You are on page 1of 10

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur

yang bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dan beragam dalam artian BHINEKA TUNGGAL IKA.

Objek materi filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik materal konkrit (manusia,binatang,alam dll) dan abstak (nilai,ide,moral dan pandangan hidup). Pancasila sebagai system filsafat adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu,dan saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya.

Jadi Pancasila pada dasarnya satu bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain,dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing. Misal : Ketika mengkaji sila kelima yang intinya tentang kedilan. Maka harus dikaitkan dengan nilai sila-sila yang lain artinya :

- Keadilan yang ber keTuhanan (sila 1) - Keadilan yang berPrikemanusian (sila 2) - Keadilan yang berKesatuan/Nasionalisme,Kekeluargaan (sila 3) - Keadilan yang Demokratis

Dan kesemua sila-sila tersebut saling mencakup,bukan hanya di nilai satu persatu.

Semua unsure (5 sila) tersebut memiliki fungsi/makna dan tugas masing-masing memiliki tujuan tertentu.

Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Pancasila memberi petunjuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan suku atau ras.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan Negara yang dimaksud adalah bahwa semua aturan kehidupan hokum kegiatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berpedoman pada pancasila. Karena pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum bangsa dan Negara republik Indonesia.

Orang yang berfikir kefilsafatan ialah orang yang tidak meremehkan terhadap orang yang lebih rendah derajatnya dan tidak menyepelekan masalah yang kecil, dan selalu berfikiran positif, kritis, dan berdifat arif bijaksana, universal dan selalu optimis.

CONTOH. Seorang ilmuan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi/sudut pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dari konstelasi lainnya

- Sumber pengetahuan pancasila pada dasarnya adalah bangsa Indonesia itu sendiri

yang memiliki nilai adaptisti adat serta kebudayaan dan nilai religius. - Tentang kebenaran pengetahuan pancasila berdasarkan tingkatnya, maka pancasila mengakui kebenaran yang bersumber pada akal manusia. Potensi yang terdapat dalam diri manusia untuk mendapatkan kebenaran dalam kaitannya dengan pengetahuan positif. Pancasila juga mengakui kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi/perasaan.

Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk tuhan yang maha esa, maka sesuai dengan sila pertama pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi.

Selain itu dalam sila ke 3, ke 2, ke 4, dan ke 5, maka epistimologis ( hakikat dan system pengetahuan ) pancasila juga mengakui kebenaran consensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia makhluk individu dan sosial.

Dasar Axiologis ( Hakikat, Nilai, Kriteria ) Sila Sila Pancasila

Bidang axiologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis & tingkatan nilai serta hakikat nilai seperti nilai alamiah & jasmaniah, tanah subur, udara bersih, air bersih, cahaya dan panas cahaya matahari Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan sebagai berikut :

1. Nilai kebenaran, yaitu nilai bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta manusia 2. Nilai keindahan/nilai estetis yaitu yang bersumber pada perasaan manusia 3. Nilai kebaikan/nilai moral, yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak manusia 4. Nilai religius yang merupakan nilai keharmonian tertinggi dan bersifat mutlak nilai ini berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan manusia dan bersumber pada wahyu yang berasal dari tuhan yang maha esa. Fungsi Pancasila bagi masyarakat Dengan Pancasila masyarakat dapat mempunyai pandangan hidup yang otomatis Adapun fungsi tersebut adalah: a)Masyarakat dapat mengarahkan diri menuju tujuannya karena pancasila memberi gambaran tenteng cita-cita sekaligus menjadi sumber motivasi dan tekad perjuangan mencapai cita-cita menggerakkan bangsa melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila.

b)memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa Indonesia

c)memberikan pengetahuan yang merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian alam sekitar.

d)Masyarakat dapat mengetahui norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.

e)Menjadi pendidikan bagi masyarakat untuk memahami,menghayati serta mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di dalamnya.

Pancasila sebagai sumber nilai bagi masyarakat a. Pengertian nilai 1) Menurut Kamus Ilmiah Populer,adalah ide tentang apa yang baik,benar,bijaksana dan apa yang berguna sifatnya lebih abstrak dari norma. 2) Menurut Nursel dan Daniel Fernander, adalah perasaan- perasaan tentang apa yang diinginkan atau tidak memengaruhi perilaku social dari orang yang memiliki nilai itu.Bukanlah soal benar salah, tetapi dikehendaki atau tidak disenangi,atau tidak.Nilai merupakan kumpulan sikap dan perasaan-perasaan yang selalu diperlihatkan melalui perilaku manusia.

b. Macam-macam nilai Menurut Notonegoro membagi nilai menjadi tiga,yaitu sebagai berikut:

1) Nilai material 2) Nilai Vital 3) Nilai Kerohania

Menurut Darmo Damodihardjo, Cs mengadakan penggolongan nilai secara Berpasangan seperti tertulis di bawah ini: 1) Nilai Objektif dan Subjektif 2) Nilai Positif dan Negatif 3) Nilai Intrinsik dan Ekstrinsik 4) Nilai Transenden dan Imanen 5) Nilai Dasar dan Instrumental

Pancasila sebagai sumber nilai Pancasila adalah sumber nilai.Hal ini berarti,Pancasila merupakan acuan utama untuk pembentukan hokum nasional, partisipasi masyarakat dan pergaulan antar masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.pengamalan pancasilaa dalam kehidupan bermasyarakat dapat dilakukan dengan cara pengamalan secara objektif dan subjektif. . a) Pengamalan secara objektif,yaitu masyarakat melaksanakan peraturan perundangundangan yang berlandaskan pada pancasila.

b) Pengamalan secara subjektif,yaitu menjalankan nilai-nilai Pancasila secara pribadi dalam bersikap dan bertingkah laku pada kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai sumber hukum bagi masyarakat Sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sangsi yang tegas dan nyata sehingga masyarakat harus berpikir terlebih dahulu untuk melakukan sesuatu yang melanggar hokum.sumber hokum terdiri atas sumber hokum materiil dan sumber hokum formil.

Sumber hokum materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi hokum.sumber hokum formil adalah sumber hokum yang dikenal dari bentuknya karena bentuknya itu menyebabkan hokum berlaku umum,diketahui dan ditaati oleh masyarakat.

Sistem Politik Demokrasi Landasan sistem politik demokrasi di Indonesia adalah sistem politik demokrasi didasarkan pada nila, prinsip, prosedur dan kelambangan yang demokratis. Sistem ini mampu menjamin hak kebebasan warganegara, membatasi kekuasaan pemerintah dan memberikan keadilan. Indonesia sejak awal berdiri sudah menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem politik. Negara indonesia sebagai negara demokrasi terdapat pada, Pancasila ( sila ke 4 ). Uud 1945 pasal 1 ( ayat 2 ) sebelum di amandemen dan sesudah di amandemen

Dasar-dasar Filsafat Ilmu

Dasar ontologism ilmu Pertama-tama pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari suatu ilmu. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori melalui pengalaman pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materilnya ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapakan melampaui manusia sebagai makhluk social mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship atau kewarganegaraan yang sebaik-baiknya). Agar dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena. Didalam situiasi sosial manusia itu sering berperilaku tidak utuh, hanya menjadi makhluk berperilaku individual dan/atau makhluk social yang berperilaku kolektif. Hal itu boleh-boleh saja dan dapat diterima terbatas pada ruang lingkup pendidikan makro yang berskala besar mengingat adanya konteks sosio-budaya yang terstruktur oleh sistem nilai tertentu. Akan tetapi pada latar mikro, system nilai harus terwujud dalam hubungan inter dan antar pribadi yang menjadi syarat mutlak (condition sine qua non) bagi terlaksananya suatu kegiatan yang berskala mikro.

Dasar epistemologis ilmu Dasar epistemologis sangat diperlukan demi mengembangkan ilmu secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalaipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan secara sederhana namun telaah atas objek formil memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin suatu empiric denga wilayah kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitaatif, artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrument pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu penelah dan pengumpulan data tidak tertuju hanya pemahaman dan pengertian, melainkan untuk mencapai kearifan (wisdom) tentang suatu fenomena tersebut, maka validitas internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan penyelidikan seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan, penelitian etnografis dan penelitian ex post facto. Inti dasar epistemologis ini adalah agar dapat ditentukan dalam menjelaskaan objek formaalnya, jadi tidak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepada telah teori. Dasar aksiologis ilmu Kemanfaatan teori ini tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmunya tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek mmelalui control terhadap pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif.

Dasar antropologis ilmu Wilayah ini intinya ialah pertemuan antara manusia satu sebagai subjek dan manusia lainnyua sebagai subjek pula, dimana terjadi komunikasi kepada pihak yang belakangan dalam upaya mencapai kemandirian dalam batas-batas yang

diberikan oleh dunia disekitarnya. Atas dasar pandangan filsafah yang bersifat dialogis ini maka 3 dasar antropologis berlaku universal tidak hanya sosialitas dan individualitas, melainkan juga moralitas, serta tentu akan diperlukan juga dasar antropologis pelengkap yaitu (4 ) religiusitas. Landasan filsafat memberi perspektif filosofis yang seyogyanya merupakan kacamata yang dikenakan dalam memandang menyikapi sebagai bagian isi dunia. Oleh karena itu harus dibentuk bukan hanya mempelajari tentang filsafat, sejarah, psikologi, sosiologi, antropologi atau disiplin ilmu lainnya, akan tetapi dengan memadukan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pendekatan-pendekatannya kepada kerangka yang bersifat konseptual. Dengan demikian maka landasan filsafat harus tercermin didalam semua, keputusan serta perbuatan pelaksanaan tugas-tugas, baik instruksional maupun non-instruksional, atau dengan pendekatan lain, semua keputusan serta perbuatan yang dimaksud harus bersifat arif dan bijaksana.

10

You might also like