You are on page 1of 19

STERILISASI

Diajukan Sebagai Tugas


Masail Fiqhiyah

Disusun Oleh : M Dwi Fidiqsa Nurul Maulidiyah Lia Indriawati ( D31208034 ) ( D31208038 ) ( D31208039 )

Dosen Pembimbing Drs. Mahjudin , M.Pd.I

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA F A K U L T A S T A R B I Y A H S U R A B A Y A JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) 2011

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah,kami panjatkan rasa puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberkahi kami, sehingga laporan ini dapat selesai dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberi jalan yang terang dan mengentas kita dari kebodohan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen yang setia membimbing kami selama masa perkuliahan serta proses penyelesaian laporan ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kita dalam penyelasian laporan ini, terutama kepada orang tua kami yang selalu mendoakan kami dimana pun berada. Dan tak lupa kami ucapkan maaf atas segala khilaf atas penulisan makalah ini.Karena kami jua hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Semoga apa yang kami sajikan ini berguna bagi kita semua dan dapat membantu dalam segala hal.

Surabaya , 20 Maret 2011

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang sempurna memiliki rasa dan karsa, sehingga mereka pun akan senang dicinta dan mencinta. Setiap dari kita juga memiliki rasa untuk memiliki, sehingga kadangkali kita butuh perjuangan yang keras untuk mendapatkannya. Salah satunya adalah keturunan. Siapa yang dari kita ini yang tidak menginginkan momongan atau keturunan. Dalam Islam kita diperintahkan untuk memperbanyak keturunan untuk memperluas dakwah Islamiyah. Tidak hanya itu saja, dengan adanya keturunan manusia juga dapat memperbanyak jenisnya. Makanya, kadangkala ada orang mengatakan banyak anak, banyak rezeki Inilah kesalahan persepsi. Bahwa semua orang memperbanyak anak karena ingin memperoleh rezeki yang banyak pula. Nah, dengan adanya kesalahan itu, pemerintah jaman Orba menggalakkan program KB. Program ini memiliki banyak varian, seperti alat kontrasepsi, dan sterilisasi. Mungkin kita sering mendengar kataalat kontrasepsi tapi untuk masalah sterilisasi masih jarang terjamah. Oleh karena itu, kami akan membahas hal tersebut di dalam makalah kami. B. Rumusan Masalah 1. Apakah Sterilisasi itu? 2. Apakah yang dimaksud dengan vasektomi dan tubektomi ? 3. Bagaimana proses tubektomi dan vasektomi ? 4. Bagaimana pendapat ulama dan ahli kesehatan reproduksi mengenai vasektomi dan tubektomi ? 5. Bagaimana hukum sterilisasi secara Islam dan undang-undang ?

C. Tujuan

Menjelaskan dan memahamkan kepada mahasiswa mengenai apakah sterilisasi, macam-macamnya, prosesnya dan hukum serta dasar-dasar hukum yang berkaitan dengan sterilisasi D. Manfaat

Mahasiswa akan tahu apa sterilisasi Mahasiswa akan mampu menyebutkan macam-macam sterilisasi Mahasiswa akan dapat menjelaskan serta memahami hukum yang jelas tentang sterilisasi

Mahasiswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sterilisasi Sterilisasi merupakan suatu tindakan/metode yang menyebabkan seorang wanita tidak dapat hamil lagi1. Ada juga yang mengartikan sterilisasi ialah memandulkan lelaki atau wanita dengan jalan operasi (pada umumnya) agar tidak dapat menghasilkan keturunan2. Sterilisasi berbeda dengan cara-cara/alat-alat kontrasepsi lainnya yang pada umumnya hanya bertujuan menghindari/menjarangkankehamilan untuk sementara waktu saja. Sedangkan sterilisasi ini, sekalipun secara teori orang yang disterilisasikan masih bisa dipulihkan lagi (reversible), tetapi para ahli kedokteran mengakui harapan tipis sekali untuk bisa berhasil.
1

Drs.H. Mahjuddin, M.Pd.I, Masail Fiqhiyah (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), 75 Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Jakarta : Gunung Agung, 1997),67

Meskipun sterilisasi merupakan tindakan untuk memandulkan wanita atau pria, tetapi tidak dapat disamakan pengertiannya dengan istilah infertilitas; karena istilah tersebut dapat diartikan sebagai berikut: Infertilitas (kemandulan) menyatakan berkurangnya kesanggupan untuk berkembang biak, tanpa melalui prose operasi. Jadi perbedaannya adalah sterilisasi merupakan pemandulan dengan cara yang disengaja, tetapi infertilitas merupakan kemandulan yang tidak disengaja. Maka dapat diketahui bahwa infertilitas (kemandulan) menjadi dua macam, yaitu:3 a). Infertilitas primer Adalah kemandulan yang sama sekali tidak pernah hamil. b). Infertilitas sekunder Adalah keadaan wanita yang sudah pernah hamil, lalu menjadi mandul karena factor umur yang sudah lanjut.

B. Pengertian Vasektomi dan Tubektomi Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari dua kata yaitu vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu saluran yang menyalurkan sel benih jantan (spermatozoa) keluar dari buah zakar (testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani (vesikulaseminalis) sebagai tempat penampungan sel benih jantan sebelum dipancarkan keluar pada saat puncak sanggama (ejakulasi). Ektomi atau ektomia artinya pemotongan sebagian. Jadi vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian (0.5 cm 1 cm) saluran benih sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi testis dan saluran benih bagian sisi lainya yang masih tersisa dan pada masing-masing kedua ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan sehingga saluran menjadi buntu/tersumbat.4
3

Drs. H. Mahjudin, M.Pd.I,Masail....................,75

http://www.bkkbn.go.id/jabar/program_detail.php?prgid=7

Kata tubektomi berasal dari tuba dan ektomi, tuba = saluran telur wanita ektomi = membuang / mengangkat. Namun sekarang definisi ini sudah diperluas dengan pengertian sterilisasi tuba. Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen di mana saluran tuba di blokir sehingga sel telur tidak bisa masuk ke dalam rahim.5 C. Tata Cara Vasektomi dan Tubektomi Ada beberapa cara yang sering dilakukan dalam proses sterilisasi wanita, antara lain6: 1. Cara Radiasi, yaitu merusak fungsi ovarium, sehingga tidak dapat lagi menghasilkan monupause. 2. Cara Operatif, yang terdiri dari beberapa teknik, antara lain: Ovarektomi, yaitu mengangkat atau memiringkan kedua ovarium, yang efeknya sama dengan cara radiasi. Tubektomi, yaitu mengangkat seluruh tuba agar wanita tidak bisa lagi hamil, karena saluran tersebut sudah bocor. Ligasi Tuba, yaitu mengikat tuba sehingga tidak dapat lagi dilewati ovum (sel-sel telur). 3. Cara Penyumbatan Tuba, yaitu menggunakan zat-zat kimia untuk menyumbat lubang tuba, dengan teknik suntikan. Mengenai cara yang biasa dilakukan dalam proses sterilisasi pria, adalah vasektomi; dengan teknik membedah dan membuka vas (bagian dalam buah pelir), kemudian diikat atau dijepit agar tidak dilewati lagi sperma. D. Pendapat Ulama dan Ahli tentang Sterilisasi Hasil Ijtihad para ulama Islam tentang hukum vasektomi dan tubektomi7:
1.

hormon-hormon

yang

mengakibatkan

wanita

menjadi

Keputusan Majma Fiqh Islami di Kuwait tanggal 5/9/1988 menyebutkan: diharamkan untuk memutuskan kemampuan mempunyai anak bagi laki-laki

Ibid., Drs. Mahjudin, M.Pd.I,Masail..........,76

http://muslim.or.id/2007/01/07/konsultasi-ustadz-hukum-keluarga-berencana-kb/

dan perempuan yang dikenal dengan pemandulan (vasektomi dan tubektomi) tanpa adanya alasan yang dibenarkan syariat.
2.

Keputusan Majma Fiqh Islami di Makkah Mukarramah menyebutkan: Tidak dibolehkan pemutusan kehamilan selamanya (pemandulan) tanpa adanya alasan yang darurat secara syari. Yaitu apabila membahayakan hidupnya karena suatu penyakit, maka jika pemandulan adalah cara untuk menyelamatkan hidup si perempuan dari kematian maka itu dibolehkan. Pada dasarnya, hukum sterilisasi vasektomi dan tubektomi dalam Islam adalah

haram dengan beberapa sebab8: 1. Sterilisasi (vasektomi/tubektomi) berakibat pemandulan. Hal ini bertentangan dengan tujuan pokok perkawinan dalam Islam yaitu perkawinan selain bertujuan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat juga untuk mendapatkan keturunan yang sah. 2. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan menghilangkan sebagaian anggota tubuh yang sehat dan berfungsi). 3. Melihar aurat besar orang lain. Namun apabila suami istri dalam keadaan terpaksa ( darurat/emergency) seperti terancamnya jiwa si ibu apabila ia mengandung maka hal itu dibolehkan. Hal ini berdasarkan kaidah hukum Islam: Keadaan darurat itu membolehkan hal hal yang dilarang. Dasar Hukum dan Undang-Undang yang Mengatur KB. KB (Keluarga Berencana) merupakan progam pemerintah dalam rangka mensejahterakan masyarakat. Dalam hal ini Program KB diatur dalam9 :

GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) 1999 Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Undang-undang No. 10 Tahun 1992 dalam butir 17, 18, 19.

Nasional.

Prof. Drs H Masjfuk Z,Masail...............,68-69

Skripsi milik Sdr. Endah Parawesti tahun 2005 dengan judul KB dan Yuridis. Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Univ. Sebelas Maret Surakarta.

Berdasarkan hukum, status pria dan wanita adalah


Adil dengan persetujuan bersama (UU No. 10 Tahun 1992 Pasal 19) Suami istri mempunyai hak dan kewajiban yang sama serta kedudukan

yang sederajat dalam menentukan cara pengaturan kelahiran10 Dari dasar undang-undang tersebut, maka KB memang dianjurkan termasuk sterilisasi. Sebagai acuannya adalah kepadatan penduduk yang semakin besar masa ke masa. Dan lemahnya kesadaran dan pendidikan masyarakat tentang KB. Itulah mengapa KB diatur secara berkelanjutan oleh pemerintah. E. Hukum Sterilisasi menurut Islam Dari beberapa cara yang dilakukan oleh Dokter Ahli dalam upaya sterilisasi, baik yang dianggapnya aman pemakaiannya, maupun yang penuh resiko, kesemuanya dilarang menurut ajaran Islam; karena mengakibatkan seseorang tidak dapat mempunyai anak lagi. Pemandulan yang dibolehkan dalam ajaran Islam, adalah yang sifatnya berlaku pada waktu-waktu tertentu saja (temporer) atau istilah ( ) ) menurut istilah Agama, bukan yang sifatnya selama-lamanya atau (

menurut istilah tersebut. Artinya, alat kontrasepsi yang seharusnya dipakai oleh istri atau suami dalam ber-KB, dapat dilepaskan atau ditinggalkan, bila suatu ketika ia menghendaki ank lagi. Maka alat kontrasepsi berupa sterilisasi dilarang digunakan dalam Islam, karena sifatnya pemandulan untuk selama-lamanya, kecuali kalau alat tersebut dapat disambung lagi, sehingga dapat disaluri ovum atau sperma, maka hukumnya boleh, karena sifatnya sementara. Tetapi kalau kondisi kesehatan istri atau suami yang terpaksa, sehingga diadakan hal yang tersebut, menurut hasil penyelidikan seorang dokter yang terpercaya, baru dibolehkan melakukannya, karena dianggap dharurat menurut Islam. Sedangkan pertimbangan darurat, membolehkan melakukan hal-hal yang dilarang.

10

Ibid.,

Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi) maupun untuk wanita (tubektomi) sama dengan abortus, bisa berakibat kemandulan, sehingga yang bersangkutan tidak lagi mempunyai keturunan. Karena itu, International Planned Parenthood Federation (IPPF) tidak menganjurkan kepada anggota negara-negara anggotanya termasuk Indonesia untuk melaksanakan sterilisasi sebagai alat/cara kontrasepsi. IPPF hanya menyerahkan kepada negara-negara anggotanya untuk memilih cara/alat kontrasepsi mana yang cocok atau baik untuk masing-masing. Dalam hal ini,pemerintah Indonesia secara resmi tidak pernah menganjurkan kepada rakyat Indonesia untuk melaksanakan sterilisasi sebagai cara kontrasepsi dalam program KB, karena melihat akibat sterilisasi (pemandulan seterusnya) dan menghormati aspirasi umat Islam di Indonesia.11 Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi), maupun wanita (tubektomi) menurut Islam pada dasarnya dilarang. Karena alasan yang sangat prinsipal,ialah 12: a. Sterilisasi (vasektomi/tubektomi)berakibat dengantujuan pokok pemandulan tetap. Hal ini

bertentangan

perkawinan

menurut

Islam,yakni:

Perkawinan lelaki dan wanita selain bertujuan untuk kebahagiaan suami-istri dalam hidup di dunia dan di akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan yang sah yang diharapkan menjadi anak yang saleh sebagai penerus cita-citanya. b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan

menghilangkansebagian tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran mani/telur). c. Melihat aurat orang lain (aurat besar). Pada prinsipnya Islam melarang melihat aurat orang lain,meskipun sama jenis kelaminnya. Hal ini berdasarkab Hadis Nabi: Bersabda Rasulullah SAW,Janganlah laki-laki melihat aurat laki-laki lain dan janganlah bersentuhan seseoranglaki-laki dengan laki-laki lain dibawah sehelai selimut, dan tidak pula seorang wanita dengan wanita lain di bawah kain (selimut). (HR. Ahmad , Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).

11

Drs. Mahjudin, M.Pd.I,Masail...............,77 Prof. Drs. H. Majfuk Z,Masail.................,68-69

12

Tetapi

apabila

suami-istri

dalam

keadaan

yang

sangat

terpaksa(darurat/emergency), seperti menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu terhadap anak keturunannya yang bakal lahir, atau terancamnyajiwa si ibu bila mnegandung atau melahirkan bayi, maka sterilisasi diperbolehkan oleh Islam. Hal ini berdasarkan kaidah hukum Islam yang menyatakan: Keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang. Demikian pula melihat aurat orang lain (lelaki atau wanita) pada dasarnya itu dilarang (haram) , tetapi apabila sangat diperlukan(dianggap penting), seperti seorang lelaki yang hendak khitbah (meminang) seorang wanita, dapat diizinkan melihat aurat kecil (bertemu muka), sebagaimana sabda Nabi kepada Sahabat AlMughirah ketika mau kawin dengan seorang wanita: Lihatlah dia dahulu, karena sesungguhnya dengan melihat (mengenal lebih dahulu) lebih menjamin kelangsungan hubungan antara kamu berdua. ( HR. AtTirmidzi dan Al-Nasai dari Al-Mughirah). Apabila melihat aurat itu diperlukan untuk kepentingan medis (pemeriksaan kesehatan, pengobatan, operasi, dan sebagainya), maka sudah tentu Islam membolehkan ,karena keadaan semacam ini sudah sampai ke tingkat darurat, sehingga tanpa ada pembatasan aurat kecil atau besar, asal benar-benar diperlukan untuk kepentingan medis dan melihat sekadarnya saja atau seminimal mungkin. Hal ini didasarkan pada kaidah hukum Islamyang menyatakan: Sesuatu yang diperbolehkan karena terpaksa, adalah menurut kadar

halangannya. Catatan13 :
1.

Sterilisasi lelaki (vasektomi) harus dibedakan hukumnya dari khitan lelaki di mana sebagian dari tubuhnya ada pula yang dipotong dan dihilangkan , ialah kulup (qulfah, bhs. Arab, praeputium bhs. Latin), karena kalu kulup yang menutupi kepala zakar (hasyafah/glans penis) tidak dipotong dan dihilangkan justru bisa menjadi sarang penyakit kelamin (veneral diseases). Karena itu, khitan untuk anak lelaki itu justru disunatkan.

13

Ibid.,

2. Islam hanya membolehkan sterilisasi lelaki/wanita, karena semata-mata alasan medis. Selain alasan medis, seperti banyak anak atau kemiskinan tidak dapat dijadikan alasan untuk sterilisasi. Tetapi ia dapat menggunakan cara-cara/alatalat kontrasepsi yang diizinkan oleh Islam, seperti kondom, oral pill, vaginal tablet, vaginal pasta dan sebagainya. Perlu ditambahkan di sini, bahwa sesuai kaidah hukum Islam: Hukum itu berputar bersama illat-nya (alasan yang menyebabkan adanya hukum ada/tidak adanya. Hukum-hukum itu bisa berubah karena perubahan jaman,tempat, dan keadaan. Maka dapat disimpulkan,bahwa fatwa MUI Pusat pada tahun 1983 tentang larangan (haram) sterilisasi wanita atau pria dengan alasan sterilisasi bisa membantu akibat kemandulan tetap tidak relevan lagi, sehingga perlu dikaji ulang fatwa tersebut untuk disesuaikan dengan fatwa sekarang,bahwa sterilisasi lelaki dan wanita tidak lagi membawa akibat kemandulan tetap. Sebab dengan teknologi kedokteran yang makin canggih sekarang ini, seorang wanita atau pria yang telah disterilkan kemudian pada sewaktu-waktu ingin mempunyai anak lagi, masih bisa ditolong dengan operasi penyambungan saluran telur wanita atau saluran sperma pria yang bersangkutan dan reversible.14

14

Ibid.,

BAB III PENUTUP Kesimpulan


Sterilisasi ialah memandulkan lelaki atau wanita dengan jalan operasi (pada umumnya) agar tidak dapat menghasilkan keturunan. Sterilisasi berbeda dengan caracara/alat-alat kontrasepsilainnya yang pada umumnyahanya bertujuan menghindari/menjarangkankehamilan untuk sementara waktu saja. Sedangkan sterilisasi ini, sekalipun secara teori orang yang disterilisasikan masih bisa dipulihkan lagi (reversible), tetapi para ahli kedokteran mengakui harapan tipis sekali untuk bisa berhasil. Sterilisasi pada lelaki disebut vasektomi atau vas ligation. Caranya ialah memotong saluran mani (vas deverens) kemudian kedua ujungnya diikat, sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar penis (urethra). Sterilisasi lelaki termasuk operasi ringan, tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dan tidak mengganggu kehidupan seksual. Lelaki tidak akan kehilangan sifat kelelakiannya karena operasi. Nafsu seks dan potensi lelaki tetap, dan waktu melakukan koitus, terjadi pula ejakulasi,tetapi yang terpancar hanya semacam lendir yang tidak mengandung sel sperma. Lelaki yang disterilisasi itu testis-nya(buah pelir) masih tetap berfungsi,sehingga lelaki masih mempunyai semua hormon yang diperlukan. Juga kepuasan seks tetap sebagaimana biasa. Demikian pula kelenjar-kelenjar yang membuat cairan putih tidak berubah,sehingga pada waktu puncak kenikmatan seks (orgasme), cairan putih masih keluar dari penis.

Sterilisasi pada wanita disebut tubektomi atau tubal ligation. Caranya ialah dengan memotong kedua saluran sel telur (tuba palupi) dan menutup kedua-duanya, sehingga sel telur tidak dapat keluar dan sel sperma tidak dapat pula masuk bertemu dengan sel telur, sehingga tidak terjadi kehamilan. Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi) maupun untuk wanita (tubektomi) sama dengan abortus, bisa berakibat kemandulan, sehingga yang bersangkutan tidak lagi mempunyai keturunan. Karena itu, International Planned Parenthood Federation (IPPF) tidak menganjurkan kepada anggota negara-negara anggotanya termasuk Indonesia untuk melaksanakan sterilisasi sebagai alat/cara kontrasepsi. IPPF hanya menyerahkan kepada negara-negara anggotanya untuk memilih cara/alat kontrasepsi mana yang cocok atau baik untuk masing-masing. Dalam hal ini,pemerintah Indonesia secara resmi tidak pernah menganjurkan kepada rakyat Indonesia untuk melaksanakan sterilisasi sebagai cara kontrasepsi dalam program KB, karena melihat akibat sterilisasi (pemandulan seterusnya) dan menghormati aspirasi umat Islam di Indonesia. Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi), maupun wanita (tubektomi) menurut Islam pada dasarnya dilarang. Karena alasan yang sangat prinsipal,ialah : a. Sterilisasi (vasektomi/tubektomi)berakibat pemandulan tetap. Hal ini bertentangan dengantujuan pokok perkawinan menurut Islam,yakni: Perkawinan lelaki dan wanita selain bertujuan untuk kebahagiaan suami-istri dalam hidup di dunia dan di akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan yang sah yang diharapkan menjadi anak yang saleh sebagai penerus cita-citanya. b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan menghilangkansebagian tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran mani/telur). c. Melihat aurat orang lain (aurat besar). Pada prinsipnya Islam melarang melihat aurat orang lain,meskipun sama jenis kelaminnya. Hal ini berdasarkab Hadis Nabi: Bersabda Rasulullah SAW,Janganlah laki-laki melihat aurat laki-laki lain dan janganlah bersentuhan seseoranglaki-laki dengan laki-laki lain dibawah sehelai selimut, dan tidak pula seorang wanita dengan wanita lain di bawah kain (selimut). (HR. Ahmad , Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Tetapi

apabila

suami-istri

dalam

keadaan

yang

sangat

terpaksa(darurat/emergency), seperti menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu terhadap anak keturunannya yang bakal lahir, atau terancamnyajiwa si ibu bila mnegandung atau melahirkan bayi, maka sterilisasi diperbolehkan oleh Islam. Hal ini berdasarkan kaidah hukum Islam yang menyatakan: Keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang. Demikian pula melihat aurat orang lain (lelaki atau wanita) pada dasarnya itu dilarang (haram) , tetapi apabila sangat diperlukan(dianggap penting), seperti seorang lelaki yang hendak khitbah (meminang) seorang wanita, dapat diizinkan melihat aurat kecil (bertemu muka), sebagaimana sabda Nabi kepada Sahabat Al-Mughirah ketika mau kawin dengan seorang wanita: Lihatlah dia dahulu, karena sesungguhnya dengan melihat (mengenal lebih dahulu) lebih menjamin kelangsungan hubungan antara kamu berdua. ( HR. At-Tirmidzi dan Al-Nasai dari Al-Mughirah). Apabila melihat aurat itu diperlukan untuk kepentingan medis (pemeriksaan kesehatan, pengobatan, operasi, dan sebagainya), maka sudah tentu Islam membolehkan ,karena keadaan semacam ini sudah sampai ke tingkat darurat, sehingga tanpa ada pembatasan aurat kecil atau besar, asal benar-benar diperlukan untuk kepentingan medis dan melihat sekadarnya saja atau seminimal mungkin. Hal ini didasarkan pada kaidah hukum Islamyang menyatakan: Sesuatu yang diperbolehkan karena terpaksa, adalah menurut kadar halangannya. Catatan :
1.

Sterilisasi lelaki (vasektomi) harus dibedakan hukumnya dari khitan lelaki di mana sebagian dari tubuhnya ada pula yang dipotong dan dihilangkan , ialah kulup (qulfah, bhs. Arab, praeputium bhs. Latin), karena kalu kulup yang menutupi kepala zakar (hasyafah/glans penis) tidak dipotong dan dihilangkan justru bisa menjadi sarang penyakit kelamin (veneral diseases). Karena itu, khitan untuk anak lelaki itu justru disunatkan.

2. Islam hanya membolehkan sterilisasi lelaki/wanita, karena semata-mata alasan medis. Selain alasan medis, seperti banyak anak atau kemiskinan tidak dapat

dijadikan alasan untuk sterilisasi. Tetapi ia dapat menggunakan cara-cara/alat-alat kontrasepsi yang diizinkan oleh Islam, seperti kondom, oral pill, vaginal tablet, vaginal pasta dan sebagainya. Perlu ditambahkan di sini, bahwa sesuai kaidah hukum Islam: Hukum itu berputar bersama illat-nya (alasan yang menyebabkan adanya hukum ada/tidak adanya. Hukum-hukum itu bisa berubah karena perubahan jaman,tempat, dan keadaan. Maka dapat disimpulkan,bahwa fatwa MUI Pusat pada tahun 1983 tentang larangan (haram) sterilisasi wanita atau pria dengan alasan sterilisasi bisa membantu akibat kemandulan tetap tidak relevan lagi, sehingga perlu dikaji ulang fatwa tersebut untuk disesuaikan dengan fatwa sekarang,bahwa sterilisasi lelaki dan wanita tidak lagi membawa akibat kemandulan tetap. Sebab dengan teknologi kedokteran yang makin canggih sekarang ini, seorang wanita atau pria yang telah disterilkan kemudian pada sewaktu-waktu ingin mempunyai anak lagi, masih bisa ditolong dengan operasi penyambungan saluran telur wanita atau saluran sperma pria yang bersangkutan dan reversible.

DAFTAR PUSTAKA

Mahjudin.2010.Mailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini. Jakarta: Kalam Mulia. Zuhdi,Masjfuk.1997. Masail Fiqhiyah. Jakarta: Gunung Agung. http://muslim.or.id/2007/01/07/konsultasi-ustadz-hukum-keluarga-berencana-kb/ http://www.bkkbn.go.id/jabar/program_detail.php?prgid=7 http://www.solusikesehatan.com/penyakit-kandungan.html

Kesimpulan Sterilisasi ialah memandulkan lelaki atau wanita dengan jalan operasi (pada umumnya) agar tidak dapat menghasilkan keturunan. Sterilisasi berbeda dengan cara-cara/alat-alat kontrasepsilainnya yang pada umumnyahanya bertujuan menghindari/menjarangkankehamilan untuk sementara waktu saja. Sedangkan sterilisasi ini, sekalipun secara teori orang yang disterilisasikan masih bisa dipulihkan lagi (reversible), tetapi para ahli kedokteran mengakui harapan tipis sekali untuk bisa berhasil. Sterilisasi pada lelaki disebut vasektomi atau vas ligation. Caranya ialah memotong saluran mani (vas deverens) kemudian kedua ujungnya diikat, sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar penis (urethra). Sterilisasi lelaki termasuk operasi ringan, tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dan tidak mengganggu kehidupan seksual. Lelaki tidak akan kehilangan sifat kelelakiannya karena operasi. Nafsu seks dan potensi lelaki tetap, dan waktu melakukan koitus, terjadi pula ejakulasi,tetapi yang terpancar hanya semacam lendir yang tidak mengandung sel sperma. Lelaki yang disterilisasi itu testis-nya(buah pelir) masih tetap berfungsi,sehingga lelaki masih mempunyai semua hormon yang diperlukan. Juga kepuasan seks tetap sebagaimana biasa. Demikian pula kelenjar-kelenjar yang membuat cairan putih tidak berubah,sehingga pada waktu puncak kenikmatan seks (orgasme), cairan putih masih keluar dari penis. Sterilisasi pada wanita disebut tubektomi atau tubal ligation. Caranya ialah dengan memotong kedua saluran sel telur (tuba palupi) dan menutup kedua-duanya, sehingga sel telur tidak dapat keluar dan sel sperma tidak dapat pula masuk bertemu dengan sel telur, sehingga tidak terjadi kehamilan. Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi) maupun untuk wanita (tubektomi) sama dengan abortus, bisa berakibat kemandulan, sehingga yang bersangkutan tidak lagi mempunyai keturunan. Karena itu, International Planned Parenthood Federation (IPPF) tidak menganjurkan kepada anggota negara-negara anggotanya termasuk Indonesia untuk melaksanakan sterilisasi sebagai alat/cara kontrasepsi. IPPF hanya menyerahkan kepada negara-negara anggotanya untuk memilih cara/alat kontrasepsi mana yang cocok atau baik untuk masing-masing. Dalam hal ini,pemerintah Indonesia secara resmi tidak pernah menganjurkan kepada rakyat Indonesia untuk melaksanakan sterilisasi sebagai cara kontrasepsi dalam program KB, karena melihat akibat sterilisasi (pemandulan seterusnya) dan menghormati aspirasi umat Islam di Indonesia. Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi), maupun wanita (tubektomi) menurut Islam pada dasarnya dilarang. Karena alasan yang sangat prinsipal,ialah : d. Sterilisasi (vasektomi/tubektomi)berakibat pemandulan tetap. Hal ini bertentangan dengantujuan pokok perkawinan menurut Islam,yakni: Perkawinan lelaki dan wanita selain bertujuan untuk kebahagiaan suami-istri dalam hidup di dunia dan di akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan yang sah yang diharapkan menjadi anak yang saleh sebagai penerus cita-citanya. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan menghilangkansebagian tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran mani/telur). Melihat aurat orang lain (aurat besar).

e. f.

Pada prinsipnya Islam melarang melihat aurat orang lain,meskipun sama jenis kelaminnya. Hal ini berdasarkab Hadis Nabi: Bersabda Rasulullah SAW,Janganlah laki-laki melihat aurat laki-laki lain dan janganlah bersentuhan seseoranglaki-laki dengan laki-laki lain dibawah sehelai selimut, dan tidak pula seorang wanita dengan wanita lain di bawah kain (selimut). (HR. Ahmad , Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi). Tetapi apabila suami-istri dalam keadaan yang sangat terpaksa(darurat/emergency), seperti menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu terhadap anak keturunannya yang bakal lahir, atau terancamnyajiwa si ibu bila mnegandung atau melahirkan bayi, maka sterilisasi diperbolehkan oleh Islam. Hal ini berdasarkan kaidah hukum Islam yang menyatakan: Keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang. Demikian pula melihat aurat orang lain (lelaki atau wanita) pada dasarnya itu dilarang (haram) , tetapi apabila sangat diperlukan(dianggap penting), seperti seorang lelaki yang hendak khitbah (meminang) seorang wanita, dapat diizinkan melihat aurat kecil (bertemu muka), sebagaimana sabda Nabi kepada Sahabat Al-Mughirah ketika mau kawin dengan seorang wanita: Lihatlah dia dahulu, karena sesungguhnya dengan melihat (mengenal lebih dahulu) lebih menjamin kelangsungan hubungan antara kamu berdua. ( HR. At-Tirmidzi dan Al-Nasai dari Al-Mughirah). Apabila melihat aurat itu diperlukan untuk kepentingan medis (pemeriksaan kesehatan, pengobatan, operasi, dan sebagainya), maka sudah tentu Islam membolehkan ,karena keadaan semacam ini sudah sampai ke tingkat darurat, sehingga tanpa ada pembatasan aurat kecil atau besar, asal benarbenar diperlukan untuk kepentingan medis dan melihat sekadarnya saja atau seminimal mungkin. Hal ini didasarkan pada kaidah hukum Islamyang menyatakan: Sesuatu yang diperbolehkan karena terpaksa, adalah menurut kadar halangannya. Catatan : 3. Sterilisasi lelaki (vasektomi) harus dibedakan hukumnya dari khitan lelaki di mana sebagian dari tubuhnya ada pula yang dipotong dan dihilangkan , ialah kulup (qulfah, bhs. Arab, praeputium bhs. Latin), karena kalu kulup yang menutupi kepala zakar (hasyafah/glans penis) tidak dipotong dan dihilangkan justru bisa menjadi sarang penyakit kelamin (veneral diseases). Karena itu, khitan untuk anak lelaki itu justru disunatkan. Islam hanya membolehkan sterilisasi lelaki/wanita, karena semata-mata alasan medis. Selain alasan medis, seperti banyak anak atau kemiskinan tidak dapat dijadikan alasan untuk sterilisasi. Tetapi ia dapat menggunakan cara-cara/alat-alat kontrasepsi yang diizinkan oleh Islam, seperti kondom, oral pill, vaginal tablet, vaginal pasta dan sebagainya.

4.

Perlu ditambahkan di sini, bahwa sesuai kaidah hukum Islam: Hukum itu berputar bersama illat-nya (alasan yang menyebabkan adanya hukum ada/tidak adanya. Hukum-hukum itu bisa berubah karena perubahan jaman,tempat, dan keadaan. Maka dapat disimpulkan,bahwa fatwa MUI Pusat pada tahun 1983 tentang larangan (haram) sterilisasi wanita atau pria dengan alasan sterilisasi bisa membantu akibat kemandulan tetap tidak relevan lagi, sehingga perlu dikaji ulang fatwa tersebut untuk disesuaikan dengan fatwa sekarang,bahwa sterilisasi lelaki dan wanita tidak lagi membawa akibat kemandulan tetap. Sebab dengan teknologi kedokteran yang makin canggih sekarang ini, seorang wanita atau pria yang telah disterilkan kemudian pada sewaktu-waktu ingin mempunyai anak lagi, masih bisa ditolong dengan operasi penyambungan saluran telur wanita atau saluran sperma pria yang bersangkutan dan reversible.

You might also like