You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMETRI I AKURASI DAN PRESISI SERTA TAMPILAN DATA

Oleh : Sri Hartati F05108012 Kelompok 5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2010

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Di laboratorium dikenal dua istilah yang sering digunakan yaitu akurasi dan presisi, atau ketidaktepatan dan ketidakakuratan. Akurasi adalah yang berkaitan dengan kualitas data dan jumlah kesalahan yang terkandung dalam dataset. Akurasi menyatakan seberapa dekat nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya (true value) atau nilai yang dianggap benar (accepted value). Untuk menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya (Anonim, 2008). Presisi menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar deviasi yang kecil. Presisi menyatakan seberapa dekat nilai hasil dua kali atau lebih pengulangan pengukuran. Semakin dekat nilainilai hasil pengulangan pengukuran maka semakin presisi pengukuran tersebut (Anonim, 2007) Faktor-faktor presisi dan bias sangat ditentukan oleh terjadinya faktor-faktor kesalahan yang terjadi selama pengukuran. Akurasi dan presisi dapat bersumber dari individu yang melakukan pengukuran dan alat yang digunakan. Tiap individu memiliki keterampilan yang berbeda dalam melakukan pengukuran khususnya dalam menggunakan alat sehingga diperlukan latihan-latihan dalam meningkatkan akurasi dan presisi hingga hasil yang diperoleh mendekati hasil yang sebenarnya. Begitu juga alat memiliki tingkat akurasi dan presisi yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya (Tsividis, 2001). Apabila telah diperoleh suatu data, data pengamatan kemudian dianalisa sesuai dengan tujuan sehingga dapat membuat tampilan data menarik untuk dibaca. Cara sederhana analisis dari beberapa pengulangan data adalah dengan mencari mean, median, standar deviasi ataupun standar eror (Anonim, 2007). Untuk membuktikan hal ini, maka perlu dilakukan praktikum untuk menentukan akurasi, presisi dan melaporkan dengan pilihan tampilan data yang sesuai dengan projek. B. Permasalahan Adapun permasalahan dari praktikum kali ini yang akan dibahas adalah :
1. Berapa mean dan standar deviasi pada kedua kasus yang diberikan ditinjau dari individu

maupun alat yang digunakan?


2. Bagaimana presisi dan akurasi atas kedua kasus tersebut ditinjau dari individu maupun alat

yang digunakan?

3. Bagaimana hubungan antara presisi dan akurasi berdasarkan kedua kasus tersebut?

A. Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum kali ini adalah :


1. Menghitung mean dan standar deviasi pada kedua kasus yang diberikan ditinjau dari

individu maupun alat yang digunakan?


2. Mengetahui presisi dan akurasi pada kedua kasus yang diberikan ditinjau dari individu

maupun alat yang digunakan?


3. Mengetahui hubungan antara presisi dan akurasi berdasarkan kedua kasus tersebut.

BAB II

A. Dasar Teori Sebuah sistem pengukuran disebut valid jika kedua akurat dan tepat. Istilah hubungan istimewa adalah bias dan kesalahan. IIIIIjjstilah diterapkan untuk pengukuran tidak langsung, yaitu nilai diperoleh dengan prosedur komputasi dari data yang diamati.In addition to accuracy and precision, measurements may have also a measurement resolution , which is the smallest change in the underlying physical quantity that produces a response in the measurement. Selain akurasi dan presisi, pengukuran juga resolusi pengukuran, yang merupakan perubahan terkecil dalam besaran fisik dasar yang menghasilkan respon dalam pengukuran (Anonim, 2008). Keakuratan dan ketepatan proses pengukuran biasanya didirikan dengan berulang kali mengukur beberapa dilacak referensi standar.Such standards are defined in the International System of Units and maintained by national standards organizations such as the National Institute of Standards and Technology . Standar didefinisikan dalam Sistem
Internasional Satuan dan dipelihara oleh Institut Nasional Standar dan Teknologi. Hal ini

juga berlaku bila pengukuran yang berulang dan rata-rata (John, 1999). Akurasi dapat dikatakan menjadi kebenaran pengukuran, sementara presisi dapat diidentifikasi sebagai kemampuan untuk menyelesaikan perbedaan yang lebih kecil. Hal ini dapat dilihat pada

nilai 8. Nilai 8 berarti bahwa pengukuran telah dibuat dengan presisi 1 (alat ukur mampu mengukur hanya turun ke 1s tempat) sedangkan nilai 8,0 (meskipun secara matematis sama dengan 8) akan berarti bahwa nilai di tempat desimal pertama diukur dan ditemukan dengan nol. Nilai kedua adalah lebih tepat. Neither of the measured values may be accurate (the actual value could be 9.5 but measured inaccurately as 8 in both instances).Baik dari nilai yang terukur mungkin tidak akurat (nilai aktual dapat diukur 9,5 tetapi tidak akurat karena 8 dalam kedua kasus) (Hawai, 2007). Presisi adalah sifat yang menunjukkan ketepatan. Alat-alat presisi digunakan untuk melakukan pengukuran-pengukuran yang akurat dan tepat. Komponen-komponen presisi dibuat dengan mengikuti seperangkat standar yang akurat dan tepat. Di sisi lain, presisi didefinisikan sebagai proporsi dari positif sejati terhadap semua hasil yang positif.

(Anonim, 2007) Akurasi juga digunakan sebagai ukuran statistik dari seberapa baik suatu klasifikasi biner tes dengan benar mengidentifikasi atau mengecualikan suatu kondisi.

That is, the accuracy is the proportion of true results (both true positives and true negatives ) in the population.On the other hand, precision is defined as the proportion of the true positives against all the positive results (both true positives and false positives )

Didalam suatu pengukuran, standar deviasi dan standar eror biasanya juga dihitung. Standar deviasi adalah pengukuran yang digunakan secara luas keragaman atau keragaman yang digunakan dalam statistik dan teori probabilitas. Ini menunjukkan bagaimana atau variasi 'banyak dispersi 'ada dari rata-rata'. Sebuah standar deviasi rendah menunjukkan bahwa titik data cenderung sangat dekat dengan rata-rata, sedangkan standar deviasi yang tinggi menunjukkan bahwa data tersebut tersebar (Hawai, 2007). Rumus yang biasanya digunakan adalah

x = mean atau rata-rata nilai x i = apapun nilai tunggal N = jumlah total nilai-nilai yang diamati (Anonim, 2009) Standard error adalah deviasi standar sampel yang berarti lebih dari semua sampel yang mungkin (dari ukuran yang diberikan) yang ditarik dari populasi. Rumus dari standar error adalah

s = standar deviasi n = jumlah data Dari rumus tersebut dapat diketahui pula bahwa nilai standard error akan turun apabila ukuran sample diperbanyak dan standar deviasi dikurangi. Oleh karena itu, standar error dapat digunakan untuk menentukan dan mengontrol ukuran sample, hal ini berbeda dengan standar deviasi yang nilainya tidak dipengaruhi ukuran sample. Standar error dapat

menunjukkan bagaimana tingkat fluktuasi dari penduga. Standar error juga dapat diintepretasikan seberapa akurat penduga dalam menduga parameter (John, 1999).

BAB III METODOLOGI

A. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum adalah 1 buah pipet tetes, 1 buah pipet ukur, 1 buah gelas kimia, 1 buah timbangan, penggaris, 1 buah gelas arloji dan 50 buah ubin. Sementara bahan yang digunakan adalah air. B. Cara Kerja 1. Kasus 1 Alat dan bahan dipersiapkan. Gelas kimia diisi dengan air.

Timbangan dikalibrasi. Lima tetes air diteteskan ke gelas arloji yang telah berada di atas timbangan dengan menggunakan masing-masing pipet tetes dan pipet ukur.

Berat tetes air dari penggunaan pipet tetes dan pipet ukur dihitung. Pengulangan dilakukan hingga 5 kali.

Mean (rata-rata), standar deviasi dan standar error dihitung berdasarkan penggunaan alat dan individu,

1. Kasus 2 Alat dan bahan dipersiapkan.


Ukuran lebar dan panjang ubin diukur. Mean (rata-rata), standar deviasi dan standar error dihitung. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung standar deviasi dan error adalah :

Standar Deviasi

x = mean atau rata-rata nilai

x i = apapun nilai tunggal N = jumlah total nilai-nilai yang diamati

Standar Error

s = standar deviasi n = jumlah data


A. Prosedur Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara langsung dengan mengikuti cara kerja yang telah tertera di atas.

BAB IV DATA

A. Hasil Pengamatan Tabel 1. Penetesan Air dengan Menggunakan Pipet Tetes Nama Evy Kusmiati Riani Pitasari Sri Hartati

Mean (ml) 0,162 0,154 0,18 0,1653

Standar Deviasi (ml) 0,029 0,011 0,031 0,02367

Standar Error (ml) 0,01297 0,00492 0,01386 0,01058

*masing-masing individu dilakukan pengulangan 5 kali. Tabel 1 menunjukkan bahwa Evy Kusmiati mendapatkan mean sebesar 0,162 ml, standar deviasi sebesar 0,029 ml dan standar error sebesar 0,01297 ml dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Riani Pitasari mendapatkan mean sebesar 0,154 ml, standar deviasi sebesar 0,011 ml dan standar error sebesar 0,00492 ml dengan pengulangan sebanyak 5 kali pada penggunaan pipet tetes. Sri Hartati mendapatkan mean sebesar 0,18 ml, standar deviasi sebesar 0,031 ml dan standar error sebesar 0,01386 ml dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Tabel 1 menunjukkan bahwa penetesan air menggunakan pipet tetes mendapatkan mean sebesar 0,1653 ml, standar deviasi sebesar 0,2367 ml dan standar error sebesar 0,01058 ml yang dilakukan 3 individu dengan pengulangan masing-masing individu sebanyak 5 kali. Tabel 2. Penetesan Air dengan Menggunakan Pipet Ukur Nama Evy Kusmiati Riani Pitasari Sri Hartati

Mean (ml) 0,374 0,33 0,298 0,334

Standar Deviasi (ml) 0,0699 0,0436 0,03194 0,0485

Standar Error (ml) 0,0313 0,0195 0,0143 0,0217

*masing-masing individu dilakukan pengulangan 5 kali.

Hasil pengukuran pada tabel 2 menunjukkan bahwa Evy Kusmiati mendapatkan mean sebesar 0,374 ml, standar deviasi sebesar 0,0699 ml dan standar error sebesar 0,0313 ml dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Riani Pitasari mendapatkan mean sebesar 0,33 ml, standar deviasi sebesar 0,0436 ml dan standar error sebesar 0,0195 ml dengan pengulangan sebanyak 5 kali pada penggunaan pipet ukur. Sri Hartati mendapatkan mean sebesar 0,298 ml, standar deviasi sebesar 0,03194 ml dan standar error sebesar 0,0143 ml dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Tabel 2 menunjukkan bahwa penetesan air menggunakan pipet ukur mendapatkan mean sebesar 0,334 ml, standar deviasi sebesar 0,0485 ml dan standar error sebesar 0,0217 ml yang dilakukan 3 individu dengan pengulangan masing-masing individu sebanyak 5 kali. Tabel 3. Pengukuran 50 Ubin Mean (mm2) 872,47 Standar Deviasi (mm2) 3,26 Standar Error (mm2) 0,46

*pengukuran dilakukan oleh satu individu tanpa pengulangan Tabel 3 menunjukkan bahwa pengukuran 50 ubin menggunakan penggaris mendapatkan mean sebesar 827,47 mm2, standar deviasi sebesar 3,26 mm2 dan standar error sebesar 0,46 mm2. B. Pembahasan Secara umum akurat mencerminkan ketepatan suatu data. Jarang seseorang menyebut presisi untuk sesuatu data yang dianggap akurat. Presisi lebih dianggap sebagai sesuatu yang berbau teknis dan terkait dengan sistem pengukuran. Akurasi merupakan seberapa dekat suatu angka hasil pengukuran terhadap angka sebenarnya. Sementara presisi merupakan seberapa dekat suatu hasil pengukuran satu dengan yang lainnya (Anonim, 2008). Pada kasus 1 yaitu pengukuran penetesan dengan menggunakan pipet tetes (dapat dilihat pada table 1). Tabel tersebut memperlihatkan bahwa Evy memiliki akurasi tinggi dikarenakan kedekatan nilai mean yang diperoleh yaitu 0,162 ml mendekati nilai rata-rata mean yaitu 0,1653 ml dan presisi tinggi karena nilai yang diperoleh 0, 162 ml tidak berbeda jauh dengan nilai pengukuran Sari yaitu 0,154 ml dan Sri yaitu 0,18 ml, Sari memiliki akurasi yang rendah dikarenakan nilai mean yang diperoleh yaitu 0,154 ml berbeda jauh dengan nilai ratarata mean yaitu 0,1653 ml namun presisi tinggi karena nilai yang diperoleh tidak berbeda jauh dengan nilai pengukuran Sari yaitu 0,154 ml dan Sri yaitu 0,18 ml. Sementara Sri memiliki akurasi yang rendah dikarenakan nilai mean yang diperoleh yaitu 0,18 ml berbeda jauh dengan

nilai rata-rata mean yaitu 0,1653 ml dan presisi rendah dikarenakan nilai yang diperoleh yaitu 0,18 berbeda dengan pengukuran Evy yaitu 0,162 ml dan Sari yaitu 0,154 ml. Perbedaan hasil yang diperoleh disebabkan oleh ketelitian masing-masing individu dalam menggunakan alat. Standar deviasi yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 memperlihatkan bahwa Evy, Sari dan Sri memiliki nilai yang masing-masing secara berurutan yaitu 0,029 ml ; 0,011 ml ; 0,31 ml. Evy dan Sri memiliki akurasi yang rendah karena standar deviasi Evy yaitu 0,029 ml berbeda jauh dengan rata-rata standar deviasi yaitu 0,02367 ml namun presisinya tinggi karena nilai standar deviasi berdekatan. Sari memiliki akurasi dan presisi yang rendah karena nilai standar deviasi yang dimiliki yaitu 0,011 ml berbeda jauh dengan nilai pengukuran yang lain dan rata-rata standar deviasi. Semakin besar nilai standar deviasi yang dimiliki maka nilai penyimpangan akan semakin besar (Anonim, 2009). Dilihat dari nilai yang diperoleh masing-masing individu lebih kecil daripada nilai rata-rata standar deviasi penyimpangan dapat dikatakan kecil atau masih dapat diterima (Anonim, 2009). Melalui hasil standar deviasi maka akan diperoleh standar error. Hal ini dapat dilihat dari rumus yaitu : Standar Error = Standar deviasi/(banyaknya data) Ini menunjukkan bahwa nilai Standar Error bergantung pada standard deviasi dan banyaknya data. Dari rumus tersebut dapat diketahui pula bahwa nilai standar error akan turun apabila ukuran sample diperbanyak dan variasi atau standar deviasi contoh dikurangi. Oleh karena itu, standar error dapat digunakan untuk menentukan dan mengontrol banyaknya contoh, hal ini berbeda dengan standar deviasi yang nilainya tidak dipengaruhi banyaknya contoh (Hawai, 2007). Nilai standar error dapat dilihat pada tabel 1. Tabel ini menunjukkan bahwa Evy memperoleh nilai standar error 0,01297 ml dan Sri yaitu 0,01385 ml memiliki akurasi tinggi karena tidak berbeda jauh dengan nilai rata-rata standar error yaitu 0,01058 ml dan presisi yang tinggi karena tidak berbeda jauh dengan pengukuran yang lain. Sari memiliki standar error 0,00492 ml sehingga mempunyai akurasi dan presisi rendah karena nilai standar error berbeda jauh dengan rata-rata standar error dan nilai pengukuran yang lain. Standar error dapat mengukur variasi pengukur dan tingkat kesalahan dari suatu pengukuran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penetesan dengan menggunakan pipet tetes oleh tiga individu yang bereda dengan pengulangan hingga lima kali memiliki variasi pengukur yang rendah dan tingkat kesalahan yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya nilai yang diperoleh. Sementara pengukuran dengan pipet ukur diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 2. Untuk mean, Evy yang memperoleh 0,374 ml, Sari yaitu 0,33 ml dan Sri yaitu 0,298 ml memiliki akurasi dan presisi yang tinggi. Hal ini dikarenakan nilai yang diperoleh mendekati nilai rata-rata mean yaitu 0,334 ml dan nilai yang diperoleh berdekatan. maka nilai

Untuk nilai standar deviasi dapat dilihat nilainya pada tabel 2. Evy yang memperoleh nilai 0,699 ml dan Sri yang memperoleh nilai 0,03194 ml memiliki akurasi rendah karena nilainya berbeda jauh dengan nilai rata-rata standar deviasi yaitu 0,0485 ml namun presisi tinggi karena nilai yang diperoleh tidak berbeda jauh dengan pengukuran lain. Sari memiliki akurasi dan presisi yang tinggi karena nilai yang diperoleh mendekati nilai rata-rata standar deviasi dan nilai yang diperoleh tidak berbeda jauh dengan pengukuran lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa penyimpangan data yang terjadi sangat kecil. Nilai standar error dapat dilihat pada tabel 2. Evy dan Sari memiliki akurasi dan presisi tinggi karena nilai yang diperoleh secara berturut-turut yaitu 0,0313 ml dan 0,0195 ml mendekati nilai rata-rata standar error yaitu 0,0217 ml dan nilai yan diperoleh berdekatan. Sri memiliki akurasi rendah dikarenakan nilai yang diperoleh yaitu 0,0143 ml berbeda dengan nilai rata-rata standar error. Nilai standar error menunjukkan bahwa variasi pengukur terjadi kecil dan tingkat kesalahan kecil, hal ini dilihat dari nilai standar error yang kecil. Jika dibandingkan antara pipet tetes dan pipet ukur maka akurasi dan presisi yang dimiliki pipet tetes lebih baik karena memiliki akurasi dan presisi tinggi daripada pipet ukur karena memiliki akurasi rendah dan presisi tinggi. Penyimpangan variasi banyak terjadi pada pipet ukur yaitu 0,0485 ml daripada pipet tetes yaitu 0,02367 ml. Tingkat kesalahan banyak terjadi pada pipet ukur yaitu 0,0217 ml daripada pipet tetes yaitu 0,01058 ml. Pada kasus 2 didapatkan mean yaitu 872,46 ml dan standar deviasinya yaitu 3,26 ml. Jika dilihat dari 50 data menunjukkan bahwa akurasi tinggi namun presisi rendah. Hal ini dikarenakan ketepatan yang belum pas namun pola yang dibentuk tepat. Sementara standar error yang diperoleh adalah 0,46 ml. Ini membuktikan tingkat kesalahan yang terjadi kecil. Hubungan antara presisi dan akurasi adalah akurasi menyatakan seberapa dekat nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Jika tidak ada data bila sebenarnya maka tidak mungkin untuk menentukan berapa akurasi pengukuran tersebut. Presisi menyatakan seberapa dekat nilai hasil dua kali atau lebih pengulangan pengukuran. Semakin dekat nilai-nilai hasil

pengulangan

pengukuran

maka

semakin

presisi

pengukuran

tersebut.

a. Presisi dan akurasi tinggi; b. Presisi rendah, akurasi tinggi; c. Presisi tinggi, akurasi rendah; d. Presisi dan akurasi rendah (Anonim, 2007).

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Pada praktikum kali ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa :


1. Niai mean, standar deviasi dan standar error

Mean Pipet Tetes Pipet Ukur 0,01653 ml 0,334ml

Standar deviasi 0,02367 0,0485 3,26

Standar Error 0,01058 0,0217 0,46

Penghitungan luas 50 872,47 mm2 ubin

2. Pipet tetes memiliki akurasi tinggi dan presisi tinggi, pipet ukur memiliki akurasi rendah

namun presisi tingi.

3. Hubungan antara presisi dan akurasi adalah akurasi menyatakan seberapa dekat nilai hasil

pengukuran dengan nilai sebenarnya (true value) atau nilai yang dianggap benar (accepted value).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Akurasi dan Presisi. http://books.google.com/books? (15 Oktober 2010) Anonim, 2008. Accuracy and Precision. http://en.wikipedia.org/wiki/Accuracy_and_precision (15 Oktober 2010). Anonim, 2008. Standar Deviasi dan Standar Error. www.robotroom.com (21 Oktober 2010) Hawai, 2007. Standar Deviasi dan Standar Error. http://honolulu.hawaii.edu/distance/sci122/html (18 Oktober 2010). John Robert Taylor (1999). Sebuah Pengantar untuk Analisis Kesalahan: Studi Ketidakpastian dalam Pengukuran Fisik . University Science Books. Universitas Sains Buku. pp. 128 129. ISBN 093570275X . http://books.google.com/books? id=giFQcZub80oC&pg=PA128 . hal 128-129. ISBN 093570275X. Y. Tsividis, A First Lab in Circuits and Electronics, Jons Wiley and Sons, 2001

You might also like