You are on page 1of 30

LAPORAN PENELITIAN PENEGAKAN PERATURAN DAERAH OLEH SATPOL PP TERHADAP PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MALANG

Disusun oleh: DIAJENG NIRA ANGGRAENI NIM: 103141014111005 JURUSAN PERANCANGAN PERATURAN KONTRAK BISNIS PROGRAM VOKASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011

KATA PE

ANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT telah memberikan Rahmat dan Hidayah Nya, sehingga Penulis dalam menyelesaikan peenlitian yang berjudul PENE AKAN PERAT RAN DAERAH OLEH SATPOL PP TERHADAP PEDAGANG KAKI LIMA DI KAB PATEN MALANG yang digunakan sebagai tugas mata kuliah Metodelogi Penelitian dan Penelusuran Dokumen di Jurusan Perancangan Peraturan Kontrak Bisnis (PPKB) Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak dapat di selesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada pihak pihak yang telah membantu penyelesaian yaitu: 1. Bapak Faizin selaku Dosen Metodelogi Penelusuran dan Penelitian Dokumen Hukum. 2. Bapak Icwanul selaku Kepala Seksi Pengendalian dan Pengawasan. 3. Teman teman semua PPKB Tahun 2010. 4. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu mendukung setiap langkah hidupku. 5. Kakak- kakak dan adek- adek tersayang . 6. Semua orang yang mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
i Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh

pada kesempurnaan. Maka Penulis berharap kritik dan saran untuk segala

kekurangan pada makalah ini sehingga menjadikan makalah ini lebih baik dan semoga makalah ini dapat berguna untuk pembaca.Terima Kasih.

Penulis,Malang 27 Juni 2011

Diajeng Nira Anggraeni

ii

DAFTAR ISI Kata Pengantar........................................................................................................i Daftar isi................................................................................................................. iii Bab 1 Pendahuluan................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang.......................................................................................... ........1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... ...2 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................ ..3 1.4 Manfaat Penelitiaan............................................... ........................................ ...3 Bab II Kajian Pustaka..................................................................................... ........5 2.1 Satpol PP.................................................................................. ........................5 2.2 Dasar Hukum Satpol PP dapat menegakan hukum........................................ ..6 2.3 PKL (Pedagang Kaki Lima)..................................................................... ........9 2.4 Teori Penegakan Hukum..................................................................... ............9 Bab III Metode Penelitian.................................................................................. ...10 3.1 Jenis Penelitian................................................................... .............................10 3.2 Pendekatan Penelitian .................................................................................. ..10 3.3 Lokasi Penelitian ............................................................. ...............................10 3.4 Populasi dan Sampel.......................................................... .............................10

iii

3.5 Sumber dan Jenis Data............................ ....................... ..............................11 3.6 Teknis Analisis Data........................................................ .............................11 Bab IV Pembahasan.............................................................. ..............................12 4.1 Gambaran Umum Satpol PP.......................................... ...............................12 4.2 Mekanisme penegakkan hukum peraturan daerah di Kabupaten Malang oleh Satpol PP kepada Pedagang Kaki Lima.....................................................12 4.3Faktor- faktor timbul konflik antara Aparatur Pemerintah (SATPOL PP)

dengan PKL (Pedagang Kaki Lima) di Kabupaten Malang......................15 4.4Untuk mengetahui penyelesaian untuk penegakan peraturan daerah oleh

SATPOL PP terhadap PKL di wilayah Kabupaten Malang....................21 Bab V Penutup.................................................................................... ................22 5.1 Simpulan...................................................... .................................................22 5.2 Saran ............................................................................. ...............................23 Daftar Pustaka

iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai apabila kita memperhatikan di sepanjang jalan terutama pada ruas jalan protocol yang di anggap sangat strategi untuk aktifitas kelompok masyarakat baik sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL) , pertokoan dengan berbagai jenis dagangan sebagai tempat mencari sumber penghidupan atau nafkah, pemsangan iklan- iklan dari berbagai produk dari perusahaan- perusahaan dengan berbagai macam tayangan yang menarik atensi public agar menggunakan produk yang dihasilkan. Di samping aktifitas kelopmpok masyarakat di atas yang berorientasi Profit Motif (SATPOL adalah aparatur pemerintah

PP) yang melaksanakan tugas operasi penertiban

terhadap kegiatan kelompok Pedagang Kaki Lima. Nampaknya adanya suatu kegiatan yang kontradiktif antara kedua kelompok tersebut.Pada salah satu kelompok menghendaki suatu tempat yang leluasa dan strategi dalam mencari rejeki sebagai sumber penghidupan keluarganya. Sedangkan di sisi lain SATPOL PP sebagai abdi masyarakat, pemerintah, dan negara dalam rangka penegakan peraturan perundang - undangan (Law inforcement) khususnya peraturan daerah Kabupaten Malang.

Adanya bentuk kontradiktif dari kegiatan tersebut di atas sering kita jumpai adanya fenomena, issue, dan sering terjadi konflik. Dari konflik inilah yang mengakibatkan keresahan dari semua komponen masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berjudul : PENEGAKAN PERATURAN DAERAH OLEH SATPOL PP TERHADAP PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN MALANG. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah di uraikan, maka ada beberap yang penting yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. 1. Bagaimana mekanisme penegakan hukum peraturan daerah di Kabupaten Malang oleh Satpol PP kepada Pedagang Kaki Lima? 2. Mengapa timbul konflik antara Aparatur Pemerintah (SATPOL PP) dengan PKL (Pedagang Kaki Lima) di wilayah Kabupaten Malang? 3. Bagaimana penyelesaian untuk penegakan peraturan daerah oleh SATPOL PP terhadap PKL di wilayah Kabupaten Malang?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui mekanisme penegakkan hukum peraturan daerah di Kabupaten Malang oleh Satpol PP kepada Pedagang Kaki Lima 2. Untuk mengaji faktor- faktor timbul konflik antara Aparatur

Pemerintah (SATPOL PP) dengan PKL (Pedagang Kaki Lima) di Kabupaten Malang. 3. Untuk mengetahui penyelesaian untuk penegakan peraturan daerah oleh SATPOL PP terhadap PKL di wilayah Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat Penelitian. Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dibagi sebagai berikut: 1. Manfaat Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refenrensi akademik untuk menunjang proses belajar maupun untuk dijadikan bahan penelitian lebih lanjut di kalangan Peguruan Tinggi. 2. Manfaat Informatif a. Bagi Penulis Memberikan pengetahuan umum mengenai

permasalahan- permasalahan penegakan peraturan daerah. b. Bagi Masyarakat

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama sebagai bahan informasi bagi masyarakat agar dapat mengetahui faktor- faktor Aparatur Pemerintah timbul konflik antara dengan PKL

(SATPOL PP)

(Pedagang Kaki Lima) serta memberikan pengetahuan tentang penyelesaian penegakan peraturan daerah oleh SATPOL PP terhadap PKL .

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1

SATPOL PP Satuan Polisi Pamong Praja, atau disingkat Satpol PP, adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara

ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah. Satpol PP merupakan perangkat daerah yang dapat berbentuk Dinas Daerah atau Lembaga Teknis Daerah. Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten atau Kota :

1.

Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

2.

Di Daerah Kabupaten/Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah

Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah, sehingga antar daerah bisa saja memiliki nama, organisasi, dan tata kerja yang berbeda-beda.

Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja, terdiri dari : a) b) c) d) e) f) Kepala Satuan; Sub Bagian Tata Usaha; Seksi Pengendalian dan Pengawasan; Seksi Pembinaan Masyarakat dan Personil; Seksi Penyidikan dan Penindakan; Kelompok Jabatan Fungsional;

Sub Bagian Tata Usaha dan Seksi-Seksi, masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Satuan. 2.2 Dasar Hukum Satpol PP dalam menegakkan hukum. Dasar hukum yang digunakan oleh Satuan Polisi Pamong praja menggunakan dua dasar hukum yaitu Dasar hukum secara umum dan secara khusus : Secara Umum : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 148 ayat (1) dan ayat (2) :

(1)

Untuk membantu Kepala Daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah dan penyelenggaran ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja.

(2)

Pembentukan dan susunan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja sebagaimana dimaksud ayat (1) berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

2.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja :

Pasal 1 ayat (4),(5),(6) : (4) Satuan Polisi Pamong Praja adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah.

(5) Polisi Pamong Praja adalah aparatur Pemerintah Daerah yang melaksanakan tugas Kepala Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

(6) Ketentraman dan ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram, tertib, dan teratur.

Secara Khusus

Dasar Hukum Satuan Polisi Pamong Praja sebagai PPNS ( Penyidik Pegawai Negeri Sipil )

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 149 ayat (1) dan (2) :

(1)

Anggota Satuan Polisi Pamong Praja dapat diangkat sebagai penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(2)

Penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda dilakukan oleh pejabat penyidik dan penuntut umum sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

b. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Pasal 6 ayat (2) huruf b dan c tentang kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja : b. Melakukan pemeriksaan (melakukan penyidikan) terhadap

masyarakat dan atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah, Peraturan Bupati, Keputusan Bupati dan peraturan perundang-undangan lainnya. c. Melakukan tindakan represif non yustisial terhadap warga

masyarakat dan atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah, Peraturan Bupati, Keputusan Bupati dan peraturan perundang-undangan lainnya.

2.3 PKL (Pedagang Kaki Lima) Pedagang dapat dikatakan bahwa Pedagang Kaki Lima yaitu terdapat kriteria sebagai berikut: 1. 2. Pedagang berjualan di sepanjang trotoar. Pedagang yang menggunakan fasilitas umum untuk menjadi tempat berjualan. 3. Pedagang yang berjualan menggunakan lapak.

2.4 Teori Penegakan Hukum Menurut Blacks Law Dictionary, penegakan hukum (law enforcement), diartikan sebagai the act of putting something such as a law into effect; the execution of a law; the carrying out of a mandate or command. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penegakan hukum merupakan usaha untuk menegakkan normanorma dan kaidah-kaidah hukum sekaligus nilai-nilai yang ada di belakangnya. Aparat penegak hukum hendaknya memahami benarbenar jiwa hukum (legal spirit) yang mendasari peraturan hukum yang harus ditegakkan, terkait dengan berbagai dinamika yang terjadi dalam proses pembuatan perundang-undangan (law making process).

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini untuk mengetahui tentang efektifitas Satpol PP dalam menegakan hukum Peraturan Daerah terhadap Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Malang.

3.2

Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan Penelitian hukum empiris dilakukan melalui observasi dan wawancara yang mendalam dengan responden dan narasumber yang berkompeten dan terkait dengan masalah yang diteliti ( objek yang diteliti ) untuk mendapatkan data primer.

3.3

Lokasi Penelitian. Lokasi Penelitiaan dilakukan Di Kantor SATPOL PP Kabupaten Malang di Jalan Agus Salim Kota Malang dan PKL di depan pasar Kecamatan Kepanjen.

3.4

Populasi dan Sampel. Dalam Penelitian meneliti dalam Populasi SATPOL PP Kabupaten Malang dan mengambil sampel pada Seksi

10

11

Pengendalian dan Pengawasan yang konsentrasi pada Kepala Sub Seksi Ketertiban Umum karena dalam penelitian ini membahas tentang Penegakan Peraturan Daerah oleeh SATPOL PP terhadap PKL (Pedagang Kaki Lima).\

3.5

Sumber dan Jenis Data Dalam Penelitian ini mendapat sumber dari data primer dan sekunder karena di lakukan melalui observasi dan wawancara yang mendalam dengan responden dan narasumber yang

berkompeten dan terkait dengan masalah yang diteliti ( objek yang diteliti ) dan memperoleh data melalui tabel- tabel yang di dapat dari nara sumber

3.6

Teknis Analisis Data Dalam menganalisis data, maka metode yang dipakai oleh penulis adalah metode diskriptif kualitatif ( menganalisisi efektifitas dalam penegakan hukum

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Satpol PP Kabupaten Malang Kantor Satpol PP yang beralamatkan di Jl.Agus Salim Kota Malang yang menjadi satu bidang tanah dengan Kantor Bupati Malang.Satpol PP Kabupaten Malang ini dipimpin oleh Kepala Satuan yaitu Bapak Edi Mulyono.Dalam hal penertiban ini di laksanakan oleh Seksi Pengendalian dan Pengawasan. 4.2 Mekanisme Satpol PP dalam menegakan hukum Peraturan Daerah terhadap PKL. Satpol PP dalam penertiban PKL (Pedagang Kaki Lima) di Kabupaten terdapat beberapa mekanisme namun dari hasil penelitian menurut Bapak Icwanul sebagai Kepala Seksi Pengendalian dan Pengawasan mekanisme ini belum diatur dalam Perda Kabupaten Malang.Sehingga dalam mekanisme Satpol PP melaksanakan tugas mengacu pada Perda Satpol PP Jatim.Berikut ini tugas dari Seksi Pengendalian dan Pengawasan: Seksi Pengendalian dan Pengawasan mempunyai tugas menyusun petunjuk teknis operasional, melaksanakan penertiban dan keamanan serta melaksanakan pengawasan dan pengamanan penegakan hukum daerah.

12

13

2.

Untuk melaksanakan tugas, Seksi Pengendalian dan

Pengawasan mempunyai fungsi : a) Pengumpulan serta analisis data untuk perumusan

kebijakan dan petunjuk pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan pelaksanaannya; b) Penyusunan pedoman serta petunjuk operasional penertiban

masyarakat dan keamanan; c) Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam

rangka pelaksanaan pengamanan diwilayah maupun dilingkungan kantor serta pengamanan terhadap Bupati; d) Pelaksanaan operasi dan penertiban dalam rangka

penegakan peraturan perundang-undangan, peraturan daerah dan peraturan bupati; e) Pelaksanaan penertiban masyarakat dan pengamanan serta

pengawasan sesuai dengan program kegiatan pengendalian dan pengawasan; f) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pembuatan laporan

pelaksanaan program; g) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Satuan

sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dalam mekanisme penertiban Satpol PP terhadap PKL yaitu

14

1. Adanya aduan dari masyarakat atau pemilik lahan yang digunakan oleh PKL yang merasa terganggu dengan

keberadaan PKL tersebut. 2. Sebagai respon dari aduan tersebut yang operasi non yustisi / persuatif.Yang di maksud adalah Penertiban yang dilakukan dengan tidak memberikan sanksi hanya memberikan himbauan kepada PKL untuk tidak berjualan ditempat yang menganggu fasilitas umum maupun pemilik lahan. 3. Apabila tidak adanya respon Satpol PP memberikan Surat Peringatan 1, Surat Peringatan 2, dan Surat Peringatan 3. 4. Adanya Surat Peringatan yang diberikan oleh SATPOL PP sampai ketiga kalinya maka SATPOL PP mengambil tindakan dengan melakukan penyitaan. Penyitaan dalam hal ini adalah alat untuk berjualan bukan barang dagangan misalnya, timbangan, lapak.SATPOL PP juga menyita KTP

Penjual.Apabila pedagang ingin mengambil barang dagangnya maka dapat diambil di masing- masing kecamatan dimana pedagang tersebut berjualan. Dengan membuat Surat

Pernyataan Bahwa tidak akan berjualan lagi pada tempat yang menganggu masyarakat.

15

4.3 Faktor faktor timbulnya konflik antara Satpol PP dengan PKL (Pedagang Kaki Lima) 4.3.1 Faktor Internal a. Masih terbatasnya kuantitas dan kualitas personil Satuan

Polisi Pamong Praja. Mengenai masalah kuantitas atau jumlah personil yang ada di Wilayah Kabupaten Malang tidak dipungkiri bahwa komposisi distribusi personil di tiap unit atau bidang terlihat tampak cukup timpang dalam penyebarannya. Berikut ini daftar komposisi personil dalam struktur organisasi Satuan Polisi Pamong Praja yang akan ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

TABEL II Daftar Komposisi Personil Dalam Struktur Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan masyarakat Jabatan Struktural dan Staf Pelaksana Kepala 1 Pamong Satuan Praja Polisi dan

No.

Jumlah

Perlindungan Masyarakat: Membawahi Mengkoordinasi 1 dan Kepala

16

Bagian Tata Usaha dan 3 Kepala Bidang. 2 Kepala Bagian Tata Usaha merangkap Satuan Praja Plt. Kepala Pamong 1 Orang

Polisi dan

Perlindungan

Masyarakat : Membawahi mengkoordinir 2 dan Sub 16 Orang 1 Orang

Bagian,masing-masing: a. Kepala Sub Bagian

Umum dan Kepegawaian : Membawahi dan

mengkoordinir 8 orang staf yang terdiri dari 6 PNS dan 2 orang PNS berstatus MPP. b. Kepala Sub Bagian

8 Orang

1 Orang

Keuangan : Membawahi dan

mengkoordinir 6 orang staf yang terdiri dari 4 PNS, 1 CPNS dan 1 orang Tenaga Kontrak. Kepala Bidang Penyidikan 3 dan Penindakan : Membawahi mengkoordinir 2 dan Kepala

6 Orang

1 Orang 5 Orang 1 Orang

Seksi masing-masing : a. Kepala Seksi Penyidikan : Membawahi dan

2 Orang

mengkoordinir 2 orang staf

17

PNS yang berfungsi sebagai Penyidik Pegawai Negeri

Sipil (PPNS). b. Kepala Seksi 1 Orang dan 1 Orang

Penindakan : Membawahi

mengkoordinir 1 orang staf PNS 4 Kepala Pengendalian Bidang dan

1 Orang

Ketentraman & Ketertiban Umum (Daltrantibum) : Membawahi mengkoordinir 2 dan Kepala

73 Orang 1 Orang

Seksi masing-masing : a. Kepala Seksi

Pengendalian : Membawahi dan

mengkoordinir 8 unit regu yang terdiri dari 6 atau 7 personil. Sedangkan status kepegawaian personil terdiri dari 31 PNS, 12 CPNS dan 12 orang Tenaga 55 Orang

Sukarelawan (Banpol PP). b. Kepala Seksi 1 Orang dan 16 Orang

Penindakan : Membawahi

mengkoordinir 2 unit regu yang masing-masing terdiri dari 8 orang staf. Sedangkan status kepegawaian terdiri 4

18

PNS, 1 CPNS, 1 Tenaga Kontrak dan 10 orang Tenaga Sukarelawan (Banpol PP). 5 Kepala Bidang 1 Orang 4 Orang 1 Orang dan 1 orang 1 Orang 1 Orang dan 1 orang 102 Orang Keterangan : Data diperoleh dari register Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Malang. Dari data di atas tampak jelas pada Bidang Penyidikan dan Penindakan serta Bidang Perlindungan Masyarakat yang memiliki jumlah personil yang jauh dari harapan. Kendala tersebut diakibatkan karena terbatasnya kualifikasi personil yang memiliki kompetensi sesuai fungsi pada bidang masing-masing. Kompetensi yang dimaksud diantaranya adalah personil PPNS dan personil yang memiliki ketrampilan di bidang kelinmasan. Ketimpangan tersebut bila tidak
53

Perlindungan Masyarakat : Membawahi mengkoordinir 2 dan Kepala

Seksi masing-masing : a. Seksi Kesiagaan dan Penyelamatan : Membawahi mengkoordinir CPNS. b. Seksi Peningkatan SDM Satuan Linmas : Membawahi

mengkoordinir 1 orang PNS. Jumlah Keseluruhan

19

dikelola dengan baik dan tetap dibiarkan, maka sangat dimungkinkan akan berdampak kontraproduktif karena beban tugas yang ditanggung tidak seimbang di pundak pelaksana sreta akan sulit dalam rangka pencapaian kinerja pada masing-masing bidang. Sedangkan mengenai masalah kualitas personil, berkaitan dengan Sumber Daya Manusia ( SDM ) personil Satuan Polisi Pamong Praja yang masih kurang memadai. Pengelolaan

pengembangan kualitas sumber daya manusia harus diupayakan secara terencana dan sistematis agar kapasitas personil baik individu maupun ketika berada dalam kelompok bidangnya bisa ditingkatkan dan dikembangkan untuk dapat lebih proaktif dan secara kolektif bisa menentukan masa depan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat. Kapasitas ideal yang dapat dikembangkan dalam pengelolaan sumber daya manusia antara lain mencakup lima aspek, antara lain : a) Kapasitas untuk berkreasi atau berproduksi; b) Pemerataan distribusi komposisi personil sesuai kapasitas dan kualifikasinya; c) Pemberian keleluasaan dan wewenang; d) Kesempatan untuk berkembang; e) Kesadaran akan interdepensi. Lima aspek pengelolaan sumber daya manusia sebagaimana disebutkan di atas dianggap penting untuk dikembangkan,mengingat unsur dominan dalam manajemenyang berfungsi menggerakkan

20

sumber daya yang ada serta dapat berperan dalam mengelola dan mendukung kinerja sebuah organisasi atau kelembagaan, yaitu faktor manusia. Karena dengan memiliki dukungan sumber daya manusia yang berkualitas dan mumpuni tentu akan menjadi modal dasar potensial sebagai salah satu sumber daya yang sangat berpengaruh dalam menentukan dan menggerakkan segenap potensi yang ada dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu maka, Satuan Polisi pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat tentunya tidak dapat menghindar, apalagi mengesampingkan peran penting dari variabel ini. b. Minimnya tenaga PPNS dalam pelaksanaan penindakan hukum. c. Kurangnya sarana dan prasarana ( kendaraan Operasional Pick up dan Truk ) dalam mendukung kegiatan patroli wilayah maupun dalam pelaksanaan operasional Penertiban atau Pembongkaran.
d. Belum adanya regulasi teknis atau Peraturan Daerah yang mengatur

tentang permasalahan Trantib termasuk penanganan PKL, Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis ( Gepeng ), WTS/Waria di Kabupaten Malang. e. Kurangnya pembekalan pada Satpol PP dalam melaksanakan tugasnya.Hal ini
di karenakan personil Satpol PP rata- rata berpendidikan SMA.

Kendala yang di sebabkan oleh faktor eksternal antara lain : a. Minimnya sosialisasi dan atau belum maksimalnya pemanfaatan akses informasi atas inisiatif masyarakat.

21

b. Rendahnya partisipasi masyarakat yang ditunjukkan dengan sikap apatis terhadap aturan yang berlaku termasuk Perda. c. Belum optimalnya penerapan penegakan hukum kepada para pelanggar, serta pemberian sanksi yang masih relatif ringan dan tidak menimbulkan efek jera bagi para pelanggar sehingga para pelanggar cenderung mengulangi perbuatannya kembali.

4.4 Penyelesaian Masalah Satpol PP dalam menegakan Perda terhadap PKL (Pedagang Kaki Lima ) Berbagai faktor yang mengambat Satpol PP dalam menegakan Perda terhadap PKL (Pedagang Kaki Lima).Dalam hal ini adanya penyelesaiaan yang dilakukan yaitu: a.Adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang penertiban PKL di Kabupaten Malang agar adanya kepastian hukum. b. Satpol PP kerjasama dengan Dinas Perindustrian, Perdagang,dan Pasar. c. Apabila adanya Pedagang yang mempunyai potensi laku keras dibeerikan lahan dan tenda.Namun dalam hal ini perlu selektif.

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan uraian dari pembahasan bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Di lihat dari tugas dan fungsinya, keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sangat membantu dan dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya suatu proses Pemerintahan yang ada di Daerah ( Kabupaten/Kota ) untuk menegakan Peraturan Daerah, khususnya dibidang Pengendalian Keamanan Lingkungan yang terdiri dari Penyidikan dan Penindakan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah. Seperti halnya dengan Polisi Republik Indonesia, dalam hal Penyidikan Satuan Polisi Pamong Praja juga mempunyai kewenangan untuk melakukan Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah, selain itu Satuan Polisi Pamong Praja juga berwenang untuk melakukan Pemberkasan Perkara atas dasar dari Penyidikan yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian Berkas Acara Penyidikan ( BAP ) tersebut diserahkan kepada Pengadilan Negeri untuk di proses lebih lanjut. Di dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Satuan Polisi Pamong Praja didukung oleh Peraturan-peraturan, aparatur-aparatur, dan berbagai fasilitas yang ada di dalamnya serta adanya koordinasi ( kerjasama ) dengan pihak yang terkait dengan masalah Pengendalian Keamanan Lingkungan yang disini adalah pihak Kepolisian yang ada

22

23

diwilayah. Namun demikian tetap ada berbagai kendala-kendala yang ditemui, baik yang datangnya dari faktor internal maupun dari faktor eksternal. Faktor internal yang vital berasal dari segi kuantitas ( kurangnya jumlah personil ) dan dari segi kualitasnya ( minimnya sumber daya manusia dilihat dari latar belakang Pendidikannya ), kurangnya sarana dan prasarana dalam mendukung kegiatan patroli wilayah maupun dalam pelaksanaan operasional Penertiban atau Pembongkaran, serta masih kurangnya Peraturan Daerah yang mengatur tentang permasalahan Trantib ( Ketentraman dan ketertiban ). Sedangkan kendala yang muncul dari faktor eksternal berasal dari kurangnya sosialisasi dan belum maksimalnya pemanfaatan akses informasi atas inisiatif masyarakat serta rendahnya partisipasi masyarakat yang ditunjukkan dengan sikap apatis terhadap aturan yang berlaku termasuk Perda, sehingga banyak terjadi pelanggaran terhadap Peraturan Daerah tersebut. Selain itu pemberian sanksi dari pelanggaran yang terjadi masih sangat ringan dan tidak menimbulkan efek jera bagi para pelanggar Peraturan Daerah sehingga cenderung para pelanggar tersebut melakukan pelanggaran kembali. 5.2 Saran Dari permasalah-permasalahan di atas penulis mencoba untuk memberikan saran-saran, antara lain :

24

1. Untuk mengatasi masalah kuantitas yaitu kurangnya jumlah personil Satuan Polisi Pamong Praja, maka penulis memberi saran kepada Satuan Polisi Pamong Praja untuk mengupayakan perubahan personil yang berupa penambahan Anggota Satuan Polisi Pamong Praja dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil ( PPNS ) baik dari segi jumlah maupun kualifikasinya. Sedangkan untuk kualitas Satuan Polisi Pamong Praja selain diupayakan melalui rekruitmen yang selektif didasarkan pada kecakapan fisik dan mental, juga mempertimbangkan latar belakang pendidikan yang nantinya akan dikembangkan lebih lanjut lewat mekanisme pengembangan pegawai pada program Diklat. 2. Dalam hal masih kurangnya sarana dan prasarana serta belum adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang permasalahan Trantib maka Satuan Polisi Pamong Praja harus mengusulkan penambahan sarana dan prasarana ( kendaraan dinas operasional ) serta mengusulkan penyempurnaan perangkat aturan hukum ( Peraturan Daerah ). 3. Sedangkan untuk masalah eksternal yang berhubungan dengan masyarakat, penulis memberi saran agar Satuan Polisi Pamong Praja melakukan Sosialisasi dan Penyuluhan kepada masyakat akan pentingnya mamatuhi Peraturan Daerah demi terciptanya ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Buku Pedoman Menteri Dalam Negeri. Penyelenggaraan Ketertiban, Ketentraman dan Keamanan . Surabaya. Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Timur, 2005 Direktorat Jendral Pemerintahan Umum Dan Otonomi Daerah. Departemen Dalam Negeri Sugiyono. Memahami penelitian. Jakarta; Alfabeta, 2008 Himpunan Instruksi Menteri Dalam Negeri. Pembinaan dan Penataan Satuan Polisi Pamong Praja. Surabaya; Biro Bina Pemerintahan Umum, 1991 Himpunan Peraturan. Kebijakan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Timur. Surabaya. Satuan Polisi Pamong Praja Jawa Timur, 2007 Himpunan Peraturan / Keputusan Menteri Dalam Negeri. Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil . Jakarta; BP cipta jaya, 2003 Peraturan Daerah Kabupaten Malang. Organisasi Perangkat Daerah Satuan Polisi Pamong Praja dan Perlindungan Masyarakat . Malang. Bagian Organisasi, 2008

awancara : -Wawancara
dengan Bapak Icwanul,Kaseksi Pengendalian dan

Pengawasan,Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Malang

Dokumen Internet :
www.google.com. definisi Satuan Polisi Pamong Praja, diakses pada tanggal 20 Juni 2011 www.google.com. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja, tanggal download 25 Juni 2011

You might also like