You are on page 1of 36

www.scribd.com/doc/55636659/alat-ukur-kreativitas - Tembolok 1.

0 17 Mei 2011 Untuk memperoleh alat ukur (tes) kreativitas dengan rangsang stimulus tes yang non-verbal. (penelitian Standardisasi Tes Kreativitas Figural ... 2.0 pembelajaran-anak.blogspot.com/.../mengukur-tingkat-kreatifitas... - TembolokMirip Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl. Psych., untuk menjadi individu ... Tes kreativitas verbal dilakukan pada anak berusia minimal 10 tahun karena ... Kreativitas pada anak merupakan dasar penting bagi kemampuannya menghadapi perubahan zaman di masa depan. Sejauh mana tingkat kreativitasnya ternyata bisa diukur melalui tes. Apa saja yang dinilai? Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl. Psych., untuk menjadi individu kreatif, dibutuhkan kemampuan berpikir yang mengalir lancar, bebas, dan ide yang orisinal yang didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir kreatif juga menuntut yang bersangkutan memiliki banyak gagasan, dan itu semua tidaklah gampang. Dengan kata lain, agar anak bisa berpikir kreatif, ia haruslah bisa bersikap terbuka dan fleksibel dalam mengemukakan gagasan. Makin banyak ide yang dicetuskannya menandakan makin kreatif si anak. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak, pakar pendidikan ini berupaya mengembangkan tes kreativitas verbal dan figural. Tes kreativitas verbal dilakukan pada anak berusia minimal 10 tahun karena dianggap sudah lancar menulis dan kemampuan berbahasanya pun sudah berkembang. Sedangkan tes kreativitas figural dilakukan terhadap anak mulai usia 5 tahun. UNSUR PENILAIAN BERPIKIR KREATIF * Fleksibilitas Anak mampu memberikan jawaban yang berbeda-beda. Untuk gambar lingkaran, contohnya, anak mengasosiasikannya sebagai piring, bulan, bola, telur dadar dan sebagainya. Anak juga diminta untuk membuat sebanyak mungkin objek mati maupun hidup pada gambar lingkaran tadi. Namun, tes kreativitas ini bukan dimaksudkan sebagai tes menggambar, melainkan sebagai tes gagasan, sehingga unsur "keindahan" tidak diprioritaskan. * Orisinalitas Anak mampu memberikan jawaban yang jarang/langka dan berbeda dengan jawaban anak lain pada umumnya. Dari bentuk lingkaran yang sama, contohnya, anak mahir menggambarkannya sebagai wajah orang. * Elaborasi

Anak mampu memberikan jawaban secara rinci sekaligus mampu memperkaya dan mengembangkan jawaban tersebut. Dia bisa melengkapi gambar wajah tersebut dengan mata, hidung, bibir, telinga, leher, rambut sampai aksesoris semisal kalung dan jepit rambut. Makin detail ornamen atau organorgan yang digambarkannya, berarti mencirikan ia anak yang kreatif. "Jadi, anak yang kreatif tak sekadar mengemukakan ide, tapi juga dapat mengembangkan gagasan yang dilontarkannya," tandas Utami. TOPIK TES FIGURAL Untuk tes kreativitas figural, ada 6 topik pertanyaan yang diajukan sebagai berikut: 1. Tes Permulaan Kata Misalnya kepada anak diberikan huruf "k" dan "a". Kemudian ia diminta untuk membentuk sebanyak mungkin kata yang bisa dibentuk dari kedua huruf tadi. Umpamanya anak menjawab "kami", "kapal", "karung" dan sebagainya. 2. Tes Membentuk Kata Kepada anak diberikan kata tertentu, semisal "proklamasi". Nah, berdasarkan kata tersebut anak diminta membentuk kata-kata lain sebanyak mungkin. Umpamanya anak akan menjawab "kolam", "lama", "silam" dan lain-lain. 3. Tes Kalimat 3 Kata Misalnya kepada anak diberi tiga huruf, yakni "a", "m", dan "p". Lalu mintalah ia menyusun sebanyak mungkin kalimat-kalimat yang diawali dari huruf-huruf yang diberikan tadi, dengan urutan yang boleh diubah-ubah. Umpamanya, jawabanya adalah "Ani makan pisang" atau "Mana payung Anton". 4. Tes Kesamaan Sifat Misalnya anak mendapat soal mengenai sifat bulat dan keras. Anak dimita untuk memikirkan dan menyebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang memiliki sifat/ciri-ciri tersebut. Jawabannya mungkin adalah bola tenis, kelereng, roda kursi, dan sebagainya. 5. Tes Penggunaan Tak Lazim Contohnya, anak akan diberi benda yang ditemuinya sehari-hari. Akan tetapi, ia justru diminta untuk membuat sesuatu yang tak biasa dengan benda tersebut. Umpamanya, ketika anak diberi surat kabar, ia menggunakannya untuk membuat kapal-kapalan, topi, bola, dan sebagainya, bukan sebagai bahan bacaan. 6. Tes Sebab-Akibat

Anak mendapat pertanyaan mengenai situasi tertentu yang dalam keadaan nyata tak pernah terjadi. Nah, mintalah anak untuk menjawab apa kira-kira akibatnya bila situasi tersebut betul-betul terjadi. Dalam hal ini, anak dituntut untuk bebas berimajinasi. Contohnya adalah pertanyaan, "Apa jadinya bila semua orang di dunia ini pandai?" atau, "Apa akibatnya jika setiap orang bisa mengetahui pikiranmu?" Menurut Utami, setiap tes tersebut terdiri dari 4 soal. Untuk tes pertama dan kedua, setiap soal harus dijawab dalam waktu 2 menit. Sedangkan untuk tes ketiga, diberikan waktu 3 menit untuk setiap soal, sementara untuk tes berikutnya per soal diberi durasi 4 menit. SKOR NILAI Hasil akhir tes kreativitas ini sama halnya dengan tes IQ, yakni berupa skor. Anak yang mencapai skor 90110 berarti tingkat kreativitasnya rata-rata, skor di bawah 80 dikategorikan sangat lamban, sedangkan yang mampu mencapai skor 130 ke atas tergolong sangat unggul. Namun dari pengalaman Utami selama ini, hanya sedikit anak yang bisa mencapai skor kreativitas yang tinggi. Kebanyakan berada pada kisaran skor 90-100. Sebaliknya, banyak sekali anak yang bisa mencapai skor tinggi untuk tes IQ. Menurutnya, "Hal ini disebabkan berpikir kreatif kurang dirangsang, sehingga anak tak terbiasa berpikir bermacam-macam arah." Selain pengukuran kreativitas yang sudah disebutkan, ada juga pengukuran skala sikap kreatif yang lebih menyangkut pada segi afektif. Menurut Utami, dari berbagai penelitian ternyata kemampuan berpikir kreatif belumlah cukup jika tanpa disertai sikap kreatif. Tanpa sikap kreatif ini katanya produk kreatif pun takkan terwujud. Jadi, berpikir kreatif itu sendiri harus disertai ciri-ciri sikap kreatif sebagai berikut: * Terbuka terhadap pengalaman baru, * Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, * Tidak takut melakukan kesalahan ketika mengemukakan ide, * Imajinatif, dan * Berani mengambil risiko terhadap langkah yang diambil. Lebih lanjut Utami menambahkan bahwa mengukur tingkat kreativitas lebih sulit dibandingkan mengukut tingkat intelegensi (IQ). Pasalnya, tes kreativitas menghadapi berbagai jawaban, tapi tetap harus relevan dan mengandung makna. "Jadi, bisa saja penilaiannya subjektif kalau pihak penyelenggara tes tak betul-betul mahir melakukan proses skoringnya."

MENSTIMULASI KREATIVITAS Menstimulasi kreativitas anak memang penting, tapi Utami mengingatkan agar sebelumnya orang tua memperhatikan faktor rasa aman dan nyaman. Caranya dengan: * Menciptakan kondisi lingkungan rumah yang ramah dan aman agar anak merasa bebas dan tidak takut-takut mengemukakan pikiran dan perasaannya. * Ciptakan pula suasana rumah yang nyaman agar anak tak merasa tegang, sehingga dapat bebas berekspresi. Jika suasana aman dan nyaman sudah terpenuhi, barulah orang tua secara proaktif merangsang agar anak kreatif melalui berbagai cara berikut: * Memberikan berbagai permainan yang merangsang kreativitas, semisal balok-balok yang bisa dibentuk menyerupai berbagai macam benda. Tak perlu memberinya gambar atau contoh hasil bentukan balok tersebut karena dengan begitu anak justru jadi tidak kreatif. Agar kreatif, biarkan anak berimajinasi sendiri menyusun balok-balok sesuai yang ia inginkan. * Berikan juga permainan seperti lego atau puzzle dan mainan lainnya yang bisa merangsang rasa ingin tahu si prasekolah. Akan tetapi, upaya menstimulasi kreativitas ini sebaiknya tetap harus dilakukan dengan cara bermain agar pemikiran/gagasannya muncul secara spontan. * Berikan sarana berupa kertas dan pensil warna agar anak belajar menggambarkan sesuatu secara detail. Ketika menggambar sebuah apel, contohnya, anak tak sekadar membentuk sebuah lingkaran, melainkan juga membuatkan daun dan tangkainya, bahkan melengkapinya dengan gambar seekor ulat yang berada di apel itu. * Ajak anak untuk bermain dengan kata-kata atau teka-teki agar pola pemikirannya tak kaku dan dapat melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang. * Jika anak sudah masuk playgroup, ada baiknya orang tua membicarakannya dengan pembimbing bagaimana cara menstimulasi anak agar kreatif dan tak sekadar bermain. BILA TERLAMBAT DIRANGSANG Setiap anak pada dasarnya memiliki potensi masing-masing. Bakat yang disandang anak berasal dari pembawaan dan pengalamannya. Kalaupun pembawaan seorang anak bisa mencapai tingkat kreativitas yang tinggi, belum tentu ia mampu mewujudkan potensinya itu. Terutama bila lingkungan keluarganya miskin stimulasi, seperti orang tua bersikap otoriter, kelewat membatasi atau kurang memberikan kebebasan pada anak, dan tak terbiasa mendengarkan pendapat serta ide anak.

Menurut Utami, stimulasi kreativitas anak sangat membutuhkan peran orang tua, khususnya pada tahun-tahun pertama kelahiran sampai anak berusia 5 tahun. Jika ia baru mendapat stimulasi ketika memasuki usia SD, tentu saja hasilnya jauh ketinggalan dibanding mereka yang sejak lahir/bayi sudah dirangsang. Meski demikian, orang tua tetap harus optimis. "Jangan pernah merasa terlambat. Lebih baik memulai sekarang daripada tidak sama sekali." PATUH BUKAN CIRI ANAK KREATIF Utami pernah melakukan sebuah penelitian untuk mengukur pengetahuan para orang tua dan guru mengenai ciri-ciri anak yang penting untuk dikembangkan agar ia kreatif. Kebanyakan responden ternyata menyebut ciri-ciri yang justru tak ada hubungannya dengan kreativitas. Di antaranya, sehat, patuh, sopan, rajin, tekun dan ulet. Sedikit sekali yang mengemukakan ciri-ciri kreatif, seperti rasa ingin tahu yang tinggi dan imajinatif. "Ini menunjukkan mereka kurang tahu soal kreativitas. Kalau mengenai kreativitas itu sendiri saja kurang tahu, bagaimana mungkin mereka tahu cara mengembangkannya," komentar Utami. Masih menurutnya, anak-anak yang memiliki taraf kecerdasan maupun tingkat kreativitas tinggi ternyata menunjukkan prestasi belajar yang sama. Dalam arti, walaupun seorang anak memiliki IQ yang rendah, tapi kalau CQ-nya tinggi, ia bisa mencapai prestasi yang sama tinggi dengan anak yang IQ-nya tinggi. "Jadi, kreativitas juga penting untuk prestasi belajar. Namun sayangnya guru dan orang tua lebih menyukai anak yang cerdas daripada anak yang kreatif. Boleh jadi karena anak kreatif seringkali justru menyulitkan mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkannya." (tabloid-nakita)

Label: Kreatifitas Bookmark this post:

PENGENALAN Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau inginkan mencapai sesuatu matlamat. Motivasi boleh juga dikatakan sebagai rancangan atau kehendak untuk menuju kejayaan dan mengelakkan dari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah proses

menghasilkan tenaga oleh keperluan diarahkan untuk mencapai sesuatu matlamat. Seseorang yang mempunyai motivasi bermakna ia telah memperolehi kekuatan untuk mencapai kecemerlangan dan kejayaan dalam kehidupan.. Dalam satu-satu kelompok kumpulan, motivasi menjadi penggerak kepada kejayaan kumpulan. Dengan adanya motivasi, maka wujudlah kerjasama, sifat suka tolongmenolong antara satu sama lain. Motivasi memainkan peranan yang sangat penting dalam bidang pendidikan. Guru dan murid memerlukan motivasi untuk mengerakkan dirinya untuk mencapai kualiti kerja atau kejayaan yang lebih cemerlang. Di sini motivasi boleh ditakrifkan sebagai kebolehan atau persetujuan yang dilaburkan untuk mengembangkan tenaga demi mencapai matlamat atau juga penghargaan. Oleh yang demikian motivasi adalah merupakan keadaan apabila keperluan manusia itu dipenuhi dengan diberi ganjaran dan sesuatu status yang baik. Ekoran daripada itu, mereka akan bekerja dengan lebih baik kerana tiada lagi kebimbangan, rasa selamat dan kehidupan yang terjamin telah tersedia untuk mereka. Begitu juga dengan kepuasan, jika seseorang itu diberi motivasi, maka secara tidak langsung kehendak mereka telah dipenuhi . Terpenuhnya kehendak dan kemahuan oleh seseorang itu boleh memberikan suatu kepuasan yang tidak terhingga pada diri seseorang. Pada masa yang sama guru juga menjadi motivator kepada pelajar-pelajarnya untuk berjaya dalam kehidupan mereka. Seorang guru yang baik mesti mempunyai motivasi yang dinamik, cekap dan sentiasa berusaha untuk memajukan serta meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dalam bilik darjah. Guru yang bermotivasi juga mempunyai tenaga untuk menjadi penggerak kepada pelajar-pelajarnya. Pelajar yang bermotivasi ialah pelajar yang mempunyai minat untuk belajar bagi mencapai matlamatnya. Mereka akan mendengar dan memberikan perhatian sepenuhnya kepada pelajarannya. Mereka aktif di dalam dan di luar kelas, mudah bertindak dan sedia menerima teguran dan arahan guru. Mereka boleh berdikari dan suka memberikan pandangan dan pendapat dalam kelas. Pelajar-pelajar seperti ini mempunyai penggerak dalam dirinya untuk mencapai kecemerlangan akademik dan juga dalam hidup keseluruhannya. Oleh itu pengajaran dan pembelajaran yang berkesan di sekolah boleh dicapai melalui guru dan pelajar yang sentiasa bermotivasi. Ahli-ahli psikologi berpendapat bahawa tingkah laku manusia boleh dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adakalanya manusia bertindak berdasarkan perasaan dan nalurinya sendiri dan juga kadangkala dipengaruhi oleh persekitaran sekeliling. Melalui apa cara pun, manusia bertindak untuk mencapai sesuatu matlamat dan ia akan mencari jalan yang paling mudah untuk mancapai matlamat tersebut. Apa yang mendorong manusia bertindak untuk sesuatu tujuan itu ialah apa yang

dinamakan motivasinya Untuk memahami dengan lebih mendalam tentang tindakan manusia ini kita perlulah mengkaji beberapa teori yang berkaitan. Jadi teori yang akan diketengahkan disini ialah tentang teori motivasi Maslow . 2.0 Teori Motivasi Maslow Struktur dan fungsi di dalam badan organisme mempunyai keperluan yang tertentu. Telah diakui bahawa manusia sebagai makhluk yang paling tinggi mempunyai keperluan yang kompleks. Berdasarkan Atan Long ( 1976 : 131 ), Maslow (1954) telah menjelaskan bahawa keperluankeperluan manusia itu berperingkat-peringkat. Sesuatu peringkat keperluan yang lebih tinggi tidak mungkin diperolehi sebelum keperluan yang lebih rendah peringkatnya dipenuhi terlebih dahulu. Pada peringkat yang paling asas terdapat keperluan hayat ataupun keperluan fisiologi. Setelah keperluan ini dipenuhi baharulah keperluan keselamatan, diikuti keperluan kasih-sayang, seterusnya peringkat penghargaan kendiri atau penghormatan diri dan peringkat tertinggi atau puncak bagi keperluan manusia adalah peringkat keperluan bagi penyempurnaan kendiri. Peringkat keperluan manusia mengikut teori Maslow ini dapat dilihat seperti rajah di bawah.

1. Keperluan Estetik 2. Keperluan Mengetahui 3. Penyempurnaan Diri 4. Penghargaan Kendiri 5. Kasih Sayang 6. Keselamatan 7. Fisiologi

Model Maslow yang berbentuk peringkat itu merupakan perkembangan ontological individu kerana setiap peringkat perkembangan perlu dilalui oleh individu misalnya pada masa bayi atau kanak-kanak, individu memerlukan perlindungan dan keselamatan, diikuti dengan kasih-sayang, dan penghormatan diri dan keperluan ini terus bertambah sehingga kepada peringkat penyempurnaan kendiri. Kajiannya mendapati semakin tinggi keperluan individu itu maka semakin kurang pergantungan kepada persekitaran social kerana dalam hal ini individu menggunakan pengalaman lampau untuk menentukan tingkah-lakunya. Pada masa ini motivasi bergantung kepada kemahuan dalaman, kemampuan, potensi, bakat, dan kreativiti impuls individu. Sementara itu persekitaran sosial merupakan faktor desakan dalam mencapai kemahuan ini. Maka dengan itulah juga Maslow

menamakan keperluan peringkat terbawah sebagai keperluan kekurangan dan peringkat paling tinggi sebagai keperluan perkembangan. 2.1 Keperluan Fisiologi Mengikut teori Maslow, peringkat ini merupakan keperluan yang paling asas. Keperluan ini adalah penting bagi kehidupan sesuatu organisme, apatah lagi manusia. Keperluan asas ini merangkumi apa yang diperlukan untuk diri atau fizikal seseorang seperti keperluan mendapatkan makanan, minuman dan tempat tinggal. Membicarakan teori motivasi Maslow dalam konteks pendidikan, pelajar-pelajar yang mendapat kurang makanan tidak dapat menumpukan perhatian yang sepenuhnya terhadap pelajaran mereka. Ini kerana kesan daripada kekurangan keperluan ini akan mengakibatkan kesihatan pelajar terganggu atau terjejas. Bagi mengelakkan perkara ini berlaku, para guru sepatutnya memberikan perhatian dan mengambil berat kepada tanda-tanda yang menunjukkan apa-apa kekurangan dari segi fizikal pelajar itu. Sekiranya keperluan ini tidak dipenuhi pelajar akan kurang bermotivasi atau berminat terhadap pelajaran. Selain itu, salah satu lagi yang termasuk dalam keperluan asas manusia adalah keperluan seks. Keperluan ini akan mencapai kemuncaknya apabila seseorang itu mencapai peringkat baligh. Melalui keperluan ini, setiap individu dapat mengetahui peranan jantina masing-masing. Mereka perlu berkahwin untuk memenuhi keperluan seks. Bagi remaja yang cuba memenuhi keperluan seks melalui hubungan seks yang tidak selamat, boleh mendatangkan penyakit yang berbahaya kepada mereka. Kekurangan keperluan seks boleh menyebabkan seseorang individu tidak dapat melakukan tugasan lain kerana keperluan ini adalah merupakan keperluan utama yang perlu dipenuhi terlebih dahulu. 2.5 Keperluan Keselamatan Telah menjadi lumrah setiap yang bernyawa, aspek keselamatan amat penting dalam hidup. Demikianlah tiap-tiap individu memerlukan keperluan ini tetapi dengan kekuatan yang berbezabeza.. Ada individu yang kurang mempunyai keperluan ini dan menjadikannya lebih gemar bersendirian, tetapi ada individu yang mempunyai keperluan ini dengan kuatnya sehingga menjadikannya bergantung di dalam banyak hal kepada orang lain. Keperluan ini boleh jadi timbul daripada keadaan anak-anak kecil yang tidak dapat hidup dengan sendirinya dan memaksa ia bergantung kepada orang dewasa terutama ibu bapa untuk mendapatkan keperluan ini agar ia sentiasa dilindungi. Sebagai contoh semasa dalam kesakitan seorang kanak-kanak amat memerlukan jagaan ibu bapa. Sikap kepekaan dan keprihatinan seorang ibu atau bapa yang bertanggungjawab diharapkan demi menjaga keselamatannya dan hasil penyelidikan yang dibuat oleh Harlow dan

Zimmerman (1958) berdasarkan kajiannya turut menunjukkan betapa pentingnya perdampingan dan sentuhan orang dewasa kepada seseorang kanak-kanak. Hal yang sedemikian turut berlaku di dalam kelas. Pelajar-pelajar memerlukan keselamatan daripada seorang guru iaitu dalam bentuk disiplin. Oleh itu dari peringkat awal lagi, kanak-kanak perlu diajar akan disiplin ini. Mereka tidak boleh dibiarkan mendisiplinkan diri mereka sendiri. Sebagai seorang yang berpengalaman, wajarlah ibu bapa memainkan peranannya dalam mendidik dan mengajari kanak-kanak akan hal ini. Di dalam kelas guru pula berperanan besar. Keselamatan di dalam kelas dapat dijamin jikalau seseorang guru itu bertindak dengan konsisten. Ini kerana pelajar-pelajar itu akan dapat belajar dengan lebih berkesan jika mereka dapat mengetahui perasaan atau mood guru itu. Contohnya, cara seseorang guru itu memberikan arahan. Semestinya setiap arahan yang diberi tidak bercanggah. Di samping itu apa yang penting juga guru seharusnya ada sikap toleransi terhadap para pelajarnya. Ini kerana pelajar-pelajar akan berasa selamat dan membolehkan mereka dapat menumpukan perhatian sepenuhnya terhadap proses pembelajaran.

2.3 Keperluan Kasih-sayang Berdasarkan Teori Maslow, turut diperlukan keperluan ini untuk mendapatkan hubungan yang mesra, kasih-sayang, dan perasaan diri. Kebiasaan yang berlaku di dalam kelas, pelajar kadangkadang akan berasa terganggu apabila terjadi perkelahian atau perbalahan antara satu sama lain. Mereka berasakan diri dan emosi mereka berada di dalam keadaan yang tidak stabil menyebabkan tidak dapat menumpukan perhatian terhadap proses pembelajaran mereka. Keadaan ini akan menjadi lebih kritikal dan tegang jikalau mereka dimarahi pula oleh guru dan dikenakan denda. Situasi ini akan menimbulkan rasa tidak senang di kalangan pelajar terbabit dan merasakan diri mereka seolah-olah tidak disukai, dihargai, atau tidak dipedulikan oleh guru mahupun kawankawan. Ekoran daripada itu keinginan, minat, juga kehendak atau motivasi mereka untuk belajar akan pudar dan lenyap. Dalam konteks ini, guru perlulah memberi tunjuk-ajar kepada mereka dengan menasihati atau mengadakan sesi kaunseling untuk mengeratkan hubungan yang baik sesama mereka. Apa yang penting juga ini akan dapat memelihara hubungan yang baik dan mesra di antara pelajar dengan guru. Melalui cara ini, pelajar akan merasakan mereka diterima, dihormati, serta dihargai oleh anggota lain dalam komuniti yang kecil dan mereka ada hak milik keanggotaan dalam komuniti tersebut. Secara tidak langsung, proses pengajaran pembelajaran berjalan dengan baik, harmonis,

lancar, dan berkesan kerana masing-masing individu telah dapat memenuhi keperluan kehendaknya.

2.4 Keperluan Penghargaan Kendiri Satu unsur besar dalam pembinaan konsep kendiri adalah penerimaan. Penerimaan oleh keluarga, guru dan rakan sebaya amatlah penting. Penerimaan bermaksud menghargai sifat-sifat istimewa individu sebagai manusia unik yang bebeza dengan individu lain dari segi sikap, pengetahuan dan kemahiran.Penerimaan bererti memberi peluang kepada individu belajar menerima diri mereka sendiri.Penerimaan rakan sebaya penting supaya mereka tidak merasa tersingkir.Murid yang diterima kerap kali memperolehi prestasi akademik yang tinggi berbanding individu yang tidak diterima rakan sebaya. Murid yang diterima merasai diri mereka dihargai, dikasihi dan bernilaai.Oleh itu mereka dapat berinteraksi secara positif membincangkan masalah pembelajaran dalam kumpulan.Guru perlu menyediakan aktivviti seperti projek-projek bagi setiaap murid supaya mereka dapat berdamping dan mendampingi murid yang lain. Setiap individu memerlukan penilaian yang tinggi dan stabil tentang diri mereka. Bagi memenuhi kehendak atau membolehkan perkara ini berlaku, terlebih dahulu seseorang itu perlu menghormati dirinya sendiri dan berusaha pula menjadikan dirinya dihargai oleh orang lain. Faktor yang penting ialah keperluan ini dapat dipenuhi apabila seseorang itu mempunyai keyakinan diri dan kebebasan, juga pengiktirafan, perhatian, dan penilaian diri orang lain. Konsep ego seseorang itu berkait rapat dengan perasaan penghargaan diri. Berdasarkan Saedah, Zainun, dan Tunku Mohani (1996 : 13) mengungkap kata-kata Kubiniec, 1970, Orang yang mempunyai konsep diri yang kuat lebih berkemungkinan mencapai kejayaan akademik Ini bertepatan sekali jika dihubungkaitkan dengan diri seseorang pelajar itu. Rasa ingin tahu mempunyai pertalian yang erat untuk memenuhi kehendak ini. Rasa ingin tahu ini juga akan menggerakkan pelajar tersebut mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang menarik perhatian mereka. Keinginan ini juga mendorong pelajar untuk belajar dan mencari pengetahuan dengan membaca buku, mentelaah, menjalani proses pembelajaran atau mencuba berbagai-bagai perkara yang belum dialaminya. Oleh itu menjadi tugas seseorang guru memberikan tugasan, yang sesuai untuk diterokai serta yang mampu dan boleh dilaksanakan oleh pelajar. Pelajar akan merasakan diri mereka penting apabila sesuatu tugasan yang diberi dapat dilaksanakan dengan sebaiknya. Ini dapat memupuk diri pelajar untuk lebih berkeyakinan seterusnya keinginan dan minat mereka untuk terus belajar dan berjaya makin meluap-luap. Seseorang guru juga perlu berusaha dan memastikan jangan

ada pelajarnya yang gagal atau tercicir kerana mereka ini akan merasakan penghargaan dirinya amat rendah. 2.5 Keperluan Penyempurnaan Kendiri Konsep kendiri adalah pengertian atau kefahaman seseorang terhadap dirinya sebagai individu yang asing yang memiliki satu ciri-ciri yang unik atau istimewa ( Shaffer,1985 ).Ia membawa maksud bagaiman seseorang individu itu berpendapat dan menganggap dirinya.Penyempurnaan kendiri pula bermaksud apa yang seseorang itu boleh jadi, ia mesti jadi, iaitu potensinya dilahirkan. Anggapan dan pendapat itu adalah berasaskan kepekaan dan kesedaran tentang kekuatan dan kelemahannya.Kesedaran itu pula lahir daripada maklum balas, gerakbalas atau preaksi individu lain disepanjang pergaulan, sosialisasi atau interaksi dengan individu lain. Cohen (1959) menjelaskan bahawa orang yang mempunyai konsep kendiri yang tinggi dikonsepsikan sebagai orang yang menyukai atau menghargai dirinya dengan melihat dirinya berkebolehan dalam hubungan dengan dunia luar. Manakala mereka yang mempunyai konsep kendiri yang rendah pula melihat dirinya sebagai orang yaang membenci dan tidak menghargai dirinya.Iaitu seseorang yang tidak berkebolehan untuk berhubung secara berkesan dengaan persekitarannya. Peringkat penyempurnaan kendiri ini adalah peringkat yang paling tinggi dan hanya diperolehi apabila semua keperluan peringkat bawah itu telah dipenuhi. Demikian pula mengikut Atan Long (1976 : 148) daripada Maslow (1970), keperluan untuk penyempurnaan kendiri itu adalah keperluan yang menjadi kemuncak atau yang tertinggi di dalam peringkat sistem keperluan manusia. Keperluan ini hanya dapat dicapai setelah seseorang itu memenuhkan keperluan lain yang terdapat pada peringkat yang lebih bawah di dalam sistem keperluan tadi. Menurutnya lagi, keperluan penyempurnaan diri ini merupakan pemenuhan keseluruhan keperluan manusia. Ini bermakna seseorang yang telah mencapai peringkat ini telah dapat memenuhi keperluan untuk mendapatkan keindahan dan estetika; ia telah dapat dengan sepenuhnya akan makna hidup; ia dapat menerima keadaan dirinya dan orang lain; ia merasakan gembira tentang nikmat hidup dan telah menggunakan kebolehannya dengan semaksimanya. Penerimaan diri berlaku melalui sosialisasi dengan individu lain.Sikiranya individu itu diterima oleh orang lain, dia juga akan menerima dirinya.Penerimaan diri boleh mempengaruhi tindak tanduk individu dalam menghadapi cabaran hidup ini.Manakal perhargaan diri pula bermaksud sikap penerimaan atau tidak penerimaan individu terhadap dirinya.Individu yang tinggi penghargaan dirinya selalu berkebolehan membenteras dan mengatasi kegawatan persenoliti serta kurang upaya mengendalikan masalah yang timbul dalam hidupnya.

Untuk membina konsep kendiri yang positif ibu pada dan para pendidik perlu memberi dorongaan, bantuan dan sokongan kepada murid. Bantuan kemudahan dan sokongan moral perlu dalam pembelajaran mereka. Ibu bapa dan pendidik juga perlu menyediakan segala jenis pengalaman hidup untuk membantu murid mengembangkan bakat atau potensi mereka. Dalam meniti arus kehidupan untuk membantu murid mengembangkan bakat atau potensi mereka. Di sekolah, terdapat banyak ruang atau peluang-peluang yang diberi atau disediakan kepada pelajarpelajar untuk mencapai peringkat penyempurnaan kendiri ini seperti pemilihan aktiviti oleh pelajar sendiri, rancangan belajar yang bebas juga sesi bimbingan kaunseling. Melalui aktiviti-aktiviti tersebut pelajar dapat memilih jenis pengetahuan atau kemahiran yang mereka kehendaki dan mereka juga bebas menggunakan masa untuk mengembangkan pengetahuan atau kemahiran itu Apabila pelajar berusaha untuk mencapai peringkat penyempurnaan kendiri, maka mereka mesti belajar dengan tekun, bersungguh-sungguh, serta melipatgandakan usaha melalui arah yang tegas dan berdisiplin. Di samping itu pelajar juga perlu mengetahui had aktiviti mereka. Dalam membantu para pelajar berjaya mencapai sehingga peringkat ini, guru perlu memainkan peranannya. Guru harus membantu menyuburkan minat, bakat, juga kebolehan pelajar dengan menjadi pembimbing atau fasilitator kepada mereka. Dengan ini pelajar dan guru berjalan seiringan dalam memenuhi satu matlamat. Kesan daripada itu proses pengajaran serta pembelajaran dapat ditingkatkan seterusnya mendatangkan manfaat kepada semua pihak. 2.6 Keperluan Mengetahui Keperluan mengetahui adalah berkaitan dengan perasaan ingin tahu sesuatu perkara. Ia berhubung juga dengan keperluan mencari, menyusun serta menganalisis sesuatu maklumat. Untuk mengetahui sesuatu perkara, seseorang itu mestilah berusaha mencari jawapan mengenai makna kehidupannya dan tentang kewujudan dirinya. Dalam konteks sekolah, guru mestilah sentiasa mengajar dengan cara ikuiri penemuan dan kajian supaya semua pelajar dapat melibatkan diri dalam proses mencari maklumat dan pemikiran reflektif. 2.7 Keperluan Estetik Keperluan estetik adalah merujuk kepada keperluan manusia untuk memiliki dan memahami keindahan dan kecantikan dalam dirinya. Salah satu untuk memiliki perasaan tersebut adalah dengan cara memiliki baranganyang cantik dan mempunyai unsur-unsur kesenian dalam dirinya. Akibat keperluan ini manusia sanggup membelanjakan beratus malahan beribu ringgit untuk memiliki barangan yang indah . Dalam konteks sekolah pula, pelajar perlu digalakkan supaya lebih melibatkan diri dalam aktiviti-

aktiviti yang dapat mengembangkan otak kanan mereka seperti dalam bidang drama, muzik dan sebagainya. 3.0 APLIKASI Tugas guru semakin mencabar semasa menjalankan tugasnya sebagai pendidik dewasa ini.Dalam pengajaran dan pembelajaran, motivasi dianggap sebagai satu unsur yang membolehkan murid melibatkan diri secara aktif.Di samping itu ianya menjadikan proses pembelajaran berlaku dalam situasi yang bermakna,berfaedah dan menyeronokan.Guru merupakan penggerak kepada muridnya supaya berjaya dalam pembelajaran. Guru hendaklah sentiasa memberi peneguhan serta-merta kepada muridnya apabila mereka memperlihatkan tingkahlaku positif. Peneguhan ini boleh diberi dalam pelbagai bentuk seperti pujian, senyuman atau hadiah. Secara tidak langsung dapat mempertingkatkan lagi aras motivasi serta meningkatkan prestasi murid-muridnya. Guru perlu memastikan setiap mata pelajaran yang diajar menarik minat muridnya. Guru mesti menentukan proses pengajaran dan pembelajaran itu sentiasa aktif, bersifat menyelidik, menyeronokkan dan bermanafaat. Aktiviti pembelajaran perlu menggalakkan interaksi sosial dan interaksi dalam kumpulan. Penyampaian pengajaran yang tidak menarik boleh menyebabkan muridmurid merasa bosan. Oleh itu, guru perlu menyerapkan pelbagai unsur aktiviti seperti proses penyelidikan, keseronokan dan sebagainya.Guru boleh menyuruh murid ke perpustakaan atau makmal komputer untuk mencari maklumat tentang topik-topik yang berkaitan dengan pelajaran yang dipelajari.Guru juga boleh mengadakan lawatan sambil belajar ke tempat-tempat yang bersejarah atau tempat yang sesuai dengan pelajaran.Ini adalah berguna untuk pelajar yang mempunyai gaya pembelajaran pragmatis kerana mereka dapat melihat pertalian antara teori dan fakta yang dipelajari dengan situasi sebenar.Selain itu, guru boleh mengadakan pusat atau ruang untuk sudut mata pelajaran bagi mempamerkan segala alat bantu mengajar seperti carta, peta dan sebagainya. Guru menggalakkan murid-murid menggunakan pelbagai bahan rujukan.Guru tidak boleh mengharapkan kepada buku teks sahaja.Guru perlu menggunakan pelbagai bahan yang mempunyai unsur-unsur kreatif seperti bahan dari internet, komik, CD-ROM , bahan-bahan daripada akhbar dan bahan-bahan bacaan lain.Murid mesti digalakkan untuk menghasilkan ciptaan berdasarkan idea-idea dan minat sendiri.

4. 0 KRITIKAN Teori Maslow tentang keperluan telah menerima kritikan. Terdapat dua kelemahan teori motivasi Maslow. Pertamanya tentang keperluan individu. Keperluan individu tidak selalunya mengikut susunan hierarki sepertimana yang telah dinyatakan di atas tadi. Keduanya, keperluan seseorang murid berbeza kerana menjadi ketara mengikut tempoh atau masa sesuatu tugas dijalankan. Walau bagaimanapun strategi Maslow membuat kategori keperluan, menentukan hierarki yang mustahak amat bermanfaat dalam meninggikan motivasi kerja. 4.1) Teori kognitif Tentang Motivasi. Penganut teori-teori kognitif berpendapat bahawa individu bermotivasi apabila mereka mengalami keadaan ketidakseimbangan kognitif atau satu keinginan mencari penyelesaian kepada sesuatu masalah. Guru perlu menentukan muridnya mengalami keinginan mencari maklumat atau penyelesaian. Guru juga perlu memastikan pembelajaran berlaku. 4.2) Teori Motivasi Pencapaian. Menurut teori ini, pencapaian seseorang individu cenderung untuk berjaya atau mencapai kejayaan ke aras yang paling tinggi.Pada masa yang sama, mereka akan mengelakan kemungkinan mengalami kegagalan.Apabila murid berjaya, mereka membina matlamat yang realistik bagi diri mereka dan kejayaan tersebut telah menguatkan keperluan untuk pencapaian selanjutnya.

5.0 PENUTUP Sesuatu matlamat pada satu peringkat berjaya dicapai akan menimbulkan perasaan untuk memenuhi kepuasan pada peringkat yang lebih tinggi. Oleh itu pendidik harus mengetahui langkahlangkah yang praktikal sejajar dengan diri seseorang pelajar demi hendak memenuhi kehendak pelajar. Dengan itu kepuasan belajar dalam keperluan motivasi boleh dicapai seterusnya menanamkan minat pelajar mengembangkan potensinya. Jelaslah bahawa keperluan itu mempunyai matlamat yang mesti dicapai bagi memenuhkan keperluan tersebut. Matlamat ini mempunyai nilai yang tertentu kepada seseorang mahupun seorang pelajar yang memerlukannya. Teori Hiraki Maslow tegas memberi konsep bahawa perkembangan individu atau pelajar ini perlu melalui beberapa tingkat kepuasan atau dengan kata lain proses perkembangan individu itu merupakan satu usaha yang berterusan dalam persekitaran sosial sehingga mencapai kecemerlangan. Oleh itu bagi meninggikan atau mempertingkatkan lagi proses pengajaran juga pembelajaran di dalam kelas, guru seharusnya peka dan bijak menentukan apa keperluan seseorang pelajar. Dengan

menyedari keperluan seseorang pelajar guru dapat mengatur strategi serta alternatif yang lebih praktikal demi kecemerlangan yang semaksimumnya.

BIBLIOGRAFI 1. Atan Long (1976). Psikologi Pendidikan. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka. 2. Drs. Wasty Soemato (1987), Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Bina Aksara. 3. Lester D. Crow, Alice Crow (1980). Psikologi Pendidikan Untuk Perguruan. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.

4. Lingren (1959), Psychology of Personal and Social Adjustment, Second Edition, New York. American Book Company. 5. Mok Soon Sang (2000). Nota dan Latihan Ilmu Pendidikan : Pendidikan di Malaysia dan Psikologi Pendidikan 1. Kuala Lumpur : Kumpulan Budiman Sdn. Bhd.

6. Moustakas (1953), Children in Play Therapy, New York, McGraw-Hill Book Company.

7. Rohaty Mohd. Majzud (1992), Psikologi Perkembangan,Kuala Lumpur, 8. Saedah, Zainun, Tunku Mohani (1996). Motivasi Dalam Pendidikan. Kuala Lumpur : Utusan Publications & Distributors Sdn. Bhd.. 9. Sufean Hussain (1993). Pendidikan di Malaysia : Sejarah, Sistem dan Falsafah. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka

3.0 PENGUKURAN KREATIVITAS Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung dan tidak langsung, dan dapat menggunakan metode tes dan non- tes. Ada pula alat untuk mengukur cirriciri kepribadian kreatif, dan dapat dilakukan pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif.

Sesuai dengan definisi USOE (U. S Office of Education) yang membedakan enam jenis bakat dikembangkan alat identifikasi untuk masing-masing bidang tertentu. Untuk mengukur kemampuan intelektual umum, tes individual lebih cermat, tetapi lebih banyak memakan waktu dan biaya. Yang sudah dugunakan di Indonesia adalah tes Stanford-Binet dan Wechsler intelligence Scale for Children. Tes inteligensi kelompok lebih efisien dalam ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah kita tidak tahu apakah prestasi anak sudah optimal. Di Indonesiayang sudah banyak digunakan adalah tes Progressive Matrices, Culture-Fair Intelligence Test dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia yang khusus dikontruksi untuk Indonesia. Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang untuk Indosnesia, dapat digunakan untuk mengukur bakat akademik, misalnya sejah mana seseorang mampu mengikuti pendidikan tersier. Tes untuk mengukur bakat kepemimpinan belum banyak digunakan di Indonesia, demikian pula tes untuk mengukur bakat dalam salah satu bidang seni atau bakat psikomotorik. Tes luar negeriyang mengukut kreativitas adalah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan kerncian dalam berpikir. Tes Torrance untuk mengukur berpikir kreatif (Torrance Test of Creative Thinking) dapat digunakan mulai usia prasekolah sampai tamat sekolah menengah, mempunyai bentuk verbal dan figural. Tes ini telah digunakan di Indonesia untuk tujuan peneltian. Tes lainnya untuk mengukur berpikir kreatif dan termasuk baru ialah Tes Berpikir Kreatif-Produksi Menggambar (TRest forCreative Thinking-Drawing Production) dari Jellen dan Urban (1985). Penilaiannya mencakup sembilan dimensi. Tes yang khusus di konstruksi di Indonesia ialah Tes Kreativitas Verbal (Utami Munandar,1977). Tes ini disusun berdasarkan model Struktur Intelekdari Guilford, dengan dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten, dimensi berpikir verbal, dan berbeda dalam dimensi produk. Untuk setiap kategori produk ada satu sub-tes. Ada enam sub-tes, yaitu permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata,

sifat-sifatyang sama, macam-macam penggunaan, dan apa akibatnya. Setiap sub-tes terdiri dari empat butir. Pada bentuk parallel (ada dua bentuk) hanya dua butir. Tes ini seperti tes Guilford mengukur kelancara, kelenturan, orisionalitas, dan elaborasi dalam berpikir. Tahun 1986 telah dilakukan penelitian pembakuan TKVyang menghasilkan nilai baku untuk umur 10 18 tahun, dan pengukuran Creative Questient . Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari Torrance Circles Test , dan dibukukan untuk umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. TKF kecuali mengukur aspek kreativitas tersebut di muka, juga mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk kombinasi antara unsure-unsuryang diberikan. Skala Sikap Kreatif yang juga khusus disusn di Indonesia mengukur dimensi efektif dari kreativitas, yaitu sikap kreatif, yang dioperalisasi dalam tujuh dimensi. Skala ini disusun untuk anak SD dan SMP. Skala Penilaian Anak Berbakat oleh Guru disusun oleh Renzulli dan terdiridari empat sub-skala, yaitu untuk mengukur fungsi kognitif (belajar), motivasi, kreativitas dan kepemimpinan. Sub-skala untuk kreativitas meliputi 10 butir untuk dinilai guru. Akibat kesuliatan dalam menggunakan alatdari Renzulli, maka disusun Alat Sederhana untuk Identifikasi Kreativitas, dengan format untuk Sekolah Dasar dan format untuk Sekolah Menengah. Disnilah dimensi kreativitas digabungka dengan dimensi laindari keberbakatan.

Skala Nominasi Keberbakatan yang dapat digunakan oleh guru, teman sebaya, dan diri sendiri dikembangkan oleh Lydia Freyani Akbar untuk siswa SD. Ketiga skala tersebut ternyata mempunyai hubungan yang bermakan dengan pengubah keberbakatan. Sama dengan inteligensi, pengukuran kreativitas bisa diobyektifkan. Yaitu dengan memberikan suatu hal (misalnya: pinsil) untuk merangsang pemikiran manfaat dari benda tsb. (misalnya: untuk menulis, menggambar, mengorek, menggaris, melempar, batas halaman buku, mencungkil, dsb.). Makin banyak alternatif yang bisa dikembangkan, makin tinggi skornya, yang juga berarti makin kreatif. Skor kreativitas itu dinamakan CQ (creative quotient), yang diperoleh juga dengan cara

membandingkan prestasi seseorang dengan kelompok sebayanya.

Pencarian pengukuran proses kreatif,pemikiran primer didapat menggunakan deretan pemikiran divergent.Pada satu waktu,antara peneliti dan pembelajar menggunakan tes proses kreatif untuk beberapa decade,dan tes pemikiran divergent menjadi popular mengukur dari proses dan potensial kreatif. Tes pemikiran divergent meminta individu untuk menghasilkan beberapa respon tepat khusus, perbedaannya jelas menstandarisasi tes prestasi atau kemampuan membutuhkan satu jawaban yang benar.Diantara tes pemikiran divergent pertama yang dikeluarkan oleh Guilford(1967) structure of the intellect(SOI)divergent production test,Torrance s (1962,1974) test of creative thinking (TTCT). Hampir semua dari tes-tes ini digunakan secara luas dalam penelitian dan pelajaran kreatifitas. The SOI test,terdiri dari beberapa tes yang subjeknya diminta menunjukkan fakta-fakta beberapa hasil area yang berbeda.Tes SOI ini mempresentasikan beberapa aspek dari (1)ketepatan,(2)kelenturan, (3)keaslian,(4)Inovasi ide terdahulu. Getzels dan Jackson (1962) and Wallach dan kogan (1965) mengembangkan deretan pemikiran divergent yang hampir sama dengan SOI tes.Sebagai contoh,The Instances Test meminta student list as many things that move on wheels,(Wallach dan Kogan, 1965) di variasi dari penggunan tes,student memberikan respon yang tepat ceritakan pada saya cara berbeda penggunaan kursi .Tes lainnya dari deretan tes kreatif memasukkan asosiasi kata,melekatkan angka atau bilangan,penyelesaian cerita, problem bangunan tugas-tugas dan interpretasi susunan gambar dan warna,dan interpretasi bermacam masalah . (Sternberg J.Robert, (1999),Handbook of Creativity, Cambridge University Press,United State of America)

B. CONTOH - CONTOH ALAT UKUR KREATIVITAS Tes yang mengukur kreatifitas secara langsung, sejumlah tes kreatifitas telah disusun,diantaranya tes dari Torrance untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of Creative Thingking : TTCT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural.Yang terakhir sudah ada yang diadaptasi untuk Indonesia,yaitu tes

lingkaran(circles test) dari Torrance. Tes ini pertama kali digunakan di Indonesia oleh Utami Munandar (1977) dalam penelitian untuk disertasinya Creativity and Education, guna membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran kreativitas figural.Kemudian tahun 1988 Jurusan Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia melakukan penelitian standarisasi tes lingkaran,dan tes ini kemudian disebut tes kreatifitas figural.Ditentukan nilai baku untuk usia 10 sampai dengan 18 tahun. Tahun 1977 untuk diperkenankan Indonesia,yaitu tes kreatifitas pertama Verbal yang oleh khusus Utami

dikonstruksikan

Tes

Kreatifitas

Munandar,berdasarkan konstruk Model Struktur Intelek dari Guilford. Tes yang mengukur Unsur-unsur kreatifitas, Kreatifitas merupakan suatu konstruk yang multi-dimensional,terdiri dari berbagai dimensi,yaitu dimensi kognitif (berfikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian),dan dimensi psikomotor (keterampilan kreatif).Masing-masing dimensi meliputi berbagai kategori,seperti misalnya dimensi kognitif dari kreatifitas-berfikir divergen-mencakup antara lain, kelancaran, kelenturan dan orisinilitas dalam berfikir,kemampuan untuk merinci (elaborasi) dan lain-lain.Untuk masing-masing unsure dikonstruksi tes tersendiri, misalnya untuk orisinalitas. Beberapa contoh tes yang mengukur orisinalitas adalah : tes menulis cerita. Tes penggunaan batu bata yang meminta subjek untuk memikirkan berbagai macam penggunaan yang tidak lazim untuk batu bata,tes purdue yang biasanya digunakan dikawasan industry juga meminta subjek untuk memberi macammacam gagasan untuk penggunaan benda-benda yang berkaitan dengan industry. Tes yang mengukur ciri kepribadian kreatif, dari berbagai hasil ditemukan paling sedikit 50 ciri kepribadian yang berkaitan dengan kreatifitas;dari ciri-ciri ini disusun skala yang dapat mengukur sejauh mana seseorang memiliki ciri-ciri tersebut.beberapa tes mengukur ciri-ciri tersebut.Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus,diantaranya adalah: a. Tes mengajukan pertanyaan,yang merupakan bagian dari tes Torrance untuk berfikir kreatif dan dimaksudkan untuk mengukur kelenturan berfikir.

b. Tes Risk Taking,digunakan untuk menunjukkan dampak dari pengambilan risiko terhadap kreatifitas. c. Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan prefensi untuk ketidakteraturan,sebagai salah satu cirri kepribadian kreatif d. Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri dengan peran jenis kelaminnya.Alat yang sudah digunakan di Indonesia ialah Ben Sex Role Inventory. Mengatasi keterbatasan dari tes kertas dan pensil untuk mengukur kreatifitas,dirancang beberapa pendekatan alternative: a. Daftar periksa (Checklist) dan Kuisoner, alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif. b. Daftar pengalaman, teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang dimasa lalu. Beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara laporan diri dan prestasi kreatif dimasa depan.Format yang paling sederhana meminta seseorang menulis autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas prilaku kreatif. c. Bagian dari berfikir kreatif. Asumsi kita adalah bahwa kreatif proses yang bergerak salah satunya karena suatu masalah telah teridentifikasi atau karena orang berlomba-lomba untuk menghasilkan sesuatu yang sebelumnya dianggap belum ada dan tidak mungkin,atau karena seseorang ingin mengetahui apa yang mungkin jika suatu aktifitas telah berjalan,orang kemudian harus mulai berfikir tentang berbagai arah tujuannya. Sekarang kita sampai pada inti dari proses ide kreatif,dalam konteks ini,(Guilford (1950 )mengacu pada munculnya ide-ide ini tampak nyata ketika ide ini digunakan pada kesempatan sehingga berguna atau bermanfaat,Guilford berpendapat juga bahwa kelancaran ide/gagasan adalah kapasitas untuk menghasilkan sebuah angka besar Dari ide-

ide dalam periode waktu yang diberikan,yang relavan dengan beberapa situasi,ini menjadi salah satu karakter berfikir positif. Selain itu untuk menjadi lancar dalam menghasilkan ide,pemikir kreatif juga harus menjadi pemikir yang fleksibel.Pendapat Guilford,berfikir negative dapat mungkin memerlukan bahwa menjauh dari suatu kebiasaan berfikir dan meninggalkannya kemudian masuk dalam pola fikir yang baru. Pemikir kreatif selalu menghasilkan ide yang original.Orang yang menghasilkan banyak ide-ide original, dalam pandangan Guilford adalah orang yang juga menghasilkan solusi yang kreatif untuk sebuah masalah.Guilford menyatakan kelancaran flexibilitas, originalitas dan combinasi pengukuran kedalam cara berfikir divergen.

Sejauh ini bahwa Guilford menggunakan keahliannya dengan tes IQ dan pengembangan tes untuk mengukur kapasitas berfikir,lebih lanjut lagi persamaan psikometri dengan IQ,Guilford percaya bahwa masing-masing orang mempunyai kemampuan berfikir kreatif. Ini berarti kemampuan berfikir divergen, terditribusi dengan normal diantara populasi. Orang yang menghasilkan kemajuan - kemajuan kreatifitas (Picasso, Edison, Mozart) menjadi bagian dari kapasitas berfikir divergen untuk derajat yang luar biasa,tetapi tiap orang mempunyai beberapa kemampuan,jika satu dari kemampuan ini tidak dites dengan membuat suatu asumsi,ini bisa jadi bukan tes kreatifitas dan kepribadian kreatif,oleh karena itu tes yang lain harus diasumsikan sebagai kelanjutan diantara proses-proses. (Weisberg W.Robert,(2006), Creativity-Understanding Innovation in problem solving, science, inventions, and the arts, John Wiley & Sons,Inc) C. RELIABILITAS DAN VALIDITAS Pertanyaan pertama yang mesti diajukan tentang setiap instrumen

pengukuran,apakah itu bathroom scale atau kapasitas berfikir kreatif (creativethinking capacity) apakah ini reliabel?artinya apakah test itu memberikan hasil (outcomes) yang konsisten.stabilitas test melewati berbagai administrasi disebut testretest reliability mendemonstrasikan reliabilitas test-retest merupakan kepentingan

kritis bagi setiap tes, karena ini berarti kita bisa memiliki rasa percaya diri dalam skor yang dihasilkan oleh orang-orang ketika mereka menggunakannya. Bentuk lain reliabilitas menjadi penting ketika sebuah instrumen pengukuran mengandung aitem-aitem majemuk. Salah seorang menggabungkan aitem-aitem itu bersama-sama dalam men-skor tiap-tiap orang, karena lebih banyak aitem, maka skor akan lebih stabil.Itu berarti bahwa seseorang akan berharap bahwa aitem-aitem yang beragam akan memberikan support yang hampir sama,sejak mereka teleh merancang mengukur kapasitas yang sama(dalam contoh ini) kapasitas berfikir secara kreatif. Utnuk menentukan konsistensi beragam aitem itu pada tes,seseorang bisa memisahkan tes kedalam bagian-bagian. Seseorang lalu bisa menentukan tiap skor orang pada masing-masing bagian tes. Jika dua perangkat aitem variabel dalam mengukur kapasitas yang sama skor orang yang diberikan pada dua bagian dari tes seharusnya sama,hal ini disebut split half reliability. Studi penelitian telah menemukan bahwa tes berfikir divergent reliable;studi memberikan hasil bahwa tes-tes tersebut beralasan bersifat konsisten,(Baron and Harington,1981) ini berarti sebagaimana dicatat kita bisa percaya diri bahwa skor seseorang bersifat representatif,performansinya walaupun demikian ada satu penyebab yang harus dikemukan disini,kadang-kadang ditemukan bahwa performance pada tes berfikir divergent dipengaruhi oleh kondisi dimana tes di berikan. Sebagai contoh jika anda memerintah orang untuk menjadi kreatif dalam respon,mereka boleh memberi skor lebih tinggi daripada bila anda tidak mengatakan sesuatu tentang menjadi kreatif pada tes. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan berfikir divergent adalah sebuah strategi yang bisa diterapkan kepada situasi pengetesan, daripada beberapa ciri menarik. Ide berubah secara otomatis atau karakteristik seseorang sehingga hal menarik dari temuan-temuan ini adalah bahwa seseorang bisa mengubah performance orang pada tes berfikir kreatif dengan mengatakan kepada mereka untuk menjadi kreatif,sebagai situasi analog,.dalam hal ini adalah ferformance pada tes intelegensi.

Kesimpulan bahwa tes-tes yang di design untuk mengukur kapasitas berfikir kreatif adalah reliable,menimbulkan pertanyaan kedua tentang apakah bahwa instrumen-instrumen mengukur? kenyataannya menggunakan tes didasarkan pada asumsi bahwa tes-tes itu mengukur kapasitas untuk berfikir secara kreatif yaitu apa yang mereka(tes-tes) design untuk mengukur pertanyaan dari apakah sebuah tes mengukur sesuatu yang didesign untuk mengukur adalah pertanyaan,apakah tes itu valid?:sebuah tes yang valid mengukur apa yang disangka benar.Jika sebuah tes tidak valid,.kemudian ini bisa menjadi reliabel tetapi akan menjadi tidak berguna,Bathroom scale bisa secara ekstreem reliabel tapi ini tidak berguna jika kita ingin mengukur IQ atau jumlah uang dalam rekening tabungan. (Weisberg W.Robert,(2006), CreativityUnderstanding Innovation in problem solving, science, inventions, and the arts, John Wiley & Sons,Inc) D. MACAM-MACAM PENGUKURAN KREATIVITAS 1. PENGUKURAN KREATIVITAS BERFIKIR Guilford merupakan salah seorang ahli yang berusaha mengembangkan instrumen yang diperlukan untuk mengukur kreativitas berpikir. Temuan baru Guilford merupakan kemajuan penting dalam psikologi dan pendidikan di mana kreativitas berpikir dapat diukur dan memungkinkan dihubungkan dengan gejalagejala kejiwaan lainnya. Terdapat dua hal yang dapat disimpulkan dari instumen kreativitas berpikir yang dikembangkan oleh Guilford. 1. Peserta didorong untuk memberikan penampilan maksimum dalam menjawab butir-butir instrumen. Oleh karenanya, instrumen yang dipakai untuk mengukur kreativitas berpikir merupakan instrumen jenis tes yang dikenal dengan tes kreativitas berpikir. 2. Peserta tes tidak memberikan respons atas alternatif yang sudah disediakan, tapi harus memproduksi sendiri jawaban atas persoalan yang diajukan. Oleh karenanya, Guilford menyebut kreativitas berpikir dengan kemampuan memproduksi secara divergen (divergent production abilities).

Tes kreativitas berpikir mengacu kepada model struktur intelektual Guilford. Dari segi operasi, tes kreativitas berpikir mengukur kemampuan berpikir divergen. Dari segi konten, proses berpikir divergen mengolah bahan berupa figural dan simbol. Sedang dari segi produk, proses berpikir divergen yang mengolah bahan berupa figural dan simbol akan menghasilkan produk berupa unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Adapun butir-butir tes kreativitas berpikir itu adalah sebagai berikut : 1. Dari bangun berikut buatlah sebanyak mungkin gambar nyata ! (waktu Anda 1 menit). 2. Buatlah sebanyak mungkin kata dengan huruf awal L dan huruf akhir N! (waktu Anda 1 menit). 3. Buatlah sebanyak mungkin gambar dengan mengkombinasikan bangun berikut! (waktu Anda 1 menit) 4. Terdapat beberapa benda sebagai berikut : a. Anak panah b. Lebah c. Buaya d. Ikan e. Layang-layang f. Perahu Dengan menuliskan huruf depannya saja, tentukan : a. Yang dijumpai di udara b. Yang dijumpai di air

c. Binatang d. Punya ekor (waktu Anda 1 menit) 5. Terdapat lima angka yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5. Kombinasikan beberapa angka yang kalau dijumlahkan hasilnya 7 sebanyak mungkin (waktu Anda 1 menit). 6. Terdapat empat bangun sebagai berikut : Kombinasikan dengan berbagai cara untuk membentuk objek sebanyak mungkin dan namailah objek itu (waktu Anda 1 menit). Misalnya : Wajah 7. Buatlah kalimat dengan petunjuk huruf berikut sebanyak mungkin (waktu Anda 1 menit) M ------ E ------ P Misalnya : Mengapa engkau pergi. 8. Dari gambar berikut, buanglah tiga garis sehingga membuang dua kotak.

Misalnya : 9. Buatlah sebuah kotak dan hiasilah sehingga menjadi lebih bagus. 10. Ada dua persamaan : B C = D dan Z = A + D. Kembangkan sebanyak mungkin persamaan baru berdasarkan kedua persamaan tersebut! Misalnya : B C = Z - A Perhitungan skor kreativitas berpikir Dalam perhitungan skor, jawaban peserta tes atas butir-butir pertanyaan kreativitas berpikir diubah ke dalam skor kreativitas berpikir dengan cara tertentu.

Pengukuran kreativitas berpikir dilakukan dengan meminta peserta tes membuat jawaban sebanyak mungkin atas butir-butir tugas dalam waktu yang ditentukan. Untuk dapat diubah menjadi skor, jawaban diinterpretasikan dalam kelancaran, keluwesan dan keaslian. Menurut Ellis dan Hunt (1993 : 280), Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144), Good dan Brophy (1990 : 617), Winkel (1996 : 143) dan Rakhmat (1999 : 75), respons peserta tes akan diinterpretasikan berdasarkan tingkat kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility) dan keaslian (originality) proses berpikir. Skor kreativitas berpikir adalah skor gabungan dari ketiga unsur. Kelancaran menjawab berhubungan dengan kemampuan menghasilkan banyak gagasan alternatif pemecahan masalah dalam waktu yang singkat.Unsur ini mengukur kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah. Oleh karenanya kemampuan ini berhubungan dengan arus ide. Menurut Good dan Brophy (1999 : 75), kelancaran adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah dalam waktu singkat. Hal yang sama dinyatakan oleh Rakhmat (1999 : 75), kelancaran adalah kemampuan menyebutkan sebanyak mungkin. Kelancaran tidak hanya berhubungan dengan jumlah jawaban, tapi juga kesesuaian jawaban dengan masalahnya. Tes kreativitas berpikir mendorong peserta tes menyebutkan sebanyak mungkin jawaban dalam waktu tertentu dan skor diberikan dengan menghitung jumlah semua respons yang sesuai dengan masalahnya. Menurut Ellis dan Hunt (1993 : 280), kelancaran adalah kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah sesuai dengan perangkat yang dipersyaratkan. Sedang menurut Munandar (1992 : 49), kelancaran adalah kemampuan memberikan banyak jawaban. Jawaban yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan masalahnya. Bukan hanya kuantitatas yang diperhatikan, tapi juga kualitasnya. Keluwesan adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesiapan mengubah arah atau memodifikasi informasi. Keluwesan berhubungan dengan kemampuan mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan baru. Menurut

Good dan Brophy (1990 : 617), keluwesan dapat mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan, jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan atau perspektif baru. Pendapat sama dikemukakan oleh Ellis dan Hunt (1993 : 280) yang menyatakan bahwa keluwesan adalah kemampuan mengubah pendekatan dalam pemecahan masalah. Di samping itu, keluwesan memungkinkan seseorang melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjauan. Menurut Munandar (1992 : 49), keluwesan adalah kemampuan melihat masalah dari berbagai sudut tinjauan. Dalam tes kreativitas berpikir, keluwesan ditandai oleh jumlah golongan jawaban yang berbeda. Kadar keluwesan diukur dengan menghitung jumlah kategori respons yang berbeda. Peserta tes diminta memberikan respons sebanyak mungkin, lalu skor keluwesan diberikan pada jumlah kategori atau golongan respons. Skor diberikan atas jawaban yang menunjukkan keragaman atau variasi. Menurut Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144), keluwesan diukur dengan menghitung jumlah kategori respons yang berbeda. Keaslian membuat seseorang mampu mengajukan usulan yang tidak biasa atau unik dan mampu melakukan pemecahan masalah yang baru atau khusus. Dengan kata lain, keaslian adalah kemampuan untuk menghasilkan jawaban yang jarang diberikan oleh peserta tes. Jawaban original adalah jawaban yang jarang diberikan oleh anak-anak lain. Keaslian mengukur kemampuan peserta tes dalam membuat usulan yang tidak biasa atau unik. Menurut Winkel (1996 : 143), jawaban mempunyai orisinalitas apabila sangat sedikit orang yang menghasilkan pikiran seperti itu. Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144) memberikan kriteria mengenai keaslian. Respons yang orisinal menurutnya diberikan oleh lebih sedikit dari 5 atau 10 dari 100 peserta pengambil tes. Ada pendapat yang memberikan kriteria lebih spesifik. Menurutnya, respons yang diberikan oleh 5 % dari kelompok bersifat tidak biasa, dan respons yang hanya diberikan oleh 1 % dari kelompok bersifat unik

2. PENGUKURAN KREATIVITAS UNTUK ANAK PRASEKOLAH

Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl. Psych., untuk menjadi individu kreatif, dibutuhkan kemampuan berpikir yang mengalir lancar, bebas, dan ide yang orisinal yang didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir kreatif juga menuntut yang bersangkutan memiliki banyak gagasan. Agar anak bisa berpikir kreatif, ia haruslah bisa bersikap terbuka dan fleksibel dalam mengemukakan gagasan. Makin banyak ide yang dicetuskannya menandakan makin kreatif si anak. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak, pakar pendidikan ini berupaya mengembangkan Tes Kreativitas Verbal dan Figural. Tes kreativitas verbal dilakukan pada anak berusia minimal 10 tahun karena dianggap sudah lancar menulis dan kemampuan berbahasanya pun sudah berkembang. Sedangkan tes kreativitas figural dilakukan terhadap anak mulai usia 5 tahun. Adapun unsur penilaian berfikir keratif adalah sebagai berikut : 1. Fleksibel Anak mampu memberikan jawaban yang berbeda-beda. Untuk gambar lingkaran, contohnya, anak mengasosiasikannya sebagai piring, bulan, bola, telur dadar dan sebagainya. Anak juga diminta untuk membuat sebanyak mungkin objek mati maupun hidup pada gambar lingkaran tadi. Namun, tes kreativitas ini bukan dimaksudkan sebagai tes menggambar, melainkan sebagai tes gagasan, sehingga unsur "keindahan" tidak diprioritaskan. 2. Orisinalitas Anak mampu memberikan jawaban yang jarang/langka dan berbeda dengan jawaban anak lain pada umumnya. Dari bentuk lingkaran yang sama, contohnya, anak mahir menggambarkannya sebagai wajah orang.

3. Elaborasi Anak mampu memberikan jawaban secara rinci sekaligus mampu memperkaya dan mengembangkan jawaban tersebut. Dia bisa melengkapi gambar wajah tersebut dengan mata, hidung, bibir, telinga, leher, rambut sampai aksesoris semisal kalung dan jepit rambut. Makin detail ornamen atau organ-organ yang digambarkannya, berarti mencirikan ia anak yang kreatif. "Jadi, anak yang kreatif tak sekadar mengemukakan ide, tapi juga dapat mengembangkan gagasan yang dilontarkannya," tandas Utami. Untuk tes kreativitas figural, ada enam topik pertanyaan yang diajukan, yaitu : 1. Tes Permulaan Kata Misalnya kepada anak diberikan huruf "k" dan "a". Kemudian ia diminta untuk membentuk sebanyak mungkin kata yang bisa dibentuk dari kedua huruf tadi. Umpamanya anak menjawab "kami", "kapal", "karung" dan sebagainya. 2. Tes Membentuk Kata Kepada anak diberikan kata tertentu, semisal "proklamasi". Nah, berdasarkan kata tersebut anak diminta membentuk kata-kata lain sebanyak mungkin. Umpamanya anak akan menjawab "kolam", "lama", "silam" dan lain-lain. 3. Tes Kalimat 3 Kata Misalnya kepada anak diberi tiga huruf, yakni "a", "m", dan "p". Lalu mintalah ia menyusun sebanyak mungkin kalimat-kalimat yang diawali dari huruf-huruf yang diberikan tadi, dengan urutan yang boleh diubah-ubah. Umpamanya, jawabanya adalah "Ani makan pisang" atau "Mana payung Anton".

4. Tes Kesamaan Sifat Misalnya anak mendapat soal mengenai sifat bulat dan keras. Anak dimita untuk memikirkan dan menyebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang memiliki sifat/ciri-ciri tersebut. Jawabannya mungkin adalah bola tenis, kelereng, roda kursi, dan sebagainya. 5. Tes Penggunaan Tak Lazim Contohnya, anak akan diberi benda yang ditemuinya sehari-hari. Akan tetapi, ia justru diminta untuk membuat sesuatu yang tak biasa dengan benda tersebut. Umpamanya, ketika anak diberi surat kabar, ia menggunakannya untuk membuat kapal-kapalan, topi, bola, dan sebagainya, bukan sebagai bahan bacaan. 6. Tes Sebab-Akibat Anak mendapat pertanyaan mengenai situasi tertentu yang dalam keadaan nyata tak pernah terjadi. Nah, mintalah anak untuk menjawab apa kira-kira akibatnya bila situasi tersebut betul-betul terjadi. Dalam hal ini, anak dituntut untuk bebas berimajinasi. Contohnya adalah pertanyaan, "Apa jadinya bila semua orang di dunia ini pandai?" atau, "Apa akibatnya jika setiap orang bisa mengetahui pikiranmu?" Menurut Utami, setiap tes tersebut terdiri dari 4 soal. Untuk tes pertama dan kedua, setiap soal harus dijawab dalam waktu 2 menit. Sedangkan untuk tes ketiga, diberikan waktu 3 menit untuk setiap soal, sementara untuk tes berikutnya per soal diberi durasi 4 menit. Hasil akhir tes kreativitas ini sama halnya dengan tes IQ, yakni berupa skor. Anak yang mencapai skor 90-110 berarti tingkat kreativitasnya rata-rata, skor di bawah 80 dikategorikan sangat lamban, sedangkan yang mampu mencapai skor 130 ke atas tergolong sangat unggul.

Namun dari pengalaman Utami selama ini, hanya sedikit anak yang bisa mencapai skor kreativitas yang tinggi. Kebanyakan berada pada kisaran skor 90100. Sebaliknya, banyak sekali anak yang bisa mencapai skor tinggi untuk tes IQ. Menurutnya, "Hal ini disebabkan berpikir kreatif kurang dirangsang, sehingga anak tak terbiasa berpikir bermacam-macam arah." Selain pengukuran kreativitas yang sudah disebutkan, ada juga pengukuran skala sikap kreatif yang lebih menyangkut pada segi afektif. Menurut Utami, dari berbagai penelitian ternyata kemampuan berpikir kreatif belumlah cukup jika tanpa disertai sikap kreatif. Tanpa sikap kreatif ini katanya produk kreatif pun takkan terwujud. Jadi, berpikir kreatif itu sendiri harus disertai ciri-ciri sikap kreatif sebagai berikut: 1. Terbuka terhadap pengalaman baru, 2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, 3. Tidak takut melakukan kesalahan ketika mengemukakan ide, 4. Imajinatif, dan 5. Berani mengambil risiko terhadap langkah yang diambil.

3. KREATIVITAS ANGKA Potensi kreativitas sebenarnya ada pada tiap orang dan kreativitas tersebut dapat diasah salah satunya melalui Angka (METRIS), yaitu dalam hal kemampuan mengenali keteratutan pola bilangan. Bila daya kreativitas seseorang dalam pengenalan pola meningkat maka tentu saja dapat berimbas ke jenis kreativitas yang lain, seperti peningkatan daya kreativitas pada seni, strategi bisnis atau ilmu pengetahuan. Dengan begitu peningkatan kreativitas tersebut dapat dijadikan sebagai barometer dalam merepresentasikan potensi daya kreativitas seseorang.

Dengan perkembangan teknologi pengenalan pola pada cuaca seperti negara adidaya Uncle Sam maka badai topan yang maha dahysatpun dapat dikenali arah pola gerakannya sehingga mampu meminimalis jatuhnya korban jiwa. Contoh di atas membuktikan betapa pentingnya kemampuan kita dalam pengenalan pola untuk kasus tertentu. Nah, kemampuan pengenalan pola tersebut dapat terus diasah, dimana salah satu caranya dapat melalui kecerdasan kreativitas metris. Apalagi ditunjang oleh fakta bahwa pengukuran kecerdasan kreativitas metris sifatnya kuantitatif sehingga kemajuannya dapat dipantau dengan lebih objektif. Mengapa siswa perlu belajar kecerdasan kreativitas angka (metris)? Siswa bila telah dilatih sehingga mempunyai kemampuan pengenalan pola bilangan yang baik maka kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan kuantitatif akan lebih cepat dan efisien. Kemampuan ini tentu saja akan berimbas pada kemampuan memilah-milah suatu permasalahan yang kemudian mampu berusaha

mengelompokannya menjadi beberapa kelompok dengan lebih baik. Bila dalam mengklasifikasikan masalah sudah benar maka penyelesaiannya akan menjadi lebih mudah karena bisa tahu masalah mana yang lebih prioritas dan bisa tahu bagian apa saja yang tepat ditugaskan untuk menyelesaikan tiap kelompok masalah tersebut. Jadi orang yang bekerja pada bidang dimana kemampuan pengenalan pola masalah sangat dibutuhkan seperti pekejaan seorang manager, maka sangat diuntungkan apabila mempunyai kecerdasan kreativitas metris karena kemampuan pengenalan pola masalah tersebut dapat lebih terasah. Dalam dunia kerja kreativitas seseorang sangat dibutuhkan, misalkan seorang guru dalam mengajarkan matematika kepada anak didiknya. Kita semua tahu bahwa pelajaran matematika menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar siswa. Oleh karena itu pengajaran yang bentuknya konkret tidak abstrak sangat penting bagi anak untuk belajar memvisualisasi suatu angka atau bilangan. Nah disitulah letak seberapa besar kreativitas seorang guru bisa membawa materi yang diajarkan sekonkret mungkin dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi seorang pengusaha (enterprenur) kemampuan mengenali pola usaha tertentu dengan potensi profit yang akan dihasilkan pada masa yang akan datang tentu saja sangat dibutuhkan. Orang sering menyebutnya kemampuan membaca pola usaha itu sebagai intuisi bisnis. Demikian juga kemampuan menghubungan pola informasi yang satu dengan informasi yang lain sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis, dunia saham. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan kemampuan tersebut sangat penting. Misalkan terbukti dalam sejarah ketika Michelson melakukan percobaan menentukan kecepatan cahaya dari berbagai arah terbukti secara eksperimen bahwa kecepatan cahaya terbukti selalu sama. Nah, informasi ini bagi sijenius Einstein mempunyai makna yang sangat spesial. Dengan kemampuan dia mengenali pola informasi dari percobaan Michelson dengan pemahaman dia saat itu maka muncul kreativitas dari pemikirannya bahwa ETER tidak perlu ada. Cahaya atau gelombang elektromagnet (gel.TV, gel.radio dll) dalam proses perambatannya tidak membutuhkan zat perantara atau ETER. Nah, jadi sudah menjadi lebih jelaskan, bahwa kemampuan mengenali keteraturan pola atau menghubungkan pola satu dengan pola yang lainnya akan memunculkan kemampuan daya kreativitas, makanya kemampuan ini sangat berguna bagi orang yang ingin sukses. Salah satu enterpreneur yang fenomenal adalah steve jobs, pendiri perusahaan komputer apple. Setelah cukup lama tidak me-lauching produk sefenomenal komputer apple yang menekankan pada konsep grafis, namun daya kreativitasnya tidaklah meredup. Hal ini terbukti setelah apple memproduksi iPod yang laku keras dan yang lebih fenomenal adalah produk iPhonenya dengan konsep inovatifnya dimana semua tombol untuk mengoperasikan sebuah hand phone menggunakan full touch screen. Ini sungguh ide kreatif yang sangat brialian sehingga produknya selalu laris diserap oleh pasar. Kemampuan kreativitas Angka (Metris) dapat diasah melalui peningkatan kemampuan pengenalan keteraturan pola bilangan dengan makin baik. Beberapa pola bilangan yang akan coba dikenali keteraturannya membutuhkan tingkat kreativitas tertentu mulai dari yang biasa (pola bilangan eksplisit) hingga

kreativitas tinggi (pola bilangan implisit). Kelebihan dari mengasah Kreativitas melalui Angka (Metris) ini karena pengukuran kreativitas dapat dilakukan secara obyektif melalui faktor ketepatan dan kecepatan dalam mengeksekusi pola bilangan. REFERENSI Darsono, Licen Indahwati. DETERMINAN KREATIVITAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA: SEBUAH STUDI EMPIRIS DI DUNIA PENDIDIKAN TINGGI. Unika Widya Mandala. Surabaya: 2006 http://old.nabble.com/TaManBinTaNG-%3E%3E%3E-KAKA:-Kompetisi-Asah-KreativitasAngka-td19196323.html. 18 Desember 2009 Purwanto. Kreativitas Berpikir Menurut Guilford. STAIN Surakarta; 2007 Sarwono, Sarlito Wirawan. Emotional dan Spiritual Quotient untuk meningkatkan Produktivitas Kerja. www.indonesianpsychologist.blogspot.com www.nakita.com. Mengukur Tingkat Kreativitas Si Prasekolah.18 Desember 2009 www.portalhr.com. Mitos Tentang Kreativitas. 20 Desember 2009 www.unikaatmajaya.com. Kreativitas Angka. 18 Desember 2009 www.wahyubk.blogspot.com. Pengertian Kreativitas, 16 Desember 2009

Santrock (2007: 366) menyatakan kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa dan menghasilkan solusi yang unik atas suatu problem. Lebih lanjut kreativitas menurut Munandar ( dikutip Ali.M. dan Asrori.M,

2004: 59) adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas merupakan salah satu kemampuan mental yang unik pada tiap individual dan sering melibatkan kemampuan dalam berpikir. Individu yang kreatif mampu memandang sesuatu dari sudut pandang yang baru, dan dapat menyelesaikan masalah pada umumnya (Sugihartono,dkk., 2007: 14).

Kreativitas merupakan salah satu kemampuan mental yang unik pada tiap individual dan sering melibatkan kemampuan dalam berpikir. Individu yang kreatif mampu memandang sesuatu dari sudut pandang yang baru, dan dapat menyelesaikan masalah pada umumnya (Sugihartono,dkk., 2007: 14). Santrock (2007: 366) menyatakan kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa dan menghasilkan solusi yang unik atas suatu problem. Lebih lanjut kreativitas menurut Munandar ( dikutip Ali.M. dan Asrori.M, 2004: 59) adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Berpikir kreatif adalah kegiatan yang dilakukan manusia dalam menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi berbagai ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan. Syah. M ( 2008: 189) berpendapat bahwa hubungan antara bakat keguruan dengan proses belajar yang sesuai dengan bakat itu, ibarat hubungan antara dua sisi yang berfungsi saling melengkapi. Cara guru memandang pendidikan mempunyai dampak terhadap pendekatan guru terhadap cara mengajar ( Munandar, 2009: 101).

Mengajar dalam pengertian instutional berarti .the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Pengertian ini, guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.

Cara guru memandang pendidikan mempunyai dampak guru terhadap cara mengajar ( Munandar, 2009: 101).

terhadap pendekatan

Menurut Diaz ( dalam Santrock, 2007: 7) mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid yang bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal.

Mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid yang bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal. Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. ( Santrock, 2007: 7). Salah satu tujuan penting pengajaran adalah membantu murid menjadi lebih kreatif. Didalam kegiatan mengajar dapat digunakan sejumlah strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas diantaranya adalah memberikan penghargaan seperti penilaian, hadiah dan pilihan.

You might also like