You are on page 1of 5

FATWA MUI TENTANG INGKAR SUNNAH/ANTI HADIS

PENDAHULUAN Pada tanggal 27 Juni 1994, MUI (Majelis Ulama Indonesia) membuat fatwa bahwaaliran yang tidak mempercayai hadis Nabi Muhammad SAW sebagai sumber hukum syariat Islam, adalah sesat, menyesatkan, dan berada di luar agama Islam (http://mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=36). Meskipun MUI tidak menyebutkan istilah ingkar sunnah, banyak orang mengatakan bahwa ini adalah fatwa untuk aliran ingkar sunnah atau anti hadis.

Sebenarnya, yang disebut dengan aliran ingkar sunnah atau aliran anti hadis adalah suatu aliran yang berpaham bahwa Al Quran merupakan satu-satunya pedoman dalam agama islam. Yang menjadi pertanyaan adalah, Benarkah paham yang beranggapan bahwa Al Quran merupakan satu-satunya pedoman dalam agama islam adalah sesat? Penulis ingin membahas masalah tersebut ditinjau dari Al Quran. Al Quran terjemahan yang digunakan untuk menjawabnya adalah karya Dep. Agama RI yang terdapat dalam program Al Quran Digital versi 2.1.

INGKAR HADIS DAN INGKAR PENULIS KITAB HADIS Hadis dan penulis kitab hadis merupakan dua istilah berbeda yang berpotensi menimbulkan penyimpangan dalam agama islam. Hadis adalah perkataan, perbuatan, dan taqrir (sikap mendiamkan suatu kejadian) Nabi Muhammad semasa hidupnya. Hadis pada dasarnya merupakan sebagian sunnah Nabi. Definsi sunnah atau as sunnah dalam http://mediabilhikmah.multiply.com/journal/item/20 adalah semua informasi tentang Nabi Muhammad yang mencakup perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti, dan perjalanan hidup selama hidupnya. Makalah ini menekankan pada hadis Nabi untuk menyesuaikan fatwa MUI.

Berdasarkan definisi hadis dalam alinea sebelumnya, hadis memang benar-benar ada karena Nabi Muhammad pernah ada dan pernah hidup di dunia ini. Orang yang percaya pada Nabi Muhammad pasti percaya terhadap eksistensi hadis. Sebagai manusia, pada saat itu beliau berkata-kata, berbuat sesuatu, bersikap terhadap sesuatu, dan melakukan segala aktivitas kehidupan lainnya. Orang yang mengingkari hadis adalah orang yang tidak percaya pada eksistensi Nabi Muhammad. Sangat beralasan apabila orang yang tidak percaya pada keberadaan hadis disebut kafir.

Yang menjadi masalah adalah bahwa hadis yang diketahui oleh manusia sekarang ini dijumpai dalam kitab-kitab hadis yang tidak pernah dibaca dan dikoreksi oleh Nabi Muhammad. Penulis menggarisbawahi kitab-kitab hadis karena ini merupakan bagian yang jarang diperhatikan orang dan membuat orang mempunyai persepsi keliru tentang hadis. Perlu diingat bahwa isi kitab hadis

100% menjadi tanggungjawab penulis kitab hadis. Orang yang tidak percaya pada isi kitab hadis berarti tidak percaya pada penulis kitab hadis, bukan tidak percaya pada Nabi Muhammad. Dengan kata lain, orang yang tidak percaya pada isi kitab hadis sesungguhnya termasuk golongan ingkar penulis kitab hadis, bukan golongan ingkar hadis atau golongan ingkar sunnah.

Ingkar hadis dan ingkar penulis kitab hadis merupakan dua istilah yang sangat berbeda. Ingkar hadis berarti tidak beriman pada Nabi Muhammad sedangk an ingkar penulis kitab hadis berarti tidak beriman pada penulis kitab hadis. Jadi, orang yang tidak percaya pada penulis kitab hadis tetapi percaya pada Nabi Muhammad tidak termasuk golongan ingkar hadis. Orang yang percaya pada Nabi Muhammad percaya bahwa Nabi berbuat, berkata, dan bersikap. Artinya, orang yang percaya pada Nabi Muhammad percaya bahwa hadis Nabi memang ada. Orang-orang yang berpaham bahwa Al Quran merupakan satu -satunya pedoman dalam agama islam termasuk orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad. Jadi, mereka itu tidak ingkar pada hadis, melainkan ingkar pada penulis kitab hadis. Mereka tidak ingkar pada sunnah tetapi ingkar pada penulis kitab hadis. Mulai dari sini, kita tidak membicarakan lagi istilah ingkar sunnah atau ingkar hadis atau anti hadis. Akan tetapi, sejak sekarang, kita akan membicarakan ingkar penulis kitab hadis. Benarkah orang yang ingkar penulis kitab hadis adalah sesat?

DEFINISI ALIRAN SESAT Apa yang dimaksud dengan orang sesat? Menurut Al Quran, orang yang ses at dan orang yang mendapat petunjuk adalah sesuatu yang berpasangan tetapi berlawanan. Maksudnya, orang yang sesat adalah orang yang tidak mendapat petunjuk, dan sebaliknya, orang yang mendapat petunjuk adalah orang yang tidak sesat. Hal ini tercermin dari ayat-ayat yang menyebutkan sesat dan petunjuk secara bersama-sama (68:7; 34:50; 16:93; dan 39:41)

68:7. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. 34:50. Katakanlah: "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat."

16:93. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.

39:41. Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.

Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa orang sesat adalah orang yang tidak mendapat petunjuk Allah. Yang paling mengetahui orang yang sesat atau mendapat petunjuk adalah Allah sendiri (68:7).

Bagaimana cara agar mendapat petunjuk? Caranya adalah dengan menggunakan Al Quran sebagai satu-satunya pedoman. Hal itu dijelaskan dalam 45:52 bahwa Allah memberi petunjuk kepada yang dikehendaki-Nya dengan Al Quran (45:52). Disebutkan pula bahwa Nabi Muhammad (di situ ditulis sebagai kamu) memberi petunjuk yang lurus dengan Al Quran. Penjelasan tersebut sangat jelas dan terang benderang. Artinya, orang yang berpedoman pada Al Quran akan mendapat petunjuk Allah karena dengan Al Quran itulah Allah memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.

42:52. Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Barangkali ada yang penasaran dengan kata dia dalam frase Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki? Apakah ada yang mengira bahwa dia itu Nabi Muhammad? Terjemahan ayat tersebut versi Dr. ShehnazShaikh dan Ms. KausarKhatri berikut ini menegaskan bahwa dia adalah bukan manusia karena dengan dia adalah terjemahan dari bywhich (bukan manusia). 42:52. And thusWehaverevealedtoyouaninspirationbyOurCommand. Youdid not a knowwhattheBookisnor (what) faithis. ButWehavemadeit of Ourslaves. And indeed, lightbywhichWeguidewhomWewill youguidetotheStraightPath,

Jika Allah sudah menjelaskan bahwa Allah memberi petunjuk kepada hambahamba-Nya yang dikehendaki-Nya dengan Al Quran (42:52), tidak ada alasan lagi bagi kita untuk mencari petunjuk yang lain. Petunjuk Allah 100% ada dalam Al Quran. Orang yang mengikuti ajaran Allah dalam Al Quran tidak akan tersesat karena Al Quran merupakan petunjuk bagi orang yang beriman (27:77). Ayat tersebut harus diartikan bahwa Allah menghendaki Al Quran sebagai satusatunya pedoman dalam agama islam agar tidak tersesat. 27:77. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aliran yang berpaham bahwa Al Quran merupakan satu-satunya pedoman dalam agama islam atau aliran ingkar penulis kitab hadis adalah tidak sesat. Mengingat bahwa Allah hanya menyebutkan Al Quran yang menjadi petunjuk bagi orang beriman, kitab selain Al Quran tidak dapat menjadi petunjuk bagi orang beriman. Oleh karena itu, paham yang menjadikan Al Quran dan kitab selain Al Quran sebagai petunjuk termasuk aliran yang mengandung kesesatan. MUI MENGINGKARI HADIS? Ada hadis Nabi (HR. Muttafaq 'alaihi) yang menyebutkan bahwa rukun islam ada 6 yaitupercaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasulrasul-Nya, Hari Akhir dan Qadar baik dan buruk-Nya dari Allah taala (diakses 6 Januari 2010 dari http://suprichusnul.multiply.com/journal/item/518). Jika kita cermati isi hadis tersebut, kitab hadis dan penulis kitab hadis tidak termasuk dalam rukun iman Dengan demikian, kitab hadis dan penulis kitab hadis tidak boleh diimani karena tidak termasuk dalam rukun iman. Hal ini menjadi menarik karena MUI justru membuat fatwa tentang larangan untuk mengingkari hadis Nabi. Dengan kata lain, MUI justru mendorong orang agar beriman pada kitab hadis dan penulis kitab hadis. Padahal, kitab hadis yang diimani MUI menyebutkan bahwa kitab hadis dan penulis kitab hadis tidak termasuk rukun iman. Bukankah ini bukti bahwa MUI telah mengingkari isi kitab hadis? Jika MUI benar-benar beriman pada kitab hadis dan penulis kitab hadis, seharusnya MUI tidak membuat fatwa tersebut.

PENUTUP Mengapa orang-orang yang beriman kepada Al Quran dinyatakan sesat oleh MUI hanya karena mereka tidak beriman kepada penulis kitab hadis? Bukankah penulis kitab hadis tidak mempunyai kedudukan apa pun di sisi Allah? Bukankah manusia yang wajib diimani hanya Rasul Allah (57:7)?

57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orangorang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.

Petunjuk selain Al Quran rawan terhadap tipu daya syaitan sehingga para penggunanya dapat keluar dari jalan yang benar meskipun mereka menyangka mendapat petunjuk (43:37).

43:37. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.

You might also like