You are on page 1of 13

MODUL KAPITA SELEKTA

TEMA KAJIAN:

PERSPEKTIF PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Dosen:

Farid Hamid, M.Si.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

PENDAHULUAN Komunikasi merupakan aktivitas yang paling esensial dalam kehidupan manusia. Kurang lebih 70% dari waktu bangun kita dipergunakan untuk berkomunikasi. Keberhasilan seseorang pun dapat dilihat dari keterampilannya dalam berkomunikasi. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Atau dengan kata lain, ilmu komunikasi juga berkaitan erat dengan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yaitu Psikologi. Akan tetapi, komunikasi bukanlah subdisiplin ilmu dari psikologi. Justru komunikasi dipelajari oleh disiplindisiplin ilmu yang lain, seperti psikologi dan sosiologi. Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan "komunikasi" itu? Ada banyak sekali definisi dari "komunikasi". Definisi-Definisi yang timbul tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai perspektif seperti mekanistis, sosiologistis, atau psikologistis. Komunikasi sebagai aktivitas esensial manusia, memiliki makna yang benar-benar luas. Mulai dari penyampaian energi, gelombang suara, tanda di antara tempat, sistem atau organisme. Sederhananya, komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang diterima oleh alat-alat indera, ke bagian otak. Informasi itu bisa berasal dari lingkungan, organisme lainnya, atau dari diri sendiri. Ditinjau dari sudut pandang ilmu Biologi, proses penyampaian informasi itu sendiri merupakan suatu proses yang teramat rumit dan kompleks. Hasil dari sinergi otak dengan berbagai alat indera dan organ-organ tubuh, serta melibatkan jutaan sel syaraf di otak dan seluruh bagian tubuh. Tetapi, hal yang dibahas dalam psikologi adalah analisis terhadap seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi itu. Pada diri komunikan, psikologi berusaha merumuskan karakteristik pihak komunikan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Sedangkan pada pihak komunikator, psikologi menganalisa bagaimana suatu keberhasilan komunikasi (komunikasi efektif) bisa terjadi. Selain itu, psikologi juga menganalisis bagaimana sebuah

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

stimulus bisa menimbulkan respons pada individu atau bagaimana suatu aktivitas komunikasi bisa menimbulkan suatu akibat. Tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk menghasilkan suatu tindakan komunikasi efektif. Atau dengan kata lain, menyampaikan apa yang ada di pikiran komunikator, agar sama dengan apa yang dipikirkan oleh pihak komunikan. Komunikasi yang efektif ini, setidaknya menimbulkan lima hal, yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik serta tindakan. Disinilah peranan psikologi dalam komunikasi. Selain menganalisis penyebab, dampak dll, psikologi juga berusaha menemukan apa cara yang paling baik untuk menimbulkan komunikasi efektif. Dengan mempelajari psikologi, komunikasi yang akan kita lakukan dapat dilancarkan dengan cara yang terbaik. Selain itu, dampak dari komunikasi yang dilakukan pun dapat diprediksikan. Itulah konsep dari psikologi komunikasi. Psikologi komunikasi berusaha untuk menganalisis proses berkomunikasi antar individu atau dengan diri sendiri, dengan sejelas-jelasnya. Bila suatu komunikasi telah berhasil, maka tujuan yang ingin kita tuju pun dapat dicapai. Selain itu kepribadian yang kita miliki pun akan berkembang dengan baik.

I. Lingkup Psikologi Komunikasi


Proses komunikasi memiliki dua ciri khas, yaitu bersifat dinamis serta tak dapat diulang dan diubah. Sedang fungsi komunikasi adalah untuk memahami diri sendiri dan orang lain, memapankan hubungan yang bermakna, dan mengubah sikap dan perilaku. Untuk lebih menjelaskan proses komunikasi Watzlawick, Beavin dan Jackson menyebut lima (5) aksioma komunikasi yaitu: 1. Anda tidak dapat tidak berkomunikasi; 2. Setiap interaksi memiliki dimensi isi dan hubungan; 3. Setiap interaksi diartikan dengan cara bagaimana pelaku interaksi menjelaskan kejadian; 4. Pesan bersifat digital dan analog;

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

5. Pertukaran komunikasi bersifat simetrik dan komplementer. Karena komunikasi yang kita bahas adalah komunikasi antarmanusia, maka pembahasan tidak bisa terlepas dari aspek psikologis manusia itu sendiri. Dengan demikian erat kaitannya antara psikologi dan komunikasi. Dalam psikologi, komunikasi memiliki makna yang luas, meliputi segala penyampaian serta dipergunakan sebagai proses pesan, pengaruh atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi. Psikologi komunikasi diartikan sebagai ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengontrol peristiwa mental dan behavioral. Psikologi digunakan untuk mendukung tercapainya komunikasi yang efektif dan efisien. Kegagalan komunikasi dapat terjadi bila pesan yang dikomunikasikan tidak diterima secara cermat

Pemahaman Diri
Memahami komunikasi dan hubungan antarpribadi dari sudut pandang individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi di dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan di mana dia terlibat di dalamnya. Untuk itu pemahaman psikologis terhadap komunikasi antarpribadi merupakan bagian penting dari pemahaman yang menyeluruh terhadap komunikasi antarpribadi. Meskipun demikian, beberapa persoalan dapat muncul dalam proses pemahaman oleh individu yang disebut juga sebagai proses intra pribadi. Fisher (1987) mengemukakan bahwa ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, proses intra pribadi kita memiliki paling sedikit tiga tataran yang berbeda. Tiap tataran tersebut akan berkaitan dengan sejumlah diri yang hadir

Diri pandangan kita mengenai diri kita sendiri, dalam situasi antarpribadi, yaitu: Saya
pandangan kita mengenai diri orang lain, dan pandangan kita mengenai pandangan orang lain tentang kita. Seringkali hal ini disebut pula dengan persepsi, metapersepsi, dan metametapersepsi. Diri

Sendiri

Orang Lain
Pandangan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Orang Lain Terhadap diri saya

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

Ketika tataran psikologis ini berfungsi secara simultan ketika kita sedang berkomunikasi dengan orang lain. Perlu juga diingat bahwa dalam komunikasi antarpribadi, sedikitnya ada dua orang yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian, pada saat ketiga tataran psikologis kita beroperasi, hal yang sama berlaku pula pada diri partner komunikasi kita. Elemen Pembentuk Kesadaran Diri Dalam hubungannya dengan kesadaran diri, Fisher (1987) menyebutkan beberapa elemen dari kesadaran diri, yaitu: konsep diri, self esteem dan multiple selves. 1. Konsep Diri Untuk dapat menyadari diri kita, pertama kali kita harus memahami apakah diri atau self itu. Diri secara sederhana dapat kita artikan sebagai identitas individu. Jadi identitas diri adalah cara-cara yang kita gunakan untuk membedakan individu satu dengan individu-individu lainnya. Dengan demikian diri pengertian yang mengacu kepada identitas spesifik dari individu. William D. Brooks (1974) mendefinisikan konsep diri sebagai: those physycal, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interactions with others pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Jadi, konsep diri adalah adalah suatu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

Pada umumnya orang cenderung menggolongkan dirinya sendiri dalam tiga kategori, yaitu karakteristik/sifat pribadi, karakteristik/sifat sosial dan peran sosial. Dengan kata lain, kita cenderung untuk memandang diri kita sebagai memiliki sifatsifat internal tertentu yang kita gunakan untuk menjelaskan bagaimana kita berperan dalam berhubungan dengan orang lain.

Karakteristik/sifat pribadi Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam

persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dan sebagainya) atau kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dll).

Karakteristik /sifat sosial Karakteristik atau sifat sosial menunjukkan sifat-sifat yang kita tampilkan

dalam hubungan kita dengan orang lain. Antara lain ramah atau ketus, ekstrovert atau introvert, cerewet atau pendiam, penuh perhatian atau tidak peduli, dan sebagainya.

Peran sosial Peran sosial, mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam suatu

masyarakat tertentu. Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti ayah, istri, guru, polisi, eksekutif, dan sebagainya. Peran sosial ini dapat pula berbentuk afiliasi terhadap budaya, etnik, agama, dan sebagainya. Konsep diri dapat berubah seiring dengan waktu, oleh karenanya stabilitas dari konsep diri ini sulit untuk diperkirakan. 2. Self Esteem Ketika kita menjadi objek persepsi, maka kita juga akan mengevaluasi diri kita sendiri. Inilah yang dikenal dengan self esteem. Suatu bagian yang inheren dari konsep diri. Self esteem berpengaruh terhadap perilaku kita dalam berkomunikasi. Jika self esteem tinggi, kita cenderung merasa kompeten sehingga berperilaku secara

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

lebih percaya diri. Orang yang self esteemnya tinggi biasanya lebih mandiri, tegas, dan tidak mudah dipersuasi. Sementara kebalikannya dari hal-hal tersebut biasanya ditemukan pada orang-orang yang self esteemnya rendah. 3. Multiple Selves Walaupun diri mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya kita masing-masing memiliki berbagai identitas diri yang berbeda, yang disebut multiple selves. Beberapa dari diri kita berkaitan dengan peran kita dalam berbagai hubungan sosial yang berbeda dengan berbagai orang yang berbeda pula, misalnya; ayah-anak, suami isteri; atasan-bawahan; teman-teman, dll. Ini semua mengacu kepada peran yang kita mainkan dalam berbagai komunitas dan merefleksikan berbagai aspek dalam kehidupan kita.

Konsep-Konsep yang Mempengaruhi Perkembangan Kesadaran Diri Selama proses kehidupan dan interaksi kita dengan orang lain, kita secara terus menerus mengembangkan konsep diri. Proses mengenal diri sendiri akan berlangsung secara kontinyu dan tidak dapat kita hindari. Oleh sebab itu, jika kita ingin memahami sepenuhnya tingkat hubungan antarpribadi kita dan mendapat manfaatnya, maka kita perlu menyadari konsep diri kita dan bagaimana perubahanperubahan yang terjadi di dalamnya. Proses perkembangan kesadaran diri diperoleh melalui tiga konsep, yaitu reflexive self, social self, dan becoming self. Reflexive Self adalah melihat diri menurut persepsi kita sendiri. Sedangkan Social Self menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita. Pengertian ini senada dengan teori looking glass self. Menurut Charles Horton Cooley penemu teori ini, kita seakan-akan sedang bercermin. Pertama, dalam cermin tersebut kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain; kita melihat sekilas diri kita seperti dalam cermin. Misalnya, kita merasa wajah kita jelek; Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Kita pikir mereka menganggap kita tidak menarik; Ketiga, kita mengalami perasaan bangga atau kecewa, orang mungkin merasa sedih atau malu.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

Singkatnya teori ini menggambarkan bagaimana kita mengembangkan konsep diri melalui interaksi. Dalam interaksi, reaksi orang lain merupakan informasi mengenai diri kita, dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut untuk menyimpulkan, mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita. Sedangkan konsep becoming Self merupakan pandangan bahwa konsep diri selalu berubah, terus menerus berkembang dan selalu diterpa oleh informasi baru untuk dipersepsikan dan diinterpretasikan. Artinya konsep diri selalu merupakan proses menjadi konsep diri.

Teori-Teori Tentang Diri (Konsep Diri) Pembicaraan tentang konsep diri dapat dilacak sampai William James. James membedakan antara: The I, diri yang sadar dan aktif, dan The Me, diri yang menjadi objek renungan kita. Konsep diri kemudian tenggelam ketika Behaviorisme berkuasa. Baru pada tahun 1943, Gordon E. Allport menghidupkan kembali konsep diri. Berikut ini beberapa teori lain tentang konsep diri:

Carl Ransom Rogers (1902-1987) Carl Rogers selain dikenal sebagai tokoh psikologi humanistis, ia dikenal

juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu, yang mana realitas tiap orang akan berbeda-beda tergantung pada pengalaman- pengalaman perseptualnya. Menurutnya perilaku seseorang adalah merupakan fakta dari lapangan fenomenal (Carl Rogers menyebut dengan istilah realitas subyektif). Rogers berpendapat bahwa lapangan fenomenal merupakan rangkuman dari semua pengalaman dari apa yang dialami, dirasa, dinilai, ditafsirkan atas dasar pengertian individu baik yang disadari atau tidak. Konsep diri adalah bagian sadar dari lapangan fenomenal (fenomenal field) yang merupakan kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan dirinya dan akan membedakan dirinya dengan yang bukan dirinya. Sebagai tambahan pada konsep diri, individu mempunyai diri ideal (ideal self), yaitu apa yang diinginkan atau dianggapnya seharusnya demikian. Di mana individu menempatkan nilai tertinggi mengenai dirinya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

Apabila perbedaan antara konsep diri (disebut juga diri real) dan diri ideal adalah besar, maka orang merasa tidak puas dan tidak dapat menyesuaikan diri (Supratiknya, 1993:135 ; Rom Harre & Roger Lamb, 1996: 261 ). Teori RD Laing R.D. Laing seorang psikiatris berkebangsaan Inggris yang telah menulis banyak buku tentang proses persepsi dan pengalaman dalam komunikasi. Tesis utama dari teorinya adalah bahwa perilaku komunikatif seseorang sebagian besar terbentuk oleh persepsi (pengalaman) nya ketika ia berhubungan dengan komunikator yang lainnya. Menurut RD Laing, hubungan interpersonal melibatkan dan membentuk kedua belah pihak. Ketika saya berhubungan dengan anda, anda bukan lagi anda yang biasa; anda berubah karena pertemuan dengan saya. Saya pun berubah karena anda. Laing bersama H. Phillipson, dan A.R. Lee mengungkapkan seperti ini: When Peter meets Paul, Pauls behavior becomes Peters experience; Peters behavior becomes Pauls experience

II. EMPAT TEORI PSIKOLOGI TENTANG MANUSIA Dalam psikologi dikenal empat teori tentang manusia, yaitu psikoanalisis, behaviorisme, psikologi kognitif dan psikologi humanistik. Dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (id) komponen psikologis (ego) dan komponen sosial (superego). Id berisi dorongan-dorongan biologis yang bermuara pada pencapaian kesenangan. Ego bergerak atas prinsip realitas yang membawa kita ke kenyataan, superego berisi hati nurani yang berlaku sebagai polisi kepribadian. Sementara itu behavorisme menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh peneguhan (reinforcement), tindakannya atas dasar ganjaran dan hukuman (reward and punishment). Sementara kemampuan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

potensialnya untuk berperilaku didapatkannya melalui peniruan (imitation) dalam proses belajar sosial (social learning) Selanjutnya psikologi kognitif melihat manusia sebagai makhluk yang selalu berpikir karena ia berusaha memahami lingkungannya. Sedangkan psikologi humanistik mendasarkan pandangannya atas dasar asumsi keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna serta .

III. FAKTOR-FAKTOR PERSONAL DAN SITUASIONAL YANG MEMPENGARUHI PERILAKU Faktor Personal: Faktor Biologis dan Sosiopsikologis Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia ada dua yaitu faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal terdiri dari faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Sedangkan faktor situasional terdiri dari tujuh faktor (penjelasan ada di Kegiatan Belajar 2). Faktor biologis menekankan pada pengaruh struktur biologis terhadap perilaku manusia. Pengaruh biologis ini dapat berupa instink atau motif biologis. Perilaku yang dipengaruhi instink disebut juga species characteristic behavior misalnya lainnya. Faktor personal lainnya adalah faktor sosiopsikologis. Menurut pendekatan ini proses sosial seseorang akan membentuk beberapa karakter yang akhirnya mempengaruhi perilakunya. Karakter ini terdiri dari tiga komponen yaitu komponen afektif, kognitf dan komponen konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Dalam komponen ini tercakup motif sosiogenesis, sikap dan emosi. Komponen kognitif berkaitan dengan aspek intelektual yaitu apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif terdiri dari faktor sosiopsikologis adalah agresivitas, merawat anak dan lain-lain. Sedangkan yang bisa dikelompokkan dalam motif biologis adalah kebutuhan makan, minum dan lain-

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

kepercayaan, yaitu suatu keyakinan benar atau salah terhadap sesuatu atas dasar pengalaman intuisi atau sugesti otoritas. Komponen konatif berkaitan dengan aspek kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang relatif Faktor-faktor Situsional Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor situasional.

Menurut

pendekatan

ini,

perilaku

manusia

dipengaruhi

oleh

lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional ini berupa faktor ekologis, misal kondisi alam atau iklim faktor rancangan dan arsitektural, misal penataan ruang faktor temporal, misal keadaan emosi suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara teknologi faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku

individu

III. KARAKTERISTIK KOMUNIKASI MANUSIA Komunikasi manusia merupakan suatu hal yang kompleks karena ada bagian-bagian yang bisa diamati dan ada pula bagian-bagian yang tidak bisa diamati, bahkan Brent Ruben mengatakan bahwa sebagaian besar proses komunikasi manusia tidak dapat dilihat atau diamati. Aspek-aspek komunikasi yang dapat diamati adalah: 1. 2. 3. Interactants atau biasa disebut partisipan Simbol, baik yang bersifat verbal maupun nonverbal Media, yaitu sarana untuk mengirimkan pesan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

Sedangkan aspek-aspek yang tidak dapat diamati adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Meaning Learning Subjectiving Negotiation Culture Interacting levels dan context Self reference elf reflexivity Inevitability

Komunikasi Verbal dan Non-Verbal Komunikasi manusia bisa bersifat verbal, bisa bersifat nonverbal. Komunikasi verbal (bahasa) sedangkan Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang mengunakan simbol-simbol nonverbal. Menurut Teori Belajar, kemampuan berbahasa diperoleh manusia melalui tiga proses yaitu asosiasi, imitasi dan peneguhan. Sedangkan menurut Teori Nativisme, kemampuan berbahasa ini merupakan faktor bawaan. Ada suatu sistem dalam otak yang disebut LAD, yang memungkinkan manusia menggabungkan komponen-komponen bahasa. Bahasa dan realitas mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut teori Whorf, pandangan manusia tentang dunia dibentuk oleh bahasa. Jika bahasanya berbeda maka pandangannya tentang dunia juga berbeda. Ada tiga keterbatasan bahasa dalam menjanjikan realitas yaitu: 1. 2. 3. prinsip non-identity prinsip non-allness prinsip self-reflexiveness

Ditinjau dari sudut pandang psikologi, bahasa yang merupakan rangkaian kata-kata sebenarnya tidak bermakna. Maka itu terletak pada pikiran individu yang terbentuk karena pengalamannya. Kesamaan makna karena ada kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognisi disebut Isomorfisme.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

Selain melalui bahasa, komunikasi juga dapat berlangsung melalui cara-cara nonverbal. Pesan nonverbal ini terbagi atas: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Paralanguage penampilan Gestura Sentuhan Ruang dan jarak waktu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Farid Hamid S.Sos.,MSi PROFESIONAL IMAGE

You might also like