You are on page 1of 32

Menyikapi Depot Air Minum Isi Ulang

Oleh H.E. HABIB

BISNIS air minum isi ulang atau lebih populer dengan sebutan "depot air minum" belakangan ini mengalami sorotan dari pihak tertentu. Hal ini tentu saja berasal dari para pesaingnya karena usaha ini sangat menjanjikan keuntungan. Usaha depot air minum merupakan salah satu alternatif bisnis skala kecil yang mandiri dengan modal yang relatif kecil dengan tujuan membantu masyarakat akan kebutuhan air minum yang murah dan sehat serta praktis tanpa harus repot-repot memasaknya lagi. Akan tetapi, di lain pihak, keberadaan depot air minum akan menurunkan omzet penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) yang sudah lebih dari 20 tahun menguasai pasaran di Indonesia. Di sini pemerintah harus segera turun tangan untuk melindungi usaha depot air minum yang begitu sudah menjamur di kota-kota besar wilayah Indonesia. Usaha yang dapat dilakukan oleh pemerintah, antara lain: 1. mengadakan sertifikat laik higiene sanitasi depot air minum. Hal tersebut menyangkut, a) kualitas air minum yang akan dijual, meliputi, kualitas fisik air baku; kualitas sarana pengangkutan dari sumber mata air; kualitas fasilitas produksi air minum termasuk tenaga penjamahnya; kualitas air minum dari aspek kimiawi dan bakteriologi. b) Kualitas kesehatan lingkungan depot air minum, meliputi: kualitas sarana depot air minum, terdiri dari sarana kelengkapan kebersihan; kualitas lingkungan pendukung, bebas dari debu dan yang lainnya yang dapat mencemari air minum. 2. Mengadakan pengawasan implementasi sertifikasi laik higiene sanitasi, dengan maksud, a) menjaga kualitas air minum depot isi ulang secara teratur menjamin kemanan produk bagi konsumen; b) menjaga kualitas sarana produksi dan kualitas sumber air baku serta kualitas alat pengangkutan air baku. 3. Mengadakan kerjasama dengan asosiasi/wadah para pengusaha atau pemilik depot air minum, dengan maksud, a) Sebagai wadah untuk menjembatani kepentingan produsen, konsumen, dan pemerintah sebagai pembina bantuan teknis demi meningkatkan kualitas depot-depot tersebut; b) sebagai mitra dalam menyosialkan berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kelangsungan usaha depot air minum ini sangat bergantung pada beberapa hal antara lain, kelangsunagn penyediaan sumber air baku; kepercayaan masyarakat terhadap kualitas depot-depot air minum, dan juga pembinaan dari pemerintah yang kontinu. Kepercayaan masyarakat terhadap depot air minum sangat bergantung kepada pengusaha depot itu sendiri, apakah pemilik tersebut mau mengikuti praturan pemerintah, seperti peraturan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 tentang pengawasan air minum pada depot isi ulang dan peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 2002 tentang pengawsan air baku untuk air minum. Bagi pengusaha depot air minum, agar selalu eksis usahanya, tentu mereka harus mengikuti apa yang dianjurkan oleh pemerintah, seperti mengikuti program sertifikasi laik higiene sanitasi depot air minum tersebut di atas. Yang tidak kalah pentingnya, tentu harus memiliki legalitas usahanya. Bagi konsumen, dianjurkan untuk lebih selektif dalam memilih depot air minum. Pilihan depotdepot air minum yang sudah terakreditasi dan tersertifkasi oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebagai penjamin kualitas air minum dengan memerhatikan aspek kualitas air baku, kualitas sanitasi, dan kelengkapan fasilitas produksi. Bagi pengusaha pembuat depot, tentu harus diperhatikan aspek kualitas fasilitas depot. Jangan sampai calon pemilik depot dirugikan karena tidak memiliki pengetahuan tentang peralatan depot sehingga air minum yang diproduksinya mengandung hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan konsumen dan meragukan kehalalannya karena media yang dipakai untuk filterisasinya mengandung hal yang diharamkan.*** Penulis adalah pengusaha depot air minum di Kompleks Margahayu Raya Bandung.

Keamanan Air Minum Isi Ulang AIR minum merupakan kebutuhan manusia paling penting. Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen, dan untuk tetap hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Padahal, kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis. UNTUK memenuhi kebutuhan air minum penduduk memang tidak gampang. Di wilayah Jakarta misalnya, saat ini jumlah penduduk yang terdaftar 8 juta, ditambah sekitar 4 juta orang yang pulang-pergi karena bekerja di Jakarta. Maka paling tidak ada sekitar 14 juta jiwa yang membutuhkan air di Jakarta. Dengan tingkat konsumsi air minum rata-rata antara 2,1 dan 2,8 liter per orang per hari, maka di Jakarta saja sebanyak 27 juta - 36 juta liter per hari. Bayangkan bila ini ditambah dengan penduduk sekitarnya seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Sebagian besar kebutuhan air minum tersebut selama ini dipenuhi dari sumber air sumur atau dari air permukaan yang telah diolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Karena semakin rendahnya kualitas air sumur, sementara PDAM belum mampu memasok air dengan jumlah dan kualitas cukup, pemakaian air minum dalam kemasan (AMDK) dewasa ini meningkat tajam. Hal ini mendorong pertumbuhan industri AMDK di kota-kota besar di Indonesia. Saat ini terdapat lebih dari 350 industri AMDK dengan produksi lebih dari 5 miliar liter per tahun. Bukan hanya industri AMDK, industri air minum depot isi ulang (AMDIU) juga tumbuh pesat dan telah menjadi salah satu alternatif bisnis skala usaha kecil dan menengah serta berkontribusi terhadap suplai air minum di kotakota besar dengan harga terjangkau (sekitar Rp 3.000/galon). Sayang, belum ada data pasti tentang jumlah industri AMDIU karena sebagian jenis industri ini tidak terdaftar. Di sisi lain, perkembangan industri berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan konsumen, bila tidak ada regulasi yang efektif. Isu yang mengemuka saat ini adalah rendahnya jaminan kualitas terhadap air minum yang dihasilkan. Persyaratan kualitas Air yang ada di bumi umumnya tidakdalamkeadaanmurni(HO), melainkan mengandung berbagai baik terlarut maupun tersuspensi, termasuk mikroba. Oleh karena itu, sebelum dikonsumsi, air harus diolah lebih dahulu untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan tercemar sampai tingkat yang < aman. p> < yang tingkat sampai tercemar bahan kadar menurunkan atau menghilangkan untuk dahulu lebih diolah harus air dikonsumsi, sebelum itu, karena Oleh mikroba. termasuk tersuspensi, maupun terlarut baik berbagai mengandung melainkan> Air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Meskipun demikian, air yang jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau belum tentu aman dikonsumsi. Persyaratan kualitas air minum (air yang aman untuk dikonsumsi langsung), termasuk AMDIU, diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, sedangkan pesyaratan air minum dalam kemasan diatur sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor SNI-01-3553-1996. Kedua jenis air minum itu selain harus memenuhi persyaratan fisik dan kimia, juga harus memenuhi persyaratan mikrobiologis. Air minum harus bebas dari bakteri patogen. Hasil pengujian kualitas 120 sampel AMDIU dari 10 kota besar (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Denpasar) di Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), akhir tahun lalu, menunjukkan bahwa kualitas air minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang bervariasi dari satu depot ke depot lainnya. Hal itu mengindikasikan bahwa ada perbedaan dalam karakteristik air baku, teknologi produksi, dan atau proses operasi dan pemeliharaan yang diterapkan di depot isi ulang. Hasil studi sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa sampel ditemukan adanya kontaminasi mikroorganisme. Sekitar 16 persen dari sampel tersebut terkontaminasi bakteri coliform, yang mengindikasikan buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang. Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Kelompok bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendii, dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis coliform.

Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen-yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas-adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah. Jenis bakteri coliform tertentu, misalnya E coli O:157:H7, bersifat patogen dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual, dan rasa tidak enak badan. Sisi positif Tanpa bermaksud memperpanjang pro dan kontra tentang studi tersebut, hasil-hasil studi dapat dimanfaatkan sisi positifnya, baik oleh pemerintah (khususnya Departemen/Dinas Kesehatan), produsen atau asosiasi pengusaha air minum depot isi ulang (Aspada), maupun masyarakat umum sebagai konsumen. Pengawasan kualitas AMDIU secara reguler oleh pemerintah amat penting untuk menjamin keamanan produk bagi konsumen. Target utama untuk pengawasan adalah sumber air, teknologi produksi, dan proses operasi serta pemeliharaan fasilitas. Pemerintah hendaknya segera mengimplementasikan secara efektif regulasi untuk industri ini (Keputusan Menkes No 907/Menkes/SK/VII/2002) dan menyediakan bantuan teknis demi meningkatkan kualitas depotdepot itu serta melindungi keselamatan konsumen. Pelaksanaan tes dan pemeriksaan sampel AMDIU secara teratur oleh laboratorium pihak ketiga yang independen sangat penting untuk mendukung hasil pengawasan kualitas oleh pemerintah. Produsen AMDIU diharapkan untuk lebih memperhatikan masalah kualitas produk dan mempertimbangkan untuk menerapkan proses produksi dan sanitasi yang lebih baik serta menggunakan sumber air yang berkualitas tinggi. Pemilik depot isi ulang harus memberikan informasi yang lengkap dan akurat kepada konsumen mengenai produk depot air minum isi ulang. Konsumen AMDIU dianjurkan untuk lebih memperhatikan aspek kualitas, antara lain dengan menilai kelengkapan fasilitas produksi, sumber air, dan kualitas sanitasi. Untuk mengantisipasi adanya ancaman kesehatan dari mikroba berbahaya yang mungkin ada, konsumen dapat melakukan usaha-usaha desinfeksi tambahan, misalnya dengan mendidihkan selama minimum dua menit. DR IR SUPRIHATIN Staf Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB

Tidak Semua Air Minum Isi Ulang Jelek Jember, Kompas - Ketua Paguyuban Pengusaha Depot Air Minum Besuki (PPDAM) Imam Subagio menegaskan, pemerintah dan dinas kesehatan hendaknya jangan menyamaratakan semua depot air minum isi ulang tidak memperhatikan faktor sterilitas bahan baku air minum. Jika memang ditemukan ada beberapa pengusaha yang nakal dan tidak memperhatikan faktor kesehatan dan sterilitas bahan baku sebaiknya diberi pembinaan atau diperingatkan. Hal itu dikemukakan Imam Subagio kepada Kompas di Jember, Selasa (13/5), menanggapi tuduhan miring dari pejabat Dinas Kesehatan Jember terhadap penilaian sejumlah pengusaha depot air minum isi ulang. "Kami yang berkumpul di paguyuban depot air minum isi ulang dengan menamakan diri Paguyuban Pengusaha Depot Air Minum memiliki misi dan visi memenuhi kebutuhan masyarakat luas terhadap air minum yang higienis," kata Imam Subagio. Jika kemudian ditemukan ada beberapa pengusaha depot air minum yang kurang memperhatikan faktor kesehatan, maka sebaiknya ditindak atau diperingatkan sambil menunjukkan faktor penyimpangan dari hasil pengujian laboratorium mengenai komposisi air minum tersebut. Ini diperlukan, sebab ada beberapa pengusaha yang memiliki itikad baik dengan menempelkan hasil uji laboratorium air minum yang dikonsumsi masyarakat secara luas itu. Persyaratan untuk dapat membuka usaha depot air minum isi ulang, antara lain air harus steril. Selain itu, jelas Imam, tersedianya alat untuk menyaring air agar bersih dan higienis. (SIR)

AIR MINUM ISI ULANG, SEHATKAH?


Saat ini banyak beredar air minum isi ulang di pasaran dan tidak sedikit pula masyarakat yang tergiur dengan harga murah yang ditawarkan. Bahkan ada sebagian masyarakat yang mengira bahwa AQUA ikut andil dalam hal ini. Tentu saja tidak. AQUA tidak pernah memiliki depot air isi ulang apalagi menjualnya secara umum tanpa proses standar untuk air mineral. Menurut beberapa pakar, depot air minum isi ulang tidak semua menghasilkan air yang siap dikonsumsi. Bahkan kelayakan air minum isi ulang ini pun tak memenuhi standar nasional Indonesia (SNI). Menurut Suprihatin, peneliti dari IPB, air minum isi ulang telah tercemar bakteri coliform dari resapan limbah rumah tangga. Bakteri e-coli merupakan ukuran mikrobiologis terpenting untuk menakar kualitas air minum. Walupun tidak memberikan efek yang terlalu membahayakan tapi keberadaan bakteri ini membuktikan rendahnya tingkat sanitasi. Efek yang akan timbul biasanya demam, kram perut, dan muntah-muntah. Keberadaan bakteri ini juga menunjukkan adanya bakteri lain misalnya Shigella, yang menyebabkan diare hingga muntaber. Keberadaan bakteri dalam air minum bisa disebabkan oleh air bakunya yang tercemar, waktu pemaparan radiasi dengan sinar ultraviolet kurang memadai sehingga bakteri tidak terbasmi selama penyinaran Selain itu, pihak air minuman dalam kemasan juga merasa dirugikan secara materi dan lebih jauh lagi soal citra. Sebab, banyak depo isi ulang yang menggunakan botol dengan perusahaan mereka. "Depot isi ulang membangun usahanya dengan menggunakan botol dari industri minum dalam kemasan, ini melanggar hukum," kata Willy Sidharta, Presiden Direktur PT AQUA Golden Mississippi. Untuk itu AQUA perlu memberikan Surat Pengumuman pada para pelanggan agar tidak tertipu dan tetap teliti sebelum membeli. Diambil dari berbagai sumber : - Harian Kompas, 26 April 2003, Harian Koran Tempo 26 & 28 April 2003

Isi Ulang Air dalam Kemasan Hanya Boleh Bagi Pemegang Merek 03 Desember 2003

TEMPO Interaktif, Jakarta:Produsen air minum dalam kemasan (AMDK) kini boleh
berlega hati. Pasalnya, kemasan air minum yang mereka miliki hanya boleh diisi ulang oleh perusahaan pemegang merk tersebut. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 705/MPP/Kep/11/2003 tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya. Salinan Keputusan Menperindag yang diterima Tempo News Room, Rabu (3/12) ini, menyebutkan dalam Bab VI tentang Kemasan yaitu pasal 9 ayat 3 disebutkan kemasan suatu merk AMDK pakai ulang hanya boleh diisi ulang oleh perusahaan pemilik merk yang bersangkutan. Pernyataan ini seakan menjawab berbagai keluhan pengusaha AMDK yang beberapa waktu lalu sempat mengeluhkan banyaknya galon mereka yang digunakan oleh depot air minum isi ulang. Penyebabnya, pengusaha depot rata-rata tidak menyediakan galon sendiri. Padahal, pengusaha AMDK sudah menginvestasikan dananya ke galon tersebut. Ketentuan ini, tentu berdampak langsung pada industri t air minum isi ulang yang sejak lima tahun terakhir ini mengalami pertumbuhan pesat. Apalagi hasil survei terhadap sejumlah depot air minum isi ulang tersebut, yang dilakukan Forum Komunikasi Pengelolaan Kualitas Air Minum Indonesia (Forkami) mengindikasikan produk mereka tercemar bakteri coliform. Persisnya, survei terhadap 96 depot dari 1.200 depot air minum yang terdapat di Jakarta, ternyata 19,79 persen telah tercemar bakteri coliform dan sebanyak 5,21 persen tercemar bakteri coli tinja (e-coli). Akibatnya Departemen Kesehatan (Depkes) dan Deperindag ditengarai lalai melakukan pengawasan. Untuk itu, Deperindag sepertinya tidak mau lagi kecolongan dengan menyiapkan sejumlah aturan seperti Keputusan Menperindag Nomor 705/MPP/Kep/11/2003 yang baru ditandatangani 21 November lalu. Selain itu, Deperindag juga memperketat pengawasan mutu air minum sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan berlaku secara nasional. Tepatnya, ini tertuang dalam pasal 12 yang terangkum dalam Bab VIII tentang Pemasaran. Yaitu, AMDK yang diedarkan atau dipasarkan harus memenuhi SNI sesuai Ketentuan Menperindag tentang SNI. Selain itu, produk ini juga harus dilengkapi dengan nomor MD/ML, yaitu kode dan nomor pendaftaran yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan untuk makanan produksi dalam negeri/luar negeri.

Anastasya Andriarti - Tempo News Room

Usaha Air Minum Ulang akan Ditutup * Bupati: Jika Tak Penuhi Standar Bupati Sleman H Ibnu Subiyanto Akt menyatakan bahwa usaha air minum isi ulang di wilayah kabupaten Sleman bila tidak memenuhi standar air minum -- sesuai dengan standar kesehatan -- akan ditutup. Sebab, bila dibiarkan akan merugikan masyarakat yang mengkonsumsi air minum isi ulang tersebut. Demikian bupati Sleman mengatakan kepada wartawan di ruang Kabag Humas Pemda Sleman, Selasa (29/4) menanggapi adanya produk isi ulang air minum yang tidak memenuhi standar air minum yang banyak diproduksi di wilayah Sleman. Namun demikian, ditambahkan Ibnu, sebelum ditutup akan dilakukan pembinaan lebih dulu. Kalau tetap tidak memperhatikan pembinaan dari Pemda, tentu saja akan ditutup, hal itu karena dinilai merugikan masyarakat banyak. Sementara itu, secara terpisah, ketika ditemui wartawan, dr Sarjoko, Kasubdin Pencegahan Pemberantasan "penyakit" dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sleman, mengakui di wilayah Sleman memang diketahui ada beberapa usaha isi ulang air minum, dan dari data sementara ada sekitar 30 tempat yang tersebar di beberapa wilayah. "Dari data yang ada di wilayah Depok ada 22 tempat , Ngempal 4 tempat, Berbah 1 tempat, dan Ngaglik 3 tempat," kata dr Sarjoko. Dari sejumlah tempat usaha pengisian ulang air minum tersebut, baru 14 yang memeriksakan ke Laboratorium Dinas Kesehatan Sleman. Sementara hasilnya secara bakterologi yang memenuhi syarat sebagai air minum hanya 8 sampel 57,14 persen. Sedangkan secara kimia, dari 6 sampel yang memenuhi syarat kimia sebagai air minum, ada 4 sampel. Logikanya, lanjut Sarjoko, yang disebut sebagai air minum adalah yang memenuhi syarat bakterologi dan kimia, harus 100 persen negatif. Sebab, air minum yang masih mengandung bakterologi (caliform) maupun kimia, akan membahayakan kesehatan. Apalagi, air isi ulang itu diperjual-belikan untuk konsumsi masyarakat. Karena itu, Sarjoko mengimbau agar masyarakat berhati-hati jika akan membeli air isi ulang. Akan lebih baik jika ditanyakan hasil laboratoriumnya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan. Pada saat ini, tambah Sarjoko, Pemda Sleman sedang mengkaji harus berbuat apa untuk perlindungan masyarakat yang mengkonsumsi air minum isi ulang. Sementara itu, yang dilakukan Dinas Kesehatan pada pembuat air minum isi ulang ini, adalah rekomendasi agar memperbaiki secara teknis, sehingga hasilnya lebih baik. (nil)

Artikel:

MENCEGAH DAM ISI ULANG TERCEMAR

Dikirim oleh webmaster | pada Minggu, 21 Desember 2003 - 07:11 AM WIB

Air minum merupakan kebutuhan pokok dan vital. Di Jakarta telah terbangun kurang lebih 1500 Depot Air Minum Isi Ulang. Tersebar merata di beberapa sudut jalan bahkan di dalam lintasan gang kecil di daerah yang padat. Ekonomi kerakyatan sebuah cita-cita. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh rakyat untuk melayani kebutuhan rakyat dengan tenaga yang relatif dengan ketrampilan yang sederhana. Dengan penggunaan air minum dengan tabung selain mudah dan praktis dengan penampilannya akan sedikit mengangkat pristise di dalam suatu kehidupan rumah tangga. Demikian juga prestise dalam suatu lingkungan wilayah, sebagai indikasi adanya kegiatan ekonomi sedikit maju, seperti adanya kegiatan mesin fotocopy, warung telepon, rumah makan/restoran, perbengkelan kendaraan bermotor, klinik/pelayanan kesehatan, jalur transpotasi dan lain sebagainya.

Bila kegiatan penyediaan air minum ini dilihat dari aspek ekonomi, paling tidak memberikan pembelajaran dan peningkatan kreativitas rakyat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Konsumennya besar, kebutuhan sehari-hari, mudah di jangkau dan kompetetif untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga. Disamping itu geliat ekonomi ini mendongkrak juga kegiatan ekonomi ikutan lainnya. Dengan demikian, maka dapat menyumbang (walaupun tidak spektakuler) dalam pengentasan kemiskinan dan pengangguran.Untuk menumbuhkan dan meningkatkan geliat dan perannya, perlu pembinaan dan pengawasan baik untuk kepentingan survival dan suksesnya usaha maupun perlindungan terhadap konsumennya. Survival dan suksesnya usaha ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu :

(1) sumber air bakunya, harus tersedia baik kuantitasnya maupun kualitasnya, dan tidak mengganggu keberlanjutan sumberdaya air dan tidak merusak ekosistenmya, (2) proses pengolahan, peralatan harus memenuhi spesifikasi minimal untuk dapat mengolah air baku yang menghasilkan air yang siap diminum yaitu memenuhi syarat-syarat air minum yaitu syarat fisik, kimiawi dan bakteriologis. (3) dilandasi dan ditaatinya peraturan perundang-undangan yang jelas.

Sumber air baku, tidak sembarangan, diperoleh dari berbagai sumber yaitu dari air tanah seperti mata air (pegunungan),sungai bawah tanah, busong dan sumur bor,

yang terlindungi, air permukaan seperti air danau, air sungai, air laut dan gunung es. Air baku harus memenuhi syarat-syarat baik struktur fisis, kimiawi maupun bakteriologis. Sumber air baku harus tetap terjaga dan terpelihara keberlanjutannya (ingat tragedi penggundulan hutan). Ekosistem tidak terganggu, tidak hanya dilihat dari sistem hidrologinya saja tetapi sistem kehidupan secara itentitas, termasuk dampak dan konflik sosialnya.

Persepsi masyarakat atau pasar, depot air minum isi ulang ini air bakunya adalah berasal dari sumber mata air pegunungan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan yaitu rasanya segar, dingin, tidak berbau, tidak berwarna, pH normal dan TDS rendah. Dalam kenyataannya tidak demikian, air baku dapat diambil dari berbagai sumber seperti tersebut diatas. Air tanah, memiliki karakter-karakter tertentu dan berberda satu dengan lainnya. Bisa mengandung mineral-mineral atau garam-garam yang cukup tinggi akibat dari pengaruh lapisan dan batuan dibawah tanah yang dilalui oleh air tanah tersebut. Sedangkan air permukaan kualitasnya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya dan perilaku manusia dan sanitasi sekitarnya. Dan kualitas air yang siap diminum masih tergantung pula pada beberapa faktor yang lain.

Di dalam proses pengolahan, peralatan harus berfungsi dengan baik, mampu mengolah air baku untuk mereduksi kandungan partikel-partekel fisik, kmiawi yang terlalu tinggi dan membunuh mikrooragnisme yang berbahaya, sehingga produksi air siap minum memenuhi syarat. Di samping kualitas peralatannya, tergantung pula kemampuan dan ketaatan tenaga yang mengoperasikan peralatan tersebut termasuk sikap dan perilaku bersih dan sehatnya. Tenaga yang mengoperasikan dan menghandel hasil olahan yang tidak berperilaku bersih dan sehat dapat mencemari hasil olahan.

Peraturan dan perundangan-undangan yang sudah ada yang terkait dengan kegiatan usaha ini diefektifkan segera seperti peraturan peurundang-undang tentang pengawasan kualitas air, pembinaan dan pengawasan industri kecil dan atau rumah tangga, perbankan dalam mendukung usaha. Peraturan dan perundang-undangan yang belum ada tetapi dipandang penting perlu segera disusun dan diterbitkan baik berupa di tingkat pusat maupun di tingkat daerah yang berupa peraturan daerah. Kalau belajar kepada negara-negara maju, maka sebagian besar usaha Air Minum Isi Ulang ini tidak mendapat tempat dan dukungan. Kenapa ? Secara mudah jawabannya adalah persaingan bisnis. Ekonomi lemah dan atau kerakyatan akan kalah dengan perekonomian kuat apalagi yang bersifat kapitalistik.

Mencermati hasil-hasil survai yang dilakukan oleh Forum Komunikasi Pengelola Air Minum Indonesia, bahwa Depot Air Minum Isi Ulang yang diteliti dari 96 Depot air Minum Isi Ulang 20% tercemar Bakteri coliform. Kalau disimpulkan secara kasar kurang lebih terdapat 300 Depot Air Minum Isi Ulang di Jakarta tercemar, tidak layak untuk konsumsi air minum. Salah satu persyaratan air minum adalah 0 bakteri koliform. Sanksi dan tindakan apa yang dikenakan terhadap depot yang bersangkutan ? Belum ada peraturan perundangan yang mengatur tentang Depot Air Minum Isi Ulang. Paling-paling sanksi moral, tidak laku kalau konsumennya mengerti dan paham akan bahaya terhadap kesehatannya. Berapa keluarga dan atau berapa orang termasuk bayi dan anak dibawah lima tahun yang rawan terhadap diare telah tercemar ingin keluar dari cemaran air minum yang bersumber dari air tanah di Jakarta (39% air minum perkotaan tercemar bakteri coli tinja) masih harus tercemar ? Jangan terjadi seperti istilah "keluar dari mulut singa masuk ke mulut buaya ? Masih tetap sama-sama nasibnya !

Pemerintah dalam hal ini perlu segera turun tangan dalam arti mendorong geliat ekonomi kerakyatan ini dengan melalui beberapa aspek. Salah satunya adalah membina dan mengawasai aspek kualitas produksinya. Untuk membina dan mengawasai aspek produksi ini melalui beberapa pendekatan, sebagai berikut:.

Pertama pedekatan ketenagaan, yaitu tenaga pengelola perlu dibina dan diawasi kemampuan teknis operasionalisasi peralatannya dan kemampuan berperilaku bersih dan sehatnya baik untuk dirinya maupun lingkungan termasuk menghandel air minum agar tepat bersih dan sehat. Untuk ini pemerintah bersama masyarakat profesional perlu menyediakan / memberikan pelatihan-pelatihan di bidang operasionalisasi teknis peralatan dan kesehatan khususnya kemamapuan berperilaku bersih dan sehat dan menghandel air minum yang bersih, sehat memenuhi persayaratan kesehatan.

Kedua, pendekatan peralatan teknis untuk pengelolaan/ processing air baku menjadi air minum yang memenuhi persyaratan teknis (persyaratan minimal dengan spesifikasi yang jelas dan terukur). Upaya ini diperlukan untuk menjaga dan memelihara kemampuan dan fungsi peralatan dalam pengolahannya air baku sehingga menghasilkan air minum yang sehat. Air minum yang memenuhi syarat kesehatan yaitu persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologis. Masyarakat tidak terpesona hanya karena daya tarik warna-warni sinar dari peralatannya saja.

Ketiga, pendekatan pengaturan. Pemerintah bersama lembaga perwakilan rakyat

sebagai penyusun peraturan perundangan, segera melakukan langkah-langkah dan kegiatan untuk menyusun peraturan dan melaksanakan pengawasan terhadap pengetrapannya dan menjalankan kewenangan-kewenangannya. Termasuk dalam hal ini ketentuan laik operasi peralatan untuk pemngolahan yang dinyatakan dengan sertifikat laik operasi, kalau perlu dikenakan izin operasi, tingkat cemaran, pedomanpedoman lainnya baik pedoman umum maupun teknisnya, mekanisme dan pemantauan kualitas air bakunya maupun kualitas produksinya. Pemerintah segera melakukan standarisasi peralatan, pengawasan di lapangan, uji kelayakan dan peneraan peralatan, uji kualitas produksinya secara reguler, memberikan sertifikasi kelaikan operasional baik yang menyangkut ketenagaannya maupun peralatanannya tidak hanaya untuk meningkatkan kualitas prosesing dan kemamapuan pengelola/pengusaha air minum isi ulang tetapi juga untuk melindungi konsumen/rakyatnya. Pada pokoknya adanya ketentuan untuk melindungi konsumen atas akibat produksi yang tidak memenuhi persyaratan sehingga dapat berakibat menimbulkan penyakit dan gangguan kesehatan.

Keempat, penggerakan masyarakat. Masyarakat selain sebagai konsumen, perlu diikut sertakan dalam pengawasan termasuk para profesional di bidang sanitasi/kesehatan lingkungan dan organisasinya. Agar pengawasan masyarakat dapat berjalan dengan efektif, ditempuh jalan dengan menampilan beberapa butir atau hal-hal yang penting persyaratan yang harus dipenuhi, profil Depot Air Minum Isi Ulang, dan hasil pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah secara tranfarans.

Geliat ekonomi kerakyatan di bidang pemenuhan kebutuhan pokok ini perlu segera mendapat perhatian (respons) dan turun tangannya tidak hanya pihak pemerintah tetapi juga para profesional termasuk organisasi profesionalnya yang memiliki kompetensi di bidang penyehatan air dan kesehatan lingkungan. Sertifikasi, pelatihan serta pertimbangan laik operasi serta pemantauannya dapat dilakukan oleh organisasi profesi. Dengan upaya-upaya penanganan ini maka akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan menumbuhkan serta meningkatkan kualitas geliat ekonomi kerakyatan. Catatan: DR. Hadi Siswanto, MPH.

SANITASI DEPOT AIR MINUM


(Agus Subari, SKM., M.Kes)

I. PENDAHULUAN

Sistem penyediaan air minum yang ada di dunia bermacam-macam jenisnya, dibedakan menurut ciri: sumber air, cara pengolahan, distribusi dan penyelolaannya. Sekarang ini muncul ide baru sistem penyediaan air minum yang mirip seperti Pom Bensin atau Pangkalan Minyak Tanah, sehingga nanti ada semacam Pom Air Minum atau Pangkalan Air Minum yang buka di tempat-tempat yang strategis. Tujuan atau cita-cita setiap sistem penyediaan air minum yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh swasta di setiap negara adalah menyediakan air minum yang aman untuk diminum orang secara langsung, baik dari kran atau dari botol kemasan. Perusahaan Air Minum (PAM) adalah instalasi yang bertanggung-jawab dalam penyediaan air minum untuk penduduk perkotaan, dengan ciri sistem distribusi airnya dengan menggunakan sistem perpipaan. Selain Perusahaan Air Minum (PAM), sistem penyediaan air minum kepada masyarakat konsumen telah berkembang meniru perdagangan barang-barang kemasan lainnya; air minum telah diperdagangkan dalam kemasan dengan berbagai ukuran: gelas, botol, galon dan tangki. Skala perdagangan air minum kemasan kepada masyarakat konsumen yang semakin meningkat serta tuntutan semakin harus efektifitas dan efisien, telah melahirkan ide baru Depot Air Minum atau Pangkalan Air minum. Jika Depot Air Minum atau Pangkalan Air Minum, akan diijinkan oleh pemerintah dan masyarakat; permasalahannya adalah bagaimana persyaratan kesehatan/sanitasi yang harus dipenuhi, agar masyarakat konsumen terlindung dari penularan penyakit, gangguan kesehatan dan kerusakan mutu air minum. Jawaban dari permasalahan ini tidaklah mudah karena perlu dikaji secara cermat mulai dari tataran prinsip, desain dan teknis operasinalnya.

II. PRINSIP UMUM SANITASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM Prinsip umum pengamanan sistem penyediaan air minum adalah mengacu pada penyediaan air minum dengan sistem perpipaan yang telah lama berkembang, dari berbagai literatur yang oleh penulis pandang perlu adalah sebagai berikut: Teknologi pengolahan air baku, untuk menghasilkan air minum memenuhi syarat kesehatan, wujud teknologi instalasi pengolahan air minum telah berkembang dalam raksasa, sedang, mini dan portable. 1. Teknologi distribusi/transportasi air minum yang saniter dari hulu sampai ke hilir atau dari instalasi penyolahan sampai ke masyarakat konsumen; dengan kondisi: Kedap keluar/kedalam Langsung/tak terputus-putus Gaya gravitasi atau tekanan Tak melunturi air

Dari persyaratan ini sistem yang baik adalah sistem perpipaan, bahan maupun tekniknya semakin berkembang guna mengamankan dari bahaya cross conection atau kontaminasi cemaran dari dalam dan dari luar perpipaan. 2. Teknologi desinfeksi dinamis dalam sistem perpipaan berupa residual chloor aktif, yang mendisinfeksi kontaminasi kuman yang mungkin terjadinya karena cross conection selama perjalanan air dari hulu sampai ke hilir. 3. Manajemen kualitas air minum, dengan mengembangkan sistem control atau monitoring kwalitas air minum (pisik, kimia, mikrobiologi dan radiologik) dengan cara observasi, water test kit dan laboratorium secara terprogram dan transparan kepada masyarakat. 4. Perlindungan hukum, harus dapat ditegakkan bahwa kualitas air sejak dari hulu sampai ke hilir atau dari sumber air ke instalasi pengolahan air sampai ke masyarakat konsumen secara hukum menjadi tanggung jawab perusahaan. Jika ada risiko kesehatan yang disebabkan karena air akan menjadi tanggung jawab perusahaan air minum. Dengan demikian harus ada uparya pengamanan dari adanya pemalsuan, pencampuran dan penjamahan terhadap airnya.

5. Ada tenaga khusus profesi Sanitarian/Kesehatan Lingkungan, hal ini perlu sekali
mengingat kompleknya permasalahan dan upaya kesehatan pada sistem ini. III. IMPLEMENTASI PRINSIP UMUM PADA PERSYARATAN SANITASI DEPOT AIR MINUM Dengan mengacu pada prinsip umum pengamanan sistem penyediaan air minum di atas, maka analisis persyaratan sanitasi untuk Depot Air Minum adalah sebagai berikut:

1. Teknologi pengolahan air baku untuk menghasilkan air minum memenuhi


syarat kesehatan pada industri air minum kemasan atau pada Depot Air Minum tidak seberat seperti pada Perusahaan Air Minum (PAM). Umumnya industri air minum kemasan sumber airnya dari mata-air atau dari PAM dengan kwalitas pisik, kimia, bakteriologi dan radiologik sudah baik, sehingga tidak banyak melakukan pengolahan. Pengolahan air yang lazim dilakukan adalah desinfeksi dengan cara: ozonisasi (O3), penyinaran ultra violet, tidak dengan cara chloorinasi sehingga tidak ada residual chloor. Tujuannya adalah penjaminan kwalitas air yang memenuhi syarat kesehatan di sepanjang proses produksi. Implementasi prinsip ini pada persyaratan sistem Depot Air Minum adalah:

Persyaratan kwalitas air baku Persyaratan pengolahan air Persyaratan desinfeksi Persyaratan kwalitas air dalam wadah/kemasan

2. Teknologi distribusi /transportasi air minum dari hulu sampai ke hilir atau dari instalasi penyolahan sampai ke masyarakat konsumen pada sistem Depot Air Minum tidak dengan sistem perpipaan, mungkin dengan kendaraan Tujuannya adalah penjaminan kwalitas air yang memenuhi syarat kesehatan di sepanjang proses distribusi dari kontaminasi pencemar atau cross conection . Implementasi prinsip ini pada persyaratan sistem Depot Air Minum adalah: Persyaratan sanitasi kendaraan pengangkut air Persyaratan sanitasi bangunan depot air minum Persyaratan sanitasi wadah/kemasan: kontainer, reservoir-tank, drum, galon, botol dan lain sejenisnya Persyaratan sanitasi cara penanganan (handling) air: pembukaan, pengisian, pemindahan, penuangan, penutupan Persyaratan sanitasi alat bantu distribusi: kran, fitting, gayung, slang, pompa, alat pengukur, indikator dan lain yang dibutuhkan 3. Teknologi desinfeksi dinamis, seperti residual chloor aktif pada sistem Depot Air Minum perlu dikaji lebih lanjut. Upaya ini hampir pasti sulit untuk dilaksanakan karena air kemasan akan langsung diminum, bau chloor akan merusak aroma air. Pertanyaan berikutnya adalah apakah ozonisasi (O3), penyinaran ultra violet akan menghasilkan residu desinfektan, jika jawabannya ya, maka inplementasi prinsip ini tidak ada masalah. Selanjutnya jika jawabannya tidak, maka sistem distribusinya prinsip langsung dan kedap harus dapat diandalkan, atau mencari alternatif bahan desinfektan aktif yang punya aroma baik.

4. Manajemen kualitas air minum, dengan mengembangkan sistem control atau


monitoring kwalitas air minum secara pisik, kimia, mikrobiologi dan radiologik baik dengan cara observasi, water test kit dan laboratorium secara terprogram dan transparan kepada masyarakat. Tujuannya adalah untuk mempertahankan/meningkatkan kwalitas air minum. Implementasi prinsip ini pada persyaratan sistem Depot Air Minum adalah: Persyaratan struktur manajemen kwalitas Persyaratan sistem informasi kwalitas air instalasi pengolahan sampai ke masyarakat konsumen atau dari hulu sampai ke hilir secara hukum menjadi tanggung jawab perusahaan. Tujuannya adalah adanya payung hukum untuk mendisiplin pengusaha, melindung masyarakat dan mencegah tindak kejahatan pemalsuan, sabotase dan lain sebagainya. Implementasi prinsip ini pada persyaratan sistem Depot Air Minum adalah: Persyaratan dokumentasi peraturan perundang-undangan Persyaratan dokumentasi naskah kerja-sama-kontrak Persyaratan sertifikasi, label, plakat Persyarakatan segel

3. Perlindungan hukum, harus dapat ditegakkan bahwa kualitas air sejak dari

3. Ada tenaga khusus profesi Sanitarian/Kesehatan Lingkungan, hal ini perlu sekali
mengingat kompleknya permasalahan dan upaya kesehatan pada sistem ini. Tujuannya untuk menopang atau memberi fondasi manajemen usaha penyediaan air minum yang profesional, khusus produk yang hygienis/saniter. Implementasi prinsip ini pada persyaratan sistem Depot Air Minum adalah: Persyaratan penggunakan Tenaga Sanitarian Persyaratan Sistem Rujukan dan Pelaporan Kesehatan sebagai hasil kerja Sanitarian IV. PERSYARATAN TEKNIS OPERASIONAL SANITASI DEPOT AIR MINUM Kita telah memiliki gambaran prinsip umum sanitasi, kemudian persyaratan sanitasi, selanjutnya untuk dapat digunakan di lapangan perlu dijabarkan ke dalam persyaratan teknis dan operasional yang lebih mendetail. Untuk menjabarkan dari prinsip ke arah persyaratan teknis operasional, dalam ilmu sanitasi kita kenal adanya kerangka persyaratan: item, code dan regulation. Caranya dapat menggunakan matrik sebagai berikut:
NO PRINSIP ITEM CODE REGULATION

Pada pengisian matrik di atas, prinsip dapat kita tuliskan, namun untuk dapat menulis tentang isi: item, code dan regulation kita harus mengkaji secara mendalam dari wujud dan kegiatan nyata Depot Air Minum itu. Jika tidak mungkin, kita dapat mengkaji simulasi dari blue-print, model, maket atau deskripsinya. Situasi dan kondisi masing-masing Depot Air Minum di lapangan tentunya berbedabeda, oleh karena itu maka perlu adanya persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan umum dapat dibuat di tingkat nasional, sedang persyaratan khusus dibuat di tingkat lokal.

Pemberian Izin Operasi Diperketat


WATAMPONE-Setelah menggelar operasi lapangan 78 jamu tradisional yang ilegal, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bone khususnya Pengawas Farmasi Makanan dan Minuman (PFMM) memperketat pemberian izin usaha air minum isi ulang. Hal ini dilakukan menyusul banyaknya usaha seperti itu yang berkembang di Bone. Menurut Kasubdin PFMM Dinkes, Dra Ummul Khairi Z M.Kes, upaya ini pengetatan pemberian izin dilakukan sebab pihaknya tak ingin usaha seperti ini menimbulkan korban. Apalagi tak ada jaminan kesehatan yang diberikan para pengusaha air minum isi ulang kepada konsumen. "Kita tidak tahu apakah air minum yang mereka tawarkan memenuhi standar kesehatan atau tidak. Padahal air minum yang terkontaminasi dengan zat kimia sangat rawan menimbulkan penyakit, terutama diare," ujar Ummul Khairi saat ditemui di ruang kerjanya. Karena itu, pihak PFMM akan memberlakukan uji kelayakan yang ekstra ketat sebelum memberikan izin usaha kepada produsen air minum isi ulang. Di Bone sendiri, usaha seperti ini sedang berkembang pesat. Beberapa pengusaha sengaja memperdagangkan untuk konsumsi umum hasil produksi mereka. Usaha demikian tampaknya mendapat respon positif dari masyarakat. Terbukti, sebagian pengusaha air minum isi ulang yang ditemui menyatakan jika grafik produksi mereka memperlihatkan peningkatan. Sayangnya, masyarakat tidak mengetahui apakah air minum yang mereka konsumsi sudah memperoleh izin Dinas Kesehatan atau tidak. Dalam perkembangannya di pasaran, pihak PFMM juga selalu memantau secara serius penjualan air minum galon isi ulang. Jika ada yang terbukti tidak memenuhi standar kesehatan, PFMM tak ragu untuk mengambil tindakan. Hal ini dilakukan guna menghindari timbulnya kerugian bagi konsumen. Di bagian lain, Ummum Khairi menambahkan jika dalam waktu dekat PFMM menggelar penyuluhan tentang keamanan pangan. Penyuluhan yang dilaksanakan bersama BPOM ini dilakukan sebagai rangkaian sertifikasi makanan industri rumah tangga. Sasarannya adalah para pemilik dan pengusaha makanan yang ada di Bone. (rp15/fis)

Asosiasi Depot Air Minum Harus Jaga Kualitas Air Minum Isi Ulang Jakarta, Sinar Harapan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Sampurno menyambut baik berdirinya Asosiasi Pengusaha, Pemasok, dan Distribusi Depot Air Minum Indonesia (Apdamindo). Asosiasi ini diharapkan dapat memantau anggotanya dalam menjaga kualitas air minum isi ulang. Sebelum mendirikan sebuah depot air minum diharapkan ada pemeriksaan yang teliti terhadap mesin pemroses dan sebaiknya dalam 6 bulan sekali ada pengujian yang teliti terhadap produk air minum tersebut. Hal ini untuk menjaga kualitas air minum, tegasnya kepada SH, di Jakarta, Kamis (22/1). Ia menjelaskan pengawasan air isi ulang sudah diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan berkembangnya depot air minum akan sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan air bersih yang berkualitas. Untuk itu, asosiasi harus mempersiapkan tim riset yang meneliti dan mengaudit kualitas setiap anggotanya. Kalau perlu mereka bekerja sama dengan pihak yang berkompeten dalam pengujian tersebut, agar air isi ulang yang menjadi produk benar-benar aman bagi masyarakat, jelas Kepala BPOM. Ketua Apdamindo Albert Panggabean, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (20/1), menjelaskan bahwa Apdamindo akan memastikan kualitas air isi ulang dari depot-depot air minum. Menurut penilitian terakhir, Desember 2003 dari IPB, menunjukkan bahwa ada 84% depot yang sudah memenuhi kualitas bersih dan sehat. Sebelumnya hanya 74%. Diharapakan dengan berdirinya asosiasi ini akan ada peningkatan sehingga semua depot yang ada benar-benar memenuhi standar kualaitas air bersih dan sehat, tegasnya. Pengujian Serampangan Salah seorang pemilik depot di Surabaya, Miki Utomo, dalam konferensi pers tersebut mengharapkan pengujian yang dilakukan oleh BPOM hati-hati dan profesional, karena beberapa depot air minum di Surabaya mengeluhkan cara pengujian yang serampangan. Petugas datang tidak membawa perlengkapan, mengambil botol berisi air, membuang air di parit berjarak 10 centimeter, mengambil sampel dan menutupnya dengan plastik lalu diikat karet biasa. Setelah itu mengumumkan hasil ujian tersebut dengan memvonis bahwa air isi ulang di beberapa depot tersebut tercemar bakteri coliform. Ini tidak fair. Kami sudah mengadu ke Badan POM Pusat tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut, jelasnya. Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Apdamindo, Budi Darmawan, menjelaskan depot air minum melayani pelanggan di sekitar radius 500 meter, sehingga jika ada komplain pelanggan bisa langsung datang ke depot, atau menghubungi sekretariat pusat Apdamindo di nomor telpon: 021-4514530, 4514531. Jika tidak puas, bisa langsung memperkarakan secara hukum. Pengolahan air di depot juga dapat disaksikan oleh pelanggan. Hal ini berbeda dengan air minum dalam botol kemasan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menjualnya ke pelanggan lewat toko dan warung. Jika ada komplain pada air minum dalam kemasan botol, maka harus menghubungi perusahaan yang kemungkinan jauh. Kalau ingin menuntut agak sulit karena bisa saja kesalahan ada pada pedagang, lanjut Budi Darmawan. Bidang Riset dan Pengembangan Apdamindo, M. Franky, juga menjelaskan masyarakat perlu tahu bahwa peralatan prosesing standar terdiri dari sand filter, carbon filter, micron filter, sinar ultra violet, pompa, pipa dan pembilasan. Sampai sekarang ada 4.000 depot di seluruh Indonesia, 50 suplaier air minum di Jakarta dan 50 distributor di Jakarta, tambahnya. (web)

Keterangan Pers Badan POM RI No. KH.00.01.4.23.2003 tentang Hasil Pengujian Lab Atas Kualitas Air Pada Depo Air Minum (Isi Ulang)
Dewasa ini kecenderungan keberadaan Depo Air Minum (Isi Ulang) terus meningkat sejalan dengan dinamika kebutuhan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, maka pengawasan terhadap mutu air minum pada Depo Air Minum (Isi Ulang) adalah menjadi tugas dan tanggung jawab dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Mengingat dan mempertimbangkan manfaat air minum yang diolah oleh usaha Depo Air Minum tersebut dan upaya perlindungan bagi masyarakat, maka Badan POM RI pada bulan Mei 2003 telah melakukan sampling dan pengujian laboratorium terhadap mutu air yang diolah oleh Depo Air Minum (Isi Ulang) di 5 Kota mencakup 95 Depo yaitu Jakarta (29 Depo), Medan (9 Depo), Bandung (20 Depo), Semarang (14 Depo) dan Surabaya (23 Depo). Fokus pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan POM RI adalah: sumber air baku yang digunakan, proses sterilisasi dan pengambilan contoh produk untuk dilakukan pengujian laboratorium. Air baku yang digunakan sebagian besar berasal dari Sumber Mata Air yang diangkut dengan tangki (78 Depo), air PAM (10 Depo) dan Air Tanah. Sedangkan proses sterilisasi yang digunakan dalam proses pengolahan air minum adalah sebagai berikut:

Menggunakan sinar UV 53 Depo Menggunakan Ozon (ozonisasi) 2 Depo Menggunakan UV + Ozon 28 Depo Menggunakan Sinar UV+Ozon + RO 1 Depo Lain-lain 11 Depo

Berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang dilakukan oleh Badan POM RI terhadap 95 contoh air dari 95 Depo Air Minum di 5 Kota tersebut diperoleh hasil: 76 Depo memenuhi syarat mutu dan 19 tidak memenuhi syarat karena mengandung mikroba. Diantara 19 yang tidak memenuhi syarat mikroba tadi termasuk pula 9 produk mengandung Cadmium yang melebihi batas yang diperbolehkan. Air minum yang diproduksi oleh Depo Air Minum (Isi Ulang) yang memenuhi syarat mutu, tentu sangat bermanfaat bagi masyarakat karena harganya relatif terjangkau oleh daya beli masyarakat luas. Namun jika air minum tersebut mutunya tidak memenuhi syarat maka akan berisiko bagi kesehatan konsumennya. Depo Air Minum (Isi Ulang) yang tidak memenuhi syarat karena kandungan mikroba berdasarkan hasil pengujian laboratorium Badan POM RI adalah sebagai berikut:

Bandung karena kandungan mikroba E. coli di 4 Depo ( 5 A-Qua, Desi, Sellaqua dan Vistaqua) Jakarta karena kandungan mikroba Coliform dan Salmonella di 1 Depo (TQN 165 Meruya Selatan, Kembangan) Jakarta karena kandungan mikroba Coliform di 3 Depo (Amira, Aquariz dan Extraqua) Tangerang karena kandungan mikroba Coliform di 2 Depo (H2O dan Global) Medan karena kandungan mikroba E. coli dan Coliform di 2 Depo (Argo Refilindo dan Azure)

Surabaya karena kandungan mikroba Coliform di 6 Depo (Aga, Agua, Agura, Agung, Sari Tirta dan Tirta Lestari).

Air minum yang diproduksi oleh Depo Air Minum (Isi Ulang) dan dijual kepada masyarakat harus terjamin mutu dan keamanannya. Untuk itu kepada pihak-pihak yang terkait, Badan POM RI mengajukan hal-hal sebagai berikut:

1.

Sebelum Depo Air Minum (Isi Ulang) diperbolehkan memproduksi dan menjual air minum yang diolahnya, semestinya Sistem Pengolahan Air Minum dari Depo yang bersangkutan harus mendapatkan sertifikasi dari institusi/lembaga yang memiliki kompetensi. Sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali diwajibkan kepada Depo Air Minum (Isi Ulang) untuk memeriksakan produknya kepada Laboratorium yang telah memperoleh akreditasi dan melaporkan hasilnya kepada instansi terkait.

2.

Demikian hal-hal yang perlu disampaikan oleh Badan POM RI untuk menjadi perhatian semua pihak. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI Kepala,

H. Sampurno

80 Persen Depot Air Minum Tak Berizin SUKABUMI-Sedikitnya 13 perusahaan depot air minum isi ulang di Kota Sukabumi, tak memiliki izin. Seharusnya dalam menjalankan usahanya depot ini mereka harus mengantongi izin operasional dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Sukabumi. Menurut Kasubdin Perdagangan Disperindagkop Kota Sukabumi, Wawan Darmamulya, dari 16 depot hanya tiga yang telah mengantongi SIUPP. Satu perusahaan baru memiliki izin prinsip industri. '' Untuk mengurus izin-izin tersebut harus ada kejelasan terlebih dahulu tentang klasifikasi usaha industri (KUI),'' katanya menandaskan. Wawan mengatakan, sedikitnya depot air minum isi ulang yang memiliki izin, karena belum jelasnya status usaha ini. Hingga kini, kata dia, usaha jenis ini belum memliki klasifikasi usaha yang jelas. Karena itu, kata wawan, pihaknya belum bisa menertibkan usaha yang mulai marak ini. Untuk menangani masalah ini, pihak Disperindagkop tetap berkoordinasi dengan para pengusaha yang ingin mengurus legalitas usaha tersebut. ''Bukan berarti usaha jenis ini tidak diperbolehkan. Kita cari solusinya agar usaha kecil tetap berkembang,'' ujarnya. Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Hidayat Gunawan, yang diwakili Kasie Bina Sarana Kesehatan, Fatmawati, mengatakan dari 16 depot air minum isi ulang yang ada di Kota Sukabumi, ada tiga depot yang belum mendapatkan izin layak minum. '' Satu perusahaan telah dicabut izinnya karena airnya positif mengandung ecoli,''ungkapnya. Fatawati mengatakan, seluruh depot air minum isi ulang yang berada di Sukabumi, harus memeriksakan airnya terlebih dahulu ke laboratorium. Jika hasilnya layak untuk dikonsumsi, maka perusahaan yang bersangkutan akan diberikan surat izin layak minum dari Dinas Kesehatan Kota. Surat layak minum sehat tersebut, kata dia, akan dijadikan dasar oleh Disperindagkop untuk mengeluarkan izin operasional. '' Selama ini, tidak ada satupun perusahaan depot air isi ulang yang lengah dari kontrol Dinas Kesehatan,''tuturnya. Pemeriksaan bakteri, katanya, dilakukan setiap sebulan sekali. Sedangkan untuk pemeriksaan kimia dilakukan sekitar tiga bulan sekali. ''Ini dilakukan secara kontinyu,'' tambahnya.

INFORMASI PENTING DAN MENDESAK UNTUK SYSTEM ISI ULANG AIR MINUM (PERFECT STERIL KONGOU SYSTEM) Mengenai Isi Ulang Air Minum (Masalah Bakteri)
Saat ini banyak berita dimedia cetak maupun elektronic mengenai kwalitas air minum isi ulang yang tercemar / masih bercampur bakteri. Kami salah satu pembuat system isi ulang air minum,lebih dulu mengkhawatirkan hal tsb. Oleh sebab itu, maka kami dari awal telah membuat system yang komplit. Sekarang, bisa dipikirkan bagaimana cara bakteri itu masuk /bercampur dengan air isi ulang.

1.Air hasil dari alat tersebut masih bercampur bakteri/ bakteri tidak mati. 2.Didalam galon kosong (yang akan diisi) ada bakteri. 3.Ruang pengisian air ke dalam galon ada bakteri.
Hal semacam ini juga berkaitan erat dengan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Kami jelaskan ke 3 hal diatas dan hubunganya dengan HACCP untuk menjaga kwalitas air dari System Kongou.

1.Kemungkinan air dari alat tsb masih campur bakteri. Pertama, air yang sudah diproses melalu filterasi, masuk ke dalam tampungan stainless steel. Dimana didalam tampungan stainless steel terpasang UV SHIDEN 150, yang menyala terus menerus agar bakterinya mati. Karena air yang diam pun, akan menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Seperti yang tertera dalam gambar. Di clean tank(toren stainless, terdapat SHIDEN 150(*1) yang menyala terus menerus) Air untuk mencuci galon pun, dengan air yang sudah ) bakterinya, yaitu air dari tampungan stainles,yang sudah dipasang UV SHIDEN 150. Sesudah dari tampungan stainless ,air disaring lagi dengan micro filter 0.2 dan 0.1 micron, sebelum akhirnya melalui UV SUIJIN 150(*2) dan masuk ke galon. (*1):SHIDEN150(Produk CV.J-tech Intelligence International) : tenaga UVnya kira kira 10min bisa mematikan bakteriecoli di daram clean tank stainless 1000L. SUIJIN150(Produk CV.J-tech Intelligence International) : Capasitas process air 500/Jam

2.Kemungkinan didalam galon ada bakteri. Untum mencuci galon,kami menggunakan air yang sudah steril. Walaupun begitu, bakteri pasti belum seluruhnya hilang dai dalam galon kosong. Untuk mematikan bakteri dari dalam galon, kami menggunakan UV SHIDEN 100 dengan motor drive.

Caranya : UV SHIDEN 100,dimasukkan ke dalam galon yang kosong ,lalu dinyalakan. Kira-kira 10-20 detika, bakteri sudah mati.

3.Kemungkinan didalam ruang pengisian ada bakteri (didalam udara) Walaupun didalam galon sudah tidak ada bakteri,namun didalam ruang pengisian sewaktu mengisi air ke galon. Ada kemungkinan didalam ruangan tsb banyak bakteri. Dan bisa saja bakteri masuk kedalam galon dan bercampur dengan air. Juga pada tutup galon. Oleh sebab itu, System Kongou dilengkapi dengan UV FUUJIN 100 atau 150 untuk membasmi bakteri didalam ruang pengisisan,sekaligus untuk mensteril tutup galon. System Kongou, berbeda dengan system isi ulang lainya, karena dalam system Kongou dilengkapi alat streil galon ,alat steril ruangan dan tutup galon,yang sangat aman dan mudah digunakan.

Masahiro Aizawa Engineer CV.J-tech Intelligence International

Waspadai Kualitas Air Minum Isi Ulang


Rabu, 15 Oct 2003 10:24:06 WIB

Pusdiknakes, Jakarta - Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Sujono, SKM, MSPH memperingatkan agar masyarakat berhati-hati dalam mengkonsumsi air minum dari depo pengisian air minum isi ulang. Masyarakat harus benar-benar meneliti apakah semua proses pengambilan, pengolahan hingga pengemasan benar-benar dilakukan oleh pengelola depo. Jika proses tersebut menyalahi standar baku, dikhawatirkan air minum isi ulang tersebut tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan. "Prosesnya sebenarnya bagus, tapi kalau ketentuan yang ada diikuti. Proses yang harus diamati adalah mulai dari proses pengambilan bahan baku, penampungan, difilter dan sebelum masuk ke bak penampungan terlebih dahulu diidesinfektan dahulu. Proses standarnya sebenarnya bagus tapi pelaksanaannya tentunya tergantung pengelola depo itu sendiri," ujar Sujono kepada Pusat Diknakes ketika ditemui di ruang kerjanya Kamis siang. Seharusnya, kata Sujono, pemerintah mempublikasikan data yang memuat depo-depo mana yang kualitas airnya terjamin. Data ini dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mengetahui air dari depo mana yang aman dan yang tidak. Sujono juga menyatakan, agar masyarakat tidak beranggapan bahwa air minum yang layak dikonsumsi hanyalah air dalam kemasan. "Karena, air sumur juga memiliki kualitas baik asal kontruksi sumurnya memenuhi syarat kesehatan serta bukan air serapan. Jika ingin yakin, periksakan sampel air ke lab," ujar Sujono. Guna memastikan apakah air sumur benar-benar layak dikonsumsi, harui dilakukan perebusan. "Seluruh bakteri mati, kecuali bahan kimia. Termasuk, e coli yang menandakan cemaran tinja juga mati," kata Sujono. (iis)

Air Minum Isi Ulang, Dibutuhkan dan Dipersoalkan

Kelangkaan air bersih layak minum, seperti yang biasa terjadi pada saat musim kemarau menjadi inspirasi awal lahirnya produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Produk ini menggunakan sumber air pegunungan sebagai bahan bakunya. Kehadiran AMDK awalnya memberi solusi bagi masyarakat kota akan kebutuhan air layak minum. Namun, seiring tingginya permintaan pasar, harga AMDK terus melambung. Tanpa disadari air bersih lama-kelamaan menjadi barang mahal dan mewah, dan hanya dapat dijangau oleh masyarakat kelompok ekonomi menengah atas. Sebaliknya, harga AMDK yang terus melambung seiring harga kebutuhan pokok, malah membuka celah bisnis baru yaitu, dengan munculnya Air Minum Isi Ulang (AMIU). Harga air minum yang bisa diperoleh di depot-depot begitu itu bisa sepertiga hingga seperempat dari harga AMDK. Dengan harga Rp 2.500 rupiah, masyarakat mengengah kebawah kini dapat menikmati air bersih yang murah melalui depot-depot yang biasanya berdiri ditengah pemukiman masyarakat. Belakangan banyak orang yang terjun pada bisnis ini. Dengan modal usaha yang tidak terlalu besar yaitu sekitar Rp 30-70 juta, bisnis baru ini berkembang bak jamur di musim hujan. Bisnis ini bahkan sudah menjangkau sampai pada tingkat kelurahan.

Depot AMIU Diterpa Kabar Miring Kemunculan bisnis ini sempat mengundang sikap keberatan dari beberapa industri AMDK terkenal, terutama karena mereka melihat konsumen- dalam hal ini masyarakat, telah menggunakan gallon kemasan produk mereka untuk membeli Air Minum Isi Ulang yang notabene bukan air produk mereka. Tak lama kemudian beredar kabar di masyarakat bahwa kualitas air yang dihasilkan depot itu buruk. Konsumen sempat menjadi bingung dengan keadaan tersebut. Hal ini terutama dipicu dengan pemberitaan pada berbagai media sekitar bulan Mei 2003, tentang hasil penelitian sekelompok peneliti dari IPB terhadap kualitas air yang dikonsumsi oleh masyarakat, baik yang diproduksi oleh AMDK maupun oleh depot AMIU. Seperti dimuat berbagai media, dalam sebuah seminar tentang tinjauan aspek kualitas depot air minum dan implikasi kesehatan terhadap konsumen, yang digelar di Jakarta, Dr. Suprihatin selaku Ketua Tim Penelitian dari Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan Institut Pertanian Bogor, mengungkapkan 16 % air minum isi ulang yang yang dikonsumsi masyarakat tercemar bakteri coliform. Dari seminar tersebut berita yang dimuat pers sebagaimana dikatakan Dr. Suprihatin, berdasarkan hasil analisis penelitian IPB, hingga akhir tahun 2002, dari 120 sampel air minum yang diambil di depot isi ulang di 10 kota, 16 %-nya terkontaminasi bakteri coliform. Sepuluh kota yang memiliki populasi depot isi ulang terbesar itu adalah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Cikampek, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Masih menurut Dr. Suprihatin, Jenis bakteri ini tidak secara langsung menimbulkan penyakit, tapi kehadirannya menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri ini, risiko kehadiran bakteri patogen lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan akan semakin tinggi

pula. Keberadaan bakteri tersebut menurut Dr. Suprihatin, bisa disebabkan oleh beberapa hal. Mungkin karena sumber air bakunya tercemar atau pemaparan radiasi dengan sinar ultraviolet kurang memadai, sehingga bakteri tidak terbasmi selama penyinaran. Mutu peralatan yang digunakan para pengusaha juga bervariasi dan tidak semua memenuhi standar produk. Merujuk hasil penelitian tersebut lantas disimpulkan kualitas AMIU tidak memenuhi standar nasional. Untuk mencapai standar tersebut, pada seminar itu disebutkan dua standar nasional yang mengatur kualitas air minum yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) 01 35543-1996 dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/ 2002, yaitu air minum harus memenuhi persyaratan tingkat kontaminasi nol untuk keberadaan bakteri coliform. Guna menghindari tercemarnya air minum isi ulang, Dr. Suprihatin menghimbau agar depo-depo air minum isi ulang yang tidak memenuhi persyaratan kualitas harus memperbaiki proses produksi dan sanitasinya. Ia juga berharap para pengusaha depot air minum isi ulang menjamin kualitas produk yang dihasilkannya dengan menggunakan teknologi produksi yang tepat, proses yang memadai, serta pemeliharaan fasilitas produksi secara teratur. Diharapkan para pengusaha menerapkan prosedur proses yang lengkap mulai dari penyaringan biasa, penyaringan dengan filter, absorbsi untuk menghilangkan bau, dan desinfeksi untuk membunuh kuman. Tanggapan Depkes, YLKI dan ASPADA Pada kesempatan lain, Dr. R. Hening Darpito, Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi, Dirjen PPM-PL, Departemen Kesehatan saat diminta komentarnya mengenai pencemaran air oleh bakteri coliform, ia mengatakan bahwa pada air bersih bakteri coliform merupakan bakteri indicator. Artinya pada sebuah makanan ataupun minuman tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti bakteri colera, thypus, dll, karena bila terkonsumsi cenderung menimbulkan penyakit. Sementara itu, Sularsih, Penanganan Hukum dan Pengaduan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), mengungkapkan bahwa hingga kini belum ada pengaduan dari masyarakat yang merasa dirugikan terhadap air yang dibeli konsumen melalui depot. Namun demikian ia menilai pemberitaan hasil penelitian IPB oleh pers tidak diulas secara proporsional. Selain tidak diimbangi oleh tindakan nyata, sudut berita ini pun tidak tidak fair. Dalam penelitian tersebut hanya diekspos secara besar-besaran bahwa 16 % depot AMIU tercemar, tapi tanpa menyebutkan di depot mana saja yang tercemar. Padahal menurut Sularsih hal ini justru sangat penting bagi masyarakat. Lebih lanjut ia mengatakan angel berita yang hanya menyorot 16 % air tercemar justru bisa menimbulkan kecurigaan, karena sisa jumlah 84 % sumber air yang tidak tercemar sama sekali tidak dibahas. dikhawatirkan publik bisa menanggapinya seperti ada misi atau sponsor tertentu terhadap pemberitaan yang pincang ini,ujarnya. Hal senada juga dikatakan oleh Budi Darmawan, Ketua ASPADA (Asosiasi Pengusaha Depo Air Minum) Jakarta, ia mengutarakan kekecewaannya dengan pemberitaan media mengenai depot yang terkesan timpang dan tidak selesai menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Disamping itu, Budi juga menilai telah terjadi dualisme dalam penerapan SNI Air Minum. kriteria SNI yang digunakan adalah untuk air minum dalam kemasan, sehingga tidak relevan bila langsung diterapkan begitu saja pada depot,terangnya. Seperti diketahui dalam penelitian yang diadakan IPB, disebutkan bahwa 60 % sampel air yang diperiksa tidak memenuhi sekurang-kurangnya satu parameter persyaratan SNI, dengan demikian, dua-pertiga sampel air minum itu tidak memenuhi standar industri untuk produk air minum dalam kemasan. Kita dari pihak depot cenderung untuk membedakan segmen karena beda perlakuan (pada air), beda pula SNInya,komentarnya, sehingga ia menilai tidak relevan bila langsung diterapkan begitu saja pada depot AMIU. Tanggapan Pengelola dan Konsumen Depo AMIU Beberapa konsumen mengaku sangat terbantu dengan adanya depot AMIU. Hampir setengah tahun ini saya mengonsumsi air isi ulang dan tidak ada masalah. Pelanggan warung makan saya juga tak ada yang mengeluh, ujar Mutarsih, pemilik warung tegal di bilangan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Agung, pemilik depot air isi ulang Ramaqua, di Jalan Tambak, Pegangsaan, Jakarta Pusat, membenarkan, bila air yang dihasilkan oleh alat yang dipunyainya hanya menggunakan teknik filtrasi untuk mematikan bakteri, bukan dengan teknik penyinaran. Namun, Agung mengelak jika dikatakan usaha depot isi ulangnya tidak berizin. Depot AMIU miliknya bahkan sudah mendapatkan izin dari Depkes dan airnya dinyatakan sehat untuk dikonsumsi masyarakat, apalagi air yang dijadikan bahan berasal dari Sukabumi. Sementara itu Rudi, pengemudi angkutan kota di terminal Pasar Minggu, mengaku lebih memilih AMIU dibandingkan dengan air kemasan bermerek dengan alasan lebih murah. Selama ini memang tidak ada persoalan. Terus terang, saya tidak tahu hasil penelitian itu. Tapi, jika airnya memang bersih dan layak dikonsumsi tentu tidak ada masalah, Kalau memang kenyataannya demikian, langkah yang harus ditempuh masyarakat yang mengonsumsi air dari depot isi ulang adalah melakukan pengontrolan dengan jalan menanyakan kepada pemilik depot isi ulang: apakah airnya sudah diperiksakan ke laboratorium secara berkala. Selain itu, Depkes dan Badan POM selaku instansi yang berwenang juga sebaiknya tidak tinggal diam menunggu datangnya "bola". Kalau bisa, lembaga-lembaga ini justru melakukan aksi jemput bola karena air yang dihasilkan depot isi ulang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat. Meski begitu, sebagian konsumen mengharapkan kepedulian pemerintah maupun pengusaha depot isi ulang untuk memperhatikan mutu kualitas bahan baku air serta peralatan yang digunakan. Sebagian pemilik depot air isi ulang justru mempertanyakan kepedulian pemerintah dan instansi terkait untuk selalu memberikan pembinaan dan pengawasan. Beberapa pemilik depo berpendapat, selama ini pemerintah justru menanggapi keberadaan depot itu sebagai masalah. Padahal, menurut mereka,

masyarakat sebagai konsumen sangat terbantu dengan keberadaan depot isi ulang. Kami ini ibarat orang menjual kepercayaan, sekali tidak dipercaya habislah usaha. Karena itu, saya selalu menjaga bahan baku dan perawatan peralatan. Lebih dari itu, pemerintah juga harus selalu mengawasi pengusaha depo yang tidak benar, agar kami tidak ikut dirugikan, ujar Sumarno pemilik depot air di Pejaten, Jakarta Selatan.(*) Budi Darmawan, Ketua ASPADA (Asosiasi Pengusaha Depo Air Minum): Berita Pencemaran Air Berat Sebelah ! Mengomentari hasil penelitian IPB yang menyebutkan 16 % air minum isi ulang telah tercemar bakteri coliform, Ketua Aspada Budi mengatakan, pada dasarnya ia sangat berterima kasih atas diadakannya penelitian air depot oleh lembaga independen sekualitas seperti IPB, namun ia menyayangkan pemuatan berita yang cenderung berat sebelah. Berikut petikan wawancara APL News dengan Budi Darmawan. Apa komentar bapak atas berita-berita miring yang beredar seputar pencemaran AMIU ? saya menyambut baik hasil penelitian tersebut sebagai PR yang harus di selesaikan oleh ASPADA bersama-sama dengan Depkes. Hanya saja saya melihat berita ini berat sebelah karena dari berita yang beredar di berbagai media hanya menyoroti 16 % air tercemar dan sebaliknya tidak menyebutkan juga bahwa 84 % air depot tidak tercemar, dan itu fakta ! Menurut saya, untuk sebuah industri yang baru tumbuh 3 tahun, jumlah 84 % air yang tidak tercemar dari 120 sample adalah suatu prestasi. saya cenderung menyebutkan bahwa ini adalah (hanya ) sebuah pemberitaan dan bukan faktanya. Karena tidak menyebut pula faktanya 84 % bebas bakteri,ujarnya. Benarkah 60 % AMIU tidak memenuhi kriteria SNI ? Pemberitaan bahwa 60 % air depot tidak memenuhi kriteria SNI, telah misleading. Hal ini dikarenakan kriteria SNI yang digunakan adalah untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), terangnya,Sampai saat ini masih ada dualisme, apakah mau disamakan apakah tidak. Sementara, kita dari pihak depot cenderung untuk membedakan segmen karena beda perlakuan (pada air), beda pula SNI-nya. Jelasnya, hingga ia menilai tidak relevan bila langsung diterapkan begitu saja pada depot AMIU. Budi yang juga hadir saat diumumkannya hasil penelitian IPB itu, mengungkapkan bahwa ada dua hal yang tidak tuntas dari hasil penelitian itu yaitu : 1. Dalam penelitian tersebut tidak selain AMIU juga ada penelitian tentang AMDK. Sayangnya laporan hasil penelitian tersebut tidak dipisahkan antara air hasil penelitian depot dan air hasil penelitian AMDK. Saya sampai hari ini, saya tidak bisa membedakan yang dibilang 16% itu murni seluruhnya depot atau ada (air milik) AMDK yang tercampur dalam (sample) itu. 2. Kedua, penelitian itu ia nilai tidak tuntas, terutama karena, si peneliti tidak bisa mengatakan depot mana saja yang termasuk 16% itu. Diduga karena pengambilan sampelnya dilakukan sembunyi-sembunyi dan tidak terdata secara lengkap. Dalam standar air minum ada metode pengambilan sampelnya, ada SNI-nya. Bila pengambilan sampelnya menggunakan botol plastik, itu jelas sudah menyalahi aturan,ujarnya.

Maka dari itu ia sangat menyayangkan bila proses pengambilan sample dilakukan secara sembunyisembunyi dan tidak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di Departemen Kesehatan. Pemberitaan yang timpang ini sempat merugikan depot-depot AMIU ? Pada awal gencarnya pemberitaan miring seputar air depo, sempat terjadi penurunan penjualan. Kemudian penjualan menjadi normal kembali, bahkan malah meningkat ! Pemberitaan negatif yang didengungkan terlalu terus-menerus, membuat publik sendiri merasa ini bukan berita lagi, melainkan sudah mengarah pada pembunuhan karakter. Pembunuhan usaha bahwa pasti depo itu jelek,paparnya. Faktanya anda bisa cek sendiri dilapangan apakah penjualan kita ada penurunan ? tidak. Semakin hari justru semakin banyak orang yang beralih ke depot karena selama ini ASPADA bekerja sama dengan Departemen Kesehatan, belum pernah mendapati KLB (kejadian luar biasa-red) akibat orang minuim air depo. Kalau pun pernah dihembuskan itu tidak terbukti,tegasnya. Ia yakin, kehadiran bisnis depot AMIU malah membantu masyarakat. Ia juga menilai hal ini harus diikuti dengan peningkatan awareness dari pengusahanya, bukan sekedar mengejar keuntungan semata. Awareness tersebut meliputi harus menjalankan maintenance, pemeriksaan rutin kepada dinas kesehatan setempat dan pemeriksaaan rutin. Langkah apa yang telah ditempuh untuk mengatasi 16 % depot yang tercemar tersebut ? ASPADA, telah mengadakan pelatihan kepada para anggotanya untuk mengurangi angka 16 % pencemaran tersebut, paparnya. Mengenai ketetapan standar air minum ASPADA telah bekerjasama dengan Depkes menerbitkan pedoman higyne dan sanitasi untuk depot. Dalam pedoman tersebut standar yang ditetapkan Depkes sangat tinggi, hingga bila standar itu diberlakukan secara murni maka mutu air depot bahkan bisa lebih baik dari air pabrik karena pedoman tersebut luar bisa sekali ketatnya. Saat ini pedoman tersebut diterapkan di wilayah mana saja ? Kita sudah coba godok kembali dengan Depkes agar dilakukan penyesuaian supaya dilapangan bisa dilaksanankan, Budi,kita coba jalankan di empat propinsi seperti : Batam, Kaltim, Bengkulu dan Surabaya.

Ada empat propinsi yang dicoba menjalankan pedoman sebagai partner projek itu di terapkan, tetapi disesuaikan dengan kondisi daerah dan juga dengan sumber air bakunya. Untuk pengawasan saat ini dilakukan oleh dinas kesehatan setempat dalam hal ini melaui Pemda. Kita koordinasi dengan Depkes di pusat, ujarnya Berkaitan dengan penelitian ini, satu hal yang membuatnya heran mengapa sering muncul penelitan terhadap depot alih-alih kerjasama dengan beberapa LSM yang pada waktu sebelumnya tidak pernah terdengar aktifitasnya. ASPADA menurut Budi telah mengalami 7 kali penelitian ! Kenapa hanya kita yang diperiksa, mengapa tidak dilakukan pemeriksaan yang sama terhadap industri

sejenis AMDK, bukan tidak mungkin hasilnya tak kalah mengejutkan,ujarnya. Tentang ASPADA Menurut Budi, hingga saat ini yang tergabung dalam ASPADA kurang lebih 1200 pengusaha. Ini belum mencakup daerah-daerah sekitar misalnya seperti Tengerang. Khusus untuk wilayah Bekasi ada kelompok asosiasi tersendiri di luar ASPADA. Bila digabung total anggota di Jabotabek bisa mencapai kurang lebih 1700. Bagi saya ini sesuatu yang serius dan perlu kesadaran dari semua pihak,tambahnya. Yang terjadi sekarang semakin banyak orang yang mengkonsumsi air minum isi ulang. Jumlah yang minum juga lebih banyak daripada 3 tahun yang lalu, pertumbuhannya pesat. adanya usaha-usaha depo yang tidak tergabung dalam asosiasi pengusaha AMIU dinilai bukan berarti liar, hanya semata-mata karena ketidaktahuan. Manfaat bergabung dalam asosiasi, pengetahuan para pemilik depo tentang penanganan air depot akan lebih baik. Yang di coba kembangkan dalam asosiasi adalah ; pembinaan kepada depo-depo dan mencari sumber air/mata air baku yang benar-benar memenuhi syarat, sehingga tinggal diproses secara sederhana sudah memenuhi standar kesehatan. Tentang air yang berbau, ia mengatakan dipastikan karena ketidaktahuan, orang yang dulunya tidak terbiasa minum air gallon saat menyimpan berdekatan dengan kompor, dekat wadah tempat minyak tanah/gas dan lain sebagainya. Semua itu bisa menimbulkan kontaminasi bau pada air. Sebaiknya tempat air dipisahkan, tidak terkena matahari langsung jauh dari sumber yang menyengat,terangnya. Misalnya sebuah depot menjual 90 botol. Dari 90 botol itu ada complain dari 2 atau 3 konsumen, yang lain tidak Berbarti biasanya ada kesalahan dari konsumennya. Tapi penyelesaiannya biasanya diganti langsung. (fan) Dr. R.Hening Darpito, Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi, Dirjen PPM-PL, Departemen Kesehatan Air Laik Minum Tanggung Jawab Bersama.. Saat mengomentari tentang hasil penelitian IPB bahwa 16 % AMIU tercemar bakteri coliform, Dr. R.Hening Darpito, Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi, Dirjen PPM-PL, Departemen Kesehatan, mengatakan, bahwa bakteri coliform tinja karena bakteri ini umumnya sebagian besar berada di tinja, merupakan bakteri indicator, maksudnya makanan/minuman yang masuk ke dalam tubuh tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti bakteri colera, thypus, kemungkinan ada virus hepatitis, disentri, cacing. Patogen-patogen ini bila terkonsumsi dalam jumlah yang cukup sementara kekebalan tubuh rendah maka bisa menyebabkan orang sakit,terangnya. Berkenaan dengan berita miring terhadap depot AMIU, menurutnya untuk memeriksa apakah air tercemar atau tidak, tidak mudah dan membutuhkan biaya yang mahal karena harus diperiksa satu-satu. Bagaimana mengetahui apakah air tercemar bakteri coliform ? Untuk mengetahui apakah air itu tercemar tinja atau tidak, dengan menggunakan parameter bakteri coli tinja, yang sebagian besar jumlahnya ada di tinja. Kalau di periksa ada tinja, kemungkinan besar air itu tercemar

tinja. Karena tercemar tinja, kemungkinan besar pada air itu ada bakteri patogen, dan bila ada bakteri patogen kemungkinan besar bisa menyebabkan orang yang mengkonsumsinya sakit. Pendapat bapak tentang hasi peneltian IPB ? Sekarang yang ditemukan adalah 16 % yang tercemar tinja, sementara yang 84 % baik. Artinya yang 16 % itu yang harus diberesin, dan selebihnya dilakukan pembinaan supaya memenuhi persyaratan. Solusinya penangananya menurut bapak bagaimana ? Ini merupaka tanggung jawab bersama, dan harus dibangun mekanismenya yang jelas, yang melibatkan masyarkat konsumen, pengusaha depo, pengusaha penyedia alat penyaringan, Pemda termasuk Dinas kesehatan, unit-unit pemberi ijin, provinsi dan juga Depkes. Tentu saja hal ini akan membutuhkan waktu untuk menata ini semua, tapi intinya nanti kita akan memberikan kesempatan kepada dinas kesehatan kabupaten dan kota untuk memberikan sertifikat laik sehat kepada usaha-usaha itu. Kemudian dengan sertifikat laik sehat itu pemda bisa memberikan ijin usaha, terhadap depo yang tidak mempunyai sertifikat laik sehat dan tidak mempunyai ijin harusnya masyarakat tidak belanja ke tempat itu. Harusnya depo-depo yang muncul tanpa ijin dilarang oleh pemda dan kabupaten kota. Harapan kami pemda kabupaten kota mempunyai suatu polisi pamong praja untuk menindak depo-depo yang nantinya tidak mempunyai laik sehat dan ijin usaha. Untuk laik sehat ini, nanti dinas kesehtan akan meminta bantuan atau rekomendasi dari asosiasi pengusaha air minum. Pengusaha air minum harus tergabung dalam asosiasi pengusaha air minum ini, nah, asoasiasinya ini yang nantinya akan membantu dinas kesehatan untuk membina depo-depo tersebut sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan. Berarti asosiasi ini bekerja sama dengan LSM-LSM atau himpunan adprofesi sanitasi untuk mewakilkan tugas-tugas kepada depo-depo dan juga provider (pengusaha yang menyediakan peralatan). Kita sudah memberi kesempatan kepada FORKAMI (forum komunikasi air minum Indonesia) bersama dengan ASPADA (asosiasi pengusaha depo air minum) itu untuk melatih para pengusaha depot AMIU begiut pula unsur provider bagaimana mensterilisasi air minum yang mereka produksi dengan ultra violet dan secara ozon. Untuk membunuh kuman-kuman, depot-depot tersebut harus menguasai benar penggunaan ultra violet. Harus dilakukan dengan cara-cara yang benar misalnya dosisnya benar, waktu kontaknya benar, sehingga kemudian intensitas cahayanya itu benar sehingga kuman mati. Bagaimana kemitraan Depkes asosiasi depot ini berlangsung di lapangan? Keberadaan Depot AMIU adalah atas kewenangan pemerintah daerah yang mengatur ijinnya sementara dinas kesehatan yang memberikan license laik sehatnya. Kemudian pengusaha-pengusaha depot itu harus bergabung dengan asosiasi agar kita dapat bina bersama menertibkan anggota-anggotanya. Bagi mereka yang tidak tergabung, nanti kita sosialisasikan agar masyarakat tidak membeli ke depot itu, melainkan ke depot-depot yang sudah direkomendasikan dan telah mendapat laik sehat oleh depkes bekerjasama dengan asosiasi pengusaha AMIU. Dari pihak asosisasi pengusaha AMIU sendiri, kabar terakhir ASPADA FORKAMI tengah melakukan suatu

survey tentang keadaan penyulingan sanitasi depot air di Jakarta dan sekitarnya. Guna mellihat bagaimana air baku datang ke tanki, bagaimana diperlakukannya, kondisi tangkinya, kandungan air bagaimana dan juga bagaimana kerja alat filter air tersebut, jenisnya apa saja, kemudian didesinfeksi dengan ultra violet dan ozon , di cek sampai berapa intensitas kebernaran dari ozonisasi dan ultraviolet itu sampai berapa jauh , dosisnya benar atau tidak waktu kontaknya benar atau gak kemudian ke arah pelayana ke masrakat ambil air dari botol dimasukkan itu di sterilisasi bagaimana cara sterilisasinya itu sedang disurvei bahan 2 ini disurvei oleh forkami oleh tyang kebetulan saya tergabung dalam formkami hasilnya akan dirumuskan untuk membangun suatu bentuk pelatihan bagi depo2 tersebut, aspek apa yang menjadi perhatian mereka misalnya SOP-nya, protapnya bagaimana membersihkan saringan, protap yang bener menerima air baku dari truk2 itu, bagaimana mengisi botol, mendesinfek. Masing2 depo/provider harus mencantumkan protap2 itu, didalam dinding2 pelayanannya itu hingga masyarakat itu tau sampai seberapa jauh sebatulnya dia memperoleh palayanan dari depo. Itu semua nanti forkami bersama-sama dengna aspada, provider dan depo berembuk utnuk merealisir ide2 itu. Training ozon dan ultraviolet telh kita lakukan, kemudian kita mungkin membutuhkan waktu 2 bulan dan kemudian dirumuskan bentuk2 modul pelatihannya terus nanti bersama aspada, mereka yang melakukan di daerah-daerah Kalau mereka termasuk anggota aspada mereka harus mendapat pelatiahan itu. Asosiasi depo2 itu tidak hanya aspada, tapi aspada itu paling duluan ada dan paling kuat .(fan)

Pengawasan Depo Air Minum Isi Ulang Diperketat


Pontianak,- Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) telah meregulasi SK No 167/MPP/Kep/ 1998 dengan mengeluarkan SK baru No 705/MPP/Kep/11/2003 tertanggal 21 November 2003 tentang air minum dalam kemasan (AMDK). Dalam SK yang baru tersebut ada pelarangan penggunaan galon air minum kemasan sebagai wadah air minum yang dibeli konsumen pada depo air minum isi ulang. Menanggapi regulasi SK tersebut, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Barat Drs Soetaryo Soeradi mengatakan sampai saat ini memang belum adanya ketentuan khusus yang mengatur perizinan depo air minum isi ulang. "Sehingga untuk memperketat pengawasan menjadi sulit. Perlu adanya ada koordinasi yang baik antar instansi, seperti Disperindag dan Dinas Kesehatan," katanya. Diungkapnya, diregulasinya SK lama sepertinya dimaksudkan untuk meminimalisir persaingan tidak sehat antara pengusaha AMDK yang sudah punya merk dengan pengusaha depo air minum. "Pengusaha AMDK ada yang mengeluh karena selama ini konsumen yang membeli air ke depo air minum isi ulang menggunakan galon dengan merek perusahaan merek,"ujarnya. Kondisi inilah yang dikhawatirkan para pengusaha AMDK karena konsumen dengan menggunakan galon merek mereka membeli air isi ulang di depo, padahal air minum yang diproduksi oleh pengusaha AMDK dengan depo air isi ulang tentu berbeda. "Hal ini tentu saja dapat merugikan pengusaha pemegang merek. Apalagi kalau sampai terjadi hal -hal yang merugikan konsumen,"jelasnya. Adanya regulasi SK tersebut, lanjut Soetaryo, diharapkan dapat melindungi konsumen. Namun, kenyataan depo isi ulang memang tidak memiliki galon sendiri sementara konsumen datang ke depo air isi ulang dengan membawa galon bermerk. Maka diakui cukup sulit implementasi SK tersebut. "Bahkan ada anggapan bahwa galon bermerk itu telah dibeli konsumen, sehingga konsumen berhak untuk mempergunakannya untuk kebutuhan mereka. Nah, mungkin perlu dipikirkan agar para pengusaha depo dapat menyediakan galon sendiri,"ujarnya lagi. (eka)

You might also like