You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Pengertian Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2:2010), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada cirri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkahlangkah tertentu yang bersifat logis. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yang valid. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.untuk mendapatkan data yang langsun valid dalam penelitian sering sulit dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dapat diuji melalui pengujian reliabilitas dan obyektivitas. Pada umumnya kalau data itu reliabel dan obyektif, maka terdapat kecenderungan data tersebut akan valid. Data yang valid pasti reliabel dan obyektif. Reliabel berkenaan derajat konsistensi/keajegan data dalam interval tertentu. Sedangkan obyektivitas berkenaan dengan interpersonal agreement (kesepakatan antar banyak orang). Data yang reliabel belum tentu valid. Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono (3:2010), secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Peneluan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.

Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu. Memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah. Mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi. 1.2 Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Metode kuantitatif dinamakan metode trasional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai etode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scietific karena memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Jika dilihat dari pengertiannya, metode penelitian kuatitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitaif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 8:2010). Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Proses penelitian bersifat deduktif, diana untuk menjawab rumusan masalahdigunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian.data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang telah dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi dimana sampel tersebut diambil.

Metode

penelitian

kualitatif

dinamakan

sebagai

metode

baru

karena

popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivistik. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), juga disebut metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan dilapangan. Metode penelitian kualitatif adalah metode peneltian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi (Sugiyono,9:2010). Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tertentu. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksikan situasi sosial yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengupulan data secara gabungan/simultan. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan dan dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability. 1.3 Variabel Penelitian Menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono,2010:38) secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi

antara satu orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Menurut Kerlinger (dalam Sugiyono,2010:38) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari, suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values) sehingga merupakan suatu yang bervariasi. Selanjutnya Kidder (dalam Sugiyono,2010:38) menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Dari tiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macammacam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
a. Variabel independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). b. Variabel dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
c. Variabel

moderator:

variabel

yang

mempengaruhi

(memperkuat

dan

memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel moderator disebut juga sebagai variabel independen kedua. d. Variabel intervening: variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini erupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. e. Variabel kontrol: variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan peneliti, bila akan

f. melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. 1.4 Metode Penelitian Eksperimen Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danim, 2OO2 (http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-eksperimen/). Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimental, yaitu:
a. Variabel-veriabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur secara tertib ketat,

baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random (acak). b. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimental.
c. Penelitian

ini

memusatkan

diri

pada

pengontrolan

variansi,

untuk

memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalam kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
d. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan

penelitian eksperimental, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimental yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
e. Validitas

eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan

keterwakilan

penggeneralisasian pada kondisi yang sama. f. Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang

secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi. Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yaitu: Pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial Design, Quasi Experimental Design. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 1.1 berikut:
Pre-Eksperimental One-shot Case Studi One Group Petest-Posttest Intec-Group Comparison Posttest Only Control Design Prettest- Control Group Design Factorial Experimental Quasi Experimental Time- series Design Nonequivalet Ctroup Design

TrueEksperimental Macam-Macam Design Eksperimen

Gambar 1.1. Macam-macam Metode Eksperimen 1.5 Pengertian Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2010:80), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Menurut Sugiyono (2010:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 BELAJAR JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK Hovland dan rekan-rekannya telah berulang kali menemukan bahwa efek jangka panjang tidak hanya secara kuantitatif berbeda, tetapi juga secara kualitatif berbeda. efek jangka panjang jauh lebih baik daripada efek langsung pada sikap umum, walaupun lebih lemah untuk sikap tertentu (Campbell dan Stanley,1966:31). Menurut Hovland pembicara yang ragu tidak memiliki efek persuasive langsung, tetapi mungkin memiliki pengaruh yang signifikan beberapa bulan kemudian, kecuali pendengar diingatkan sumbernya (Campbell dan Stanley,1966:31). Temuan ini memperingatkan kita terhadap pengaturan evaluasi eksperimental dari metode mengajar dalam postes langsung atau langkah-langkah pada setiap titik waktu. Meskipun dalam pelaksanaan menghadapi masalah yang besar (dan ketidaknyamanan dengan jadwal sembilan bulan untuk S.3 disertasi), kita dapat merekomendasikan periode posttes seperti 1 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun termasuk dalam perencanaan penelitian. Dalam belajar jangka pendek, kemungkinan untuk memperoleh hasil yang signifikan tergantung dari kekuatan variabel perlakuan (the treatment variabel). Rangsangan yang kuat (seperti teknik pengkondisian instrumental (operant conditioning techniques) akan memberikan hasil yang lebih awal di dalam perlakuan. Rangsangan yang lemah cenderung untuk hilang dalam varians dari kesalahan lingkungan sekitarnya. Ketika tindakan posttes telah dinilai dan pemeriksaan skor yang akan dikumpulkan pula, studi tersebut tidak lain hanyalah masalah pembukuan. Tapi ketika O diperkenalkan oleh peneliti, Sebagian besar penulis merasa bahwa tindakan berulang posttest pada siswa yang sama akan lebih menyesatkan daripada pretest. Hal ini telah ditemukan menjadi kenyataan dalam penelitian tentang ingatan. Ketika kelompok Hovland seperti biasanya menggunakan pretest, mereka telah mempersiapkan kelompok control dan kelompok eksperimen yang terpisah untuk setiap waktu jeda pada posttestnya. Jadi maksudnya adalah setiap kelompok dilaksanakan pretestnya secara bersamaan akan tetapi untuk posttestnya diberikan waktu interval jeda untuk setiap kelompoknya secara berturut-turut.

Kelompok A : Kelompok B : Kelompok C : Kelompok D : Kelompok E :

T1 T1 T1 T1 T1

X X X X X

T2 T2 T2 T2 T2

Dengan menambahkan kelompok control dengan pola pretest dan posttest yang sama, tetapi tidak diberikan treatment/perlakuan, efek dari perlakuan akan dapat dinilai. Strategi ini sangat sesuai dimana faktor-faktor yang terlibat dan efek dari serangkaian tes dalam kelompok dapat diminimalkan. Kontrol total terhadap semua variabel mengarahkan kita pada desain yang lebih terperinci. 2.2 GENERALISASI DARI PENELITIAN PENEMUAN Jika kita berbicara tentang masalah generalisasi, tentu kita akan membahas mengenai masalah dari validitas eksternal. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju pada kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki (http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/03/pengertian-generalisasi/). Sedangkan untuk validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi, dapat atau tidaknya hasil penelitian digenaralisasikan atau diterapkan pada populasi tempat sampel diambil (http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/06/01/validitas-dan-reliabilitas/). Terdapat 3 hal yang patut dipertimbangkan guna meningkatkan generalisasi hasil penelitian, yakni: 1. Pemilihan subjek Pemilihan subjek penelitian yang tepat akan mampu meningkatkan generalisasi dari hasil penelitian. Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Tapi kadang-kadang masalah yang dihadapi dalam pemilihan subjek ini adalah jarangnya ada subjek yang mau diajak bekerjasama. Sebagai contoh adalah saat kita merencanakan penelitian di bidang pendidikan, peneliti kesulitan mencari sekolah untuk diajak bekerja sama dalam penelitian. Banyak sekolah yang menolak sehingga masuk akal kita menduga bahwa sekolah yang mau bekerjasama tentu tidak

akan mewakili sekolah pada umumnya. Akan terjadi bias pada sampel karena keinginan peneliti untuk menjamin kesesuaian dalam prosedur seleksi, sehingga menjamin generalisasi dari penemuannya untuk semua sekolah. Untuk mengatasi masalah tersebut ada beberapa solusi yang bisa dilakukan. Solusi pertama adalah adalah dengan memilih subjek secara random dari kelas maupun sekolah yang bervariasi, bukan mengambil seluruh kelas dari satu sekolah. Hal ini meminimalisasi dampak dari setiap sekolah yang diberikan dan memaksimalkan kesesuaian dari sampel. Strategi ini juga cenderung lebih ekonomis, tidak mencolok, lebih tidak mengganggu pada kelas dan mengurangi kelebihan pengujian (jika tes hanya melibatkan sampel). Solusi kedua adalah menggunakan banyak ruang kelas sebagai sebuah unit dan secara acak memilih kelas tersebut dari perwakilan dari sekolah yang akan menjadi generalisasi yang sesuai dari temuan. 2. Variasi dari sumber input atau sumber stimulus Berlawanan dengan gagasan umum tentang pentingnya replikasi atau pengulangan dari sumber rangsangan pada desain eksperimen (misalnya memberikan rekaman rangsangan yang persis sama kepada semua kelompok), variasi pada sumber rangsangan mungkin benar-benar meningkatkan generalisasi pada hasil penelitian. Hal ini terutama berlaku saat tugasnya adalah untuk berkomunikasi secara efektif pada titik utama dari pesan atau perlakuan kepada pengguna baru. Dengan adanya variasi pada sumber rangsangan, tetapi tetap menjaga komunikasi secara utuh, mampu untuk memperkuat pesan komunikasi yang dimaksud. Contoh lain dari prinsip ini adalah untuk setiap guru menggunakan semua perlakuan dalam desain penelitian, sehingga penyebaran semua ketidaksesuaian semua perlakuan khusus dan mencegah kekacauan dari setiap ketidaksesuaian tertentu dengan setiap perlakuan tertentu. Padahal desain ini mampu meningkatkan generalisasi pada hasil, seringkali tidak praktis karena beban jelas ada pada guru yang berpartisipasi. 3. Masalah observasi Dalam melakukan observasi, menggunakan lebih dari satu aspek atau kriteria dalam mengukur hasil penelitian memiliki arti sederhana seleksi

terhadap lebih dari satu variabel dependen contohnya seperti pencapaian ditambah sikap ditambah transfer ke proses baru. Jika tidak ada perbedaan yang diperoleh pada satu kriteria, perbedaan pada yang lainnya mungkin membuktikan kesamaan harga dan relevan. Menggunakan lebih dari satu kriteria ini disebut dengan triangulasi. Triangulasi adalah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data. 2.3 LIMA POIN TENTANG DESAIN PENELITIAN Dilihat dari pengertiannya, menurut Lincoln dan Guba (dalam http://rakimypk.blogspot.com/2008/06/desain-penelitian.html) mendifinikan desain penelitian sebagai usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing. Selain itu menurut Mc Milan dalam Ibnu Hajar (dalam http://rakimypk.blogspot.com/2008/06/desain-penelitian.html), desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Dari dua pengertian desain penelitian diatas tampak bahwa desain penelitian sangat penting dalam melakukan penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses peneltian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ada beberapa hal yang menjadi poin utama dalam desain penelitian, yaitu:
1. Pengukuran pada hasil penelitian yang menggunakan lebih dari satu kriteria

lebih baik dari pada pengukuran menggunakan satu kriteria (lebih banyak menggunakan variabel dependen). Dengan menggunakan lebih dari satu kriteria kita mampu untuk memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
2. Mulailah dengan variabel dependen yang cukup handal untuk meminimalkan

kemungkinan kesalahan pengukuran itu sendiri, akan menutupi perbedaan yang signifikan pada hasil penelitian. Pemilihan variabel dependen yang cukup

handal karena variabel ini yang menjadi perhatian utama dalam pengamatan. Tujuan peneliti adalah memahami dan membuat variabel dependen, menjelaskan variabilitasnya atau prediksinya. Dengan kata lain, variabel dependen merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi. Melalui analisis terhadap variabel dependen (yaitu, menemukan variabel yang memengaruhinya), adalah mungkin untuk menemukan jawaban atau solusi atas masalah. Untuk tujuan tersebut, peneliti akan tertarik untuk menguantifikasi dan mengukur variabel dependen.
3. Memilih variabel independen yang tepat, relevan dan diatur dalam kombinasi

yang realistis satu sama lainnya untuk mengambil keuntungan dari hubungan interaksi. Sebagai contoh, sedikit masuk akal untuk mempelajari ukuran kelas sebagai variabel kecuali dihubungkan dengan metode mengajar, karakteristik murid dan faktor lainnya.
4. Memperbolehkan hubungan antara karakteristik kepribadian dan kriteria validasi

secara fleksibel, daripada menetap, terbatas. Misalnya, daripada menggunakan persediaan yang kuat untuk memilih semua calon siswa sekolah kedokteran, mencari tambahan sub pola yang berada diluar profil yang menyukai ilmu kedokteran tetapi diprediksi sukses di beberapa bidang khusus sebagai peneliti medis dan sebagai pengajar di sekolah medis. Dengan kata lain, ada resiko dari memilih calon yang potensial akan sukses dan membuat stereotype yang professional adalah absolute daripada relative.
5. Menekankan pada interaksi antara perbedaan individu dan prinsip belajar atau

metode tertentu. Terlalu banyak kepercayaan pada randomisasi, pada menyamakan kelompok dan kontrol statistik formal; terlalu sedikit kepercayaan pada kontrol oleh perbedaan individu. Dengan kata lain, bukannya mencari prinsip umum dari menerapkan pendidikan pada semua orang, mencari prinsip secara empiris tentang bagaimana menangani orang-orang tipe tertentu. 2.4 DUA POIN STATISTIK Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi

data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametric dan statistik nonparametris. Dalam menggunakan statistik, ada dua poin yang perlu diperhatikan:
1. Ketika mencocokkan sudah sesuai, hindari memasangkan kelompok berdasarkan

IQ. Menyamakan harus didasarkan pada usia mental, prestasi, atau ukuran yang tidak relatif yang lain. Murid tidak diberi IQ sama jika usia mereka berbeda.
2. Analisis tentang kovarian sebaiknya diabaikan sebagai alat kontrol untuk

perbedaan individu. Saat asumsi berdasarkan kovarian tidak bisa dipenuhi, ada sebuah analogi nonparametric sederhana tersedia. Penyesuaian ini diijinkan untuk perbedaan awal antara kelompok yang muncul secara kebetulan. (aplikasi yang valid dari analisis tentang kovarian memerlukan kelompok yang dipilih secara random; berlaku, analisis dari kovarian disesuaikan untuk perbedaan yang sedikit pada pretes atau kovarian berarti yang muncul secara kebetulan sebagai fungsi dari kesalahan random sampling. 2.5 SAMPEL YANG BESAR MELAWAN SAMPEL YANG KECIL Pada umumnya peneliti tidak dapat melakukan pengamatan secara langsung terhadap semua unit atau individu yang ada dalam populasi penelitian. Ketidakmampuan dalam melakukan pengamatan secara langsung terhadap semua unit atau individu yang ada dalam populasi penelitian bisa disebabkan oleh populasi yang diteliti besar, keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Sebagai gantinya mereka mengambil data dari sebagian populasi yang disebut sampel. Menurut Sugiyono (81;2010), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti. Kesesuaian karakteristik antara sampel dengan populasi merupakan hal yang paling penting dan akan menentukan kualitas dari penelitian sehingga kesimpulan yang diambil peneliti tenteng penelitiannya benar untuk semua populasi.

Tingkat keterwakilan sampel seringkali dipengaruhi oleh ukuran sampel yang diambil, terutama jika populasi penelitiannya sangat besar. Logikanya, untuk mendapatkan tingkat keterwakilan sampel yang tinggi, diperlukan ukuran sampel yang besar pula (Abadi, 2006:2). Keuntungan dari menggunakan sampel yang besar pada penelitian pendidikan telah ditingkatkan dengan teknologi komputer. Statistik dengan sampel yang besar melibatkan kesalahan menentukan sample yang kecil, lebih reliable, dan meningkatkan kekuatan dari uji statistik saat diterapkan pada data. Hal lainnya menjadi sama, sampel yang besar lebih baik dari pada sampel yang kecil. Walaupun keuntungan menggunakan sampel besar yang mewakili, akan tetapi ada beberapan pendapat yang menyenangi penelitian dengan sampel yang kecil dibawah kondisi tertentu: 1. Sampel yang kecil lebih ekonomis Saat mengumpulkan atau menganalisis data dengan sampel yang besar tidak ekonomis, sampel yang kecil akan lebih sesuai. Statistik dengan sampel kecil menjamin diterima reliabelnya oleh peneliti dalam memperkirakan kesalahan pengumpulan sampel sebelum membuat keputusan tentang datanya. 2. Monitoring komputer Bahkan saat sampel besar digunakan dan data dianalisis dengan program komputer, ada masalah-masalah yang dihadapi: a. Kesalahan, mempersiapkan dan memproses data dengan komputer memiliki banyak sumber kesalahan: secara kode tidak benar atau menekan kartu input, kesalahan program, sering tidak jelas dan kompleks; kesalahan dalam instruksi khusus mengontrol program dan kesalahan penanganan dek magnetic.
b. Masalah black Box, kompleksitas dari pergantian yang terus menerus dalam

teknologi komputer biasanya memaksa peneliti untuk menerima cetakan akhir dari hasil akhir. Salah satu upaya pengamanan yang membantu adalah mengambil sampel kecil dan menjalankan analisis paralel dengan tangan. Ini menerangkan mekanisme analisis statistik dan berfungsi sebagai pemeriksa independen dari kesalahan. 3. Penelitian eksplorasi dan pilot studies Untuk menemukan alternatif yang menjanjikan dalam penelitian, menjadi penting untuk tetap dekat dengan data. Sampel dengan banyak anggota antara 10 dan 30

memiliki banyak keuntungan praktis: a. Cepat, ukuran sampel yang nyaman untuk bekerja. b. Menyediakan perhitungan mudah, memfasilitasi perhitungan.
c. Sampel dengan ukuran seperti ini cukup besar untuk menguji hipotesis nol,

tetapi cukup kecil untuk mengabaikan efek lemah dari perlakuan. Mengingat bahwa hasil statistik yang signifikan untuk setiap variabel yang relevan muncul hanya dengan meningkatkan ukuran sampel dari populasi, temuan-temuan tersebut tidak tepat untuk menjadi penting pada pendidikan karena variabel dalam pertanyaan terlalu lemah untuk membuat perbedaan secara praktis. 4. N Dalam Studi yang Besar/Luas Dalam studi pendidikan yang besar, sebenarnya N sama dengan jumlah dari ruang kelas, bukan jumlah dari individu. Perbedaan ini akan semakin penting sebagai jumlah dari ruang kelas yang mendekati 20 sampai 30, dan ini merupakan pertimbangan penting dalam menganalisa dan menafsirkan data, karena melibatkan perbedaan antara statistik sampel yang besar dan yang kecil 2.6 PERBEDAAN INDIVIDU DAN HUKUM PRILAKU Kebanyakan penelitian dalam pendidikan memusatkan perhatian pada kelompok-kelompok yang disimpulkan berdasarkan rata-rata kelompok. Resiko dari pendekatan ini adalah kehilangan informasi penting tentang hukum prilaku dan perbedaan individu. Perhatikan alur pembelajaran berikut dimana setiap garis putusputus mewakili perbedaan individual dan garis penuh mewakili rata-rata kelompok:
A B C Treatment/perlak uan

Dari data kelompok sendiri, mungkin ada kekeliruan menyimpulkan bahwa, karena tiga siswa mulai dan berakhir pada tingkat yang sama, pembelajarannya ekuivalen. Alur

pratest

postest

Pembelajaran

individual,

berdasarkan

pada

langkah-langkah

berkelanjutan,

memberitahukan cerita berbeda yang menarik dari tiga peristiwa yang cukup berbeda. Siswa A membuat kemajuan yang paling awal tetapi mencapai puncak lebih awal dan dan kemudian turun pada akhirnya. Siswa B membuat perkembangan yang konsisten dengan banyak kenaikan yang kecil. Siswa C memulai dengan lambat tetapi dengan lonjakan yang mengagumkan diakhir. Jelaslah, terjadi tiga peristiwa yang berbeda dan tidak ada hukum belajar yang berarti yang ditemukan menggunakan data kelompok. Setiap perbedaan antara individu dengan perbedaan dalam bagaimana hukum prilaku mungkin bekerja pada saat itu, dan itu merupakan pertanyaan yang penting. Ini bisa dibayangkan, misalnya, pada perbedaan individu adalah semua fungsi dari satu prinsip operasi penguatan dalam cara yang sama tetapi berbeda waktu dan dengan jumlah yang bervariasi. Kalau begitu, penemuan dari fungsi ini tergantung pada observasi terpisah dari individu. Juga, untuk menemukan fungsi, lebih dari 2 observasi yang diperlukan, suatu kondisi tidak terpenuhi dengan paradigma sebelum dan sesudah dan satu yang pentingnya peningkatan jika fungsinya adalah siklis. Rangkaian pengamatan individu, sering berguna, adalah penting dalam desain penelitian untuk menunjukkan bentuk dari fungsi belajar. Jika tiga alur belajar individu tidak ada variasi dari faktor penguatan tunggal tapi mewakili perbedaan yang kompleks diantara tiga siswa dan apa penyebab mereka belajar, ini adalah satu-satunya metode yang akan mengasingkan jenis determinan, karakteristiknya, dan cara interaksi mereka.

BAB III 3.1 KESIMPULAN Ada beberapahal yang bisa disimpulkan dari artikel ini yaitu : 1. Dalam belajar jangka panjang dan jangka pendek, semakin kuat stimulus yang diberikan akan memberikan hasil yang lebih awal dalam perlakuan sedangkan stimulus yang lemah cenderung hilang dalam variasi kesalahan dari lingkungan sekitarnya. 2. Dalam membuat generalisasi dari penelitian penemuan, pemilihan subyek penelitian yang tepat, variasi pada sumber stimulus, dan dalam melakukan

observasi menggunakan lebih dari satu aspek atau kriteria dalam mengukur hasil penelitian akan mampu meningkatkan generalisasi dari hasil penelitian. 3. Dalam desain penelitian hal yang perlu diperhatikan adalah pengukuran hasil penelitian yang menggunakan lebih dari satu kriteria lebih baik dari pada pengukuran menggunakan satu kriteria, memulai dengan variabel dependen yang baik untuk meminimalkan kesalahan pada pengukuran, Memilih variabel independen yang tepat, relevan dan diatur dalam kombinasi yang realistis satu sama lainnya untuk mengambil keuntungan dari hubungan interaksi, Memperbolehkan hubungan antara karakteristik kepribadian dan kriteria validasi secara fleksibel, daripada menetap, terbatas, Menekankan pada interaksi antara perbedaan individu dan prinsip belajar atau metode tertentu. 4. Dalam menggunakan statistik hal-hal yang perlu diperhatikan adalah Ketika mencocokkan sudah sesuai, hindari memasangkan kelompok berdasarkan IQ, Analisis tentang kovarian sebaiknya diabaikan sebagai alat kontrol untuk perbedaan individu.
5. Keuntungan menggunakan sapel yang kecil adalah lebih ekonomis, kesalahan

perhitungan lebih sedikit. 6. Walaupun hasil akhir dari suatu pembelajaran sama, sebenarnya masing-masing individu memiliki alur pembelajaran yang berbeda yang sering dilupakan oleh peneliti karena lebih fokus pada cara penyimpulan yang berdasarkan rata-rata kelompok.

You might also like