You are on page 1of 26

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. ARWANA CITRA MULIA

Dosen: Drs. Muhammad Agung Prabowo, M.Si, Ph.D, Ak. Drs. Sri Hartoko, MBA, Ak.

Oleh: Muh Andrianto E B S S4309039

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI (MAKSI) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS 2010

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tujuan dari analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan adalah untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan tingkat risiko. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Laporan Keuangan juga melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan (J. Fred Weston & Thomas E. Copeland, 1994: 24). Laporan keuangan adalah laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Analisis laporan keuangan ini berfokus pada analisis common size, analisis trend, analisis profitabilitas, dan peramalan dengan menggunakan metode simple forecasting maupun full information forecasting PT. Arwana Citramulia Tbk.

B. Alasan Pemilihan Judul PT. Arwana Citramulia Tbk. adalah perusahaan publik yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham ARNA, dengan penjualan tahunan yang mencapai ribuan miliar rupiah, dan menjadi kebanggaan karena masuk empat besar

perusahaan dalam industri keramik di Indonesia. PT. Arwana Citramulia Tbk didedikasikan untuk menjadi perusahaan terbaik dalam industri keramik, penuh kreatifitas dan inovasi dan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan negara maupun daerah. Arwana Ceramic Tiles adalah merk dari kualitas produk dan produksi biaya rendah. PT. Arwana Citramulia Tbk didirikan pada tahun 1993, ketika pendiri nya menyadari kebutuhan pada material pembangunan. PT. Arwana Citramulia Tbk menajdi perusahaan yang berkembang cepat dalam industri keramik. Pada Desember 2008, kapasitas total PT. Arwana Citramulia Tbk adalah 27.460.000 sqm per tahun (www.arwanacitra.com).
Ranking by Shareholders' Equity (million Rp) Perusahaan 2007 2006 Intikeramik Alamasri Industry Tbk 339,686 208,061 Surya Toto Indonesia Tbk 317,241 280,679 Arwana Citramulia Tbk 233,519 190,086 Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (1,899,414) (1,814,786) Mulia Industrindo Tbk (4,203,303) (3,189,655) sumber: ICMD 2008

No 1 2 3 4 5

Perubahan 63.3% 13.0% 22.8% -4.7% -31.8%

Dilihat dari ranking berdasarkan ekuitas pemegang saham, ARNA menempati urutan nomor 3 dari 5 perusahaan industri keramik yang listing di BEI, dengan presentase perubahan sebesar 22,8%. Tanda positif menunjukan bahwa modal sendiri perusahaan (modal yang bukan berasal dari hutang) naik dari tahun 2006 ke 2007. Tren positif ini menjadi pertimbangan seorang investor ketika akan menanamkan modal nya pada setiap perusahaan, karena pada umumnya investor menyukai perusahaan dengan persentase positif ekuitas pemegang saham. Kenaikan ekuitas pemegang saham disebabkan oleh kenaikan saldo laba ditahan PT. Arwana Citramulia Tbk.

No 1

Ranking by Net Profit/Loss (million Rp) Perusahaan 2007 2006 Surya Toto Indonesia Tbk 56,377 79,705

Perubahan -29.3%

2 3 4 5

Arwana Citramulia Tbk Intikeramik Alamasri Industry Tbk Keramika Indonesia Assosiasi Tbk Mulia Industrindo Tbk sumber: ICMD 2008

43,433 12,257 -84,628 (1,013,648)

28,254 2,763 146,264 -509,864

53.7% 343.6% -157.9% -98.8%

Dari data diatas, kita dapat mengatakan bahwa pada tahun 2007, PT. Arwana Citramulia Tbk. membukukan laba sebesar Rp 43.433.000.00,-. Jumlah ini adalah jumlah terbesar nomor 2 dari 5 perusahaan industri keramik yang listing di BEI. PT. Arwana Citramulia Tbk. memiliki tren kenaikan laba yang memiliki tanda positif sebesar 53,7%, ini adalah salah satu keunggulan dibandingkan perusahaan dengan industri serupa yang memiliki perubahan negatif pada laba nya (Surya Toto Indonesia Tbk, Keramika Indonesia Assosiasi Tbk, dan Mulia Industrindo Tbk.) Dari dua tabel diatas, dapat kita simpulkan PT. Arwana Citramulia Tbk. memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang, sehingga investor perlu untuk mempertimbangkan PT. Arwana Citramulia Tbk. didalam portofolio sahamnya. Untuk itu, analisis common size, analisis trend, dan analisis profitabilitas PT. Arwana Citramulia Tbk. diperlukan oleh investor dalam menilai kinerja perusahaan tersebut secara komprehensif. C. Manfaat makalah Tujuan makalah ini dibuat adalah : a. Untuk mengetahui kinerja salah satu perusahaan di sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menganalisa laporan keuangannya. b. Untuk memenuhi persyaratan tugas akhir mata kuliah Analisis Laporan Keuangan.

D. Sistematika Penulisan I. PENDAHULUAN

Bagian yang memuat latar belakang, alasan pemilihan perusahaan, tujuan diharapkan dan sistematika penulisan. II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Memuat hasil analisis data antara lain analisis common size, analisis trend, dan analisis profitabilitas. III. KESIMPULAN Memuat tentang kesimpulan penelitian dan keterbatasan penelitian. IV. LAMPIRAN REFERENSI (DAFTAR PUSTAKA)

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. Analisis Rasio Laporan Keuangan

a. Deviden Payout Ratio DPO perusahaan pada tahun 2007 sebesar 0%, pada tahun 2008 sebesar 8,45%. Hal ini menunjukan likuiditas perusahaan yang membaik, karena perusahaan mampu membayar deviden kepada investor di tahun 2008 sebesar Rp 4.588.394.360,00. Besarnya deviden yang dibagikan termasuk kecil. Mungkin ini bisa menjadi pertimbangan unuk investor sebelum menginvesatikan uang nya pada peruahaan ini. b. Growth rate of CSE Pertumbuhan CSE merupakan berita baik bagi investor. Pada tahun 2007 Growth rate of CSE sebesar 22,85%. Sedangkan pada tahun 2008 sebesar 21,28%. Growth rate of CSE PT Arna mengalami penurunan. Hal ini mungkin disebabkan terjadinya kenaikan cost of good sold yang tidak sebanding dengan kenaikan nilai penjualan. c. Net borrowing cost Net borrowing cost mengalami kenaikan dari tahun 2007 ke 2008. Pada tahun 2007 NBC perusahaan sebesar 21,32%, dan pada tahan 2008 NBC perusahaan sebesar 22,73%. Hal ini mencerminkan ketidakefisienan perusahaan dalam mengelola bunga pinjaman. Perusahaan tidak memiliki pendapatan bunga dari investasi, tetapi perusahaan terbebani beban bunga dari pinjaman perusahaan. Perusahaan juga melakukan transaksi yang mengakibatkan munculnya kewajiban jangka panjang. Hal ini membuat NBC perusahaan mengalami kenaikan d. Profit Margin Profit Margin mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tahun 2007 PM perusahaan sebesar 14,83%. Pada tahun 2008 PM perusahaan sebesar 13,83%.

Terjadi penurunan kurang lebih 1%. Hal ini dipicu karena kenaikan pajak dan kenaikan beban operasi perusahaan. e. Operating Liabilities leverage Operating Liabilities leverage tahun 2007 sebesar 50,22%, dan tahun 2008 sebesar 56,67%. OLLEV perusahaan mengalami penurunan, hal ini semakin menguatkan dugaan bahwa kinerja perusahaan sedang mengalami penurunan selama beberapa waktu kedepan. Kenaikan OLLEV ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu karena naiknya opperating liabilities dan turunnya net operating assets. Naiknya opperating liabilities disebabkan karena

membengkaknya hutang-hutang jangka pendek perusahaan. f. Asset Turnover ATO perusahaan mengalami kenaikan. Tentu saja hal ini merupakan berita gembira bagi investor. Karena dengan naik nya ATO, tentu saja akan memperlancar likuiditas dan solvabilitas perusahaan. ATO yang tinggi juga menggambarkan penjualan yang tinggi dengan menggunakan operasional aset yang rendah. g. Financial Leverage FINLEV perusahaan mengalami penurunan. Hal ini baik bagi investor, karena struktur modal perusahaan menjadi lebih kuat. Hal ini dipicu oleh meningkatnya CSE dibandingkan dengan. h. Growth rate in Sales Pertumbuhan penjualan mengalami penurunan jika membandingkan

pertumbuhan penjualan di tahun 2007 dan tahun 2008. Hal ini mungkin pada tahun 2007 harga dolar masih rendah, sehingga menyebabkan para pengembang atau developer membangun perumahan atau mall dengan

menggunakan keramik ARNA. Berbeda dengan tahun 2008, kondisi perekonomian cenderung memburuk, akibat adanya krisis global yang sudah mulai terasa pada akhir tahun 2008, dimana harga tiba-tiba melambung tinggi. i. Growth rate in operating income Pertumbuhan laba operasi juga menunjukan penurunan sama seperti pertumbuhan pada penjulan. Hal ini dipicu karena pertumbuhan penjualan yang melambat, dan mungkin juga karena biaya pembuatan bahan baku keramik mengalami peningkatan. j. Growth in NOA Pertumbuhan NOA di tahun 2008 terlihat mengalami penurunan dibawah nol. Hal ini mungkin karena penjualan aset-aset yang digunakan untuk operasi karena mungkin perusahaan ingin rasio ROA nya terlihat bagus diwaktu krisis. Sehingga, diduga manajer malakukan tindakan penghapusan aset-aset. k. Growth in CSE Pertumbuhan pada CSE juga mengalami penurunan kendati hanya sedikit. Hal ini mungkin disebabkan oleh penurunan laba perushaan, sehingga perusahaan tidak dapat memasukan sisa laba nya kedalam akun laba ditahan perusahaan lebih banyak dari tahun sebelumnya. l. Days in Account Receivable Days in Account Receivable sedikit mengalami penurunan dari tahun 2007 ke tahun 2008. Ini berarti perusahaan memiliki kemampuan menagih piutang yang bagus dari tahun 2007 ke tahun 2008. m. Days ini Inventory Days ini Inventory perusahaan mengalami kenaikan, hal ini berarti buruk. Persediaan terlalu lama berada di gudang. Persediaan seharusnya memiliki

waktu berada di gudang yang singkat, agar cepat di jual ke konsumen. Jika perusahaan memiliki days in inventory yang sedikit, artinya perusahaan cepat untuk mengkonversi persediaan nya menjadi kas. Hal ini akan menunjukan perusahaan memiliki likuiditas yang bagus.

II. Analisis Common Size Analisis Common Size adalah standarisasi yang sederhana tiap-tiap item untuk mengeliminasi efek dari ukuran. Tiap-tiap item diekspresikan dalam rupiah untuk merefleksikan skala dari operasi. Namun, jika atribut dipilih secara hati-hati, dan jika reformulasi pelaporan digunakan, penskalaan akan membuka hal-hal yang berhubungan dengan operasi perusahaan. Dan jika dibandingkan lintas perusahaan, atau lintas waktu, pelaporan common-size akan mengidentifikasi fitur-fitur yang tidak biasa yang membutuhkan investigasi lebih lanjut (Penman, 2007).

Common-size Income Statement Pada Lampiran terdapat Common-size untuk Laporan laba rugi dan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pendapatan dan beban, juga net comprehensive income, dituangkan sebagai presentase dari pendapatan. Perbandingan Common-size Income Statement membuka beberapa hal: Pada tahun 2008, PT Arwana Citramulia Tbk memiliki cost of sales yang tinggi bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (69,4%). PT Arwana Citramulia Tbk pada tahun 2008 juga mempunyai beban penjualan yang paling tinggi dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya (10%) tapi memiliki beban administrasi dan umum yang rendah (3%) jika dibandingkan dengan beban administrasi tahun 2008 (4,1).

Profit margin dari penjualan PT Arwana Citramulia Tbk pada tahun 2008 adalah sebesar 13,8%, dibandingkan dengan tahun 2007 dan 2006 sebesar 14,8% dan 15,5%. Dengan melihat persentase ini, pada tahun 2008, PT Arwana Citramulia Tbk memiliki profit margin yang rendah daripada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan Cost of Sales, Biaya umum dan administrasi, dan Biaya Penjualan. Jumlah Comprehensive Income final, sebagai gambaran dari presentase penjualan, adalah net profit margin (comprehensive). Perbandingan dari jumlah ini akan membuka seberapa banyak kenaikan atau penurunan profit perusahaan lewat aktifitas pendanaan (Penman, 2007). Pada tahun 2008, presentase comprehensive income dibandingkan penjualan PT Arwana Citramulia Tbk adalah 8,4%, dibandingkan dengan tahun 2007 dan 2006 sebesar 8,6% dan 8,2%. Penurunan di tahun 2008 ini disebabkan karena kenaik beban bunga pada PT Arwana Citramulia Tbk.

Common-size Balance Sheet Pada Lampiran ... terdapat Common-size untuk Neraca dan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Common-size Balance Sheet terstandarisasi pada total aset, tetapi pendekatan yang lebih informatif, melalui reformulasi, terstandarisasi pada aset dan kewajiban yang digunakan untuk kegiatan operasional. Presentase tersebut mendiskripsikan komposisi relatif dari aset bersih dalam aktivitas operasi (Penman, 2007). a. Total Operating Asset Komposisi Total Operating Asset pada tahun 2008 yang paling besar berasal dari Aset Tetap dan Piutang Usaha. Aset Tetap dan Piutang Usaha

10

mendominasi Total Operating Asset pada tahun 2008 dengan presentase 71,1% dan 20,4%. Pola ini tidak berubah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 dan 2006, Aset Tetap dan Piutang Usaha tetap mendominasi Total Operating Asset. b. Operating Liablities Komposisi Operating Liablities pada tahun 2008 yang paling besar berasal dari Hutang usaha kepada pihak ketiga dan hutang bank jangka pendek. Hutang usaha kepada pihak ketiga dan hutang bank jangka pendek mendominasi Operating Liablities pada tahun 2008 dengan presentase 34,7% dan 25,5%. Pola ini tidak berubah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 dan 2006, Hutang usaha kepada pihak ketiga dan hutang bank jangka pendek tetap mendominasi Operating Liablities. c. Financial Assets Komposisi Financial Assets pada tahun 2008 yang paling besar berasal dari Aktiva tidak lancar lain-lain. Aktiva tidak lancar lain-lain mendominasi Financial Assets pada tahun 2008 dengan presentase 94,6%. Pola ini tidak berubah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 dan 2006, Aktiva tidak lancar lain-lain tetap mendominasi Financial Assets. d. Financial Obligation Komposisi Financial Obligation pada tahun 2008 yang paling besar berasal dari Hutang bank dan Hutang kepada pemasok. Hutang bank dan Hutang kepada pemasok mendominasi Financial Obligation pada tahun 2008 dengan presentase 88,6% dan 10,8 %. Pola ini tidak berubah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 dan 2006, Aktiva tidak lancar lain-lain tetap mendominasi Financial Obligation. e. Common shareholder equity

11

Komposisi Common shareholder equity pada tahun 2008 yang paling besar berasal dari Saldo laba. Saldo laba mendominasi Common shareholder equity pada tahun 2008 dengan presentase 67,5%. Pola ini tidak berubah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 dan 2006, Saldo laba tetap mendominasi Common shareholder equity.

III. Analisis Trend Trend Analysis menggambarkan item-item pelaporan keuangan sebagai index relatif terhadap tahun dasar (Penman, 2007). Pada kasus PT Arwana Citramulia Tbk, tahun dasar nya adalah tahun 2006.

Trend Analysis Income Statement a. Penjualan Penjualan tahun 2008 mengalami penurunan yaitu hanya bertumbuh sebesar 27,6% pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 47%. b. Cost of Sales Cost of sales pada tahun 2008 tumbuh lebih besar dari pada penjualan ditahun 2008. Hal ini menyebabkan pertumbuhan gross margin untuk tahun 2008 lebih kecil daripada pertumbuhan gross margin di tahun 2007. c. Gross margin Gross margin tumbuh lebih lambat daripada penjualannya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan pada cost of sales. d. Total operating expense

12

Total operating expense mengalami pertumbuhan yang cukup cepat (35,9%) dariapda tahun sebelumnya (33,7%). Hal ini berpotensi akan mengurangi comprehensive income. e. Other operating income (expense) Beban operasi lain-lain mengalami kenaikan yang fantastis dari tahun 2006 ke 2007. Hal ini dikarenakan oleh kenaikan beban lain-lain. Penjualan aset tetap mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2008 yaitu sebesar 2465,2% dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya mengalami penurunan -89% dari tahun dasar. f. Comprehensive Income Pertumbuhan Comprehensive Income mengalami penurunan pada tahun 2008, yaitu hanya sebesr 25,0% dibandingkan dengan tahun 2007 yang pertumbuhan Comprehensive Income nya mencapai 53,7%. Hal ini disebabkan oleh kenaikan cost of sales , kenaikan beban penjualan, beban adiministrasi dan umu, kenaikan beban lain-lain, dan kenaikan beban bunga. Kenaikan beban-beban ini tanpa diimbangi oleh adanya kenaikan penjualan yang signifikan, karena pertumbuhan penjualan di tahun 2008 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan tahun 2007. Trend Analysis Balance Sheet a. Total operating assets Total aset yang digunakan untuk aktifitas operasi mengalami penurunan tingkat pertumbuhannya sebesar 12,1% pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 28,9%. Hal ini dipicu karena penurunan tingkat pertumbuhan dari kas, penurunan pertumbuhan pajak dibayar dimuka, penurunan pertumbuhan aset tetap, penurunan pertumbuhan piutang lain-lain,

13

penurunan pertumbuhan aktiva pajak tangguhan, penurunan pertumbuhan biaya dibayar dimuka. Persediaan pada tahun 2008 mengalami peningkatan pertumbuhan dari tahun sebelumnya dengan presentase 74,6% dari tahun sebelumnya. Kenaikan paling signifikan terjadi pada kenaikan persediaan perlengkapan suku cadang yaitu dari Rp 10.586.738.908,00 menjadi Rp 18.268. 286.687,00. Piutang pada tahun 2008 mengalami peningkatan pertumbuhan dari tahun sebelumnya dengan presentase 31,8% dari tahun sebelumnya. Kenaikan paling signifikan terjadi pada piutang kepada pihak ketiga yang mempunyai hubungan istimewa yaitu dari Rp 105.789.354.355 menjadi 139.381.123.973. Aset tetap pada tahun 2008 mengalami penurunan pertumbuhan dari tahun sebelumnya dengan sebesar 4,5% dari tahun sebelumnya, penambahan aset tetap pemilikan langsung termasuk reklasifikasi aset dalam penyelesaiaan sebesar 134.466.672.398 dan aset sewaan dengan harga tercatat sebesar 1.082.675.000 dan akumulasi penyusutan sebesar 523.474.621. b. Total operating liabilites Total kewajiban yang digunakan untuk mendukung aktivitas

operasional mengalami kenaikan yang cukup fantastif yaitu pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 38,9% sedangkan pada tahun 2007 hanya mengalami kenaikan sebesar 17,8%. Hal ini dipicu karena kenaikan pertumbuhan hutang bank jangka pendek, kenaikan pertumbuhan hutang usaha kepada pihak ketiga, kenaikan pertumbuhan hutang pajak, kenaikan pertumbuhan biaya yang masih harus dibayar, kenaikan pertumbuhan kewajiban imbalan kerja, dan kenaiakan hutang bank.

14

Hutang bank jangka pendek pada tahun 2008 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dengan presentase 48,6%. Perusahaan memperoleh pinjaman modal kerja dari BNI dengan pagu kredit sebesar 10.000.000.000 untuk tahun 2007 dan 2008. Pada tahun 2008 pagu kredit dari BCA ditingkatkan dari sebesar 6.000.000.000 menajdi 10.000.000.000. Biaya yang masih harus dibayar pada tahun 2008 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dengan presentase 59,2%. Biaya yang masih harus dibayar yang mengalmai kenaikan antara lain Biaya yang masih harus dibayar untuk pengangkutan, listrik, air, telepon, dan lain-lain. c. Total Financial Assets Total aset yang digunakan untuk pembiayaan mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup luar biasa yaitu sebesar 156,3% pada tahun 2008, dan 281% pada tahun 2007. Hal ini disebabkan oleh kenaiakan aktiva tidak lancar lain-lain. d. Total Financial Obligation Total kewajiban keuangan mengalami penurunan sebesar -10,2% pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 64,3%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008 terjadi pelunasan piutang kepada pemasok besar-besaran, dan pembayaran lunas hutang sewa pembiayaan. e. Common shareholder equity Common shareholder equity mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 21,3% pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2007 kenaikan nya hanya 22,8%. Penurunan di tahun 2008 dikarenakan karena adanya kenaikankenaikan beban yang terjadi sepanjang tahun 2008. f. Net operating assets

15

NOA memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih rendah daripada penjualan, hal ini mengindikasikan bahwa lebih banyak penjualan yang didapatkan untuk tiap rupiah yang ditanamkan dalam aset tersebut.

IV. Analisis Profitabilitas Profitabilitas suatu perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai sejauh mana tingkat pengembalian yang didapat oleh perusahaan dari aktivits investasinya. Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas manajemen aktiva dan hutang terhadap hasil operasi. Bagian analisis profotabilitas adalah evaluasi rasio kinerja operasi yang umumnya mengaitkan pos laporan laba rugi dan penjualan. Tingkat profitabilitas bisa diukur melalui beberapa rasio, antara lain : 1. RNOA ( Return on Net Operating Assets ) Rasio laba bersih terhadap Net Operating Asset, mengukur tingkat pengembalian atas Net Operating Assets setelah bunga dan pajak.
RNOA = Operating Income After Tax ( NOA 2008 + NOA 2007 ) / 2

Hasil perhitungan RNOA PT Arwana Citramulia Tbk adalah : RNOA tahun 2008 = 19,74% RNOA tahun 2007 = 18,87% (Lampiran profitabilitas) Hasil ini menunjukkan bahwa pengembalian atas total aktiva tahun 2008 meningkat dibandingkan 2007, hal ini dikarenakan penurunan beban lainlain, penurunan pajak penghasilan. Disamping itu juga ada penurunan pada aset lancar seperti penurunan pajak dibayar dimukan, penurunan piutang lain-lain,

16

penurunan biaya dibayar dimukan. Dapat kita simpulkan bahwa kenaikan pertumbuhan penjualan lebih besar dari kenaikan pertumbuhan total aset dan total biaya, sehingga hal ini akan memicu kenaikan RNOA. 2. ROCE (Return on Common Equity) Kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan.
ROCE = Comprehens if Income (CSE 2008 + CSE 2007 ) / 2

Hasil perhitungan RNOA PT Arwana Citramulia Tbk adalah : ROCE tahun 2008 = 21,01% ROCE tahun 2007 = 20,51% (Lampiran profitabilitas) Hasil ini menunjukkan bahwa pengembalian atas total aktiva tahun 2008 meningkat dibandingkan 2007, hal ini dikarenakan pertumbuhan common shareholder equity (21,3%) lebih rendah daripada comprehensive income (25%). Pertumbuhan common shareholder equity yang rendah karena perusahaan tidak menerbitkan tambahan saham baru atau dapat dikatakan modal sahamnya tetap sepanjang tahun. Net borrowing cost (NBC) yang lebih rendah dari RNOA juga mempengaruhi peningkatan ROCE ditahun 2008. NBC tahun 2008 sebesar 17,63 sedangkan RNOA tahun 2008 adalah sebesar 19,74%. NBC yang rendah dikarenakan NFO yang tinggi. NFO untuk tahun 2008 sebesar

-128.915.842.426. Hal ini dipicu oleh kenaikan hak minoritas atas aktiva anak perusahaan, kenaikan hutang bank, kenaikan hutang pembiayaan konsumen. Pertumbuhan Operating Income tahun 2008 sebesar 19,9%, lebih besar daripada pertumbuhan Net operating assets tahun 2008 yaitu sebesar -0,6% (lihat analisis trend). Apabila operating income lebih besar daripada net

17

operating assets maka kemungkinan besar ROCE akan meningkat. Kenaikan OI dipicu oleh penurunan beban lain-lain dan penurunan PPh, dan juga dipicu oleh kenaikan presentase penjualan dan keuntungan penjualan aset tetap dalam jumlah besar.

V. Analisis Forecasting dan Valuation a. Simple Forecast


SIMPLE FORECAST AND SIMPLE VALUATION PT Arwana Citramulia Tbk SIMPLE FORECAST SF1 SIMPLE VALUATION OF THE EQUITY VE2008 = CSE2008 Jumlah Saham Beredar Harga per lembar saham Jumlah 283.221.266.200 917.678.872 309

SF2

SF2 Valuations of Arwana Citramulia CSE2008 ROCE Required return for operations Common shareholders' equity, 2008 Core operating income, 2008 NFO2008 Net operating assets, 2007 Net operating assets, 2008 Core residual operating income, 2008 SF2 forecast of operating income, 2008 SF2 forecast of ReOI, 2008 Jumlah Saham Beredar Value of common equity vE = CSE2008 + ReOI2008/F Value per share 283.221.266.200 21,01% 12,07% 283.221.266.200 98.637.482.339 -97.719.803.467 414.428.153.074 412.137.108.626 48.620.810.112 98.913.984.836 49.173.815.107 917.678.872

690.665.673.579 753

SF3

SF3 Valuations of Arwana Citramulia CSE2008 Cost of capital for operations Core RNOA, 2008 (on average NOA) Growth rate for net operating assets Net operating assets, 2008 283.221.266.200 12,07% 21,66% -0,55% 412.137.108.626

18

SF3 forecast of operating income, 2009 SF3 forecast of ReOI, 2009 Jumlah Saham Beredar Value of common equity vE = CSE+ ReOI1/(F-g) Value per share

89.260.577.120 39.520.407.391 917.678.872

596.337.006.764 650

a. Simple Forecast 1 Ramalan residual earnings adalah nol untuk seluruh tahun. Nilai operasional adalah nilai buku dari net operating asset. SF1 biasanya bagus untuk peramalan untuk aktivitas keuangan. Tetapi jika pos pos operasional dalam neraca tidak berada pada nilai pasar, ramalan SF1 tidak akan efektif. Hal yang perlu menjadi catatan adalah nilai pasar saja tidak akan menjadi indikator yang bagus untuk laba masa depan. Harga saham ramalan SF1 adalah 309, sedangkan harga saham sesungguhnya pada akhir Desember 2009 adalah 144. Perhitungan investor meleset sebesar 53,3%. Meskipun demikian, SF1 cukup akurat untuk memberi tahu bahwa harga sekurits di masa depan akan mengalami penurunan. Value of common equity = Book value of common equity
V0E = CSE
0

Melalui perhitungan SF1 untuk PT Arwana Citramulia maka ; Value of common equity = Rp 283.221.266.200,00 Jumlah saham beredar PT Arwana Citramulia adalah 917.678.872 Sehingga harga sahan PT Arwana Citramulia adalah :
H arg a Saham = Value of com on equity m Jum lah Saham Beredar

H arg a Saham =

Rp . 283 .221 .266 .200 .000 917 .678 .872

19

H arg a Saham

= Rp 309

b. Simple Forecast 2 Peramalan laba operasi dengan menggunakan SF2 memprediksi bahwa laba operasional akan sama seperti di tahun ini, tapi akan ada kenaikan laba operasi jika ada kenaikan net operating assets, jika selanjutnya kita memprediksi bahwa investasi tambahan akan di earn pada tingkat return yang disyaratkan. SF2 mencoba mengatakan bahwa residual earnings diharapkan sama sepanjang waktu. Harga saham ramalan SF2 adalah 753, sedangkan harga saham sesungguhnya pada akhir Desember 2009 adalah 144. Perhitungan investor meleset sebesar 422,9%, lebih buruk dari SF1. Hal ini dimungkinkan SF2 hanya mengakomodasi f saja, padahal untuk meramalkan harga suatu saham, dibutuhkan informasi yang banyak. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, pada tahun 2009 terjadi krisis global yang menyebabkan harga saham seluruh perusahaan mengalami penurunan yang luar biasa. Tentu saja informasi akan krisis ini tidak bisa dimasukan kedalam SF2, sehingga hasil peramalan jauh dari harga aktual. Value of common equity melalui perhitungan SF2 sama dengan Book value of common equity ditambah Capitalized current ReOI Value of common equity = Book value of common equity + Capitalized current ReOI
V0E = CSE
0

R O 0 e I pF 1

Melalui perhitungan SF2 untuk PT Arwana Citramulia maka ; SF2 Forecast of Opperating Income 2008 = 98.913.984.836,00

20

SF2 Forcast of ReOI 2008 = 49.173.815.107


C SE
0

= Rp 283.221.266.200,00 = 12,07 %
0

pF - 1

V0E = CSE

R O 0 e I pF 1
49 .173 .815 .107 12 ,07 %

V0E = Rp 283.221.266.200 + V0E = Rp 690.655.673.579

Value of common equity = Rp. 690.655.673.579 Jumlah saham beredar PT Arwana Citramulia adalah 917.678.872. Sehingga harga sahan PT Arwana Citramulia adalah :
H arg a Saham = Value of com on equity m Jum lah Saham Beredar

H arg a Saham =
H arg a Saham

Rp .690.655.67 3.579 917 .678 .872

= R 753 p

Melalui perhitungan SF2 harga saham PT Arwana Citramulia adalah Rp 753. c. Simple Forecast 3 Peramalan laba operasi dibuat dengan memprediksi bahwa NOA pada awal tahun ke-1 (di akhir tahun ke-0, NOA0) akan didapatkan. Jika ada pos-pos yang luar biasa, maka core RNOA harus digunakan. Maka pertumbuhan yang diramalkan pada ReOI untuk tahun depan diberikan oleh pertumbuhan sekarang dari NOA. Investasi NOA dalam SF3 dianggap akan berlanjut pertumbuhannya pada tinggkat sekarang. Harga saham ramalan SF3 adalah 650, sedangkan harga saham sesungguhnya pada akhir

21

Desember 2009 adalah 144. Perhitungan investor meleset sebesar 351,3%, peramalan ini ternyata menghasilkan angka yang lebih baik dibandingkan SF2. Karena SF3 selain mengakomodasi RRO, juga mengakomodasi growth.
V0E = CSE
0

[Core RNO 1 ( pF 1) ] NO A A pF g
R O e I

V0E = CSE
C SE

+ pF g

= Rp 283.221.266.200,00

SF3 Forecast of Opperating Income 2009 = 89.260.577.120 SF3 Forcast of ReOI 2009 = 39.520.407.391 pF g = 12,07 % = -0,55 %
3 .5 0 0 9 2 .4 7 .3 91 0,1 6 % 22

V0E = Rp. 283.221.266.200,00 + V0E = Rp. 596.337.006.764,00

Value of common equity = Rp. 596.337.006.764,00 Jumlah saham beredar PT Arwana Citramulia adalah 917.678.872 Sehingga harga sahan PT Arwana Citramulia adalah :
H arg a Saham = Value of com mon equity Jumlah Saham Beredar

H arg a Saham =
H arg a Saham

Rp . 596.337.00 6.764,00 917 .678 .872

= R . 650 p

Melalui perhitungan SF3 harga sahan PT Arwana Citramulia adalah Rp 650

22

b.

Full Forecast and Valuation Full Forecasting lebih terfokus membuat peramalan ke depan atau jangka panjang. Sehingga kita harus menentukan tingkat pertumbuhan pereusahan (growth) dan membuat pro forma Analysis Growth ditentukan oleh lingkungan bisnis perusahaan. Dengan Full information Forecasting ini bisa digunakan untuk mempredeksikan Value of common equity dan harga saham tahun tahun berikutnya. Berbeda dengan SF3 Forecasting yang juga memprediksikan Value of common equity dan harga saham tahun tahun berikutnya, SF3 Forecasing sudah memasukkan growth tetapi informasi yang digunakan adalah informasi laporan keuangan tahun berjalan. Sedangkan untuk Full Information Forecasting selain memperhitungkan tingkat pertumbuhan indusrti (growth) data atau informasi yang digunakan adalah data hasil pro forma analysis atau analisis data tahun berikutnya. Melalui pro forma analysis dan perhitungan Full Forecasting untuk PT Arwana Citramulia Tbk, maka diperoleh informasi bahwa Value of common equity = Rp. 128.137.199.767
H arg a Saham = Rp . 140

(perhitungan ada di lampiran)

Apabila dibandingkan dengan harga saham aktual sebesar 144, maka Full Information Forcasting mempunyai hasil yang mendekati harga aktual. Hal ini tidak lepas dari judgment peramal untuk memasukan harapan-harapan di masa yang akan datang. Karena peramal meramalkan bahwa di tahun 2009 akan pasar akan bearish, maka pertumbuhan penjualan di perkecil dari tahun 2008, pertumbuhan beban dinaikan karena diprediksi perusahaan akan menderita kerugian di tahun 2009.

23

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan ROCE diperoleh hasil 20,51% untuk tahun 2007 dan 21,01% untuk tahun 2008. Dan RNOA sebesar 18,87% untuk tahun 2007 dan 19,74% untuk tahun 2008. Dapat kita simpulkan bahwa PT. Arwana Citramulia Tbk memiliki profitabilitas yang cukup bagus. Hal ini terbukti dari kenaikan RNOA dan ROCE dari tahun ke tahun. Hasil peramalan dengan menggunakan metode Simple Forecast adalah 309, 753, 650 berturut-turut untuk SF1, SF2, dan SF3. Apabila kita bandingkan

24

dengan harga saham aktual, sebesar 144, maka peramalan dengan Simple Forecast terlihat tidak tidak ada artinya. Hasil yang timpang ini disebabkan karena metode simple forecast tidak memasukan informasi lain selain required rate of return dan growth. Padalah untuk membuat sebuah peramalan yang bagus, diperluakan informasi yang akurat dan tepat waktu. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada tahun 2009 terjadi krisis global yang menyebabkan hampir semua harga saham perusahaan turun, dan ekspektasi penurunan harga saham karena krisis tidak bisa diakomodir oleh Simple Forecast. Hasil peramalan dengan menggunakan metode Full Information Forecast menunjukan hasil yang lebih baik dan hampir mendekati harga saham aktual, yaitu sebesr 140 yang mendekati harga saham aktual sebesar 144. Hal ini tidak lepas dari peran peramal yang meramalkan akan adanya krisis di tahun 2009, sehingga peramal akan membuat ramalan yang tidak terlalu ambisius.

BAB IV REFERENSI (DAFTAR PUSTAKA)

Penman, Stephen H. Financial Statement Analysis and Security Valuation. Singapore:Mc Graw Hill., 2001. www.google.com http://finance.yahoo.com

25

LAMPIRAN
26

You might also like