You are on page 1of 14

MAKALAH MANAJEMEN INVESTASI

MARGIN TRADING DAN SHORT SELLING Disusun oleh : Kelompok 4 / Kelas E ACHMAD SAIFUL ULUM MUHAMAD KHAIRUL UMAM BIMA AGUSTYA R. ( 0810320003 ) ( 0810320107 ) ( 0810320210 )

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2011

PENDAHULUAN Margin dalam perdagangan forex merupakan uang jaminan yang disetorkan investor kepada perusahaan pialang berjangka, agar investor bisa melakukan transaksi melalui perusahaan pialang berjangka tersebut. Dalam UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, margin didefinisikan sebagai sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan nasabah kepada pialang berjangka, pialang berjangka kepada anggota kliring berjangka, atau anggota kliring berjangka kepada lembaga kliring berjangka, untuk menjamin pelaksanaan transaksi kontrak berjangka. Margin disetorkan untuk setiap amanat nasabah yang ditempatkan kepada pialang berjangka. Hal itu bertujuan sebagai jaminan pelaksanaan transaksi kontrak berjangka yang dibuat berdasarkan amanat tadi. Secara umum investor membeli sekuritas dengan harga penuh dan beberapa waktu kemudian menjualnya dengan harapan memperoleh laba. Investor juga bisa menggunakan berbagai strategi investasi, baik yang spekulatif mau pun konservatif karena peluang peluang hasil yang ditimbulkannya. Diantara strategi tersebut adalah : 1. Bedagang batas, disebut Margin Trading 2. Berjual Pendek, disebut Short Selling Strategi yang akan dipilih disesuaikan dengan tujuan investasi, keadaan keuangan. horison waktu investasi, dan seberapa jauh toleransi dalam menghadapi resiko. Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih detail mengenai Margin Trading dan Short Selling. Semoga makalah ini bermanfaat sebagai penunjang pembelajaran mata kuliah Manajemen Investasi yang dibimbing oleh Pak Topo.

MARGIN TRADING Pengertian Adalah strategi membeli sekuritas dengan sebagian memakai dana pinjaman. Dengan demikian investor mngurangi penggunaan equity dalam suatu investasi dan karena itu dapat memperbesar hasil. Istilah margin menyangkut jumlah equity atau pinjaman dalam suatu investasi. Jika investor menggunakan 75% margin, berarti 75% dari investasi dibelanjai dengan equity sedang sisanya 25% dengan dana pinjaman. M.T biasanya memberikan peningkatan hasil, walau juga mengandung risiko tinggi. Salah satu risiko adalah apabila saham yang bersangkutan. Tidak berprestasi seperti yang diharapkan (harga turun) Jika ini terjadi, MT berapapun tidak bisa menyelamatkan, karena MT hanya bisa memperbesar (margin) hasil dan bukan membuat (produce) hasil. Contoh : Dana Rp 5 juta akan di investasikan dengan membeli 100 saham @ Rp 500 p/lbr. karena diprediksi harga saham tsb. akan naik. Jika dilakukan MT 50% akan diperoleh saham 100 saham hanya dengan Rp 2,5 juta dari dana sendiri, sisanya Rp 2,5 juta dapat digunakan untuk membeli lagi 100 saham perusahaan yang sama atau investasi lain. Keduanya akan memberi laba yang lebih besar dari kenaikan harga saham. Dampak Margin Trading pada hasil Saham : Tanpa MT 100 equity saham 100 5.000 Dengan Margin Trading 80% 65% 100 100 5.000 1.000 4.000 5.000 1.750 3.250 50% 100 5.000 2.500 2.500

Jumlah

Rp 50 dibeli Pengeluaran

investasi (Rp) - Dana Pinjaman 0 Equity dalam 5.000 investasi


A. Posisi Investor jika : harga naik Rp 80/saham - Nilai saham 8.000 - Pengeluaran investasi Capital gain 3.000 5.000

8.000 5.000

8.000 5.000

8.000 5.000

3.000

3.000

3.000

Hasil equity investor (capital gain/equity)

60%

75%

92,3%

120%

B. Posisi Investor jika : harga turun Rp 20/saham - Nilai saham 2.000 Pengeluaran 5.000 investasi Capital loss 3.000 Hasil equity (60%) investor(capital loss/equity) Dari tabel diatas, ternyata MT mengandung 3 fase, yaitu :
1. Harga saham akan berubah naika atau turun, apapun posisi pembiayaannya 2. Makin rendah jumlah equity investor, makin besar tingkat hasil yang diperoleh

2.000 5.000 3.000 (75%)

2.000 5.000 3.000 (92,3%)

2.000 5.000 3.000 (120%)

investor jika harga saham naik


3. Risiko kerugian juga makin besar (dengan tingkat yang sama) jika harga saham turun

Dalam MT, besarnya pengembangan hasil tergantung dari perilaku harga saham yg diperdagangkan dan besarnya margin yang digunakan. Makin kecil margin dan makin besar perubahan harga saham, makin besar hasil investor. Potensi Hasil pada Margin Trading : % Perubahan Harga Saham 20% 50% 75% 100% 120% % Perubahan Hasil Uang Investor dengan Margin sbb. : 90% 75% 22,2% 26,6% 55,6 66,7 83,3 100,0 111,1 133,3 222,2 266,6 50% 40% 100 150 200 400 25% 80% 200 300 400 800 10% 200% 500 750 1.000 2.000

Tetapi bila harga saham tuurn, kerugiannya juga berlipat, karena itu transaksi ini berisiko cukup tinggi

Untuk melakukan MT diperlukan pinjaman yang disebut Margin Loan yang dikenakan suku bunga tertentu tergantung pasar. Dalam transaksi margin dibentuk margin account pada kantor broker atau di bank. Account dibuka dengan dana minimum berupa equity dalam bentuk uang tunai atau saham. Apabila transaksi margin dilakukan maka terjadi hal-hal sbb. :
a. Investor mengambil margin loan yg dibebani bunga b. Broker menahan saham yang dibeli sebagai jaminan c. Margin loan dapat diperoleh dari broker atau bank (melalui broker)

d. Investor dikenai komisi dan pajak transfer Persyaratan Margin

Bank

Sentral

biasanya

menetapkan

Persyaratan

Margin

(Margin

Requirement=M/R) berupa jumlah equity minimum untuk transaksi margin.

Investor dapat melakukan transaksi melebihi equity minimum; misal minimum

M/R untuk saham 50%, tetapi investor dapat membeli saham dengan mempergunakan margin 75%

Brokerhouse dan bursa dapat menetapkan M/R yang lebih ketat dari pada B.I, M/R terdiri dari 2 jenis utama, yaitu : 1. 2. Margin Awal (initial margin) Margin Pemeliharaan (maintenance margin)

untuk membatasi ekses trading dan perlindungan kredit bagi broker.

Perhitungan Margin Trading Perhitungan hasil dari margin dilakukan dengan menggunakan 2 rumus, yaitu : 1. Rumus Margin Dasar 2. Rumus Hasil Modal yang Ditanam. 1. Rumus Margin Dasar Besarnya margin dalam suatu transaksi selalu diukur relatif terhadap jumlah equity. Diperlukan 2 informasi untuk menyelesaikan rumus ini, yaitu : a. Nilai pasar dari sekuritas yang di margin
b. Jumlah uang yang dipinjam atau margin loan, yang disebut Saldo Debet (debt

balance) Persamaan rumus margin :

Margin (%) = Nilai Sekuritas - Saldo Debet Nilai Sekuritas = (S-D):S Contoh : Investor hendak membeli 100 saham @ Rp 4.000 per saham dengan menggunakan 70% margin; yang berarti dana bersumber dari : - 70% equity - 30% margin loan. Investor akan pinjam 30% x Rp 400.000 = Rp 120.000 yang merupakan saldo debet dan sisanya Rp 400.000 - 120.000 = Rp 280.000 merupakan equity dari investor a. Tingkat margin : Margin (%) = ( S - D ) : S = (Rp 400.000 - 120.000) : 400.000 = 70% b. Jika harga saham naik menjadi Rp 6.500 : Margin (%) = ( S - D ) : S = (Rp 650.000 - 120.000) : 650.000 = 81,5% c. Jika harga saham turun menjadi Rp 3.000 : Margin (%) = ( S - D ) : S = (Rp 300.000 - 120.000) : 300.000 = 60% Dalam hal ini terjadi restricted/pengketatan account, karena tingkat margin turun dibawah initial margin yang berlaku

2. Rumus Hasil Modal yang Ditanam Margin Trading biasanya menyangkut periode investasi pendek (kurang dari setahun). Investor menggunakan sebagian dana sendiri, sisanya memakai dana pinjaman. Oleh karena itu, dalam menilai hasilnya, perhitungan tingkat laba hanya menyangkut bagian dana milik investor sendiri (equity). Dengan menggunakan dana dari hasil berjalan (dividen) atau bunga, maupun bunga atas margin loan, diperoleh hasil modal yang ditanam (return on invested capital = ROIC) sbb. :

Return on Invested Capital /ROIC = (a -b)+(p-q):r dimana : a = Penghasilan berjalan yang diterima b = Pembayaran bunga atas margin loan p = Nilai pasar sekuritas pada penjualan q = Nilai pasar sekuritas pada pembelian r = Jumlah modal sendiri yang diinvestasikan Contoh :
Investor akan membeli 100 saham @ Rp 5.000 persaham, karena diprediksi 6 bulan

mendatang harga saham akan naik menjadi Rp 7.500 persaham


Saham ini memberti dividen Rp 200 per saham (dengan holding period 6 bulan,

investor hanya menerima dividen Rp 100 p/saham)


Investor membeli saham dengan 50% margin danme mbayar bunga 10% untuk

margin loan. Jadi investor akan menaruh equity Rp 500.000 dengan harapan nilainya naik menjadi Rp 750.000 dalam 6 bulan.
Karena investor menggunakan margin loan 50% = Rp 250.000 dengan bunga 10%

selama 6 bulan , maka beban bunga investor adalah Rp 250.000 x 10% x 6/12 = Rp 12.500 ROIC yang diharapkan = (Rp 10.000 - 12.500) + Rp 750.000 - 500.000) 250.000 = Rp 247.500 / 250.000 x 100% = 99 % ROIC sebesar 99% tersebut diperoleh selama holding period 6 bulan. Jika ingin dibandingkan dengan alternatif investasi, maka harus dihitung tahunan, sehingga menjadi 99% x 2 = 198 % Penggunaan Margin Trading Margin Trading dapat digunakan dalam berbagai cara, terutama : 1. Memperbesar Hasil Transaksi 2. Laba Piramidasi

3. Memperbesar Penghasilan Berjalan 1. Memperbesar Hasil Transaksi Investor yang akan meningkatkan capital gain dari suatu transaksi mendapatkan sekuritas yang memberikan harapan kenaikan harga, lalu melakukan margin pada atau diatas) tingkat initial margin untuk memaksimalkan sumber investasinya sejauh mungkin. Contoh : Investor yang memiliki modal Rp 4.000 dan Initial M/R saham 50%, menemukan saham dengan harga Rp 20 persaham, tetapi diyakini akan naik menjadi Rp 30 dalam 6 bulan. Investor memutuskan untuk melakukan Margin Trading sampai batas initial margin. Investor dapat meminjam Rp 4.000 lagi untuk menambah jumlah investasinya menjadi Rp 8.000. 2. Laba Piramidasi Bila Investor tetap menahan sekuritas yang harganya naik, akan diperoleh apa yang disebut laba diatas kertas (paper profit) artinya investor telah mendapatkan laba dari transaksinya, tetapi belum menjual sekuritas yang bersangkutan. Piramidasi (pyramiding) menggunakan paper profit dalam margin account untuk sebagain atau sepenuhnya membelanjai pembelian tambahan sekuritas. Paper profit tersebut telah menimbulkan kelebihan margin, yang berarti terdapat lebih banyak equity dalam margin account. Contoh : Suatu margin account memuat sekuritas seharga Rp 60.000 dan saldo kredit Rp 20.000 sehingga berada pada tingkat margin 66 2/3%. Jika M/R hanya 50% maka account tsb. mengandung kelebihan margin. Dengan piramidasi, kelebihan margin ini digunakan untuk membeli tambahan sekuritas sedemikian rupa asalkan margin account tetap sama atau diatas M/R. 3. Memperbesar Penghasilan Berjalan Teknik ini paling jarang digunakan dalam margin trading dan bisa dilakukan bila biaya bunga margin loan relatif rendah dan bila penghasilan berjalan berupa dividen atau bunga cukup tinggi. Contoh : Investor yang memiliki equity Rp 2.000 bisa menggunakan margin 50%, sehingga dapat meminjam Rp 2.000 agar dapat membeli 100 saham @ Rp 40 persaham. Bunga margin loan 6% dan dividen tahunan sebesar Rp 3,20 persaham.

SHORT SELLING Pengertian Short Selling merupakan teknik menjual sekuritas atau property yang dipinjam. Short Selling dimulai bila sekuritas yang telah dipinjam dari suatu broker dijual di pasar; kemudian bila harganya turun, penjual membeli kembali sekutitas tersebut yang lalu dikembalikan kepada pemberi pinjaman (lender). Dalam hal ini pemberi pinjaman sekuritas harus mendapatkan perlindungan sepenuhnya. Mekanisme Short Selling 100 saham dijual @ Rp 5.000 persaham Hasil penjualan bagi investor.... Rp 500.000 Kemudian, 100 saham dibeli @ Rp 3.000 per saham Biaya bagi investor .. Rp 300.000 Laba Bersih ........................................................................Rp 200.000 Jika seorang investor menemukan saham yang diprediksi akan turun harganya maka hal itu merupakan alasan untuk melakakukan short Selling. Manfaat dari Short Selling adalah :

Peluang untuk mengubah penurunan harga sekuritas menjadi suatu

keuntungan Kerugian Short Selling :

Merupakan transaksi dengan risiko yang cukup tinggi, karena penurunan harga

suatu sekuritas hanya dapat terjadi sejauh tertentu (paling tidak sama atau hampir sama nol) Dilain pihak kenaikan harganya tidak terbatas (jika harga sekuritas naik, short selling rugi)

Short Selling tidak pernah memperoleh dividen (karena jangka waktunya

cukup pendek) Namun jika dividen dibayarkan dalam periode transaksi short Sell, maka short Seller harus menyerahkannya kepada pemberi pinjaman saham (lender) Peminjaman Sekuritas: Sekuritas untuk short selling bisa dipinjam dari broker atau investor individual lainnya. Broker meminjamkan sekuritas yang dipegang dalam portofolionya atau dikenal

dengan sebagai Street Name Account (akun nama jalan). Street Name Account adalah sekuritas yang dipegang oleh broker untuk pelangganny; saham dikeluarkan atas nama kantor broker tetapi dipegang untuk kepentingan (in trust) account dari kliennya. Broker meminjamkan sekuritas untuk transaksi short sale sebagai pelayanan kepada kliennya; sedangkan individu meminjamkan sekuritas karena mendapatkan pinjaman tanpa bunga. Tetapi individu yang meminjamkan hanya mereka yang memegang sekuritas atas namanya sendiri. Bila transaksi short sale dilakukan, pemberi pinjaman (lender) berhak menerima pinjaman tanpa bunga sebesar nilai kolateral/ jaminan dari sekuritas yang digunakan dalam short sale. Nilai kolateral ini merupakan jumlah uang yang dapat dipinjam dalam margin trading. Contoh : Bila Margin Requirement /MR 60% nilai koletral akan berjumlah 40% yang merupakan pinjaman maksimum dalam transaksi margin. Jadi bila seseorang meminjamkan sekuritas bernilai Rp 10 juta dan M/R yang berlaku 60%, maka ia dapat menerima pinjaman tanpa bunga 40% x Rp 10 juta = Rp 6 juta. Pinjaman tanpa bunga tersebut merupakan windfall, karena dapat diinvestasikan untuk memperoleh keuntungan dan biasanya dalam bentuk tabungan, karena tidak ada kepastian kapan short seller akan membeli kembali sekuritas dan menarik pinjamannya Misal: Jika short Sale tersebut diatas berlaku selama 9 bulan dan bunga tabungan 8%/tahun maka investor dapt memperoleh tambahan penghasilan Rp 10 juta x 8% x 9/12 = Rp 240.000 Perlindungan bagi Lender : Lender, yaitu pihak yang memberi pinjaman sekuritas dalam transaksi short sale praktis tetap memiliki seluruh manfaat dan hak kepemilikan sekuritas (kecuali hak suara/voting right) selama short sale, yaitu : Pembayaran dividen Hak atas saham pre emptive, jika dikeluarkan Saham split atau saham dividen , jika dikeluarkan

Hak-hak tersebut tidak diterima langsung dari perusahaan yang menerbitkan sekuritas, tetapi melalui short seller yang telah berjanji menjadi pihak surogasi (surrogate firm). Dhi. broker yang akan menjamin dipenuhinya kewajiban oleh short seller. Oleh karena itu dalam transaksi short sele diperlukan margin deposit yang dipegang oleh broker untuk kepentingan

dan perlindungan lender. Dalam short sale, hasil penjualan sekuritas, bersama dengan margin deposit milik short seller dipegang oleh broker. Dhi. broker membentuk diua. Dhi. broker membentuk dua account, yaitu satu untuk short seller, lainnya untuk lender. Proses bekerjanya account ini disebut mark-to-the-mark sbb. :
Jika harga saham naik, account short seller turun dan dananya ditransfer ke account

lender. Sedang jika harga saham turun, terjadi sebaliknya.


Pinjaman tanpa bunga dan dividen juga langsung didebitir pada account short .seller

dan dikreditir pada account lender.


Bila transaksi short sale berakhir, dana dalam account lender dipakai untuk membeli

saham (saat itu lender diberitahu untuk segera mengembalikan pinjaman tanpa bunga yang belum kembali pada account). Posisi short sale ditutup bila saham dikembalikan kepada lender.
Dana dalam account short seller setelah dikurangi komisi serta biaya transaksi, tinggal

margin deposit dan laba dari transaksi untuk dikembalikan kepada short seller. Penggunaan Short Selling. Investor melakukan short sale untuk salah satu dari dua alasan :
a. Mencari laba spekulatif bila harga suatu sekuritas diharapkan turun, atau b. Melindungi laba dan menangguhkan pajak dengan memagari (hedgimg) posisinya.

Semua short sale dilakukan atas margin, yaitu besarnya penggunaan modal sendiri (equity deposit) yang harus dilakukan investor untuk dapat memulai transaksi, karena adanya M/R . Dalam short sale tidak diperlukan dana pinjaman , sehingga tidak ada pembayaran bunga 1. Margin dalam Short Sale : Margin dalam short sale dihitung dengan rumus : Margin (%) = (Hasil Penjualan + Equity deposit) Nilai Sekuritas Nilai Sekuritas Contoh : Investor ingin melakukan short sale atas 100 saham @ Rp 60 dengan menggunakan margin yang berlaku 70%. Dalam hal ini :

- Nilai Saham (NS) dan Hasil Penjualan (HP) : 100 x Rp 60 = Rp 6.000 - Equity Deposit (ED) : 70% x Rp 6.000 = Rp 4.200 Jika harga saham naik menjadi Rp 70, maka : Margin (%) = (Rp 6.000 + 4.200 -7.000 ) : 7.000 = 46% Nilai HP dan ED tetap yaitu Rp 6.000 dan Rp 4.200 tetapi nilai kolateral berubah naik menjadi Rp 7.000. Oleh karena harga saham naik, besarnya margin turun, sebab investor menderita kerugian yang mengakibatkan nilai equity turun. Karena besarnya margin (46%) turun dibawah M/R (70%) investor menghadapi restricted account. Jika harga saham turun menjadi Rp 50, maka : Margin (%) = (Rp 6.000 + 4.200 -5.000 ) : 5.000 = 104% Investor memperoleh kelebihan equity yang dapat digunakan untuk piramidasi. 2. Hasil atas Modal yang Ditanam : Dalam short Sale tidak ada dana yang dipinjam dan tidak ada bunga yang harus dibayar, sehingga hasil yang diperoleh berasal dari equity deposit. Hanya saja short seller harus membayar dividen kepada lender yang akibatnya mengurangi laba . Rumus hasil atas modal yang ditanam (return on invested capital) sebagai berikut : ROIC = ( HP BP D) : ED Dimana : - HP = Hasil Penjualan - BP = Biaya Pembelian Sekuritas - D = Dividen yang dibayar short seller Contoh : Seorang investor ingin menggunakan 70% margin untuk short sale saham seharga Rp 60 yang diprediksi akan turun menjadi Rp 40 dalam waktu 6 bulan. Perusahaan membayar dividen Rp 2 per-saham seta - hun atau Rp 1 per-saham untuk 6 bulan Perhitungan hasil persaham menghasilkan : ROIC = Rp 60 Rp 40 (6/12 x Rp 2) : (70% x Rp 60) = Rp 19 /42 x 100% = 45% Hasil perhitungan ini tidak akan berubah, berapun jumlah saham dalam transkasi ini 3. Spekulasi :

Karena short seller bertaruh terhadap perilaku pasar , maka short selling merupakan teknik spekulasi yang tinggi dan menghadapi risiko yang cukup besar. Contoh : Seorang investor telah menemukan suatu saham yang diprediksi akan merosot harganya dari Rp 50 menjadi Rp 30 dalam waktu 8 bulan mendatang. Ia memutuskan untuk melakukan short selling 300 saham dengan menggunakan margin 50% Spekulasi dengan short Sale : Short sale awal : 300 saham dijual @ Rp 50 Rp 15.000 Short sale tutup : 300 saham diobeli @ Rp 30 Rp 9.000 Laba bersih .. Equity deposit 50% x Rp 15.000 Rp 7.500 ROIC : Rp 15.000 9.000 : 7.500 = 80% Apabila harga saham memang turun menjadi Rp 30 investor akan memperoleh ROIC sebesar 80% . Tetapi jika ternyata harga saham naik, maka seluruh atau sebagian besar investasinya Rp 7.500 akan habis. 4. Melindungi laba yang telah diperoleh : Short sale bisa digunakan untuk melindungi laba yang telah diperoleh dari transaksi sebelumnya Teknik ini disebut hedging atau shorting-against the box Transaksi I : -Membeli 100 saham @ Rp 20 = Rp 2.000 Harga saham naik menjadi Rp 50 Laba dalam transaksi ini : - Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 50 Rp 5.000 - Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 Transaksi II: Short Sale 100 saham @ Rp 50 A. Harga saham naik menjadi Rp 80 Laba dalam transaksi I dan II : - Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 80 Rp 8.000 - Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 ... (Rp 2.000) Laba .. Rp 6.000 Kurang : Rugi Short Sale : Short Sale awal 100 saham x Rp 50 = Rp 5.000 (Rp 2.000) Laba Bersih . Rp 3.000 Rp 6.000

Short sale tutup 100 saham x Rp 80 = ( 8.000) = Laba Bersih .. B. Harga saham turun menjadi Rp 30 Laba dalam transaksi I dan II :

(Rp 3.000) Rp 3.000

- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 30 Rp 3.000 - Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 ... (Rp 2.000) Laba .. Rp 1.000 Tambah : Laba Short Sale : Short Sale awal 100 saham x Rp 50 = Rp 5.000 Short sale tutup 100 saham x Rp 30 = ( 3.000) = Rp 2.000 Laba Bersih .. Rp 3.000 Dalam transaksi pertama diperoleh capital gain Rp 3.000 Investor tidak ingin menjual saham itu sekarang, tetapi ia juga tidak mau kehilangan laba itu. Dengan melakukan short sale, investor dapat mengunci laba Rp 3.000 tersebut Meskipun harga saham naik atau turun, investor tetap terjamin akan laba itu.

SUMBER : repository.binus.ac.id/content/F0354/F035452568.

You might also like