You are on page 1of 26

ANALISIS KEBIJAKAN KURIKULUM PELAJARAN IPS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL

PENDIDIKAN DI MI AL-ISLAM KARTASURA

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Analisis Kebijakan Pendidikan Islam Dosen Pengampu : Dr. Agus Maimun, M.Pd

Disusun Oleh : Umi Salasatun NIM. 26.10.7.3.068

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SURAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang

bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk

kepentingan pembelajaran.

sosial masyarakat senantiasa mengalami Perubahan tersebut dapat

perubahan-perubahan dari waktu ke waktu.

dilihat baik dalam konteks keruangan (tempat tinggal) maupun konteks waktu. Berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat harus dapat ditangkap oleh lembaga pendidikan yang kemudian menjadi sumber bahan materi pembelajaran. Sumber bahan pelajaran secara formal dapat dituangkan dalam bentuk kurikulum. Kurikulum IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas. Landasan filosofis yang digunakan hendaknya melihat kondisi nyata yang terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah masyarakat yang mengalami perubahan. Perubahanperubahan tersebut disebabkan oleh adanya interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok. Dalam konteks yang lebih luas perubahan yang terjadi melahirkan globalisasi. Dalam globalisasi terjadi pola interaksi yang serba cepat melewati batas-batas keruangan dan waktu. Hubungan antarindividu

maupun kelompok dalam globalisasi ini melahirkan suatu pola hubungan yang kompetitif. Individu maupun kelompok dalam pola hubungan ini akan terjadi adanya hubungan yang saling mempengaruhi. Sistem nilai yang dipegang oleh masing-masing individu maupun kelompok akan saling berpengaruh dalam pola hubungan tersebut. Hal yang harus dihindari dalam pola hubungan seperti ini adalah adanya hubungan yang bersifat eksploitatif dan hegemoni kelompok yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan. Selain itu, harus pula dihindari adanya ketercerabutan nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang Dalam mencermati perubahanperubahan tersebut maka kurikulum IPS harus memiliklandasan filosofis humanistik. Dalam prinsip tersebut, IPS harus menjunjung tinggsifat-sifat dasar kemanusiaan. Prinsip-prinsip dasar kemanusian tersebut meliput kesetaraan, kearifan, dan keragaman. Kurikulum IPS harus

mampumembangun jati diri bangsa yang berbasis pada kearifan lokal untuk menuju padamasa depan. Globalisasi yang terjadi baik pada masa sekarang maupun di masa depanharus disikapi baik secara lokal maupun mondial. Masyarakat yang akan dibentuk darpendidikan IPS ini adalah masyarakat yang mendunia yang tetap berpijak padakearifan lokal. Dalam kearifan lokal, tumbuh adanya kesadaran keruangan dankesadaran waktu. Kesadaran ruang yang dimaksud adalah menyadari dimana dia sedangkan kesadaran waktu yaitu memahami bahwa dia hidup dalam suatu
3

masyarakat yang berubah. Jadi, globalisasi tidak mencerabut akar-akar budaya yang dimilikinya. berdampak pada hilangnya identitas atau jati diri dari masyarakat tersebut. Pendidikan IPS juga harus mampu mengatasi masalah-masalah sosial kontemporer pada masyarakat seperti rendahnya etos kerja dan menurunnya jiwa kewirausahaan. Hal tersebut sesuai dengan hakikat IPS yaitu bidang studi tentang tingkah laku kelompok umat manusia (the study of the group behavior of human beings) (Calhoun (1971:42). yang

sumber-sumbernya digali dari kehidupan nyata di masyarakat. Unt itu pembelajaran IPS yang diramu dalam kurikulum harus memiliki peran penting dalam menyiapkan peserta didik mengembangkan nilai-nilai kerja keras, hemat, jujur, disiplin, kecintaan pada diri dan lingkungannya serta memiliki semangat kewirausahaan (Nana Supriatna, 2007:2). Hal itu senada dengan pendapat Nursid Sumaatmaja yang menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat (1980:20). Sesuai dengan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan pemerintah yang mengatur tingkat satuan pendidikan (dasar sampai menengah), maka batasan ruang lingkup

materi (scope) IPS yang harus dikaji siswa perlu diperhatikan. Dari pokok kajian yang ada, mana yang harus dipelajari siswa dan mana yang tidak perlu mereka pelajari. Hal pokok tersebut adalah sesuatu yang mau tidak mau merupakan bagian dasar dari mereka yang akan belajar disiplin ilmu itu (Hamid Hasan, 1996). Atas dasar pemikiran di atas, maka dalam rangka melaksanakan pengkajian kurikulum mata pelajaran IPS jenjang pendidikan dasar dan menengah, naskah akademik ini disusun untuk melakukan pengembangan model kurikulum ke depan yang menjadi tanggung jawab Pusat Kurikulum. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut dapat dirmuskan

permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan KTSP pada pelajaranIPS? 2. Bagaimana Pemecahan Masalah Terhadap Pelaksanaan Standar Isi Pada Pelajaran IPS? 3. Bagaimana Visi kurikulum pada mata pelajaran IPS?

C. Tujuan Bahasan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan KTSP pada pelajaranIPS

2. Untuk mengetahui Pemecahan Masalah Terhadap Pelaksanaan Standar Isi Pada Pelajaran IPS 3. Untuk mengetahui Visi kurikulum pada mata pelajaran IPS

D. Metode Penulisan Laporan Adapun data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Informan adalah orang-orang yang memberikan informasi kepada peneliti karena orang tersebut dipandang mengetahui permasalahan yang dikaji peneliti. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati merupakan data sumber utama dalam melakukan penelitian. Informan yang dipilih peneliti adalah orang-orang yang dipandang benar-benar mengetahui permasalahan. b. Dokumen dan Arsip Dokumen di dalam penelitian merupakan sumber data yang penting, walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata atau tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak diabaikan karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

BAB II DESKRIPSI TENTANG KURIKULUM PELAJARAN IPS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

A. Isu Pokok Kurikulum Sekolah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuanpendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasionalserta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuanpendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun olehsatuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikandengan Pengembangan yangberagam kebutuhan Kurikulum mengacu dan potensi yang ada di daerah. (KTSP) untuk

Tingkat standar

Satuan

Pendidikan pendidikan

pada

nasional

menjaminpencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikanterdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan

penilaianpendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut,yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

merupakanacuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003)tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar NasionalPendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikandasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacukepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun olehBadan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulumdalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, PanduanUmum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yangdapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada StandarKompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI danSKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalamUU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yangharus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebagaisalah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacupada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yangdikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapatmengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia (NKRI) dan hendaknya

digunakan sebagai refe Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat Memberi kesempatan peserta didik untuk : a. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b. belajar untuk memahami dan menghayati, c. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, d. belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan rensi. e. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

B. Isu-Isu Strategis Kurikulum Sekolah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Bab II Pasal 3 dikemukakan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berkaitan dengan itu pemerintah telah melakukan berbagai pembenahan dengan mengembangkan kurikulum dan segala perangkat yang mendukung termasuk bagaimana menentukan standarisasi

pendidikan seperti yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan menjamin mutu pendidikan nasional diantaranya adalah standar isi dan standar kompetensi lulusan. Suatu proses pendidikan di sekolah yang mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, diharapkan dapat menjadikan

standarisasi pada hasil pembelajarannya secara nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun berdasarkan karakteristik sekolahnya hendaklah dijadikan suatu landasan bagi para pendidik dalam melakukan proses pembelajaran. Standar Isi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 merupakan lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan sedangkan standar kompetensi lulusa digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan standar kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang meliputi kompetensi untuk seluruh matapelajaran atau kelompok mata pelajaran. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang meliputi; sikap pengetahuan, dan keterampilan.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. C. Analisis Kurikulum Sekolah Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

11

Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional, telah menerbitkan berbagai peraturan agar penyelenggaraan pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dapat memenuhi acuan atau standar tertentu. Berbagai standar tersebut adalah: (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Dalam pencapaian standar isi (SI) yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pembelajaran dalam jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada gilirannya mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) setelah menyelesaikan pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu secara tuntas. Agar peserta didik dapat mencapai SK, KD, maupun SKL yang diharapkan, perlu didukung oleh berbagai standar lainnya, antara lain standar proses dan standar pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk membantu peserta didik mencapai berbagai kompetensi yang diharapkan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Analisis terhadap

standar kompetensi dan kompetensi dasar juga merupakan bagian sangat penting dalam mendukung keseluruhan komponen dari materi

pembelajaran tersebut. Penjabaran SK dan KD sebagai bagian dari pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dilakukan melalui

pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus merupakan penjabaran secara umum dengan mengembangkan SK-KD menjadi indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan penilaian. Sebagai bagian dari langkah pengembangan silabus, pengembangan indikator merupakan langkah strategis yang berpengaruh pada kualitas pembelajaran di kelas. Kemampuan guru dan sekolah dalam mengembangkan indikator berpengaruh pada kualitas kompetensi peserta didik di sekolah tersebut. Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk

mengembangkan materi pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar dan acuan pembelajaran.
13

Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan materi pembelajaran. Oleh karena itu, disamping sebagai implementasi dari

Permendiknas nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran - Dit. PSMA (yang antara lain disebutkan bahwa melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum) dipandang perlu menyusun panduan bagi guru SMA sehingga dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan materi pembelajaran.

BAB III PAPARAN DATA KURIKULUM SEKOLAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

A. Pelaksanaan KTSP Pada Pelajaran IPS di MI Al-Islam Kartasura Pelaksanaan Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat beberapa hal yang patut dicermati yaitu : 1. Keragaman Pelaksanaan Pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah terdapat keragaman, khususnya keragaman dalam pelaksanaan di setiap jenjang. Ada sekolah yang melaksanakan sekaligus semua jenjang yaitu di SD langsung dilaksanakan dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 ; di SMP dari kelas VII sampai dengan kelas IX ; dan di SMA dari kelas X sampai dengan kelas XII. Selain itu ada pula sekolah-sekolah yang melaksanakan secara berjenjang perkelas, misalnya di SMP pada tahun 2006 dilaksanakan hanya di kelas VII dan di kelas VIII pada tahun 2007 sedangkan di kelas IX baru akan dilaksanakan pada tahun 2008. Begitu pula halnya di SMA, pelaksanaan di kelas X pada tahun 2006, kelas XI tahun 2007, dan kelas XII baru tahun 2008.

15

Keragaman pelaksanaan tersebut memiliki berbagai alasan. Sekolah yang melaksanakan KTSP secara keseluruhan pada semua jenjang beralasan agar kurikulum yang dilaksanakan di sekolah tersebut seragam dan merasa siap untuk melaksanakannya. Sedangkan sekolah yang melaksanakan secara berjenjang dengan alasan mengkuti peraturan sebagaimana diatur dalam

Permendiknas no. 23 yang mengatakan pelaksanaan KTSP dilakukan secara berjenjang dan membolehkan bagi sekolah yang siap untuk melaksanakan di seluruh jenjang. Alasan lainnya adalah ketidaksiapan sekolah-sekolah tersebut untuk melaksanakan KTSP secara menyeluruh pada semua jenjang. 2. Tugas guru mengajar Guru yang mengajar IPS baik di SD, SMP dan SMA mengikuti pada pengorganisasian materi kurikulum IPS.

Pengorganisasian kurikulum IPS di SD lebih bersifat terpadu atau integrasi, jadi pelaksanaan pengajaran IPS di SD dipegang oleh satu orang guru. Perubahan pengorganisasian materi IPS pada KTSP ini adalah di SMP. IPS di SMP diorganisasikan menjadi IPS Terpadu, sehingga berimplikasi pada tugas guru yang mengajar. Dalam hal bagaimana guru IPS di SMP mengajar terjadi keragaman. Ada sekolah yang mengajarkan IPS di SMP dipegang oleh satu orang. Konsekuensinya, guru tersebut harus`mengajar sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi. Pelaksanaan seperti itu

beralasan bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang satu, bukan mata pelajaran yang dipisah-pisahkan walaupun materinya bersumber dari sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi. Selain itu ada pula SMP yang mengajarkan IPS, dipegang oleh beberapa orang guru sesuai dengan disiplinnya, yaitu sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi. Jadi pelaksanaan pengajaran IPS dibagi ke dalam empat bidang studi. Alasan pelaksanaan yang demikian pertama untuk

pemerataan guru mata pelajaran (sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi), kedua pentingnya profesionalisme penguasaan materi oleh guru. Mata pelajaran apabila diajarkan oleh guru yang bukan disiplinnya akan menjadi kurang berkualitas, misalnya sejarah diajarkan oleh guru yang berlatar belakang pendidikan geografi atau sebaliknya. Sedangkan pengajaran IPS di SMA dalam implementasi penugasan guru tidak terjadi perubahan sebagaimana halnya di SMP, karena pengorganisasian materi IPS di SMA B. Pemecahan Masalah Terhadap Pelaksanaan Standar Isi Pada Pelajaran IPS di MI Al-Islam Kartasura Pelaksanaan KTSP mata pelajaran IPS yang diberlakukan sejak tahun 2006 menimbulkan berbagai permasalahan di lapangan. Masalah-masalah tersebut adalah:

17

1. Sosialisasi KTSP belum merata Berdasarkan temuan di lapangan khususnya ketika

dilakukan berbagai pelatihan yang berkenaan dengan pelaksanaan KTSP baik yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan

(Propinsi/Kabupaten/Kota) maupun oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di berbagai daerah, tidak jarang ditemukan guru yang belum paham tentang KTSP. Bila ditelusuri kegiatan sosialisasi ini berawal dari beberapa orang guru dari berbagai daerah diundang oleh BSNP. Kemudian mereka dijadikan penatar KTSP untuk tingkat nasional dan daerah. Informasi itu diestafetkan kembali di tingkat propinsi sampai daerah. Di daerah tidak seluruh guru dapat mengikuti kegiatan sosialisasi. Kalaupun ada, baru pada tataran MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) bagi mereka yang aktif di MGMP. Sebenarnya estafet informasi itu sudah baik, namun tatkala mereka kembali ke sekolah masing-masing, guru yang diharapkan jadi mediator untuk guru-gurunya di sekolah tidak dan atau kurang memberikan informasi yang telah didapatnya itu. Pada akhirnya tidak sedikit sekolah mengundang para pejabat terkait diundang, mulai dari Kepala Sekolah, Subdin Dikdasmen, Pengawas, dan Pakar Kurikulum untuk menjelaskan tentang dokumen KTSP. Tetapi kegiatan ini hanya dilaksanakan oleh sekolah yang memiliki dana. Bagi sekolah yang tidak memiliki dana, jelas KTSP

hanyasebatas yang mereka dengar sehingga pehamanan pada KTSP sangat minim. Demikian juga dengan pedoman petunjuk teknis KTSP yang belumdisosialisasikan menambah kaburnya

implementasi kurikulum. Pada akhirnyatidak seluruh sekolah sudah menerapkan KTSP. 2. Guru masih berorientasi pada buku teks, tidak mengacu pada dokumen kurikulum Dokumen kurikulum (KTSP) yang dikeluarkan oleh BSNP melalui dinas pendidikan, baik tingkat pusat dan daerah telah menyebar ke berbagai sekolah sebagai pelaksana dan pengembang kurikulum. Berbagai media, cara dan sarana untuk menyebarkan kurikulum itu telah ditempuh oleh BSNP, seperti workshop, pelatihan, seminar, dan lain sebagainya. Sasaran dari penggunaan berbagai media dan kegiatan itu diharapkan agar pelaksana kurikulum (guru) memahami dan melaksanakan proses belajar mengajar yang mengacu pada kurikulum. Tetapi berdasarkan penemuan di lapangan ketika melakukan pelatihan-pelatihan yang berkenaan dengan PBM, masih banyak guru dalam PBM tidak mengacu pada kurikulum. Mereka lebih memilih pada buku teks yang dianggap sudah menjabarkan kurikulum. Untuk itu tidak jarang guru yang tahu kurikulum hanya pada batas wacana, bukan pada dokumen kurikulum yang sebenarnya. Buku teks menjadi sarana yang memadai dalam menjabarkan kurikulum. Kondisi ini
19

jelas salah, karena seharusnya guru sendiri yang harus menjabarkan dan mengembangkan kurikulum. C. Visi kurikulum pada mata pelajaran IPS di MI Al-Islam Kartasura Visi yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah bagaimana kurikulum IPS yang diinginkan di masa yang akan datang. Masa datang yang dimaksud adalah perubahan yang diharapkan dalam jangka panjang. Hal ini perlu dirumuskan mengingat perubahanperubahan yang terjadi begitu cepatnya. Perubahan banyak terjadi dalam berbagai sektor kehidupan khususnya dalam kehidupan sosial. Untuk menyikapi perubahan-perubahan tersebut perlu adanya rumusan visi masa depan mata pelajaran IPS. sebagai mata pelajaran yang mengkaji berbagai perilaku dan interaksi manusia dalam kehidupan sosial, memiliki aspek keruangan atau spasial. Aspek spasial dalam rumusan visi IPS ke depan harus menjadi landasan. Aspek spasial tersebut adalah lokal, nasional dan global atau internasional. Visi mata pelajaran IPS dalam aspek lokal yaitu mata pelajaran IPS harus memiliki basis lokal. Basis lokal yang dimaksud adalah keunggulan lokal yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat di mana siswa berada harus dijadikan pondasi dalam mengembangkan materi IPS. Keunggulan lokal yang dimaksud dapat berupa kearifan

lokal yang terbentuk dalam sistem budaya masyarakat. Pentingnya basis lokal agar pembelajaran IPS mampu melihat aspek lokalitas dimana siswa berada. Aspek lokalitas dapat berfungsi untuk membangun jati diri. Perubahan-perubahan global yang menembus berbagai sektor kehidupan siswa tidak akan mencerabut nilai-nilai lokal yang sudah lama hidup dalam lingkungan sosial dimana siswa tinggal. Pemaknaan lokal bukan disikapi dengan sikap pelestarian, akan tetapi lebih pada pengembangan. Nilai-nilai lokal perlu dikembangan dan menjadi materi IPS yang ditempatkan pada kedudukan sejajar dengan nilai-nilai global.

21

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil kajian konsep dan implementasai kurikulum IPS jenjang pendidikan dasar dan menengah, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Konsep pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran IPS sebaiknya isinya lebih menekankan pada muatan materi kurikulum yang berlandaskan pada konsep multikultur dan nilai-nilai humanistik. Konsep tersebut menonjolkan prinsip keadilan sosial, pembebasan, kearifan lokal, ekonomi rakyat, nasionalisme, dan kearifan masa lampau untuk melangkah ke masa depan. b. Pelaksanaan kurikulum mata pelajaran IPS, masih ditemukan berbagai permasalahan, yaitu yang berkaitan dengan isi dokumen kurikulum, utamanya tentang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Selain permasalahan dokumen kurikulum, permasalahan dalam implementasi kurikulum terutama masalah belum optimalnya guru dalam menyusun program silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), struktur program yang tidak seimbang antara alokasi waktu dengan jumlah Kompetensi Dasar (KD), strategi pembelajaran yang masih satu arah, penilaian berbasis kelas yang kurang variatif, dan sarana pembelajaran yang masih minim, serta kualifikasi guru yang masih rendah.

B. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka penelti mengajukan beberapa saran mengenai implementasi kebijakan kebijakan kurikulum sebagai berikut : 1. Bagi Pihak Sekolah Pihak sekolah hendaknya selalu memberikan sosialisasi kepada wali murid dan seluruh siwa mengenai pelaksanaan kebijakan pendidikan kurikulum ini supaya tidak adanya anggapan-anggapan yang salah.

C. Rekomendasi Berkaitan dengan kesimpulan di atas, ada beberapa rekomendasi untuk kebijakan pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran IPS, yaitu: 1. Jangka Pendek a. Perlu menata ulang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan proporsi dan pemerataan distribusi pada tiap jenjang b. Perlu pelatihan dan sosialisasi untuk peningkatan kualifikasi dan

23

kompetensi guru di berbagai jenjang pendidikan c. Perlu ada konsistensi antara pengembangan kurikulum mata pelajaran IPS dengan penilaian hasil belajar d. Pemerintah diharapkan memperluas akses bagi setiap satuan pendidikan untuk meningkatkan fasilitas pembelajaran IPS yang memadai dan berkesinambungan. 2. Jangka Panjang Pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran IPS harus memiliki landasan filosofi yang jelas dengan berlandaskan aspek-aspek multikultur, nilai-nilai humanis, prinsip keadilan dan pembebasan, serta terjaganya kearifan lokal.

DAFTAR PUSTAKA Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 35 dan 51; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VIII Pasal 49 , 53, 55, 56 dan 58; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 dan Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

25

You might also like