You are on page 1of 7

HAL-HAL YANG TERJADI DALAM PERSIDANGAN

Makalah Ini Diajukan Sebagai Syarat Untuk Ujian Pada Mata Kuliah Hukum Acara Peradilan Agama

D I S U S U N

OLEH ZAINI YAZID HRP 220708417

PERBANDINGAN HUKUM DAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2011

A. PENGERTIAN SIDANG Sidang adalah suatu pertemuan formil yang terdiri dari beberapa orang atau kelompok guna membicarakan suatu masalah dan berupaya mencari jalan keluar yang diwujudkan dalam suatu keputusan yang disepakati bersama-sama oleh para peserta sidang dan telah disahkan oleh pimpinan sidang1. Manfaat sidang antara lain: - memberikan jalan keluar yang disepakati bersama - melatih kedewasaan dalam memberikan pendapat - melatih untuk menghormati pendapat orang Iain Tujuan sidang antara lain : - mencari jalan keluar atas masalah yang terjadi - mencari kesepakatan bersama bagi peserta sidang Esensi pembahasan antara sidang, rapat, dan musyawarah mempunyai arti yang sama yaitu membahas suatu masalah akan tetapi fungsi dan kegunaanya sangat berbeda yaitu terletak pada pokok bahasan yang dipermasalahan serta mekanisme yang digunakan.

B. BENTUK PEMBAGIAN SIDANG DAN FUNGSI Dalam kondisi realnya sidang dapat dibagi menjadi beberapa katagori tertentu yaitu: siadang paripurna, sidang pleno dan sidang komisi. Sidang Paripurna Sidang paripurna adalah sidang yang dihadiri oleh semua jajaran/staf suatu organisasi atau lembaga yang diadakan sesuai dengan masa jabatan yang telah ditentukan. Fungsi sidang paripurna: a. Mendengar dan mensyahkan suatu laporan pengurus yang telah usai jabatan. b. Menyatakan demisioner pengurus pada periode bersangkutan. c. Mensyahkan anggaran dasar dan rumah tangga.
Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Imunitas Kedaulatan Negara di Forum Pengadilan Asing, Alumi, Bandung, 1999, hlm. 27.
1

Sidang Pleno Sidang pleno adalah sidang yang dihadiri oleh semua pengurus suatu organisasi. dan sekurang kurangnya dilakukan 3 (tiga) bulan sekali. Fungsi sidang pleno: a. Mengambil kebijakan-kebijakan yang mendasar pada tubuh organisasi. b. Menyusun dan merevisi program kerja. c. Mendengarkan dan membahas laporan ketua-ketua departemen. Sidang komisi Sidang komisi adalah sidang yang dihadiri oleh ketua komisi, ketua bidang dan seluruh pengurus yang bersangkutan dan dilakukan sesuai dengan kabutuhan. Fungsi sidang komisi: a. Menunjuk dan menetapkan pelaksanaan program. b. Menyusun langkah dan strategi untuk melakukan kebijakan yang telah ditetapkan.

C. HAL-HAL YANG MUNGKIN TERJADI DALAM SIDANG.

a. EKSEPSI Eksepsi adalah sanggahan terhadap suatu gugatan atau perlawanan yang tidak mengenai pokok perkara/pokok perlawanan dengan maksud untuk menghindari gugatan dengan cara agar hakim menetapkan gugatan tidak di terima atau ditolak2. Eksepsi diatur dalam pasal 136 HIR/pasal 162 RBg. Pasal 125 (2), 160-162 RBg, dan pasal 356(4) RV. Tergugat yang mengajukan eksepsi disebut excipien. Ada dua macam eksepsi yaitu:
Rosalyn Higgins, Problem and Process International Law and How We use it, Oxford University Press, England 1994, hlm. 246.
2

a) Prosesual eksepsi (eksepsi formil), yaitu eksepsi yang berdasar hukum formil (acara/proes), yang meliputi : 1) Eksepsi tidak bewenang secara absolute 2) Eksepsi tidak berwenang secara relatiif 3) Eksepsi Nebis in idem (eksepsi van gewisde zaak) 4) Eksepsi diskwalifikator 5) Eksepsi gugatan kabur b) Materil eksepsi, yaitu eksepsi berdasarkan hukum materiil, yang meliputi : 1) Dilatoir eksepsi 2) Prematoir eksepsi Eksepsi terhadap kompetensi relative harus diajukan pada sidang pertama bersama-sama dengan pengajuan jawaban pokok perkara. Menurut Wiryono Projodikoro boleh tidak disertai jawaban pokok perkara. Apabila eksepsi ini tidak disetujui maka perkara diperiksa dan diputus bersama-sama pokok perkara. Upaya hukum terhadap putusan eksepsi ini dapat dilakukan hanya bersama-sama putusan perkara. Tetapi jika eksepsi ini disetujui maka gugatan pengguggat dinyatakan tidak diterima dan pemeriksaan terhadap pokok perkara dihentikan. Bagi pihak yang tidak puas dengan putusan eksepsi relative dapat mengajukan banding. Eksepsi terhadap kompetensi absolute dapat diajukan selama proses pemeriksaan sidang, baik di tingkat pertama maupun pada tingkat banding dan dapat diajukan tersendiri di luar putusan akhir. Apabila eksepsi terhadap kewenangan ini diterima, maka hakim akan menjatuhkan putusan sebagai berikut : Mengabulkan eksepsi tergugat. Menyatakan bahwa eksepsi tergugat adalah tepat dan beralasan. Menyatakan pula bahwa Pengadilan agama..tidak berwenang mengadili perkara tersebut. Menghukum penggugat untuk membayar biaya dalam perkara ini yang hingga ini diperhitungkan sebanyak. Putusan tersebut merupakan putusan akhir daan dapat dimintakan banding/kasasi.

b. SITA JAMINAN Sita jaminan adalah penyitaan yang dilakukan oleh pengadilan atas barang bergerak atau tidak bergerak, milik penggugat atau tergugat untuk menjamin adanya tuntutan hak dari pihak yang berkepentingan atau pemohon sita. Penyitaan ini merupakan tindakan persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan perdata. Barang-barang yang disita untuk kepentingan penggugat dibekukan, berarti bahwa barang-barang itu disimpan untuk jaminan dan tidak boleh dialihkan atau dijual (ps. 197 ayat 9, 199 HIR, 212, 214 Rbg). Tujuan dari sita jaminan tersebut adalah untuk menjamin apabila gugatan dikabulkan atau dimenangkan, putusannya dapat dilaksanakan sehingga penggugat dapat menikmati kemenangannya sebab ada kemungkinan bahwa pihak lawan atau tergugat, selama sidang berjalan, mengalihkan harta kekayaannya kepada orang lain. Selain itu, untuk menjaga agar gugatannya nanti tidak illussoir (putusan hampa). Permohonan sita jaminan yang dikabulkan, lalu dinyatakan sah dan berharga (van waarde verklaard) dalam putusan. Sita jaminan ini tidak meliputi seluruh harta kekayaan tergugat tetapi hanya barang tertentu saja yang dilakukan oleh pihak penggugat. c. INTERVENSI Dalam suatu proses pemeriksaan perkara sangat dimungkinkan masuknya pihak ketiga ke dalam proses pemeriksaan. Masuknya pihak ketiga ini disebut intervensi. Intervensi yaitu suatu aksi hukum oleh pihak yang berkepentingan dengan jalan melibatkan diri atau dilibatkan oleh salah satu pihak dalam suatu perkara perdata yang sedang berperkara perdata yang sedang berlangsung antara dua pihak yang sedang berperkara. Ada 3 (tiga) macam bentuk intervensi ini : 1. Tussenkomst (menengah). 2. Voeging (menyertai).

3. Vrijwaring (ditarik sebagai penjamin)3. 1. Tussenkomst Tussenkomt ialah masuknya pihak ketiga sebagai pihak yang berkepentingan ke dalam perkara perdata yang sedang berlangsung untuk membela kepentingannya sendiri oleh karena itu ia melawan kepentingan kedua belah pihak, (yaitu penggugat dan tergugat yang sedang berperkara). Dalam suatu perkara biasanya terdapat dua pihak yaitu penggugat dan tergugat dengan keterlibatan pihak ketiga yang berdiri sendiri dan membela kepentingannya sendiri. Maka pihak ketiga ini melawan kepentingan penggugat dan tergugat. Ciri-ciri tussenkomst : 1. Sebagai pihak ketiga yang berkepentingan dan berdiri sendiri. 2. Adanya kepentingan untuk mencegah timbulnya kerugian kehilangan haknya yang terancam. 3. Melawan kepentingan kedua belahh pihak yang berperkara.
4. Dengan memasukkan tuntutan terhadap pihak-pihak yang berperkara

(penggabungan tuntutan)4. Syarat tussenkomst : 1. Merupakan tuntutan hak. 2. Adanya kepentingan hukum dalam sengketa yang sedang berlangsung. 3. Kepentingan tersebut haruslah ada hubungannya dengan pokok sengketa yang sedang berlangsung. 4. Kepentingan tersebut haruslah ada hhubungannya dengan pokok sengketa yang sedang berlangsung. Kepentingan mana untuk mencegah kerugian atau mempertahankan hak pihak ketiga. 2. Voeging (menyertai) Yaitu suatu aksi hukum oleh pihak yang berkepentingan dengan jalan memasuki perkara perdata yang sedang berlangsung antara penggugat dan

Bryan A. Garner ed., Blacks Law Dictionary , Seventh Edition, Book 1, West Group, ST. Paul, Minn, 1999, hlm. 826. 4 Philip C. Jessup, A Modern Law of Nation An Introduction-, The MacMillan Company, New York, 1951, hlm. 172-173.

tergugat untuk bersama-sama tergugat dalam menghadapi penggugat atau bersama-sama si penggugat dalam menghadapi tergugat.

Ciri-ciri voeging : 1. Sebagai pihak yang berkepentingandan berpihak kepada salah satu pihak dari penggugat atau tergugat. 2. Adanya kepentingan hukum untuk melindungi dirinya sendiri dengan ialah membela salah satu yang bersengketa. 3. Memasukkan tuntutan terhadap pihak-pihak yang berperkara. Syarat voeging : 1. Merupakan tuntutan hak. 2. Adanya kepentingan hukum untuk melindungi dirinya dengan jalan berpihak kepada salah satu pihak. 3. Kepentingan tersebut harus ada hubungannya dengan pokok sengketa yang sedang berlangsung. 3. Vrijwaring Yaitu suatu aksi hukum yang dilakukan oleh tergugat untuk menarik pihak ketiga ke dalam perkara guna menjamin kepentingan tergugat dalam menghadapi gugatan penggugat. Ciri-ciri vrijwaring 1. Merupakan penggabungan tuntutan. 2. Salah satu pihak yang bersengketa (tergugat) menarik pihak ketiga ke dalam sengketa. 3. Keikutsertaan pihak ketiga, timbul karena dipaksa dan bukan karena kehendaknya.

You might also like