You are on page 1of 13

Soal soal PBB/BPHTB

Bpk .Antoni tanggal 20 Maret 2010 membeli rumah di Lapangan Golf no. 15 XZ ,Pondok Indah Jakarta Selatan dari Ibu Nunun dengan luas tanah 1500 m2 dengan luas bangunan 800 m2 . Dalam SSB yang dilaporkan ke KPP Pratama Kebayoran Lama dengan harga yang dilaporkan Rp 28.767.500.000 dan SSB telah dibayar lunas di bank tempat pembayaran dilaksana oleh pejabat PPAT di Kebayoran Lama. Tanggal 9 April 2010 laporan bulanan PPAT sudah disampaikan ke KPP Pratama Kebayoran lama,dan dilakukan penelitian atas laporan tersebut termasuk transaksi Bpk Antoni.Data klasifikasi NJOP tanah di Jl. Lapangan golf ditetapkan kls B/30 sedangkan bangunan kls B/14. Atas perbedaan ini KPP Kebayoran Lama menerbitkan SKBKB tanggal 29 Mei 2010. Apabila NPOPTKP Rp 60.000.000 hitung BPHTB terutang berdasrkan SKBKB tersebut.

1. Bpk Septiadi mempunyai tanah dan rumah di Jakarta Timur di Jl. Pondok Gede senilai Rp 800.000.000 dan Jl Cijantung senilai Rp 700.000.000 Apabila NJOPTKP di Jakarta Timur ditetapkan sebesar Rp 10.000.000, berapa Bpk Setiadi harus membayar PBB untuk kedua lokasi tersebut 2. Berdasarkan SPOP yang diterima dari Bpk Karim atas objek sebidang tanah di Jl Cipete Utara ,Jakarta Selatan tanggal 2 Januari 2009, KPP Pratama Cilandak menerbitkan SPPT PBB dengan jumlah pajak terutang sebesar Rp 2.000.000. Pada bulan Juni 2009 KPP Pratama Cilandak melakukan pemeriksaan atas objek PBB yang dimiliki Bpk Karim yang ternyata PBB terutang seharusnya Rp 2.500.000 Atas hal tersebut berapa SKPKB yang diterbitkan

Bpk. Sutalaksana seorang pensiunan Pegawai Negeri mempunyai tanah seluas 200 m2 dan diatas ada rumah seluas 120 m2 . NJOP tanah kls A8 dan Bangunan kls B 19 . Harga pasar objek tersebut adalah Rp 600.000.000. NPOPTKP untuk daerah tersebut Rp 60.000.000 .berapa besar BPHTB terutang ? Apabila WP mengajukan permohonan pengurangan, Kanwil setempat mengabulkan, berapa BPHTB yang harus dibayar

Bpk . Sudarno seorang pejuang kemerdekaan dan terdaftar di LVRI menempati rumah yang diberikan pemerintah sejak 40 tahun yang lalu.Luas tanah 250 m2 dan rumah seluas 120 m2 . Berdasarkan klasifikasi ,penggolongan dan ketentuan Nilai Jual Permukaan bumi/bangunan , NJOP tanah berada pada kelas A-2 (Rp 2.925.000 /m2 dan bangunan pada kelas A-1 ( Rp 1.200.000/m2). Untuk daerah tersebut NJOPTKP sebesar Rp 10.000.000. Apabila permohonan pengurangan dikabulkan ,berapa besar PBB yang harus dibayar

Suatu Yayasan Panti Asuhan Anak Yatim Piatu memperoleh hibah wasiat dari seseorang sebidang tanah dan bangunan diatasnya dengan nilai pasar sebesar Rp 1.000.000.000,00. Terhadap tanah dan bangunan tersebut telah diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun yang bersangkutan mendaftar ke Kantor Pertanahan setempat dengan Nilai Jual Objek Pajak sebesar Rp 900.000.000,00. Apabila di Kabupaten/Kota letak tanah dan bangunan tersebut, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak setempat menetapkan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak dalam hal selain waris dan hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/isteri, sebesar Rp 60.000.000,00, maka besarnya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terutang adalah sebagai berikut : Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 1.000.000.000,00 Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 60.000.000,00 Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 940.000.000,00 BPHTB yang seharusnya terutang = 5% x Rp 940.000.000,00 = Rp 47.000.000,00 BPHTB yang terutang = 50% x Rp 47.000.000,00 = Rp 23.500.000,00

Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya sebidang tanah dan bangunan diatasnya dengan nilai pasar sebesar Rp 500.000.000,00. Terhadap tanah dan bangunan tersebut telah diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun yang bersangkutan mendaftar ke Kantor Pertanahan setempat dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebesar Rp 800.000.000,00. Apabila di Kabupaten/Kota letak tanah dan bangunan tersebut, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak setempat menetapkan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) dalam hal waris sebesar Rp 300.000.000,00, maka besarnya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terutang adalah sebagai berikut : Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 800.000.000,00 Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 300.000.000,00 Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 500.000.000,00 BPHTB yang seharusnya terutang = 5% x Rp 500.000.000,00 = Rp 25.000.000,00 BPHTB terutang = 50% x Rp 25.000.000,00 = Rp 12.500.000,00

Seorang anak memperoleh hibah wasiat dari ayah kandungnya sebidang tanah dan bangunan diatasnya dengan nilai pasar sebesar Rp 500.000.000,00. Terhadap tanah dan bangunan tersebut telah diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun yang bersangkutan mendaftar ke Kantor Pertanahan setempat dengan Nilai JuaI Objek Pajak (NJOP) sebesar Rp 450.000.000,00. Apabila di Kabupaten/Kota letak tanah dan bangunan tersebut, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak setempat menetapkan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) dalam hal hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/isteri, sebesar Rp 300.000.000,00, maka besarnya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terutang adalah sebagai berikut : Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 500.000.000,00 Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 300.000.000,00 Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak Rp 200.000.000,00 BPHTB yang seharusnya terutang = 5% x Rp 200.000.000,00 = Rp I0.000.000,00 BPHTB yang terutang = 50% x Rp 10.000.000,00 = Rp 5.000.000,00

Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya sebidang tanah dan bangunan diatasnya dengan nilai pasar sebesar Rp 200.000.000,00. Terhadap tanah dan bangunan tersebut telah diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun yang bersangkutan mendaftar ke Kantor Pertanahan setempat dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebesar Rp 250.000.000,00. Apabila di Kabupaten/Kota letak tanah dan bangunan tersebut, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak setempat menetapkan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak dalam hal waris (NPOPTKP) sebesar Rp 300.000.000,00, maka besarnya Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terutang adalah sebagai berikut : Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 250.000.000,00 Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 300.000.000,00 Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak N i h i l BPHTB terutang N i h i l

Kasus : NPOPTKP = 200juta. Sebidang tanah tanah 12.500m2 an. Alm. Bambang(leter C dibuat tahun 1951)yang meninggal thn 1994.setelah diukur ulang setelang dipotong jalan dsb luas tanah menjadi 10.800m2. Ahli Waris Bambang: 5 orang anak (A,B,C,D,E). A mendapat 2 bidang tanah yaitu 2200m2 dan 500m2 (krn anak banyak&anak pertama yg laki2). B Mendapat 4 bidang tanah yaitu 650m2, 700m2, 350m2 dan 450m2 (total 2150m2). C Mendapat 4 bidang tanah 400m2, 500m2, 300m2 dan 700m2(total 1900m2). D Mendapat 4 bidang tanah yaitu 1100m2,500m2,150m2 dan 250m2(total 2000m2). E Mendapat 5 bidang tanah 1025m2, 300m2, 350m2, 275m2 dan 100m2 (total 2050m2). D meninggal thn 2000 dan E meninggal thn 2001. anak D 4orang (F,G,H,I)masing2 500m2. Anak E 5ORANG (J,K,L,M,N)masing2 400m2.

ontoh : 1. Objek perumahan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan oleh PNS, ABRI dan para pensiunan termasuk janda dan dudanya. Luas Bumi 1.000 m2 dengan nilai jual Rp 840.000/m2 Nilai jual tanah tersebut termasuk kelas 17 dengan nilai jual Rp 802.000/m2 Luas Bangunan 400 m2 dengan nilai jual Rp 1.000.000/m2. Nilai jual bangunan tersebut termasuk kelas 2 dengan nilai jual Rp 968.000/m2 Penghitungan PBB-nya : Jumlah NJOP bumi 1.000 x Rp802.000 = Rp 802.000.000 Jumlah NJOP Bangunan 400 x Rp968.000 = Rp 387.200.000 NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Rp1.189.200.000 NJOPTKP = Rp 8.000.000 NJOP untuk penghitungan PBB = Rp1.181.200.000 NJKP 40% x Rp1.181.200.000 = Rp 472.480.000 PBB yang terutang : 0,5% x Rp 472.480.000 = Rp 2.362.400

Apabila Objek Pajak pada contoh 1 diatas dimiliki/dikuasai/dimanfaatkan oleh PNS, ABRI, Pensiunan termasuk janda/dudanya yang berpenghasilan semata-mata dari gaji atau uang pensiun maka penghitungannya adalah : NJKP 20% x Rp1.181.200.000 = Rp 236.240.000 PBB yang terutang : 0,5% x Rp 236.240.000 = Rp 1.181.200

Objek perumahan lainnya dan non perumahan Luas Bumi 300 m2 dengan nilai jual Rp 75.000/m2 Nilai jual bumi tersebut termasuk kelas 30 dengan nilai jual Rp 82.000/m2 Luas Bangunan 150 m2 dengan nilai jual Rp 260.000,-/m2 Nilai jual bangunan tersebut termasuk kelas 10 dengan nilai jual Rp 264.000,- /m2 Penghitungan PBB-nya : Jumlah NJOP bumi 300 x Rp 82.000 = Rp 24.600.000 Jumlah NJOP Bangunan 150 x Rp 264.000 = Rp 39.600.000 NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Rp 64.200.000 NJOPTKP = Rp 8.000.000 NJOP untuk penghitungan PBB = Rp 56.200.000 NJKP 20% x Rp56.200.000 = Rp 11.240.000 PBB yang terutang : 0,5% x Rp11.240.000 = Rp 56.200

Kasus Hotel Indonesia


PT. Hotel Indonesia Natour (PT HIN) pemegang HGB dan PT Grand Indonesia mengikat perjajian Bangun,Guna Serah (BOT ) untuk kawasan tanah bekas Hotel Indonesia,Jl .Thamrin Jakarta Sebagai akibatnya status tanah hotel tersebut harus disesuaikan dari semula HGB menjadi Hak Pengelolaan (HPL) masih atas nama PT HIN. Objek BOT yang semula HGB atas tanah PT.HIN dilepas haknya kepada negara untuk kemudian diajukan menjadi HPL atas Nama PT HIN Akibat hukum perubahan status HGB menjadi HPL adalah berubahnya status hak atas tanah milik negara selaku pemegang saham PT HIN menjadi HP atas nama PT HIN. Apakah PT HIN terutang BPHTB Peranan kepala desa sebagai pembuat surat keterangan tentang riwayat tanah yang diminta

You might also like