You are on page 1of 13

Kedudukan Paradigma Dalam Kegiatan Penelitian

Penelitian dinyatakan sebagai sebuah kegiatan mencari kembali data yang setelah diolah dan dianalisa dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang dirumuskan. Sudah tentu jawaban yang dimaksudkan tersebut hendaknya dapat memberikan gambaran yang sebenarnya dari keadaan sasaran penelitian. Untuk itu penelitian harus memperhatikan sifat objektif dari kegiatan penelitiannya, yaitu suatu sifat yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk mencapai objektivitas itu, penelitian harus menggunakan perangkat yang tepat guna, yang dalam bahasa penelitian disebut sebagai alat yang bersifat valid. Maksudnya adalah alat yang tepat dan tajam di dalam mengukur sesuatu yang ditelitinya. Untuk penelitian yang memiliki alat ukur yang valid, maka proses pengambilan kesimpulan menjadi tidak sulit dilakukan, namun apabila tidak, maka masih diperlukan proses pengecekan mengenai seberapa besar hasil penelitian itu menunjukan keadaan yang sebenarnya dari sasaran penelitian. Dalam kenyataannya, untuk mendapatkan alat ukur yang memiliki tingkat validitas yang sempurna, tidaklah mudah. Oleh karena itu dalam penelitian diperlukan juga adanya proses pengecekan melalui penggunaan konsep reliabilitas, untuk melihat berapa besar kebenaran yang ditemukan dalam penelitian itu, jika dibandingkan dengan kebenaran yang terjadi dalam sasaran penelitian. Penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari kebenaran. Untuk mendapatkan kebenaran tersebut diperlukan serangkaian langkah yang dapat menuntun peneliti untuk menghasilkan sesuatu yang tidak menyimpang dari keadaan yang sebenarnya dari sasaran penelitian. Serangkaian langkah tersebut antara lain meliputi langkah-langkah untuk mendapatkan objektivitas, validitas dan reliabilitas. Untuk mendapatkan oyektivitas ini, para peneliti harus mampu menanggalkan subyektivisme, baik subyektivisme yang datang dari pihak peneliti, maupun subyektivisme yang datang dari sasaran penelitian. Agar objektivitas tersebut dapat diperoleh, maka para peneliti harus mampu menampilkan indikator atau alat ukur yang valid, dan sekaligus

menggunakannnya. Dengan alat yang valid, yang tepat dan yang sesuai itu, maka peneliti akan terpandu ke arah perolehan hasil penelitian yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, atau paling tidak mendekati keadaan yang sebenarnya. Untuk mengetahui seberapa besar suatu hasil penelitian dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya, peneliti perlu pula melakukan cara-cara mengukur tingkat kepercayaan atau apa yang biasa disebut dengan istilah reliabilitas. Dari beberapa contoh di atas menjadi dapat diketahui bahwa peran objektivitas, validitas dan reliabilitas sangatlah besar bagi tindak lanjut dari suatu hasil penelitian. Andaikata hasil penelitian tertentu hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan pun, maka sifat yang objektif, valid dan reliabel, tetaplah sangat diperlukan keberadaannya. Artinya, dunia teoretik pun sangat pula memerlukan konsep konsep objektivitas, validitas dan reliabilitas. Validitas dan Reliabilitas Validitas merupakan built in control mechanism dalam metode penelitian yang menggunakan instrumen secara eksplisit. Validitas mempersoalkan instrument yang digunakan dalam mengukur atribut ; apakah alat ukur benar-benar mengukur atribut yang dimaksud. Mengapa masalah validitas senantiasa dipertanyakan dalam penelitian sosial ? Karena atribut semisal psikologis, pemahaman ilmiah, tingkat konservatisme, dll sangat sulit diukukr/dicari, meski demikian peneliti ilmiah harus mampu mengukur. Reliabilitas : kemampuan, ketepatan, keajegan, homogenitas alat ukur. Suatu alat ukkur dikatakan mantap bila dipergunakan berulang kali hasilnya tetap sama. Catatan : suatu data yang punya reliabilitas belum tentu punya validitas, sedang data yang punya validitas sudah tentu punya reliabilitas. Beberapa metode menguji reliabilitas. 1. Metode ulang : mengulangi pengukuran berdasar selang waktu ttt. 2. Metode belah dua : membegi dua butir pertanyaan ke dalam dua kelompok. 3. Metode parabel : butir-butir pertanyaan mewakili suatu variabel yang satu dan butir pertanyaan yang sama mewakili variabel yang lain yang punya kesamaan sifat, diukur secara bersamaan.

Jenis-jenis Validitas. 1. Validitas logis : mempersoalkan apakah pola hubungan variabel/konsep dapat diterima akal sehat. Misal : kita akan menganggap logis bila Org meneliti pengaruh usia terhadap suatu hal bukan sebaliknya. 2. Validitas tampang : menyangkut atribut kongkrit, bila kita ingin mengukur mencek huruf kita akan meminta orang membaca. 3. Validitas lintas budaya : mempersoalkan apakah alat ukur yang digunakan pada masyarakat ttt juga berlaku didalam masyarakat yang lain. 4. Validitas internal : menyangkut tentang internal psikologis khalayak/responden. Misal : kalau kita ingin mengamati sikap petani terhadap kredit usaha tadi maka kuesioner yang diajukan harus benar-benar menggali psikologis internal petani, bagaimana tanggapannya thd program kredit tsb. 5. Validitas eksternal : mempersoalkan apakah alat ukur yang dikenakan pada komunitas ttt juga berlaku pada komunitas yang lain. Misal : mangamati konsep belajar jarak jauh ( UT ), apakah siaran-siaran pendidikan program UT bisa memacu belajar mahasiswa, bagaimana antara mahasiswa fisip dibanding dengan mahasiswa fakultas lain. 6. Validitas konstruk : mempersoalkan seberapa jauh suatu alat ukur punya persamaan dengan alat ukur yang lain pada waktu mengukur konstruk/konsep yang sama. 7. Validitas isi : menyankut derajad keterwalian substansi suatu alat ukur. Pengukuran kategorisasi dalam content analysis, kategori yang dibuat peneliti itu mampu disepakati oleh pengkoding/pembaca. 8. Validitas prediktif : mempersoalkan seberapa jauh suatu alat ukur mampu meramalkan perilaku sekarang maupun yang akan datang. 9. Dalam setiap penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data dan dalam proses pengumpulan data tersebut akan menggunakan satu atau beberapa metode. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data, tentunya harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan. Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data tersebut. 10. Instrumen dapat dianalogikan sebagai ujung tombak untuk membidik data dalam sebuah penelitian. Melalui instrumenlah akhirnya terkumpul data yang nantinya diolah menjadi sebuah informasi hasil penelitian. Untuk itulah, perlu kiranya memilih dan merumuskan

Dalam setiap penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data dan dalam proses pengumpulan data tersebut akan menggunakan satu atau beberapa metode. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data, tentunya harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan. Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data tersebut. Instrumen dapat dianalogikan sebagai ujung tombak untuk membidik data dalam sebuah penelitian. Melalui instrumenlah akhirnya terkumpul data yang nantinya diolah menjadi sebuah informasi hasil penelitian. Untuk itulah, perlu kiranya memilih dan merumuskan instrumen secara tepat. Hal ini sejalan dengan ungkapan garbage tool garbage result. Jadi, pada dasarnya salah satu hal yang mempengaruhi hasil penelitian terletak pada instrumennya. Semakin baik konstruksi sebuah instrumen, maka semakin baik pula data yang berhasil dijaring, begitu pula sebaliknya. Sebelum diuraikan mengenai seluk beluk instrumen, maka akan diinformasikan terlebih dahulu judul buku yang dibahas dalam tugas ini, antara lain : Manajemen Penelitian (Suharsimi Arikunto), Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian (Soetarlinah Sukadji), Reliabilitas dan Validitas (Saifuddin Azwar), dan Psychological Testing (Anne Anastasi dan Susana Urbina).

A. 1.

Manajemen Penelitian (Suharsimi Arikunto) Validitas Instrumen Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang

mampu mengukur apa yang akan diukur. Ada dua jenis validitas, yaitu : a. Validitas Logis Apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Instrumen yang sudah sesuai dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas isi, sedangkan instrumen yang sudah sesuai dengan aspek yang diukur dikatakan sudah memiliki validitas konstruksi. b. 2. Validitas Empiris Reliabilitas Instrumen Ada tiga teknik untuk menguji reliabilitas instrumen, yaitu : a. Teknik Paralel (Paralel Form Atau Alternate Form)

Disebut juga teknik double test double trial. Sejak awal peneliti harus sudah menyusun dua perangkat instrumen yang paralel (ekuivalen), yaitu dua buah instrumen yang disusun berdasarkan satu kisi-kisi. Setiap butir soal dari instrumen yang satu selalu harus dapat dicarikan pasangannya dari instrumen kedua. Kedua instrumen tersebut diujicobakan semua. Sesudah kedua uji coba terlaksana, maka hasil kedua instrumen tersebut dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus product moment (korelasi Pearson). b. Teknik Ulang (test re-test) Disebut juga teknik single test double trial. Menggunakan sebuah instrumen, namun diteskan dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua kemudian dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas. Teknik perhitungan yang digunakan sama dengan yang digunakan pada teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson. c. 1) Teknik Belah Dua (split halve method) Disebut juga teknik single test single trial. Peneliti boleh hanya memiliki seperangkat instrumen saja dan hanya diujicobakan satu kali, kemudian hasilnya dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh instrumen menjadi dua sama besar. Cara yang diambil untuk membelah soal bisa dengan membelah atas dasar nomer ganjil-genap, atas dasar nomer awalakhir, dan dengan cara undian.

B. 1.

Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian (Soetarlinah Sukadji) Validitas Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya

diukur. Validitas suatu tes tidak begitu saja melekat pada tes itu sendiri, tetapi tergantung penggunaan dan subyeknya. Validitas dipecah lagi menjadi berbagai jenis yang akan dijabarkan berikut ini : a. Validitas Isi Adalah seberapa besar derajat tes mengukur representasi isi yang dikehendaki untuk diukur. Validitas aitem berkaitan dengan apakah aitem mewakili pengukuran dalam area isi sasaran yang diukur, dan validitas sampling adalah seberapa baik sampel isi tes mewakili keseluruhan isi sasaran yang diukur. Biasanya dinilai dengan menggunakan pertimbangan pakar.

b.

Validitas Konstruk/Teoretik

Adalah seberapa besar derajat tes mengukur konstruk hipotesis yang dikehendaki untuk diukur. Konstruk adalah perangai yang tidak dapat diamati, yang menjelaskan perilaku. Menguji validitas konstruk mencakup uji hipotesis yang dideduksi dari suatu teori yang mengajukan konstruk tersebut. c. Validitas Konkruen Validitas ini menunjukkan seberapa besar derajat skor tes berkorelasi dengan skor yang diperoleh dari tes lain yang sudah mantap, bila disajikan pada saat yang sama, atau dibandingkan dengan kriteria lain yang valid yang diperoleh pada saat yang sama. d. Validitas Prediktif Adalah seberapa besar derajat tes berhasil memprediksi kesuksesan seseorang pada situasi yang akan datang. Validitas prediktif ditentukan dengan mengungkap hubungan antara skor tes dengan hasil tes atau ukuran lain kesuksesan dalam satu situasi sasaran. 2. Reliabilitas Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi. Reliabilitas dapat dibagi lagi menjadi : a. Reliabilitas Tes Re-Tes Adalah seberapa besar derajat skor tes konsisten dari waktu ke waktu. Reliabilitas diukur dengan menentukan hubungan antara skor hasil penyajian tes yang sama kepada kelompok yang sama, pada waktu yang berbeda. b. Reliabiltas Belah-Dua Reliabiltas ini diukur dengan menentukan hubungan antara skor dua paruh yang ekuivalen suatu tes, ang disajikan kepada seluruh kelompok pada suatu saat. Karena reliabilitas belah dua mewakili reliabilitas hanya separuh tes yang sebenarnya, rumus Spearman-Brown dapat digunakan untuk mengoreksi koefisien yang didapat. c. Reliabilitas Rasional Ekuivalen Reliabilitas ini tidak ditentukan menggunakan korelasi tetapi menggunakan estimasi konsistensi internal. Reliabilitas ini diukur menggunakan Kuder-Richardson, biasanya Formula20 (KR-20) atau Formula-21 (KR-21). Kedua rumus ini hanya dapat dipakai untuk tes yang aitem-aitemnya diskor dikotomi, yaitu benar atau salah, 0 atau 1.

d.

Reliabilitas Penyekor/Penilai Adalah reliabilitas dua (atau lebih) penyekor independen. Reliabilitas ini biasa ditentukan

menggunakan teknik korelasi, tetapi juga dapat hanya dinyatakan dalam persentase kesepakatan.

C. 1. a.

Reliabilitas dan Validitas (Saifuddin Azwar) Validitas Validitas Isi

validitas isi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu : 1) Validitas muka (face validity) Tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance) tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi. 2) Validitas logik (logical/sampling validity) Validitas ini menunjuk pada sejauh mana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya aitem yang relevan dan perlu menjadi bagian tes secara keseluruhan. b. Validitas Konstrak Adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya (Allen & Yen, 1979). Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep

mengenai trait yang diukur. Hasil estimasi validitas konstrak tidak dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien validitas. Dukungan terhadap adanya validitas konstrak, menurut Magnusson, dapat dicapai melalui beberapa cara antara lain : 1) Studi mengenai perbedaan diantara kelompok-kelompok yang menurut teori harus berbeda Apabila teori mengatakan bahwa antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya harus memiliki skor yang berbeda. 2) Studi mengenai pengaruh perubahan yang terjadi dalam diri individu dan lingkungannya terhadap hasil tes

Apabila teori mengatakan bahwa hasil tes dipengaruhi oleh kondisi subjek dikarenakan faktor kematangan. 3) Studi mengenai korelasi diantara berbagai variabel yang menurut teori mengukur aspek yang sama Studi ini dapat diperluas dengan mengikutsertakan korelasi antara berbagai skor tes yang mengukur aspek yang berbeda. 4) c. Studi mengenai korelasi antaraitem atau antar belahan tes Validitas Berdasar Kriteria Menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan. Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor tes dengan skor kriteria. Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi tes yang bersangkutan, yaitu rxy, dimana X melambangkan skor tes dan Y melambangkan skor kriteria. Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu : 1) Validitas prediktif, sangat penting artinya bila tes dimaksudkan untuk berfungsi sebagai prediktor bagi performansi diwaktu yang akan datang. 2) Validitas konkruen, apabila skor tes dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor termaksud merupakan koefisien validitas konkruen. 2. a. Reliabilitas Pendekatan Tes Ulang (test-retest) Dilakukan dengan menyajikan tes dua kali pada satu kelompok subjek dengan tenggang waktu diantara kedua penyajian tersebut. Asumsi yang menjadi dasar dalam cara ini adalah bahwa suatu tes yang reliabel tentu akan menghasilkan skor~tampak yang relatif sama apabila dikenakan dua kali pada waktu yang berbeda. b. Pendekatan Bentuk Paralel Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada paralelnya, yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Dengan bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa kita harus punya dua tes yang kembar. Sebenarnya, dua tes yang paralel hanya ada secara teoritik, tidak benar-benar paralel secara empirik.

Untuk membuat dua tes menjadi paralel, penyusunannya haruslah didasarkan pada satu spesifikasi yang sama. Secara empirik, kemudian dua tes yang paralel itu haruslah menghasilkan mean skor dan varians yang setara dan korelasi yang juga tidak berbeda dengan suatu variabel ketiga. Hanya itulah bukti terpenuhinya sifat paralel antara dua tes yang dapat diperoleh dalam penyusunan tes. Untuk membuktikan bahwa kedua tes menghasilkan dua skor murni yang sama bagi setiap subjek serta memberikan dua varians eror yang sama sebagaimana dituntut oleh teori skor murni klasikal, tidaklah dapat dilakukan. c. Pendekatan Konsistensi Internal Dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration). Dengan menyajikan satu tes hanya satu kali, maka problem yang mungkin timbul pada dua pendekatan reliabilitas terdahulu dapat dihindari. Pendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan melihat konsistensi antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri. Untuk itu, setelah skor setiap aitem diperoleh dari sekelompok subjek, tes dibagi menjadi beberapa belahan. Untuk melihat kecocokan atau konkordansi diantara belahan-belahan tes dilakukan komputasi statistik melalui teknik-teknik korelasi, analisis varians antarbelahan, analisis varians perbedaan skor, dan lain-lainnya.

D. 1. a.

Psychological Testing (Anne Anastasi dan Susana Urbina) Validitas Prosedur Deskripsi-Isi Pada dasarnya melibatkan pengujian sistematik atas isi tes untuk menetukan apakah tes

itu mencakup sampel representatif dari domain perilaku yang harus diukur. Validitas isi janganlah dikacaukan dengan validitas nominal (face validity). Validitas nominal bukanlah validitas dalam pengertian teknis; validitas ini merujuk pada apa yang nampaknya diukur. Validitas nominal berhubungan dengan apakah tes itu kelihatan valid bagi peserta tes yang mengikutinya. Validitas nominal kerap kali dapat diperbaiki dengan merumuskan kembali butir-butir soal tes dalam istilah-istilah yang nampak relevan dan masuk akal dalam lingkungan tertentu dimana tes-tes itu akan digunakan. b. Prosedur Prediksi Kriteria

Prosedur validasi prediksi kriteria menunjukkan efektivitas sebuah tes untuk memprediksi kinerja seseorang dalam aktivitas-aktivitas tertentu. Ukuran kriteria yang menjadi tolak ukur validasi skor-skor tes divalidasikan bisa diperoleh pada saat yang hampir sama dengan pemberi skor tes atau setelah suatu interval ditetapkan. Validitas prediksi kriteria kerapkali digunakan dalam studi-studi validasi lokal, yang padanya efektivitas sebuah tes untuk program tertentu harus dinilai. Validitas prediksi kriteria bisa dicirikan sebagai validitas praktis sebuah tes untuk maksud tertentu. c. Prosedur Identifikasi Konstruk Validitas konstruk suatu tes adalah lingkup sejauhmana tes bisa dikatakan mengukur suatu konstruk atau sifat yang teoritis. Tiap konstruk dikembangkan untuk menjelaskan dan mengorganisir konsistensi-konsistensi respons yang teramati. Konstruk-konstruk tersebut berasal dari hubungan-hubungan tetap antara ukuran-ukuran perilaku. Validasi konstruk membutuhkan akumulasi informasi secara bertahap dari berbagai sumber. 2. Reliabilitas Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda. a. Reliabilitas Tes Retes Metode paling jelas untuk menemukan reliabilitas skor tes adalah dengan mengulang tes yang sama pada kesempatan kedua. Reliabilitas tes ulang menunjukkan sejauh mana skor pada tes dapat digeneralisasikan untuk berbagai kesempatan yang berbeda; makin tinggi reliabilitasnya, makin rentanlah skor terhadap perubahan sehari-hari yang acak dalam kondisi peserta tes atau lingkungantesting. b. Reliabilitas Bentuk Alternatif Satu cara untuk menghindari kesulitan yang ditemukan dalam reliabilitas tes dan tes ulang adalah melalui penggunaan bentuk-bentuk tes lainnya. Dengan demikian, orang yang sama bisa ditest dengan satu bentuk pada kesempatan pertama dan dengan bentuk lainnya yang ekuivalen pada kesempatan kedua. Korelasi antara skor-skor yang didapatkan pada dua bentuk itu merupakan koefisien reliabilitas tes. Perlu dicatat bahwa koefisien reliabilitas semacam itu

adalah ukuran stabilitas temporal dan konsistensi respons terhadap berbagai butir soal contoh (atau bentuk-bentuk tes). c. Reliabilitas Belah Separuh (Split-Half Reliability) Dengan cara ini, dua skor didapatkan untuk setiap orang dengan membagi tes menjadi paruhan-paruhan yang ekuivalen. Jenis reliabilitas ini kadangkala disebut koefisien konsistensi internal, karena hanya dibutuhkan penyelenggaraan tunggal atas satu bentuk tes saja. Untuk mendapatkan reliabilitas belah-separuh, masalah pertamanya adalah bagaimana membagi tes dalam rangka mendapatkan paruhan-paruhan yang paling ekuivalen. d. Reliabilitas Kuder-Richardson dan Koefisien Alpha Metode ini didasarkan pada konsistensi respons terhadap semua butir soal dalam tes. Konsistensi antar soal ini dipengaruhi oleh dua sumber varians kesalahan : (1) pencuplikan isi (sebagaimana dalam bentuk alternatif dan reliabilitas belah separuh) ; dan (2) heterogenitas dari domain yang disampelkan. Semakin homogen domainnya, semakin tinggilah konsistensi antar soal. e. Reliabilitas Pemberi Skor

Reliabilitas pemberi skor dapat ditentukan dengan memiliki sampel lembaran tes yang diskor secara terpisah oleh dua penguji. Dengan demikian dua skor yang didapatkan oleh masingmasing peserta tes ini kemudian dikorelasikan dengan cara biasa, dan koefisien korelasi yang dihasilkannya adalah ukuran reliabilitas pemberi skor. Jenis reliabilitas ini umumnya dihitung ketika instrumen-instrumen yang diskor secara subjektif digunakan dalam riset. Setelah melihat dan mengulas dari keempat buku yang sudah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa buku terakhir yaitu Psychological Testing karya Anne Anastasi dan Susana Urbina dapat dikatakan telah merangkum mengenai reliabilitas dari ketiga buku yang telah dijabarkan sebelumnya. Tetapi untuk pembahasan mengenai validitas Saifuddin Azwar lebih baik dan mendalam dibanding dengan Anastasi dan Urbina. Jadi perumusan validitas dan reliabilitas yang baik dari kedua buku tersebut adalah sebagai berikut : 1. Validitas secara sederhana dapat dikatakan sebagai sejauh mana sebuah instrumen dapat mengukur hal yang seharusnya diukur. Validitaspun dapat dipilah kembali menjadi beberapa jenis, seperti di bawah ini : a. 1) Validitas Isi, selanjutnya validitas isi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu : Validitas muka (face validity)

2) b.

Validitas logik (logical/sampling validity)

Validitas Konstrak Adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau

konstrak teoritik yang hendak diukurnya (Allen & Yen, 1979). Menurut Magnusson, dapat dicapai melalui beberapa cara antara lain : 1) 2) Studi mengenai perbedaan diantara kelompok-kelompok yang menurut teori harus berbeda Studi mengenai pengaruh perubahan yang terjadi dalam diri individu dan lingkungannya terhadap hasil tes 3) Studi mengenai korelasi diantara berbagai variabel yang menurut teori mengukur aspek yang sama 4) c. Studi mengenai korelasi antaraitem atau antar belahan tes Validitas Berdasar Kriteria Menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan. Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu validitas prediktif dan konkruen. 2. Reliabilitas Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda. Yang terdiri dari : a. b. c. d. e. Reliabilitas Tes Retes Reliabilitas Bentuk Alternatif Reliabilitas Belah Separuh (Split-Half Reliability) Reliabilitas Kuder-Richardson dan Koefisien Alpha Reliabilitas Pemberi Skor

KESIMPULAN

1.

Validitas adalah sebuah proses yang harus dilalui instrumen agar dapat diketahui apakah instrumen yang sudah dikonstruksi telah mengukur aitem yang seharusnya diukur. Cara mengetahuinya melalui validitas isi (muka dan logik), konstrak, dan kriteria (prediktif dan konkruen).

2.

Reliabilitas adalah sebuah proses yang harus dilalui instrumen untuk mengetahui keandalan atau keajegan dari sebuah instrumen. Dengan kata lain, instrumen yang baik akan menarik jawaban/data yang sama walaupun diberikan di waktu dan kondisi yang berbeda. Cara mengetahuinya melalui reliabilitas tes retes, bentuk alternatif, belah dua, Kuder-Richardson dan koefisien alpha, dan pemberi skor.

3.

Instrumen adalah titik tolak atau salah satu hal utama yang mempengaruhi hasil akhir sebuah penelitian. Oleh karena itu, penggunaan atau pengkonstruksian yang salah akan berimbas pada penarikan data yang salah. Hal tersebut biasa dikenal dengan garbage tool garbage result.

4.

Instrumen yang sudah teruji secara validitas belum tentu teruji secara reliabilitas. Namun, bila instrumen tersebut sudah teruji secara reliabilitas, maka secara tidak langsung instrumen tersebut sudah pasti teruji secara validitas. Secara sederhana dapat dirumuskan valid belum tentu reliabel, tetapi reliabel sudah pasti valid.

You might also like