You are on page 1of 21

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia. Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

1.2 Tujuan a. Untuk mengetahui konsep dasar diare b. Untuk mengetahui penatalaksanaan diare c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada diare

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, dan berlangsung kurang dari 14 hari.

2.2 Epidemiologi Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999 2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate(CFR) 2,92%.7 Kasus diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari berkisar 20% dari total kunjungan untuk usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk usia di bawah 3 tahun.

2.3 Etiologi Selama 2 dekade, penelitian menunjukkan karakteristik dari diare akut. Pada awal 1970 agen penyebab dapat diidentifikasi dalam 15-20% episode diare. Sekarang, dengan semakin berkembangnya teknik diagnostik, dapat ditemukan agen penyebab dalam 60-80%. Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus, disamping virus lainnya seperti Norwalk Like Virus, Enteric Adenovirus, Astovirus, dan Calicivirus. Beberapa patogen bakteri seperti

Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan beberapa strain khusus E.Coli. Beberapa parasit yang sering menyebabkan diare meliputi Giardia, Crytosporidium, dan Entamoeba Histolytica. Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : a. Faktor infeksi 1) Infeksi enteral yaitu : infeksi saluran pencernaan yang mer upakan penyebab utama. Infeksi enteral meliputi : a) Infeksi bakteri : Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, Yersinia, aeromonas dan sebagainya. b) Infeksi Virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, astovirus dan lainlain. c) Infestasi parasit : Cacing (ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa ( E. Histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans). 2) Infeksi paraenteral yaitu : infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis,

Bronkopnemonie, Enchepalitis dan sebagainya. b. Faktor Malabsopsi 1) Malabsobsi karbohidrat 2) Malabsobsi lemak 3) Malabsobsi protein c. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. d. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang menimbulkan diare.

2.4 Patogenesis Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah : a. Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu ( misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. c. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulakan diare pula.

2.5 Patofisiologi Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare. Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan normal vili enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari usus selama infeksi rotavirus. Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang baik disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang, kemudian terjadilah diare. Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive,

campylobacter) mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di dalam usus. Enterotoksin Escherichia coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak

tahan panas mengaktifkan guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom hemolitik uremik. Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi : a. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan (input), b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Terjadi karena : 1) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja 2) Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh. 3) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan. 4) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria). 5) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler. Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan, pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam (pernafasan Kuszmaull) c. Hipoglikemia Hal ini terjadi karena : 1) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu. 2) Adanya gangguan absopsi glukosa (walaupun jarang). Gejala hipoglikemi akan muncul jika kada glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemi tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. d. Gangguan Gizi Hal ini disebabkan : 1) Makanan sering dihentikan oleh klien karena takut diare dan / muntahnya akan bertambah hebat.

2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. 3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. e. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal. Semua akibat diare cair diakibatkan karena kehilangan air dan elektrolit tubuh melalui tinja. Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan volume darah (hipovolemia), kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Ada tiga macam dehidrasi : 1) Dehidrasi isotonik Ini adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila kehilangan air dan natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan ditemui dalam cairan ekstraseluler. 2) Dehidrasi Hipertonik Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi hipernatremik. Pada keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Bila dibandingkan dengan proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan ekstraseluler dan darah. Ini biasanya akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada saat diare yang tidak di absopsi secara efisien dan pemasukan air yang tidak cukup. 3) Dehidrasi Hipotonik Klien dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat infus 5 % glukosa dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi karena air diabsopsi dari usus sementara kehilangan garam (NaCl) tetap berlangsung dan menyebabkan kekurangan natrium dan kelebihan air.

2.6 Gejala Klinis Mula-mula klien gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan/ atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering. Menurut banyaknya cairan yang hilang, dehidrasi dapat dibagi berdasarkan: a. Kehilangan berat badan. 1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2 %. 2) Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2 - 5 %. 3) Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5 10 %. 4) Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10 %. b.Skor Maurice king Tabel I. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan sistem Maurice king
Bagian tubuh yang diperiksa Keadaan umum
Kekenyalan kulit Mata Ubun-ubun besar Mulut Denyut nadi / menit

0
Sehat Normal Normal Normal Normal Kuat < 120

Nilai Untuk gejala yang ditemukan 1 2 Gelisah, cengeng, Mengigau, koma atau apatis, ngantuk syok Sedikit kurang Sangat kurang
Sedikit cekung Sedikit cekung Kering Sedang (120-140) Sangat cekung Sangat cekung Kering dan sianosis Lemah > 140

Ket : Nilai 0-2 = dehidrasi ringan, nilai 3-6 = dehidrasi sedang, nilai 7-12 = dehidrasi berat

c. Menurut WHO (1980) Tabel II. Modifikasi petunjuk dalam menentukan derajat dehidrasi menurut WHO (1980). Tanda dan Gejala 1.Keadaan umum dan kondisi : - Bayi dan anak Kecil Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat

Haus, sadar, gelisah

Haus, gelisah, atau letargi tetapi iritabel Haus, sadar, merasa pusing pada perubahan

- Anak lebih besar Haus, sadar, dan dewasa gelisah

2.Nadi radialis 3.Pernafasan 4.Ubun-ubun besar 5.Elastisitas kulit

Normal Normal Normal Pada pencubitan, elsatisitas kembali segera Normal Ada Lembab Normal

Cepat dan lemah Dalam, mungkin cepat Cekung Lambat

Mengantuk, lemas, ektremitas dingin, berkeringat, sianotik, mungkin koma Biasanya sadar, gelisah, ektremitas dingin, berkeringat dan sianotik, kulit jari-jari tangan dan kaki berkeriput, kejang otot. Cepat, halus, kadangkadang tidak teraba Dalam dan cepat Sangat cekung Sangat lambat ( >2 detik)

6.Mata 7.Air mata 8.Selaput lendir 9.Pengeluaran urin

Cekung Kering Kering Berkurang dan warna tua

Sangat cekung Sangat kering Sangat kering Tidak ada urin untuk beberapa jam, kandung kencing kosong

10.Tekanan darah sistolik 11. % kehilangan berat 12. Prakiraan kehilangan cairan

Normal 45% 40 50 ml/kg

Normalrendah 6-9% 60 90 ml/kg

< 80 mmHg, mungkin tidak teratur 10 % atau lebih 100 110 ml/kg

Pembagian dehidrasi menurut Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009 Kategori Dehidrasi Berat Tanda dan Gejala Dua atau lebih tanda berikut: y Letargi atau penurunan kesadaran y Mata cowong y Tidak bisa minum atau malas minum y Cubitan perut kembali dengan sangat lambat ( 2 detik) Dua atau lebih tanda berikut: y Gelisah y Mata Cowong y Kehausan atau sangat haus y Cubitan kulit perut kembali dengan lambat Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk mengelompokkan dalam dehidrasi berat atau tidak berat

Dehidrasi Tak Berat

Tanpa Dehidrasi

2.7 Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dikerjakan : a. Pemeriksaam tinja 1) Makroskopis dan mikroskopis. 2) Biakan kuman untuk mencari kumam penyebab. 3) Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika. 4) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi glukosa. b. Pemeriksaan darah 1) Darah lengkap. 2) pH, cadangan alkali dan elektrolit untuk menentukan gangguan keseimbangan asam basa. 3) Kadar ureum untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal. c. Pemeriksaan Elektrolit Terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita yang disertai kejang).

d. Pemeriksaan intubasi duodenal Untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.6,9,10

2.8 Komplikasi Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti : a. b. c. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik). Renjatan hipovolemik. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram). d. e. Hipoglikemi Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus. f. g. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

2.9 Penatalaksanaan Terdapat lima lintas tatalaksana, yaitu : a. Rehidrasi 1) Rencana Terapi A : Diare Tanpa Dehidrasi Terapi dilakukan di rumah. Menerangkan 4 cara terapi diare di rumah : a) Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi b) Berikan tablet Zinc. c) Beri oralit dirumah apabila : Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare memburuk

10

2) Rencana Terapi B : Diare Dengan Dehidrasi Tidak Berat Pada dehidrasi tidak berat, cairan rehidrasi oral diberikan dengan pemantauan yang dilakukan selama 4-6 jam. Ukur jumlah rehidrasi oral yang akan diberikan selama 4 jam pertama. 3) Rencana Terapi C : Diare Dengan Dehidrasi Berat Ikuti arah anak panah berikut sesuai keadaan pasien :
- Mulai beri cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Berikan 100 mL/kgBB cairan RL (atau NS, atau Ringer Asetat) sebagai berikut : Usia Pemberian 1 Kemudian 30 mL/kgBB 70 mL/kgBB By < 1 thn : 1 jam 5 jam Anak 1-5 thn : 30 menit 2 jam - Ulangi bila denyut nadi lemah atau tidak teraba. - Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan IV. - Juga berikan oralit (5 mg/kgBB/jam) bila penderita masih bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak). - Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak), nilai ulang penderita menggunakan tabel penilaian. Lalu pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan terapi.

Apakah saudara dapat menggunakan cairan IV segera?

Ya

Tidak

11

Apakah ada terapi IV terdekat (dalam 30 menit) ?

Ya

- Kirim penderita untuk terapi intravena. - Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara memberikannya selama perjalanan.

Tidak

Apakah saudara dapat menggunakan pipa nasogastrik untuk rehidrasi ?

Tidak

- Mulai rehidrasi mulut dengan oralit melalui pipa nasogastrik atas mulut. Berikan 20 mL/kgBB/jam selama 6 jam (total 120 mL/kgBB). - Nilailah penderita tiap 1-2 jam : y Bila muntah / perut kembung, berikan cairan perlahan. y Bila rehidrasi tidak tercapai selama 3 jam, rujuk penderita untuk terapi IV. - Setelah 6 jam, nilai kembali penderita dan pilih

Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui NGT atau IV

b.

Dukungan nutrisi Makanan tetap diberikan sama pada waktu kondisi sehat sebagai pengganti nutrisi yang hilang.

c.

Suplementasi Zinc Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasan ilmiah bahwa zinc mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh pada fungsi dan struktur saluran cerna serta mempercepat proses penyembuhan epitel selama diare. Kekurangan zinc ternyata sudah pandemik pada anak anak di negara sedang berkembang. Zinc telah diketahui berperan dalam metallo-enzymes, polyribosomes, membran sel, fungsi sel, dimana hal ini akan memacu pertumbuhan sel dan meningkatkan fungsi sel dalam sistem kekebalan. Perlu diketahui juga bahwa selama diare berlangsung zinc hilang bersama diare sehingga hal ini bisa memacu kekurangan zinc ditubuh. Bukti bukti yang telah disebar luaskan dari hasil penelitian bahwa zinc bisa mengurangi lama diare sampai 20% dan juga bisa mengurangai angka

12

kekambuhan sampai 20%. Bukti lain mengatakan dengan pemakaian zinc bisa mengurangi jumlah tinja sampai 18-59%. Dari bukti-bukti juga dikatakan tidak ada efek samping pada penggunaan zinc, jika ada ditemukan hanya gejala muntah. Pada penelitian selanjutkan didapatkan bahwa zinc bisa digunakan sebagai obat pada diare akut, diare persisten, sebagai pencegahan diare akut dan persisten serta diare berdarah. Dalam penelitian biaya untuk diare dengan menggunakan zinc dikatakan zinc bisa menekan biaya untuk diare. Pemberian zinc untuk pengobatan diare bisa menekan penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Efek zinc antara lain sebagai berikut : 1) Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD). SOD akan merubah anion superoksida (merupakan radikal bebas hasil sampingan dari proses sintesis ATP yang sangat kuat dan dapat merusak semua struktur dalam sel) menjadi H2O2, yang selanjutnya diubah menjadi H2O dan O2 oleh enzim katalase. Jadi SOD sangat berperan dalam menjaga integritas epitel usus. 2) Zinc berperan sebagai anti-oksidan, berkompetisi dengan tembaga (Cu) dan besi (Fe) yang dapat menimbulkan radikal bebas. 3) Zinc menghambat sintesis Nitric Oxide (NO). Dengan pemberian zinc, diharapkan NO tidak disintesis secara berlebihan sehingga tidak terjadi kerusaan jaringan dan tidak terjadi hipersekresi. 4) Zinc berperan dalam penguatan sistem imun. 5) Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus, berperan sebagai kofaktor berbagai faktor transkripsi sehingga transkripsi dalam sel usus dapat terjaga. d. Antibiotik selektif Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, kecuali dengan indikasi yaitu pada diare berdarah dan kolera.

13

e.

Edukasi klien Sarankan untuk memeriksakan segera jika ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan / minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau belum membaik dalam tiga hari. Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang dari satu tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang d atang sudah dengan komplikasi.

14

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian 1. Pengkajian Data Dasar a. Biodata Klien Nama Umur : An. L : 18 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki Agama Alamat : Islam : Kota Baru

b. Penanggung Jawab Nama Umur : Ny. s : 35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Agama Pekerjaan : Islam : SLTP Alamat : Ibu Kandung c. Data Medik Tanggal Berobat Tanggal Pengkajian : 17 Nopember 2003 : 17 Nopember 2003

No Induk Puskesmas : 2193 Diagnosa medic 2. Riwayat Kesehatan Keluhan Utama : BAB encer lebih dari 3 x 3. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak semalam klien mencret lebih dari 3 x dengan konsistensi cair ada ampas. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengalami diare tapi tidak terlalu parah makan obat dari warung saja sudah sembuh, itu terjadi +6 bulan yang lalu. : Diare

15

5. Riwayat Penyakit Keluarga Dalam keluarga saat ini tidak ada yang menderita sakit dengan penyakit yang sama. 6. Pengkajian Fisik Keadaan umum : kesadaran : comphosmenthis
y y y

Suhu : 37.50 C Nadi : 85x/mnt Pulse : 35x/mnt : tidak ada kelainan : Distribusi merata, bersih dan tidak rontok : Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis sklera an iktertik, agak cekung

Kepala Rambut Mata

Hidung Telinga Mulut Dada Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi Anogenital Eksmt. Atas

: tidak ada kelainan : Bersih, simetris dan tidak ada kelainan : mulut klien bersih tidak ada pembengkakan gusi : tidak terdapat kelainan : simetris, tidak ada pembengkakan : bising usus 25x/mnt : Timpani : Turgor elastis : terlihat kemerahan : tidak ada kelainan

Eksmt. Bawah : tidak ada kelainan

7. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia a. O2 Tidak ada sesak, kebutuhan O2 terpenuhi b. Nutrisi
y y

Sebelum sakit: Klien makan 3 x sehari dengan porsi sedang Saat sakit: Klien tidak nafsu makan (tidak menghabiskan porsinya) + 4 sendok makan 1 x makan
16

c. Cairan dan Elektrolit


y

Sebelum sakit Klien minum 8 10 x gelas minum air.

Saat sakit Klien minum 5 6 gelas.

d. Eliminasi
y

Sebelumnya BAB 1 x setiap pagi, dengan konsistensi normal, BAK 2 3 x sehari

Saat ini klien BAB lebih dari 3 x dengan konsistensi cair

e. Istirahat Tidur
y y

Sebelumnya klien tidur siang + 2 jam, malam + 8 jam Namun sejak semalam klien tidur + 3 4 jam dan sering terbangun

f. Pengobatan
y y y y

Puyer diare 3 x 1 bungkus Kotrimoksasol srp. 2 x 1 sendok makan Parasetamol 3 x tablet jika panas Orali 5 bungkus diberikan setiap klien mau minum

3.2. Diagnosa Keperawatan a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besardan encer b. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang airbesar c. Risiko infeksi pada orang berhubungan dengan terinfeksi kuman diare ataukurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran penyakit d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

denganmenurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dancairan e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak

17

f.

Cemas dan takut pada anak/klien berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit

3.3. Implementasi 1. Meningkatkan hidrasi dan keseimbangan elektrolit a. Kaji status hidrasi,; ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran mukosa b. Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine atau berat jenis urine (1.005-1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam c. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan d. Monitor tanda-tanda vital e. Pemeriksaan laboratorium sesuai program; elektrolit, Ht, pH, dan serum albumin f. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit, dan cairan parenteral bila indikasi) g. Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program h. Klien diistirahatkan 2. Mempertahankan keutuhan kulit a. Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar b. Gunakan kapas lembab dan sabun (atau pH normal) untuk membersihkan anus setiap baung air besar c. Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab d. Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan perineal 3. Mengurangi dan mencegah penyebaran infeksi a. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada klien dan pengunjung b. Segera bersihkan dan angkat bekas baung air besar dan tempatkan pada tempat yang khusus c. Gunakan standar pencegahan universal (seperi; gunakan sarung tangan dan lain-lain) d. Tempatkan pada ruangan yang khusus 4. Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum a. Timbang berat badan klien setiap hari

18

b. Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran) c. Setelah rehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan makanan yang sesuai dengan diit dan usia dan atau berat badan klien d. Hindari minuman buah-buahan e. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan f. Bagi bayi, ASI tetap diteruskan g. Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah laktosa 5. Meningkatkan pengetahuan klien a. Kaji tingkat pemahaman klien b. Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare c. Ajarkan pada klien tentang pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi d. Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan e. Jelaskan pentingnya kebersihan 6. Menurunkan rasa takut/cemas pada klien a. Ajarkan klien mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas; dengarkan keluhan klien dan bersikap empati, dan sentuhan terapeutik b. Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan c. Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien

19

BAB 4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan Diare akut adalah buang air besar lembek atau bahkan dapat berupa air saja, dengan atau tanpa darah dan lendir, dengan frekuensi tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam, dan berlangsung kurang dari 14 hari. Prinsip penanganan diare adalah Rehidrasi, nutrisi, suplemen zink, antibiotik selektif, dan edukasi. Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi (infeksi enteral, infeksi bakteri, infeksi virus, infeksi parasit, inferksi parenteral), faktor malabsopsi (malabsobsi karbohidrat, malabsobsi lemak, malabsobsi protein), faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan), faktor psikologis (rasa takut dan cemas, walaupun jarang menimbulkan diare) Komplikasi yang dapat timbul karena diare: dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik), renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemi, intoleransi laktosa sekunder, kejang, malnutrisi energi protein.

4.2. Saran Diare dapat menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani secara tepat, untuk itu kita perlu memahami bagaimana penanganan pertama pada pasien diare. Dan untuk mencegah timbulnya diare kita perlu menjaga kebersihan diri kita, terutama makanan yang kita makan.

20

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3 E/8. EGC: Jakarta. Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta. Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. Media Aesculapius: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Swearingen, Pamela L. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah. EGC: Jakarta.

21

You might also like