You are on page 1of 10

TUGAS ILMU KEPELATIHAN

Disusun Oleh : WIYADI NIM. X4610122 Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kepelatihan Jurusan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENDAHULUAN Ilmu kepelatihan termasuk ilmu terapan, oleh karena itu pelatih perlu mengerti, menghayati teori dan metodologi proses berlatih-melatih secara benar. Kemudian pelatih harus mampu mengaplikasikan teori dan metodologi tersebut dalam praktek melatih untuk mencapai sukses dalam proses berlatih-melatih. Salah satu ciri pelatih yang baik adalah pandai memilih atau menciptakan metode latihan yang efektif dan efisien untuk mencapai sasaran latihan. Pelatih dituntut menguasai ilmu, memiliki jiwa seni yang tinggi serta seorang praktisi untuk menerapkan teori dan metodologi ilmu kepelatihan. Metode latihan dapat efektif dan efisien juga tergantung dari beberapa faktor antara lain : Pelatih, atlet, alat fasilitas, tujuan latihan, waktu, lingkungan berlatih. Kenyataanya masih ada saja seorang pelatih menguasai teori coaching dengan baik, membuat program latihan tepat, tetapi karena kurang tepat dalam memilih metode latihan yang efektif dan efisien dalam proses berlatih dan melatih, akibatnya mengalami kegagalan dalam mencapai prestasi maksimal atletnya. Dalam artikel ini, akan membahas antara lain tentang hakekat pelatihan, pengelolaan, sistem dan model pelatihan serta faktor pendorong perkembangan pelatihan. Diharapkan dengan adanya artikel ini, akan menambah wawasan tentang kepelatihan dan merangsang siapapun untuk memperkaya wacana terkini bagi dunia kepelatihan.

PELATIHAN Pelatihan (traning) adalah salah satu kegiatan pendidikan (USPN No. 2 tahun 1989). Kini pelatihan menjadi satuan pendidikan nonformasl (USPN No. 20 tahun 2003), dan termasuk pada ilmu pendidikan praktis. Dilihat dari filsafat ilmu, pelatihan dapat dikaji dari segi ontologi, aksiologi, dan epistemologi. Pelatihan adalah upaya sadar untuk menumbuh kembangkan perubahan bagi peserta didik, lembaga penyelenggara, masyarakat dan bangsa. Pelatihan mengandung beberapa arti. Permata, pelatihan adalah suatu proses penyampaian dan pemilikan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai. Kedua, pelatihan adalah produk (hasil) dari proses tersebu, yaitu pengetahun dan pengalaman yang diperoleh dalam pelatihan. Ketiga, pelatihan adalah kegiatan profesional yang memerlukan pengalaman khusus dan pengakuan (sertifikasi). Keempat, pelatihan adalah suatu disiplik akademik, yaitu kegiatan terorganisir unutk mempelajari proses, produk, dan profesi pelatihan dengan menggunkan kajian sejarah, filsafat, dan ilmu pengetahuan tentang manusia, atau kajian keilmuan tentang manusia yang bermasyarakat (the sience of social man). Dari sudut pandang filsafat ilmu, pelatihan dapat memunculkan tiga pertanyaan. Pertama, dari segi ontologi, apakah yang dimaksud pelatihan ? Kedua dari tinjauan aksiologis, apakah sesungguhnya manfaat dari pelatihan ? dan ketiga, dari kajian epistemologis, bagaimana cara mengkaji dan mengembangkan pelatihan ? Jawaban untuk pertanyaan apakah pelatihan itu ? dari pendapat para pakar pendidikan dan pelatihan terungkap bahwa pelatihan dapat dilihat berdasarkan filsafat ilmu seperti yang diungkapkan oleh para ahli, diantaranya menurut Friedman dan Yarbrough (1985), Training is a process used by organizations to meet theirs goals. Its called into operation when a disprepancy is presceived between the currents situation and a perferred state of affairs. The trainers role is to facilitate trainees movement from the status quo toward the ideal.

Pengertian di atas tersebut menunjukkan bahwa pelatihan adalah upaya pembelajaran, yang diselenggarakan oleh organisasi (instanti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan dan lain sebagainya) untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan organisasi. Suatu pelatihan dianggap berhasil apabila dapat membawa kenyataan atau performasi sumber daya manusia yang seharusnya atau yang diinginkan oleh organisasi penyelenggara pelatihan. Departement of Employment, Glossary of training (1991), menjelaskan bahwa pelatihan adalah the Systemic development of the attitude/knowledge/skills/behaviour pattern required by an individual to perform adequately a given task or job. Menurut pengertian yang satu ini pelatihan adalah upaya pengembangan sistemik suatu sikap/pengetahuan/ keterampilan/ pola perilaku yang diperlukan oleh seseorang untuk memiliki kemampuan melakukan tugas atau pekerjaan dengan cepat. George F. Kneller (1984), menjelaskan bahwa pelatihan mengandung beberapa arti. Pertama, pelatihan adalah suatu proses penyampaian dan pemilikan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai. Kedua, pelatihan adalah produk (hasil) dari proses tersebut, yaitu pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam pelatihan. Ketiga, pelatihan adalah kegiatan profesional yang memerlukan pengalaman khusus dan pengakuan (sertifikasi). Keempatan, pelatihan adalah suatu disiplin akademik, yaitu kegiatan terorganisir untuk mempelajari proses, produk, dan profesi pelatihan dengan menggunakan kajian sejara, filsafat, dan ilmu pengetahuan tentang manusia, atau kajian keilmuan tentang manusia yang bermasyarakat (the sciences of social man). Sedangkan menurut Johnson (1976) memberikan pengertian dari pelatihan sebagai kegiatan yang disengaja untuk memecahkan masalah sumber daya manusia dan atau masalah yang dihadapi lembaga dalam upaya meningkatkan produktivitas. Sedanngkan menurut Andrew S. Sikula (1981) memberikan batasa tentang pelatihan bahwa : the training is a short-term educational process utulizzing a systemic anda organized procedure by which non-managerial personnel learn technical

knowledge and skills for definite purpose. Development, in referenze to staffing and personal matter, is a long term education process utilizing a systemic and organized by which managerial personnel learn conceptual and theoretical knowledge for general purpose Dari pengertian diatas menyatakan bahwa pelatihan adalah suatu proses (kegiatan) pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedu sistematis dan terorganisir dimana orang-orang, selain manejer, mempelajari pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun pengembangan adalah proses (kegiatan) pendidikan jangka panjang dengan menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dalam mencapai tujuan yang bersifat umum. Sedangkan menurut peraturan pemerintah RI nomor 71 tahun 1991 dikemukakan bahwa pelatihan (pelatihan kerja) adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan, memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan ketermapilan, produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat ketermapilan tertentu yang pelaksanaanya lebih mengutaman praktek dari pada teori. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa tidaklah mudah dalam merumuskan definisi pelatihan. Hal ini disebabkan oleh keragaman tipe pelatihan, sedangkan organisasi yang menyelenggarakan pelatihan bermacam ragamnya pula. \ Pengembangan Sistem, Model Dan Pengelolaan Pelatihan Dilihat dari segi pengembangan model pelatihan, dewasa ini terdapat banyak model pelatihan yang dapat digunakan untuk menjadi patokan dalam penyelenggaraan pelatihan. D. Sudjana (2001), menjelaskan bahwa pelatihan merupakan upaya pembelajaran yang dikembangkan dari proses pembelajaran paling tua di dunia, yaitu magang (apprenticeship). Sedangkan untuk pengelolaan pelatihan menurut Hersey dan Blanchard (1983) mengemukakan, management as working together with or through other people, individuals or groups, to accomplish organizational goals Dari pengertian diatas dapat diterjemahkan bahwa pengelolaan pelatihan adalah kegiatan pihak penyelenggara pelatihan bersama atau melalui orang lain, baik

perorangan, maupun kelompok, dalam mencapai pelatihan dilakukan melalui fungsi-fungsi menajemen program latihan. Pengelolaan program pelatihan menurut D. Sudjana (2004) mempunyai fungsifungsi sebagai berikut : a. perencanaan (planning)
b. pengorganisasian (organizing)

c. penggerakan (motivating) d. pembinaan (conforming), yang mempunyai sub-sub fungsi supervisi (supervising), pengawasan (controlling), dan pemantauan (monitoring)
e. penilaian (evaluating), dan

f. pengembangan (developing). Keenam fungsi tersebut berbaur dan berurutan dimulai dari perencanaan dan diakhiri dengan pengembangan. Sedangkan bila ditinjau dari pengelolaanya, pelatihan dapat digolongkan ke dalam dua kategori yaitu ; pertama, model pelatihan yang berpusat pada kepentingan lembaga penyelenggara pelatihan. Kedua, model yang berpusat pada kepentingan peserta pelatihan dan/atau kebutuhan masyarakat. Kedua model di atas menggunakan fungsi-fungsi pengelolaan yang sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Diantara beberapa model pelatihan yang dapat penulis himpuan adalah sebagaimana diuraikan dalam buku Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif (D. Sudjana, 2001) : model pelatihan keterampilan (skills training for the job), model pengembangan strategi pelatihan, model rancangan bangun pelatihan dan evaluasi (training design and evaluation model), model pelatihan empat langkah, model pelatihan tujuh langkah, model pelatihan sembilan langkah, model pelatihan sepuluh langkah. Tapi dengan tidak dapat dipungkiri masih banyak jenis dan model pelatihan yang lain yang dapat digunakan untuk penyelenggaran pelatihan yang tentunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari pelatihan itu sendiri. Sedangkan secara aksiologis, pelatihan dikaji dari kegunaannya bagi individu, lembaga/organisasi dan masyarakat.

1. Kegunaan bagi individu atau peserta pelatihan adalah terjadinya peningkatan berbagai kemampuan (competencies) melalui perolehan keterampilan, pengatahuan, sikap dan nilai-nilai baru setelah mengikuti pelatihan, yang ditampilkan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan dan atau kehidupan mandiri. 2. Kegunaan bagi lembaga/organisasi adalah tercapainya tujuan-tujuan kelembagaan sebagaimana telah direncanakan oleh lembaga/organisasi penyelenggara pelatihan. 3. Sedangkan kegunaan bagi masyarakat ialah timbulnya pengaruh positif dari kehadiran peserta pelatihan dan/atau lulusan program pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan partisipasinya bagi pembangunan masyarakat. Sejalan dengan hal-hal tadi, pelatihan dapat memberikan nilai-nilai ilmiah berupa konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang inovatif berdasarkan asas-asas ilmiah yaitu objektif, dan diobservasi, dapat diukur, dan berniali guna memahami, sesuai dengan fungsi-fungsi ilmiah yaitu untuk menjelaskan, memprediksi dan menggambarkan,

mengendalikan upaya bagi kemajuan masyarakat, bangsa, dan tata kehidupan global (internasional).

Faktor-Faktor Pendorong Perkembangan Pelatihan Perkembangan dunia pelatihan dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang mengharuskan pelatihan berkembang sesuai dengan kebutuhan, zaman dan perubahan lain yang memaksa pelatihan agar berkembang dan tidak dibilang ketinggalan zaman. Adapun faktor-faktor tersebut yaitu : a. Faktor keharusan pengembangan berdasarkan sumber daya manusia, hal ini amat erat kaitanya dengan penyelenggaraan program pelatihan. Pengembangan sumber daya manusia itu sendiri sering dikaitkan, disamakan atau disejajarkan dengan pelatihan. b. Pelatihan yang merupakan suatu pendidikan nonformal dalam sistem pendidikan nasional menjadi wahana penting dalam upaya untuk

mencerdaskan meningkatkan

kehidupan

berbangsa

dan

untuk

membina

serta

kesejahteraan

masyarakat

(individu,

kelompok,

lembaga/organisasi, dan/atau komunitas). c. Lahirnya peraturan pemerintah berupa undang-undang bagi lembagalembaga pemerintah untuk menyelanggarakan pelatihan. Peraturan tersebut berikatan dengan upaya pemberntukan pusat pendidikan dan pelatihan di setiap lembaga pemerintahan, baik negeri ataupun non-negeri (swasta), baik daerah maupun pemerintah pusat. Surat keputusan presiden RI No. 45 tahun 1974 dan no.15 tahun 1984 tentang susunan organisasi departemen, di dalamnya termasuk pusat pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya, setiap instansi pemerintah melaksanakan peraturan pemerintah no. 14 tahun 1994 tentang pendidikan dan latihan jabatan pegawai negeri sipil yang dilaksanakan dan dikoordinasikan dengan lembaga administrasi negara (LAN). Peraturan pemerintah no. 71 tahun 1991 tentang latihan kerja yang dilaksanakan di bawah koordinasi mentri tenaga kerja dan transmigrasi dan departemen pendidikan dan kebudayaan (sekaran Kementrian pendidikan nasional) selaku pembina pendidikan, termasuk pelatihan dan kejuruan, bagi anggota masyarakat.

Simpulan Pelatihan adalah upaya sadar untuk menumbuh kembangkan perubahan bagi peserta didik, lembaga penyelenggara, masyarakat dan bangsa. Pelatihan mempunyai banyak definisi dan itu dipengaruhi oleh keragaman tipe pelatihan dan lembaga atau kelompok yang melaksanakan pelatihan. Kegunaan dari pelatihan sendiri dapat digolongkan menjadi tiga kegunaan, yaitu kegunaan bagi individu, kegunaan bagi lembaga/organisasi dan kegunaan bagi masyarakat, yang mana masing-masing kegunaan dan manfaat dari pelatihan itu hampir mempunyai visi yang sama yaitu terjadinya perubahan (training for change). Untuk mengembangkan pelatihan sendiri perlu dilihat dari segi sistem, model dan program pengelolaan pelatihan itu sendiri. Sedangkan faktor yang mempengaruhi perkembangan pelatihan adalah ; faktor SDM, faktor pelatihan sebagai salah satu sub bidang pendidikan yaitu pendidiakn nonformal dan regulasi yang berkenaan dengan pelatihan bidang tertentu.

DAFTAR PUSTAKA Scheunemann, Timo. Hakekat Pelatihan http://WWW.pelatihan.com http://sportmedicine.com

You might also like