You are on page 1of 80

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar beIakang
Persalinan merupakan hal yang sangat kompleks karena disatu sisi
terjadi kebahagiaan menjelang kelahiran anak tetapi di sisi lain terjadi resiko-
resiko yang mungkin mengancam keselamatan ibu dan bayi. Oleh karena
itu pengawasan ibu hamil dalam persalinan sangat diperlukan. Setiap
persalinan mempunyai resiko komplikasi sehingga setiap persalinan dapat
dianggap sebagai keadaan darurat dan membutuhkan penanganan yang
tepat (Budi, 2010).
Setiap tahun sekitar 20.000 perempuan di ndonesia mengalami
kematian akibat komplikasi dalam persalinan. Sebenarnya hampir semua
kematian dapat dicegah sesuai dengan tujuan Milennium Development
Goals (MDGs) yang kelima yaitu yang difokuskan pada kesehatan ibu dan
untuk mengurangi kematian. Berdasarkan survey nternasional angka
kematian ibu telah turun dari 390 menjadi 307 per 100.000 kelahiran
sedangkan target MGDs adalah menurunkan rasio hingga 110. di ndonesia
sekitar 60% persalinan di ndonesia berlangsung di rumah dan ditolong oleh
tenaga non profesional. Data internasional menunjukkan sekitar 50%
persalinan kematian akibat persalinan dapat dicegah melalui pertolongan
medis dan 50% lainnya tidak dapat diselamatkan akibat tidak adanya
1
2
penanganan yang memadai atau ditolong oleh tenaga tradisional.(Budi,
2010).
WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa kematian
yang terbanyak terjadi karena komplikasi saat kehamilan dan persalinan
dari 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung
atau tidak langsung terhadap kehamilan. WHO memperkirakan 585.000
perempuan meninggal setiap hari karena komplikasi kehamilan dan proses
kelahiran yang tidak aman. Ditambah dengan anggapan masyarakat tentang
tradisi melahirkan ditempat pelayanan non medis seperti dukun. Memilih
dukun atau tenaga non medis sebagai penolong dalam proses persalinan
memang bukan hal baru dalam realitas masyarakat kita. Pertolongan
dengan tenaga non medis atau dukun ini sudah banyak terjadi terutama di
daerah-daerah yang tidak terakses pelayanan kesehatan yang baik. Bahkan
sejumlah wilayah atau daerah, tenaga non medis jumlahnya jauh lebih besar
daripada jumlah tenaga medis.
Di Amerika Serikat penyelenggaraan pengawasan pertolongan
persalinan pada hampir semua wanita hamil berlangsung di Rumah Sakit
dan ditangani oleh dokter, di Eropa baik barat maupun timur, bidan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertolongan persalinan,
sehingga angka kematian maternal pada semua negara-negara maju
umumnya berkisar antara 1.5 3.0 per 10.000 kelahiran hidup.
3
enyataan membuktikan bahwa di ndonesia pada saat ini persalinan
yang di tolong di Rumah Sakit hanya 5-10%, 10% oleh bidan swasta, sedang
75-80% masih di tolong oleh dukun (Mohtar, 1998). Cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan profesional secara keseluruhan di ndonesia tahun 2007
adalah 64,78% dengan kisaran antara 94-98% di provinsi Bali dan 40-55% di
Maluku. usno (2010) menyatakan bahwa di abupaten Sampang, Jawa
Timur, tingkat kesadaran ibu hamil dalam mengalami proses persalinan
secara medis masih sangat rendah, terbukti dalam 74% proses persalinan
ibu hamil didaerah itu masih menggunakan jasa dukun beranak yang
kualitas higienisnya berada dibawah standar Departemen esehatan
sehingga hal ini menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi, pada
tahun 2009 tercatat 23 orang ibu hamil mengalami kematian karena
pertolongan oleh dukun yang disebabkan karena infeksi. Faktor
pengetahuan dan status ekonomi menjadi penyebab masih tingginya
persalinan oleh dukun.
Pertolongan persalinan di Boyolali sebagian masih dilakukan oleh
dukun bayi. Setidaknya dalam suatu abupaten/ota, peranan dukun bayi
masih cukup tinggi, yakni mencapai 40%. Di Lombok Barat, berdasarkan
data yang dilaporkan Susenas 2006, pertolongan persalinan lebih banyak
dilakukan oleh tenaga dukun, yakni mencapai 52,95%. Hanya 44,18% yang
ditangani dokter/bidan dan tenaga medis lainnya. Pertolongan yang
dilakukan dukun pada tahun 2006 relatif meningkat dibandingkan tahun 2005
4
yang hanya 52,10. Basis-basis kecamatan yang dominan mempercayakan
dukun sebagai penolong persalinan terjadi di ecamatan Sekontong Tengah
(69,44%), Lingsar (58,54%), Batulayar (65,91%), Tanjung (50,50%),
Pemenang (90,91%), Gangga (70,59%), ayangan (83,33%) dan Bayan
(82,22%).
Penyebab tingginya angka persalinan oleh dukun dipengaruhi oleh
sosial budaya masyarakat. Masyarakat sangat terikat budaya yang
mempercayai dukun sebagai penolong persalinan karena merasa lebih
nyaman dan aman dibandingkan memilih persalinan yang ditolong oleh
tenaga medis (Yulia, 2006).
Pengetahuan akan mempengaruhi perilaku, kurangnya pengetahuan
yang baik pada wanita hamil tentang proses persalinan, perawatan nifas dan
tindakan sterilisasi mengakibatkan mereka lebih memilih dukun sebagai
penolong persalinannya (Wisnu, 2007). Ditambahkan oleh Mochtar (2003)
bahwa tingginya persalinan ditolong oleh dukun karena rendahnya
pengetahuan terhadap bahaya-bahaya dalam persalinan, maka mereka
beranggapan dukun lebih baik daripada tenaga medis. alaupun ada yang
memiliki pengetahuan lebih tentang kesehatan, tetapi mereka masih memilih
dukun karena dukun mempunyai khgarisma dan lebih dipercaya sementara
wanita dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang persalinan yang aman
lebih memilih bidan sebagai penolong persalinannya.
5
eluarga dengan tingkat status ekonomi rendah cenderung memilih
dukun sebagai penolong persalinan karena biayanya lebih murah dan
terjangkau dibandingkan dengan pertolongan persalinan oleh tenaga medis
seperti bidan yang biaya persalinannya dirasakan masih terlalu mahal dan
tidak terjangkau (Wahyudi, 2005).
Tingginya persalinan ditolong oleh dukun juga dapat disebabkan
karena kurangnya dukungan dari suami berupa dukungan informasi,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan emosional
sehingga pemilihan persalinan ke dukun masih banyak terjadi dimasyarakat.
eengganan suami memberikan support dan informasi tentang persalinan
yang aman menyebabkan kepercayaan kepada dukun masih tetap tinggi
sehingga memilih dukun sebagai penolong persalinan (Wisnu, 2007).
Tingginya angka persalinan oleh dukun juga banyak terjadi
khususnya didaerah pedesaan dimana akses pelayanan kesehatan sulit
terjangkau karena kondisi geografis wilayah di ndonesia yang terdiri dari
daerah pegunangan dan sungai-sungai sehingga menyebabkan suburnya
persalinan ditolong oleh dukun. Dari berbagai faktor yang mempenagruhi
pemilihan penolong persalinan faktor pengetahuan, status ekonomi dan
dukungan suami menjadi penyebab tersering tingginya pertolongan
persalinan oleh dukun.
Berdasarkan data jumlah persalinan di altim tahun 2009 sebanyak
79.547 kelahiran, sedangkan persalinan ditolong oleh dukun sebanyak
6
12.875 persalinan (16,19%). Sementara itu jumlah persalinan di abupaten
utai artanegara tahun 2009 adalah 1.033 persalinan, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 794 persalinan (76,86%)
sedangkan jumlah persalinan oleh dukun bayi sebanyak 239 persalinan
(23,14%).
Desa Teluk Dalam merupakan salah satu desa yang berada di
wilayah ecamatan Tenggarong Seberang. Wilayah Desa Teluk Dalam
berada di daerah pinggir sungai Mahakam sehingga banyak penduduknya
tinggal di bantaran sungai Mahakam. Jumlah penduduk di Desa Teluk
Dalam sebanyak 1.599 jiwa dengan mata pencaharian sebagian besar
adalah nelayan dan buruh. Pendapatan penduduk rata-rata masih dibawah
Upah Minimum Regional (UMR) perbulannya. Tingkat pendidikan penduduk
Desa Teluk Dalam relatif rendah yaitu hanya lulus SD dan SMP sehingga
tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih minim.
Banyaknya suami yang bekerja sebagai nelayan menyebabkan dukungan
terhadap ibu dalam memilih persalinan masih kurang karena suami banyak
yang tidak berada ditempat pada saat persalinan istrinya.
Data persalinan di Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong
Seberang tahun 2010 periode Januari-Desember jumlah persalinan yang
paling banyak ditolong oleh dukun bayi berada di Desa Teluk Dalam yaitu
dengan jumlah persalinan 58 persalinan, sebanyak 18 persalinan (31,03%)
ditolong oleh dukun bayi sedangkan 40 persalinan (68,96%) ditolong oleh
7
bidan/dokter. Jumlah persalinan tersebut masih melebihi target Puskesmas
untuk pertolongan persalinan oleh dukun yaitu maksimal 10%.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di Desa Teluk Dalam
ecamatan Tenggarong Seberang Tahun 2011.

B. Rumusan masaIah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka yang
menjadi rumusan masalah adalah apakah ada hubungan antara
pengetahuan, status ekonomi dan dukungan suami dengan pemilihan
penolong persalinan pada ibu bersalin di Desa Teluk Dalam ecamatan
Tenggarong Seberang Tahun 2010.

C. Tujuan peneIitian
1. Tujuan umum.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di Desa Teluk Dalam
ecamatan Tenggarong Seberang Tahun 2011.



8
2. Tujuan khusus.
a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan
penolong persalinan pada ibu bersalin di Desa Teluk Dalam tahun
2011
b. Mengetahui hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan
penolong persalinan pada ibu bersalin di Desa Teluk Dalam tahun
2011
c. Mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan
penolong persalinan pada ibu bersalin di Desa Teluk Dalam tahun
2011

D. Manfaat peneIitian
1. Bagi Puskesmas Desa Teluk Dalam
Dapat memberi informasi melalui penyuluhan kepada masyarakat
tentang pemilihan pertolongan persalinan yang aman dan peningkatan
kualitas pelayanan kepada masyarakat serta pembinaan kepada dukun
bersalin agar dapat memberikan pertolongan persalinan yang aman dan
nyaman.
2. Bagi Petugas esehatan
Berguna sebagai bahan atau sumber bagi tenaga kesehatan untuk
memberi pengarahan, dan bimbingan yang lebih instensif pada ibu hamil
9
dalam pemilihan penolong persalinan dan pembinaan pada dukun bayi
melalui penyuluhan tentang kesehatan.
3. Bagi responden
Dapat memberi manfaat bagi ibu, keluarga dan masyarakat agar
dapat menyadari pentingnya persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan dan dapat mengetahui bahaya-bahaya dalam persalinan yang
ditolong oleh tenaga non nakes, sehingga dapat diterima dan juga dalam
memilih penolong persalinan pada kehamilan berikutnya yang lebih
aman.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk
melakukan penelitian selanjutnya dengan metode yang berbeda.










10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang PenoIong PersaIinan
1. Bidan
a. Pengertian
Sesuai dengan peraturan Menteri esehatan Republik ndonesia
Nomor 900/MENES/S/V/2002 tentang registrasi dan praktik
bidan, yang dimaksud dengan bidan adalah "seseorang dengan
persyaratan tertentu telah mengikuti dan menyelesaikan program
pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang
berlaku (Mustika, 2006).
b. Tugas dan Fungsi Bidan
Mustika (2006) menjelaskan berdasarkan Dirjen PM Binkeskel,
Direk Binkeskel dengan suratnya No. 278/BM/DJ/B//1994,
tanggal 7 Maret 1994 perihal tugas pokok dan fungsi bidan yang
isinya sebagai berikut :
1) Tugas pokok bidan diprioritaskan sebagai pelaksana pelayanan
A khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin
dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Dalam kaitan
tersebut bidan juga menjadi pelaksana kesehatan bayi dan B,
10
11
yang pelaksanaannya sejalan dengan tugas utamanya dalam
pelayanan kesehatan ibu.
2) Fungsi bidan adalah memberikan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan A termasuk B, dalam menjalankan fungsinya bidan
diwajibkan di tempat tugasnya dan melakukan pelayanan secara
aktif.
c. Wewenang Bidan
Bidan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai wewenang
umum dan khusus (B, 1999).
1) Wewenang Umum, adalah sebagai berikut :
a) Memberi penerangan dan penyuluhan.
b) Melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan
lain yang juga bekerja dalam pelayanan kebidanan dangan
kemampuan yang lebih rendah, termasuk pembinaan para
dukun peraji.
c) Melayani kasus ibu untuk pengawasan kehamilan,
pertolongan persalinan, perawatan nifas dan pemakaian cara
kontrasepsi tertentu.
d) Melayani bayi dan anak pra sekolah untuk pengawasan
pertumbuhan dan perkembangan pemberian pengebalan.
e) Memberikan obat obatan.

12
2) Wewenang husus di bawah pengawasan dokter, yaitu :
a) Pengawasan kehamilan.
b) Pertolongan persalinan.
c) Pertolongan Masa nifas.
d) Pertolongan kedaruratan.
Fungsi bidan secara khusus adalah memberikan pelayanan
terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu usia subur dan
bayi. Agar fungsinya tersebut dapat berjalan dengan baik, maka
perlu didukung oleh pengelolaan program A yang baik dan
pembinaan peran serta masyarakat (Depkes R., 2000).
2. Dukun bayi/Paraji
a. Pengertian
Dukun adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit
dan memberi jampi-jampi (mantra dan guna-guna) (Badudu,
2006).
Dukun bayi atau paraji adalah seorang anggota masyarakat,
pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta
memiliki ketrampilan menolong persalinan secara tradisional dan
memperoleh ketrampilan tersebut secara turun temurun (Ridha,
2008).
emampuan tersebut tidak didapat melalui pendidikan
melainkan kemampuan yang diturunkan melalui keterampilan
13
orang tua atau nenek moyangnya. Banyak dukun yang memiliki
ilmu magic (ilmu hitam), bermacam-macam cara yang dipakai oleh
dukun untuk biasa menarik simpati masyarakat luas. Di ndonesia
banyak sekali dukun terutama dukun beranak, mereka bisa
didapat di setiap wilayah tertama di wilayah-wilayah yang susah
dijangkau oleh dinas kesehatan. Banyak sekali persalinan yang
ditolong oleh dukun karena disebagian masyarakat yang masih
mempercayai persalinanannya ditolong oleh dukun beranak, itu
disebabkan rasa percaya masyarakat terhadap dukun (Manuaba,
2002)
b. riteria Dukun Bayi
Menurut Ridha (2008) kriteria dukun bayi adalah :
1) Dukun terlatih
Dukun terlatih yaitu orang atau tenaga non medis yang
memiliki kemampuan untuk menolong persalinan dan
mendapatkan pembinaan dan pelatihan pertolongan persalinan
mencakup pelaksanakan perawatan kehamilan, menyebutkan
tanda-tanda hamil muda dan hamil tua, dapat melaksanakan
anamnese, periksa raba dan menentukan usia kehamilan dan
letak janin. Dukun terlatih juga mampu mempersiapkan
pertolongan persalinan yang aman dengan tehnik sederhana
14
dan mampu merawat tali pusat dan mampu melaksanakan
rujukan ke puskesmas atau ke rumah sakit.
Menurut Manuaba (2002) dukun terlatih mendapatkan
pembinaan dan pelatihan melalui :
a) Pendidikan dukun yang berkaitan dengan :
(1) Tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta
postpartum
(2) Tehnik pertolongan persalinan sederhana tetapi bersih
dan legeartis
(3) Perawatan dan pemotongan tali pusat
(4) Perawatan ibu postpartum
(5) Meningkatkan kerjasama dalam bentuk rujukan ke bidan
/ puskesmas
b) Diikut sertakan dalam gerakkan B :
(1) Membagikan kondom
(2) Membagikan pil B
(3) Melakukan rujukan B
c) Memberikan kesempatan untuk melakukan persalinan
dengan resiko rendah
d) Meningkatkan sistim rujukan yang mantap
Dengan menempatkan bidan di desa atau
masyarakat diharapkan peranan dukun akan makin
15
berkurang sejalan dengan makin tingginya pendidikan dan
pengetahuan masyarakat dan terjadinya fasilitas kesehatan
dengan bagitu diharapkan pula angka kematian ibu bayi
bisa berkurang (Manuaba, 2002 )
2) Dukun tidak terlatih.
Dukun tidak terlatih adalah orang atau tenaga non
medis yang memiliki kemampuan untuk menolong
persalinan tetapi tidak mendapatkan pembinaan dan
pelatihan pertolongan persalinan dan melakukan
pertolongan persalinan secara tradisional (Ridha, 2008).

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan
melalui pancaindra manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dan sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan aspek negatif. edua ini yang menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu, semakin banyak aspek positif dari obyek
diketahui maka menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.
16
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (perilaku) dan perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan.
1. Proses Adopsi Perilaku
Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mengemukakan
bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru dalam diri seseorang akan
terjadi berturut-turut yaitu :
a. areness (kesadaran). Dimana seseorang menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.
b. Interest. Subyek mulai tertarik terhadap stimulus obyek tersebut. Disini
sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation. Pada tahap ini subyek mulai menimbang-nimbang baik
buruknya stimulus terhadap dirinya.
d. Trial. Dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. doption. Dimana subyek telah berperilaku sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap stimulus.
2. Tingkatan Pengetahuan di Dalam Domain ognitif
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan yaitu
17
a. Tahu (no)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari
sebelumnya.
b. Memahami (.omprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (apli.ation)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada suatu situasi dan kondisi riil (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemapuan untuk menyusun
formulasi baru dari formula-formula yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
18
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau penggunaan kriteria-kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2003)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden. edalaman yang ingin kita ketahui atau
kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
Pengetahuan seseorang adalah merupakan informasi yang
diperoleh melalui : (Lilik, 2009)
1. Pengalaman Pribadi
Pemahaman seseorang dapat diperoleh melalui pengalaman
pribadi yang memberikan informasi mengenai suatu masalah. Melalui
pengalaman pribadi ini ditemukan jawaban atas masalah yang
sebelumnya tidak diketahui. Pengalaman merupakan sumber
pengetahuan yang terbaik dengan kata lain pengalaman adalah guru
yang terbaik.
2. Pengalaman Orang Lain
Pengalaman dapat juga diperoleh melalui pengalaman orang
lain. Dengan melihat kejadian atau masalah yang terjadi pada orang
lain, seseorang dapat memperoleh informasi mengenai suatu masalah
baik secara langsung maupun tidak langsung.


19
3. Media Massa
Media massa merupakan sumber informasi yang paling banyak
memberikan pengetahuan pada seseorang mengenai suatu masalah.
Sumber informasi melalui media ini dapat berupa majalah, koran,
televisi radio, iklan dan lain sebagainya.
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori
yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman langsung maupun
dari orang lain. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2002).
Tingginya persalinan ditolong oleh dukun karena rendahnya
pengetahuan terhadap bahaya-bahaya dalam persalinan, maka mereka
beranggapan dukun lebih baik daripada tenaga medis. alaupun ada
yang memiliki pengetahuan lebih tentang kesehatan, tetapi mereka
masih memilih dukun karena dukun mempunyai kharisma dan lebih
dipercaya sementara wanita dengan tingkat pengetahuan yang baik
tentang persalinan yang aman lebih memilih bidan sebagai penolong
persalinannya (Mochtar, 2003 ).
Pengetahuan akan mempengaruhi perilaku, kurangnya
pengetahuan yang baik pada wanita hamil tentang proses persalinan,
20
perawatan nifas dan tindakan sterilisasi mengakibatkan mereka lebih
memilih dukun sebagai penolong persalinannya (Wisnu, 2007).

D. Tinjauan Umum Status Ekonomi
Status ekonomi adalah suatu keadaan keuangan dalam sebuah
keluarga. Berdasarkan jumlah penghasilan dan kemampuan dalam
mencukupi kebutuhan sehari-hari, keluarga dapat dibedakan dalam
keluarga mampu dan keluarga kurang mampu (Wildan, 2003).
Penghasilan adalah suatu keadaan keuangan dalam keluarga,
besarnya dapat dibedakan antara keluarga yang mampu dengan
keluarga yang tidak mampu atau keluarga yang sejahtera dan keluaga
prasejahtera, berdasarkan dari jumlah penghasilan dan kemampuan
mencukupi kebutuhan seharihari (Purwadarminta, 2003).
Berbagai pendapat mengenai penggolongan di masyarakat,
namun jika dilihat dari stratifikasi sosial dapat digolongkan berdasarkan
status sosial ekonomi dalam tiga tingkatan yaitu :
1. &pper Class ( Tingkat Atas )
Mereka yang berada pada lapisan ini, umumnya tingkat
pendapatannya tinggi, mereka juga memiliki benda-benda berharga
seperti uang, tanah, emas, mobil, rumah mewah dan sebagainya.
21
Pekerjaan mereka seperti wiraswasta, manager, banker dan
sebagainya.
2. idlle Class ( Tingkat Menengah )
Mereka yang berada pada lapisan ini, tingkat
pendapatannya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari,
memiliki barangbarang berharga terbatas seperti tabungan, sepeda
motor dan sebagainya. Pekerjaan mereka pada umumnya pegawai
negeri sipil, pedagang dan sebagainya.
3. Loer Calls ( Tingkat Bawah )
Mereka yang ada pada lapisan ini, tingkat pendapatnnya
rendah dan tidak tetap karena pekerjaan mereka yang tidak tetap.
Biasanya mereka sebagai buruh, pedagang kecil dan sebagainya
(Depkes, 2002).
Status ekonomi adalah suatu keadaan keuangan dalam sebuah
keluarga. Berdasarkan jumlah penghasilan dan kemampuan dalam
mencukupi kebutuhan sehari-hari, keluarga dapat dibedakan dalam
keluarga mampu dan keluarga kurang mampu (Wildan, 2003).
Walaupun sarana kesehatan yang disediakan pemerintah
biayanya relatif murah, namun masih banyak penduduk ndonesia
terutama yang bermukim dipedesaan yang pendapatan mereka perbulan
di bawah rata-rata, dengan demikian mereka tidak dapat
22
menjangkaunya, hal ini disebabkan karena tempat pelayanan kesehatan
yang jauh dan juga transportasi tidak ada sehingga mereka lebih memilih
dukun yang tempat tingggalnya lebih dekat dan mudah dijangkau
(Depkes R, 2003)
eluarga dengan tingkat status ekonomi rendah cenderung
memilih dukun sebagai penolong persalinan karena biayanya lebih murah
dan terjangkau dibandingkan dengan pertolongan persalinan oleh tenaga
medis seperti bidan yang biaya persalinannya dirasakan masih terlalu
mahal dan tidak terjangkau (Wahyudi, 2005).

E. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Suami
1. Pengertian
Dukungan sosial (so.ial support) di definisikan sebagai informasi
verbal atau non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku di
berikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya (untjoro, 2002).
Pandangan sama juga dikemukakan oleh Sarason dalam untjoro
(2003) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan,
kesediaan,kepedulian dari orang-orang yang di andalkan, menghargai
atau menyayangi kita.
23
2. Sumber-sumber dukungan sosial
Menurut Rook dan Dooley (1985) ada dua sumber dukungan
sosial yaitu :
a. Dukungan sosial yang natural di terima seseorang melalui interaksi
sosial dalam kehidupan secara spontan dengan orang-orang yang
berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami,
kerabat ) teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat non
formal.
b. Dukungan sosial artifical adalah dukungan yang di rancang kedalam
kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat
bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial .
3. Dasar Dukungan Sosial
ebanyakan ahli psikologi akan setuju bahwa dukungan sosial
merupakan faktor penting dalam manajemen stres, tetapi ada sedikit
kekurang setujuan tentang apa yang mendasari dukungan sosial.
Dukungan sosial dapat di ukur dengan melihat tiga elemen (Cobb and
Jones dalam Nivel.N, 2000) :
a. Prilaku sportif aktual teman-teman dan sanak famili
b. Sifat kerangka sosial (apakah kelompok jaringan tertutup dari individu
atau lebih menyebar)
c. Cara dimana seorang individu merasakan dukungan yang diberikan
oleh teman-teman dan sanak familinya.
24
Hal ini menampakan suatu usaha yang baik untuk
mengesampingkan praktek pemilih-pemilih dukungan sosial. Hal itu
menunjukan bahwa ada dua perspektif yang penting (Nivel, 2002)
a. Prespektif individu : Hal ini menampilkan pandangan individu tentang
orang-orang di dalam jaringan tersebut, seseorang dapat merasa
aman bila mengetahui bahwa ia mempunyai jaringan dukungan sosial
yang sangat berfungsi dari teman-teman dan sanak familinya yang
siap membantu jika kebutuhan itu muncul. a juga merasa sangat
dapat berhubungan dengan mereka dan mendiskusikan dengan
mereka.
b. Prespektif jaringan sosial : Hal ini menampilkan prilaku aktual dari
individu yang mendasari jaringan terhadap individu.
Coyne dan Lazarus (1980) memakai istilah jaringan sosial dan
perasaan mendapat dukungan sosial untuk membedakan antara
kuantitas dan kualitas dukungan . Perasaan mendapat dukungan
meliputi perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran individu tentang
bagaimana membantu hubungan di antara mereka. Schaefer et al
(1981) membandingkan fareable-fareable jaringan sosial dengan
perasaan mendapat dukungan sosial dalam hubungannya dengan
status kesehatan fisik, kejadian-kejadian hidup yang penuh stres,
depresi dan semangat juang (Nivel, 2002).

25
4. Jenis dukungan sosial
House membedakan 4 jenis atau dimensi dukungan sosial
(smanto, 1999). yaitu:
a. Dukungan informasi mencakup memberi nasehat, petunjuk,saran-
saran, umpan balik berupa informasi yang berguna dan berhubungan
dengan masalah dan situasi.
b. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan
perhatian terhadap seseorang.
c. Dukungan instrumental/physcal berupa bantuan langsung
sepertipekerjaan ketika seseorang membutuhkan, memberi pinjaman
uang kepada orang itu atau menolong dengan pekerjaan pada waktu
mengalami stres.
d. Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat
(penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan untuk maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan
perbandingan positif orang itu dengan orang lain, seperti.
Misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk
keadaanya (menambah penghargaan diri).
Tingginya persalinan ditolong oleh dukun juga dapat
disebabkan karena kurangnya dukungan sosial dari suami berupa
dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental
dan dukungan emosional sehingga pemilihan persalinan ke dukun
26
masih banyak terjadi dimasyarakat. eengganan suami memberikan
support dan informasi tentang persalinan yang aman menyebabkan
kepercayaan kepada dukun masih tetap tinggi sehingga memilih
dukun sebagai penolong persalinan (Wisnu, 2007).

. Kerangka Teoritis
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin +
uri) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan
lain (Mochtar, 2003).
Adapun determinan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan
menurut model Anderson menjelaskan bahwa pola penggunaan pelayanan
kesehatan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Suatu pendekatan
konseptual yang banyak dikembangkan Anderson. Menurut model ini
keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
(Greenley, 1980):
1. omponen Predisposisi (pendorong) seseorang unutk menggunakan
pelayanan kesehatan. omponen ini disebut predisposisi karena faktor-
faktor pada komponen ini menggambarkan karakteristik perorangan yang
sudah ada sebelum seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
omponen ini menjadi dasar atau motivasi bagi seseorang untuk
berperilaku dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Anderson
27
membagi faktor predisposising berdasarkan karakteristik pasien kedalam
pengetahuan, sikap, minat, kepercayaan, persepsi dan nilai-nilai.
2. omponen Enabling atau kemampuan seseorang untuk menggunakan
pelayanan kesehatan. Faktor ketersediaan fasilitas, keterjangkauan
pelayanan dan peran petugas kesehatan berpengaruh terhadap perilaku
penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3. omponen eed atau kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anderson pada 2.367
keluarga tentag penggunaan pelayanan kesehatan, ternyata faktor
kebutuhan berperan lebih besar (20%). Variabel kebutuhan merupakan
variabel paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
pengobatan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka teoritis
berikut ini:








28






















Gambar 1. IIustrasi ModeI Anderson
Sumber : ModeI Anderson dikutip oIeh Notoatmodjo (2005)











Predisposing Enabling Health
Service Use
Need
- Pengetahuan
- Social budaya
- Sikap
- Persepsi

epercayaan
Terhadap
esehatan
Dukungan Petugas
esehatan
dukungan social
suami
Letak geografis
Status ekonomi

Penerimaan
masyarakat
Evaluasi
29
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis PeneIitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan
pendekatan analiti yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel dengan rancangan penelitian
.ross se.tional yakni suatu penelitian di mana variabel-variabel yang
termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk faktor efek
diobservasi atau pengamatan variabel bebas dan terikat dilakukan pada
waktu yang sama (Notoatmodjo, 2003)

B. Tempat dan Waktu PeneIitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Teluk Dalam ecamatan
Tenggarong Seberang abupaten utai artanegara.
2. Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan bulan April 2011.




29
30
Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No. Uraian egiatan Feb Maret Apr Mei Juni Juli
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Ujian Proposal
4. Revisi Proposal
5. Penelitian
6. Ujian Sidang
7. Revisi Skripsi

C. PopuIasi dan SampeI
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek dalam hal ini adalah ibu
besalin. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin
periode Januari-Desember 2010 di Desa Teluk Dalam ecamatan
Tenggarong Seberang sebanyak 58 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menggambrakan
populasi secara keseluruhan. Oleh karena jumlah populasi dalam
penelitian ini kurang dari 100 sebaiknya diambil semua sebagai sampel
penelitian sehingga teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
total sampling yaitu sebanyak 58 orang. Dengan criteria inklusi tidak
meninggal dunia, masih berdomosili didesa Teluk Dalam, dan bersedia
menjadi responden.
31
D. VariabeI PeneIitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah pengetahuan, status
ekonomi dan dukungan suami sebagai variabel bebas dan pemilihan
penolong persalinan sebagai variabel terikat.

E. Kerangka Konsep PeneIitian
erangka konsep dalam penelitian ini untuk menghubungkan
pengetahuan, status ekonomi dan dukungan suami sebagai variabel bebas
dan pemilihan penolong persalinan sebagai variabel terikat sebagai berikut:
Variabel ndependent Variabel Dependent





Bagan 3.1. erangka onsep

. Hipotesis PeneIitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong
persalinan di Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
Tahun 2011.
Dukungan suami
Pemilihan Penolong
Persalinan
Pengetahuan
Status ekonomi
32
2. Ada hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong
persalinan di Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
Tahun 2011.
3. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan penolong
persalinan di Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
Tahun 2011.

G. Definisi OperasionaI
1. Variabel Dependent/terikat
Variabel Definisi
operasional
riteria
objektif
Alat
ukur
Skala
ukur
1 2 4 5
Pemilihan
Penolong
Persalinan

Pengambilan
keputusan yang
dilakukan oleh
ibu hamil untuk
memilih
penolong
persalinan
1. Tidak
Beresiko
Jika ibu memilih
dokter, bidan,
dukun terlatih
sebagai
penolong
persalinan

2. Beresiko
Jika ibu
memilih dukun
tidak terlatih
sebagai
penolong
persalinan
uesioner Nominal






33
2. Variabel ndependent/Bebas
Variabel Definisi
operasional
riteria
Objektif
Alat
ukur
Skala
ukur
1 2 4 5
Pengetahuan Segala hal yang
diketahui
tentang
pemilihan
penolong
persalinan
mencakup
pengertian
pemilihan
penolong
persalinan,
tujuan, manfaat,
resiko dari
pemilihan
penolong
persalinan
1 : Baik
Jika skor 7-10

2. Cukup
Jika skor 4-6

3. urang
Jika skor 0-3


uesioner Ordinal
Status
Ekonomi
emampuan
keluarga untuk
dapat
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari
dilihat dari
jumlah
penghasilan dan
pengeluaran

1. Tinggi
Jika selisih
pendapatan dan
pengeluaran
lebih dari UMR
(Rp.1.005.000,-)

2. Rendah
Jika selisih
pendapatan dan
pengeluaran
kurang dari
UMR
(Rp.1.005.000,-)

uesioner Ordinal
Dukungan
Suami
Segala bentuk
bantuan yang
diberikan suami
untuk
mendukung ibu
dalam memilih
penolong
1. Mendukung
Jika skor 6-10

2. Tidak
Mendukung
Jika skor 0-5

uesioner Ordinal
34
persalinan
meliputi
dukungan
infomasi,
penghargaan,
emosional dan
instrumental

H. Teknik PengumpuIan Data
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah data primer
yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner. adapun teknik
pengumpulan datanya adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesione
yang diisi langsung oleh responden yang memuat pertanyaan sesuai
dengan indikator penelitian.
2. Data Sekunder
Data ini didapatkan dari register ibu bersalin dan catatan
puskesmas, dinas kesehatan kabupaten utai artanegara serta
literature yang memiliki relevansi dengan masalah yang dibahas.

I. Instrumen PeneIitian
Untuk pengukuran variable pengetahuan, status ekonomi dan
dukungan suami dan variabel pemilihan penolong persalinan menggunakan
angket dengan instrumen kuesioner yaitu cara pengumpulan data atau suatu
35
penelitian mengenai suatu masalah yang diajukan secara tertulis kepada
para responden untuk mendapatkan tanggapan secara langsung kepada
responden yang disusun sedemikian rupa, sehingga responden dapat
menjawabnya.

J. Teknik PengoIahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau ringkasan berdasarkan kelompok data mentah
dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informassi
yang dibutuhkan.
Data yang diperoleh melalui alat ukur kuisioner masih dalam keadaan
mentah. Oleh karena itu data tersebut harus diproses atau diolah sehingga
dapat memberikan makna guna menyimpulkan problematika penelitian.
Adapun langkah-langkah dalm pengolahan data sebagai berikut:
a. Editing data
Adalah kegiatan untuk melakukan pengecekan isian dari kuisioner
dan chek list. Adapun hal-hal yang dicek meliputi :
eterbacaan tulisan
elengkapan pengisian
Relevansi jawaban
Pengamatan satu sama lain
eseragaman satuan data
36
b. Coding data
Adalah pemberian kodepada data dengan mengubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.
c. Pro.essing
Pemrosesan data dilakukan dengan cara mengentry data dari
kuisioner ke paket program computer. Paket program yang digunakan
untuk entry data adalah paket program software komputerisasi.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. esalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry ke computer.

K. Teknik AnaIisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil
penelitian (Notoatmodjo, 2002 :188).
Tujuan dari analisa ini adalah untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel tersebut, yaitu
pengetahuan, status ekonomi dan dukungan suami dan pemilihan
penolong persalinan. Data yang telah didapat kemudian diolah dan
dianalisa dengan menggunakan perangkat lunak computer dan
ditampilkan dalam bentuk tabel data yang menjabarkan distribusi
37
frekuensi dan presentase dari masing-masing variabel dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Rumus F
P = ------- x 100 %
5 N

eterangan: P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah responden

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat didalam penelitian ini menggunakan rumus Chi
Square (X
2
) untuk melihat pengetahuan, status ekonomi dan dukungan
suami dengan pemilihan penolong persalinan. Adapan rumus Chi Square
(X
2
) adalah sebagai berikut :
X = 5 0 - E )
E
df = (b-1) (k-1)
eterangan :
X = Chi uadrat
0 = frekuensi yang diobservasi atau diperoleh
E = frekuensi yang diharapkan
df = degree of freedom
b = baris
k = kolom

38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HasiI PeneIitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Teluk Dalam merupakan bagian dari administrasi abupaten
utai artanegara yang berada di wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam
dengan luas 1900 km
2
. Letak geografisnya secara umum berada
didataran rendah juga terletak ditepi sungai Mahakam (Profil Puskesmas
Teluk Dalam, 2010).
Jumlah penduduk di Desa Teluk Dalam pada tahun 2010
sebanyak 1.559 jiwa. Etnis suku penduduk Desa Teluk Dalam sangat
beragam yang berasal dari seluruh wilayah ndonesia, yaitu etnis Jawa,
utai, Banjar, Bugis, Lombok dan Madura tetapi etnis yang paling besar
adalah etnis utai dan Banjar yang merupakan penduduk asli.
Mata pencaharian masyarakat di Desa Teluk Dalam sebagian
besar adalah nelayan dan sebagian lagi bekerja sebagai buruh pabrik.
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Teluk Dalam umumnya tergolong
masih minim yaitu lulus SD dan SMP dan hanya sebagian saja yang
memiliki pendidikan tinggi yaitu lulus SMA ataupun lulus Perguruan
Tinggi.
39
Desa Teluk Dalam terdiri dari 2 RT yaitau RT 1 dan RT 2. ondisi
geografis desa Teluk Dalam terdiri dari sungai dan gunung. Sebagian
besar penduduk tinggal dipinggiran sungai Mahakam dan sebagian lagi
tinggal didaerah perbukitan. ondisi jalan desa rusak di Desa Teluk
Dalam sebagian besar belum diaspal dan rusak sehingga apabila turun
hujan maka jalan tersebut menjadi becek, alat transportasi masyarakat
sebagian besar menggunakan transportasi air sementara itu tidak
tersedia kendaaan umum.
Letak Polindes Teluk Dalam berada di RT 1 dan tenaga bidan
tinggal di RT 1 sementara di RT 2 tidak ada bidan kecuali dukun bayi.
Jarak menuju Polindes dari RT 2 menuju Polindes kurang lebih 1 m dan
ada sebagian masyarakat yang harus menyeberang sungai untuk menuju
Polindes.

2. arakteristik Responden
Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Teluk Dalam ecamatan
Tenggarong Seberang abupaten utai artanegara maka diperoleh
karakteristik responden sebagai berikut :
a. Umur
Berdasarkan kelompok umur reponden, maka terlihat bahwa
distribusi frekuensi untuk kelompok umur responden sebagai berikut :

40
Tabel 4.1.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Di
Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
abupaten utai artanegara Tahun 2011

No. KeIompok Umur rekuensi Persentasi
1
2
3
4
5
6
7

18 20
21 23
24 26
27 29
30 32
33 35
36 - 38
7
10
18
11
7
4
1

12,1
17,2
31,0
19,0
12,1
6,9
1,7
Jumlah 58 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas
responden berusia antara 24-26 tahun yaitu sebanyak 18 orang (31%)
sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berusia antara
36-38 tahun yaitu 1 orang (1,7%).
b. Pendidikan
Berdasarkan latar belakang pendidikan responden, maka terlihat
bahwa distribusi frekuensi untuk pendidikan responden sebagai
berikut :





41
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden
Di Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
abupaten utai artanegara Tahun 2011

No. Pendidikan rekuensi Persentasi
1.
2.
3.
4.

SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
Diploma/Perguruan Tinggi

12
28
15
3
20,7
48,3
25,9
5,2
Jumlah 58 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas
responden memiliki latar belakang pendidikan SMP/sederajat yaitu 28
orang (48,3%) sedangkan yang paling sedikit adalah responden
dengan latar belakang pendidikan Diploma/PT yaitu 3 orang (5,2%).
c. Pekerjaan
Berdasarkan latar belakang pekerjaan responden, maka terlihat
bahwa distribusi frekuensi untuk pekerjaan responden sebagai berikut
Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden Di
Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
abupaten utai artanegara Tahun 2011

No. Pekerjaan rekuensi Persentasi
1.
2.
3.
4.
5.

bu Rumah Tangga
PNS
Pegawai Swasta
Berdagang
Petani/buruh
29
4
1
12
12
50,0
6,9
1,7
20,7
20,7
Jumlah 58 100
42

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa mayoritas
responden adalah ibu rumah tangga yaitu 29 orang (50%) sedangkan
yang paling sedikit adalah responden dengan pekerjaan sebagai
pegawai swasta yaitu 1 orang (1,7%).

3. Analisis Univariat
a. Pemilihan Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden,
maka dapat dibuat suatu table distribusi frekuensi berdasarkan
pemilihan penolong persalinan sebagai berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemilihan Penolong
Persalinan di Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong
Seberang abupaten utai artanegara Tahun 2011

No.
PemiIihan PenoIong
PersaIinan
rekuensi Persentasi (%)
1.
2.
3.
Dokter
Bidan
Dukun
10
30
18
17,2
51,7
31,1
Jumlah 58 100

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas ibu
memilih bidan sebagai penolong persalinan sebanyak 30 orang
(51,7%). Berdasarkan pemilihan penolong persalinan tersebut dapat
43
dikatagorikan menjadi pemilihan beresiko dan tidak beresiko sebagai
berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemilihan Penolong
Persalinan Di Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong
Seberang abupaten utai artanegara Tahun 2011

No.
PemiIihan PenoIong
PersaIinan
rekuensi Persentasi (%)
1.
2.
Tidak Beresiko
Beresiko
40
18
69,0
31,0
Jumlah 58 100

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas ibu
memilih penolong persalinan tidak beresiko yaitu tenaga kesehatan
seperti dokter ataupun bidan sebanyak 40 orang (69%) .
b. Pengetahuan
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden,
maka dapat dibuat suatu table distribusi frekuensi berdasarkan
pengetahuan sebagai berikut :






44
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan bu Di
Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
abupaten utai artanegara Tahun 2011

No. Pengetahuan rekuensi Persentasi (%)
1.
2.
3.
Baik
Cukup
urang
12
24
22
20,7
41,4
37,9
Jumlah 58 100

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas ibu
memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 22 orang
(37,9%).
c. Status Ekonomi
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden,
maka dapat dibuat suatu table distribusi frekuensi berdasarkan status
ekonomi sebagai berikut:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Ekonomi bu
Di Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
abupaten utai artanegara Tahun 2011

No. Status Ekonomi rekuensi Persentasi (%)
1.
2.
Tinggi
Rendah
27
31
46,6
53,4
Jumlah 58 100

45
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas ibu
memiliki status ekonomi rendah jika selisih pendapatan dan
pengeluaran kurang dari UMR (Rp.1.005.000,-) yaitu sebanyak 31
orang (53,4%).
d. Dukungan Suami
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden,
maka dapat dibuat suatu table distribusi frekuensi berdasarkan
dukungan suami sebagai berikut:
Tabel 4.8.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Suami Di
Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
abupaten utai artanegara Tahun 2011

No. Dukungan Suami rekuensi Persentasi (%)
1.
2.
Mendukung
Tidak Mendukung
25
33
43,1
56,9
Jumlah 58 100

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas ibu
tidak mendapatkan dukungan suami yaitu sebanyak 33 orang
(56,9%).




46
4. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong
persalinan
Hubungan pengetahuan dengan pemilihan penolong
persalinan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.9. Hubungan antara Pengetahuan Dengan Pemilihan
Penolong Persalinan di Desa Teluk Dalam ecamatan
Tenggarong Seberang abupaten utai artanegara
Tahun 2011

Pengetahuan
P
n % n % n % Value
Baik 10 83.3 2 16.7 12 100
Cukup 22 91.7 2 8.3 24 100
urang 8 36.4 14 63.6 22 100
40 69.0 18 31.0 58 100
0,000
Tidak Beresiko Beresiko
Penolong Persalinan
Total

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 12 ibu
dengan tingkat pengetahuan yang baik, sebanyak 10 orang (83,3%)
memilih penolong persalinan yang tidak beresiko, dari 24 ibu dengan
tingkat pengetahuan cukup sebanyak 22 orang (91,7%) memilih
penolong persalinan yang tidak beresiko sedangkan dari 22 ibu
dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 14 orang (63,6%)
memilih penolong persalinan yang beresiko.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.000 < q = 0,05,
maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
47
pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan di Desa Teluk
Dalam ecamatan Tenggarong Seberang Tahun 2011.
b. Hubungan antara Status Ekonomi dengan pemilihan penolong
persalinan
Hubungan pengetahuan dengan pemilihan penolong
persalinan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.10. Hubungan antara Status Ekonomi Dengan Pemilihan
Penolong Persalinan di Desa Teluk Dalam ecamatan
Tenggarong Seberang abupaten utai artanegara
Tahun 2011

Status P
Ekonomi n % n % n % Value
Tinggi 25 92.6 2 7.4 27 100
Rendah 15 18.4 16 51.6 31 100
40 69.0 18 31.0 58 100
Tidak Beresiko Beresiko
Penolong Persalinan
Total
0.001

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 27 ibu
dengan status ekonomi tinggi, sebanyak 25 orang (92,6%) memilih
penolong persalinan yang tidak beresiko, sedangkan dari 31 ibu
dengan status ekonomi rendah sebanyak 16 orang (51,6%) memilih
penolong persalinan yang beresiko.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.001 < u = 0,05,
maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara status
48
ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan di Desa Teluk Dalam
ecamatan Tenggarong Seberang Tahun 2011.
c. Hubungan antara Dukungan Suami dengan pemilihan penolong
persalinan
Hubungan dukungan suami dengan pemilihan penolong
persalinan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11 .Hubungan antara Dukungan Suami Dengan Pemilihan
Penolong Persalinan di Desa Teluk Dalam ecamatan
Tenggarong Seberang abupaten utai artanegara
Tahun 2011

Dukungan
Suami n % n % n %
Mendukung 24 96.0 1 4.0 25 100
Tdk.Mendukung 16 48.5 17 51.5 33 100
40 69.0 18 31.0 58 100
P Value
Tidak Beresiko Beresiko
Penolong Persalinan
Total
0.000

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 25 ibu yang
mendapatkan dukungan suami, sebanyak 24 orang (96%) memilih
penolong persalinan yang tidak beresiko, sedangkan dari 33 ibu yang
tidak mendapatkan dukungan suami sebanyak 17 orang (51,5%)
memilih penolong persalinan yang beresiko.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.000 < u = 0,05,
maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
49
dukungan suami dengan pemilihan penolong persalinan di Desa
Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang Tahun 2011.

B. Pembahasan
Setelah dilakukan analisa secara univariat dan bivariat, maka
selanjutnya akan dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan

Pengetahuan sangat penting didalam seseorang mengambil
keputusan karena tindakan yang didasarkan atas pengetahuan
memberikan konsekuensi yang lebih baik bagi pengambil keputusan.
Notoatmodjo (2002) menjelaskan bahwa pengetahuan pada dasarnya
terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk
dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Semakin banyak
informasi yang diterima oleh ibu semakin banyak pertimbangan yang
didasarkan atas pengetahuan yang dimilikinya sehingga
mempengaruhinya didalam mengambil keputusan siapa yang akan
menolong persalinannya. Data penelitian menemukan ibu dengan tingkat
pengetahuan baik cenderung memilih penolong persalinan yang tidak
beresiko karena mengetahui bahaya jika harus ditolong oleh orang yang
tidak professional dan beresiko terhadap dirinya, sebaliknya ibu dengan
50
tingkat pengetahuan kurang tidak memikirkan segala resiko yang akan
terjadi pada saat persalinan karena pengambilan keputusan tidak
didasarkan pada teori dan fakta. Seperti yang dijelaskan oleh Wisnu
(2007) bahwa pengetahuan akan mempengaruhi perilaku, kurangnya
pengetahuan yang baik pada wanita hamil tentang proses persalinan,
perawatan nifas dan tindakan sterilisasi mengakibatkan mereka lebih
memilih dukun sebagai penolong persalinannya.
Masih banyaknya ibu dengan pengetahuan yang kurang tidak
terlepas dari latar belakang pendidikan ibu yang sebagian besar
berpendidikan SMP, tingkat pendidikan masyarakat ini berpengaruh
terhadap pengetahuannya. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk perilaku seseorang atau pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima
informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Hasil penelitian ini menemukan terdapat 10 orang dengan tingkat
pengetahuan yang baik dan memilih penolong persalinan yang tidak
beresiko, hal ini disebabkan karena responden mengetahui manfaat
memilih penolong persalinan yang tidak beresiko dan juga mengetahui
resiko-resiko jika salah memilih penolong persalinan. Berdasarkan hasil
51
kuesioner dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden bukan
hanya pada tingkatan tahu saja tetapi sampai pada tingkatan aplikasi.
Tindakan yang didasari atas pengetahuan akan lebih langgeng
dibandingkan dengan tindakan yang tidak didasari atas pengetahuan.
Selain karena adanya pengetahuan yang baik, ibu tinggal dekat dengan
Puskesmas sehingga jarak yang dekat turut mendukung ibu dalam
memilih penolong persalinan tidak beresiko.
Penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti (2008) menyatakan bahwa
67% ibu di daerah uaro memilih penolong persalinan bidan karena letak
tempat tinggalnya dekat dengan Puskesmas sehingga memudahkan ibu
untuk mengakses pelayanan kesehatan. Selain factor akses pelayanan
kesehatan, factor dukungan suami juga menjadi pendukung karena
suami mengharapkan ibu untuk ditolong oleh bidan atau dokter
dibandingkan dukun, hal ini juga menjadi salah satu penyebab ibu yang
memiliki pengetahuan yang baik dan memilih penolong persalinan yang
tidak beresiko.
Berdasarkan data penelitian menemukan 2 orang ibu dengan
tingkat pengetahuan baik tetapi memilih penolong persalinan yang
beresiko, hal ini dipengaruhi oleh factor lain seperti factor akses
pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau, hal ini sesuai dengan
pendapat Selly (2009) yang menyatakan tingginya persalinan ditolong
oleh dukun disebabkan karena akses pelayanan kesehatan yang sulit
52
dijangkau. Berdasarkan data dilapangan, terdapat 30 orang ibu tinggal di
RT 2 yang letaknya jauh dari tempat pelayanan kesehatan dan juga
bidan, semantara itu akses menuju tempat pelayanan kesehatan harus
ditempuh menggunakan sarana transportasi air seperti perahu dan tidak
ada kendaraan umum sementara tempat tinggal dukun lebih dekat.
Selain faktor akses pelayanan kesehatan, faktor kepercayaan
juga menjadi penyebab karena keluarga ibu tersebut sudah ditolong oleh
dukun bayi secara turun temurun dari kelahiran anak pertama sampai
kelahiran anak terakhir. Hal ini didukung teori yang dikemukakan oleh
Suryono (2007) yang menyatakan bahwa seperti kebanyakan
masyarakat lebih percaya kepada dukun daripada tenaga kesehatan,
karena pengaruh dukun dalam masyarakat sangat besar, para dukun
beranak dianggap mempunyai kharisma. Dan menganggap dukun lebih
berpengalaman dari pada tenaga kesehatan. Dan masih menganggap
persalinan ke dukun lebih cepat dan aman. Didukung pula teori yang
dikemukakan oleh Yulia (2006) yang menyatakan bahwa faktor
kepercayaan juga turut mempengaruhi pemilihan pertolongan persalinan
pada dukun. Masyarakat yang sangat terikat budaya sangat
mempercayai dukun sebagai penolong persalinan karena merasa lebih
nyaman dan aman dibandingkan memilih persalinan yang ditolong oleh
tenaga medis. Berdasarkan data dilapangan dapat dilihat bahwa.
53
keluarga secara turun temurun memilih dukun sebagai penolong
persalinan.
Data penelitian menunjukkan terdapat 22 orang ibu dengan
tingkat pengetahuan cukup dan memilih penolong persalinan tidak
beresiko, hal ini karena ibu memiliki pengetahuan tentang resiko-resiko
apabila memilih penolong persalinan yang tidak aman seperti dukun bayi.
Sumber-sumber informasi dapat diperoleh dari pengalaman orang lain,
pengalaman diri sendiri ataupun media masaa. Berdasarkan informasi
yang diperoleh di lapangan sebagian ibu mendapatkan informasi dari
pengalaman orang lain dimana adanya pengalaman seorang ibu yang
mengalami masalah pada saat persalinan ketika ditolong oleh dukun bayi
dan harus dirujuk kerumah sakit sehingga masalah tersebut menjadi
pembelajaran bagi ibu untuk tidak memilih dukun bayi sebagai penolong
persalinan. Selain itu adanya akses pelayanan yang mudah dijangkau
karena sebagian besar karena ibu tinggal di RT 1 tempat Pusban berada.
Selain itu ibu memiliki tingkat status ekonomi tinggi dan memilih bidan
atau dokter sebagai penolong persalinan
Data penelitian juga menemukan terdapat 2 orang ibu dengan
tingkat pengetahuan yang cukup tetapi memilih penolong persalinan yang
beresiko, hal tersebut terjadi karena pengaruh faktor akses pelayanan
kesehatan dimana ibu tinggal jauh dari Pusban yaitu > 1 km sehingga
lebih memilih dukun sebagai penolong persalinan yang tempat tinggalnya
54
cukup dekat. Selain itu adanya factor kepercayaan dimana keluarga
sudah terbiasa ditolong oleh dukun.
Soelaeman (2000) menyatakan bahwa kepercayaan terhadap
dukun dalam hal ini bermakna sebagai adanya budaya yang dipercaya
secara turun temurun oleh masyarakat bahwa persalinan oleh dukun
lebih baik dan aman. Berdasarkan data yang ada dilapangan ditemukan
bahwa sebagian amsyarakat yang tinggal disekitar tempat tinggal ibu
hampir seluruhnya ditolong oleh dukun bayi dan kepercayaan
masyarakat terhadap dukun sangat tinggi. Selain factor akses yang sulit,
ada factor dukungan suami dimana suami lebih mempercayakan
persalinan ibu kepada dukun dibandingkan dengan bidan sehingga ibu
tidak ada pilihan untuk memilih bidan atau dokter sebagai penolong
persalinan.
Berdasarkan data penelitian ditemukan terdapat 8 orang dengan
tingkat pengetahuan kurang tetapi memilih penolong persalinan yang
tidak beresiko, hal tersebut disebabkan karena adanya pengaruh factor
lain seperti factor kemudakan akses pelayanan kesehatan dimana letak
tempat tinggal ibu berjarak tidak lebih dari 100 meter dan tempat tinggal
dukun justru cukup jauh sehingga meskipun pengetahuan ibu kurang
tetapi karena adanya dukungan akses pelayanan kesehatan yang mudah
menyebabkan ibu memilih penolong persalinan yang tidak beresiko.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Guzman (2008) di daerah Bojolali
55
dengan hasil penelitian tingginya persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan disebabkan karena mudahnya akses pelayanan kesehatan,
masyarakat sangat mudah menjangkau akses pelayanan kesehatan
karena tersedianya tenaga bidan sampai kepelosok daerah.
Data penelitian menemukan masih ada 14 orang ibu dengan
tingkat pengetahuan kurang dan memilih penolong persalinan yang
beresiko, hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan ibu tentang
pemilihan penolong persalinan sangat terbatas dan tidak mengerti resiko-
resiko persalinan, tingkat pendidikan ibu rendah sehingga sulit menerima
informasi tentang persalinan yang aman, selain tingkat pengetahuan
yang kurang baik, hal tersebut didukung oleh kepercayaan keluarga
terhadap dukun masih tinggi seperti penelitian yang dilakukan oleh
Lisnawati (2009) di Desa Batuah dengan hasil penelitian menunjukkan
54% ibu memilih dukun sebagai penolong persalinan karena adanya
kepercayaan masyarakat terhadap dukun sangat tinggi.

2. Hubungan Status Ekonomi Dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara status
ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan di Desa Teluk Dalam
ecamatan Tenggarong Seberang dilihat dari nilai p value 0,001.
Penelitian ini didukung oleh Sugiarti (2009) dengan penelitiannya
yang dilakukan di elurahan Tanah Grogot dan hasil penelitian
56
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi
dengan pemilihan penolong persalinan di elurahan Tanah Grogot
dengan nilai p value 0,000.
Status ekonomi berpengaruh pada pemilihan penolong persalinan
karena menyangkut kemampuan seseorang untuk membiayai biaya
persalinan. Fakta dilapangan menjelaskan bahwa penolong persalinan
oleh dukun biayanya lebih murah dan pembayaran yang bisa diangsur
atau ditunda, hal ini menyebabkan ibu yang memiliki ekonomi rendah
atau terbatas cenderung memilih dukun karena kemudahan dalam
pembayarannya dan biayanya yang terjangkau.
Hal ini diperkuat melalui data penelitian yang menunjukkan
sebagian besar responden dengan status ekonomi tinggi lebih memilih
penolong persalinan yang tidak beresiko seperti dokter ataupun bidan
dan sebaliknya ibu dengan status ekonomi rendah cenderung memilih
penolong persalinan yang beresiko seperti dukun. Hasil penelitian ini
membuktikan teori yang dikemukakan dalam Depkes R (2003) yang
menyatakan walaupun sarana kesehatan yang disediakan pemerintah
biayanya relatif murah, namun masih banyak penduduk ndonesia
terutama yang bermukim dipedesaan yang pendapatan mereka perbulan
di bawah rata-rata, dengan demikian mereka tidak dapat
menjangkaunya, hal ini disebabkan karena tempat pelayanan kesehatan
yang jauh dan juga transportasi tidak ada sehingga mereka lebih memilih
57
dukun yang tempat tingggalnya lebih dekat dan mudah dijangkau.
Ditambahkan oleh Wahyudi (2005) bahwa keluarga dengan tingkat status
ekonomi rendah cenderung memilih dukun sebagai penolong persalinan
karena biayanya lebih murah dan terjangkau dibandingkan dengan
pertolongan persalinan oleh tenaga medis seperti bidan yang biaya
persalinannya dirasakan masih terlalu mahal dan tidak terjangkau.
Menurut data penelitian sebagian besar responden memiliki status
ekonomi yang rendah, hal ini tidak terlepas dari mata pencaharian
masyarakat di Desa Teluk Dalam yang sebagian besar adalah nelayan
dengan jumlah pendapatan yang tidak menentu karena sangat
tergantung alam dan sebagian lagi bekerja sebagai buruh dengan tingkat
pendapatan jauh dibawah rata-rata. Hal ini menyebabkan masih banyak
masyarakat yang memilih dukun sebagai penolong persalinan karena
letaknya yang mudah dijangkau dibandingkan jika harus pergi ke tempat
pelayanan kesehatan yang letaknya lebih jauh. Berdasarkan data
penelitian, ibu-ibu yang memilih penolong persalinan yang beresiko
adalah mereka yang tinggal ditempat yang agak jauh dari tempat
pelayanan kesehatan dan untuk mencapainya memerlukan waktu dan
biaya yang tidak sedikit karena harus menyeberang sungai, sehingga
mereka lebih memilih dukun sebagai penolong persalinan. .
Berdasarkan data penelitian diperoleh hasil ibu dengan tingkat
status ekonomi tinggi dan memilih penolong persalinan yaitu bidan dan
58
dokter dengan data sebanyak 5 orang memilih dokter dan 20 orang
memilih bidan, hal tersebut disebabkan karena biaya persalinan oleh
dokter atau bidan terjangkau bagi ekonomi ibu karena ibu bekerja
sebagai PNS dam suami ibu juga bekerja sebagai PNS, ada juga ibu
yang memiliki suami yang bekerja di perusahaan swasta dengan tingkat
pendapatan yang tinggi, sebagian lagi ibu berwiraswasta dengan
pendapatan perbulan diatas UMR sehingga tergolong mampu. Dengan
kemampuan tersebut ibu dapat memilih penolong persalinan yang
memiliki kemampuan dengan latar belakang pendidikan kesehatan dan
memilih tempat pelayanan kesehatan yang dikehandaki seperti di rumah
sakit ataupun ditempat praktek bidan.
Selain adanya kemudahan akses pelayanan kesehatan
mendukung pemilihan penolong persalinan yang tidak beresiko seperti
dokter ataupun bidan karena berdasarkan data dilapangan tempat tinggal
ibu dekat dengan pelayanan kesehatan seperti penelitian yang dilakukan
oleh Sugiarti (2008) yang menyatakan bahwa 67% ibu di daerah uaro
memilih penolong persalinan bidan karena letak tempat tinggalnya dekat
dengan Puskesmas sehingga memudahkan ibu untuk mengakses
pelayanan kesehatan.
Selain factor tersebut, ibu yang memiliki status ekonomi tinggi dan
memilih penolong persalinan karena pengetahuan ibu yang baik tentang
pemilihan penolong persalinan, ibu mengerti bagaimana memilih
59
penolong persalinan yang baik dan resiko-resiko apa yang terjadi jika
salah memilih penolong persalinan, tingkat pengetahuan ibu tentang
pemilihan penolong persalinan sampai pada tingkatan aplikasi dan bukan
sebatas tahu saja seperti yang dikemukakan oleh Fizben (2003) bahwa
pengetahuan bisa saja tidak membentuk perilaku apabila pengetahuan
yang dimiliki hanya sebatas tahu saja sedangkan jika pengetahuan
sampai pada tahap aplikasi besar kemungkinannya akan membentuk
perilaku.
Tetapi data penelitian menemukan 2 orang ibu dengan tingkat
status ekonomi tinggi tetapi memilih penolong persalinan beresiko yaitu
dukun, hal teresbut terjadi bukan disebabkan karena ketidakmampuan
untuk membiayai persalinan tetapi karena ada factor lain seperti factor
akses pelayanan yang sulit karena berdasarkan data dilapangan, tempat
tinggal ibu jauh dari tempat pelayanan kesehatan apabila ibu akan
menuju tempat pelayanan kesehatan harus menepuh waktu > 1 jam
dengan melewati jalan yang rusak, karena tinggal di seberang sungai
dan harus melewati transportasi air sementara itu alat transportasi umum
tidak ada, sehingga ibu memilih dukun yang letaknya dekat dan mudah
dijangkau seperti teori yang dikemukakan oleh Selly (2009) yang
menyatakan tingginya persalinan ditolong oleh dukun disebabkan karena
akses pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau.
60
Berdasarkan data terdapat 15 ibu dengan status ekonomi yang
rendah tetapi memilih penolong persalinan tidak beresiko, hal tersebut
disebabkan karena adanya factor pengetahuan yang baik tentang
pemilihan penolong persalinan, ibu mengetahui bagaimana memilih
penolong persalinan dan resiko-resiko persalinan ditolong oleh dukun
sehingga memilih dukun sebagai penolong persalinan seperti teori yang
dikemukakan oleh Mochtar (2003) yang mengatakan tingginya persalinan
ditolong oleh dukun karena rendahnya pengetahuan terhadap bahaya-
bahaya dalam persalinan, maka mereka beranggapan dukun lebih baik
daripada tenaga medis. alaupun ada yang memiliki pengetahuan lebih
tentang kesehatan, tetapi mereka masih memilih dukun karena dukun
mempunyai kharisma dan lebih dipercaya sementara wanita dengan
tingkat pengetahuan yang baik tentang persalinan yang aman lebih
memilih bidan sebagai penolong persalinannya. Selain factor
pengetahuan, factor lain yang turut mempengaruhinya adalah factor
kemudahan akses pelayanan kesehatan dimana tempat tinggal ibu dekat
dengan pelayanan kesehatan dan berjarak < 100 meter sehingga mudah
mencapainya.
Data penelitian juga menemukan terdapat 16 orang ibu dengan
status ekonomi rendah dan memilih penolong persalinan beresiko yaitu
dukun, hal tersebut karena ibu tidak memiliki kemampuan untuk
membiayai persalinan oleh bidan atau dokter karena persalinan ditolong
61
oleh dukun, biayanya lebih murah dan dapat dibayar dengan diangsur
sehingga ibu memilih dukun sebagai penolong persalinan. Factor
pendukung ibu dengan status ekonomi rendah dan memilih dukun
disebabkan karena pengetahuan ibu tentang pemilihan persalinan sangat
kurang, ibu tidak mengerti tentang resiko-resiko jika persalinan ditolong
oleh dukun. Berdasarkan data dilapangan, sebagian besar masyarakat
yang tinggal di RT 2 memilih dukun sebagai penolong persalinan karena
selain tempat tinggal dukun dekat, juga karena kebiasaan masyarakat
yang memilih dukun sebagai penolong persalinan.

3. Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan
suami dengan pemilihan penolong persalinan di Desa Teluk Dalam
ecamatan Tenggarong Seberang dilihat dari nilai p value 0,000. Hal ini
dapat dibuktikan melalui data penelitian yang menunjukkan sebagian
besar responden yang mendapatkan dukungan suami lebih memilih
penolong persalinan yang tidak beresiko seperti dokter ataupun bidan
dan sebaliknya ibu yang tidak mendapatkan dukungan suami cenderung
memilih penolong persalinan yang beresiko seperti dukun. Hasil
penelitian ini membuktikan teori yang dikemukakan oleh Wisnu (2007)
yang menyatakan bahwa tingginya persalinan ditolong oleh dukun juga
dapat disebabkan karena kurangnya dukungan sosial dari suami berupa
62
dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan
dukungan emosional sehingga pemilihan persalinan ke dukun masih
banyak terjadi dimasyarakat. eengganan suami memberikan support
dan informasi tentang persalinan yang aman menyebabkan kepercayaan
kepada dukun masih tetap tinggi sehingga memilih dukun sebagai
penolong persalinan.
Penelitian yang telah dilakukan ini telah mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari (2010) dengan penelitiannya
yang dilakukan di Desa Lot Bali dengan hasil penelitian terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan pemilihan
penolong persalinan dilihat dari nilai p value 0,000 dan nilai phi = 0,345.
Menurut data penelitian sebagian besar ibu tidak mendapatkan
dukungan suami, hal ini wajar saja mengingat sebagian besar suami
bekerja sebagai nelayan yang lebih banyak menghabiskan waktunya
dilaut karena bias meninggalkan keluarga 1 sampai 2 hari baru kembali.
ehadiran suami disamping istri yang tidak setiap saat dan komunikasi
yang sulit menuyebabkan banyak suami yang menyerahkan masalah
persalinan kepada istri dan keluarganya untuk memutuskan memilih
penolong persalinan sehingga hal ini menjadi salah satu pemicu masih
tingginya persalinan ditolong oleh dukun di Desa Teluk Dalam.
urangnya dukungan suami terhadap pemilihan penolong
persalinan disebabkan karena banyak suami yang tidak mengerti
63
masalah persalinan apalagi bahaya-bahaya persalinan karena latar
belakang pendidikan mereka yang rendah dan sumber informasi
mengenai persalinan sangat terbatas. Dukungan yang diberikan baik
berupa informasi, penghargaan, emosional sangat minim kecuali
dukunagn instrumental berupa biaya persalinan mereka masih bias
memberkan dukungan. Hanya sebagian saja suami yang dapat
memberikan dukungan secara penuh kepada istrinya baik itu berupa
dukungan informasi, dukungan penghargaan, emosional ataupun
dukungan instrumental yaitu pada suami yang memiliki pekerjaan yang
lebih baik seperti PNS dan pegawai swasta dengan latar belakang
pendidikan yang tinggi.
Data penelitian menunjukkan terdapat 24 orang ibu yang
mendapatkan dukungan suami memilih penolong persalinan tidak
beresiko yaitu bidan atau dokter, hal tersebut disebabkan karena dari
segi dukungan suami memberikan dukungan secara penuh baik
informasi, emosional, penghargaan dan materi. Suami memberikan
perhatiannya pada kesehatan istri termasuk memilih penolong persalinan
dan tempat persalinan yang aman, suami yang memberikan dukungan
sebagian besar adalah suami yang memiliki latar belakang pendidikan
yang tinggi dengan tingkat pengetahuan yang cukup baik tentang
persalinan yang aman.
64
Selain adanya dukungan suami, factor lain yang mendukung
adalah adanya kemudahan akses pelayanan kesehatan dimana tempat
tinggal ibu dekat dengan tempat pelayanan kesehatan karena berjarak <
100 meter, seperti penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti (2008) yang
menyatakan bahwa 67% ibu di daerah uaro memilih penolong
persalinan bidan karena letak tempat tinggalnya dekat dengan
Puskesmas sehingga memudahkan ibu untuk mengakses pelayanan
kesehatan. Selain factor akses pelayanan kesehatan, tingkat
pengetahuan ibu cukup baik mengenai pemilihan penolong persalinan
sehingga dengan factor-faktor tersebut memperkuat keputusan ibu
memilih penolong persalinan yang tidak beresiko.
Data penelitian menemulkan masih ada 1 orang ibu yang
mendapatkan dukungan suami tetapi memilih penolong persalinan yang
beresiko, hal tersebut terjadi karena adanya pengaruh factor lain yaitu
faktor budaya dalam keluarga yang persalinannya selalu ditolong oleh
dukun walaupun ibu mampu membayar untuk biaya rumah sakit ataupun
karena adanya factor pengetahuan yang kurang baik tentang persalinan
sehingga memilih dukun sebagai penolong persalinan. Selain factor
tersebut, akses pelayanan kesehatan sulit karena tempat tinggal ibu
ketempat pelayanan kesehatan mencapai 1 km dengan sarana jalan
yang tidak memadai sementara tempat tinggal ibu dekat dengan dukun
sehingga meskipun suami memberikan dukungan tetapi ibu tetap memilh
65
dukun sebagai penolong persalinan. Selain itu adanya factor
kepercayaan terhadap dukun seperti teori yang dikemukakan oleh Yulia
(2006) yang menyatakan bahwa faktor kepercayaan juga turut
mempengaruhi pemilihan pertolongan persalinan pada dukun.
Masyarakat yang sangat terikat budaya sangat mempercayai dukun
sebagai penolong persalinan karena merasa lebih nyaman dan aman
dibandingkan memilih persalinan yang ditolong oleh tenaga medis
Data penelitian menemukan 15 orang ibu yang tidak
mendapatkan dukungan suami tetapi memilih penolong persalinan tidak
beresiko, hal tersebut karena dipengaruhi oleh factor pengetahuan ibu
yang baik dimana ibu berpendidikan tinggi sehingga lebih mudah
menerima informasi seperti penelitian yang dilakukan oleh Wibowo
(2009) yang menjelaskan bahwa kesadaran ibu untuk memilih penolong
persalinan yang aman karena tingkat pengetahuan yang baik tentang
penolong persalinan, hal tersebut terjadi dikota-kota besar dimana tingkat
kesadaran masyarakat untuk memilih penolong persalinan seperti bidan
dan dokter karena pemahaman yang baik tentang resiko persalinan.
Selain factor pengetahuan yang baik, factor kemudahan akses juga
menjadi salah satu factor pendukung dimana tempat tinggal ibu dekat
dengan tempat pelayanan kesehatan dan berjarak < 100 meter dengan
sarana jalan yang mudah sehingga dapat dijangkau dengan hanya
66
berjalan kaki saja. bu sejak kehamilannya sudah memeriksakan
kehamilannya di Pusban sampai pada persalinan.
Sementara itu masih adanya 17 orang ibu yang tidak
mendapatkan dukungan suami dan memilih penolong persalinan yang
beresiko karena suami tidak memberikan dukungan baik dukungan
informasi, dukungan emosional, dukungan penghargaan dan dukungan
materi, sejak awal suami menyarankan ibu untuk ditolong dukun.
urangnya dukungan suami disebabkan karena pengetahuan suami
yang sangat minim tentang persalinan yang aman, selain itu juga
keterbatasan ekonomi menyebabkan suami tidak dapat memenuhi
dukungan materi sehingga hal tersebut meningkatkan resiko pemilihan
persalinan oleh dukun. Selain factor kurangnya dukungan suami, akses
pelayanan kesehatan yang sulit juga menjadi penyebab ibu memilih
penolong persalinan yang beresiko yaitu dukun karena tempat tinggal ibu
dekat dengan dukun dan juga adanya factor kepercayaan dimana
masyarakat sudah terbiasa persalinannya ditolong oleh dukun.






67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpuIan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disajikan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong
persalinan di Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
abupaten utai artanegara.
2. Ada hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong
persalinan di Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
abupaten utai artanegara.
3. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan penolong
persalinan di Desa Teluk Dalam ecamatan Tenggarong Seberang
abupaten utai artanegara.

B. Saran-saran
Setelah menyajikan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat
diberikan adalah



67
68
1. Bagi Dinas esehatan
a. Membuat program Jamkesda bagi masyarakat khususnya ibu bersalin
sehingga permasalahan ekonomi tidak akan menjadi permasalahan
bagi masyarakat dalam pemilihan penolong persalinan.
b. Pemerintah sebaiknya dapat menambah tempat pelayanan kesehatan
yang terjangkau dan tenaga kesehatan ditempat yang sulit dijangkau
sehingga dapat dicapai oleh ibu dengan biaya yang lebih murah.
c. Memperbaiki sarana jalan yang tidak memadai seperti memperbaiki
jalan rusak, pengerasan untuk jalan yang becek sehingga
mempermudah dalam menjangkau akses pelayanan kesehatan.
d. Menyediakan kendaraan pemerintah atau ambulan desa untuk
melayani kepentingan masyarakat sehingga mempermudah
masyarakat uintuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2. Bagi Puskesmas:
a. Memberikan penyuluhan secara rutin kepada masyarakat mengenai
pemilihan penolong persalinan dan resiko-resiko persalinan sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemilihan
persalinan yang baik.
b. Memberikan brosur-brosur tentang pemilihan penolong persalinan
yang aman dan menempelkan pamlet ditempat yang mudah dilihat
agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemilihan
penolong persalinan.
69
c. Melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk membangun
kepercayaan masyarakat terhadap penolong persalinan medis.
3. Bagi Tenaga esehatan
a. Melakukan pendekatan langsung kemasyarakat dan memberikan
penyuluhan mengenai persalinan sehingga akan meningkatkan
kesadaran ibu tentang persalinan yang aman.
b. Dalam memberikan penyuluhan selalu melibatkan suami sehingga
dapat meningkatkan kesadaran suami didalam memberikan dukungan
kepada ibu memilih pertolongan persalinan.
4. Bagi Masyarakat
a. Dapat meningkatkan pengetahuan tentang persalinan yang aman
dengan mencari informasi melalui media seperti televisi, radio
ataupun buku-buku yang terkait dengan persalinan.
b. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di tempat pelayanan
kesehatan/bidan/dokter sehingga mengetahui resiko-resiko jika
persalinan ditolong oleh tenaga non medis.
c. Selalu melibatkan suami selama masa kehamilan sehingga suami
memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu pada saat memilih
penolong persalinan.

70
5. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan
penelitian selanjutnya dengan menggunakan sampel yang lebih besar
dan metode penelitian yang berbeda.

71
DATAR PUSTAKA

Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Budi, 2010. Kebijaan illenium Development Goals. Project.org / goals/ index.
Htm, diakses : 11 April 2011

Depkes R, 2000. Pola asyaraat Indonesia dan Perembangannya, Jakarta

, 2000. Ren.ana Strategis, Jakarta

, 2002. Ren.ana Strategis asional, aing Pregnan.y Safer PS)
di Indonesia 2001 2010, Jakarta

, 2003. Buu Bidan Desa, Diknakes

Hapsari, 2006. elahiran se.ara lamiah, Edisi 3, Jakarta

intan, 2006. Kontes sosial budaya masyaraat terhadap pertolongan
persalinan oleh duun di Tasimalaya Jaa Barat, arya Tulis lmiah,
Universitas Padjajaran, Bandung

usno, 2004. Keper.ayaan asyaraat Pada Duun, http//pdpersi.co.id/html
23312. diakses :12/3/09

Lyle, 2005. Definisi Doter, http/google.com

Manuaba, 2002. Kesehatan Reprodusi, EGC, Jakarta

, 2002. Ilmu Kebidanan, Penyait Kandungan dan Keluarga
Beren.ana &ntu Pendidian Bidan, Jakarta, EGC

Mochtar, Rustam., 2003. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial,
Edisi 2, Penerbit Buku edokteran EGC, Jakarta

Mustika, 2006. Standar Kompetensi Doter, http//infokes.co.id/ diakses : 12/3/09

Nursalam, 2000. etode Riset Keperaatan, Universitas Airlangga, Jakarta

Notoadmodjo, S, 2002. etodologi Penelitian Kesehatan, Edisi ke , Rineka
Cipta, Jakarta

72
Profil Puskesmas Teluk Dalam, 2010

Ridha, 2008. Resio Persalinan ditolong Oleh Duun, www.google.com

Suryono, 2007. Kompetensi Dasar Tenaga Persalinan, http//infokes.go.id.com.
diakses : 12/3/09

Triana, 2007. Profesionalisasi Tenaga Persalinan, http//infokes.go.id.com.
diakses : 12/8/10

Trinantoro, 2007. Duun masih jadi pilihan pertolongan persalinan,
http/pdpersi.co.id . diakses: 23/9/10

Tutik Titik, 2008. Dimensi Transendental dan Transformasi Sosial Budaya,
Lintas Pustaka , Jakarta

Wahyudi, 2005. Persalinan dengan Duun, amanah.........?, http//depkesri.com

WHO, 2002. suhan ntenatal, WHO, JHPEGO

Wiknjosastro, 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

Wildan, 2003. Ilmu Kesehatan dan Kebidanan, Pustaka Timur, Surabaya

Wisnu, 2007. Kehamilan Dengan Pendeatan al Sehat. Ladang Pustaka.
Jakarta

Yanti, 2004. asyaraat masih per.aya duun, http//depkesri.co.id//html.
Diakses : 12/3/09

Yulia, 2006. Ilmu Kesehatan andungan, FU, Jakarta







73
Lampiran 1.
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Samarinda, Mei 2011
epada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ari Sulistyawati
NM : 0911015192

Saya adalah Mahasiswa Fakultas esehatan Masyarakat Universitas
Mulawarman Samarinda yang sedang melakukan penelitian yang berjudul
"aktor-faktor Yang Berhubungan Dengan PemiIihan PenoIong PersaIinan
Pada Ibu BersaIin di Desa TeIuk DaIam Kecamatan Tenggarong Seberang
Tahun 2011"
Untuk itu saya mengharapkan partisipasi dari ibu-ibu agar bersedia
mengisi lembar pertanyaan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti. Apapun jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan
digunakan oleh peneliti untuk penelitian. Dalam kesempatan ini saya memohon
ibu-ibu untuk menjawab dengan sebenar-sebenarnya karena jawaban ibu-ibu
sangat mempengaruhi hasil penelitian saya.
Atas partisipasi dan kesediaan ibu-ibu dalam kerjasamanya saya
ucapkan banyak terima kasih.
Peneliti

Ari Sulistyawati
74
Lampiran 2.
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, maka saya bersedia
berpartisipasi sebagai responden penelitian dengan judul "aktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan PemiIihan PenoIong PersaIinan Pada Ibu BersaIin di
Desa TeIuk DaIam Kecamatan Tenggarong Seberang Tahun 2011" yang
dilakukan oleh Mahasiswi Politeknik ementerian esehatan altim Program
Studi ebidanan Balikpapan.
Saya memahami bahwa hasil penelitian ini tidak akan berakibat negatif
atau merugikan saya dan keluarga serta segala informasi yang saya berikan
dijamin kerahasiaannya. Saya memahami bahwa hasil penelitian ini akan
menjadi bahan informasi / masukan untuk kepentingan penelitian. Oleh karena
itu jawaban yang saya berikan adalah jawaban yang sebenarnya.
Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai segala
sesuatu yang berkaitan dengan penelitian dan telah mendapatkan jawaban
yang memuaskan. Berdasarkan semua penjelasan yang saya terima, saya
menyatakan secara sukarela bersedia menjadi responden dan berpartisipasi
dalam penelitian ini.

Responden,

........................
75
Lampiran 3. nstrumen Penelitian
ANGKET
AKTOR-AKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN
PENOLONG PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI DESA
TELUK DALAM KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG
TAHUN 2011


A. Identitas Responden
Nama Responden :
ode Responden :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Petunjuk :
1. silah kolom identitas responden pada tempat yang sudah disediakan
2. Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan
atau kondisi Bapak/bu pada pilihan jawaban yang sudah disediakan

B. PemiIihan PenoIong PersaIinan
1. Persalinan terakhir ibu ditolong oleh siapa?
a. Dokter
b. Bidan
c. Dukun
d. Lain-lain, Sebutkan .........
2. Dimana tempat bersalin pada persalinan terakhir ibu?
a. Rumah
b. Puskesmas
c. linik Bersalin
d. Rumah Sakit



76
3. Berapa jumlah anak yang ibu lahirkan?

No. elahiran
anak ke-
Tahun Penolong
Persalinan
ondisi lahir








C. Pengetahuan

C1. Yang dimaksud dengan penolong persalinan?
a. Orang yang membantu ibu dalam menolong persalinan
b. Orang yang mendampingi ibu pada saat melahirkan
c. Orang yang menunjukkan ibu dimana tempat unutk melahirkan
C2. Yang dimaksud dengan persalinan yang aman adalah.......
a. Persalinan tanpa munculnya resiko persalinan
b. Persalinan yang tidak diganggu oleh siapapun
c. Persalinan yang sepi
C3. Siapa saja yang dapat menolong persalinan.........
a. Dokter
b. Bidan
c. Dukun
d. a, b dan c benar
C4. Yang dimasud tenaga terlatih dalam penolong persalinan adalah.......
a. Bidan
b. Perawat
c. Dukun



77
C5. euntungan memilih penolong persalinan dengan tepat adalah.......
a. Persalinan menjadi aman
b. Persalinan menjadi nyaman
c. Persalinan menjadi mudah
C6. Manfaat memilih penolong persalinan yang tepat adalah......
a. Terhindar dari resiko kematian ibu dan bayi
b. Terhindar dari komplikasi saat persalinan
c. a dan b benar
C7. Resiko persalinan salah satunya adalah .......
a. Terjadi perdarahan saat persalinan
b. Tidak ada resiko pada saat persalinan
c. Persalinan menjadi sulit
C8. Yang dimaksud penyulit persalinan adalah .......
a. Persalinan tidak lancar
b. Masalah-masalah yang muncul pada saat persalinan
c. Persalinan jadi sulit
C9. Cara memilih penolong persalinan yang tepat adalah .......
a. Melihat latar belakang pendidikannya
b. Melihat pengalamannya
c. a dan b benar
C10. Resiko jika ibu salah memilih penolong persalinan yang tepat adalah.....
a. Akan muncul masalah selama persalinan
b. Jika muncul masalah cepat ditangani
c. Tidak ada masalah siapapun yang menolong persalinan





78
D. Status Ekonomi

D1. Berapa pendapatan keluarga selama sebulan?

D2. Berapa pengeluaran keluarga selama satu bulan?

E. Dukungan Suami

E1. Apakah ibu dalam memilih penolong persalinan membicarakan terlebih
dahulu dengan suami?
( ) Ya
( ) Tidak
E2. Apakah suami ibu memberikan pandangan/saran kepada ibu dalam
memilih penolong persalinan?
( ) Ya
( ) Tidak
E3. Apakah suami ibu memberikan alternatif pilihan tentang penolong
persalinan?
( ) Ya
( ) Tidak
E4. Apakah suami ibu pernah menganjurkan ketempat pemilihan penolong
persalinan tertentu?
( ) Ya
( ) Tidak
E5. Apakah suami ibu memaksakan kehendaknya agar mengikuti penolong
persalinan yang suami inginkan?
( ) Ya
( ) Tidak



79
E6. Apakah suami bersedia mengantarkan ibu pergi ketempat penolong
persalinan yang ibu inginkan?
( ) Ya
( ) Tidak
E7. Apakah suami mengerti dengan keinginan ibu dalam memilih penolong
persalinan?
( ) Ya
( ) Tidak
E8. Apakah suami menyediakan dana ketempat penolong persalinan yang
ibu inginkan ?
( ) Ya
( ) Tidak
E9. Apakah suami ibu tidak menyetujui pilihan ibu terhadap penolong
persalinan?
( ) Ya
( ) Tidak
E10. Apakah suami menemani ibu untuk berkonsultasi tentang pemilihan
penolong persalinan?
( ) Ya
( ) Tidak







80

You might also like