Professional Documents
Culture Documents
Bahan dan Alat: 1 liter bakteri 5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya) 0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya 1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air 30 kg kotoran hewan Air secukupnya Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat Cara Pembuatan: Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember. Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember. Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat. Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka. Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan. Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya. Kegunaan: Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari. Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan. Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau. ~ oleh petanidesa pada Februari 3, 2007. Ditulis dalam Cara Membuat Pupuk Cair Organik
Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri.
~ oleh petanidesa pada Februari 3, 2007. Ditulis dalam Cara Membuat EM (Effective Microorganism)
di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang bersangkutan. ~ oleh petanidesa pada Februari 3, 2007. Ditulis dalam Cara Membuat Pestisida Organik
berisi air sumur dan larutan Pb(NO3) sebesar 5 ppm. Konsentrasi Pb diukur ketika hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28 dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 217 nm. Hasilnya sebagaimana tertera dalam Tabel 2. Dari tabel tersebut terlihat, ada penurunan kadar logam Pb secara signifikan pada hari ke-7. Kadar logam Pb menurun 5,167 ppm (96,4 persen) pada perlakuan satu rumpun eceng gondok, menurun 5,204 ppm (98,7 persen) pada perlakuan tiga rumpun, dan menurun 6,019 ppm (99,7 persen) pada perlakuan lima rumpun dari konsentrasi hari ke-0. Analisis pada hari-hari selanjutnya (hari ke-14, 21, dan 28) menunjukkan perubahan kadar Pb tidak terlalu jauh dengan kadar logam Pb pada hari ke-7. Eceng gondok terbukti mampu menurunkan kadar polutan Pb dan Fe. Oleh karena itu, diyakini eceng gondok juga mampu menurunkan kadar polutan Hg, Zn, dan Cu yang mencemari Waduk Saguling dan Cirata. Sebab, secara struktur kimia, atom Hg, Zn, dan Cu termasuk dalam golongan logam berat bersama Pb dan Fe. Rangkaian penelitian seputar kemampuan eceng gondok dalam menyerap logam berat juga telah dilakukan oleh para pakar. Widyanto dan Susilo (1977) melaporkan, dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masingmasing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen. SELAIN dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida, contohnya residu 2.4-D dan paraquat. Pada percobaan Chossi dan Husin (1977) diketahui eceng gondok mampu menyerap residu dari larutan yang mengandung 0,50 ppm 2.4-D sebanyak 0,296 ppm dan 2,00 ppm 2.4-D sebanyak 0,830 ppm dalam waktu 96 jam. Adapun paraquat yang diserap oleh eceng gondok dari dua kadar, yaitu 0,05 ppm dan 0,10 ppm masing-masing adalah 0,02 ppm dan 0,024 ppm. Dari hasil penelitian-penelitian itu dapat disimpulkan ternyata eceng gondok tidaklah sia-sia dicipta oleh Tuhan Yang Maha Esa, apalagi sebagai pengganggu manusia. Eceng gondok dapat dinyatakan sebagai pembersih alami perairan waduk atau danau terhadap polutan, baik logam berat maupun pestisida atau yang lain. MEMANG dilaporkan eceng gondok dapat tumbuh sangat cepat pada danau maupun waduk sehingga dalam waktu yang singkat dapat mengurangi oksigen perairan, mengurangi fitoplankton dan zooplankton serta menyerap air sehingga terjadi proses pendangkalan, bahkan dapat menghambat kapal yang berlayar pada waduk. Namun, apa arti sebuah danau yang bersih dari eceng gondok jika ternyata air dan ikan yang ada di dalamnya tercemari polutan? Bahkan, bila suatu danau polutan sangat tinggi dan tidak ada tanaman yang menyerapnya, pencemaran dapat merembes ke air sumur dan air tanah di sekitar danau. Agar danau bebas polusi namun pertumbuhan eceng gondoknya terkendali, tentu saja diperlukan pengelolaan danau secara benar. Untuk mengeliminasi gangguan eceng gondok, misalnya, caranya bisa dengan membatasi populasinya. Pembatasan dapat dilakukan dengan membatasi penutupan permukaan waduk oleh eceng gondok tidak lebih dari 50 persen permukaannya. Akan jauh lebih baik lagi bila pembatasan populasi ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar. Sebab, dahan eceng gondok adalah serat selulosa yang dapat diolah untuk berbagai keperluan, seperti barang kerajinan maupun bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Namun, masyarakat tidak disarankan untuk memberikan eceng gondok sebagai pakan pada ternak karena polutan yang diserapnya bisa terakumulasi dalam dagingnya.
Masyarakat sekitar bisa diberi pelatihan mengenai pengolahan eceng gondok menjadi produkproduk yang bernilai ekonomi, mulai dari anyaman dompet, tas sekolah, topi, bahkan juga mebel. Pengendalian populasi eceng gondok yang melibatkan masyarakat akan memberikan keuntungan bagi pengelola waduk sekaligus masyarakat di sekitarnya. Pengelola waduk tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk memanen eceng gondok karena tumbuhan air tersebut akan dipanen sendiri oleh masyarakat. Pengelola cukup membantu masyarakat untuk memasarkan hasil kerajinannya. Adapun masyarakat jelas tidak hanya meningkat pendapatannya, tetapi juga hidup sehat karena terbebas dari ancaman bahan makanan yang tercemar. Penulis : Dr Hasim DEA Dosen Biokimia dan Toxikologi FMIPA dan Pascasarjana IPB Sumber : Kompas
Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja. ~ oleh petanidesa pada Februari 3, 2007.
Gejala serangan
Pada daun terdapat bercak melekuk, berwarna putih atau kelabu. Ukuran bercak bervariasi tergantung pada tingkat serangan. Pada serangan lanjut, bercak-bercak tampak menyerupai cincin, warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau keunguan yang dikelilingi oleh zone berwarna kuning yang dapat meluas ke bagian atas atau bawah bercak, dan ujung daun mengering. Permukaan bercak bisa juga berwarna coklat atau hitam terutama pada keadaan cuaca yang lembab. Infeksi pada umbi biasanya dapat terjadi pada saat atau setelah panen, umbi tampak membusuk dan berair dimulai dari bagian leher. Umbi yang membusuk berwarna kuning atau merah kecoklatan. Serangan lanjut menyebabkan jaringan umbi yang terserang mengering, berwarna gelap dan bertekstur seperti kertas.
~ oleh petanidesa pada Februari 5, 2007. Ditulis dalam Sekilas Penyakit Trotol
~ oleh petanidesa pada Maret 11, 2007. Ditulis dalam Cara Lain Membuat Pestisida Organik
Tujuh tahun terakhir Zaenal Arifi n rutin mengolah 1,5 ton singkong segar per hari menjadi keripik. Hasilnya 600kg keripik ia jual ke beberapa daerah di Pulau Jawa, Bali, dan Lampung. Selain keripik, singkong juga sering diolah menjadi tapai. Begitulah secara turun-temurun anggota famili Euphorbiaceae itu dimanfaatkan. Namun, setahun terakhir singkong juga mengisi tangki-tangki motor dan mobil. Kendaraan itu melaju dengan bahan bakar singkong. Singkong diolah menjadi bioetanol, pengganti premium. Menurut Dr Ir Tatang H Soerawidjaja, dari Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), singkong salah satu sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan itu menghasilkan enzim alfamilase dan glukoamilase yang berperan mengurai pati menjadi glukosa alias gula sederhana. Setelah menjadi gula, baru difermentasi menjadi etanol. Lalu, bagaimana cara mengolah singkong menjadi etanol? Berikut langkah-langkah pembuatan bioetanol berbahan singkong yang diterapkan Tatang H Soerawidjaja. Pengolahan berikut ini berkapasitas 10 liter per hari. Cara Tatang Membuat Bensin 1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapat dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil. 2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku. 3. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless steel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100oC selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan mengental. 4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam tangki sakarifi kasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong, perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebelum digunakan, Aspergillus dikulturkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati. 5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17-18%. Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces untuk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika kadar gula lebih tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula maksimum. 6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias
tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28-32 oC dan pH 4,5-5,5. 7. Setelah 2-3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6-12% etanol. 8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein. 9. Meski telah disaring, etanol masih bercampur air. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78oC atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik didih 100oC. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair. 10. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larut, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100oC. Pada suhu itu, etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dicampur dengan bensin. Sepuluh liter etanol 99%, membutuhkan 120-130 liter bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek. (Imam Wiguna) (sumber: trubus)
Cara pembuatan 1. 2. Sabut kelapa yang telah dibersihkan dimasukkan Tuangkan air ke dalam drum hingga separuh terisi ke dalam drum bekas
3. 4. 5.
Drum rendaman sabut kalapa harus ditutup rapat, agar tidak kemasukan air hujan atau sinar matahari langsung Diamkan rendaman itu kurang lebih 15 hari Jika air rendaman sudah berubah warna menjadi kuning kehitaman, berarti pupuk cair dari sabut kelapa sudah jadi dan siap digunakan
Aplikasi 1. 2. 3. Pupuk cair diberikan dua kali dalam satu musim tanam Pertama sebagai pupuk dasar sebelum lahan ditanami atau pada fase pengolahan tanah Kedua pupuk diberikan setelah padi memasuki masa primordia (awal tumbuh), dengan cara pupuk tanpa tambahan air disemprotkan pada batang padi.
Menurut Ali Mugni hasil panenan dari lahan yang menggunakan pupuk cair sabut kelapa sama dengan lahan yang menggunakan pupuk kimia KCl buatan pabrik. Keuntungan lahan menggunakan pupuk cair sabut kelapa, biaya produksi lebih sedikit karena tidak perlu keluar uang membeli pupuk KCl. (Sumber dari buku: Angin di Hamparan Karawang, oleh Ratam S, Solihin T, A Agus, Eno Mayono, dan Hery Prasetiyo, diterbitkan oleh Forum Petani Karawang dan Nastari,Pustakatani.org)
Mengusir Nyamuk
Filed under: Serba-serbi Bingung mengatasi nyamuk di rumah nah ini ada tips bagus untuk mengusir nyamuk di rumah anda. Yaitu dengan meletakkan tanaman yang tidak disukai nyamuk di salah satu sudut rumah anda atau di pekarangan. Tanaman apa sajakan itu? Lavender Tumbuhan lavender kerap kali digunakan sebagai bahan dasar lotion anti nyamuk. Bunga lavender memiliki aroma yang sangat harum. Tak perlu diproses menjadi pelembab kulit, cukup gosokkan bunga ini ke tubuh, dijamin nyamuk tak ada yang mau nempel dengan kulitmu. Akar Wangi Tumbuhan akar wangi dapat mengendalikan populasi nyamuk deman berdarah. Nyamuk demam berdarah konon sangat takut menghadapi tumbuhan akar wangi. Bau ngengat yang keluar dari tumbuhan ini cukup mematikan untuk nyamuk jenis itu. Suren Jika anda memiliki lahan pekarangan luas dan dipenuhi dengan pepohonan, ada bagusnya anda menanam tumbuhan suren. Tanaman ini terbukti sangat ampuh mengusir nyamuk. Tumbuhan yang bentuknya pohon berukuran 20 m ini memiliki daun dan kulit kayu yang beraroma tajam. Para petani kerap menanam suren di ladang-ladang pesawahan mereka, suren dipercaya juga dapat mengusir hama serangga tanaman. Zodia
Tanaman Zodia adalah tumbuhan yang paling favorit sebagai pengusir nyamuk. Tanaman ini memiliki kandungan evodiamine dan rutaecarpine yang tak disukai serangga. Zat tersebut menghasilkan aroma yang tajam, jika tertiup angin aroma itu mudah sekali tersebar ke seluruh ruangan. Ada baiknya anda menanam zodia dalam pot dan meletakkannya di salah satu sudut ruangan anda. Ruangan anda bebas nyamuk deh. Geranium Tanaman jenis perdu ini memiliki aroma yang cukup harum namun tidak disukai serangga. Pasalnya tanaman yang memiliki kandungan zat geraniol dan sitronelol ini bersifat antiseptik. Selain berkhasiat mengusir nyamuk, tanaman ini bisa menjadi penghijau ruangan anda. Bentuknya yang indah bisa menjadikan tanaman ini sebagai media relaksasi mata. Selasih Yang terakhir adalah tanaman selasih. Selasih dipercaya mengeluarkan aroma yang cukup tajam bagi serangga. Tanaman ini paling cocok berada di dalam rumah. Letakkan sedikit lama dalam ruangan akan lebih membantu pengusiran nyamuk di rumah anda.
cabai kita tidak pernah tahu, bahwa mulsa plastik hanya digunakan pada budidaya cabai musim kemarau, dengan teknik pengairan genangan maupun drip. Kalau teknik pengairannya dengan penyiraman, maka mulsa plastik justru akan menjadi penghambat budidaya. Demikian pula halnya pada budidaya musim penghujan, mulsa plastik yang berguna untuk mempertahankan kelembapan tanah (selain untuk mencegah tumbuhnya gulma), juga akan tidak berfungsi. Sebab pada musim penghujan, tanah sudah sangat lembap. Tingkat kegagalan budidaya cabai pada musim penghujan yang tinggi ini, jelas akan memicu tingginya harga cabai pada musim penghujan pula. Hingga rata-rata harga cabai antara bulan Desember sampai dengan Maret akan selalu lebih tinggi dibanding harga rata-rata antara bulan Juli sampai dengan Oktober. Itulah sebabnya apabila budidaya cabai pada musim penghujan mampu menghasilkan produksi normal, maka keuntungan yang akan diraih petani, lebih tinggi daripada budidaya pada musim kemarau. Normalnya, hasil cabai pada petani tradisional adalah 6 ons per tanaman per musim tanam (selama periode panen sekitar 3 bulan). Pada pertanian modern 1 kg. per tanaman per musim tanam. Kalau hasil ini bisa diraih, maka keuntungan petani akan cukup baik. Namun budidaya cabai pada musim penghujan juga menuntut biaya yang tinggi pula. Petani tradisional maupun modern, harus mengeluarkan biaya ekstra untuk pembelian pestisida. Terutama fungisida dan bakterisida guna menanggulangi fusarium dan pseudomonas. Intensitas penyemprotan ini pada puncak musim penghujan akan sedemikian tingginya. Apabila pagi hari sekitar pukul tujuh hujan, maka pukul sembilan harus disemprot. Kalau kemudian pada pukul sebelas kembali hujan, setelah hujan reda harus disemprot kembali. Misalnya pukul dua siang kembali hujan, maka pukul empat sore harus kembali disemprot. Andaikata hujan demikian terjadi terus-menerus selama sekitar satu minggu, maka petani akan bangkrut karena biaya pestisida tidak mungkin tertanggulangi lagi dari hasil panen. Namun sebaliknya kalau tanaman tidak disemprot juga akan mati terserang penyakit. Petani, baik petani tradisional maupun modern, menyiasati kondisi demikian dengan menaungi bedeng tanaman mereka dengan plastik bening. Caranya, mereka membuat kerangka bambu berbentuk melengkung dan memanjang sepanjang bedengan cabai. Di atas kerangka bambu itu dipasang plastik bening. Harga plastik bening demikian (lebar 1,5 m sd 2,5 m), antara Rp 1.000,- sd. Rp 15.000,- per meter tergantung kualitasnya. Petani yang rajin, akan membuat konstruksi bambu dan tudung plastik ini bisa dibuka dan ditutup. Hingga apabila hujan turun dan juga pada malam hari, tudung plastik akan ditutupkan. Sebaliknya pada siang hari ketika panas, plastik dibuka. Hal demikian juga dilakukan oleh para petani Taiwan untuk tanaman cabai dan melon. Biaya plastik dan kerangka bambu ini masih bisa tertanggulangi oleh hasil panen. Para petani tradisional, biasanya akan memilih plastik dengan harga termurah, yakni Rp 1.000,- per m. yang diperkirakan akan mempu menaungi antara 4 sd. 6 individu tanaman. Ditambah dengan biaya bambu dan tenaga kerja, biaya naungan per meternya akan mencapai Rp 1.200,- Kalau biaya ini dibagi untuk empat tanaman, maka jatuhnya per tanaman Rp 300,Kalau dibagi untuk 6 tanaman, maka jatuhnya hanya Rp 200,- Biaya ini masih bisa ditutup oleh hasil panen. Sebab dengan adanya tudung plastik, maka biaya pestisida bisa diminimalkan. Meskipun hujan turun terus sepanjang hari selama satu minggu, tanaman cukup disemprot sekali guna membebaskannya dari fusarium dan pseudomonas. Para petani modern yang biasa menggunakan mulsa plastik hitam perak, tinggal mengalihkan biaya mulsanya menjadi biaya untuk tudung. Hingga praktis para petani modern tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan. Sebab biaya untuk konstruksi bambu, bisa diambil dari selisih harga antara plastik bening yang murah, dengan mulsa hitam perak yang relatif mahal. Selain penggunaan plastik bening sebagai tudung bedeng penanaman, budidaya cabai pada musim penghujan juga masih perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, sebaiknya kita memilih jenis cabai yang relatif tahan terhadap kelembapan udara. Jenis cabai keriting misalnya, relatif lebih tahan kelembapan dibanding dengan cabai merah besar. Lokasi penanaman juga harus dipilih yang belum tercemar oleh fusarium dan pseudomonas. Sebagai
pedoman, petani harus tahu betul bahwa petak lahan tersebut selama paling tidak dua tahun terakhir, tidak ditanami cabai, terung, tomat, kentang dll. tanaman sejenis, yang kemungkinan bisa menjadi sumber penyakit fusarium maupun pseudomonas. Lahan juga berdrainase cukup baik. Seandainya lahan terletak di lokasi yang berlereng, juga tetap perlu dibangun terasering dan saluran air untuk menghindari genangan. Lahan yang bernaungan rumpun pisang, albisia atau tanaman keras lainnya sebaiknya dihindarkan. Sebab naungan itu akan meningkatkan kelembapan udara yang potensial memicu datangnya penyakit. Meskipun harga cabai pada musim penghujan bisa relatif lebih tinggi dibanding pada musim kemarau, namun pasokan yang berlebihan juga akan tetap menjatuhkan harga. Hingga strategi penanaman perlu dilakukan. Kalau lahan yang akan ditanami cabai pada musim penghujan ini mencapai luasan di atas dua hektare, maka penanaman tidak bisa dilakukan sekaligus. Secara bertahap lahan dibuka dan ditanami 2.000 meter per angkatan setiap minggu. Hingga panen tidak akan terjadi serentak. Meskipun periode panen cabai dari tanaman yang seumur pun, akan terjadi secara bertahap selama sekitar tiga bulan. Namun dengan pentahapan pola tanam demikian, saat mulai dan akhir panen bisa diatur hingga hasilnya tidak melimpah di pasaran. Kalau pada awal November kita membuka lahan seluas 2.000 m, kemudian disusul pada minggu berikutnya 2.000 m, maka lahan dua hektare itu akan habis tertanami pada pertengahan Januari. Areal penanaman Januari ini akan habis dipanen pada bulan Mei ketika harga cabai mulai merosot. Volume buah cabai hasil penanaman pada musim penghujan, relatif lebih kecil dibanding dengan penanaman pada musim kemarau. Namun bobotnya justru lebih tinggi. Sebab kadar air buah cabai pada musim penghujan, memang lebih tinggi dibanding buah yang dihasilkan pada penanaman pada musim kemarau. Bobot yang relatif lebih tinggi ini, akan memberikan dampak keuntungan yang lebih besar bagi para petani. Kelemahannya, daya tahan buah cabai hasil penanaman musim penghujan, lebih rendah dibanding buah cabai hasil panen musim kemarau. Hingga penanganan pasca panen mulai dari pengemasan dan pengangkutan, lebih memerlukan perhatian. Yang jelas, resiko budidaya cabai pada musim penghujan memang cukup tinggi. Namun resiko itu juga diimbangi dengan harga yang umumnya lebih baik dibanding harga cabai pada musim kemarau.
ISTILAH PERTANIAN
Agroklimat : All year round : Alternate bearing : lingkungan tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Berbuah sepanjang btahun, tidak bermusim. Suatu keadaan dimana tanaman berbuah banyak pada suatu tahun kemudian pada tahun berikutnya tidak berbuah atau berbuah sedikit, disebut juga pembuahan berseling atau biennial bearing. Cash crop : Penanaman tanaman yang cepat menghasilkan. Daun terminal : Sepasang daun (tunggal) atau satu pasang daun (tipe Infloresensi) yang terletak pada bagian ujung pucuk (terminal). Diferensiasi sel : Proses pembesaran dan pertumbuhan sel menjadi organ-organ tertentu dalam perkembangan selanjutnya. Deversifikasi : Untuk pangan, penganekaragaman jenis tanaman. Edible portion : Porsi atau bagian yang dapat dimakan. Estate :Perkebunan besar, usaha tani yang dilakukan perusahaan besar. Floriculture : Teknis budidaya tanaman hias. Folliar spray : Aplikasi larutan tertentu melalui penyemprotan lewat daun. Fotosintat : Hasil dari proses fotosintesis atau hasil dari proses pembentukan energi pada tumbuhan berklrofil dengan bantuan sinar matahari berupa karbohidrat (teoung,gula).
Hutan tanaman buah-buahan. Nisbah atau rasio antara bunga yang dihasilkan dengan buah yang dipanen. GAP : Good Agricuoture Practise, norma budidaya yang baik dan benar. Growt retardant : Zat penghambat tumbuh, yaitu inhibitor yang bersifat spesifik, menghambat perumbuhan sel pada sub-apikal meristem. Habitat : Lingkungan untuk tumbuh dan berkembang biak. Induksi : Awal dari fase reproduksi, disebut juga sebagai fase transisi dari fase vegetatif ke fase pembungaan, dimana pada tahap tersebut tunas vegetatif distimulasi secara biokimia dan berubah menjadi tunas generatif. Invesment payback : Lama waktu pengembalian investasi Juvenil : Masa sebelum menjadi dewasa atau masa sebelum tanaman menghasilkan buah. Konservasi : Kegiatan atau aktivitas untuk melestarikan. Mediculture : Tehnis budidaya tanaman obat. Off season : berbuah diluar musim, di luar masa berbuah normal. Olericulture : Tehnik budidaya tanaman sayuran. On season : Berbuah pada saat musim. Partenokarpi : Terbentuk buah tanpa penyerbukan atau polinasi. Penyerbukan : Proses bersatnya polen dengan kepala putik. Perkebunan rakyat : Usaha tani yang dilakukan oleh rakyat atau petani. Pistil : alat kelamin bunga betina. Plasma nutfah : Semua jenis tanaman yang ubuh di suatu kawasan, disebut juga sumber daya hayati. Pomology : Tehnik budidaya tanaman buah-buahan. Ringging/girding : Pencincinan, pembuangan kulit kayu dengan menguliti atau membuat pelukaan melingkar pada pangkal pohon atau cabang. Soil drenching : Aplikasi larutan tertentu dengan menyiramkannya lewat tanah disekitar pangkal batang. Stamen : Alat kelamin jantan. Strangulasi : Melilit batang atau cabang dengan kawat.
perkebunan mangga skala komersil, ada kecenderungan bahwa pemakaian paklobutrazol sudah merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat rutin. Induksi pembungaan mangga terjadi 2-3 bulan setelah perlakuan paklobutrazol, tergantung varietasnya. Perlakuan paklobutrazol pada mangga gadung 21 menyebabkan pembungaan terjadi 2 bulan lebih cepat dari musim normalnya. Waktu masak buah semakin cepat dan kekerasan buah semakin berkurang dengan semakin meningkatnya takaran paklobutrazol. Hasil per poho meningkat 59 %, tetapi ukuran buah rata-rata menurun. Kandungan vitamin C meningkat tetapi pH dan total padatan terlarut tidak berubah (Purnomo dan Prahardini, 1989). Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan, dosis optimum paklobutrazol untuk menginduksi pembungaan mangga dan menekan pertumbuhan vegetatif tanpa merusak pohon berkisar antara 2,5-4g bahan aktif/pohon atau setara dengan 10-16 cc cultar/ liter air / pohon. Perlakuan yang melebihi 20 cc cultar/liter air / pohon menyebabkan munculnya perubahan bentuk daun yang menandakan bahwa pada konsentrasi diatas 20 cc/ liter air /pohon terjadi efek negatif dari paklobutrazol. Hasil penelitian Poerwanto, et al., (1997) menunjukkan bahwa paklobutrazol dengan dosis 0,05 g/pohon sudah cukup efektif untuk meninduksi pembungaan mangga gadung 21, tetapi diikuti dengan aplikasi zat pemecah dormansi 1 bulan setelah penyemprotan paklobutrazol. Paklobutrazol menyebabkan bungan terinduksi, tetapi di lain pihak juga menyebabkan munculnya calon tunas generatif. Pemberian zat pemecah dormansi yang diaplikasikan pada mata tunas setelah aplikasi paklobutrazol akan memecahkan tunas dorman dan memaksa tunastunas tersebutmuncul. Dari beberapa jens dan konsentrasi zat pemecah dormansi yang digunakan, yang efektif memecahkan tunas bunga dorman yang telah terinduksi oleh pemberian paklobutrazol adalah benzil adenin 0,10 g/liter, etefon 0,40 g/l dan KNO3 40 g/l. Karena harga benzil adenin mahal dan sulit larut dalam air, untuk tujuan komersil disarankan untuk menggunkan etefon. Benzil adenin adalah zat pengatur tumbuh kelompok sitokinin yang berfungsi meningkatkan laju pembelahan sel meristem pada mata tunas sehingga memacu perkembangan dan pertumbuhan tunas tersebut. Sedangkan etefon mampu memecah dormansi mata tunas generatif karena etilen yang dilepaskan dari hasil reaksinya dalam tanaman meningkatkan permeabilitas membran sel sehingga mempermudah gerakan molekul ke sitoplasma. Kemampuan KNO3 dalam memecah dormansi mungkin berhubungan dengan peran ion k+ dalam meningkatkan translokasi sukrosa, peningkatan laju transportasi sukrosa pada apoplas dari sel mesofil daun, peningkatan laju transportasi sukrosa pada aoplas dari sel mesofil daun, peningkatan pemuatan pada floem maupun pengaruh langsung dari peningkatan tekanan osmosis ( Marschner,1986). Paklobutrazol dapat diaplikasikannpada tanaman melalui 2 cara, yaitu: dengan penyemprotan melalui daun (folliar spray) dan melalui tanah ( soil drenchhing ). Aplikasi lewat tanah lebih efektif dibanding lewat daun dan pengaruhnya dapat bertahan lebih lama. Aplikasi lewat daun akan efektif jika dilakukan beberapa kali penyemprotan dengan dosis rendah. Untuk mangga, pemberian melalui tanah dengan cara disiramkan disekitar pangkal pohon dilakukan pada tanaman yangsehat dan pucuknya tidak sedang menumbuhkan pucuk atau daun muda. Sedangkan zat pemecah dormansi disemprotkan melalui daun secara merata keseluruh permukaan tanaman satu bulan setelah pemberian paklobutrazol ( Subhadrabhandu dan Tongumpai, 1990). Selain paklobutrazol, ZPT yang lain adalah cyclosel. tetapi paklobutraol lebih efekif dibandingkan cyclosel dengan efek yang bisa bertahan sampai lebih dari satu tahun setelah perlakuan sementara retardan lain hanya mampu bertahan satu musim. Efek residu paklobutrazol pada mangga dilaporkan oleh Subhadrabandhu dan tongumpai (1990), bahwa mangga yang pada tahun pertama disemprot dengan 2 grm/ pohon kemudian pada tahun berikutnya disemprot lagi dengan 0,5;1,0;dan 1,5 gram/ pohon,dosis 0,5 dan 1,0 gram / pohon disamping menginduksi pembungaan juga meningkatkan prosentase tunas yang berbunga, sedangkan dosis 1,5 gram /pohon justru menghambat pembungaan mangga. Data tersebut
menunjukan bahwa pemberian paklobutrazol secara terus-menerus akan berdampak buruk bagi pertumbuhan dan pembungaan berikutnya. Kalium nitrat (KON3) juga dilaporkan dapat digunakan untuk merangsang produksi buah diluar musim. Keberhasilan penggunaan kalium nitrat dalam merangsang produksi buah diluar musim telah dilaporkan oleh efendi (1994) pada mangga. Di philipina penggunaan kalium nitrat pada mangga telah dilakukan sejak tahun 1979. penemuan tersebut memungkinkan Philipina memproduksi buah mangga kultivar pico,carabao dan pahutan sepanjang tahun dan menghilangkan biennial bearing (Bondad,1990). Zat pengatur tumbuh NAA (Naftalena Acetic Acid) juga dilaporkan dapat mempercepat pembungaan mangga. Pemberian dosis 25,50,dan 75 ppm dapat mempercepat tanaman berbungan 1-2 minggu dibandingkan dengan yang tidak diberi NAA. Frekwensi penyemprotan 1 minggu sekali selama 12 minggu.
081318942462
dilakukan pada pohon yang sehat secara fisik. Pengeatan dua kali dalam dua tahun berturutturut dapat membahayakan kelangsungan hidup pohon karena jaringan tapis didaerah bekas luka sulit terbentuk. Selain perlakuan kerat batang stres air dapat digunakan untuk merangsang pembungaan karena ramputan memberikan respon positif terhadap periode kekereingan singkat yang diperlukan untuk pembentukan bunga. Intensitas pembungaannya berhubungan dengan tingkat dan lamanya tanaman mengalami stres air. Munculnya bunga berhubungan erat dengan adanya musim kering yang diikuti turunnya hujan sekali sekali. Hasil penelitian Liferdi (2000) menunjukan bahwa rambutan memerlukan periode kering sebelum berbunga. Setelah mengalami musim kering selama satu bulan, bunga rambutan muncul sekitar dua minggu setelah mendapat pengairan atau setelah hujan turun kembali. Paklobutrazol dapat menginduksi rambutan berbunga pada mas off year. Rambutan yang diberi perlakuan paklobutrazol 1,5 g/pohon dan 3 g / pohon nyata meningkatkan jumlah tunas generatif dan meningkatkan kandungan klorofil daun yang menyokong buah dibandingkan dengan pohon kontrol. Dosis optimum untuk menginduksi bunga adalah 1,5 g / pohon karena dosis tersebut tidak menyebebkan tunas dorman, sedangkan dosis 3 g / pohon menyebabkan tunas dorman sehingga perlu diikuti dengan pemberian zat pemecah dormansi, KNO3.
Semua Produk Memproduksi Buah Rambutan diluar musim dapat di beli di PT SIGMA GLOBAL HITECHS 081318942462
Budidaya Singkong
Singkong atau ubi kayu secara intensif berpotensi mempunyai nilai ekonomi yang besar. Hasil olahan singkong sekarang ini sangat variatif dari bahan pangan sampai dengan bioetanol sebagai pengganti bahan bakar bensin. Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea 180 kg, TSP 150 kg dan KCL 100 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N : P : K = 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 23 bulan yaitu sisanya dengan dosis N : P : K = 2/3 : 0 : 2/3. Sistem Budidaya Singkong dengan POC SIGMAFOLLIAR : Sistem pemupukan menggunakan POC SIGMAFOLLIAR, mengurangi kebutuhan pupuk anorganik/kimia sampai dengan 50%. Adapun salah satu cara pemupukan ubi kayu/singkong adalah sebagai berikut : 3 hari sebelum tanam berikan larutan POC SIGMAFOLLIAR (1 liter POC SIGMAFOLLIAR dilarutkan dalam 500 liter) pada lahan secara merata. 10 hari setelah tanam berikan campuran pupuk Urea sebanyak 30 kg, TSP 75kg dan KCL 17 kg pada lahan 1 ha. Asumsi bila 1 ha lahan terdapat 5000 pohon berarti 1 pohon diberikan campuran pupuk 25gram. Pemberian POC SIGMAFOLLIAR selanjutnya setiap 1 bulan sekali sebanyak 1 liter per ha sampai tanaman umur 4 bulan.
Pemberian pupuk anorganik/kimia lanjutan pada umur tanaman 60-90 hari berupa campuran pupuk urea sebanyak 60kg dan KCL sebanyak 33kg. Asumsi bila 1 ha lahan terdapat 5000 pohon berarti 1 pohon diberikan campuran pupuk 18gram.
Tabel Analisa budidaya singkong konvensional vs POC SIGMAFOLLIAR Jenis Pupuk Dosis Pupuk (Per Hektar/Sekali Tanam) Cara Konvensional / Petani Jml Harga /kg Total (kg) 10000 Rp 350.00 Rp 3,500,000.00 180 Rp 1,400.00 Rp 252,000.00 150 Rp 1,700.00 Rp 255,000.00 100 Rp 6,000.00 Rp 600,000.00 Jumlah Rp 4,607,00.00 Dosis Pupuk (Per Hektar/Sekali Tanam) Jml (kg) 5000 90 75 50 6 Harga /kg Total
Jenis Pupuk
Rp 350.00 Rp 1,750,000.00 Rp 1,400.00 Rp 126,000.00 Rp 1,700.00 Rp 127,500.00 Rp 6,000.00 Rp 300,000.00 Rp 80,000.00 Rp 480,000.00 Jumlah Rp 2,783,500.00
Diposkan oleh PT. SIGMA GLOBAL HITECH di 13:42:00 Kirimkan Ini lewat Email
5. tuang di tempat yang lebih besar, tambahkan air sampai volumenya mencapai 1 liter. ( jika anda menggunakan alkohol 20 ml air yang ditambahkan 980 ml). 6. Jika kemurnian hormon 90 % anda sudah mendapatkan larutan Hormon dengan konsentrasi 900 ppm 7. sekarang anda tinggal menggunakan larutan tersebut sesuai kebutuhan anda. untuk mendapatkan larutan Hormon dengan konsentrasi 90 ppm anda tinggal mengambil dari larutan induk yang sudah dibuat tadi sebanyak 10 ml dan ditambahkan air sampai volume 1 liter anda sudah mendapatkan larutan Hormon yang siap diaplikasikan.
GIBERELIN
Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3 yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas). Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut : 1. 2. 3. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.. Meningkatkan pembungaan. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah Berperan pada pemanjangan sel.
4.
A. Peningkatan kadar auxin : giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding sel terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan (prekusor/pembentuk auksin) sehingga kadar auxin meningkat. giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim perusak Auxin. B. giberelin merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini akanmenghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan menyebabkan air lebih banyak lgi masuk ke sel sehingga sel memanjang. 5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi. =
Harga GA3 90 %
- Rp. 10.000 / gram - Rp. 700.000/ 100 gram - Rp. 5.750.000 / kg GA3 75 % = - Rp. 7.500/ gram Rp. 600.000/ 100 gram Rp. 4.750.000/ kg GA3 50 % = - Rp. 6.000 / gram Rp. 500.000/100 gram - Rp. 3.750.000/ kg Pemesanan Hubungi: KRISTYAN ADINATA 081318942462
3. PEMBUATAN PUPUK EM ORGANIK Proses pembuatan pupuk cair organic berlangsung secara anaerob atau secara fermentasi tanpa bantuan sinar matahari. Bahan: Sampah organic basah, Rajang dan padatkan karung uk.25 kg Larutan media: 1. Cairan molase 500 ml 2. Air bekas cucian beras (cucian pertama . 1 liter 3. Air kelapa yang sudah tua .. 1 liter 4. Air bersih 7 liter Peralatan: Ember tertutup uk. 20 lt Karung serat sintetis Tali Cara pembuatan: 1) Masukkan sampah organic ke dalam karung dan tekan sampai padat, lalu ikat. 2) masukkan larutan media ke dalam ember. Masukkan karung (1) ke dalam ember hingga terendam seluruhnya. 3) Berikan beban diatas karung tersebut agar tidak mengapung. Tutup rapat hingga udara tidak dapat masuk. 4) Simpan selama 7-10 hari di tempat teduh dan terhindar dari sinar matahari langsung. 5) Setelah proses fermentasi selesai, angkat karung (1) dan pisahkan dari larutan media. Pupul cair organic sudah dapat digunakan: Untuk pemupukkan daun dengan penyemprotan 100:1 (500 ml air : 5 ml pupuk cair organic). Untuk pemupukkan akar dengan menyiramnya 500:1 (5 lt air : 10 ml pupuk cair organic). Untuk mengurangi bau khas pupuk cair organic dapat dicampur dengan persan air jeruk citrun atau daun pandan
Cara Pembiakan Bakteri Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut: Bahan dan Komposisi: 1 liter bakteri 3 kg bekatul (minimal) kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu) kg terasi 5 liter air Alat dan Sarana: Ember Pengaduk Panci pemasak air Botol penyimpan Saringan (dari kain atau kawat kasa) Cara Pembiakan: Panaskan 5 liter air sampai mendidih. Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu), lalu aduk hingga rata. Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan). Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari. Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit. Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend dari udara). Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini. Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.
3. Menyehatkan ternak 4. Menyeimbangkan mikroorganisme di dalam perut ternak 5. Meningkatkan nafsu makan ternak 6. Menekan penyakit pada ternak 7. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ternak Cara Pemakaian : Sebagai air minum ternak, Larutkan 1 cc EM-4 per satu liter air minum setiap hari. Larutkan 1 cc EM-4 per satu liter air, kemudian disemprotkan ke dalam pakan ternak. Untuk mencegah bau kotoran dan kandang ternak, larutkan EM-4 dan Molas ke dalam air dengan perbandingan 1:1:100 kemudian disimpan dalam tempat yang tertutup rapat selama 1-2 hari kemudian dipergunakan untuk menyemprot kandang dan pada badan ternak dengan dosis 10 cc larutan dalamn 1 liter air. APLIKASI EM-4 DI BIDANG PERIKANAN Manfaat : 1. Memperbaiki mutu air tambak. 2. Menguraikan bahan-bahan sisa makanan, kotoran udang / ikan menjadi senyawa organik yang bermanfaat. 3. Menekan serangan mikroorganisme patogen. 4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tambak. 5. Menekan hama dan penyakit Cara Pemakaian : Pada saat pengolahan dasar tambak diberikan Bokashi sebanyak 5 ton/ha, selanjutnya disiram larutan EM-4 sebanyak 4 liter/ha dan dibiarkan selama 2 minggu. Pada saat masa pertumbuhan diberikan EM-4 sebanyak 16 liter per hektar. Interval waktu pemberian EM-4 adalah 1 bulan sekali atau tergantung pada kondisi air tambak
Cara membuat: 1. Sampah sayur, kulit buah-buahan dan bekatul dicampurkan. Tempatkan misalnya di dalam sebuah ember atau penampung yang lain. Tutup. Sambil kadang-kadang diaduk, biarkan selama satu minggu sampai membusuk sehingga menjadi EM1. EM singkatan dari Effective Microorganism, yaitu jasad renik "ganas" yang akan mempercepat proses pengomposan. Ditengarai dengan angka 1 karena inilah cairan mikroorganisme yang terbentuk setelah mengalami dekomposisi selama satu minggu. 2. Cairan EM1 dicampur dengan sampah sayur dan kulit buah-buahan. Kemudian didiamkan lagi selama satu minggu. Cairan baru yang terbentuk disebut dengan EM2. 3. Cairan EM2 dicampurkan dengan bekatul, gula merah dan air beras. Dan didiamkan lagi selama satu minggu sehingga menjadi EM3. 4. Diamkan lagi selama satu minggu tanpa menambahkan apa-apa. Cairan itu telah menjadi EM4.