You are on page 1of 5

MEMORI PIKIRAN DAN BAHASA Memori merupakan bagian integral dari eksistensi manusia.

Kita tidak dapat membayangkan seperti apa manusia itu bila kita tidak dapat mengingat masa lalu, tidak dapat menyimpan masukan yang baru saja kita dengar, dan tidak dapat mengingat apa yang kita lakukan besok. Sebagian besar dari apa yang kita ketahui tentang dunia ini bukan berasal dari apa yang kita ketahui pengalaman yang kita simpan dalam memori kita. Kita mengenal sosok Soeharto, mengetahui mengenai Golkar, pelarian Tommy Soehartao, dan banyak hal yang lain lagi karena pengalaman hidup kita yang kemudian kita simpan dalam memori kita. Komunikasi dengan sesama manusia akan terhenti karena tanggapan terhadap ujaran interlocutor ditentukan pula oleh kemampuan memori kita untuk menerima dan menyimpan input itu untuk jangka waktu yang pendek dan secara sementara. Kita juga tidak akan bisa melanjutkan ujaran kita tanpa kita dapat mengingat apa yang baru saja kita ucapkan. Kita benci atau cinta pada seseorang karena perasaan yang tumbuh di masa lalu yang semuanya itu kita simpan dalam memori. Dengan singkat, manusia akan berhenti sebagai manusia pada saat dia tidak dapat lagi mengingat. 1. Sekilas tentang kajian Memori Sejak Socrates pertama-tama menyatakan bahwa manusisa memiliki bekal kodrati waktu lahir, orang bertanya-tanya bagaimana manusia memperoleh informasi yang baru di dunia ini dan bagaimana informasi ini disimpan dalam memori? Para ahli filsafat menjawabnya denga tiga cara: introspeksi, analisis yang logis, dan argumentasi. Masalah dengan metode ini adalah bahwa hasilnya bersifat spekulatif sehingga tidak membawa kita ke fakta yang dapat disetujui secara bersama. Ahli psikologi Jerman Herman Ebbinghaus (1850-1909). Dialah yang pertama berhasil membawa studi tentang memori ke laboratorium untuk di pelajari secara objektif dan kuantitatif. Dari penelitiannya muncul adanya dua macam memori, yaitu : a. Short-term memory Memori pendek hanya berlangsung beberapa detik atau menit seperti kalau kia melihat nomor telepon lalu memakai nomor itu untuk menelpon. b. Long-term memory Memori panjang berlangsung harian, mingguan, bulanan, tahunan dan bahkan juga seumur hidup, seperti pada saat kita menikah. Pada eksperimen Pavlov yang dikenal sebagai classical conditioning bahwa anjing ternyata dapat mengasosiakan dua peristiwa. Karena telah terbiasa untuk mendapat makanan setelah bel dibunyikan, maka binatang itu mengeluarkan air liur pada waktu mendengarkan bel. Sedangkan pada eksperimen Thorndike yang dikenal sebagai trial-and-error learning bahwa tikus dapat mengasosiakan respon yang benar dengan upah yang akan diterimanya. Dengan kata lain, binatang ternyata dapat pula menyimpan informasi pada memorinya. 2. Dimana memori disimpan? Mengenai dareah dimana memori disimpan, para ahli masih berbeda pendapat. Sebagai pelopor mengenai tempat memori di otak adalah Karl Lashley (1890-1958), psikolog dari Universitas Harvard. Dari penelitiannya terhadap tikus didapati bahwa memori tidak berada pada suatu titik atau daerah tertentu di otak. Sedangkan menurut Donald O. Hebb, Universitas McGill, mendapati bahwa bagian-bagian ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda, meskipun semuanya menopang penyimpanan memori secara utuh. Bahwa memori tidak terletak pada satu tempat di otak juga di kemukakan oleh ahli-ahli lain. Dengan memakai alat PET Tulving dan Lepage (2000) menunjukkan bahwa memori memang tidak berada di suatu tempat khusus di otak. Penemuan baru oleh Kapur dkk dan Cabeza dkk bahwa penyimpanan memori dan retrival memori tidak berada pada tempat yang sama. Mereka dapati bahwa penyimpanan memori dilakukan oleh hemisfir kiri, khususnya di korteks pranfrontal, korteks cingulated anterior, dan girus parahippocampal. 3. MACAM-MACAM MEMORI Menurut Penfield dan Roberts (1959:228-230) menyebutkan adanya beberapa macam memori antara lain : a. Memori Pengalaman Memori yang berkaitan dengan kejadian-kejadian di masa lalu. Makin bermakna suatu pengalaman, makin lama memori itu disimpan dan di ingat.

b.

c.

Memori Konseptual Memori yang dipakai untuk membangun suatu konsep berdasarkan fakta-fakta yang masuk. Setelah anak diperkenalkan dengan konsep kupu-kupu, misalnya dan kemudian melihat gambar kupu-kupu, maka si anak akan membangun konsep binatang ini sehingga akhirnya tersimpanlah konsep kupu-kupu itu di memorinya. Memori Kata Memori yang mengaitkan konsep dengan wujud bunyi dari konsep tersebut. Seseorang yang lupa nama suatu benda gagal memanfaatkan memori kata.

a.

b.

Sedangkan menurut Squire dan Kandel (1999) membagi memori menjadi : Memori Nondeklaratif Memori ini bersifat instingtif bukan berasal dari pengalaman tetapi terwujud dalam bentuk perubahan perilaku, bukan rekoleksi terhadap peristiwa masa lalu. Ingatan anjing dalam eksperimen Pavlov atau tikus dalam eksperimen Thorndike merupakan contoh dari memori nondeklaratif. b. Memori Deklaratif Memori ini merupakan untuk peristiwa, fakta, kata, muka, musik, dan segala bentuk pengetahuan yang telah kita peroleh dalam hidup. Memori ini di peroleh dari berbagai factor, yaitu : Faktor keseringan, makin sering suatu peristiwa di ulang makin besar kemungkinannya memori untuk peristiwa itu akan tertatam. Seperti kita membaca satu bab, dua dan tiga kali, kemungkinannya adalah bahwa kita akan memahami dan mengingat lebih baik apa yang ditulis dalam pelajaran itu. Faktor relevansi, suatu peristiwa yang dari segi pengalaman dirasakan relevan akan sangat mengesankan dan akan menumbuhkan memori yang cukup lama, bahkan bisa seumur hidup. Dalam hal bercinta misalnya, orang umumnya akan ingat siapa yang pertama ia cintai / first love. Dalam hal sekolah, siswa biasanya akan ingat siapa guru yang paling dia sukai dan dia benci. Faktor signifikansi, suatu hal yang signifikan umumnya akan diingat cukup lama. Peristiwa larinya Tommy Soeharto misalnya, mungkin saja tidak relevan dalam kehidupan si A dan si B, tetapi peristiwa itu sendiri sangat signifikan dalam tata hukum Indonesia. Karena itu si A dan si B akan ingat peristiwa tersebut untuk jangka waktu yang lama. Faktor Gladi Kotor, seorang penyanyi mau tidak mau harus melatih diri untuk menghafalkan kata-kata dalam lagu yang akan di nyanyikan. Begitu pula seorang pembawa syair, gladi kotor ini membuat orang ingat tidak hanya isi lagu atau syair itu tetapi juga kata demi katanya. Faktor Keteraturan, entitas yang ditata secara teratur akan lebih mudah diingat daripada yang diletakkan secara acak. Dalam koleksi pustaka pribadi, kita juga akan dapat dengan cepat mencari buku yang kita perlukan kalau tatanan buku itu mengikuti suatu system tertentu, misalnya, berdasarkan topiknya: sosiolinguistic di rak kanan atas, psycolinguistic di bawahnya, phonology di rak kiri atas, etc. Psikolog seperti William James (1841-1910) membagi memori menjadi dua kelompok besar : memori pendek dan memori panjang. Memori pendek dibagi lagi menjadi dua sub-bagian yaitu immediate memory dan working memory. Memori pendek yang sejenak merujuk pada informasi yang dapat ditahan pada saat informasi itu diperoleh sehingga focus perhatian ada pada alur pikiran yang sedang melaju. Kapasitas memori ini sangat terbatas, ia hanya dapat menahan sekitar tujuh digit angka. Inilah sebabnya mengapa nomor telepon di kebanyakan Negara maksimal tujuh angka. Pada saat kita ingin menelpon misalnya, kita mengulang nomor yang diberikan sebelum kita memijat nomor-nomor itu. Perpanjangan seperti ini membuat memori pendek sejenak menjadi memori kerja. Karena perbedaan yang sangat tipis ini orang seringkali menyatukan memori pendek sejenak dan memori kerja menjadi memori pendek saja. Sementara itu, Tuvling dan Lepage (2000) membagi memori menjadi dua kelompok besar yaitu : Memori Proskopik (Non-episodik) Memori ini lebih kepada pengalaman pada suatu waktu dimanfaatkan untuk menangani kasus di masa depan. Contohnya, seorang anak yang jarinya pernah terbakar karena bermain korek api maka akan menghidar atau berhati-hati dengan benda itu lagi. Memori Palinskopik (Episodik) Memori ini tidak merujuk pada ke masa depan tetapi ke masa lalu dan bersifat individual. Pengalaman seseorang dalam hidupnya membentuk memori bagi dia sendiri yang di namakan memori semantic, a.

a. b. c.

sedangkan mengenai pengetahuan tentang dunia contohnya, siapun memiliki memori bahwa gunung itu pasti lebih tinggi dari daratan biasa. Chafe (1973) menganggap adanya tiga macam memori : Surface memory Shallow memory Deep memory Kesadaran kita akan sesuatu tergantung pada empat macam input. Pertama, kita sadar akan sesuatu karena adanya persepsi sensori yang langsung kita alami. Misalnya kita sedang berjalan dan melihat seekor anjing tertabrak mobil, maka persepsi atas peristiwa itu akan masuk ke dalam kesadaran kita. Kedua, kesadaran ini bisa kemudian ditampung dalam memori permukaan untuk beberapa saat setelah beberapa saat sebelumnya berada pada kesadaran kita. Ketiga, peristiwa ini bisa kemudian dipindahkan ke memori dangkal ini dapat sewaktu-waktu dipanggil kembali dengan ketepatan yang masih cukup tinggi. Akhirnya, peristiwa ini bisa juga dikirim ke memori dalam untuk di simpan dalam jangka waktu yang panjang. Memori semacam ini biasanya kurang akurat dibandingkan dengan memori macam lainnya. Makin lama memori itu disimpan biasanya makin kurang akurat wujudnya. Chafe menggambarkannya dalam bagan berikut :

Consciousness Surface Memory Shallow Memory


Bagan : Macam macam Memori menurut chafe

Deep Memory

Perception Chafe memberikan anekdot yang menarik dalam koran-koran Amerika ada kolom bergambar yang berjudul Dennis the Menace. Dennis adalah anak kecil yang agak nakal yang tinggal bertetangga dengan Mr. Wilson. Suatu hari dia berbicara dengan orangtuanya seperti berikut : Father : Hi, Dennis ! Whats the news? Dennis : Something terrible ! Did you know Mr. Wilson broke his arm ? Father : No ! Mother : How awful ! Dennis : He fell down his cellar stairs ! Mother : The poor man ! Father : When did it happen, Dennis ? Dennis : When he was a little kid my age. He just told me about it today. Ayah dan ibu Dennis tentu mengira bahwa peristiwa jatuhnya Mr. Wilson itu baru saja terjadi beberapa saat yang lalu tetapi nyatanya adalah peristiwa itu sudah lama terjadi. Dennis memang baru hari ini mempersepsi peristiwa itu. Persepsi itu kemudian dimasukkan ke memori permukaan atau mungkin juga ke memori dangkal yang kemudian disampaikan kepada ayah dan ibunya.
4. PEMBENTUKAN DAN PEMAKAIAN MEMORI Memori dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap yaitu input, penyimpanan, dan output (clark dan clark 1977 : 134-136; Engie 1999:5). Pada tahap input, orang umumnya menerima masukan baik lisan maupun tulisa, kemudian memberikan interprestasi tentang masukan itu untuk memahaminya. Biasanya orang memperhatikan maknanya, bukan kata-katanya. Karena itu yang disimpan dalam memori bukan kata-kata yang didengar atau dibaca tetapi isi dari keseluruhan kata-kata itu. Misalnya, seorang actor/aktris perlu menghafalkan kata demi kata bagian yang dia perankan. Dan ada juga kalanya actor hanya menyerap isinya dan melakukan improvisasi pada saat pementasan (srimulat, ovj, etc) Tahap penyimpanan dimulai dengan proses menyimpan informasi pada memori pendek. Bila dirasakan perlu disimpan dalam jangka waktu lama, maka informasi itu dikim ke memori panjang. Misalnya, tidak sedikit orang yang dapat mengucapkan surah al-fatihah dengan fasih, tetapi mereka tidak dapat berbicara bahasa arab. Banyak pula penyanyi yang dapat menyanyikan lagu bahasa inggris tanpa dia mengerti bahasa inggris atau memahami apa yang dia nyanyikan. Tahan output, ada dua cara yang di pakai yaitu recognition and recall. Recognition adalah proses pemanggilan memori dengan meminta seseorang untuk dapat merekognisi sesuatu yang telah diberikan

kepadanya sebelumnya. Jadi, si A misalnya, diminta menjawab apakah benda yang ditunjukkan kepadanya itu telah dia lihat sebelumnya. Pada recall orang diminta untuk menyatakan sesuatu yang telah dia lihat atau dengar sebelumnya. Pada umumnya, recognition lebih mudah daripada rekol. 5. MEMORI DAN HAFALAN Hafalan adalah juga memori tetapi prosesnya berbeda. Memori bisa terbentuk tanpa kita mengadakan suatu usaha khusus uantuk memperolehnya. Kalau seseorang menceritakan kejadian yang terjadi padanya tadi pagi, kejadian itu akan dapat masuk kedalam memori kita hanya dari mendengarkan cerita itu. Sebaliknya, hafalan hanya akan dapat menjadi memori dengan suatu usaha atau tindakan yang khusus. Seorang actor harus menghafal naskah yang akan diucapaknnya. a. Gadis manis itu suka iseng sendiri. b. Itu sendiri manis iseng suka gadis. Sesuatu akan dapat dengan mudah dihafal apabila bahan itu bermakna. Suatu kalimat yang isinya tidak karuan tidak akan mudah untuk dihafal. Kalimat A akan lebih mudah kita hafal di bandingkan dengan kalimat B meskipun kata-katanya sama. 6. PROPOSISI DALAM MEMORI Perhatiakn kalimat-kalimat berikut : a. Bhita bought a new pair of shoes. b. Bhita didnt buy a new pair of shoes. Kalimat A adalah yang paling mudah di ingat karena kalimat ini hanya berbentuk kalimat deklaratif biasa. Kalimat B lebih sulit dari pada kalimat A karena ada derivasi yang mengubahnya menjadi kalimat negative. Jumlah derivasi ini yang menentukan tingkat kesulitan dalam komprehensi. 7. PIKIRAN DAN BAHASA Pertanyaan yang selalu muncul bila kita berbicara tentang bahasa dan pikiran adalah bagaimana kaitannya antara pikiran dan bahasa. Pada saat orang main biliar, tentunya dia memperhitungkan kalau bola itu saya pukul dari sebelah kiri, kemungkinannya bola itu akan bisa masuk lubang. Pada saat perhitungan seperti ini, apakah dia memakai bahasa? Begitu pula orang yang sedang bermain catur, apakah mereka memakai bahasa dalam memperhitungkan langkah-langkahnya?. Psikolog rusia Vygotsky (1962) berpandangan bahwa egosentris tidak hilang tetapi mengalami transformasi genetic dan berubah menjadi inner speech. Hubungan antara inner speech dengan external speech mau tidak mau harus memanfaatkan bunyi karena ujaran hanya dapat terwujud dengan bunyi fonetik. Bedanya pada external speech pikiran itu terwujudkan dalam kata sedangkan inner speech katakata itu lenyap pada saat pikiran itu terbentuk. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa pada saat anak tumbuh, berpikir yang terujarkan menjadi makin kecil dan setelah dewasa berpikir tidak lagi dilakukan dengan memakai kata yang terujarkan. Jarak yang makin jauh antara inner speech dengan bunyi fonetik yang dipakai untuk mewakilinya mempercepat proses berpikir. 7.1 UNIVERSAL VS RELATIVITAS Dengan pengertian bahwa bahasa dan pikiran itu saling terkait, orang telah lama pula memperbincangkan pengaruh bahasa terhadap pikiran, atau sebaliknya. Dengan memperhatikan bahasabahasa Indian yang merupakan rumpun diluar rumpun Indo-Eropa, boas melihat bahwa cara berfikir orangorang di pengaruhi oleh structure bahasa yang mereka pakai. Seperti dalam kehidupan suku eksimo yang memiliki kosakata yang banyak untuk mengklarifikasikan salju : qana, salju yang sedang turun; aput, salju yang baru saja turun ditanah; dan qimuqsuq, salju yang sedang mengalir. Dengan kata lain, bahasa membimbing mereka untuk melihat dan mengkategorikan fenomena alam sekitarnya. Konsep yang sama dapat pula di terapkan pada bahasa Indonesia. Seperti bahasa jawa misalnya, mempunyai 15 kategori untuk nasi pari, gabah, beras, menir, sego, intip, upo, etc. Dengan bahasa seperti ini, orang jawa memandang dunia makanan sangat berbeda dengan misalnya, orang Amerika yang hanya memiliki satu kategori saja untuk nasi yaitu rice. Boas memberikan tiga argument untuk mendukung hipotese ini. Pertama, bahasa mengklasifikasi pengalaman. Pengalaman manusia itu tidak ada batasnya. Karena itu, bahasa mau tidak mau harus membagi pengalaman ini ke dalam kelompok-kelompok yang sama. Orang inggris akan mengatakan bahwa raja Negara itu died atau passed away sedang kan orang Indonesia akan mengungkapkan dengan kata wafat atau mangkat bukan kata mati. Kedua, bahasa yang berbeda-beda mengklasifikan pengalaman dengan cara yang berbeda-beda pula. Orang Amerika hanya dapat mengelompokkan nasi ke dalam satu kategori, rice

saja, sementara orang jawa lebih banyak. Sedangkan orang jawa hanya mempunyai kata roti sedangkan orang Amerika memiliki bread, loaf, toast, sandwich, dan crumb. Ketiga, fenomena linguistic itu umumnya bersifat tidak sadar (unconscious), mungkin karena produksi ujaran bersifat otomatis. Kita dapat dengan benar dan otomatis memakai kata mengawani seperti kalimat ini : a. ahmad akan mengawini tuti. Meskipun kita tidak sadar akan adanya aturan bahwa subjek untuk mengawini haruslah seorang pria. Dalam bahasa inggris kita umumnya mengatakan (1) dan bukan (2) tanpa mengetahui mengapa demikian. 1. How big is your house ? 2. How small is your house ? Penggagas lain yang juga kuat adalah Edward sapir. Dia katakan, misalnya bahwa sebenarnya kita ini hidup atas belas kasih bahasa. human beings dont live in the objective world alone, nor alone in the world of social activity as ordinarily understood, but are very much at the mercy of the particular language which has become the medium of expression for the society. Yang disebut dengan Hipotese Sapir-Whorf. Tampaknya pandangan Humboldt merupakan penengah dari kontroversi ini. Menurut dia manusia pada mulanya memang memakai pikiran untuk mengkategorikan dunia dan mencantumkan dalam bahasa, tetapi begitu bahasa itu terbentuk manusia menjadi terikat oleh apa yang mereka ciptakan sendiri. Dengan memakai contoh padi, orang jawa memang memakai pikiran mereka untuk mengkategorikan entitas ini menjadi 15 buah tetapi setelah ke 15 rincian itu tercipta, mereka melihat dunia makanan berdasarkan 15 kategori ini. Orang jawa tidak akan mengungkapkan pikiran mereka untuk kalimat A yang diulang disini dengan kalimat B karena bagi orang jawa upo (sebutir nasi yang jatuh dari piring ke meja) itu berbeda dari sego nasi. a. Iku upane jupuken. b. Iku segane jupuken. Kontroversi kedua adalah dalam kaitannya dengan universal bahasa. Kalau anak dapat memperoleh bahasa mana pun yang diberikan kepadanya dan strategi dalam pemerolehan itu sama bagi anak mana pun. Dalam masalah salju untuk orang Eksimo dan nasi untuk orang Jawa keuniversalannya terletak pada adanya entitas yang sama-sama diakui oleh siapa pun bahwa benda itu adalah salju atau nasi. Yang membedakan orang Eksimo dengan orang Jawa dan orang Jawa dengan orang Amerika adalah bahwa orang eksimo merinci salju itu ke dalam beberapa kategori, demikian juga orang jawa dengan orang Amerika dalam rincian nasi. Jadi, sebenarnya relativitas linguistic memiliki prasuposisi akan adanya universal bahasa. 7.2 Kompleksitas dalam ujaran dan pikiran. Pada umumnya suatu pikiran yang kompleks dinyatakan dalam kalimat yang kompleks pula. Begitu pula sebaliknya, suatu kalimat yang kompleks umumnya mengungkapkan suatu pikiran yang kompleks pula. Secara teoritis kalimat dapat diperpanjang tanpa batas dengan memakai anak kalimat relative selama kalimat tersebut berakhir dengan sebuah nomina. Kompleksitas makna juga dapat terwujud dalam bentuk yang lain, diantaranya istilah markedness. Entitas, perbuatan, atau keadaan terbagi menjadi dua kelompok yang netral (unmarked) dan yang tak-netral (marked). Perhatikan contoh-contoh dibawah ini : a. how tall is your boyfriend? b. How small is your boyfiend? c. Unindra mempunyai 12.000 mahasiswa. d. Unindra mempunyai 5.000 mahasiswi. Kata tall pada kalimat A merupakan adjektiva yang menunjuk pada pengertian yang netral, dengan memakai kata ini kita dapat memberikan pra-penilaian terhadap tinggi badan orang itu. Akan tetapi dengan memakai kata short pada B kita telah memberikan pra-penilaian bahwa orang itu pendek. Kata mahasiswa pada C juga bersifat netral dan mencakup baik pria maupun wanita. Sebaliknya mahasiswi pada D hanya mencakup kelompok wanita saja. Hal-hal yang bersifat netral dan tidak bias terhadap apa pun dikatakan unmarked sedangkan yang tak-netral dinamakan marked. Bahwa konsep unmarkedness umumnya merujuk pada kalimat yang positif tampak pada morfologi pula. Dalam bahasa inggris, kata-kata netral seperti happy dan kind dapat dibuat negative dengan menambahkan bentuk un-, : unhappy, unkind. Kita mempunyai kata sad dan rude sebagai lawan dari happy dan kind, begitu pula sebaliknya tetapi kita tidak menemukan kata-kata seperti unsad atau unrude.

You might also like