You are on page 1of 9

2.

1 Pengertian Puasa Sebelum kita mengkaji lebih jauh materi puasa, terlebih dahulu kita akan mempelajari pengertian puasa menurut bahasa dan menurut istilah. Secara etimologi (bahasa), makna puasa adalah menahan. Dalam bahasa arab, orang yang diam disebut dengan sha'im "orang yang berpuasa". Karena ia menahan diri dari pembicaraaan, seperti dalam firman Allah Ta'ala tentang Maryam : "Jika kamu melihat seorang manusia, katakanlah, "Sesungguhnya saya telah bernazar puasa untuk Allah yang Maha Pemurah, maka saya tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini. (Maryam:26) Adapun secara terminologi (istilah), puasa adalah menahan sesuatu pada waktu tertentu oleh orang tertentu dari perkara-perkara spesifik yang disertai dengan niat. Penjelasan : Menahan sesuatu tertentu : Yaitu menahan diri dari makan, minum dan jima'. Waktu tertentu, yaitu pada bulan ramadhan, sejak fajar shalat subuh terbit, hingga matahari terbenam. Orang tertentu, yaitu dilakukan oleh seorang muslim yang berakal, baligh dan mampu, kecuali perempuan haidh dan nifas. Perkara-perkara spesifik, yaitu pembatal-pembatal puasa dan hal-hal yang makruh dilakukan saat berpuasa. Jadi kesimpulannya puasa adalah shaum atau shiyam, artinya sikap pasif menahan diri dari makan dan minum serta segala yang membatalakan ibadah tersebut, sejak terbit fajar sampai tenggelamnya matahari, dengan disertai niat ibadah karena Allah SWT. #puasa dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu : A. Puasa wajib B. Puasa sunnah

A. Puasa Wajib 1. Syarat puasa wajib Puasa hanya diwajibkan kepada orang-orang yang telah memenuhi beberapa persyaratan. adapun syarat wajib puasa sebagai berikut : a. Beragama islam 0

b. Sudah baliqh (cukup umur) c. Berakal sehat (tidak gila atau mabuk) d. Suci dari haid dan nifas bagi perempuan e. Sanggup berpuasa 2. Rukun puasa Rukun puasa ada 2 yaitu : a. Berniat. Yakni menjaga puasa karena Allah SWT. Niat tersebut dilakukan pada malam hari sebelum puasa. b. Menahan diri dari segala suatu yang membatalkan puasa, sejak terbit hingga terbenamnya matahari. 3. Hal-hal yang membatalkan puasa Adapula yang dapat membatalkan puasa antara lain sebagai berikut : a. Makan dan minum yang dilakukan dengan sengaja b. Bersetubuh c. Keluar mani dengan sengaja d. Muntah dengan sengaja e. Hilang akal (gila, mabuk) f. Keluar haid dan nifas (bagi wanita) g. Membatalkan niat untuk berpuasa 4. Macam-macam puasa a. Puasa Ramadhan yaitu puasa yang wajib dikerjakan pada bulan ramadhan selama satu bulan penuh. b. Puasa Qadha yaitu puasa yang wajib ditunaikan karena berbuka dalam bulan Ramadhan, disebabkan seperti safar, sakit, haid, atau dengan sebab yang lain. c. Puasa kafarat yaitu puasa yang wajib dikerjakan untuk menutupi sesuatu keteledoran yang telah dilakukan. d. Puasa nazar yaitu puasa yang telah dijanjikan karena menginginkan sesuatu nikmat atau harapan tertentu.

I.

Waktu-waktu yang diharamkan berpuasa 1. Dua hari raya, yaitu Hari Raya idul Fitri dan idul adha Ketahuilah bahwa, Allah subhaanahu wa Ta ala telah mengharamkan berpuasa pada dua hari raya, yaitu: hari raya idul Fitri dan hari raya idul adhaa, karena pada kedua hari itu semua orang berada dalam keadaan senang dan gembira serta mendapatkan beberapa kelezatan yang tidak dilarang Allah. juga orang menampilkan sifat murah hati dan dermawan terhadap golongan fakir miskin dengan berpuasa pada kedua hari raya itu, maka tidak akan tampaklah kesemuanya itu. Hari raya idul fitri jatuh pada tanggal 1 syawal. sesudah semua ummat islam menunaikan ibadah puasa sebulan penuh sedangkan hari raya idul adhaa jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. pada hari itu , semua orang yang berada di tanah suci untuk menunaikan ibadah haji , telah selesai melaksanakan seluruh manasik haji, sehingga mereka 1

bergembira ria sebagai pernyataan syukur kepada Allah,karena telah berhasl i melaksanakan ibadah yang berat itu. 2. Tiga hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 dzulhijjah Hari Tasyrik itu iala hari-hari sesudah hari raya idul Adhaa, tepatnya tanggal 11,12,13 Dzulhijjah.Adapun sebab-sebab diharamkannya berpuasa pada hari-hari tasyrik ini adalah karena pada saat itu, orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah haji sedang dalam puncak kesibukan mereka. disamping mereka terlalu sibuk, juga mereka adalah musafir, karena itu diharmkan puasa pada hari-hari tasyrik. 3. Pada hari syak Hari Syak itu adalah hari terakhir di bulan Sya ban . Hal ini berdasarkan hadits Ammar bin Yasir rodhiyallaahu anhu, yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda,: Barangsiapa berpuasa pada hari syak, berarti ia telah mendurhaka kepada Abul Qosim Saw. .(HR. Ashhaabus Sunan) Dari hadits diatas jelas ,bahwa puasa pada hari syak tidak boleh, namun kalau seseorang sudah membiasakan berpuasa, misalanya puasa pada senin dan kamis, dan kemudian jatuh pada hari syak itu, maka ia boleh berpuasa pada hari itu.

Selain waktu-waktu yang diharamkan diatas, orang islam juga dilarang (makruh) berpuasa pada hari jum at. II. Orang-orang yang diperbolehkan berbuka puasa. Adapun orang-orang yang diperbolehkan berbuka puasa sebagai berikut a. Orang yang dalam perjalan atau musyafir Sebagai mana dalam firman Allah SWT Artinya : Jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka) maka (wajiblah baginya mengganti puasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari yang lain dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebaikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS. Al-Baqarah : 184) b. Orang tua yang sudah lemah c. Wanita hamil atau menyusui d. Para pekerja berat

B. Puasa Sunnah Adapun puasa sunnah adalah amalan yang dapat melengkapi kekurangan amalan wajib. Selain itu pula puasa sunnah dapat meningkatkan derajat seseorang menjadi wali Allah yang terdepan (as saabiqun al muqorrobun).[1] Lewat amalan sunnah inilah seseorang akan mudah mendapatkan cinta Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi, 2

Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepadaKu, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya (HR. Bukhari no. 2506). 1. Puasa Senin Kamis Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa. (HR. Tirmidzi no. 747. Shahih dilihat dari jalur lainnya). Dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau mengatakan, . -

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis. (HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Shahih) 2. Puasa Tiga Hari Setiap Bulan Hijriyah Dianjurkan berpuasa tiga hari setiap bulannya, pada hari apa saja. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata,

Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: [1] berpuasa tiga hari setiap bulannya, [2] mengerjakan shalat Dhuha, [3] mengerjakan shalat witir sebelum tidur. ( HR. Bukhari no. 1178) Mu adzah bertanya pada Aisyah, . . -

Apakah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulannya? Aisyah menjawab, Iya. Mu adzah lalu bertanya, Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut? Aisyah menjawab, Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau). (HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. Shahih)

Namun, hari yang utama untuk berpuasa adalah pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah yang dikenal dengan ayyamul biid.[2] Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau berkata,

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar. (HR. An Nasai no. 2345. Hasan). Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda padanya,

Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah). (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2424. Hasan) 3. Puasa Daud Cara melakukan puasa Daud adalah sehari berpuasa dan sehari tidak. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, : Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari (HR. Bukhari no. 3420 . dan Muslim no. 1159) Dari 'Abdullah bin 'Amru radhiyallahu anhuma, ia berkata, . . . . . . . . . -

Disampaikan kabar kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa aku berkata; " Demi Allah, sungguh aku akan berpuasa sepanjang hari dan sungguh aku akan shalat malam sepanjang hidupku." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadanya ('Abdullah bin 'Amru): "Benarkah kamu yang berkata; "Sungguh aku akan berpuasa sepanjang hari dan sungguh aku pasti akan shalat malam sepanjang hidupku?". Kujawab; "Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, sungguh aku memang telah mengatakannya". Maka Beliau berkata: "Sungguh kamu pasti tidak akan sanggup melaksanakannya. Akan tetapi berpuasalah dan berbukalah, shalat malam dan tidurlah dan berpuasalah selama tiga hari dalam setiap bulan karena setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa dan itu seperti puasa sepanjang tahun. Aku katakan; "Sungguh aku " mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah". Beliau berkata: "Kalau begitu puasalah sehari dan berbukalah selama dua hari". Aku katakan lagi: "Sungguh aku mampu yang lebih dari itu Beliau ". berkata: "Kalau begitu puasalah sehari dan berbukalah sehari, yang demikian itu adalah puasa Nabi Allah Daud 'alaihi salam yang merupakan puasa yang paling utama". Aku katakan lagi: "Sungguh aku mampu yang lebih dari itu". Maka beliau bersabda: "Tidak ada puasa yang lebih utama dari itu". (HR. Bukhari no. 3418 dan Muslim no. 1159)

Ibnu Hazm mengatakan, Hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang dari melakukan puasa lebih dari puasa Daud yaitu sehari puasa sehari tidak. [3] Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan, Puasa seperti puasa Daud, sehari berpuasa sehari tidak adalah lebih afdhol dari puasa yang dilakukan terus menerus (setiap harinya). [4] Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, Puasa Daud sebaiknya hanya dilakukan oleh orang yang mampu dan tidak merasa sulit ketika melakukannya. Jangan sampai ia melakukan puasa ini sampai membuatnya meninggalkan amalan yang disyari atkan lainnya. Begitu pula jangan sampai puasa ini membuatnya terhalangi untuk belajar ilmu agama. Karena ingat, di samping puasa ini masih ada ibadah lainnya yang mesti dilakukan. Jika banyak melakukan puasa malah membuat jadi lemas, maka sudah sepantasnya tidak memperbanyak puasa. ... Wallahul Muwaffiq. [5] 4. Puasa di Bulan Sya ban Aisyah radhiyallahu anha mengatakan, -

Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya ban. Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya ban seluruhnya . (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156). Dalam lafazh Muslim, Aisyah radhiyallahu anha mengatakan, . Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja. (HR. Muslim no. 1156) Yang dimaksud di sini adalah berpuasa pada mayoritas harinya (bukan seluruh harinya [6]) sebagaimana diterangkan oleh Az Zain ibnul Munir.[7]Para ulama berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib.[8] 5. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. (HR. Muslim no. 1164) 6. Puasa di Awal Dzulhijah Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, . . 5 .

"Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembai satupun." l (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968. Shahih). Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut bisa shalat, sedekah, membaca Al Qur an, dan amalan sholih lainnya.[9] Di antara amalan yang dianjurkan di awal Dzulhijah adalah amalan puasa. Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, . -

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari Asyura (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya [10], ... (HR. Abu Daud no. 2437. Shahih). 7. Puasa Arofah Puasa Arofah ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Abu Qotadah Al Anshoriy berkata,

Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arofah? Beliau menjawab, Puasa Arofah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab, Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu (HR. Muslim no. 1162). Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa Arofah. Dari Ibnu Abbas, beliau berkata, -

Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya. (HR. Tirmidzi no. 750. Hasan shahih). 8. Puasa Asyura Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pa bulan Allah - Muharram. da Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam (HR. Muslim no. . 1163). An Nawawi -rahimahullah- menjelaskan, Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram. [11] Keutamaan puasa Asyura sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Qotadah di atas. Puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertekad di akhir umurnya untuk melaksanakan puasa Asyura tidak bersendirian, namun diikutsertakan dengan puasa pada hari sebelumnya (9 Muharram). Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.

Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam melakukan puasa hari Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata, . .. -

Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani. Lantas beliau mengatakan, Apabila tiba tahun depan insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan. Ibnu Abbas mengatakan, Belum sampai tahun depan, Nabi shallallah u alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia. (HR. Muslim no. 1134). Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah Pertama: Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar. Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, . . . . . . -

Pada suatu hari, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya, "Apakah kamu mempunyai makanan?" Kami menjawab, "Tidak ada." Beliau berkata, "Kalau begitu, saya akan berpuasa." Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, "Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju)." Maka beliau pun berkata, "Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa (HR. Muslim no. ." 1154). An Nawawi memberi judul dalam Shahih Muslim, Bab: Bolehnya melakukan puasa sunnah dengan niat di siang hari sebelum waktu zawal (bergesernya matahari ke barat) dan bolehnya membatalkan puasa sunnah meskipun tanpa udzur . Kedua: Boleh menyempurnakan atau membatalkan puasa sunnah. Dalilnya adalah hadits Aisyah diatas. Puasa sunnah merupakan pilihan bagi seseorang ketika ia ingin memulainya, begitu pula ketika ia ingin meneruskan puasanya. Inilah pendapat dari sekelompok sahabat, pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya. Akan tetapi mereka semua, termasuk juga Imam Asy Syafi i bersepakat bahwa disunnahkan untuk tetap menyempurnakan puasa tersebut. 12] [ Ketiga: Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya bersamanya kecuali dengan seizin suaminya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada kecuali dengan seizinnya (HR. . Bukhari no. 5192 dan Muslim no. 1026) An Nawawi rahimahullah menjelaskan, Yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah puasa sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu. Larangan yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah larangan haram, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama Syafi iyah. Sebab pengharaman tersebut karena suami memiliki hak untuk bersenang-senang dengan istrinya setiap harinya. Hak suami ini wajib ditunaikan dengan segera oleh istri. Dan tidak bisa hak tersebut terhalang dipenuhi 7

gara-gara si istri melakukan puasa sunnah atau puasa wajib yang sebenarnya bisa diakhirkan. [13] Beliau rahimahullah menjelaskan pula, Adapun jika si suami bersafar, maka si istri boleh berpuasa. Karena ketika suami tidak ada di sisi istri, ia tidak mungkin bisa bersenang-senang dengannya. [14]

Faedah berpuasa Puasa itu adalah ibadah yang berfaedah banyak, diantaranya : 1. Puasa mengistirahatkan perncernaan dan perut dari kelelahan kerja yang terus menerus mengeluarkan sisa makanan dalam tubuh, memperkuat badan dan bermanfaat pula bagi penyembuhan beberapa penyakit. Disamping mengistirahatkan kaum perokok dari kecanduan rokok dan dapat membantu dalam upaya meninggalkannya. 2. Puasa merupaka latihan dan pembiasaan jiwa untuk berbuat kebaikan dan disiplin, ketaatan dan kesabaran. 3. Orang yang berpuasa merasakan adanya persamaan dengan saudaranya yang berpuasa, ia berpuasa bersama, berbuka bersama, merasakan adanya kesatuan islam yang menyeluruh, dan merasakan lapar sehingga dapat ikut prihatin terhadap saudara-saudaranya yang mengalami kelaparan dan mempunyai kebutuhan.

You might also like