You are on page 1of 89

1. Nama Mahasiswa 2. NIM 3. Nama Percobaan 4. Tanggal Percobaan 5.

Nama Asisten

: Harits Afapika : 08710103 : Weight Discriminator : 14 mei 2011 : Fitria annisa

A. WEIGHT DISCRIMINATOR I. Tujuan Percobaan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan subjek

membedakan berat yang berbeda-beda.

II.

Dasar Teori Rasa tekan adalah rasa raba yang dipertahankan. Rasa raba terdapat di

daerah-daerah yang tidak memiliki reseptor khusus. Reseptor raba paling banyak ditemukan di kulit, jari tangan, serta bibir dan relatif jarang di kulit tubuh. Banyak reseptor raba terdapat di sekeliling kantong rambut dan di jaringan sub kutis pada daerah yang tidak berambut. Kemampuan mengidentifikasi sebuah benda dengan hanya memegang tanpa melihat disebut stereognosis. Orang yang normal dapat mudah mengidentifikasi benda-benda seperti kunci dan macam-macam ukuran uang logam. Kemampuan ini jelas bergantung pada keutuhan rasa raba dan tekanan, dan akan terganggu bila kolumnadorsalis mengalami kerusakan. Peran korteks serebri pada kemampuan ini juga cukup besar. Gangguan stereognosis adalah tanda awal adanya kerusakan koteks serebrum dan kadang-kadang timbul tanpa adanya gangguan yang jelas pada rasa raba dan tekan bila terdapat lesi di lobus

PSIKOLOGI FAAL

parietalis dari girus postsentralis. Suatu informasi dari sistem sensorik tentang kedudukan atau posisi dan gerakan berbagai bagian tubuh kita disebut sebagai kinaesthesi. Reseptor kinaesthesi terdapat di dalam otot, tendo (urat), dan persendian. Otot yang melekat pada tulang yang menyusun rangka terdiri dari serabutserabut otot atau fibrae otot. Suatu fibra otot adalah memanjang dan mengandung banyak nucleus, sifat yang khas dari fibra otot adalah bisa memendek (kontraksi). Dengen berkontraksi, serabut otot memendek dan menggerakkan tulang-tulang di mana ia pada ujungnya melekat satu terhadap yang lainnya. Pengendalian (inerfasi) kontraksi otot dilakukan melalui serabut syaraf yang merupakan cabang neuron motorik dari sumsum tulang belakang. Satu berkas serabut syaraf mengendalikan beberapa otot. Area perlekatan serabut syaraf pada otot disebut neuromuscular junction. Selanjutnya serabut otot yang memiliki neuromuscular junction disebut motor unit (unit kontraktil). Serabut syaraf yang mengendalikan gerakan otot ekstrafusal adalah serabut alfa. Selain serabut alfa, setiap otot juga memiliki serabut otot yang sudah mengalami modifikasi menjadi kumparan otot (muscle spindle; spindle berarti gelondong seperti pada gelondong benang). Kumparan otot merupakan organ sensori untuk mendeteksi perubahan panjang dan mempertahankan tonus otot. Tonus adalah tahanan otot melawan regangan. Tiap kumparan otot terdiri tidak lebih dari 10 serabut otot yang terbungkus oleh selubung jaringan ikat. Kumparan otot memiliki serat yang lebih bersifat embrional dengan gambaran garis lintang yang kurang jelas dibandingkan serat otot biasa. Serabut otot yang terdapat dalam kumparan ini disebut serabut saraf intrafusal, untuk membedakannya dari serabut ekstrafusal yang merupakan unit kontraktil biasa. Serabut intrafusal letaknya

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

sejajar dengan serabut ekstrafusal karena ujung-ujung kumparan otot melekat pada tendo di ujung-ujung otot, atau disamping serabut ekstrafusal. Sistem saraf sensorik dan motorik kumparan otot dilayani oleh dua macam serabut yang berbeda. Serabut saraf sensorik kumparan otot terdiri dari 2 jenis yaitu : ujung primer (annulospiral ending) dan ujung sekunder (flowerspray ending). Ujung primer (annulospiral ending) merupakan ujung serabut eferen golongan Ia dengan kecepatan hantaran impuls yang tinggi. Ujung sekunder (flowerspray ending) merupakan ujung serabut sensorik golongan II, memilki kecepatan hantar yang lebih rendah dan berakhir lebih dekat ke ujung serabut intrafusal. (M. Hasanah, dkk, 2010).

III.

Alat yang Digunakan Weight Discriminator Apparatus

IV.

Jalannya Percobaan 1. Persiapan alat. 2. Testee diperintahkan untuk menutup mata. 3. Tester mengambil dua buah balok kemudian meletakkan masing-masing balok di kanan-kiri telapak tangan testee. 4. Tester memberi intruksi kepada testee untuk menebak balok mana yang lebih berat dan mana yang lebih ringan. 5. Observator mencatat hasil tebakan testee yang sedang melakukan percobaan.

V.

Pencatatan Hasil
3

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

Percobaan 1: Tester : Icha Testee : Ghatit Nomor Nama/Berat (gr) Percobaaan 1 2 3 4 5 Percobaan 2: Tester : Mall Testee : Anggita Nomor Nama/Berat (gr) Percobaaan 1 2 3 4 5 Kanan P/58 A/118 F/100 N/56 R/50 Kiri G/112 K/50 I/116 P/58 L/50 G>P A>k F=I P>N R>l Respon OP Keterangan B B S B S Kanan K/50 P/ 58 B/100 R/50 P/58 Kiri L/50 F/100 J/109 L/50 I/106 K>L P=F B>J R>L I>p Respon OP Keterangan S S S S B

Percobaan 3: Tester Testee : Eka : Rini Nomor Nama/Berat (gr) Percobaaan 1. 2.


LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

Respon OP Keterangan H>O D<F B S

Kanan H/100 D/121


4

Kiri O/60 F/100

3. 4. 5.

L/50 C/62 E/115

R/50 Q/52 A/112

R>L C>Q A>E

S B S

Keterangan : B= benar S= salah

VI.

Analisis Percobaan Berdasarkan tiga percobaan di atas, dapat kita pahami bahwa setiap

penampang yang berbeda dengan berat yang sama, menghasilkan persepsi yang berbeda dengan kenyataannya. yang demikian harus juga dengan tidak

menghilangkan faktor lain (yang hal ini dapat kita bandingkan dan atau kaitkan dengan teori-teori persepsi), semisal keadaan internal yakni keadaan

subjek,konsentrasi dlsb dan ekternal testee. Coba kita perhatikan pada percobaan nomor 1. Ternyata pada saat testee kurang konsentrasi yang terjadi adalah dalam hampir 90% salah. Akan tetapi disaat testee yang lain mencobauntuk berkonsentrasi yang terjadi jawaban hampi semua benar. Ketiga testee memberikan respon yang sama antara satu dengan yang lainnya antar testee, yaitu memersepsikan bahwa balok yang lebih kecil penampangnya memiliki berat yang lebih dibandingkan dengan balok lainnya meskipun dengan berat yang sama, tapi dengan penampang yang berbeda. Testee mempersepsikan bahwa dalam hal melakukan percobaan tenyata kemampuan untuk mengidentifikasi dilihat bedasarkan luas penampang walaupun luas penampang yang kecil tetapi untuk beratnya lebih besar. di anggap lebih berat yang luas penampangnya lebih besar.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

VII.

Referensi Ganong, W.F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 20). Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC Yulia Fitriani. 2004. Laporan Praktikum Psikologi Faal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

Yogyakarta, 14 mei 2011 Praktikan,

Harits Afapika 08710103 Asisten: Fitria Annisa 1. Nama Mahasiswa : Harits Afapika : 08710103 : Aesthesiometer : 14 mei 2011 : Fitria annisa

2. NIM 3. Nama Percobaan 4. Tanggal Percobaan 5. Nama Assiten


B.

AESTHESIOMETER I. Tujuan Percobaan Aesthesiometer digunakan untuk mengetahui jarak minimal dua sentuhan dirasakan sebagai dua titik pada beberapa regio tubuh yang
7

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

selanjutnya akan diukur ambang dua titik dari regio tubuh tersebut. II. Dasar Teori 1. Rasa dan Reseptor Rasa dapat dibagi menjadi empat jenis: a. Rasa Superfasial adalah rasa yang berhubungan dengan raba, nyeri, suhu, dan, diskriminasi dua titik. b. Rasa Dalam merupakan rasa yang meliputi rasa posisi otot dan sendi (proriosepsi), nyeri otot dalam, dan rasa vibrasi (getar). c. Rasa Viseral adalah rasa yang dihantarkan oleh serabut aferen otonom dan meliputi rasa lapar, mual, dan nyeri visceral. d. Rasa Khusus adalah penglihatan, rasa pada penciuman, pengecapan, dan

pendengaran,

keseimbangan yang dihantarkan oleh syaraf kranial tertentu.

Rasa dapat terdeteksi dengan adanya reseptor yang merupakan selsel yang terspesialisasi untuk mendeteksi perubahan-perubahan tertentu yang terjadi pada lingkungan luar maupun dalam tubuh. Dengan tercapainya potensial aksi suatu stimulus, reseptor sensori mengubah

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

berbagai bentuk energi ini ke dalam satu bahasa saraf (disebut impuls saraf), yang kemudian dikirsaraf (disebut impuls saraf), yang kemudian dikirim ke sistem saraf pusat melalui seim ke sistem saraf pusat melalui serabut saraf. Reseptor tidak mutlak spesifik untuk rasa tertentu, misalnya rangsangan pembangkit tidak perlu dirasakan sebagai nyeri. Beberapa reseptor, seperti yang ada pada kulit, merupakan modifikasi dari dendrit. Reseptor ini bekerja sebagai unit tunggal sensori mandiri. Berdasarkan energi yang dapat membuat reseptor bekerja, maka reseptor diklasifikasikan sebagai: a. Mekanoreseptor terdiri dari berbagai

kelompok reseptor sensorik. Lokasinya pada kulit, otot rangka, persendian, dan organ visera. Mereka peka terhadap perubahan tekanan pada membran sel dan jaringan. b. Chemoreseptor reseptor yang menerima

rangsangan berupa bahan kimia. Sel reseptor olfaktorius dalam hidung mengenal bau dan lingkungan. Sel sensorik cecap dalam

tonjolan lidah mendeteksi rasa makanan tertentu cecap dalam tonjolan lidah

mendeteksi rasa makanan tertentu (asam, asin, manis, pedas, pahit). Reseptor kimiawi dalam pembuluh darah, misal badan kortis dan aortik mendeteksi oksigen.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

c. Thermoreseptor dibawa oleh reseptor panas atau dingin yang merupakan akhiran syaraf bebas dalam kulit. Neuron tertentu dalam hipotalamus otak juga sensitif akan

perubahan suhu dalam darah. d. Nociceptor adalah reseptor nyeri yang

merupakan akhiran syaraf bebas. e. Phororeceptor adalah bagian saraf mata, ret akhiran syaraf bebas. f. Phororeceptor adalah bagian saraf mata, retina, mendeteksi perubahan cahaya

photoreceptor (batang dan kerucut). 2. Nyeri Nyeri merupakan perasaan kompleks karena menyertakan sensasi, perasaan dan emosi. Neurofisiologi dan nyeri tidaklah cukup jika dipandang dari sistem saraf sensori saja. Ujung saraf bebas pada saraf perifer dan saraf kranial mungkin merupakan reseptor yang spesifik atau nosiseptor untuk nyeri. Serabut nyeri yang terdapat dalam syaraf perifer mempunyai diameter yang kecil dan mudah dipeng perifer mempunyai diameter yang kecil dan mudah dipengaruhi oleh anestesi lokal. Serabut dengan mielin yang tipis dan atau tanpa mielin merupakan serabut deltaA, yang menghantarkan nyeri yang jelas, tajam dan berlangsung singkat. Kemudian serabut C akan meneruskan nyeri kronik, rasa terbakar, dan

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

10

sering kali tidak tertahankan. Sumber rasa nyeri adalah kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan menyebabkan lepasnya substansi nosiseptis (kinin, histamin, substansi P) yang ditangkap oleh akhiran saraf bebas. Stimulasi nyeri dapat berupa mekanis, thermis, dan kimiawi. Reseptor nyeri biasanya mempunyai nilai ambang stimulasi yang sangat tinggi, sehingga hanya rangsang kuatlah yang dapat dirasakan nyeri. Jaras sentralis untuk rasa terdiri dari dua sistem yaitu traktus spinotalamikus dan traktus spinoretikulotalamikus yang secara filogeni lebih tua. Jaras pertama menghantarkan rasa nyeri tajam dan menusuk sedangkan jaras kedua menghantarkan rasa nyeri dalam, nyeri dengan lokalisasi yang tidak jelas, dan rasa terbakar. Kecepatan arus nyeri dalam serabut tipe A (baca: delta) sepuluh kali lebih cepat dari pada dalam serabut tipe C. Kedua serabut syaraf berhenti di tanduk dorsal dan naik ke atas dalam traktus spinotalamik. Serabut pembawa sinyal nyeri lambat masuk ke formasio retikularis pada batang otak dan berakhir di talamus. Pembawa sensasi nyeri cepat langsung naik ke talamus dan terus ke konteks sensori. Komponen kortikal memberikan ketepatan titik lokasi pada serabut pembawa nyeri tajam. Komponen proyeksi subkortikal ke formasio retikularis merupakan sarana penghantar nyeri tumpul-lama dan menyebar. Sistem limbik menyertakan diri sebagai komponen perasa

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

11

nyeri. Rasa nyeri dapat dibagi menjadi dua nyeri utama yaitu rasa nyeri sepat dan rasa nyeri lembat. Rasa nyeri lambat juga memiliki banyak nama seperti rasa nyeri terbakar lambat, rasa nyeri pegal, rasa nyeri berdenyut-denyut, nyeri mual, dan nyeri kronik. Rasa nyeri ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan. Rasa nyeri ini dapat dirasakan di kulit dan di hampir semua jaringan dalam atau organ. Bila diberikan stimulus nyeri, maka rasa nyeri cepat akan timbul kira-kira 0,1 detik sedangkan rasa nyeri lambat timbul setelah 1 detik atau lebih kemudian secara perlahan bertambah selama beberapa detik bahakan menit. Rasa nyeri cepat juga digambarkan dengan banyak nama pengganti, seperti rasa nyeri tajam, rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut, dan rasa nyeri elektrik. Nyeri rujukan merupakan sinyal nyeri yang berasal dari organ visera yang dirasakan di bagian tubuh (zona somatik) yang lain. Misal nyeri dada kiri karena gangguan pembuluh darah jantung dirasakan di bagian dalam lengan kiri sampai kelingking kiri. Nyeri rujukan terjadi karena serabut syaraf nyeri dari kedua (tempat, misalnya jantung dan lengan kiri) mengalami konvergensi dalam sel relay spinal yang sama, atau karena fasilitasi sinyal somatikselama lalu lintas nyeri yang berlebihan dari sumber viscera. Fenomena ini disebut nyeri rujukan. Nyeri tungkal phantom berasal dari tungkai yang telah diamputasi. Iritasi dari akhiran syaraf nyeri pada tempat amputasi memberi sinyal ke area sama di kortek sensori. Sinyal ini diproyeksikan ke sumber aslinya
12

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

pada tungkai atau badan sehingga menyebabkan sensasi phantom. Inhibisi nyeri sentral dan penyembuhan merupakan bagian dari penghambatan dan pengurangan transimisi nyeri ke otak. Transmisi nyeri aferen dapat dihambat dalam tanduk dorsal oleh serabut descenden dari formasio retikularis otak. Serabut syaraf ini merangsang interneuron spesifik dalam tanduk dorsal untuk mensekresikan enkefalin. Enkefalin adalah peptida kecil yang berfungsi analgesik. Enkefalin mengnhambat mengeluarkan substansi P di terminalnya. Penghambatan sustansi P menyebabkan pengurangan transmisi nyeri ke otak oleh sel relay. Inhibisi aferen (teori gerbang=gate-control theory) merupakan stimuli taktil yang kuat waktu kita menggaruk kulit, akan menurunkan rasa sakit yang berasal dari area di dekat tempat yang digaruk. Ini disebabkan efek pengambatan aferen. Sinyal taktil dihantar oleh serabut besar tipe A. Sinyal nyeri dihantarkan oleh serabut tipe C. Sinyal dalam serabut tipe A akan menghambat perjalanan sinyal dalam serabut C di tanduk dorsal, dengan cara memblok sinap di pintu gerbang yang dalam keadaan normal dilalui serabut syaraf yang lebih kecil. (M. Hasanah, dkk, 2010).

III.

Alat dan bahan

Aesthesiometer

IV.

Jalannya Percobaan
13

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

1. Siapkan alat aestresiometer pada ukuran: a. 5 milimeter (percobaan 1) b. 10 milimeter (percobaan 2) c. 15 milimeter (percobaan 3) d. 20 milimeter (percobaan 4) e. 25 milimeter (percobaan 5) 2. Berikan stimulus dua titik pada kelima jarak sebanyak sepuluh kali sentuhan untuk masing-masing jarak dalam urutan acak. 3. Berikan instruksi silahkan tutup mata Anda dan setiap ada sentuhan silahkan Anda menyebutkan berapa titik sentuhan yang Anda rasakan sebelum percobaan dimulai. 4. Berikan kesempatan pada subjek untuk merespon setiap kali sentuhan. 5. Catat berapa titik sentuhan yang subjek rasakan pada setiap kali percobaan. 6. Regio tubuh yang akan mendapatkan perlakuan adalah lengan bagian bawah (belakang), bagian depan tangan (telapak tangan), dan bagian atas kaki.

V.

ANALISIS STATISKA (PERHITUNGAN) L = Xo (50 Pu) + Xu (Po 50)\ Po-pu

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

14

Po Pu Po: Jarak minimal yang di persepsikan sebagai dua titik lebih dari 50% pengulangan Pu: Jarak maksimal yang dipersepsikan sebagai dua titik lebih dari 50% pengulangan Xo: Jarak yang berhubungan dengan Po Xu: Jarak yang berhubungn dengan Pu

VI.

Pencatatan Hasil

Percobaan 1: Lengan bagian bawah Tester : icha

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

15

Testee

: mall Persepsi 2k milimeter IIII Jumlah Persepsi 4 5 7 4 8 1k IIIII I IIIII III IIIII I II 5 3 6 2 Jumlah 6

No Percobaan 1 2 3 4 5 5

(percobaan pertama) 10 milimeter IIIII (percobaan kedua) 15 milimeter IIIII II (percobaan ketiga) 20 milimeter IIII (percobaan keempat) 25 milimeter IIIII III

(percobaan kelima) Statiska Percobaan 1: L= 25(50-40) + 5(80-50) 80-40 = 250 + 150 20 = 400 20 = 20

Percobaan 2: Telapak tangan Tester Testee : susi : Ayu Persepsi 2k Jumlah Persepsi Jumlah

No Percobaan

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

16

1 2 3 4 5

milimeter (percobaan IIIII

5 6 8 10 10

1k IIIII IIII II 4 2 0 0

pertama) 10 milimeter (percobaan IIIII I kedua) 15 milimeter (percobaan IIIII III ketiga) 20 milimeter (percobaan IIIII IIIII keempat) 25 milimeter (percobaan IIIII IIIII kelima)

Statiska percobaan 2 L= 20(50-50) + 5(100-50) 100-50 = 0+ 250 50 =5

Percobaan 3: Bagian atas kaki Tester Testee : Nanda : Ami Persepsi 2k milimeter II Jumlah Persepsi 2 1k IIIII III Jumlah 8

No Percobaan 1 5

(percobaan pertama)

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

17

2 3 4

10

milimeter IIII

4 8 6

IIIII I II IIII

6 2 4

(percobaan kedua) 15 milimeter IIIII III (percobaan ketiga) 20 milimeter IIIII I (percobaan keempat)

25

milimeter IIIII III

II

(percobaan kelima) Percobaan 3: L= 15(50-20) + 5(80-50) 80-20 = 450 + 150 60 = 600 60 = 10

VII.

Analisis Percobaan Tiga percobaan atas tiga testee dengan tiga daerah berbeda, sedikitnya

memberikan pemahaman bahwa kedekatan jarak antar ujung stimulus alat Aesthesimeter (dalam hal ini berupa jarum tumpul) memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap persepsi testee atas jumlah titik yang dirasakan dalam hal ini bagian-bagiannya yaitu telapak tangan, pergelangan dan telapak kaki. Hal ini dapat kita perhatikan dengan perubahan rata-rata angka pada setiap percobaan yang menunjukkan keserasian antara jarak dan jumlah persepsi yang dimunculkan. Selain itu, dalam proses persepsi, kemampuan
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

18

mengolah subjek juga memberikan peranan. Dalam hal ini yang dikehendaki adalah pengalaman dan kondisi subjek pada saat percobaan berlangsung. Sehingga cukup masuk akal jika dalam satu percobaan atas beberapa subjek melahirkan hasil yang berbeda, tergantung sejauh mana perbedaan kondisi internal antar subjek (pengalaman, kondisi terkait, dan sebagainya). Dalam percobaan ini, hasil yang ditunjukkan setidaknya dapat membuktikan hal tersebut. Di samping faktor kedekatan jarak, sensitifitas kulit tidak dapat kita elakkan pengaruhnya. Kulit sebagai reseptor untuk perabaan, secara langsung memberikan peran yang sangat besar. Karena bagaimana pun, informasi yang akan disampaikan menuju otak, tidak ada jalan lain, selain harus melewati kulit. Jadi, pada beberapa bagian kulit, persepsi itu memiliki perbedaan sesuai dengan intensitas dan sensitifitas kulit yang bersangkutan.

VIII.

Referensi

Ganong, W.F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 20). Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC . Hasanah, M. Dkk. 2007. Modul Pedoman Kegiatan Praktikum Psikologi Faal Indera Perasa : Prodi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (tidak diterbitkan)

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

19

Yogyakarta, 14 mei 2011 Praktikan,

Harits Afapika 08710103 Asisten: Fitria Annisa 1. Nama Mahasiswa 2. NIM 3. Nama Percobaan 4. Tanggal Percobaan 5. Nama Asisten : Muhmmad Fahmi : 09710021 : Conditioned Reflex Apparatus : 21 mei 2011 : Fitra Annisa

A. CONDITIONAL REFLEKX APPARATUS I.Tujuan Percobaan


LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

20

Untuk mengetahui bagaimana cara menimbulkan reflek bersyarat yaitu mengerjapkan mata. II.Dasar Teori Gerakan reflek adalah gerakan yang tidak disadari dan merupakan reaksi stimilus yang terjadi di luar kehendak serta gerakannya mempunyai pola yang sama. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk melindungi tubuh dari situasi yang mengejutkan atau dari bahaya. Dalam gerakan reflek, jarak antara stimulus yang ada dengan responnya tidak seperti biasa. Gerakan ini berjarak lebih dekat yang melibatkan: 1. Respon yang menerima stimulus 2. Serabut aferen yang menghantarkan stimulus dari reseptor 3. Pusat reflek yang terdapat di dalam susunan saraf pusat di bagian kranial stimulus 4. Serabut eferent yang menghantarkan respon motorik pada organ efektor Suatu stimulus pada kulit diterima olek reseptor, kemudian impuls ini dibawa oleh serabut aferent hingga ke columna posterior dan pada tempat ini terjadi pergantian untuk menuju ke columna anterior. Neuron yang terletak di antara columna posterior dan columna interior disebut interneuron atau neuron antara. Reflek Bersyarat Reflek bersyarat adalah suatu respon reflek terhadap stimulus yang sebelumnya tidak atau sedikit mencetuskan respon dan diperoleh dengan

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

21

berulang-ulang menggabungkan suatu stimulus dengan stimulus lain yang secara normal memberikan respon. Pada percobaan klasik oleh Pavlov, diteliti mengenai pengeluaran air liur yang secara normal dirangsang oleh daging yang ditaruh di mulut anjing. Sebuah bel dibunyikan tepat sebelum daging ditaruh di mulut anjing dan hal itu dilakukan berulang-ulang sampai hewan tersebut mengeluarkan air liur saat bel dibunyikan walaupun tidak ada daging yang ditaruh di mulutnya. Dalam percobaan ini, daging yang ditaruh di mulut adalah stimulus tidak bersyarat (Unconditioned Stimulus/US) yaitu stimulus yang secara normal menimbulkan responya. Stimulus bersyarat (Conditioned Stimulus/CS) adalah bunyi bel. Setelah US dan CS digabungkan beberapa kali, CS menimbulkan respon yang semula hanya ditimbulkan US. CS harus mendahului US. Sangat banyak perubahan somatik, viseral maupun saraf lain dapat ditimbulkan dengan respon reflek bersyarat. Pengkondisian respon viseral sering disebut biofeedback. Apabila CS diberikan secara berulang-ulang tanpa UCS, reflek bersyarat akhirnya akan menghilang. Proses ini disebut penghilangan (extinction) atau inhibisi internal. Apabila hewan terganggu oleh stimulus eksternal yang muncul setelah CS, respon bersyarat mungkin tidak timbul atau disebut inhibisi eksternal. Sedangkan stimulus terhadap sistem pemberian hadiah otak merupakan US yang kuat disebut penguatan positif dan sebaliknya, stimulus sistem menghindar atau syok nyeri pada kulit disebut penguatan negatif. Operant Conditioning adalah salah satu bentuk pengkondisian dengan

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

22

hewan yang dilatih untuk melakukan suatu tugas (operate on the environment). Respon motorik bersyarat yang memungkinkan hewan menghindari suatu peristiwa yang tidak bersyarat adalah reflek penghindaran bersyarat. Misalnya seekor hewan dilatih bahwa dengan menekan tombol ia dapat terhindar dari kejutan listrik pada kakinya. Contoh lain adalah pengkondisian penolakan makanan. Respon-respon bersyarat ini sangat kuat dan kadang-kadang dapat dipelajari dengan sekali penggabungan antara UCS dan CS. Pengkondisian penolakan makanan bagi kelangsungan hidup memiliki makna jelas dalam hal menghindari racun dan tidak mengherankan bila otak mungkin secara genetis terprogram untuk mempermudah terbentuknya respon penolakan makanan.(M. Hasanah, dkk, 2010). III.Alat dan Bahan Conditioned Reflex Apparatus IV.Jalannya Percobaan 1. Praktikum duduk pada kursi yang telah disediakan menghadap alat conditioned reflex apparatus dengan jarak 10 cm. 2. Tahap pengoperasian alat: a. Pada tahap pertama, tester menyalakan lampu pada alat dan menekan pompa udara ke arah mata praktikan dalam waktu yang bersamaan. b. Pada tahap kedua, tester hanya menyalakan lampu pada alat dan diarahkan ke mata praktikan atau subjek.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

23

3. Pada subjek pertama, tahap pertama dilakukan sebanyak 11 kali, sedangkan subjek kedua dilakukan sebanyak 16 kali, dan pada subjek ketiga dilakukan sebanyak 21 kali. 4. Untuk tahap kedua, hanya dilakukan 1 kali pada semua subjek. 5. Catat respon yang diberikan praktikan setiap kali percobaan.

V.Pencatatan Hasil

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

24

Tester Testee

: icha : nanda Percobaan I

Percob Respon Lampu dan Hembusan Udara aan Subjek Nanda Ghatit Ridho
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0

x x x x x x

Percobaan II Percobaan subjek Nanda Ghatit Ridho Respon pada tahap kedua (lampu) Ada respon Tidak ada

VI. Analisis Percobaan Mengingat ini adalah percobaan yang ke-2, adanya kenyataan bahwa
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

25

banyak mahasiswa (dalam hal ini sebagai tester dan atau testee dan atau observer) sudah mengenal alat-alat sebelumnya, menjadi salah satu factor eksternal. Sehingga pada saat percobaan tester sudah mengetahui alat tersebut sehingga tidak menjadi reflex dari tester akan tetapi dijadika paksaan agar tidak terjadi respon(reflex) dalam proses percobaan. Dari hal itulah, hasil-hasil yang didapat, setidaknya, berbeda dengan hasil yang seharusnya, terlepas dari faktor-faktor lain yang bahkan memiliki pengaruh yang lebih besar. Proses dari stimulus tidak bersyarat (Unconditioned Stimulus/US) yaitu stimulus yang secara normal menimbulkan responya. Stimulus bersyarat (Conditioned Stimulus/CS) adalah bunyi . Setelah US dan CS digabungkan beberapa kali, CS menimbulkan respon yang semula hanya ditimbulkan US. CS harus mendahului US. Sangat banyak perubahan somatik, viseral maupun saraf lain dapat ditimbulkan dengan respon reflek bersyarat. Dari data di atas, kenyataan bahwa faktor kebiasaan yang dapat di jadikan perbedaan hasil dari beberapa kali percobaan hasil yang di dapat berbeda bis saja tester yang lain sudah terbiasa terkena cahaya ataupun angin. Itu terjadi pada saat naik motor, melihat tukang las dengan cahaya yang sangat tenang dan lain sebagainya. Selain itu, jarak waktu antar stimulus yang bervariasi juga menentukan hasil. Termasuk juga dalam hal ini jarak kedekatan antara mata dengan tempat keluaran angin pada alat.

VII. Referensi Ganong, WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi kedokteran (Edisi20). Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

26

Penerbit

buku kedokteran EGC

Yogyakarta, 23 mei 2011 Praktikan,

Harits Afapika 08710103 Asisten: Fitra Annisa 1. Nama Mahasiswa 2. NIM


LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

: Harits Afapika : 08710103

27

3. Nama Percobaan 4. Tanggal Percobaan 5. Nama Asisten

: Whole Body Reaction Time : 21 mei 2011 : Fitra Annisa

B. WHOLE BODY REACTION TIME I.Tujuan Percobaan Untuk mengetahui waktu reaksi yang dibutuhkan oleh subyek dalam menanggap stimulus visual dan auditory. II.Dasar Teori Seperti yang telah diketahui bahwa semua kegiatan stimulus-respon dari tubuh manusia dijalankan dengan mekanisme tertentu. Semua system sensoris (misalnya penglihatan, pendengaran, dan perabaan) mengirimkan informasi stimulus ke bagian khusus dari korteks serebral otak. Setiap gerakan bagian-bagian tubuh (respon motoris) dikontrol oleh bagian lain dari korteks serebral otak. (Atkinson, dkk. 1991) Gerakan umumnya terjadi secara sadar. Impuls pada gerak sadar melalui jalan panjang yaitu reseptor, ke syaraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak yang berupa tanggapan yang akan dibawa oleh syaraf motorik sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Di dalam otak, fungsi penglihatan diatur dalam bagian korteks yang disebut lobus oksipital. Fungsi pendengaran diatur dalam lobus frontalis bagian belakang. (Ratna Martiadi, 1996). Waktu reaksi adalah waktu yang dibutuhkan subjek sejak stimulus

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

28

tertentu diberikan sampai subjek melakukan respon/reaksi. Terdapat faktorfaktor utamayang mempengaruhi waktu reaksi diantaranya, pengenalan stimulus, pilihan stimulus, jumlah stimulus, jenis stimulus, distraksi/gangguan. Selain itu faktor usia, kelelahan, dan jenis kelamin juga berpengaruh. III.Alat dan Bahan 1. Whole Body Reaction Apparatus 2. Blank Sheet IV.Jalanya Percobaan 1. Pada percobaan pertama, mintalah subyek untuk berdiri pada papan reaksi dan loncatlah keluar sesegera mungkin setelah dia menerima stimulus yang ditampilkan. Pastikan kotak penampil menunjukkan angka nol sebelum memulai pengukuran (bila tidak menunjukkan angka nol, tekan tombol reset untuk menampilkan angka nol). 2. Stimulus yang diberikan pada percobaan pertama berupa dua jenis stimulus visual berupa sinar Xenon dengan dua warna berbeda (merah dan kuning).Catat waktu reaksi yang ditampilkan. 3. Pada percobaan kedua, mintalah subjek untuk berdiri pada papan reaksi dan loncatlah keluar sesegera mungkin setelah dia menerima stimulus yang didengarkan. Pastikan kotak penampil menunjukkan angka nol sebelum memulai pengukuran (bila tidak menunjukkan angka nol, tekan tombol reset untuk menampilkan angka nol). 4. Stimulus yang diberikan pada percobaan kedua yaitu gelombang suara

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

29

dengan tiga frekuensi yang berbeda (500Hz,1000Hz,3000Hz). V.Pencatatan Hasil PERCOBAAN I Nama No. Tester 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Icha Susi Ami Gatit Eka Rini Ayu Fahmi Ridho Nanda Testee Susi Ami Gatit Eka Rini Ayu Fahmi Ridho Nanda Merah 0,536 0,750 0,731 0,699 0,661 0,793 0,573 0,730 0,731 0,951 Kuning 0,614 0,678 0,754 0,642 0,661 0,729 0,448 0,668 0,341 0,775 Waktu Sesuai Jenis Stimulus

PERCOBAAN II Waktu Reaksi Sesuai Jenis No. 1 2 3 4 5 6 7 Nama Subjek Testee Susi Anggi Gatit Eka Rini Ayu
30

Tester Susi Anggi Gatit Eka Rini Ayu Fahmi

500Hz 0,817 0,847 0,916 1,103 0,880 0,889 0,569

Stimulus 1000Hz 0,633 0,883 0,873 0,806 1,008 1,030 0,557

3000Hz 0,615 0,624 1,048 0,514 0,632 0,750 0,490

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

8 9 10

Fahmi Ridho Nanda

Ridho Nanda -

0,806 0,659 1,121

0,710 0,621 1,396

0,651 0,476 0,927

VI.Analisis Percobaan pengalaman dan kondisi internal-eksternal subjek pada pada saat percobaan tidak dapat kita palingkan dari daftar faktor utama yang mempengaruhi hasil percobaan. Untuk kesekian kalinya, kedua faktor yang disebutkan di atas ikut ambil alih dalam menentukan hasil. Kemudian konsentrasi merupakan hak yang trpenting dalam prcobaan alat ini, di buktikan dari percobaan yang telah dilaksanakan jika dalam percobaan subjek konsentrasi hasil yang di capai bisa maksimal akan tetapi jika tidak konsentrasi yang terjadi hasilnya sangat minimal. Bahkan faktor ini menempati urutan utama dalam daftar faktor yang berpengaruh. Selain itu, sebagaimana telah disinggung di muka, kondisi ekternal subjek juga memberikan pengaruh yang tak jauh berbeda dengan faktor pengalaman subjek. Dalam percobaan kali ini, dengan suara yang gaduh dan cukup merusak konsentrasi subjek, setidaknya melahirkan hasil yang berbeda dengan situasi yang lebih kondusif, semisal tenang, tidak gaduh, dan sebagainya. faktor internal-eksternal subjek masih memiliki kemungkinan yang cukup lebar. Hal ini terbukti dengan kondisi pada waktu saat percobaan berlangsung yang tidak kondusif serta pengakuan ketidaksiapan subjek yang bersangkutan. Akan tetapi, dengan hanya percobaan ini, tidak dapat kemudian

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

31

dengan serta-merta mengambil kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap semua percobaan-percobaan lainnya, kecuali terbatas hanya untuk percobaan ini.

VII.Referensi Atkison RL, dkk. Pengantar Psikologi 8th Ed.1991. Penerbit Erlangga, Jakarta. Bagian Laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. 1997. Buku pedoman Praktikum Psikologi Faal II. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UAD Mardiati, R, Buku Kuliah: Susunan Saraf Otak Manusia .1996.CV Sagung

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

32

Seto,Jakarta.

Yogyakarta, 23 mei 2011 Praktikan,

Harits Afapika 08710103 Asisten: Fitra Annisa 1. Nama Mahasiswa : Harits Afapika 2. NIM : 08710103

3. Nama Percobaan : Perimeter 4. Tanggal Percobaan 5. Nama Asisten A. PERIMETER


LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

: 28 mei 2011 : Fitra annisa

33

I.

Tujuan Percobaan Perimeter adalah alat untuk mengukur dan membandingkan jangkauan

penglihatan manusia terhadap berbagai warna (merah, biru, kuning, hijau, dan putih) dan berbagai sudut pandang (00 ,300,900). II. Dasar Teori Sistem visual manusia terdiri dari mata, beberapa bagian otak, dan jalur yang menghubungkan mereka. Perhatian individu adalah cara kerja di dalam mats. Mata memiliki dua sistem, satu untuk membentuk citra dan yang lain untik mentransduksi citra ke impuls listrik. (Atkinson,dkk. 1991). Dalam mata terdapat syaraf reseptor rangsang yang disebut konus (berbentuk kerucut) dan bacillus (berbentuk batang). Kedua sel syaraf ini terletak pada retina mata. Baik konus maupun bacillus peka terhadap cahaya (Irawanto, 1997), cahaya adalah radiasi elektromagnetik (energi yang

dihasilkan oleh osilasimateri bermuatan listrik). Sel batang ditujukan untuk melihat di malam hari mereka bekerja pada intensitas yang rendah dan menyebabkan sensasi yang tidak berwarna. Sel kerucut paling baik untuk melihat selama siang hari dan mereka berespons terhadap intensitas cahaya yang paling tinggi dan menyebabkan sensasi warna (Atkinson,dkk. 1991). Sifat semua warna adalah serupa kecuali panjang gelombangnya. Panjang gelombang pendek, 450-500 nanometer, tampak biru; dengan panjang gelombang sedang, 500-570 nanometer, tampak hijau; dengan panjang gelombang panjang 620-700 nanometer, tampak merah (Atkinson,dkk 1991). Sedangkan warna kuning (580) merupakan campuran cahaya 650 nanometer

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

34

(merah) dengan cahaya 500 (hijau), sedangkan warna putih (575) merupakan campuran cahaya 580 nanometer (kuning) dengan cahaya 560 nanometer (hijau). Hal ini sesuai dengan teori Young-Helmholtz yang menduga bahwa dalam penglihatan manusia terdapat 3 jenis sel kerucut yang masing-masing mengandung fotopigmen yang berlainan dan yang paling peka terhadap salah satu dari ketiga warna primer. (Ganong, 2001). Dalam proses penglihatan gelombang cahaya (warna) juga berperan dalam medan penglihatan. Medan penglihatan adalah bagian dari suatu ruang rangsangan masih dapat mencapai mata. Peran dari panjang gelombang cahaya juga sangat berpengaruh terhadap area medan penglihatan. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa semakin panjang gelombang cahaya dalam area medan penglihatan akan semakin mudah dijangkau oleh sel reseptor sel kerucut. Adapun yang berpengaruh dalam medan penglihatan yaitu sudut/daerah pandang mata: daerah pusat, daerah tepi/ perifer, daerah paling tepid an titik buta. Ada empat daerah/ medan penglihatan yaitu: 1. Daerah pusat: daerah pada medan penglihatan yang rangsangan-rangsangannya terlihat paling jelas

(tajam) lengkap dengan warna-warnanya. 2. Daerah tepi/perifer: daerah di sekeliling pusat penglihatan yang ketajamannya dan kualitas warna objeknya telah berkurang, mulai dengan warna merah dan hijau, biru dan kuning.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

35

3. Daerah paling tepi: daerah penglihatan yang kualitas penglihatannya paling buruk. 4. Titik buta: daerah dimana tidak terjadi penglihatan karena suatu tempat pada retina tidak ada titik peka cahaya karena urat-urat syaraf meninggalkan mata (Irwanto, 1997).

III.

Alat dan Bahan

Perimeter Sebuah Alat yang digunakan untuk mengukur dan membandingkan jangkauan medan penglihatan manusia terhadap berbagai warna dan sudut pandang mata.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

36

IV.

Jalannya Percobaan 1. Testee duduk di sebuah kursi yang telah disediakan. 2. Testee diberi penjelasan mengenai alat yang akan diujicobakan (perimeter) oleh tester. 3. Perimeter dikondisikan dengan pencahayaan alami yang merata tanpa memaparkannya di bawah cahaya matahari secara langsung. Pencahayaan yang direkomendasikan adalah 200 lx dengan rentang yang diperkenankan antara 100 lx dan 300 lx. 4. Pencahayaan buatan tidak dianjurkan karena sulitnya

mendapatkan pencahayaan yang merata pada perimeter secara keseluruhan, dan distribusi panjangnya gelombang berbeda dari yang didapatkan dari sinar matahari. 5. Pandangan testee fokus pada cermin. Tester diminta untuk menyesuaikan pandangannya pada bayangan bola mata yang medan penglihatannya akan diukur, dan menutup mata yang lain. 6. Penanda Pandangan (view mark) terdiri dari warna orange, biru, kuning, hijau dan putih. 7. Kemudian setiap warna diujicobakan pada setiap sudut pandangan yang berbeda (00, 300, 900). 8. Ketika testee cenderung menyesuaikan pandangan mereka pada

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

37

penanda pandangan (view mark), perhentian yang benar dari pandangan subjek pada cermin target harus dikonfirmasikan selama pengukuran. 9. Tester menggerakkan penanda pandangan secara perlahan sepanjang busur dari pusat menuju tepi, atau dalam arah yang berlawanan, subjek diminta menemukan titik dimana tanda tersebut mulai menghilang atau mulai tampak, dan mencatat titik tersebur pada lembar pencatatan.

V.

Pencatatan Hasil

Tester : Amy Testee : Eka No 1 2 3 4 5 Warna Merah Biru Kuning Hijau Putih Jangkauan Medan Penglihatan 00 300 900 24mm 38mm 63mm 34mm 38mm 50mm 31mm 36mm 64mm 23mm 11mm 30mm 28mm 16mm 58mm

VI.

Analisis Percobaan Dalam percobaan ini, dengan mencoba membandingkan antara teori

yang ada dengan hasil percobaan, dapat di ambil kesimpulan bahwasannya dalam mempresepsikan tentang ketebalan warna sangat mempengaruhi dari derajat yang berbeda.Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain Terlihat bahwa sudut pandang dengan 900 merupakan sudut pandang yang
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

38

paling cepat mendapat respon. Karena dengan semakin besar sudut pandang maka jangkauan penglihatan akan lebih luas dan lebih cepat mata dalam merespon suatu warna. Untuk panjang gelombang yang sama sudutnya sangat sulit untuk di bedakan antara warna yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal pencahayaan juga merupakan beberapa factor yang dapat mempengaruhi hasil uji coba yang dilakukan ini telah di buktikan dari percobaan yang dilakukan testee. Hasil percobaan menunjukkan adanya perbedaan kepekaan subjek dalam merespon warna dengan beberapa macam sudut pandang. Perbedaan ini tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah adanya perbedaan tingkat konsentrasi, kemiripan warna, keterbatasa pada medan penglihatan yang ada selama percobaan berlangsung . (Susilaningsih, dkk. 2006).

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

39

VII.

Referensi

Ganong, W.F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 20). Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC Atkinson, dkk. 1991. Pengantar Psikologi. Batam: Intra Aksara Irwanto, dkk. 1997. Psikologi Umum. Jakarta : Gramedia Manabe, Haruzo: Visual Field, 1952, pp. 23-37

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

40

Yogyakarta, 28 Mei 2011 Praktikan, Harits Afapika 08710103 Asisten: Fitra annisa 1. Nama Mahasiswa 2. NIM 3. Nama Percobaan 4. Tanggal Percobaan 5. Nama Asisten B. COLOR MIXER I. Tujuan Percobaan Praktikum ini dialakukan untuk menguji kemampuan subyek dalam mempersepsi warna yang tampak dari hasil pencampuran warna. II. Dasar Teori Warna merupakan salah satu kualitas paling kasat mata dari pengalaman visual manusia. Persepsi tentang warna banyak bergantung pada panjang gelombang cahaya yang dipantulakan ke mata, campuran panjang gelombang yang dipantulakn akan mempengaruhi persepsi tentang warna. Macam-macam pencampuran warna: 1. Pencampuran aditif (dengan cara menambah) A. Pencampuran Obyektif
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

: Harits Afapika : 08710103 : Color Mixer : 28 Mei 2011 : Fitra Annisa

41

Pencampuran ini terjadi di luar mata dan dapat dibuktikan dengan meletakkan kaca transparan pada batas antara kuning dan biru, dan kaca tersebut dimiringkan atau dibuat sedemikian rupa kemiringan sudutnya, sehingga satu warna dipantulkan dan warna dua

ditembusakan melalui kaca tersebut. B. Pencampuran Subyektif Pencampuran ini hanya terjadi di dalam mata, atau juga bisa disebut pencampuran kesan penglihatan. Dari warna-warna diambil warna merah, hijau, kuning, dan biru. Dalam keadaan diam warna-warna tersebut dapat dibedakan satu persatu, jika alat diputarkan akan kelihatan warna putih atau warna lain yang tidak ada dalam spektrum. 2. Pencampuran subtraktif Pada umumnya warna adalah pencampuran subtraktif. Bila dua warna komplementer saling mempengaruhi maka akan timbul kontras atau pertentangan warna. Kontras dibedakan menjadi: a. Kontras Successive Perbedaan bayangan terjadi jika tidak sesuai denagn warna bendanya, tetapi terjadi dengan warna komplemennya dan terjadi secara tidak bersama-sama. b. Kontras Simultan Perbedaan warna warna terjadi karena pengaruh suatu warna dengan warna lain dan terjadinya secara bersama-sama.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

42

Teori Tentang Warna Teori warna dasar: merah, hijau dan violet Ada tiga macam penjelasan yang dititikberatkan pada teori ini yakni: a. Tiga konus yang masing-masing mengandung substansi photochemis merah, hijau dan violet, subtansi ini akan menimbulakan sensasi jika dipecah. b. Warna putih adalah hasil pemecahan ketiga substansi secara proporsional, sedangkan warna lain merupakan pemecahan ketiga subtansi dengan perbandingan tertentu. c. Hitam bukanlah warna, akan tetapi keadaan in-aktif retina. Teori Hearing Ada tiga subtansi photochemis, tapi masing-masing member

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

43

dua macam warna, sehingga terdapat enam sensasi yaitu: a. Putih-Hitam b. Merah-Hijau c. Kuning-Biru. Dimensi psikologis warna: 1. Hue atau corak warna Berkaitan dengan apa yang biasa dianggap sebagai nama warna tertentu. Keliling lingkaran warna merupakan skala di mana corak warna dapat ditempatkan berdasarkan susunan yan teratur.

2. Brightness atau kecerahan warna Dasar fisis kecerahan utama adalah energi sumber cahaya, yang berhubungan dengan amplitude gelombang. Tetapi kecerahan dalam berbagai hal juga tergantung pada panjang gelombang. 3. Saturation atau kejenuhan warna Berhubungan dengan keanekaragaman cahaya. Saturasi terutama bekorelasi dengan penyebaran panjang gelombang yang berbeda-beda akan tampak mempunyai saturasi rendah, sebuah panjang tunggal tampak mempunyai saturasi tinggi. Hubungan ketiganya akan tampak jelas bilamana kita memperhatikan kepadatan warna yang menggambarkan ketiganya secara simultan. III. 1. Alat dan Bahan Alat pemutar
44

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

2. 3. 4. IV. 1. 2.

Bulatan dengan bermacam-macam warna Meja Kursi Jalannya Percobaan Persiapan Alat Eksperimenter mengatur warna dan komposisi tiap-tiap warna sesuai dengan keinginan

3.

Eksperimenter mencatat warna yang ditampilkan dan jumlah komposisi tiap warna tersebut

4.

Eksperimenter meminta Testee memperhatikan warna apa saja yang tampak ketika alat diputar

5. 6.

Aktifkan alat dengan menekan tombol. Kemudian alat akan berputar dan warn-warna tersebut akan bercampur membentuk satu warna baru

7. 8.

Mintalah Testee menebak warna apa yang tampak pada saat alat diputar. Catat warna yang diperoleh atau dihasilkan dari adanya percampuran warna-warna terse

V.

Pencatatan Hasil Testee : Rini Warna yang

No 1 2 3

Warna I Hitam 75% Ungu 33,3% Kuning 33,3%


45

Warna II Putih 25% orange 33,3% Ungu 33,3%

Warna III Coklat33,3% Hijau 33,3%

dihasilkan Abu-abu Pink tua Kuning muda

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

4 5

Ungu 40% Ungu 50%

Kuning 25%

Hijau 60% Hijau 25%

Hijau tua Jingga

Testee

: Ghatit Warna yang

No 1 2 3 4 5

Warna I orange 33,3% Hijau50% Biru 33,3% Ungu 33,3% Hijau 50%

Warna II Biru 33,3% Merah 25% Kuning 33,3% Coklat 33,3% Kuning 50%

Warna III Hijau 33,3% Kuning 25% Merah 33,3% Hijau 33,3%

dihasilkan Abu-abu Kuning muda Coklat Muda Abu-abu Tua Hiju muda

Testee

: Ayu

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

46

Warna yang No 1 2 3 4 5 Warna I Kuning 33,3% Ungu 50% Orange 50% Kuning 33,3% Hijau 33,3% Warna II Biru 33,3% Biru 25% Biru 25% Coklat 33,3% coklat 33,3% Warna III ungu 33,3% Hijau 25% Ungu 25% Merah 33,3% Ungu 33,3% Pink Kuning Abu-abu dihasilkan Abu-abu Muda Ungu

VI.

Analisis Percobaan Susilaningsih menyebutkan bahwa persepsi lebih bersifat psikologis

dibandingkan dengan proses penginderaan. Dalam percobaan ini, dengan percampuran tiga warna dengan prosi yang berbeda-beda, melahirkan adanya kemungkinan menimbulkan banyak persepsi dalam percobaan ini, misalkan. (Susilaningsih, dkk. 2006). Tentu hal ini tidak lahir begitu saja tanpa adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, baik eksternal maupun internal. Faktor eksternal misalkan cahaya yang didapat. Sebab, warna yang kita lihat sebenarnya adalah spektrum cahaya yang kemudian dipantulkan oleh benda yang kemudian ditangkat oleh reseptor indera penglihatan untuk selanjutkan diinterpretasikan oleh otak

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

47

sebagai sebuah warna tertentu. Sedangkan faktor internal dalam percobaan ini adalah pengalamanpengalaman masa lalu subjek. Ketertarikan dan atau traumatik subjek terhadap sebuah warna, tentu akan memberikan persepsi yang berbeda dengan subjek lainnya. Begitu juga dengan pengetahuan yang di miliki setiap orang berbedabeda pada setiap warna yang di persepsikan ini di buktikan dengan percobaan yang telah dilaksanakan. Lantas, dalam percobaan ini, faktor mana yang memiliki pengaruh yang lebih dominan? Melihat susunan warna yang dicobakan terhadap tiga subjek, faktor internal memiliki pengaruh yang lebih besar. Hal ini dapat kita lihat dengan komposisi warna yang sama antarsubjek. Sehingga, yang perlu kita jawab adalah bagaimana mungkin, dengan objek yang berbeda, melahirkan persepsi yang berbeda? Sekali lagi, ini adalah persepsi tentang warna. Jadi, faktor internal dapat kita katakan memiliki pengaruh yang lebih besar daripada faktor eksternal. Untuk melahirkan kesimpulan yang lebih mendekati kebenaran, pertanyaan selanjutnya yang perlu kita (cari) jawab(-annya) adalah, apakah faktor jenis kelamin memerikan pengaruh juga dalam percobaan ini? Sebagaimana kita pahami, bahwa susunan indera penglihatan antara lakilaki dan perempuan tidak memiliki perbedaan, sehingga terlepas dari faktor internal, objek yang sama dengan subjek yang berbeda (dalam hal ini jenis kelamin) akan melahirkan persepsi yang sama. Oleh karena itu, dapat kita tarik kesimpulan bahwa faktor jenis kelamin tidak memiliki pengaruh terhadap persepsi.
48

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

Dari komposisi warna warna yang seimbang yang lebih didominasi oleh warna yang lebih terang . kemudian persepsi dan pengetahuan setiap testee berbeda antara yang satu dengan yang lain ini di buktikan pada saat setelah percobaan berlangsung. Dalam percobaan ini terbukti bahwa faktor internallah yang memiliki pengaruh lebih besar dari pada faktor eksternal. Faktor internal yng dimaksud di sini setidaknya ada dua. Pertama, kondisi emosi dan pengalaman-pengalaman yang didapat di masa sebelumnya. Kedua, kondisi fisik subjek pada saat percobaan. Karena, boleh jadi, antara mata normal dan yang kurang normal melahirkan persepsi yang berbeda.

VII.

Referensi Ganong, W.F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 20). Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC Yulia Fitriani. 2004. Laporan Praktikum Psikologi Faal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

49

Yogyakarta, 28 Mei 2011 Praktikan,

Harits Afapika 08710103 Asisten: Fitra Annisa 1. Nama Mahasiswa 2. NIM 3. Nama Percobaan 4. Tanggal Percobaan 5. Nama Assiten : Harits Afapika : 08710103 : Sistem Kerja Saraf : 27 April 2010 : Fitra Annisa

A. SISTEM KERJA SARAF I. Tujuan Percobaan Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa dapat lebih memahami sistem saraf manusia beserta fungsi-fungsinya. II. Dasar Teori Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan mahkluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungan luar maupun dalam.
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

50

Sistem saraf

bersama-sama dengan sistem endokrin melakukan

sebagian terbesar fungsi pengaturan untuk tubuh yang cepat, seperti kontraksi otot, peristiwa visceral yang berubah dengan cepat, dan bahkan kecepatan sekresi. Sistem saraf bersifat khasdalam hal kerumitan tindakan pengaturan yang dapat dilakukannya. Ia menerima ribuan informasi kecil dari berbagai organ sensoris dan kemudian mengintegrasikannya untuk menentukan reaksi yang harus dilakukan tubuh. Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi(SST). Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakan, bertugas memproses informasi sensoris, dan

mengintegrasikannya dengan pengalaman untuk dapat member komando pada motorik agar bereaksi secara cepat. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas resptor sensorik dan efektor motorik. Reseptor sensorik terletak pada organ dan bertugas mendeteksi perubahan lingkungan luar dan dalamtubuh, serta mengkomunikasikannya pada SSP melalui saraf sensorik aferen. Reseptor motorik terletak diotot skelet, otot polos, dan kelenjar. Sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Bagian somatis yang bekerja sama untuk otot skelt, bagian otonom bekerja bagi efektor visera. Meski ada perbedaan antara keduannya dalam hal keluaran saraf dan organ targetnya, namun keduanya bekerja sama sebagaiu sensor tepid an beberapa pusat SP. 1. Sistem Saraf Pusat A. Otak

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

51

Otak merupakan bagian SSP yang berada diatas korda spinalis /medulla. Strukturnya berkaitan dengan fungsi vital somatik, otonomik dan refleks, yaitu suatu fungsi vegetatif agar manusia dapat bertahan hidup dan memelihara kehidupannya. Struktur anatomi otak dari luar kedalam : rambut yang dapat berfungsi untuk mencegah trauma-trauma terhadap kepala; -- kulit kepala:--tulang tengkorak yang terdiri dari lapisan sebelah luar dan sebelah dalam. Otak diselubungi oleh lapisan pembungkus yang disebut meninges yang berfungsi seperti bantalan (shock absoker) yang memisahkan bagian dalam tengkorak dengan otak. Lapisan pembungus otak terdiri dari: Duramater, merupakan lapisan yang paling keras dan lapisan otak setelah tulang tengkorak Ruang arachnoid, tempat cairan otak Piameter, merupakan lapisan yang paling dekat dengan otak Lapisan lapisan tersebut berperan sangat penting karena selain mengandung pembuluh darah dan saraf-saraf, juga berfungsi sangat kuat melindungi otak. Berdasarkan letaknya, otak dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu: otak depan (forebrain), otak tengah (midbrain), otak belakang (hindbrain) a. Otak depan (fore brain)

Ada 2 bagian penting ; yaitu telencephalon/ otak besar dan diencephalon. Otak besar merupakan pusat pengendali kegitan tubuh yang disadari. Otak besra dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri. Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemisfer.
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

52

Otak besar belahan mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangakan otak sebelah kiri mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan. Otak besar (cereberum) terdiri dari dua lapisan hemisfer (cereberi) yaitu kiri dan kanan. Otak besar terdiri atas korteks dan subkorteks, dan masing-masing korteks terbagi menjadi empat bagian(lobus). Kedua hemisfer kiri dan kanan dihubungkan oleh serabut padat : korpus kolosum. Korteks sereberi adalah bagian otak yang terdiri atas sel saraf dengan ketebalan kirakira 5mm yang menyelubungi seluruh bagian otak besar. Area terbesar dari korteks terdiri atas lekukan dan tonjolan. Hemisfer sereberi dibawah korteks merupakan massa serabut saraf. Otak manusia paling berkembang

hemisferium serberinya dibanding makhluk lainnya. Setiap hemisfer dibagi atas empat lobi(bagian): 1. Lobus frontalis(primary motor), terletak paling depan , yang bekerja untuk memproses belajar, merancang , psikologi. Lobus ini berfungsi untuk memproses montorik

termasuk bahasa 2. Lobus parietalis (somatosensory). Ini bekerja khusus untuk sensori somatic (missal

sensibilitas kulit) dan peran asosiasinya, beberapa areanya penting untuk proses

kognitif dan intelektual.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

53

3.

Lobus oksipilitas (visual cortex), terletak paling belakang , ini merupakan area

pengoprasian penglihatan. 4. Lobus temporalis (auditory cortex) disekitar telinga. Ini merupakan pusat pendengaran dan asosiasinya, beberapa pusat bicara,pusat

memori. Bagian anterior dan basal lobus temporalis penting untuk indera penghirup dan fungsi yang berkaiatan dengan sistem limbik. Diancephalon sendiri tertanam diantara 2 belahan otak di mana bagian terpentingnya adalah : thalamus & hipotamalus. Hipotamalus mempunyai beberapa pusat untuk mengatur keseimbangan internal(homeostatis), termasuk suhu tubuh, kadar gula darah, lapar, dan kenyang, perilaku seksual dan hormone. Thamalus, suatu struktur kompleks tempat integrasi sinyal sensori dam memancarkannya ke struktur otak diatasnya, terutama ke korteks sereberi. Thalamus juga berperan dalam mengendalikan gerak montorik dan eksitasi korteks. b. Otak tengah (Midbrain) Di otak tengh ini(mesensefalon) terdapat corpus callosum, ada batang otak, dan yang lain-lain yang memang letak posisinya di tengah-tengah otak. Otak tengah merupakan saraf penghubung antara hamparan sel di permukaan otak, penghubung beberapa otak yang lain sampai kebawah ke organ-organ tubuh manusia. Dari atas ke bawah menghubungkan motorik, dan dari bawah keatas menghubungkan sensorik. Corpus collosum ini sendiri terdiri dari
54

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

serabut-serabur neuron koneksitas antara otak kiri dengan otak kanan. Di otak tengah terbentang kabel koneksi utama sistem saraf. Otak tengah ini vital sekali menjadi efektor (penghubung) otak kanan yang mengkontrol tubuh sebelah kiri begitu juga sebaliknya. Otak kita ini terdiri dari kumpulan sel yang berjumlah 100 miliar. Kumpulan sel ini saling terkoneksi lewat kabel itu yang disebut otak tengah. Isinya serabut-serabut yang begitu banyak, yang dari atas kebawah yaitu sistem untuk bergerak dan dari bawah keatas itu sistem sensor dari semua panca indera kita disalurkan ke otak, yang kemudian diinterprestasikan oleh otak kita. Secara spesifik di struktur otak tengah ini ada bagian yang diaktivasi dan muncullah perubahan signifikan yang terjadi dengan organ tersebut. Corpus collosum adalah pembatas struktur itu yang membatasi otak kiri dan kanan. Struktur corpus callosum isinya serabut-serabut kabel yang menjadi penghubung sel-sel yang terhampar di permukaan otak kiri dan kanan. Corpos collosom inilah yang diyakini diaktivasi sehingga membuka jalur pembatas kedua otak ini menjadi serabu koneksi yang lebih banyak.pembukaan jalur pembatas otak kiri dan kanan inilah yang membuat tidak lagi otak kiri dan kanan bekerja secara terpisah-pisah tapim menyatu sinergi seimbang. c. Otak belakang (Hind Brain) Otak belakang terdiri atas pons, cerebellum, dan medulla. Pons berfungsi untuk mengatur inhibisi pusat pernafasan, pons dan cerebellum bersama-sama mengatur gerakan montorik. Menempati bagian belakang batang otak, melekat pada otak tengah, berfungsi untuk mengkoordinasi gerakan. Nuclei reticular dipons dan medulla merupakan pusat pengatur tidur

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

55

dan eksitasi struktur otak besar diatasnya. Cerebellum(otak kecil) menempati bagian belakang batang otak, melekat pada otak tengah, berfungsi untuk mengkoordinasi gerakan. Nuclei pusat montorik somatic di otak tengah mengatur gerakan waktu berjalan, postur tubuh, gerakan kepala dan bola mata. Pusat pengawasan system respirasi, kardivaskular dan pencernaan terletak di medulla, bagian otak yang paling primitive. Pons bertugas mengatur inhibitas pusat pernafasan, pons, dan cerebellum bersama-sama mengatur gerakan motorik. Nuclei retikulardi pons dan medulla, merupakan pusat pengatur tidur dan eksitasi struktur otak besar diatasnya. B. Sumsum Tulang Belakang (corda Spinalis) Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher samapai ruas tulang pinggang yang kedua. Pada dasarnya fungsi corda spinalis terbagi menjadi dua, yang pertama bertindak sebagai pusat saraf, mengintegrasi sinyal sensori yang datang dan mengaktifkan keluaran montorik secara langsung tanpa campur tangan otak, fungsi ini misalnya terlihat pada kerja reflex spinal, yang penting untuk melindungi tubuh dari bahaya dan menjaga pemeliharaan tubuh. Fungsi kedua adalah bertindak sebagai stasiun (pusat perantara saraf) antara saraf tepi dan otak, memproses dan mengintegrasikan sinyal sensorik. Sumsum tulang

belakang terbagi menjadi dua lapis yaitu lapisan luar berwarna putih dan lapiosan dalam berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut saraf bermylin(akson) dan lapisan dalam mengandung badan sel saraf(neuron), proseus, sinap diantara sel saraf. Di adalm sumsum tulang belakang terdapat

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

56

saraf sensorik, saraf montorik, dan saraf penghubung(interneuron), fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks. 2. Sistem Saraf Tepi Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar(otonom). System saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur oleh otak antara lain denyut jantung gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.

1.

Sistem saraf sadar (soamatik)

disusun oleh saraf otak yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakng, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari: a) Tiga pasang saraf sensori b) Lima pasang saraf motor c) Empat saraf gabungan sensori dan motor Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannnya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakansaraf otak yang paling penting.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

57

Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakng dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggul , dan satu pasang saraf ekor. Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut. 1) Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat sarf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma. 2) Pleksus brachilias mempengaruhi bagian tangan. 3) Pleksus jumbo yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki. 2. Saraf Otonom Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam system ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak disepanjang

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

58

tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendeksedangkan saraf parasimpatik

mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan. Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan nervus vagus bersama cabangcabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. III. Alat dan bahan 1. Alat peraga otak manusia 2. Narasi games

IV.

Jalannya Percobaan Praktikum akan dilaksankan dalam dua bagian. Bagian pertama

tentang otak(sistem saraf pusat), asisten akan menerangkan bagian-bagian yang terdapat pada otak menggunakan alat peraga yang telah disediakan. Penunjukan bagian-bagian otak tersebut disertai dengan fungsi-fungsi dari bagian tersebut. Asisten menerangkan kepada mahasiswa sampai mahasiswa paham. Setelah itu mahasiswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang jelas. Praktikum bagian kedua, mengenai sistem saraf tepi. Asisten menjelaskan materi saraf tepi beserta fungsinya. Mahasiswa diberikan

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

59

kesempatan untuk bertanya bagi yang kurang jelas. Selanjutnya asisten memberikan instruksi pada mahsiswa untuk berbaris atau melingkar dan memejamkan mata. Selanjutnya mahasiswa diminta untuk mengikuti instruksiinstruksi dari asisten. Mahasiswa menuliskan pengalamannya pada waktu game berlangsung ke dalam work sheet. Dilanjutkan dengan pembahasan bersama mengenai perasaan dan perubahan fisiologis tubuh hubungannya dengan system saraf tepi.

WORK-SHEET --For College Students of Faal Bagian Utama Otak

Tiga Benjolan 1. Forebrain :

Telencephalon.. Diencephalon.

2. Midbrain

Merensephalon. :

3. Hindbrain

Metencephalon
60

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

Mylencephalon

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

61

FOREBRAIN

1. Telencephalon A. Otak besar.. Fungsi nya: Merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari

Contoh/aplikasi: Berpikir untuk sesuatu hal

TELENCEPHALON (Otak besar)-

B. Lobus Frontallis (Primary motor)


LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

62

. Fungsi nya: Untuk proses belajar, merancang

Contoh/aplikasi: Kemampuan gerak, member penilaian , kemampuan bahasa

secara umum

C. Lobus Temporalis.. Fungsi nya: Sebagai pusat pendengaran &asosiasinya pada pusat Bicara, pusat memori

Contoh/aplikasi: Kemampuan pendengaran , pemaknaan informasi dan

Bahasa dalam bentuk suara

D. Lobus Parientelis Fungsi nya: Bekerja khusus untuk sensori somatik/ beberapa bagiannya penting untuk proses kognitif& intelektul

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

63

Contoh/aplikasi: Rasa tekanan, sentuhan,&rasa sakit

E. Lobus oksipitalisa... Fungsi nya: Berfungsi sebagai pengoperasian penglihatan

Contoh/aplikasi: Mampu melakukan interpreksi terhadap ditangkap oleh retina mata objek/ benda yang

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

64

System Limbik Komponen Utama a. Amigdala. Fungsi nya:

Sebagai area prilaku yng bekerja pada tingkat bawah sadar

Respon emosi

Contoh/aplikasi:

Kegiatan yang berhubungan dengan makan (mengunyah)

b. Korteks Limbik Fungsi nya:

Sebagai zona transisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal yang Dijalankan oleh sisa korteks otak Dilatasi pupil Sekresi

Contoh/aplikasi:

Meningkatkan &menurunkan frekuensi denyut jantung

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

65

2. Diancephalon c. Talamus.. Fungsi nya: Berperan dalam mengendalikan gerak montorik & eksistensi korteks

Contoh/aplikasi: orang tua dapat tidur nyenyak walaupun di luar rumah bising karena lalu lintas ramai, tetapi cepat terbangun mendengar rengekan kecil bayi mereka

d. Hipotamalus Fungsi nya: Untuk mengatur keseimbangan intenal

Contoh/aplikasi: Mengontrol suhu tubuh Mengontrol asupan makanan Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

66

MIDBRAIN

3. Mesencephalon Tectum & tegmentum Fungsi nya: Berfungsi dalam penglihatan, pendengaran , &pergerakan mata

Contoh/aplikasi: Mewarnai suatu gambar Mendeteksi penyakit Menerima sinyal firasat

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

67

HINDBRAIN

4. Metencephalon a. Pons.. Fungsi nya: Untuk mengatur inhibitasi pusat pernafasan

Contoh/aplikasi: Ketika kita dalam keadaan tidur

b. Cerebellum Fungsi nya: Untuk mengkoordinasi gerakan

Contoh/aplikasi: Mengatur sikap/posisi tubuh Mengkontrol keseimbangan Gerakan saat menulis

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

68

5. Mielencephalon c. Medulla.. Fungsi nya: Pusat pengatur tidur dan eksitasi struktur otak besar

Contoh/aplikasi: Sirkulasi darah pencernaan pernafasan

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

69

System Saraf Tepi (system saraf Otonom)

Review Pengalaman Pada saat praktikum dimulai mahasiswa diminta untuk berdiri dan membentuk suatu lingkaran kecil dan memejamkan mata, dengan catatan yang dipegang oleh asisten harus menjawab pertanyaan yang diajukan, yang terjadi adalah jantung Berdenyut dengan cepat, kaget dan berkeringat

System Saraf yang Bekerja Saraf otonom -- simpatik

Fungsi Mengatur aktivitas yang tidak dapat diatur oleh otak

Contoh/aplikasi lain Otak tidak dapat mengatur kegiatan pada jantung karena jantung itu sendiri berdenyut tanpa kita sadari akan tetapi dapat dirasakan selain itu pada saat kita berkeringat otak juga tidak dapat mengatur kapan keringat itu keluar.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

70

V.

Referensi

Guyton, Arthur, C. (1996). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Mader, S. (2001). Understanding Human Anatomy & Phsyiology. McGrawHill Higher Education. Mardiati, Ratna.(1996). Susunan Saraf Otak Manusia. Jakarta: CV Sagung Seto. Nietzel, TM and Benstein, A D. (1984). Introduction to clinical Psychology. New Jersey:Prentise Hall. Pasiak, Taufik. (2004). Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Quran. Penerbit: Mizan Siregar, Harris., dkk. (1995). Neuro Fisologis. Edisi Ketiga. Bagian Ilmu Faal. Fakultas Kedokteran Unhas Ujung Pandang

Yogyakarta, 13 juni 2011 Praktikan,

Harits Afapika 08710103 Asisten: Fitra Annisa

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

71

1. Nama Mahasiswa : Harits Afapika 2. NIM : 08710103

3. Nama Percobaan : Vital Capacity 4. Tanggal Praktikum: 11 juni 2010 5. Nama Asisten : Fitra Annisa
A. VITAL CAPACITY

I. Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini dilakukan antara lain: 1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang sistem pernapasan pada manusia. 2. Agar mahasiswa mengetahui tentang pentingnya mengukur kapasitas bernapas pada manusia. 3. Agar mahasiswa mampu mengukur kapasitas bernapasnya.
II. Dasar Teori

1. Pengertian Kapasitas pernapasan adalah adalah kriteria untuk mengukur jumlah kekuatan yang digunakan oleh paru-paru. 2. Sistem Pernapasan pada Manusia Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung faring trakea bronkus paru paru (bronkiol dan alveolus).

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

72

a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis) Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung. Rongga hidung berlapis selaput lendir yang di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Di dalam rongga hidung juga terdapat rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara dan konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. b. Kerongkongan (Faring) Udara dari rongga hidung masuk ke kerongkongan (faring). Faring merupakan percabangan saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring terdapat tekak (laring) yaitu tempat terletaknya pita suara. Jadi udara yang masuk melalui faring menyebabkan pita suara bergetar dan timbulah bunyi suara kita. c. Batang Tenggorokan (Trakea) Batang tenggorokan adalah sebuah pipa mulai dari belakang hidung dan mulut turun ke paru-paru dengan panjang + 10 cm, mempunyai 20 gelindingan berbentuk C yang terbuat dari tulang rawan yang menempel pada dindingnya sehingga membuatnya terbuka seperti selang penyedot debu (Parker, 2004). Dinding tenggorokan tipis dan kaku. Pada bagian dalam rongga terdapat siliasilia yang berfungsi menyaring benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

73

d. Cabang Tenggorokan (Bronkus) Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bagian, yaitu kanan dan kiri yang di sebut dengan bronkus. Perbedaannya dengan trakea adalah pada tulang rawan bronkus yang tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. e. Paru-paru (Pulmo) Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri dari tiga lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri dari dua lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput tipis yang disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan ini berasal dari plasma darah yang masuk eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeable terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastis, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastik dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter + 1 mm dengan dinding yang makin menipis disbanding
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

74

bronkus. Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epithelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantung kecil yang salah satunya sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan. (M. Hasanah, dkk., 2010).

III. Alat dan Bahan

1. Satu set alat Vital Capacity Meter. 2. Blangko Pencatatan/ Blank Sheet. 3. Alat tulis. 4. Kapas dan alkohol (tisu basah).
IV. Jalannya Percobaan

1. Melakukan prosedur peminjaman alat pada laboran. 2. Mempersiapkan alat. 3. Mencatat jenis kelamin, usia, dan tinggi badan praktikan. 4. Mempersilahkan praktikan untuk berdiri di depan alat. 5. Menghubungkan sensor ke badan utama menggunakan tali sensor. 6. Menyalakan sumber tenaga, kemudian terlihat O. 7. Menyertakan corong ke mulut sensor.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

75

8. Menginstruksikan pada praktikan, bahwa praktikan harus menarik napas sedalam mungkin kemudian menghembuskannya sekuat mungkin melalui corong mulut yang ditempel erat-erat pada wajahnya. 9. Menyerahkan corong mulut ke praktikan. 10. Menekan tombol START. 11. Mempersilahkan praktikan untuk melakukan pengukuran. 12. Menunggu pengukuran berhenti secara otomatis. 13. Menekan tombol RESET. 14. M enekan tombol F atau M, sesuai dengan jenis kelamin subjek, 1 akan terlihat jika tombol M (Male) ditekan. 2 akan terlihat jika tombol F (Female) ditekan. 15. Menekan tombol CHECK. 16. Menekan tombol CHECK setelah memasukkan figure yang sesuai dengan umur. 17. Menekan tombol CHECK setelah memasukkan figure yang sesuai dengan tinggi badan. 18. Melihat dan mencatat hasil standar nilai kapasitas bernapas. 19. Mengucapkan terima kasih pada praktikan. 20. Melakukan prosedur pengembalian alat pada laboran.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

76

V. Pencatatan Hasil No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Name Gathit Eka Rahmy Fahmi Haris Malihah AGT Nanda Susi Ayu Rini Sex F F F M M F F F F F F Age 18 18 18 22 20 19 19 19 21 19 25 Height 158 150 148 172 179 156 160 160 164 155 160 Standard 3,15 2,99 2,99 4,32 4,54 3,09 3,17 3,17 3,22 3,07 3,08 Measurement Ratio 1,78 56,5% 1,42 47,4% 1,32 44,7% 4,44 102,7% 4,06 89,4% 1,98 64,0% 1,21 38,1% 1,03 32,4% 1,54 47,8% 1,12 36,4% 1,43 46,4%

VI. Analisis Percobaan Setelah dilakukannya percobaan dengan menggunakan vital capacity meter, maka kita mengetahui bahwa kapasitas pernapasan manusia itu berbeda-beda. Perbedaan tersebut terjadi karena: 1. Usia Seorang bayi dengan orang dewasa memiliki standar kapasitas yang berbeda. Orang dewasa cenderung memiliki standar kapasitas yang tinggi. Ini dikarenakan orang dewasa memiliki volume paru-paru yang lebih besar daripada paru-paru bayi, sesuai dengan seberapa besar kebutuhan stok udara yang dibutuhkan yang berkembang bersama usia

perkembangan yang dialami. 2. Jenis Kelamin Jika kita lihat hasil pada tabel di atas, jelas, laki-laki melahirkan nilai yang labih besar daripada perempuan. Hal ini dikarenakan dalam bernapas membutuhkan kekuatan otot. Otot pernapasan yang utama

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

77

adalah diafragma yang berbentuk kubah di bagian bawah dada (Parker, 2004). Otot pernapasan laki-laki kebanyakan lebih kuat daripada perempuan, sehingga standar dan hasil pengukuran menunjukan perbedaan ini. 3. Semangat Orang yang memiliki tingkat semangat yang tinggi cenderung akan mencapai hasil dengan prosentase (ratio) lebih tinggi daripada orang dengan semangat yang rendah. Karena semangat juga memberikan pengaruh pada tenaga yang dijalankan untuk bernapas dalam percobaan ini. 4. Postur Tubuh Orang dengan postur tubuh yang yang lebih tinggi dan besar cenderung akan mencapai hasil dengan prosentase (ratio) lebih tinggi daripada orang yang memiliki postur tubuh yang lebih kecil. Ini dikarenakan volum paru-paru orang dengan postur tubuh yang lebih besar dan tinggi lebih besar daripada orang yang memiliki postur tubuh yang lebih kecil. 5. Suasana Hati Orang dengan suasana hati yang lebih baik cenderung akan mencapai hasil dengan prosentase (ratio) lebih tinggi daripada orang yang memiliki suasana hati yang lebih jelek. 6. Orang dengan keadaan yang lebih sehat cenderung akan mencapai hasil dengan prosentase (ratio) lebih tinggi daripada orang dengan

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

78

kondisi fisik yang kurang baik. Dengan adanya data di atas, setidaknya kita dapat pahami bahwa setiap manusia memiliki beberapa perbedaan yang di sebagian kecil dan sebagian lain (lebih) besar. Untuk memahami ini lebih lanjut, ambillah sebagai contoh perbandingan antara hasil percobaan pada testee pertama dengan testee keenam. Kendati kesimpulan ini sangat dini untuk ditarik, tapi setidaknya hal ini dapat mengantarkan pemahaman yang lebih mendekati pada apa yang dimaksud. Namun, dengan data yang sedikit dan ini merupakan pengalaman pertama orang-orang yang terlibat dalam percobaan ini, sehingga kesimpulan yang diambil tidak dapat dilakukan dengan maksimal.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

79

VII. Referensi Vital Operation Manual. Japan : Takei Scientific Co.Ltd. http://www.free.vism.org http://www.crayonpedia.org Maramis,Willi F.2005.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press. Guyton, Arthur C. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and Mechanism Of Disease. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC. Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Yogyakarta, 11 juni 2011 Praktikan,

Harits Afapika
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

80

08710103 Asisten: Fitra Annisa

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

81

1. Nama Mahasiswa : Harits Afapika 2. NIM : 08710103

3. Nama Percobaan : Heart Rate Monitor 4. Tanggal Praktikum : 11 juni 2010 5. Nama Asisten : Fitra Annisa B. HEART RATE MONITOR I. Tujuan Percobaan Tujuan Percobaan ini dilakukan antara lain: 1. Mengukur detak jantung atau heart rate ketika istirahat (resting), berolahraga (walking and running), dan pemulihan (recovery). 2. Mengukur nilai detak jantung atau Maximal Heart Rate Value (HRmax-p). 3. Mengukur Heart Rate Reserve (HRR). II. Dasar Teori Jantung dalam bahasa latin disebut juga dengan cor, adalah sebuah rongga-rongga organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama dalam 2008). sistem peredaran darah menurut

(www.id.wikipedia.org.,

Sedangkan

www.totalkesehatananda.com tahun 2008, jantung adalah pompa berotot di dalam dada yang bekerja terus menerus tanpa henti memompa darah ke seluruh tubuh, baik pagi dan malam, sejak kelahiran hingga kematian. Jantung berkontraksi dan relaks sebanyak 100.000 kali dalam sehari. Semua pekerjaan ini memerlukan suplai darah yang baik yang disediakan oleh pembuluh arteri koroner.
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

82

Fungsi dasar jantung adalah memompa darah merah yang kaya oksigen dan nutrisi melalui pembuluh besar ke seluruh tubuh. Ketika oksigen telah diserap oleh jaringan, maka pembuluh vena membawa balik darah yang berwarna biru dan mengandung sedikit oksigen ke jantung. Untuk dapat mencapai seluruh otot dan organ tubuh, darah harus dipompa dengan tekanan yang tinggi. Oleh karena itu otot jantung menuntut suplai darah yang sangat baik yang disediakan oleh arteri koroner dan cabang-cabangnya

(www.totalkesehatananda.com., 2008). Detak jantung merupakan indikator dari adanya fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Detak jantung merupakan jumlah bilangan denyut jantung per satuan waktu, yang dinyatakan dalam beats per menit (bpm). Ukuran detak jantung dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah usia dan jenis kelamin (www.polar.com., 2008). Ketika istirahat, ukuran detak jantung orang dewasa sekitar 70 bpm pada laki-laki dan 75 bpm pada perempuan. Detak jantung pada bayi sekitar 130-150 bpm, pada rata-rata anak-anak sekitar 100-130 bpm, pada remaja sekitar 90-110 bpm, dan pada usia dewasa sekitar 60-100 bpm. Dalam kondisi berlari (running), detak jantung kita bekerja sekitar 70%-75% dari HRmax, sedangkan saat berjalan (walking) jantung bekerja sekitar 5%-50% dari HRmax, dan saat pemulihan (recovery) jantung berdetak sekitar 50%-70% dari HRmax. HRmax atau detak jantung maksimal, yaitu bilangan tertinggi dari kontraksi jantung dalam satu menit, atau saat seseorang berada dalam kondisi fisik yang maksimal. Sedangkan Heart Rate Reserve (HRR) atau detak jantung cadangan, yaitu sebuah bentuk yang diganakn untuk menggambarkan perbedaan antara pengukuran seseorang atau prediksi detak jantung maksimal dan detak jantung

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

83

istirahat (www.wikipedia.org., 2008). III. Alat dan Bahan Heart Rate Monitor (Polar RS400) yaitu sebuah alat yang digunakan untuk mengukur detak jantung dalam satuan beats per minute (bpm). IV. Jalannya Percobaan

1. Testee dikumpulkan di sebuah lapangan atau ruangan luas 2. Testee diberi pengarahan maksud dan tujuan oleh tester mengenai praktikum yang akan dilaksanakan. 3. Testee dipanggil satu per satu untuk mencoba alat Heart Rate. 4. Tester memasangkan Polar Wearlink pada dada praktikan dan Polar RS400 pada tangan kanan praktikan dengan terlebih dahulu membasahi tali Polar Wearlink menggunakan air. 5. Tester mengatur setting user: weight, height, birthday, sex, dan activity sesuai dengan karakteristik praktikan yang menggunakan Polar RS400. 6. Testee dipersilahkan berbaring (lie down) kemudian tester mulai menjalankan feature fitness test pada Polar RS400 dan hasilnya dicatat pada Blank Sheet. 7. Testee dipersilahkan berbaring (lie down) kemudian tester menjalankan feature free Exercise test pada Polar RS400 dan hasilnya dicatat pada Blank Sheet. 8. Testee dipersilahkan untuk jalan santai selama satu menit kemudian hasilnya dicatat pada Blank Sheet. 9. Testee dipersilahkan berlari kencang (running) selama dua menit kemudian hasilnya dicatat pada Blank Sheet.
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

84

10. Testee dipersilahkan untuk berbaring kemudian hasilnya dicatat pada Blank Sheet. 11. Testee dipersilahkan untuk berbaring kemudian menjalankan feature optimizer. Testee dipersilahkan untuk mengikuti instruksi Polar RS400 yaitu tiga menit berbaring (lie down) dan tiga menit selanjutnya berdiri (stund up) kemudian hasilnya dicatat pada Blank Sheet. V.Pencatatan Hasil Data subjek: Nama Jenis kelamin Berat Tinggi Tanggal lahir : Haris : Laki-laki : 64Kg : 179 cm : 24 desember 1990

1. Maximum heart rate value (HRmax-p) HRmax-p = HRmax Age HRmax-p = 220 20 = 200 2. Heart Rate Reserve (HRR)

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

85

HRR = HRmax HRrest (setelah beraktifitas) = 220 119 = 101 NO Actifity 1. 2. 3. 4. Rest Walking Fast Running Recovery Heart Rate (Bpm) 89 130 172 3

3. V02

: 63

4. Value of Recovery : 3 5. Recovery State : Training efek

a. HRrest b. HRpeak c. HRstand

: 119Bpm : 149 Bpm : 134 Bpm

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

86

VI.Analisis Percobaan Berdasarkan dengan percobaan yang telah dilakukan dengan

menggunakan alat pengukur Polar RS400 dapat diambil kesimpulan bahwa jantung berdetak semakin cepat ketika tubuh semakin melakukan aktifitas yang berat. Dalam percobaan tersebut orang yang berbaring, berdiri, berjalan, dan berlari terdapat perbedaan detak jantung. Semakin rendah HRrest yang dimiliki seseorang, semakin bagus pula kerja jantungnya. Hal ini menandakan bahwa jantung testee lebih cepat beradaptasi dengan kondisi tubuh. Hal tersebut dikarenakan testee sering berolahraga atau memiliki pola hidup yang sehat.Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah kondisi sekitar saat percobaan berlangsung. Akan tetapi, faktor ini tidak memiliki pengaruh yang berarti, karena testee yang merasa biasa-biasa saja saat percobaan. Sehingga, boleh dikatakan percobaan ini lebih berhasil sesuai dengan procedural meskipun dengan sedikit kendala dalam prosesnya.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

87

VII.Referensi Atkinson, dkk. 1991. Pengantar Psikologi. Batam: Intra Aksara Ganong, W.F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 20). Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC www.polar.com/RS400.html. 2008. www.totalkesehatananda.com/jantung www.id.wikipedia.org/heartrate.html.2008. www.wikipedia.org/heartratemonitor.html. 2008.

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

88

Yogyakarta, 11 Juni 2011 Praktikan,

Harits Afapika 08710103 Asisten: Fitra Annisa

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

89

You might also like