You are on page 1of 7

PREDIKSI SOAL UTS SEMESTER 4 TAHUN 2011 Panitia 9 - 2A 1.

Jelaskan perbedaan antara hukum agraria dan hukum tanah ! 2. Prof Boedi Harsono, SH berpendapat bahwa lingkup hukum di bidang agraria tidak hanya hukum perdata tetapi juga hukum publik ? jelaskan uraian saudara ! 3. Jelaskan hubungan antra pasal 33 (3) UUD 1945 dengan UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Agraria (UUPA) 4. Burgerlijk Wetboek (KUH Perdata) mengenal bebrapa jenis hak atas tanah, Sebutkan hak-hak atas tanah tersebut ! 5. Jelaskan proses diundangkannya Agrarische Wet dan apa tujuan diundangkannya Agrarische Wet tersebut ! 6. Dalam penjelasan Umum UUPA menyebutkan dasar kenasionalan yang melatarbelakangi ditetapkannya UUPA. Jelaskan dasar kenasionalan tersebut! 7. Pasal 2 UUPA memberikan tafsir resmi autentik mengenai arti kata menguasai yang digunakan dalam pasal 33 (3) UUD 1945. Wewenang apa saja sebagai implementasi dari hak menguasai dari negara tersebut ? 8. Bagaimana posisi hukum adat dalam hukum agraria Indonesia. Jelaskan dasar hukum dan persyaratannya ! 9. Jelaskan dan sebutkan hukum pengertian Hak Milik menurut UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria. Apakah warga Negara asing dapat mempunyai hak m ilik ? Dalam hal apa hak milik dapat dihapus ? Jelaskan dasar hukumnya ! 10. Jelaskan mengenai istilah Agrarische wet, Agrarische besluit, Domein Verklaring, Burgerlijk wetboek, Indesche Staatsregeling, Regering Reglement, dan ZEE, serta hal agrarishe eigendom, hak ulayat dan konsepsi hukum adat ! 11. Jelaskan mengenai dualisme hukum agraria kolonial dan sejarah penyusunan UUPA ! 12. Jelaskan tentang pendaftaran tanah !

JAWABAN PREDIKSI SOAL UTS SEMESTER 4 TAHUN 2011 Panitia 9 2A 1. No . Hukum Agraria Menurut Soedikno Mertokusumo, hukum agraria adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur agraria Hukum Tanah Menurut Effendi Perangin, hukum tanah adalah keseluruhan peraturan-peraturan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah yang merupakan lembaga-lembaga hukum dan hubunganhubungan hukum yang kongkret

Definisi

2 Objek

Boedi Harsono menyatakan bahwa hukum agraria bukan hanya merupakan satu perangkat bidang hukum. Hukum agraria merupakan satu kelompok Objek hukum tanah adalah hak-hak berbagai bidang hukum, yang terdiri penguasaan atas tanah atas hukum tanah, hukum air, hukum pertambangan, hukum perikanan, dan hukum penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa. Menurut E. Utrecht, hukum agraria dalam arti sempit sama dengan hukum tanah

3 Lainnya

Hukum tanah merupakan bagian dari hukum agrarian

Hukum

agraria

pengertiannya

lebih

luas

daripada

hukum

tanah,

sehingga

peristiwa/kejadian hukum, kajian, dan obyek yang diatur di dalamnya juga lebih luas cakupannya dari hukum tanah. Hukum tanah hanya mengatur tentang hak-hak atas tanah,dalam artian permukaan bumi sedangkan hukum agraria merupakan satu kelompok berbagai bidang hukum, yang masing-masing mengatur hak-hak penguasaan atas sumbersumber daya alam tertentu yang termasuk pengertian agraria, kelompok tersebut adalah hukum tanah, hukum air, hukum pertambangan, hukum perikanan, hukum penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur di dalamnya, termasuk pula dalam kajian hukum agraria adalah hukum kehutanan. Hukum agraria dari segi obyek kajiannya tidak hanya membahas tentang bumi dalam arti sempit (hanya membahas hak penguasaan atas tanah) akan tetapi membahas juga tentang agraria dalam arti luas.

--Jawaban pertanyaan nomer 1 ini bersumber dari buku Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah karangan Urip Santoso halaman 5 s.d. 13-2. Hukum tanah ada yang beraspek publik dan beraspek privat. Hak bangsa Indonesia atas tanah beraspek publik dan hak menguasai dari negara atas tanah beraspek publik, hak ulayat masyarakat hukum adat beraspek publik dan privat, dan hak-hak perseorangan atas tanah beraspek privat. Jawaban ngawur lain : Dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945, disebutkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hubungan hukum UUD 1945 yang dirumuskan dalam istilah dikuasai itu, ditegaskan sifatnya sebagai hubungan hukum publik oleh UUPA pasal 2 ayat 2 yang menjelaskan tentang kewenangan hak menguasai dari negara. (isinya dibaca sendiri). Dengan rincian kewenangan mengatur, menentukan, dan menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam pasal 2 tersebut, diberikan suatu interpretasi politik mengenai hak menguasai dari negara yang dimaksudkan oleh UUD 1945, sebagai hubungan hukum yang bersifat publik semata-mata. (buku hukum agraria Indonesia karangan Boedi Harsono halaman 233 dan 234) 3. UUD 1945 meletakkan dasar politik dan pembentukan agraria nasional yang dimuat dalam pasal 33 ayat 3-nya yaitu Bumi, air, dan kekayaan negara yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara, dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Ketentuan ni bersifat imperatif, yaitu mengandung perintah kepada negara agar bumi, air dan kekeyaaan negara yang terkandung di dalamnya, yang diletakkan dalam penguasaan negara itu dipergunakan untuk mewujudkan kemakmuran bagi selruh rakyat Indonesia.Hubungan Pasal 33 (3) UUD 45 dengan UUPA adalah :

 Dimuat dalam Konsideran UUPA, Pasal 33 (3) UUD 1945 dijadikan dasar hukum bagi
pembentukan UUPA dan merupakan sumber hukum (materiil) bagi pengaturannya. bahwa hukum agraria tersebut harus pula merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, ketentuan dalam pasal 33 Undang-undang Dasar dan Manifesto Politik Republik Indonesia, sebagai yang ditegaskan dalam pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1960, yang mewajibkan Negara untuk mengatur pemilikan tanah dan memimpin penggunaannya, hingga semua tanah diseluruh wilayah kedaulatan bangsa dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara perseorangan maupun secara gotong-royong

 Dalam penjelasan UUPA angka 1.

hukum agraria nasional harus mewujudkan penjelmaan dari pada azas kerokhanian, Negara dan cita-cita Bangsa, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial serta khususnya harus merupakan pelaksanaan dari pada ketentuan dalam pasal 33 Undang-undang Dasar dan Garis garis Besar Haluan Negara Pengaturan keagrariaan atau pertanahan dalam UUPA yaitu untuk mengatur pemilikan dan memimpin penggunaannya, harus merupakan perwujudan dan pengamalan dasar negara pancasila dan merupakan pelaksanaan dari UUD 45 dan GBHN.Bahwa UUPA harus meletakkan dasar bagi hukum agraria nasional yang akan dapat membawa kemakmuran, kebahagiaan, keadilan serta kepastian hukum bagi bangsa dan negara. Jawaban rijal : sama dengan jawaban nomer 2. Baik materi maupun sumbernya. --Jawaban pertanyaan nomer 3 ini bersumber dari buku Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah karangan Urip Santoso halaman 36 dan rangkuman materi berjudul materi pertama: pengertian dan landasan hukum agraria halaman 2 4. Agrarische Wet lahir atas dasar desakan pemodal besar swasta Belanda sejalan dengan politik monopoli (sistem tanam paksa) Pemerintah dalam bidang pertanahan di mana pihak penguasa Belanda terbatas kemungkinannya memperoleh tanah-tanah yang luas dan kuat haknya. Dengan lahirnya Agrarische Wet ini, pengusaha besar swasta Belanda dalam rangka memperluas usahanya di bidang perkebunan memperoleh hak Efpacht dengan jangka waktu yang sangat lama, 75 tahun. Pada saat berlakunya Agrarische Wet ini politik monopoli kolonial yang konservatif diganti dengan politik liberal yaitu pemerintah tidak ikut mencampuri bidang usaha, pengusaha diberi kesempatan dan kebebasan mengembangkan usahanya. Tujuan diundangkannya hukum ini adalah untuk melindungi kepentingankepentingan swasta asing untuk lebih bebas dalam menggunakan hak-hak atas tanahnya, khusunya dalam bidang perkebunan. Mereka (penjajah) sebagai penguasa sekaligus merangkap sebagai pengusaha menciptakan kepentingan-kepentingan atas segala sumber kehidupan di Bumi Indonesia yang menguntungkan mereka sendiri sesuai dengan tujuan mereka dengan mengorbankan banyak kepentingan rakyat Indonesia. 5. kjhlkjh 6. Asa 7. (Lihat pasal 2 (2) UUPA dan juga penjelasan umum II angka (2) di PENJELASAN UMUM UUPA buku putih halaman 180--)

Wewenang negara sebagai implementasi dari bumi, air, dan kekayaan negara yang terkandung di dalamnya adalah (seperti telah disebutkan dalam pasal 2 (2) UUPA) : a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan persediaan dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut; b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara oran-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa; c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum andara orang-orang dan perbuatanperbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa Dalam pasal 2 ayat 1 yang menyatakan bahwa Bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan bumi yang terkandung di dalamnya, pada tingkatan yang tertinggi dikuasai negara, maksud dikuasai dalam pasal ini bukanlah berarti dimiliki akan tetapi adalah pengertian yang memberi kewenangan kepada negara, sebagai organisasi kekuasaan dari Bangsa Indonesia untuk melakukan/melaksanakan poin a,b, dan c di atas. Sehingga kemudian negara tidak perlu dan bukan pada tempatnya bertindak sebagai pemilik tanah, akan tetapi lebih tepat bertindak sebagai oranisasi kekuasaan dari seluruh rakyat (bangsa) bertindak sebagai Badan Penguasa. 8. Untuk pemahaman yang menyeluruh, baca dulu PENJELASAN UMUM UUPA bagian II poin (2) dan bagian III poin (1) dan (2) --buku putih halaman 181 s.d. 188-- serta Buku Hijau halaman 176 s.d. 181 (BAB VII: Hukum Adat dalam Hukum Tanah Nasional) dan halaman 204 s.d. 219 (Bagian 4: Hubungan Fungsional antara Hukum Adat dan Hukum Tanah Nasional). Sumber hukum untuk pertanyaan ini adalah UUPA pasal 3, 5 (dan penjelasannya), 16 (dan penjelasannya) 56, dan secara umum diatur juga di pasal 58. Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataan masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan unda-undang dan peraturan-peraturan yang lebih tinggi. Pasal 3 UUPA. Pasal ini menunjukkan bahwa hukum adat masih diakui oleh UUPA, dijelaskan selanjutnya oleh pasal 5 UUPA bahwa hukum agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta peraturan-peraturan yang tercantum dalam undang-undang ini dan dengan

peraturan undang-undang lainnya .... Dalam pasal 56 dan secara tidak langsung juga diatur dalam pasal 58 bahwa selama ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan pelaksanaan belem terbentuk maka peraturan-peraturan lain, dalam hal ini bisa berartu hukum adat setempat baik itu yang tertulis maupun tidak tertulis mengenai bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan jiwa dari ketentuan-ketentuan dalam undan-undang pokok agraria ini. Jadi, hukum adat ini mempunyai hubungan yang erat dengan UUPA, beberapa diantaranya yaitu : a. Hukum adat sebagai sumber utama dalam pembangunan Hukum Tanah Nasional b. Hukum adat sebagai pelengkap Hukum Tanah Nasional positif yang tertulis c. Hukum adat sebagai bagian dari Hukum Tanah Nasional Syarat-syarat bagi sebuah hukum adat agar dapat diakui dalam hukum (beberapa diantaranya) : a. Tidak boleh bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara b. Tidak boleh bertentangan dengan Sosialisme Indonesia c. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan UUPA d. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan-peraturan lainnya 9. Hak milik menurut UUPA pasal 20 adalah hak turun-temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Dalam pasal selanjutnya yaitu pasal 21 diatur bahwa yang dapat memiliki hak milik atas tanah adalah hanya warga negara Indonesia dan di ayat 2 nya diatur bahwa oleh pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang datapat mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya . Hak milik dapat terhapuskan (berdasarkan pasal 27 UUPA) bila : a. Tanahnya jatuh kepada negara\ y Karena pencabutan hak berdasarkan pasal 18 (yaitu, untuke kepentingan umum suatu hak milik dapat dihapuskan dengan diberi ganti rugi yang layak yang diatur dalam undang-undang) y y y Karena penyerahan sukarela ole pemiliknya Karena diterlantarkan Karena ketentuan pasal 21 ayat 3 (yaitu, karena orang asing yang karena pewarisan tanpa wasiat atau pencampuran harta karena perkawinan memperoleh hak milik dan WNI yang mempunyai hak milik dan setelah itu

kehilangan kewarganegaraannya wajib melapaskan hak milik tersebut) dan 26 ayat 2 (setiap jual beli, penukar, penghibahan, pemberian dengan wasiat dan perbuatan lain yang akibatnya memberikan hak milik kepada orang asing atau kepada warga negara dengan kewarganegaraan lain/berkewarganegaraan ganda atau kepada suatu badan hukum kecuali yang tealh ditetapkan pemerintah adalah batal dan tanahnya jatuh pada negara) b. Tanahnya musnah 10. Hak Agrarische Eigendom, yaitu hak yang berasal dari hak milik adat yang atas permohonan pemiliknya yang diakui oleh pengadilan, sebagaimana diatur dalam AB Stb. 1872 No. 117. Dan Stb. 1873 No. 38. Ini merupakan hak yang diciptakan oleh pemerintah hindia belanda yang tidak termasuk dalam hak2 barat di BW, adalah Di kesultanan Yogyakarta juga ada domein ini Agrarische Wet merupakan hasil dari rancangan Wet (undang-undang) yang diajukan oleh Menteri Jajahan de Wall. Agrarische Wet lahir atas dasar desakan pemodal besar swasta Belanda sejalan dengan politik monopoli (sistem tanam paksa) Pemerintah dalam bidang pertanahan di mana pihak penguasa Belanda terbatas kemungkinannya memperoleh tanahtanah yang luas dan kuat haknya. Dengan lahirnya Agrarische Wet ini, pengusaha besar swasta Belanda dalam rangka memperluas usahanya di bidang perkebunan memperoleh hak Efpacht dengan jangka waktu yang sangat lama, 75 tahun. 11. 12. As 13. As

You might also like