You are on page 1of 6

Lima kasus KDRT yang terjadi di indonesia Tugas akhir sistim hukum indonesia Oleh: Albert manda 06 192

010

Universitas Andalas Fakultas ilmu sosial ilmu politik Antropologi Padang 2011 LIMA KASUS KDRT YANG TERJADI DI INDONESIA
Korban KDRT di Jatim Enggan Melapor
Senin, 10-Nopember-2009, media indonesia

Surabaya, Kominfo Newsroom -- Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi (Infokom) Jatim, Suwanto mengatakan, kecenderungan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), di Jawa Timur kebanyakan tidak mau melapor kepada pihak berwajib. Ia menjelaskan, terdapat empat jenis kekerasan yang bisa dikatakan sebagai KDRT, yakni kekerasan fisik di rumah tangga, psikologi atau emosi, finansial serta pemaksaan hubungan seksual, baik yang dilakukan suami atau istri. ''Enggan nya melapor ini, karena ada beberapa faktor, salah satunya adanya nilainilai bahwa posisi perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Kebanyakan tidak mau melapor, sebab semua wanita tidak bersedia melapor, dan menganggap KDRT merupakan masalah rumah tangga biasa,'' kata Suwanto di Surabaya, Minggu (9/11). Menurut nya, kebanyakan dari masyarakat masih enggan dan malu, serta belum memahami bahwa kekerasan itu sebagai bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia. ''Oleh karena itu, pencegahan dan pemulihan terhadap korban KDRT sangat perlu dilakukan secara intensif,'' tambahnya. Sementara Kepala Badan Informasi Publik, Depkominfo RI, Suprawoto menjelaskan, faktor lain yang menyebabkan wanita enggan melapor adalah kurangnya pemahaman mengenai pengembangan kapasitas, artinya setiap orang yang berada di dalam rumah tangga, selalu mempunyai kapasitas, atau tanggung jawab. ''Kebeba san seseorang yang berada dalam rumah tangga jangan disalah artikan, karena akan merugikan kepentingan rumah tangga,'' katanya. Di tempat yang sama, Kepala Pemberdayaan Perempuan Bapemas Propinsi Jatim, Sri Utami menyebutkan, data kasus KDRT yang ada di Jatim setiap tahun mengalami penurunan, hal ini bisa dilihat dari data 2005, terjadi sebanyak 526 kasus, 2006 sejumlah 155 kasus, 2007 sejumlah 151 kasus, sedangkan pada 2008 terakhir hingga per akhir Oktober hanya 97 kasus. Menurunn ya, kasus KDRT, karena faktor kesaradan masyarakat telah meningkat. Selain itu, menurutnya, pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakkan sebagai perlindungan korban KDRT, seperti surat keputusan (SK) Gubernur nomor 188/145/KPTS/013/2004 tentang komisi perlindungan anak, Perda Propinsi Jatim No 9 tahun 2005 tentang penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan. ''Tu juannya untuk memberikan perlindungan dan pelayanan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan yang berbasis gender serta memberikan kepentingan terbaik bagi anak yang berada di rumah tangga.

KDRT, Lapor Saja ke Polisi


Kamis, 26 Mei 2011, singgalang

PADANG - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Sumbar dari tahun ke tahun terus meningkat. Korban terbanyak perempuan dan anak. Pelaku utama suami yang suka main tampar. Jika terlihat, lapor segera ke polisi. Sementara itu, untuk menekan angka tersebut Tim Penggerak PKK Sumbar, menggelar sosialisasi UU KDRT bagi sejumlah organisasi wanita se-Sumbar. Diharapkan kasus KDRT di Ranah Minang kian menurun. Kita sangat prihatin dengan peningkatan kasus yang terjadi di Sumbar, kondisi ini tidak boleh berlarut-larut. Karena itu dibutuhkan dukungan dan dorongan dari semua elemen untuk menekan kasus KDRT, kata Ketua Tim Penggerak PKK Sumbar, Ny. Nevi Irwan Prayitno, saat membuka sosialisasi UU KDRT dan Perlindungan Anak di Kantor PKK Sumbar, Rabu (25/5). Dikatakan Nevi, KDRT terjadi karena banyak faktor, mulai dari faktor ekonomi, pendidikan yang rendah dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang UU KDRT itu sendiri. Perempuan dan anak sering menjadi objek dalam tindak kekerasan dalam rumah tangga. Karena itu melalui sosialisasi tersebut diharapkan perwakilan anggota organisasi wanita se-Sumbar itu diharapkan menyosialisasikan kembali tentang UU KDRT kepada anggota, lingkungan sekitar hingga tingkat nagari. Sosialisasi ini untuk menambah wawasan tentang KDRT, perlindungan anak dan perdagangan orang yang sering kali terjadi dalam masyarakat. Jika kita mendengar atau melihat tindak KDRT di sekitar lingkungan tempat tinggal, langsung laporkan pada pihak yang berwajib, sebut Nevi. Sosialisasi yang digelar Kementerian Hukum dan HAM Sumbar bekerjasama dengan PKK Sumbar tersebut diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi semua komponen masyarakat khususnya kaum perempuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara yang dilindungi UU. Sosialisasi tersebut menghadirkan dua nara sumber yang berasal dari Kementerian Hukum dan HAM Sumbar. Mereka memaparkan tentang UU. No 23 tahun 2004 tentang penghapusan KDRT. Dalam penjelasan dua nara sumber itu mengatakan KDRT merupakan perbuatan terhadap seorang perempuan yang berakibat secara fisik, seksual, psikologis dan ancaman serta penelantaran rumah tangga atau perampasan kemerdekaan dalam lingkup rumah tangga. Jaminan yang diberikan negara untuk mencegah terjadinya KDRT, menindak pelaku dan melindungi korban. Dalam pasal 5 huruf a, kekerasan fisik merupakan perbuatan yang menyebabkan rasa sakit. Dalam pasal 5 huruf b, kekerasan psikis merupakan kekerasan yang menyebabkan ketakutan berupa ancaman dan hinaan. Pasal 5 huruf c, menjelaskan tentang kekerasan seksual. Ketentuan pidana pasal 44-49 yaitu; pidana penjara 4 bulan- 15 tahun. Pidana denda Rp5 juta hingga Rp500 juta. Untuk pidana tambahan, membatasi gerak pelaku dan mengikuti program konseling.

Baru Menikah Enam Bulan


KDRT Mantan Kapolres Agam
Kamis, 23 Desember 2010, singgalang

Padang - Singgalang Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menimpa AKBP Maulida Gustina, mantan Kapolres Agam kini dalam penyidikan Polresta Padang, sementara pihak Polda hanya memantau saja. Pelaku, Faisal, hingga kemarin masih mendekam di tahanan Mapolresta, guna memudahkan penyidikan. Kabid Humas Polda Sumbar AKBP AB Kawedar kepada Singgalang, Rabu (22/12) mengakui penyidikan kasus KDRT itu dalam penyidikan Polresta Padang. Kasus KDRT itu ditangani penyidik Polresta, Polda hanya memantau saja, katanya. Menurut dia, kasus yang dialami perwira polisi itu merupakan masalah keluarga, jadi pihak Polda tidak ikut campur, segala bentuk penyelesaiannya diserahkan pada Maulida. Korban memang perwira menengah, tapi ini masalah keluarga, semuanya kita serahkan pada Maulida, ujar Kawedar. Berkembang informasi pernikahan Maulida dengan Faisal tidak diketahui dan direstui oleh pimpinan Polda, mereka baru mengetahui setelah adanya kejadian KDRT tersebut. Tidak benar itu, Ibu Maulida menikah secara resmi dan direstui oleh pimpinan, kata Kawedar. Korban yang baru menikah dengan pelaku enam bulan lalu, sebelumnya juga telah pernah terjadi pertengkaran hingga pemukulan. Ketika itu, kejadian tersebut sempat dilaporkan ke Polsek Nanggalo, sebab keduanya tinggal di Perumahan Mega Asri, Lapai. Ketika anggota kepolisian datang ke sana, mereka sudah damai dan mengaku tidak ada terjadi apa-apa antara mereka. Banyak lagi kasus yang dialami Polwan senior itu yang saat ini dalam penyidikan aparat kepolisian. Kasus KDRT yang dialami mantan Kapolres Agam itu terjadi Jumat (17/12) sore dan dilaporkan Sabtu (18/12) ke Polresta. Dalam kejadian, perwira polisi itu mengalami luka memar di bagian wajah. Hasil visum pihak rumah sakit, terdapat luka memar di bagian tubuh, leher dan muka korban. Kapolresta Padang AKBP M Seno Putro, membenarkan kejadian yang menimpa perwira Polwan tersebut. Saat ini kasus KDRT itu sedang ditindaklanjuti oleh penyidik PPA. Pelakunya sudah ditangkap dan tidak akan ada penangguhan penahanan, kata Seno. Pada Selasa (21/12) siang Mualida berada di ruang PPA Polresta Padang. Ketika ditanyai ia hanya mengaku akan menemui Kapolresta Padang. Saya mau menemui Kapolresta, beliau teman baik saya, kata Maulida mengelak. Saat ditanya kasus yang menimpa dirinya, Polwan itu hanya tersenyum, tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya.

KDRT Diprediksi Meningkat

Jumat, 26 March 2010

Padang, Singgalang Jumlah tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan anak, diprediksi bakal meningkat di 2010 ini, dibandingkan di bulan yang sama tahun 2009 lalu. Berdasarkan data yang dihimpun Singgalang dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), selama kurun waktu tiga bulan di tahun 2010 saja, jumlah laporan pengaduan yang masuk, sebanyak lima kasus. Terdiri dari kasus KDRT seperti selingkuh dan tidak diberikan nafkah, biaya hidup selama bertahun-tahun, serta pelecehan terhadap anak. Paling banyak pengaduan tentang permasalahan rumah tangga. Diantaranya, kehadiran orang ketiga, dan percekcokan masalah perekonomian, tidak diberikan nafkah lahir dan batin, ungkap Wakil Ketua P2TP2A, Dra. Hj. Marnis Nurut kepada Singgalang, Kamis (25/3). Jumlah pengaduan yang masuk kurun waktu tiga bulan ini, jauh meningkat dibandingkan tahun 2009. Dikatakan Marnis Nurut, pengaduan yang masuk ke P2TP2A hanya sebanyak 15 kasus pengaduan. Terdiri dari, KDRT dan pelecehan terhadap anak. Dari laporan yang masuk tersebut 50 persen diantaranya berhasil kami selesaikan dengan jalan perdamaian, 25 persen lagi tidak tuntas dan harus diseret ke meja hijau. Sisanya, 25 persen belum sempat diselesaikan, namun sang pelapor menghilang begitu saja, cerita Marnis Nurut. Dia menilai peningkatan itu bisa disebabkan, tingginya angka kasus kekerasan terhadap wanita dalam rumah tangga maupun terhadap anak, atau bisa tindakan kekerasan itu sendiri yang meningkat. Pendirian P2TP2A dilatarbelakangi munculnya banyaknya permasalahan kekerasan terhadap kaum perempuan dan anak yang muncul dilapangan. Kekerasan itu tidak bisa dibiarkan begitu saja, sebab tindakan itu termasuk kriminal dan dihukum pidana.

Kekerasan Masih Menghantui Perempuan


8 maret 2011, kompas Kembalinya perempuan korban KDRT pada suami menunjukkan bahwa budaya patriarki masih bertakhta. SOLO, KOMPAS.com - Kasus kekerasan masih menjadi masalah yang menghantui perempuan dan anak-anak. DiKota Solo, tercatat sebanyak 634 kasus kekerasan terjadi selama 2006-2010. Angka ini diyakini jauh lebih kecil dari jumlah sebenarnya yang terjadi di tengah masyarakat. "Perempuan masih enggan melapor karena nrimo dan menganggap malah mengumbar aib," kata Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bappermas) Kota Solo Nuning Sri Sulistyaningsih usai

pertemuan dalam rangka peringatan Hari Perempuan Internasional, Selasa (8/3/2011). Nurul Sutarti dari Yayasan Krida Paramita Solo mengungkapkan, kasus kekerasan yang paling banyak menimpa perempuan adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), sedangkan anak-anak banyak menghadapi kasus eksploitasi seksual anak (eska). Ia mencontohkan, pada tahun 2008, kasus KDRT perempuan mencapai 61 persen sedangkan kasus eska mencapai 52 persen. Penyebab utama terjadinya KDRT, baik menurut Nuning maupun Nurul, terjadi karena kondisi ekonomi keluarga. Ketergantungan ekonomi perempuan pada lakilaki dalam keluarga menyebabkan perempuan tidak berdaya saat terjadi KDRT. Kota Solo sebenarnya telah memiliki Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Surakarta (PTPAS) yang terdiri dari 44 elemen, seperti lembaga swadaya masyarakat, institusi penegak hukum, dewan perwakilan daerah, dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Masing-masing juga telah diber ikan peran dan standar operasional prosedur. Namun sayang implementasinya belum optimal karena belum adanya kesamaan persepsi dan komitmen akan perlindungan perempuan dan anak. Sebagai contoh, anggaran yang minim dan kapasitas sumber daya manusia yang masih terbatas. "Saya tidak bisa bayangkan daerah lain yang belum punya seperti PTPAS ini, barangkali upaya perlindungan perempuan dan anaknya masih sangat terbatas," kata Nurul. Nuning mengakui, belum adanya pemahaman yang sama tentang peran dan tugas masing -masing. Demikian pula dengan anggaran yang terbatas . Ia berharap, tim anggaran dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bisa lebih berpihak pada upaya perlindungan perempuan dan anak melalui PTPAS. Sinergi belum bisa terjadi. Keterlibatan dalam PTPAS masih sebatas formalitas di atas kertas, kata Nuning. Source: kompas regiona

You might also like