You are on page 1of 84

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOMOR

4 TAHUN 2008

T E N T A N G

NAGARI

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, Menimbang : a. bahwa untuk terselenggaranya Pemerintahan Nagari yang berdasarkan filosofi Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah di Kabupaten Tanah Datar dan berdasarkan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Nagari, maka Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari, perlu disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi;
b. bahwa

Seri E

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari sebagai landasan hukum Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi dengan ditetapkannya UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; berdasarkan untuk sinkronisasi penyelenggaraan Pemerintahan dalam upaya melaksanakan tugas dan fungsi Pemerintahan yang baik dan efektif di Nagari, maka perlu diatur ketentuan mengenai Nagari; ditetapkan Peraturan Daerah tentang Nagari.

c. bahwa

d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b, c, perlu

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang........... 2

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4592); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan; 11. Peraturan...........

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kota Kepada Desa; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi Desa; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2006 tentang Kerjasama Desa; 17. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007).

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR dan BUPATI TANAH DATAR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG NAGARI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. 2.

Daerah adalah Kabupaten Tanah Datar; Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah; Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; Bupati adalah Bupati Tanah Datar; Camat adalah Camat di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar; Nagari adalah Kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki wilayah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus ketentuan setempat berdasarkan filosofi adat basandi syara, syara basandi dan atau berdasarkan asal usul dan adat minangkabau yang dihormati; batas-batas masyarakat kitabbullah diakui dan

3.
4.

5.
6. 7.

8.

Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari berdasarkan asal usul Nagari di Wilayah Propinsi Sumatera Barat yang berada di dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 9. Pemerintah ...................... 5

9.

Pemerintah Nagari adalah Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Nagari;

10. Wali Nagari adalah Pimpinan Pemerintah Nagari; 11. Penjabat Wali Nagari adalah orang yang ditunjuk untuk memegang jabatan Wali Nagari oleh Pejabat yang berwenang; 12. Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari yang selanjutnya disingkat BPRN adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Nagari sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Nagari;
13.

Kerapatan Adat Nagari yang selanjutnya disingkat KAN adalah lembaga kerapatan niniak mamak pemangku adat yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing Nagari dan merupakan lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di Nagari;

14. Jorong adalah bagian wilayah kerja Nagari dalam pelaksanaan Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Kepala Jorong;
15.

Panitia Pemilihan Wali Nagari yang selanjutnya disebut panitia pemilihan adalah panitia pemilihan Wali Nagari yang dibentuk oleh BPRN; Panitia Pengawas Pemilihan Wali Nagari yang selanjutnya disebut panitia pengawas adalah panitia pengawas pemilihan Wali Nagari yang dibentuk oleh Bupati;

16.

17. Kekayaan Nagari adalah harta benda yang telah ada atau yang kemudian menjadi milik Nagari, baik bergerak maupun tidak bergerak;
18.

Badan Usaha Nagari yang selanjutnya disingkat BUN adalah badan usaha perekonomian Nagari; Anak Nagari adalah setiap orang yang mempunyai hubungan adat dan ikatan kekeluargaan serta hubungan emosional dengan Nagari yang bersangkutan baik yang ada di Nagari maupun dirantau; Rakyat Nagari adalah setiap orang, baik Warga Negara Republik Indonesia maupun orang asing yang bertempat tinggal tetap di dalam Wilayah Nagari; Penduduk Nagari adalah Warga Negara Republik Indonesia yang bertempat tinggal di Nagari bersangkutan, yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk; Hubungan adat adalah hubungan yang ditimbulkan akibat pertalian darah, ameh, perak dan budi kepada salah satu suku yang ada di nagari; 23. Anggaran .................. 6

19.

20.

21.

22.

23.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari yang selanjutnya disebut APB Nagari adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Nagari yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Nagari dan BPRN dan ditetapkan dengan Peraturan Nagari.

BAB II NAGARI Bagian Pertama Wilayah Nagari Pasal 2


(1)

Wilayah Nagari, meliputi wilayah hukum adat dengan batas-batas tertentu yang sudah berlaku secara turun temurun, diakui sepanjang adat dan atau berdasarkan kesepakatan. Wilayah Pemerintahan Nagari meliputi wilayah pemerintahan secara administratif telah di tetapkan batas -batasnya, dan terdiri dari beberapa jorong sebagai wilayah kerja penyelenggaraan administrasi Pemerintahan Nagari dan berada dalam 1 (satu ) wilayah kesatuan masyarakat hukum adat Nagari. Bagian Kedua Pembentukan Nagari Pembentukan Pasal 3 Nagari dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul Nagari dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
(1)

(2)

Pembentukan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat : a. jumlah penduduk 3.000 jiwa atau 600 kepala keluarga atau lebih; b. luas wilayah paling sedikit 600 ha; c. wilayah kerja dapat dijangkau dan memiliki jaringan perhubungan antar jorong; d. sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat; e. memiliki potensi Nagari berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia; f. memiliki batas Nagari yang jelas; g. tersedianya sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan Pemerintahan Nagari; h. adanya perbedaan sistem adat dalam satu Nagari; i. kemampuan keuangan Daerah; dan j. disetujui oleh seluruh persukuan yang ada di Nagari; k. adanya keputusan KAN;
(2)

pernyataan Nagari induk dan calon Nagari pemekaran bahwa alokasi dana Nagari masing-masingnya menerima 50 % ditambah 10 % dari Alokasi Dana Nagari. (3) Disamping ...................
l.

a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.

Disamping memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk mencapai kehidupan bernagari berdasarkan falsafah adat basandi syara, syara basandi kitabullah, pembentukan harus memenuhi faktor-faktor sebagai berikut: babalai-bamusajik; balabuah-batapian; basawah-baladang; babanda-babatuan; batanaman nan bapucuak; mamaliaro nan banyao; basuku-basako; niniak mamak nan ampek suku; baadat-balimbago; bapandam pakuburan; bapamedanan; kantua nagari.
(3)

Pembentukan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penggabungan beberapa Nagari, atau bagian Nagari yang bersandingan, atau pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih.
(4)

Pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan Pemerintahan Nagari.
(5)

Pemekaran Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih, atau pemekaran Nagari diluar Nagari yang telah ada.
(6)

(7) Pemekaran Nagari dapat dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut : a. pemuka masyarakat pada bagian Nagari yang ingin ditingkatkan menjadi Nagari, melakukan musyawarah yang difasilitasi oleh Kepala Jorong; b. hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a, disampaikan kepada Wali Nagari untuk dimusyawarahkan di tingkat Nagari dengan BPRN, KAN dan Kepala Jorong bersama pemuka masyarakat di Nagari tersebut; c. hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf b, disampaikan kepada Bupati melalui Camat oleh Wali Nagari dengan melampirkan notulen dan daftar hadir rapat; d. berdasarkan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf c, Bupati dapat menetapkan Nagari persiapan;

nagari persiapan sebagaimana dimaksud pada huruf d, dibina oleh Wali Nagari dan setelah 3 (tiga) tahun dinilai oleh sebuah tim yang dibentuk oleh Bupati untuk ditingkatkan statusnya menjadi Nagari penuh; f. pengesahan Nagari persiapan menjadi Nagari penuh ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
e.

(8) Penggabungan .................... Penggabungan Pemerintahan Nagari dilaksanakan karena Nagari yang bersangkutan tidak memungkinkan lagi menjalankan roda Pemerintahan Nagari.
(8)

Kesepakatan penggabungan Nagari disampaikan oleh Wali Nagari yang bersangkutan secara bersama kepada Bupati melalui Camat.
(9) (10) Kesepakatan penggabungan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (9)

adalah atas aspirasi masyarakat dengan persetujuan BPRN dan KAN dari masing-masing Nagari.
(11) Penggabungan Nagari ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (12) Pembentukan Jorong diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga Kewenangan Nagari Pasal 4 (1) Kewenangan Nagari mencakup : a. urusan pemerintahan : 1. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul Nagari; 2. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada Nagari; 3. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan atau Pemerintah Kabupaten; 4. urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan Perundang-undangan diserahkan kepada Nagari. b. urusan adat; c. urusan perekonomian; d. urusan ketentraman dan ketertiban;
(2)

Tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3 disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia. Nagari dapat menolak tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan atau Pemerintah Kabupaten yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.

(3)

10

BAB.. BAB III PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NAGARI Bagian Pertama Umum Pasal 5 Pemerintahan Nagari terdiri dari Pemerintah Nagari dan BPRN. Bagian Kedua Pemerintah Nagari Paragraf 1 Struktur Organisasi Pemerintah Nagari Pasal 6
(1)

Pemerintah Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri dari Wali Nagari dan Perangkat Nagari. Perangkat Nagari sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Sekretaris Nagari dan Perangkat Nagari lainnya.

(2)

(3) Perangkat Nagari lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari : a. unsur staf sekretariat nagari yang meliputi 5 (lima) urusan yaitu urusan pemerintahan, pembangunan, perekonomian, kesejahteraan rakyat serta umum dan keuangan ; b. unsur jorong; c. unsur pelaksana teknis lapangan.
(4)

Struktur organisasi Pemerintah Nagari sebagaimana tercantum dalam lampiran I peraturan ini. Paragraf 2 Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Wali Nagari Pasal 7

11

(1)

Wali Nagari mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wali Nagari mempunyai wewenang : a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Nagari berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPRN; b. mengajukan ...................... mengajukan rancangan Peraturan Nagari; menetapkan Peraturan Nagari yang telah mendapat persetujuan bersama BPRN; d. menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Nagari mengenai APB Nagari untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPRN; e. membina kehidupan masyarakat Nagari; f. membina perekonomian Nagari; g. mengkoordinasikan pembangunan Nagari secara partisipatif; h. mewakili Nagarinya di dalam dan di luar pengadilan untuk urusan pemerintahan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan; i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
b. c.

Pasal 8
(1)

Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Wali Nagari mempunyai kewajiban : a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. memegang teguh dan mengamalkan adat basandi syara, syara basandi kitabullah, syara mangato adat mamakai, alam takambang jadi guru; c. meningkatkan kesejahteraan masyarakat; d. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; e. melaksanakan kehidupan demokrasi; f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Nagari yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme; g. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja Pemerintahan Nagari; h. mentaati dan menegakkan seluruh Peraturan Perundang-undangan; i. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Nagari yang baik; j. mentaati dan mengindahkan perintah, edaran, undangan yang diberikan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

12

melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan Nagari; l. melaksanakan pemungutan pajak dan retribusi yang diatur oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Daerah yang objeknya ada di Nagari; m. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan Nagari; n. mendamaikan perselisihan masyarakat di Nagari kecuali masalah sako, pusako dan syara; o. mengembangkan dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan Nagari; p. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat istiadat; q. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di Nagari; r. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup. (2) Selain .......................
k. (2)

Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wali Nagari mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari kepada Bupati, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPRN, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari kepada KAN dan masyarakat. Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu tahun. Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam Rapat Paripurna BPRN. Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan mengundang unsur KAN, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Kepala Jorong, tokoh masyarakat, generasi muda dan unsur lembaga lainnya yang ada di nagari. Menginformasikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau informasi lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat Nagari atau melalui media lainnya. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh Bupati sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Nagari dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut. Laporan akhir masa jabatan Wali Nagari disampaikan kepada Bupati melalui Camat dan kepada BPRN.

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

13

(9)

Untuk mendamaikan perselisihan masyarakat di Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n Wali Nagari bekerjasama dengan Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai para pihak yang bersengketa dan atau KAN. ayat (9) diberitahukan kepada KAN dan bersifat mengikat para pihak yang berselisih.

(10) Perselisihan yang telah didamaikan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada

(11) Wali Nagari dalam membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai agama,

sosial budaya dan adat istiadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf p, bekerjasama dengan KAN dengan prinsip kemitraan dan saling menghormati fungsi dan peranan masing-masing.

Pasal .......................... Pasal 9 Apabila Wali Nagari tidak menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4), BPRN melaporkan hal tersebut kepada Bupati melalui Camat.
(1)

Atas dasar laporan BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Bupati memerintahkan unit kerja terkait untuk melakukan pemeriksaan terhadap kinerja Pemerintahan Nagari termasuk didalamnya pelaksanaan keuangan Nagari.
(2)

Pengaturan lebih lanjut mengenai tata pertanggungjawaban Wali Nagari ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
(3)

cara

Pasal 10 Penyelenggaraan Pemerintahan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) termasuk juga membantu pelaksanaan pendataan penduduk untuk kepentingan Nasional dan melaporkannya kepada Bupati melalui Camat. Pasal 11 Wali Nagari dilarang : a. menjadi anggota partai politik pada semua tingkatan; b. merangkap jabatan sebagai pimpinan dan/atau anggota BPRN, dan sebagai pengurus KAN serta pengurus lembaga kemasyarakatan lainnya; c. aktif dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah; menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah jabatan;

d.

14

e. membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi dirinya,

anggota keluarga dan kroninya, golongan tertentu yang secara nyata merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; f. melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; g. melanggar nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat minangkabau. Pasal 12
(1)

Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a sampai dengan f, diusulkan pemberhentiannya oleh BPRN melalui sidang paripurna kepada Bupati setelah memperhatikan bukti-bukti sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. (2) Pelanggaran...............

15

(2)

Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf g, diusulkan pemberhentiannya oleh BPRN melalui sidang paripurna kepada Bupati setelah memperhatikan bukti-bukti sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan dengan mempertimbangkan rekomendasi KAN melalui hasil keputusan bersama niniak mamak pemangku adat salingka nagari. Paragraf 3 Perangkat Nagari Pasal 13

(1)

Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) bertugas membantu Wali Nagari dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Wali Nagari. Pasal 14

(2)

(1)

Sekretaris Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan, yaitu: a. berpendidikan paling rendah lulusan SLTA atau sederajat; b. mempunyai pengetahuan teknis bidang pemerintahan; c. mempunyai pengalaman dibidang administrasi perkantoran; d. mempunyai pengalaman dibidang administrasi keuangan dan dibidang perencanaan; e. memahami sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; f. bersedia tinggal di Nagari yang bersangkutan. Sekretaris Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati sesuai dengan peraturan perundanganundangan. Pasal 15

(2)

(1)

Sekretaris Nagari berkedudukan sebagai unsur staf yang memimpin sekretariat Nagari. Sekretaris Nagari mempunyai tugas membantu Wali Nagari dalam melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris Nagari mempunyai fungsi : a. melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan; b. melaksanakan urusan keuangan; c. melaksanakan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; 16

(2)

(3)

d. melaksanakan......

17

melaksanakan tugas dan fungsi Wali Nagari apabila Wali Nagari berhalangan melaksanakan tugasnya; e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Wali Nagari.
d. (3)

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagimana dimaksud pada ayat (2) dan (3), Sekretaris Nagari bertanggungjawab kepada Wali Nagari. Pasal 16

(1)

Perangkat Nagari lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) diangkat oleh Wali Nagari dari penduduk Nagari setempat. Pengangkatan Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari. Untuk dapat diangkat menjadi Perangkat Nagari lainnya adalah penduduk Nagari yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwataala; b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; d. berpendidikan paling rendah tamatan SLTP atau sederajat; e. berumur paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 60 (enam puluh) tahun; f. sehat jasmani dan rohani; g. surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian; h. tidak pernah dihukum karena melakukan pelanggaran adat yang dikeluarkan oleh KAN. Pasal 17

(2)

(3)

(1)

Perangkat Nagari lainnya bertugas melaksanakan administrasi dan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidang tugas masing-masing dan bertanggungjawab kepada Wali Nagari melalui Sekretaris Nagari.

(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perangkat Nagari lainnya mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Kepala Urusan Pemerintahan mempunyai fungsi : 1. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang pemerintahan; 2. melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat; 3. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang kependudukan dan pertanahan/ keagrariaan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

18

4. membantu tugas-tugas dibidang pemungutan pajak bumi dan bangunan; 5. membantu.........

19

5. membantu Wali Nagari dalam membuat Rancangan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari dibidang Pemerintahan; 6. membantu Wali Nagari dalam membuat laporan keterangan pertanggungjawaban Wali Nagari kepada BPRN dan laporan pertanggungjawaban Wali Nagari kepada Bupati. b. Kepala Urusan Pembangunan mempunyai fungsi : 1. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang pembangunan; 2. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang pembangunan; 3. melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan dan pelaksanaan pembangunan; 4. membantu pembinaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta menjaga dan memeilihara sarana dan prasarana fisik dilingkungan Nagari; 5. melakukan administrasi pembangunan di Nagari; 6. membantu, membina dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka persiapan musyawarah di Nagari; 7. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang pembangunan. Kepala Urusan Perekonomian mempunyai fungsi : 1. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang perekonomian; 2. melakukan kegiatan pembinaan terhadap perekonomian, pengusaha ekonomi lemah dan kegiatan perekonomian lainnya dalam rangka meningkatkan kehidupan perekonomian masyarakat; 3. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang perekonomian; 4. membantu pembinaan dalam melakukan kegiatan dibidang pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan; 5. melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya masyarakat dalam meningkatkan perekonomian; 6. melakukan administrasi perekonomian di Nagari; 7. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang perekonomian. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat mempunyai fungsi : 1. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang kesejahteraan rakyat; 2. melakukan pembinaan dalam bidang keagamaan, kesehatan, keluarga berencana dan pendidikan masyarakat; 3. membantu mengumpulkan dan menyalurkan dana/ bantuan terhadap korban bencana alam dan bencana lainnya; 4. membantu pelaksanaan pembinaan kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). karang taruna, pramuka dan organisasi kemasyarakatan lainnya; 20

c.

d.

5.

membina kegiatan pengumpulan zakat, infak dan

shadaqah; mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang kesejahteraan rakyat.


6.

e. Kepala............

21

e.

Kepala Urusan Umum dan Keuangan mempunyai fungsi : 1. mengumpulkan, mencatat surat masuk dan keluar; 2. menyiapkan dan mengatur acara rapat, pelantikan, diskusi yang dilakukan oleh Pemerintah Nagari; 3. membantu Sekretaris Nagari dalam bidang tugasnya, dibidang penyediaan alat perlengkapan kantor dan perabot Nagari; 4. membantu Sekretaris Nagari dalam melayani tamu baik yang datang dari atas maupun dari masyarakat; 5. membantu Sekretaris Nagari mengumpulkan data untuk monografi Nagari; 6. membantu Sekretaris Nagari membuat catatan harian Wali Nagari; 7. mengumpulkan bahan penyusunan, perubahan dan perhitungan APB Nagari; 8. mengelola dan melaksanakan administrasi keuangan Nagari.

(3)

Dalam hal pengangkatan Perangkat Nagari, Wali Nagari dapat membentuk Tim pertimbangan Nagari. Pasal 18

(3)

Kepala Jorong bertugas membantu Wali Nagari dalam penyelenggaraan tugas Pemerintahan, Pembangunan, dan Sosial Kemasyarakatan. Pelaksanaan tugas Kepala Jorong sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Jorong mempunyai fungsi : a. melaksanakan kegiatan Pemerintahan, Pembangunan dan Pembinaan Sosial Kemasyarakatan diwilayah kerjanya; b. melaksanakan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari diwilayah kerjanya; c. melaksanakan kebijakan Wali Nagari diwilayah kerjanya. Pasal 19

(4)

Perangkat Nagari dilarang : a. menjadi pengurus partai politik; b. merangkap jabatan sebagai ketua atau anggota BPRN dan pengurus KAN; c. terlibat dalam kampanye pemilhan umum, pemilihan Presdien dan pemilihan Kepala Daerah; d. merugikan kepentingan umum, meresahkan kelompok masyarakat dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat; e. melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang barang atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan dalam melaksanakan tugas dan wewenang.

22

Pasal............

23

Pasal 20
(1)

Perangkat Nagari lainnya berhenti atau diberhentikan oleh Wali Nagari karena : a. meninggal dunia; b. mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri; c. melakukan perbuatan yang bertentanggan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Nagari; d. tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai Perangkat Nagari. Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Nagari lainnya dan Tim Pertimbangan Nagari diatur dalam Peraturan Bupati. Paragraf 4 Bendahara Nagari Pasal 21

(2)

(1)

Untuk melaksanakan administrasi keuangan Nagari pada masing-masing Nagari diangkat Bendahara Nagari. Bendahara Nagari tidak boleh merangkap sebagai Perangkat Nagari. Dalam melaksanakan tugasnya Bendahara Nagari bertanggungjawab kepada Wali Nagari melalui Sekretaris Nagari. Bendahara Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari. Paragraf 5 Kedudukan Keuangan Wali Nagari Dan Perangkat Nagari Pasal 22

(2) (3)

(4)

Wali Nagari dan Perangkat Nagari berhak mendapatkan penghasilan tetap setiap bulan dan atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan Nagari yang disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Pasal 23
(1)

Penghasilan tetap setiap bulannya yang diterima Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diberikan dengan ketentuan paling sedikit sama dengan upah minimum regional Daerah Kabupaten. Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dapat berupa : a. tunjangan kesehatan; b. tunjangan kecelakaan; 24

(2)

c. tunjangan........

25

c. d. e. (3)

tunjangan kematian; tunjangan pengabdian; tunjangan khusus lainnya.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penghasilan tetap dan tunjangan lainnya yang dapat diterima Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Keputusan Bupati sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah. Pasal 24

(1)

Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari atau Perangkat Nagari dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Wali Nagari atau Perangkat Nagari tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri. Gaji dan penghasilan lainnya yang berhak diterima oleh Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap dibayarkan oleh instansi induknya. Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari dan atau Perangkat Nagari berhak mendapat kenaikan pangkat dan gaji berkala sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. Pegawai Negeri yang telah selesai melaksanakan tugasnya sebagai Wali Nagari dan atau Perangkat Nagari dikembalikan ke instansi induknya. Bagian Ketiga BPRN Paragraf 1 Kedudukan, Pembentukan dan Masa Keanggotaan BPRN Pasal 25

(2)

(3)

(4)

BPRN berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Nagari. Pasal 26


(1)

Anggota BPRN adalah wakil dari lembaga unsur masyarakat yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat pada setiap unsur. Anggota BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang dan Pemuda. Jumlah anggota BPRN paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang dengan ketentuan jumlah seluruhnya termasuk pimpinan harus berjumlah ganjil dengan ketentuan: a. jumlah........

(2)

(3)

26

jumlah penduduk sampai dengan 3.000 jiwa, jumlah anggota BPRN 7 (tujuh) orang; b. jumlah penduduk lebih dari 3.000 s/d 6.000 jiwa, jumlah anggota BPRN 9 (sembilan) orang; c. jumlah penduduk lebih dari 6.000 jiwa, jumlah anggota BPRN 11 (sebelas) orang; d. untuk melaksanakan proses pencalonan dan penetapan anggota BPRN periode berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa pengabdian BPRN.
a. (4)

Perbandingan jumlah wakil masing unsur dalam BPRN dan tata cara pencalonan anggota BPRN diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 27

(1)

Anggota BPRN adalah anak Nagari dan atau rakyat Nagari yang bersangkutan yang sanggup menjalankan tugas-tugas BPRN dengan syarat-syarat sebagai berikut : a. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwataala; b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; d. berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau sederajat; e. berumur sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun; f. sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan dokter pemerintah; g. berkelakuan baik; h. tidak sedang menjalani hukuman; i. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; j. mengenal sosial budaya dan adat istiadat Nagari yang bersangkutan; k. mengenal Nagarinya dan dikenal oleh masyarakat Nagari yang bersangkutan; l. bersedia untuk menjadi anggota BPRN ; m. berdomisili di Nagari yang bersangkutan; n. syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh Nagari yang bersangkutan. Keanggotaan dalam BPRN dikukuhkan secara administratif dengan Keputusan Bupati. Pasal 28

(2)

(1)

Anggota BPRN sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/ janji secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Ketua...........

27

(2)

Ketua atau Wakil Ketua BPRN memandu mengucapkan sumpah/ janji anggota yang belum bersumpah/ berjanji sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Tata cara pengucapan sumpah/ janji diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bunyi sumpah/ janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : Demi Allah saya bersumpah : Bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota BPRN dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya; Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara; dan Bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan UndangUndang Dasar 1945 serta melaksanakan segala Peraturan Perundangundangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Nagari, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; Bahwa saya akan mengamalkan dan memegang teguh Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah. Pasal 29

(3)

(4)

Alat kelengkapan BPRN terdiri dari : a. pimpinan; b. komisi; c. alat kelengkapan lainnya. Pasal 30
(1)

Pimpinan BPRN terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua dan 1 (satu) orang Sekretaris. Pimpinan BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh BPRN secara langsung dalam rapat BPRN yang diadakan secara khusus. Rapat pemilihan Pimpinan BPRN untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Ketentuan lebih lanjut mengenai alat kelengkapan BPRN diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal............

(2)

(3)

(4)

28

Pasal 31 Masa keanggotoan BPRN adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak pengucapan sumpah dan berakhir bersama-sama pada saat anggota BPRN yang baru mengucapkan sumpah. Pasal 32
(1)

Anggota BPRN berhenti karena : a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri secara tertulis kepada Pimpinan BPRN; c. diberhentikan. Anggota BPRN diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena : a. berakhir masa jabatannya dan telah diambil sumpah anggota yang baru; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1); d. terbukti melanggar sumpah sebagai anggota BPRN; e. merangkap jabatan sebagai Wali Nagari, Perangkat Nagari dan Pengurus KAN; f. melanggar tata tertib BPRN. Anggota BPRN yang berhenti antar waktu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon yang diusulkan unsur dari mana anggota itu berasal. Anggota BPRN pengganti antar waktu melanjutkan masa kerja anggota yang digantikannya. Pemberhentian anggota BPRN diresmikan secara administratif dengan Keputusan Bupati. Pemberhentian anggota BPRN karena tidak memenuhi syarat lagi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Apabila yang berhenti adalah Pimpinan BPRN, maka untuk penggantian Pimpinan BPRN yang berhenti dipilih berdasarkan hasil rapat paripurna BPRN. Pasal 33

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(1)

Tindakan Penyidikan terhadap anggota BPRN dilaksanakan atas persetujuan tertulis dari Bupati kecuali yang bersangkutan tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan.

29

(2) Dalam.......... (2) Dalam hal anggota BPRN tertangkap tangan melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka selambat-lambatnya dalam waktu 2 kali 24 jam diberitahukan secara tetulis kepada Bupati oleh pihak penyidik.
(3)

Anggota BPRN diduga melakukan pelanggaran adat maka KAN dapat memanggil anggota BPRN untuk disidangkan dalam KAN tanpa melalui persetujuan lisan atau tertulis dari Bupati. Anggota BPRN melakukan pelanggaran berkaitan dengan adat salingka Nagari, maka Anggota BPRN tersebut diberhentikan oleh BPRN setelah adanya rekomendasi dari KAN dan diusulkan kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan. Paragraf 2 Fungsi, Wewenang, Hak dan Kewajiban BPRN Pasal 34

(4)

BPRN mempunyai fungsi sebagai berikut: a. menetapkan Peraturan Nagari bersama Pemerintah Nagari; b. menetapkan APB Nagari bersama Pemerintah Nagari; c. pengawasan. Pasal 35 BPRN mempunyai wewenang sebagai berikut: a. membahas rancangan Peraturan Nagari bersama Wali Nagari; b. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Wali Nagari; c. membentuk panitia pemilihan Wali Nagari; d. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; e. melaksanakan pengawasan terhadap : 1. pelaksanaan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari; 2. pelaksanaan APB Nagari; 3. kebijakan Pemerintahan Nagari; 4. pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Nagari; 5. pengelolaan aset Nagari. Pasal 36 (1) Anggota BPRN mempunyai hak sebagai berikut: a. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban dan keterangan lainnya kepada Pemerintah Nagari; b. mengadakan penyelidikan; c. mengadakan perubahan atas rancangan Peraturan Nagari; 30

d. menyatakan pendapat; e. mengajukan rancangan Peraturan Nagari; f. menetapkan peraturan tata tertib BPRN. (2) Pelaksanaan..............
(2)

Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan tata tertib BPRN. Pasal 37

(1)

BPRN mempunyai hak sebagai berikut : a. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban dan keterangan lainnya kepada Pemerintah Nagari; b. menyatakan pendapat. Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Tata Tertib BPRN. Pasal 38

(2)

BPRN berkewajiban sebagai berikut : a. membuat dan menyusun tata tertib BPRN; b. membahas setiap rancangan Peraturan Nagari yang diajukan oleh Pemerintah Nagari; c. melaksanakan rapat-rapat baik secara berkala maupun secara insidentil sesuai dengan tata tertib BPRN; d. meminta pertimbangan dan masukan kepada KAN sebelum penyusunan dan pembahasan Peraturan Nagari dilakukan; e. memproses pemilihan Wali Nagari; f. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Nagari; g. menampung dan menyalurkan aspirasi. Pasal 39 Anggota BPRN mempunyai kewajiban sebagai berikut: a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala Peraturan Perundang-undangan; b. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. menyerap, menampung, menghimpun, dan menidaklanjuti aspirasi masyarakat; d. mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; e. mengamalkan dan memegang teguh adat basandi syarak, syara basandi kitabullah; f. mengamalkan dan menjaga nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat minangkabau salingka nagari ; dan 31

g. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan. Pasal.............

32

Pasal 40 (1) Pimpinan dan Anggota BPRN tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Wali Nagari dan Perangkat Nagari serta pengurus KAN. (2) Pimpinan dan Anggota BPRN dilarang : a. sebagai pelaksana kegiatan pembangunan yang dibiayai dengan APB Nagari; b. merugikan kepentingan umum, meresahkan masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; c. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; d. menyalahgunakan wewenang; e. melanggar sumpah jabatan; f. melanggar nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat salingka Nagari. Paragraf 3 Rapat BPRN Pasal 41
(1) (2)

Rapat BPRN dipimpin oleh Pimpinan BPRN. Rapat BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/2 (satu perdua) dari jumlah anggota BPRN, dan keputusan ditetapkan berdasarkan musyawarah mufakat atau suara terbanyak. Dalam hal tertentu rapat BPRN dinyatakan sah apabila dihadiri sekurangkurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPRN, dan keputusan ditetapkan dengan musyawarah mufakat atau persetujuan sekurang-kurangnya 1 /2 (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah BPRN yang hadir. Hasil rapat BPRN ditetapkan dengan keputusan BPRN dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPRN. Pasal 42

(3)

(4)

(1)

Anggota BPRN tidak dapat dituntut dimuka pengadilan karena pernyataan atau pendapat yang dikemukakan dalam rapat BPRN baik terbuka maupun tertutup yang diajukan secara lisan atau tertulis, kecuali jika yang bersangkutan mengumumkan apa yang disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal-hal yang dimaksud oleh ketentuan mengenai pengumuman rahasia Negara. Anggota BPRN tidak dapat diganti antar waktu karena pernyataan dan atau pendapat yang dikemukakannya dalam rapat BPRN kecuali penghinaan terhadap adat dan syara . 33

(2)

Paragraf ....................... Paragraf 4 Kedudukan Keuangan BPRN Pasal 43


(1)

Pimpinan dan Anggota BPRN menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan Nagari. Tunjangan pimpinan dan Anggota BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam APB Nagari. Pasal 44

(2)

(1)

Untuk keperluan kegiatan BPRN disediakan biaya operasional sesuai dengan kemampuan keuangan Nagari yang dikelola oleh Sekretaris BPRN. Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap tahunnya dalam APB Nagari yang bersumber dari pendapatan Nagari berupa : a. alokasi dana nagari yang diatur sesuai dengan pedoman umum yang ditetapkan oleh Bupati; b. pendapatan asli nagari sebesar paling banyak 20 % (dua puluh persen), yang pengalokasiannya ditetapkan dengan Peraturan Nagari. Paragraf 5 Tata Tertib BPRN Pasal 45

(2)

(1) (2)

Anggota BPRN secara musyawarah mufakat menetapkan tata tertib BPRN. Pedoman penyusunan tata tertib BPRN diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bagian Keempat Pemilihan Wali Nagari Paragraf 1 Umum Pasal 46

(1)

BPRN memberitahukan kepada Wali Nagari mengenai akan berakhirnya masa jabatan Wali Nagari secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan. BPRN memproses pemilihan Wali Nagari 4 (empat) bulan sebelum berakhir masa jabatan Wali Nagari.

(2)

34

Paragraf ....................... Paragraf 2 Pencalonan Wali Nagari Pasal 47


(1)

Untuk pemilihan Wali Nagari dibentuk panitia pemilihan oleh BPRN dan panitia pengawas pemilihan Wali Nagari oleh Bupati. Panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) keanggotaannya terdiri dari unsur KAN, BPRN dan Pemerintah Kabupaten. Keanggotaan panitia pemilihan dan panitia pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan berasal dari pengurus partai politik. Panitia pemilihan dan panitia pengawasan dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh sekretariat. Sekretariat panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan keputusan BPRN. Sekretariat panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan keputusan Bupati. Pasal 48

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(1)

Panitia pemilihan Wali Nagari mempunyai tugas sebagai berikut: a. melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon Wali Nagari sesuai dengan persyaratan yang ditentukan; b. melakukan pendaftaran pemilih untuk selanjutnya disyahkan oleh ketua panitia pemilihan; c. melakukan pemeriksaan berkas administrasi bakal calon Wali Nagari; d. melakukan kegiatan tekhnis pemilihan calon Wali Nagari; e. menetapkan KPPS dan TPS; dan f. menetapkan calon Wali Nagari yang berhak dipilih. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf f panitia pemilihan Wali Nagari menetapkan tata tertib penjaringan bakal calon Wali Nagari dan penyaringan calon Wali Nagari dengan keputusan panitia pemilihan Wali Nagari. Jumlah anggota KPPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf sebanyak 5 (lima) orang. e

(2)

(3)

(4)

Ketentuan lebih lanjut mengenai panitia pemilihan dan panitia pengawasan diatur dengan Peraturan Bupati.

35

Paragraf ..................... Paragraf 3 Penjaringan, Penyaringan dan Penetapan Bakal Calon Pasal 49 Penjaringan bakal calon Wali Nagari dilaksanakan dengan ketentuan dan tata cara sebagai berikut : a. yang dapat dicalonkan sebagai Wali Nagari adalah anak Nagari warga Negara Republik Indonesia; b. bakal calon Wali Nagari diusulkan oleh lembaga unsur Niniak Mamak, Alim Ulama, Cerdik Pandai, Bundo Kanduang dan Pemuda; c. lembaga unsur sebagaimana dimaksud pada huruf b mengusulkan 1 (satu) orang bakal calon; d. dalam pengusulan bakal calon sebagaimana dimaksud pada huruf b, bakal calon sekaligus melampirkan persyaratan masing-masing dalam rangkap 3 (tiga) sebagai berikut : 1. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwataala; 2. memahami dan mengamalkan nilai adat dan syara dalam Nagari 3. setia dan taat kepada Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945; 4. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G.30SPKI dan atau kegiatan organisasi terlarang lainnya; 5. berijazah paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau sederajat; 6. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 62 (enam puluh dua ) tahun; 7. sehat jasmani dan rohani; 8. nyata-nyata tidak terganggu jiwa atau ingatannya; 9. berkelakuan baik; 10. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 (lima) tahun atau lebih; 11. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; 12. mengenal Nagarinya dan dikenal oleh masyarakat Nagari setempat; 13. bersedia dicalonkan menjadi Wali Nagari; 14. terdaftar sebagai penduduk Nagari dan bertempat tinggal di Nagari yang bersangkutan minimal 2 (dua) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus kecuali anak Nagari yang berdomisili di luar Nagari; 15. tidak pernah dihukum menurut sepanjang adat karena melakukan pelanggaran adat dan syara; 16. belum pernah menjabat sebagai Wali Nagari paling lama 10 (sepuluh) tahun atau 2 (dua) kali masa jabatan;

36

tidak pernah melanggar adat dan syara yang dibuktikan dengan surat keterangan dari KAN; 18. tidak pernah sebagai pengurus partai politik paling singkat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal pencalonan; 19. syarat lain yang ditetapkan oleh BPRN sepanjang tidak bertentangan dengan adat salingka nagari dan Peraturan Perundang-undangan.
17.

e. Bakal.............. e. Bakal calon Wali Nagari yang berasal dari Pegawai Negeri, selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf c harus mendapat/ melampirkan izin tertulis dari atasannya yang berwenang; f. Bakal calon Wali Nagari yang berasal dari anggota BPRN, harus mengundurkan diri dari anggota BPRN dengan melampirkan surat pernyataan pengunduran diri; g. Bakal calon Wali Nagari yang berasal dari Wali Nagari aktif, selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf c dinonaktifkan oleh Bupati sejak ditetapkan menjadi calon Wali Nagari yang berhak dipilih sampai terpilihnya Wali Nagari; h. Selama Wali Nagari non aktif pelaksanaan tugas dijabat oleh Sekretaris Nagari; i. Apabila Sekretaris Nagari juga mencalonkan diri, maka Camat atas nama Bupati menunjuk pelaksana tugas Wali Nagari; j. Apabila bakal calon Wali Nagari yang sedang menjabat pengurus KAN harus non aktif dari jabatannya sebagai pengurus KAN; k. Bakal calon Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada huruf g yang laporan penyelenggaraan pemerintahan Nagari akhir masa jabatannya tidak memenuhi persyaratan menurut Bupati tidak dapat dicalonkan sebagai Wali Nagari berikutnya. Pasal 50
(1)

Bagi bakal calon Wali Nagari yang dinyatakan telah memenuhi persyaratan penjaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, panitia pemilihan menetapkan menjadi bakal calon Wali Nagari untuk dilakukan penyaringan dengan keputusan panitia pemilihan. Penyaringan bakal calon Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh panitia pemilihan dengan meneliti persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 huruf d. Bagi bakal calon Wali Nagari yang berkedudukan sebagai pengurus partai peserta pemilu pada semua tingkat kepengurusan harus berhenti menjadi pengurus partai, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus partai yang bersangkutan.

(2)

(3)

(4) Bagi Wali Nagari yang terpilih atau diangkat menjadi Wali Nagari harus bertempat tinggal di Nagari yang bersangkutan.

37

(5)

Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Wali Nagari tanpa kehilangan hak dan statusnya sebagai Pegawai Negeri. Pasal 51

(1)

Bakal calon Wali Nagari yang memenuhi persyaratan dan dinyatakan lolos penyaringan ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih oleh panitia pemilihan dalam rapat panitia pemilihan dan disyahkan oleh BPRN dalam rapat paripurna. (2) Calon .....................

(2) Calon yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan jumlah calon paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang.
(3)

Apabila jumlah calon paling sedikit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terpenuhi, maka penjaringan bakal calon diperpanjang selama 7 (tujuh) hari kalender.

(4) Apabila perpanjangan sudah dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ternyata bakal calon terjaring hanya 1 (satu) orang, maka panitia pemilihan melakukan perpanjangan masa penjaringan sampai dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(5)

Apabila tidak ada bakal calon yang lolos dalam penjaringan, maka Bupati menunjuk penjabat Wali Nagari yang bertugas mempersiapkan proses pemilihan Wali Nagari defenitif. Proses pemilihan Wali Nagari defenitif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitung sejak penunjukan oleh Bupati. Calon Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang telah ditetapkan sebagai calon Wali Nagari yang berhak dipilih disampaikan kepada Wali Nagari, BPRN, dan KAN serta diumumkan kepada masyarakat di tempat-tempat umum oleh panitia pemilihan. Pasal 52

(6)

(7)

(1)

Calon yang berhak dipilih yang telah ditetapkan tidak dibenarkan mengundurkan diri, dan apabila yang bersangkutan mengundurkan diri, maka secara administrasi dianggap tidak mengundurkan diri. Apabila calon yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam pemilihan ternyata memperoleh suara terbanyak, perolehan suara tersebut dinyatakan batal.

(2)

38

(3)

Atas pembatalan perolehan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka calon yang berhak dipilih yang mendapatkan dukungan suara terbanyak berikutnya dinyatakan sebagai calon terpilih. Paragraf 4 Kampanye Calon Wali Nagari Pasal 53

Calon Wali Nagari yang telah ditetapkan, menyampaikan program dalam rapat paripurna BPRN dengan mengundang lembaga kemasyarakatan dan tokoh masyarakat. (2) Apabila ................. (2) Apabila calon yang bersangkutan terpilih, maka materi penyampaian kampanyenya akan menjadi dasar penyusunan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari) dalam masa 5 (lima) tahun berikutnya.
(1) (3)

Waktu dan tempat kampanye ditetapkan oleh panitia pemilihan setelah berkoordinasi dengan BPRN. Paragraf 5 Pemberian Suara Pasal 54

(1)

Setelah calon yang berhak dipilih ditetapkan, maka panitia pemilihan melaksanakan rapat untuk menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan pemberian suara.

(2) Panitia pemilihan memberitahukan kepada masyarakat yang berhak memilih paling singkat 5 (lima) hari sebelum hari pelaksanaan pemilihan untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan Wali Nagari pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut pada ayat (1). (3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berbentuk tertulis dan dalam bentuk lain dengan syarat bahwa yang berhak memilih dapat mengetahuinya. (4) Tata cara pemilihan Wali Nagari diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 55
(1)

Yang dapat atau berhak memberikan suara dalam pemilihan Wali Nagari adalah rakyat Nagari dan atau anak Nagari. Anak Nagari yang akan memberikan suara, dengan syarat-syarat sebagai berikut : a. terdaftar sebagai pemilih pada daftar pemilih tetap dan atau pemilih tambahan; 39

(2)

b. sudah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun pada saat pendaftaran dilaksanakan dan atau telah pernah menikah; dan c. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(3)

Rakyat Nagari yang akan memberikan suara, dengan syarat-syarat sebagai berikut: a. terdaftar sebagai rakyat Nagari yang bersangkutan secara sah, sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus; b. sudah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun pada saat pendaftaran dilaksanakan dan atau telah pernah menikah; dan c. tidak ..................... d. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Pasal 56

(1) Paling lambat 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Wali Nagari, BPRN telah melaksanakan proses pemilihan Wali Nagari.
(2)

Pemilihan Calon Wali Nagari yang berhak dipilih dilaksanakan pada hari dan tempat serta waktu yang telah ditentukan dan dipimpin oleh Ketua KPPS. Waktu pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dimulai dari jam 08.00 WIB sampai dengan jam 15.00 WIB. Pasal 57

(3)

Panitia pemilihan yang mempunyai hak pilih dan calon yang berhak dipilih dalam pemilihan calon Wali Nagari tetap mempunyai hak untuk menggunakan hak pilihnya. Pasal 58 (1) Pemilihan calon yang berhak dipilih dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. (2) Seorang pemilih hanya dapat memberikan suaranya kepada 1 (satu) orang calon yang berhak dipilih.
(3)

Seorang pemilih yang berhalangan hadir karena sesuatu alasan, tidak dapat diwakilkan dengan cara apapun.

(4) Pemilih yang telah terdaftar sebagai wajib pilih meskipun tidak mendapat surat pemberitahuan, tetap dapat memberikan suaranya.
(5)

Untuk kelancaran pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) panitia pemilihan menyediakan kelengkapan sebagai berikut: a. papan tulis yang memuat nama-nama dan gambar atau photo calon yang berhak dipilih; 40

b. surat suara; c. kotak suara berikut kuncinya yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan; d. bilik suara atau tempat khusus sebagai tempat pelaksanaan pemberian suara; e. alat atau kelengkapan lain yang dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanaan pemilihan.

Pasal...........

41

Pasal 59 Bentuk dan model surat suara, kotak suara dan bilik suara serta kelengkapan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (5) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 60
(1)

Sebelum melaksanakan pemungutan suara, ketua KPPS membuka kotak suara dan memperlihatkan kepada para pemilih yang hadir bahwa kotak suara dalam keadaan kosong serta menutupnya kembali, mengunci dan menyegel dengan menggunakan kertas yang dibubuhi cap atau stempel panitia pemilihan. Sebelum kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai, para saksi dari masing-masing calon Wali Nagari yang berhak dipilih menyerahkan surat penunjukannya sebagai saksi kepada ketua KPPS. Apabila para saksi tidak menyerahkan surat penunjukannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka dinyatakan tidak ada saksi dari calon yang bersangkutan dan pemilihan dinyatakan syah. Pasal 61

(2)

(3)

(1)

Pemilih yang hadir diberikan selembar surat suara oleh panitia pemilihan melalui pemanggilan berdasarkan urutan daftar hadir. Setelah menerima surat suara, pemilih memeriksa atau meneliti surat suara tersebut dan apabila surat suara dimaksud dalam keadaan cacat atau rusak, pemilih berhak meminta surat suara yang baru setelah menyerahkan kembali surat suara yang cacat atau rusak tersebut kepada KPPS. Pasal 62

(2)

(1)

Pemberian suara dilaksanakan dalam bilik suara dengan melipat surat suara yang telah disediakan oleh panitia pemilihan.

(2) Pemilih yang masuk ke dalam bilik suara adalah pemilih yang akan menggunakan hak pilihnya.
(3)

Bagi pemilih yang sakit atau cacat dan atau tidak dapat pergi kedalam bilik suara sendirian, maka dapat dibantu oleh KPPS. Pemilih yang keliru dalam menggunakan hak pilihnya pada surat suara dapat meminta surat suara baru setelah menyerahkan surat suaranya yang keliru kepada KPPS.

(4)

(5) Setelah pemilih memberikan suaranya dalam surat suara, pemilih memasukkan surat suara kedalam kotak suara yang disediakan dalam keadaan terlipat yang sebelumnya diperlihatkan kepada KPPS. Pasal.......... 42

Pasal 63
(1)

Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, panitia pemilihan berkewajiban untuk mewujudkan pelaksanaan pemungutan suara dengan tertib dan teratur.

(2) KPPS menjaga agar pemilih hanya memberikan satu suara dan menolak pemberian suara yang diwakilkan dengan alasan apapun. Paragraf 6 Penghitungan Suara Pasal 64 (1) Setelah selesainya pemberian suara, KPPS melaksanakan perhitungan suara di hadapan saksi yang dihadiri oleh pemilih pada lokasi tempat pemungutan suara. (2) KPPS membuka kotak suara dan menghitung surat suara yang masuk setelah pemberian suara dinyatakan selesai. (3) Setiap lembar surat suara diteliti satu demi satu untuk mengetahui suara yang diberikan kepada calon yang berhak dipilih dan kemudian KPPS membaca nama calon yang berhak dipilih yang mendapat suara tersebut serta mencatatnya di papan tulis yang ditempelkan sedemikian rupa sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh pemilih dan saksi yang hadir.
(4)

Setelah selesai pelaksanaan penghitungan suara, KPPS membuat berita acara hasil penghitungan dan menyampaikan laporan hasil pemungutan suara kepada panitia pemilihan. Pasal 65

(1) Surat suara dianggap tidak syah apabila : a. tidak memakai surat suara yang telah ditentukan; b. tidak terdapat tanda tangan ketua KPPS pada surat suara; c. ditanda tangani atau membuat tanda yang menunjukkan identitas pemilih; e. memberikan suara untuk lebih dari 1 (satu) calon yang berhak dipilh; dan atau f. dalam memberikan suara atau pilihan tidak tepat sesuai dengan model/ cara yang telah ditetapkan panitia pemilihan.
(2)

Alasan-alasan yang menyebabkan suara tidak syah diumumkan kepada pemilih sebelum penghitungan suara.

Pasal..............

43

Pasal 66
(1)

Berdasarkan laporan dari KPPS sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 ayat (4), panitia pemilihan melakukan rekapitulasi hasil pemungutan suara yang dituangkan dalam berita acara.

(2) Pelaksanaan rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri oleh para saksi dan para calon. Paragraf 7 Penetapan Calon Terpilih Pasal 67
(1)

Calon Wali Nagari yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan suara terbanyak. Panitia pemilihan menyampaikan laporan hasil pemilihan Wali Nagari kepada BPRN. Calon Wali Nagari terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan keputusan BPRN berdasarkan laporan dan berita acara pemilihan dari panitia pemilihan. Calon Wali Nagari terpilih disampaikan oleh BPRN kepada Camat untuk diteruskan kepada Bupati guna ditetapkan menjadi Wali Nagari terpilih dengan melampirkan berita acara pemilihan.

(2)

(3)

(4)

(5) Camat meneliti laporan BPRN dan menyampaikannya kepada Bupati paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya laporan.
(6)

Bupati menerbitkan keputusan tentang pengesahan pengangkatan Wali Nagari terpilih paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari BPRN. Paragraf 8 Pelantikan Wali Nagari Pasal 68

(1)

Wali Nagari terpilih dilantik oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan keputusan Bupati.

(2) Pelantikan Wali Nagari dilaksanakan di Nagari bersangkutan dihadapan masyarakat. (3) Sebelum memangku jabatannya, Wali Nagari mengucapkan sumpah. (4) Susunan.........

44

(4) Susunan kata-kata sumpah Wali Nagari dimaksud adalah sebagai berikut: Demi Allah, saya bersumpah; bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Wali Nagari dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan Demokrasi dan UndangUndang Dasar 1945 serta melaksanakan segala Peraturan Perundangundangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Nagari, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; bahwa saya akan mengamalkan dan memegang teguh Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah. Pasal 69 (1) Pelantikan Wali Nagari dilaksanakan tepat pada akhir masa jabatan Wali Nagari yang sebelumnya dan ditetapkan sebagai tanggal pelantikan.
(2)

Apabila pelaksanaan pelantikan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jatuh pada hari libur, maka pelantikan dilaksanakan pada hari kerja berikutnya atau sehari sebelum hari libur. Biaya pemilihan dan pelantikan Wali Nagari dibebankan kepada APB Nagari dan dana-dana lainnya yang syah.

(3)

(4) Pelantikan Wali Nagari yang tidak dapat dilaksanakan tepat pada waktunya karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka pelantikan dapat ditunda selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal berakhirnya masa jabatan Wali Nagari yang bersangkutan (Wali Nagari sebelumnya) atas persetujuan Bupati dengan ketentuan bahwa Wali Nagari yang bersangkutan tetap melaksanakan tugasnya selama masa jabatan penundaan tersebut. Pasal 70 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, berlaku pula bagi penjabat Wali Nagari. Pasal 71
(1)

Masa jabatan Wali Nagari adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelaksanaan pelantikan dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. (2) Apabila.........

45

(2) Apabila masa jabatan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir, maka yang bersangkutan tidak boleh dicalonkan atau mencalonkan kembali untuk masa jabatan berikutnya di Nagari yang sama. Bagian Kelima Pemberhentian Wali Nagari Pasal 72 (1) BPRN memberitahukan kepada Wali Nagari secara tertulis mengenai akan berakhirnya masa jabatan Wali Nagari 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan.
(2)

4 (empat) bulan sebelum berakhir masa jabatannya, Wali Nagari menyampaikan LKPJ akhir masa jabatan kepada BPRN dan Laporan pertanggungjawaban kepada Bupati.

(3) Selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Wali Nagari, BPRN segera memproses pemilihan Wali Nagari yang baru. Pasal 73 (1) Wali Nagari diberhentikan oleh Bupati atas usul BPRN melalui Camat karena: a. meninggal dunia; b. mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri; c. berakhir masa jabatan dan telah dilantik Wali Nagari yang baru; d. tidak dapat melakukan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; e. tidak lagi memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, dan/ atau melanggar sumpah jabatan; f. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan atau adat yang berlaku di salingka Nagari.
(2)

Pemberhentian Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, b, c, dan huruf d diusulkan oleh pimpinan BPRN kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan BPRN. Pemberhentian Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan f disampaikan oleh BPRN kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan BPRN yang dihadiri 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPRN. Pengesahan pemberhentian Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima selanjutnya Bupati mengangkat Penjabat Wali Nagari. Apabila Wali Nagari melakukan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan, maka Bupati dapat memberhentikan Wali Nagari tanpa melalui usul BPRN. (6) Sebelum......... 46

(3)

(4)

(5)

(6) Sebelum Bupati memberhentikan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (5), terlebih dahulu Bupati menugaskan Bawasda untuk mencari fakta tentang penyimpangan dalam pengelolaan keuangan. Pasal 74 (1) Apabila Wali Nagari berhalangan sementara paling lama 7 (tujuh) hari, Sekretaris Nagari karena jabatannya menjalankan tugas sehari-hari Wali Nagari dan melaporkannya kepada Bupati melalui Camat serta memberitahukannya kepada BPRN.
(2)

Apabila Wali Nagari dan Sekretaris Nagari secara bersamaan berhalangan sementara paling lama 7 (tujuh) hari, kepala urusan pemerintahan karena jabatannya menjalankan tugas sehari-hari Wali Nagari, dan melaporkannya kepada Bupati melalui Camat serta memberitahukannya kepada BPRN. Bagi Wali Nagari yang tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya karena sakit atau mengalami kecelakaan dalam melaksanakan tugasnya atau karena alasan lain sampai 30 (tiga puluh) hari berturut-turut, maka Sekretaris Nagari ditunjuk oleh Camat atas nama Bupati untuk menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai pelaksana tugas (Plt) Wali Nagari serta menyampaikan tembusannya kepada BPRN. Apabila Wali Nagari dan Sekretaris Nagari secara bersamaan tidak dapat melaksanakan tugas sampai waktu 30 (tiga puluh) hari, maka Bupati melalui Camat menunjuk penjabat Wali Nagari atas usul BPRN. Apabila setelah 6 (enam) bulan Sekretaris Nagari melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya, maka atas usulan BPRN, Bupati memberhentikan dengan hormat Wali Nagari yang bersangkutan dari jabatannya dan menetapkan Penjabat Wali Nagari. Pasal 75

(3)

(4)

(5)

Wali Nagari yang berstatus Pegawai Negeri yang belum berakhir masa jabatannya, tidak dapat diberhentikan karena alasan bahwa yang bersangkutan memasuki usia pensiun atau sudah pensiun sebagi Pegawai Negeri. Pasal 76 Wali Nagari yang berstatus Pegawai Negeri yang berhenti atau diberhentikan oleh Bupati sebagai Wali Nagari dikembalikan ke instansi induknya. Pasal 77 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan, pencalonan, pengangkatan, pelantikan dan pemberhentian Wali Nagari diatur dengan peraturan Bupati. Bagian ....................... 47

Bagian Keenam Pengangkatan Penjabat Wali Nagari Pasal 78


(1)

Pengangkatan Penjabat Wali Nagari karena berhentinya Wali Nagari sebagaimana dimaksud dalam pasal 74 ayat (5) ditetapkan dengan keputusan Bupati atas usul BPRN melalui Camat. Pengusulan penjabat Wali Nagari oleh BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah 1 (satu) orang. Persyaratan penjabat Wali Nagari mempedomani Pasal 49 huruf d. Apabila BPRN tidak mengusulkan atau tidak mempunyai calon Penjabat Wali Nagari, maka Camat dapat menunjuk dan mengusulkan calon Penjabat Wali Nagari kepada Bupati. Masa jabatan Penjabat Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal pelantikannya dan dapat diperpanjang 6 (enam) bulan berikutnya. Penjabat Wali Nagari diambil sumpahnya dan dilantik oleh Bupati atau Pejabat lain yang ditunjuk. Pasal 79

(2)

(3) (4)

(5)

(6)

(1)

Tugas, wewenang, kewajiban dan hak Penjabat Wali Nagari adalah sama dengan tugas, wewenang, kewajiban dan hak Wali Nagari sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini serta Peraturan Perundang-undangan. Memfasilitasi pemilihan Wali Nagari yang defenitif. Pasal 80

(2)

(1)

Wali Nagari diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPRN apabila dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap.

(2) Wali Nagari diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan BPRN apabila terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal..............

48

Pasal 81 Wali Nagari diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPRN karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan negara. Pasal 82
(1)

Wali Nagari yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) dan Pasal 81, setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Bupati harus mengaktifkan kembali Wali Nagari yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatan.

(2) Apabila Wali Nagari yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya Bupati hanya merehabilitasi nama Wali Nagari yang bersangkutan. Pasal 83 Apabila Wali Nagari diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) dan Pasal 81, Sekretaris Nagari melaksanakan tugas dan kewajiban Wali Nagari sampai dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 84
(1)

Apabila Wali Nagari diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2), Bupati mengangkat Penjabat Wali Nagari dengan tugas pokok menyelenggarakan pemilihan Wali Nagari paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun setelah pengangkatan penjabat Wali Nagari sebagaimana tersebut pada ayat (1) belum adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, Bupati memberhentikan dengan hormat Wali Nagari yang bersangkutan dan dilakukan proses pemilihan Wali Nagari. Bagian Ketujuh Tindakan Penyidikan Terhadap Wali Nagari Pasal 85

(2)

(1)

Tindakan penyidikan terhadap Wali Nagari dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati. (2) Hal...........

49

(2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan; b. dituduh telah melakukan tindak pidana korupsi dan atau kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara 20 (dua puluh) tahun.
(3)

Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari. BAB IV PENYELENGGARAAN ADAT DI NAGARI Bagian Pertama Pengertian, Tugas dan Fungsi Pasal 86

KAN merupakan lembaga kerapatan Niniak Mamak pemangku adat yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing Nagari dan merupakan lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di Nagari. Pasal 87 (1) KAN mempunyai tugas: a. memberikan pertimbangan dan masukan kepada Pemerintah Nagari dan BPRN dalam melestarikan nilai-nilai adat basandi syara, syara basandi kitabullah di Nagari; b. memberikan pertimbangan dan masukan kepada Pemerintah Nagari dan BPRN dalam penyusunan dan pembahasan Peraturan Nagari; c. membentuk lembaga-lembaga unsur masyarakat adat yaitu Unsur Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang dan Pemuda; d. mengurus, membina dan menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan adat sehubungan dengan sako, pusako dan syara; e. mengusahakan perdamaian dan memberikan nasehat-nasehat hukum terhadap anggota masyarakat yang bersengketa terhadap sesuatu yang dipersengketakan dan pembuktian lainnya menurut sepanjang adat dan atau silsilah keturunan/ranji; f. mengusahakan perdamaian dan memberikan nasehat-nasehat hukum dan keputusan yang sifatnya final terhadap anggota masyarakat yang bersengketa terhadap sako dengan pembuktian menurut sepanjang adat dan atau silsilah keturunan/ranji; g. membentuk majelis penyelesaian sengketa sako, pusako dan syara yang bersifat ad hock; h. membuat kode etik, yang berisikan pantangan, larangan, hak dan kewajiban Niniak Mamak sesuai dengan adat salingka nagari; i. mengembangkan........

50

mengembangkan kebudayaan anak Nagari dalam upaya melestarikan kebudayaan Daerah dalam rangka memperkaya khasanah kebudayaan nasional; j. membina masyarakat hukum adat Nagari menurut adat basandi syara, syara basandi kitabullah; k. melaksanakan pembinaan dan mengembangkan nilai-nilai adat minangkabau dalam rangka mempertahankan kelestarian adat Nagari; l. bersama Pemerintahan Nagari menjaga, memelihara dan memanfaatkan kekayaan Nagari untuk kesejahteraan masyarakat Nagari.
i. (2)

Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah melalui proses bajanjang naiak batanggo turun sesuai dengan adat salingka Nagari. Pedoman pembentukan dan tata kerja majelis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 88

(3)

(1) KAN mempunyai fungsi: a. sebagai lembaga penyelenggara urusan adat di Nagari; b. sebagai lembaga yang mengurus dan mengelola adat salingka Nagari; c. sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan adat di Nagari; d. sebagai lembaga pembinaan, pengembangan, perlindungan terhadap unsur Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Pemuda Nagari dan unsur lainnya di salingka Nagari; e. memberikan kedudukan hukum menurut adat terhadap hal-hal yang menyangkut harta kekayaan masyarakat guna kepentingan hubungan keperdataan adat, juga dalam hal adanya persengketaan sako, pusako dan syara di Nagari; f. bersama Pemerintahan Nagari meningkatkan kualitas hubungan perantau dengan Nagari.
(2)

Fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh KAN berdasarkan azas musyawarah dan mufakat sepanjang tidak bertentangan dengan adat basandi syara, syara basandi kitabullah serta Peraturan Perundang-undangan. Pasal 89

(1)

Setiap keputusan yang diambil oleh KAN ditetapkan melalui rapat KAN sesuai dengan adat salingka Nagari. Setiap rapat KAN yang melahirkan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuatkan risalah.

(2)

Pasal...........

51

Pasal 90 Anggota KAN tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena pernyataan atau pendapat yang dikemukakan dalam rapat KAN baik terbuka maupun tertutup yang diajukan secara lisan atau tertulis, kecuali jika yang bersangkutan mengumumkan apa yang disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan . Bagian Kedua Keanggotaan dan Organisasi Pasal 91
(1)

Keanggotaan KAN terdiri dari Niniak Mamak pemangku adat, sesuai dengan adat yang berlaku salingka Nagari.

(2) Kepengurusan KAN dapat terdiri dari : a. ketua; b. wakil ketua; c. sekretaris; d. ketua bidang; e. bendahara atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku dalam Nagari. (3) Kepengurusan KAN dibantu oleh sekretariat yang diusulkan oleh KAN ditetapkan dengan surat keputusan Wali Nagari. (4) Sekretariat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) diusulkan 1 (satu) orang dan bukan sebagai anggota KAN. Pasal 92
(1) (2)

Kepengurusan KAN dipilih dari dan oleh Niniak Mamak pemangku adat. Sistim pemilihan kepengurusan KAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan adat salingka Nagari. Kepengurusan KAN ditetapkan dan dikukuhkan dengan keputusan KAN dan disampaikan kepada Pemerintah Daerah. Pengukuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dalam rapat lengkap KAN yang dihadiri oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Pemuda Nagari, tokoh masyarakat, dan pemuka masyarakat lainnya.

(3)

(4)

(5) Selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sebelum berakhir masa jabatan kepengurusan KAN dapat diproses kepengurusan periode berikutnya. (6) Ketentuan...............

52

(6)

Ketentuan lebih lanjut mengenai kepengurusan KAN sesuai dengan adat salingka Nagari. Bagian Ketiga Pertanggungjawaban Pasal 93

Kepengurusan KAN dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya bertanggungjawab kepada Niniak Mamak pemangku adat secara musyawah dan mufakat sesuai dengan adat salingka Nagari. Bagian Keempat Pengayoman dan Hubungan Kerja Pasal 94
(1)

Pengayoman KAN dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pengayoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk: a. pengayoman dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi KAN; b. panduan administrasi; c. bantuan keuangan; d. dan lain-lain dalam rangka memberdayakan KAN. Pasal 95
(1) (2)

Hubungan kerja antara KAN dengan Pemerintah Daerah bersifat fungsional. Hubungan kerja antara KAN dengan Pemerintahan Nagari adalah: a. saling memberi dan menerima informasi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat; b. saling menghormati tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing lembaga; c. hubungan KAN dengan Pemerintahan Nagari, BPRN bersifat konsultatif dan koordinatif. Bagian Kelima Keuangan Pasal 96

(1) Pendapatan KAN diperoleh dari: a. anggaran pendapatan dan belanja Nagari; b. bantuan dari Pemerintah Daerah; c. uang adat; d. pendapatan lainnya yang syah. (2) Pendapatan........... 53

(2) Pendapatan KAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi KAN serta lembaga lainnya dibawah koordinator KAN. (3) Penatausahaan keuangan harus dilakukan secara jelas dan dipertanggungjawabkan setiap tahun kepada anggota dalam rapat paripurna KAN.
(4) Harta kekayaan Nagari yang merupakan sumber APB Nagari, pembagiannya

untuk KAN diatur dengan Peraturan Nagari. Bagian Keenam Program Kerja Pasal 97 (1)
(2)

Setiap tahun KAN menyusun dan menetapkan program kerja internal lembaga. Program kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencerminkan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun yang bersangkutan dan selaras dengan program kerja pemerintahan Nagari. BAB V PERATURAN NAGARI Pasal 98

(1) Peraturan Nagari ditetapkan oleh Wali Nagari bersama BPRN.


(2)

Peraturan Nagari dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Nagari. Peraturan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kebutuhan Nagari dan atau penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat Nagari setempat. Peraturan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan adat istiadat, kepentingan umum dan atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Pasal 99

(3)

(4)

Peraturan Nagari dibentuk berdasarkan pada azas pembentukan penyusunan Peraturan Perundang-undangan. Pasal............ 54

Pasal 100 Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tulisan dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan Peraturan Nagari. Pasal 101 Peraturan Nagari disampaikan oleh Wali Nagari kepada Bupati melalui Camat sebagai bahan pengawasan dan pembinaan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan. Pasal 102
(1)

Untuk melaksanakan Peraturan Nagari, Wali Nagari menetapkan Peraturan Wali Nagari dan atau Keputusan Wali Nagari. Peraturan Wali Nagari dan atau Keputusan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak boleh bertentangan dengan adat istiadat, kepentingan umum dan atau Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Pasal 103

(2)

(1) (2)

Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari dimuat dalam Berita Daerah. Pemuatan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Sekretaris Daerah. Peraturan Nagari dan peraturan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebarluaskan oleh Pemerintah Nagari. Pasal 104

(3)

(1)

Rancangan Peraturan Nagari tentang APB Nagari yang telah disetujui bersama BPRN sebelum ditetapkan oleh Wali Nagari paling lama 7 (tujuh) hari sudah disampaikan oleh Wali Nagari kepada Bupati melalui Camat untuk dievaluasi. Hasil evaluasi Bupati terhadap rancangan Peraturan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kepada Wali Nagari. Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melampaui batas waktu dimaksud, Wali Nagari dapat menetapkan rancangan Peraturan Nagari tentang APB Nagari menjadi Peraturan Nagari. Pasal 105

(2)

(3)

Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan Nagari diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

55

BAB VI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NAGARI Pasal 106


(1)

Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Nagari disusun perencanaan pembangunan Nagari sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan Daerah. Perencanaan pembangunan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun secara partisipatif oleh Pemerintahan Nagari sesuai dengan kewenangannya.

(2)

(3) Dalam menyusun perencanaan pembangunan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan Nagari. Pasal 107
(1)

Perencanaan pembangunan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 disusun secara berjangka meliputi: a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari (RPJMN) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun; b. Rencana Kerja Pembangunan Nagari (RKP-Nagari) merupakan penjabaran dari RPJMN untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari (RPJMN) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan dengan Peraturan Nagari dan Rencana Kerja Pembangunan Nagari (RKP-Nagari) ditetapkan dalam Keputusan Wali Nagari berpedoman pada Peraturan Daerah. Pasal 108

(2)

(1)

Perencanaan pembangunan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (1) didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. penyelenggaraan Pemerintahan Nagari; b. organisasi dan tata laksana Pemerintahan Nagari; c. keuangan Nagari; d. profil Nagari; e. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari dan pemberdayaan masyarakat. Pasal...........

56

Pasal 109 Ketentuan lebih lanjut mengenai tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan Nagari diatur dengan Peraturan Bupati. BAB VII KEUANGAN NAGARI Bagian Pertama Umum Pasal 110
(1)

Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Nagari dan penyelenggaraan urusan adat yang menjadi kewenangan Nagari didanai dari APB Nagari, bantuan Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah. Penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari didanai oleh APBD Kabupaten. Penyelenggaraan urusan Pemerintah Propinsi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari didanai oleh APBD Propinsi. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari didanai oleh APBN. Bagian Kedua Sumber Pendapatan Pasal 111

(2)

(3)

(4)

(1) Sumber pendapatan Nagari terdiri atas: a. pendapatan asli Nagari, terdiri dari hasil usaha Nagari, hasil kekayaan Nagari, hasil swadaya dan partisipasi; b. bagi hasil pajak dan retribusi Daerah paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) untuk Nagari yang objeknya berada dalam Nagari; c. bagi hasil retribusi Daerah dialokasikan secara proporsional kepada Nagari; d. bagian dari dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Daerah untuk Nagari paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) yang pembagiannya untuk Nagari secara proporsional yang merupakan alokasi dana Nagari; e. bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan urusan Pemerintahan; f. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. (2) Bantuan.......... 57

(2)

Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e disalurkan melalui rekening kas Nagari. Sumber pendapatan Nagari yang telah dimiliki dan dikelola oleh Nagari tidak dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten. Pasal 112

(3)

Kekayaan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat (1) huruf a terdiri atas: a. tanah kas Nagari; b. pasar Nagari; c. bangunan Nagari; d. objek rekreasi yang diurus oleh Nagari; e. pemandian umum yang diurus oleh Nagari; f. ulayat Nagari; g. perairan dalam batas tertentu yang diurus oleh Nagari; h. tempat-tempat pemancingan ikan di sungai; i. pelelangan ikan yang dikelola oleh Nagari; j. jalan Nagari; k. asset bekas Desa yang ada dalam Nagari; l. lain-lain kekayaan Nagari. Pasal 113
(1)

Sumber pendapatan Daerah yang berada di Nagari baik pajak maupun retribusi yang sudah dipungut oleh Propinsi atau Daerah tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Nagari. Pungutan retribusi dan pajak lainnya yang telah dipungut oleh Pemerintah Nagari tidak dibenarkan dipungut atau diambil alih oleh Pemerintah propinsi atau Pemerintah Daerah. Bagian Nagari dari perolehan bagian pajak dan retribusi Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 111 ayat (1) huruf b, pengalokasiannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 114

(2)

(3)

(1)

Pemberian hibah dan sumbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 111 ayat (1) huruf f tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada Nagari. Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak, dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik Nagari sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(2)

(3) Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APB Nagari. Pasal.......... 58

Pasal 115 Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber pendapatan Nagari sebagaimana diatur dalam Pasal 111 ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. Bagian Ketiga Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari Pasal 116 (1) APB Nagari terdiri atas bagian pendapatan Nagari, belanja Nagari dan pembiayaan. (2) Rancangan APB Nagari pembangunan Nagari.
(3)

dibahas

dalam

musyawarah

perencanaan

Wali Nagari bersama BPRN menetapkan APB Nagari setiap tahun dengan Peraturan Nagari. Pasal 117

Pedoman penyusunan APB Nagari, perubahan APB Nagari, perhitungan APB Nagari, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Nagari ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Bagian Keempat Pengelolaan Pasal 118
(1)

Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Pemerintahan Nagari adalah Wali Nagari. Dalam melaksanakan kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wali Nagari dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan kepada Perangkat Nagari. Pasal 119

(2)

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1) diatur dengan Peraturan Nagari. Pasal 120 Pedoman pengelolaan keuangan Pemerintahan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

59

BAB VIII PENYELENGGARAAN EKONOMI Pasal 121


(1) (2)

Dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Nagari dibentuk BUN. BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Pemerintah Nagari bersama KAN. Pembentukan BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Nagari dan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan. Bentuk BUN sebagaimana dimaksud ayat (1) harus berbadan hukum. Pasal 122

(3)

(4)

(1)

BUN mempunyai tugas mengurus, mengelola, melestarikan ulayat, aset dan kekayaan Nagari.

memanfaatkan

dan

(2)

BUN mempunyai fungsi sebagai lembaga usaha yang mengelola aset, ulayat dan kekayaan Nagari. BUN mempunyai wewenang merencanakan, mengorganisir, melaksanakan dan usaha yang menguntungkan Nagari mengevaluasi usaha-usaha yang dilakukan serta melaksanakan kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk kemajuan lembaga BUN. Pasal 123

(3)

Permodalan BUN dapat berasal dari: a. Pemerintahan Nagari; b. Pemerintah Daerah; c. masyarakat ; d. lembaga keuangan ; e. pinjaman; dan atau f. kerja sama dengan pihak lain. Pasal 124 Kepengurusan BUN terdiri dari: a. badan pengelola; dan b. badan pengawas. Pasal 125 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, pengelolaan dan pengurusan BUN diatur dengan Peraturan Bupati.

60

BAB IX KERJA SAMA ANTAR NAGARI Pasal 126


(1)

Nagari dapat mengadakan kerjasama antar Nagari dalam dan luar Daerah untuk kepentingan Nagari masing-masing. Kerjasama antar Nagari dalam Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan persetujuan BPRN, KAN dan diketahui oleh Camat. Kerjasama antar Nagari luar Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan persetujuan BPRN, KAN serta diketahui Camat dan Bupati.

(2)

(3)

(4) Kerjasama antar Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan kewenangannya. Pasal 127
(1)

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayat (2) dan (3) berlaku juga bagi Nagari yang melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang: a. peningkatan perekonomian masyarakat Nagari; b. peningkatan pelayanan pendidikan; c. kesehatan; d. sosial budaya; e. ketentraman dan ketertiban; f. pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Pasal 128 Untuk pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 dan 127 dapat dibentuk badan kerjasama. Pasal 129 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kerjasama antar Nagari, dan kerjasama Nagari dengan pihak ketiga diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 130
(1)

Perselisihan kerjasama antar Nagari dalam satu Kecamatan, difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat. (2) Perselisihan .................

61

(2)

Perselisihan kerjasama antar Nagari pada Kecamatan yang berbeda di Daerah di fasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati. Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan secara adil, tidak memihak dan bersifat final. Pasal 131

(3)

(1)

Perselisihan kerjasama antar Nagari dengan pihak ketiga dalam satu Kecamatan difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat. Perselisihan kerjasama antar Nagari dengan pihak ketiga pada Kecamatan yang berbeda di Daerah di fasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati. Apabila pihak ketiga tidak menerima penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dapat mengajukan penyelesaian ke pengadilan. Pasal 132

(2)

(3)

(1)

Pembangunan kawasan Nagari yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan/atau pihak ketiga wajib mengikut sertakan Pemerintah Nagari, BPRN dan KAN. Dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pendayagunaan kawasan Nagari, wajib mengikut sertakan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan dan pendayagunaan, kawasan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

(2)

(3)

62

BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 133 Pemerintah Daerah wajib membina dan mengawasi penyelenggaraan Pemerintahan Nagari dan lembaga kemasyarakatan. Pasal 134 Pembinaan dan pengawasan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 meliputi: a. menetapkan pengaturan kewenangan Pemerintah Daerah yang diserahkan pengaturannya kepada Nagari; b. memberikan pedoman pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah Daerah ke Nagari; c. memberikan pedoman penyusunan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari; d. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan lembaga kemasyarakatan; e. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipaif; f. melakukan penelitian tentang penyelenggaraan Pemerintahan Nagari; g. melakukan evaluasi dan pengawasan Peraturan Nagari; h. menetapkan pembiayaan alokasi dana perimbangan untuk Nagari; i. mengawasi pengelolaan keuangan Nagari dan pendayagunaan aset Nagari; j. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari dan lembaga kemasyarakatan; k. memfasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat, lembaga adat beserta hak-hak tradisionalnya dalam pelaksanaan Pemerintahan Nagari; l. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Pemerintah Nagari dan lembaga kemasyarakatan; m. menetapkan pakaian dan atribut lainnya bagi Wali Nagari, Perangkat Nagari dan BPRN sesuai dengan kondisi dan sosial budaya masyarakat setempat; n. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan Nagari dan lembaga kemasyarakatan; o. memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh Wali Nagari sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan; p. melakukan upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan Nagari. Pasal 135 63

Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134, dapat dilimpahkan kewenangan kepada Camat meliputi : a. penyusunan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari; b. administrasi tata Pemerintahan Nagari; c. pengelolaan .....................
c. d.

pengelolaan keuangan Nagari dan pendayagunaan aset Nagari; pelaksanaan urusan otonomi Daerah yang diserahkan kepada

Nagari; penerapan dan penegakan Peraturan Perundang-undangan; pelaksanaan tugas Wali Nagari dan Perangkat Nagari; g. penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; h. pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewajiban lembaga kemasyarakatan; i. penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; j. kerjasama antar Nagari dan kerjasama Nagari dengan pihak ketiga; k. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat Nagari; l. kerjasama antar lembaga kemasyarakatan dan kerjasama lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga; m. bantuan teknis dan pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan; n. koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan lembaga kemasyarakatan.
e. f.

64

BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 136


(1)

Nagari yang sudah ada pada waktu ditetapkannya Peraturan Daerah ini, tetap diakui sebagai Nagari. Jorong yang sudah ada pada waktu ditetapkannya Peraturan Daerah ini, tetap diakui sebagai Jorong. Masa jabatan Wali Nagari yang ada pada saat ini, tetap berlaku sampai habis masa jabatannya. Masa jabatan BPRN yang ada pada saat ini, berakhir paling lambat 3 (tiga) bulan pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini. Kepengurusan KAN yang ada pada saat ini belum berakhir masa jabatannya, tetap menjalankan tugas, fungsi dan wewenang sampai masa jabatannya berakhir. Kepengurusan KAN yang ada pada saat ini telah berakhir masa jabatannya, dapat menjalankan tugas, fungsi dan wewenang sampai terpilihnya Wali Nagari defenitif. Kepengurusan KAN yang telah berakhir masa jabatannya, bagi Wali Nagari yang belum habis masa jabatannya segera memproses pembentukan kepengurusan KAN berdasarkan Peraturan Daerah ini. Setelah terpilihnya Wali Nagari defenitif sebagaimana dimaksud ayat (6), KAN segera melaksanakan musyawarah dan mufakat untuk membentuk kepengurusan untuk periode selanjutnya. Ketentuan yang menyangkut Perangkat Nagari dan lembaga Nagari yang ada di Nagari disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

65

BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 137 Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2001 Nomor 23 Seri D) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 138 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 139 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar. Ditetapkan di Batusangkar pada tanggal 06 Agustus 2008 BUPATI TANAH DATAR dto M. SHADIQ PASADIGOE Diundangkan di Batusangkar pada tanggal 06 Agustus 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

66

dto Ir. SYAMSUL BAHRI Pembina Utama Madya, NIP. 010 153 811

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2008 NOMOR 2 SERI E

67

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR : 4 TAHUN 2008 TANGGAL : 6 AGUSTUS 2008

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH NAGARI

WALI NAGARI

SEKRETARIS NAGARI

PELAKSANA TEKNIS LAPANGAN

KEPALA URUSAN

KEPALA JORONG

BUPATI TANAH DATAR dto M. SHADIQ PASADIGOE

68

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG NAGARI I. UMUM Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah diganti dengan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Menjadi Undang-Undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Walaupun terjadi pergantian Undang-Undang namun prinsip dasar sebagai landasan pemilihan pengaturan mengenai Desa yaitu: (1) Keanekaragaman, yang memiliki makna bahwa istilah Desa dapat disesuaikan dengan asal usul dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini berarti pola penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan pembangunan di Desa harus menghormati sistem nilai yang berlaku pada masyarakat setempat namun harus tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan ini Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2) Partisipasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa. (3) Otonomi asli, memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam perspektif administrasi pemerintahan Negara yang selalu mengikuti perkembangan zaman. (4) Demokratisasi memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui BPD dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra Pemerintah Desa. (5) Pemberdayaan masyarakat, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. Dalam.......... 69

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, selanjutnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengakui adanya otonomi yang dimiliki oleh desa dan kepala desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah atau pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Sedangkan terhadap desa diluar desa gineologis yaitu desa yang bersifat administratif seperti desa yang dibentuk karena pemekaran desa atau karena transmigrasi ataupun karena alasan lain yang warganya pluralistis, majemuk atau heterogen, maka otonomi desa yang merupakan hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat setempat diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa itu sendiri. Dengan demikian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 masih mengakui keberadaan Pemerintahan Nagari di Sumatera Barat. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa. Karena UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa serta berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Nagari selama ini, maka perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari. Berdasarkan Peraturan Daerah ini urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Nagari mencakup urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul Nagari. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah yang diserahkan pengaturannya kepada Nagari, tugas pembantuan dari pemerintah dan Pemerintah Daerah, urusan pemerintah lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada Nagari. Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Nagari dan untuk peningkatan pelayanan serta pemberdayaan masyarakat, nagari mempunyai sumber pendapatan yang terdiri atas pendapatan asli nagari, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah, bantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah daerah serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
Sumber.........

70

Sumber pendapatan yang berasal dari bagi hasil pajak daerah diberikan kepada nagari paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) diluar upah pungut dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh pemerintah daerah diberikan kepada Nagari paling sedikit 10% (sepuluh perseratus). Sedangkan bantuan pemerintah Propinsi kepada Nagari diberikan sesuai dengan kemampuan dan perkembangan keuangan Propinsi. Bantuan tersebut lebih diarahkan untuk percepatan atau akselerasi pembangunan Nagari. Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh Nagari berasal dari Badan Usaha Nagari, pengelolaan pasar Nagari, pengelolaan kawasan wisata skala Nagari, pengelolaan galian C dengan tidak menggunakan alat berat dan sumber lainnya. Wali Nagari dipilih langsung oleh dan dari Anak Nagari warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi pesyaratan dengan masa jabatan 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Wali Nagari pada dasarnya bertanggung jawab pada rakyat Nagari yang prosedur pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati melalui Camat. Kepada BPRN, Wali Nagari wajib memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabanya, namun tetap memberikan peluang kepada masyarakat melalui BPRN untuk menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan pertanggungjawaban dimaksud. Sekretaris Nagari diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Sekretaris Nagari yang ada selama ini bukan PNS dan memenuhi persyaratan secara bertahap diangkat menjadi PNS sesuai Peraturan Perundangundangan. Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari berfungsi menetapkan Peraturan Nagari bersama Wali Nagari, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Disamping itu BPRN mempunyai fungsi mengawasi pelaksanaan peraturan nagari dalam rangka penetapan pelaksanaan kinerja Pemerintah Nagari. Keanggotaan BPRN berasal dari unsur niniak mamak, alim ulama cadiak pandai, bundo kanduang dan pemuda yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Jumlah anggota BPRN paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang dengan masa jabatan 6 (enam) tahun. Kerapatan Adat Nagari (KAN) berkedudukan sebagai lembaga kerapatan niniak mamak yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing Nagari. KAN mempunyai fungsi memberikan masukan kepada pemerintahan Nagari dalam melestarikan nilai-nilai Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabbullah di Nagari; mengurus dan mengelola hal-hal yang bekaitan dengan adat sehubungan dengan sako dan pusako, menyelesaikan perkara-perkara perdata adat dan adat istiadat; mengusahakan perdamaian dan memberikan nasehat-nasehat hukum terhadap anggota masyarakat yang bersengketa serta memberikan kekuatan hukum terhadap sesuatu hal dan pembuktian lainnya menurut sepanjang adat atau silsilah keturunan/ranji; mengembangkan kebudayaan anak Nagari dalam upaya melestarikan Kebudayaan Daerah dalam rangka memperkaya khasanah kebudayaan Nasional; membina masyarakat hukum adat Nagari menurut Adat 71

Basandi Syara, Syara Basandi Kitabbullah; mengembangkan nilai-nilai adat Minangkabau kelestarian adat dalam Nagari; bersama memelihara dan memanfaatkan kekayaan masyarakat Nagari.

melaksanakan pembinaan dan dalam rangka mempertahankan Pemerintah Nagari menjaga, Nagari untuk kesejahteraan

Anak Nagari adalah setiap orang yang mempunyai hubungan adat dan ikatan kekeluargaan serta hubungan emosional dengan Nagari yang bersangkutan baik yang ada di Nagari maupun dirantau. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 : : : : : : : : : : : : : : : : : Cukup jelas. Cukup jelas. Pembentukan Nagari dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Cukup jelas. Cukup Jelas. Cukup Jelas. Cukup Jelas. Cukup Jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul Nagari adalah mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan asal-usul, adat istiadat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup Jelas. Cukup Jelas. Pasal 72

Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Ayat (7) Ayat (8) Ayat (9) Ayat (10) Ayat (11) Ayat (12) Ayat (1) Huruf a Angka 1

Pasal 4

Angka 2 Angka 3 Angka 4 Huruf b Huruf c Huruf d Ayat 2 Ayat 3 Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4)

: : : : : : : : : : : :

Pasal 7

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan urusan Pemerintahan antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan Nagari seperti pembuatan Peraturan Nagari, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan badan usaha nagari, kerjasama antar Nagari. Yang dimaksud dengan urusan pembangunan antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum Nagari seperti jalan Nagari, jembatan Nagari, irigasi Nagari dan pasar Nagari. Yang dimaksud dengan urusan kemasyarakatan antara lain pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan dan adat istiadat.

Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g

: : : : : : : :

Pasal 8

Huruf h Huruf i Ayat (1) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j Huruf k Huruf l Huruf m Huruf n Huruf o

: : : : : : : : : : : : : : : : : :

Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan mengkoordinasikan pembangunan Nagari secara partisipatif adalah memfasilitasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pengembangan dan pelestarian pembangunan di Nagari. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Untuk mendamaikan perselisihan masyarakat di Nagari, Wali Nagari dapat dibantu oleh Kerapatan Adat Nagari. Cukup jelas.
Huruf..

73

Huruf p Huruf q Huruf r Ayat (2)

: : : :

Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagrai adalah laporan semua kegiatan Nagari berdasarkan kewenangan Nagari yang ada serta tugas-tugas dan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten. Yang dimaksud dengan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban adalah keterangan seluruh proses pelaksanaan Peraturan Nagari termasuk APB Nagari. Yang dimaksud dengan menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Nagari kepada Masyarakat adalah memberikan informasi berupa pokok-pokok kegiatan. Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari disampaikan kepada Bupati dan BPRN selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa jabatan. BPRN dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis atas laporan pertanggungjawaban Wali Nagari, tetapi tidak dalam kapasitas menolak atau menerima. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan pembinaan dapat berupa pemberian sanksi dan atau penghargaan. Yang dimaksud dengan laporan akhir masa jabatan adalah laporan penyelenggaraan Pemerintah Nagari. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan pendidikan paling rendah SLTA termasuk juga Paket C. Pendidikan terakhir dibuktikan dengan STTB/Ijazah. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas.
Pasal.

Ayat (3)

Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Ayat (7) Ayat (8) Ayat (9) Ayat (10) Ayat (11) Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

Ayat (1) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Ayat (2)

74

Pasal 15 Pasal 16

Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h

: : : : : : : : : : : : : : : : : :

Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan pendidikan paling rendah SLTP termasuk juga Paket B. Pendidikan terakhir dibuktikan dengan STTB/Ijazah. Cukup jelas. Sehat jasmani dan rohani, maksudnya adalah sehat jasmani dan rohani/dengan kata lain tidak cacat sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban sebagai Perangkat Nagari. Cukup Jelas. Cukup Jelas. Cukup Jelas. Cukup Jelas. Cukup Jelas. Cukup Jelas. Cukup Jelas. Yang dimaksud dengan Wali Nagari dan Perangkat Nagari yang menerima penghasilan tetap dalam ketentuan ini tidak termasuk Sekretaris Nagari yang berstatus Pegawai Negeri Sipil. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Tunjangan khusus lainnya meliputi antara lain THR dan tunjangan-tunjangan lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan pendidikan paling rendah SLTA termasuk juga Paket C. Pendidikan terakhir dibuktikan dengan STTB/Ijazah. Cukup jelas. Huruf.

Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23

Ayat (1)

Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Ayat (3) Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27

: : : : : : : : : : : : : :

Ayat (1) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e

75

Huruf f

Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j Huruf k Huruf l Huruf m Huruf n Ayat (2) Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38

Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

Huruf f Huruf g Pasal 39 Pasal 40 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3)

: : : : : : : :

Pasal 41

Ayat (4)

Sehat jasmani dan rohani, maksudnya adalah sehat jasmani dan rohani/dengan kata lain tidak cacat sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban sebagai Perangkat. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan proses pemilihan Wali Nagari adalah membentuk panitia pemilihan Wali Nagari, menetapkan calon Wali Nagari yang berhak dipilih, menetapkan Wali Nagari terpilih dan mengusulkan calon Wali Nagari terpilih kepada Bupati untuk disahkan menjadi Wali Nagari Defenitif. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan pengurus KAN adalah Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Ketua-Ketua Bidang. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan hal tertentu adalah Rapat BPRN yang akan membahas dan memutuskan kebijakan yang bersifat prinsip dan strategis bagi kepentingan masyarakat Nagari seperti usul pemberhentian Wali Nagari dan melakukan pinjaman. Cukup jelas. Pasal 76

Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47

Ayat (1)

: : : : : :

Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Pasal 48 Pasal 49 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Angka 1 Angka 2 Angka 3

: : : : : : : : : : : : :

Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Panitia pemilihan Wali Nagari keanggotaannya terdiri dari unsur Perangkat Nagari, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan Tokoh Masyarakat seperti tokoh adat, agama, cerdik pandai, bundo kanduang, dan tokoh pemuda yang jumlah keanggotaannya sesuai dengan kebutuhan. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan bertaqwa dalam arti taat menjalankan kewajiban agamanya. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan setia adalah tidak pernah terlibat gerakan separatis, tidak pernah melakukan gerakan secara inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk merubah dasar negara serta tidak pernah melanggar UUD 1945. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan pendidikan paling rendah SLTP termasuk juga Paket B. Pendidikan terakhir dibuktikan dengan STTB/Ijazah. Cukup jelas. Sehat jasmani dan rohani, maksudnya adalah sehat jasmani dan rohani/dengan kata lain tidak cacat sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban sebagai Wali Nagari. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas.

Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7

: : : :

Angka 8 Angka 9 Angka 10 Angka 11 Angka 12 Angka 13 Angka 14

: : : : : : :

Pasal..

77

Angka 15 :

Angka 16 :

Angka 17 Angka 18 Angka 19 Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j Huruf k Pasal 50 Pasal 51 Pasal 52 Pasal 53 Pasal 54 Pasal 55 Pasal 56 Pasal 57 Pasal 58

Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

Yang dimaksud dengan tidak pernah dihukum menurut sepanjang adat dalam ketentuan ini adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh Kerapatan Adat Nagari tentang sanksi yang dijatuhkan kepada seseorang yang melanggar adat dan syara. Yang dimaksud dengan masa jabatan paling lama 10 (sepuluh) tahun adalah masa jabatan yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Yang dimaksud dengan dua kali masa jabatan adalah seseorang yang menjabat sebagai Wali Nagari selama dua kali masa jabatan baik secara berturut-turut maupun tidak. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas Cukup jelas. Surat suara disediakan dan dicetak oleh Pemerintah Kabupaten, dilengkapi dengan nomor urut dan stempel Bupati. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas Pasal

Pasal 59 Pasal 60 Pasal 61

78

Pasal 62 Pasal 63 Pasal 64 Pasal 65 Pasal 66 Pasal 67 Pasal 68 Pasal 69 Pasal 70 Pasal 71 Pasal 72 Pasal 73

: : : : : : : : : : : Ayat (1) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d : : : :

Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Tidak dapat melakukan tugas secara berkelanjutan dan atau berhalangan Tetap secara berturut-turut untuk selama 6 bulan, tidak termasuk dalam rangka melaksanakan tugas dalam rangka kegiatan yang berkaitan dengan pemerintahan. Pernyataan melanggar sumpah jabatan ditetapkan dengan Keputusan Pengadilan. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Pasal..

Huruf e Huruf f Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Pasal 74 Pasal 75 Pasal 76 Pasal 77 Pasal 78 Pasal 79 Pasal 80 Pasal 81 Pasal 82 Pasal 83 Pasal 84 Pasal 85 Pasal 86 Pasal 87 Pasal 88 Pasal 89 Pasal 90 Pasal 91 Pasal 92

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

79

Pasal 93 Pasal 94 Pasal 95 Pasal 96 Pasal 97 Pasal 98 Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102 Pasal 103 Pasal 104

Ayat (1)

: : : : : : : : : : : :

Ayat (2) Ayat (3) Pasal 105 Pasal 106 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pasal 107 Pasal 108 Pasal 109 Pasal 110 Pasal 111

: : : : : : : : : : : : : :

Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan evaluasi dalam ketentuan ini adalah bertujuan untuk tercapainya keserasian antara kebijakan Nagari dan kebijakan Daerah, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur Nagari. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan partisipatif dalam ketentuan ini adalah melibatkan pihak terkait dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Nagari. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Dari bagi hasil pajak daerah yang objeknya berada di Nagari paling sedikit 10 % (sepuluh per seratus) diberikan langsung kepada Nagari. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah terdiri dari dana bagi hasil pajak dan Sumber Daya Alam ditambah Dana Alokasi Umum setelah dikurangi belanja pegawai. Dana dari Kabupaten diberikan langsung kepada Nagari untuk dikelola oleh Pemerintahan Nagari, dengan ketentuan 30 % (Tiga puluh per seratus) digunakan untuk biaya Operasional Pemerintah Nagari dan BPRN dan 70 % (Tujuh puluh per seratus) digunakan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Huruf..

Ayat (1) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d

80

Huruf e

Huruf f

Ayat (2) Ayat (3) Pasal 112 Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118

Ayat (1)

: : : : : : : : :

Ayat (2) Pasal 119 Pasal 120 Pasal 121 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4)

: : : : : : :

Pasal 122

Ayat (1) Ayat (2)

: :

Bantuan keuangan dari Pemerintah diutamakan untuk tunjangan Penghasilan Wali Nagari dan Perangkat Nagari. Bantuan dari Propinsi dan Kabupaten digunakan untuk percepatan atau akselerasi pembangunan Nagari. Yang dimaksud dengan sumbangan Pihak Ketiga dapat berbentuk hadiah, donasi, wakaf dll serta pemberian sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban pihak penyumbang. Yang dimaksud dengan Wakaf dalam ketentuan ini adalah perbuatan hukum wakaf untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Keuangan Nagari adalah semua hak dan kewajiban Nagari yang dapat dinilai dengan uang, segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik Nagari yang berhubungan dengan pelaksaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Cukup jelas. Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Yang tergolong Badan hukum dapat berupa lembaga bisnis yaitu unit usaha yang kepemilikan sahamnya berasal dari pemerintah Nagari dan masyarakat seperti usaha mikro kecil dan menengah. Lembaga keuangan mikro Nagari (Usaha ekonomi simpan pinjam, badan kredit Nagari, Lembaga Simpan Pinjam berbasis masyarakat, lumbung pitih nagari dan sebagainya) Cukup jelas. Cukup jelas.

Ayat.

81

Ayat (3)

Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126

Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (1) Ayat (2)

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

Pasal 127

Pasal 128 Pasal 129 Pasal 130 Pasal 131

Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3)

Pasal 132 Pasal 133 Pasal 134

Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j Huruf k Huruf l

Yang dimaksud dengan Usaha Yang Menguntungkan Nagari adalah Jenis usaha yang meliputi peranan ekonomi nagari seperti : a. Usaha jasa yang meliputi jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air, dan usaha lain yang sejenis. b. Penyaluran sembilan bahan pokok ekonomi Nagari. c. Perdagangan hasil pertanian meliputi : tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan agro bisnis. d. Industri kecil dan kerajinan rakyat. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Dalam ketentuan ini bentuk kerjasama dapat dilakukan dengan membentuk perjanjian bersama atau membentuk peraturan bersama. Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. Yang dimaksud dengan pihak ketiga antara lain Lembaga badan Hukum dan perorangan diluar Pemerintah Nagari. Cukup jelas. Pembentukan Badan Kerjasama disesuaikan dengan kebutuhan Nagari dan memperhatikan cakupan objek kerjasama, pembiayaan atau jenis kegiatan Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Dalam hal perkara dipengadilan Pemerintah Nagari dapat diwakili oleh Pihak yang ditunjuk Wali Nagari. Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas Cukup jelas 82

Huruf m : Cukup jelas Huruf..

83

Huruf n Huruf o Huruf p

Pasal 135

Pasal 136 Pasal 137 Pasal 138 Pasal 139

: Cukup jelas : Cukup jelas : Yang dimaksud dengan upaya percepatan atau akselerasi pembangunan Nagari seperti penanggulangan kemiskinan, penanganan bencana alam, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatan prasarana Nagari, pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna, pengembangan sosial budaya pedesaan. Huruf a : Cukup jelas Huruf b : Cukup jelas Huruf c : Cukup jelas Huruf d : Cukup jelas Huruf e : Cukup jelas Huruf f : Cukup jelas Huruf g : Cukup jelas Huruf h : Cukup jelas Huruf i : Yang dimaksud dengan pembangunan partisipatif adalah fasilitasi perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan serta pengembangan tindak lanjut pembangunan secara partisipatif. Huruf j : Cukup jelas Huruf k : Cukup jelas Huruf l : Cukup jelas Huruf m : Cukup jelas Huruf n : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas

84

You might also like