar dapat mendesak tulang hidung sehingga terjadi deformitas hidung. Khas pada tumor ganas ingusnya berbau karena mengandung jaringan nekrotik. 2. Gejala orbital. Perluasan tumor ke arah orbita menimbulkan gejala diplopia, proptosis atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora. 3. Gejala oral. Perluasan tumor ke rongga mulut menyebabkan penonjolan atau ulkus di palatum atau di prosesus alveolaris. Pasien mengeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi geligi goyah. Sering kali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri di gigi, tetapi tidak sembuh meskipun gigi yang sakit telah dicabut. 4. Gejala fasial. Perluasan tumor ke depan akan menyebabkan penonjolan pipi. Disertai nyeri, anestesia atau parestesia muka jika mengenai nervus trigeminus.

5. Gejala intraKranial. Perluasan tumor ke intrakranial akan menyebabkan sakit kepala hebat, oftalmoplegia, dan gangguan visus. Dapat disertai likuorea, yaitu cairan otak yang keluar melalui hidung. Jika perluasan sampe ke fossa kranii media maka saraf-saraf kranial lainnya juga terkena. Jika tumor meluas ke belakang, terjadi trismus akibat terkenanya muskulus pterigoideus disertai anestesia dan parestesi daerah yang dipersarafi nervus maksillaris dan mandibularis.

Diagnosis tumor hidung dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis secara lengkap dan menyeluruh, Pemeriksaan fisik THT harus seteliti mungkin dengan penerangan yang cukup, baik dengan alat-alat konvensional maupun dengan endoskopi. Adanya asimetri wajah atau proptosis dapat disebabkan oleh pertumbuhan atau desakan tumor di hidung. Adanya massa di rongga hidung, harus dideskripsikan dengan lengkap baik warna, permukaan, konsistensi, rapuh/tidak, mudah berdarah serta perluasannya. Jika dinding lateral kavum nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus maksila. Pemeriksaan rongga mulut harus dilakukan apakah ada massa tumor di palatum atau sulkus gingivobukalis, bila perlu digunakan sarung tangan untuk meraba apakah terdapat destruksi tulang palatum, penonjolan atau gigi yang goyah. Pemeriksaan nasofaring dilakukan untuk mengetahui adanya massa tumor yang berasal dari sinus sfenoid atau perluasan tumor hidung ke posterior. Pemeriksaan lain yang harus dilakukan adalah, pemeriksaan telinga, adakah otitis media atau tuli konduktif akibat masa tumor yang menutup tuba Eustachius, pemeriksaan visus dan gerakan bolamata, pemeriksaan saraf perifer dan pemeriksaan kelenjar getah bening leher walaupun keganasan di hidung jarang bermetastasis ke kelenjar getah bening regional. Tumor yang tidak biasa yang terjadi pada segi superior hidung atau kubah hidung pada konka media dan superior adalah adenokarsinoma papiler. Lebih sering terjadi pada pria, hal ini dihubungkan dengan pekerjaan industri tertentu. Estesioneuroblastoma adalah tumor ganas elemen penunjang epitel olfaktorius yang jarang terjadi. Tumor ini tumbuhnya lambat dan mampu bermetastasis ke paru-paru dan servikal. Akhirnya mengikis ke dalam kranium anterior melalui lempeng kribriformis. Gejala-gejala dini adalah epistaksis dan obstruksi hidung. Papiloma terbalik merupakan tumor hidung yang tidak biasa yang tampak sebagai lesi polipoid yang tampak gemuk. Walaupun tidak ganas, angka kekambuhan lebih dari 40 persen

jika tidak dieksisi dengan sempurna atau luas. Tumor ini 80 persen terjadi pada dinding lateral hidung pada daerah meatus media. Walaupun tidak mengalami degenerasi ganas, pada 5 persen kasus dapat disertai daerah keganasan dalam massa jaringan. Oleh karena itu, pemeriksaan yang sempurna dari seluruh sampel diserahkan untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh ahli patologi. Pemeriksaan radiologi dapat berupa foto polos kepala (posisi Waters, PA, atau lateral), tomografi komputer (CT Scan) atau MRI. Pada lebih dari 60% kasus, adanya destruksi tulang dapat terlihat pada foto polos, tetapi adanya invasi tumor ke jaringan lunak kurang jelas terlihat. CT Scan dan MRI dapat mengisi kekurangan pada foto polos, karena dengan jelas dapat terlihat adanya destruksi tulang, besar dan perluasan tumor primer ke jaringan lunak, sehingga derajat invasi tumor tergambarkan. Setiap keganasan hidung harus dilakukan biopsi untuk menegakkan diagnosis yang definitif dan merencanakan pengobatan. Pada umumnya pasien datang sudah dalam stadium lanjut dan tumor sudah terdapat di rongga hidung bahkan sudah menginfiltrasi kulit. Pembedahan pada keganasan hidung merupakan modalitas utama dan lebih sering bertujuan untuk pengobatan yang bersifat kuratif. Selain itu dapat juga dilakukan radioterapi dan kemoterapi. prognosis bertahan hidup selama 5 tahun mempunyai variasi luas antara 19 86%. Hasil pengobatan pada karsinoma yang masih dini sama dengan reseksi regional atau terapi radiasi. Karena masalah-masalah fungsi dan kosmetik yang sulit ditimbulkan oleh pembedahan, maka radiasi seringkali digunakan pada tumor-tumor yang terbatas. Tumor yang sudah lanjut membu reseksi pembedahan dan terapi radiasi.

You might also like