Professional Documents
Culture Documents
EKOLOGI PENYAKIT
PENDAHULUAN
Latar belakang
Studi penyakit pada populasi membutuhkan pemahaman mengenai
hubungan antara organisme (inang dan agen) dan lingkungannya. Hubungan ini dapat menyebabkan keberadaan penyakit baik secara spasial maupun temporal. Sebagai contoh adalah iklim yang mempengaruhi daya tahan inang dan agen infeksius dan distribusi dari vektor baik secara langsung maupun tidak langsung. Kejadian penyakit dipengaruhi pula oleh faktor tumbuhan sebagai pakan hewan, dimana tumbuhan dapat mempengaruhi keberadaan nutrisi dan mineral jika konsumsinya kurang akan menyebabkan terjadinya defisiensi nutrisi. Studi mengenai hubungan antara hewan dan tumbuhan pada habitatnya disebut ekologi. Ekologi berkembang sebagai ilmu yang tidak hanya melihat hubungan antara hewan dan tumbuhan, namun juga melihat hubungannya dengan mikroorganisme yang memiliki penilaian secara kualitatif dan kuantitatif yang sama dengan epidemiologi. Dengan mengetahui hubungan antara ekologi, evolusi dan epidemiologi dari agen dan inang, maka dapat ditentukan perkiraan yang lebih akurat mengenai keganasan penyakit. Studi mengenai epidemiologi penyakit merupakan bagian investigasi dari epidemiologi yang memiliki dua tujuan utama. Pertama adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai pathogenesis, pemeliharaan agen infeksius, dan transmisi penyakit. Kedua, kegunaan dari mengetahui dari ekologi penyakit adalah untuk memprediksi kapan dan dimana penyakit itu akan muncul, sehingga dapat dikembangkan teknik pengendalian yang tepat.
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui ekologi penyakit berhubungan dengan lingkup epidemiologi dan dibahas mengenai konsep dasar ekologi, cerukan/ persaingan organisme, hubungan antara tipe hewan dan tumbuhan yang berbeda, pengaruh ekosistem, serta wawasan tambahan mengenai konsep ecohealth.
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Ekologi
Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah epidemiologi, cara-cara dimana tingkah laku individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda. Dua faktor utama yang mempengaruhi keberadaan penyakit adalah distribusi populasi dan jumlah populasi hewan. a. Distribusi Populasi
Zona Vegetasi Ahli tumbuhan membagi bumi berdasarkan beberapa zona vegetasi. Pada abad ke 18, para naturalist membagi bumi menjadi beberapa formasi vegetasi seperti tundra, savannah, dan gurun dan pada awal abad 20, mulai diklasifikasikan hubungan antara iklim dengan kawasan vegetasi. Biomassa Pada abad ke 19, zoologist membagi daerah di bumi berdasarkan populasi hewan yang serupa. Mereka mengklasifikan area yang berbeda di dunia berdasarkan keberadaan tipe hewan dan tumbuhan karena distribusi hewan sangat bergantung pada keberadaan vegetasinya. Hutan hujan tropis, savannah dan tundra merupakan biomassa yang memiliki sebaran hewan dan tumbuhan tersendiri. Distribusi dari agen infeksius dan vektor sangat dipengaruhi kondisi lingkungan dari biomassanya. Sebagai contoh, distribusi dari penyakit Rift Valley Fever, sangat
tinggi pada daerah penggembalaan dipengaruhi oleh pembuangan abortusan yang dilakukan sembarangan. b. Besaran Populasi Hewan Keseimbangan alami Populasi tumbuh dan mencapai ukuran tertentu dan pada akhirnya berhenti tumbuh. Populasi menjadi stabil dan seimbang jika tingkat reproduksi seimbang dengan tingkat kematian. Pengendalian besaran populasi dengan kompetisi Pada studi laboratorium yang dilakukan lalat buah Drosophila, diketahui adanya kompetisi makanan untuk bertahan hidup. Mekanisme tersebut juga berlaku pada populai parasit contohnya adalah Ascaris spp.
Predasi Predasi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pengendalian populasi. Kehadiran predator merupakan salah satu kontrol populasi secara alami agar terjadi keseimbangan populasi dalam ekosistem. Penyakit infeksius Kejadian pandemik dengan Case Fatality Rate yang tinggi seperti penyakit Black Dead dan Rinderpest memiliki dampak yang besar terhadap populasi. Agen infeksius dapat dibagi dua kelompok yaitu mikroparasit dan makroparasit. Pembagian ini sangat berguna untuk mengetahui efek dari infestasi parasit pada populasi. Mikroparasit berkembang biak secara langsung di dalam tubuh inang sehingga menimbulkan tingkat keparahan penyakit. Makroparasit tidak
meningkatkan tingkat keparahan namun berkembang biak untuk disebarkan dari satu inang ke inang lainnya sebagai contoh helmint dan arthropoda. Infeksi mikroparasit dapat menurunkan jumlah populasi ketika terjadi epidemik atau pandemik dengan Case Fatality Rate yang tinggi. Mikroparasit biasanya merupakan organisme patogen yang memiliki virulensi yang tinggi. Infeksi mikroparasit jelas dapat menekan ukuran populasi inang ketika mereka muncul sebagai epidemi atau pandemi dengan tingkat kasus kematian yang tinggi. Efek tersebut bersifat sementara, tetapi mereka menunjukkan potensi yang mirip dengan fungsi predator. Infeksi makroparasit khususnya cacing, dapat memiliki penyebaran yang luas pada populasi hewan, meskipun efeknya tidak tampak seperti yang disebabkan oleh mikroparasit. Cacing tidak hanya secara signifikan menurunkan laju pertumbuhan, tetapi juga dapat mengurangi kelangsungan hidup host dan kemampuan reproduksi.
kanibalisme dan kemampuan kawin berkurang. Beberapa eksperimen, dominasi sosial menyebabkan hewan stres, dan hewan yang secara alami stres mengalami hipertrofi adrenal. Pada saat binatang berkumul, peningkatan hubungan dapat membantu transmisi agen penyakit menular, dan dapat menghasilkan tren musiman kejadian penyakit.
Cerukan
Cerukan adalah contoh persaingan intraspesifik, yaitu persaingan antara anggota spesies yang sama. Kompetisi interspesifik juga dapat terjadi ketika dua spesies hidup bersama. Persaingan ini merupakan dasar penting dalam ekologi. Koeksistensi persaingan besar dua spesies adalah mustahil. Koeksistensi hanya mungkin terjadi jika kompetisi lemah. Persaingan dimenangkan oleh kelompok yang lebih kuat dan tergantung komposisi lingkungan. Kelangsungan hidup hewan yang
Trypanosoma congolense dapat menunda perkembangan infeksi oleh serotipe yang berbeda pada satu hewan. Intervensi dapat berpengaruh pada waktu timbulnya penyakit. Epidemi yang disebabkan oleh satu agen dapat menekan epidemi yang disebabkan oleh agen yang lain. Hal ini terjadi secara nyata pada infeksi pernafasan manusia di Amerika Utara dan India. Beberapa penyakit menyerang manusia pada kelompok usia tertentu, seperti halnya infeksi virus tertentu pada manusia. Intervensi juga dapat berakibat pada tingkat imunisasi alami. Jika agen infeksi berada terus dalam tingkat yang tinggi, infeksi diikuti oleh kekebalan, namun jika agen lain mengintervensi maka kekebalan yang dihasilkan oleh agen akan terhambat, infeksi akan berlangsung terus pada umur tua. Sebagai contoh, intervensi oleh enterovirus menghambat kekebalan alami manusia terhadap virus polio.
Burung
Serangga
Pada gambar piramida diatas menunjukkan bahwa jumlah serangga lebih banyak daripada jumlah burung, sedangkan jumlah burung lebih banyak daripada jumlah rubah yang memangsanya. Dimana hewan yang berukuran lebih besar dan berjumlah jarang mereka memiliki wilayah jelajah yang lebih luas dan oleh karena itu dapat mengeluarkan agen infeksi dan menyebarkan infeksi ke area yang lebih luas daripada hewan yang lebih kecil.
direkomendasikan diberikan pada anjing. Rickettsia menghasilkan penyakit febrile pada anjing dan rubah. Penyakit ini disebut keracunan salmon karena dikaitkan dengan pemberian makanan salmon pada anjing. Analisa Pemangsaan Hubungan antara pemangsa dan buruannya adalah kejadian yang khusus dalam hubungannya dengan rantai makanan. Banyak metode matematis telah diciptakan untuk menganalisa hubungan pemangsa/buruan. Tiga model prediksi adalah: 1. Fluktuasi dari 2 spesies, salah satu menjadi makanan yang lain; 2. Nilai rata-rata terakhir dari jumlah individu dari dua spesies adalah berkoefisien tetap, bersifat bebas pada jumlah awal; 3. Jika individu-individu dari dua spesies dihilangkan dalam proporsi dari jumlah total mereka, kemudian potensi pemulihan dari buruan akan lebih baik daripada pemangsa; sebaliknya peningkatan perlindungan buruan dari segala resiko termasuk pemangsa untuk kedua spesies dapat naik.
lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati yang membentuk sistem ekolog. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan energi, yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem. Masing-masing komponen mempunyai fungsi (relung). Selama masing-masing komponen tetap melakukan fungsinya dan bekerjasama dengan baik, keteraturan ekosistem tetap terjaga. Biotope dan biocenosis merupakan komponen yang diharapkan dapat mendeskripsikan ekosistem dengan lebih jelas. Biotope adalah unit terkecil yang menyediakan kondisi yang sama untuk hidup. Biotope organisme menunjukkan lokasinya. Hal ini kontras dengan cerukan, yang menunjukkan posisi fungsional organisme dalam kelompok. Sebuah biotope dapat bervariasi dalam ukuran. Contohnya, koksidia dapat berada di sekum ayam, atau satu bidang tanah dengan drainase yang buruk untuk infeksi parasit lain. Sedangkan biocenosis adalah gabungan dari organisme hidup dalam biotope. Organisme-organisme ini meliputi tumbuhan, hewan dan mikroorganisme dalam biotope. Terkadang kelompok makhluk hidup digunakan sebagai sinonim dengan biocenosis. Tipe-tipe ekosistem: 1. Ekosistem autochthonous Autochthonous berasal dari bahasa Yunani autos, yang berarti sendiri atau diri sendiri; dan bahasa Yunani chthon, yang berarti dunia atau daratan; dan akhiran ous, berarti berasal dari atau menurut literatur lain dikategorikan sebagai ekosistem alami. Contohnya dapat ditemukan di bioma seperti hutan hujan tropis dan gurun.
memungkinkan studi ekosistem mengenai munculnya penyakit. Contoh konsep ini adalah: 1. Leptospirosis Prevalensi Leptospira, serovar ballum pada tikus coklat pada kepadatan yang bebas, estimasi dari jumlah tikus yang mendiami suatu wilayah memungkinkan prediksi dari prevalensi infeksi serovar ballum. Jumlah lubang atau rumah tikus dalam sebuah wilayah adalah indikator yang baik untuk mengetahui jumlah tikus. Jika tempat pembuangan sampah dikelola dengan baik dan wilayah sekitarnya, maka adanya populasi tikus sepertinya kecil, dan setiap adanya tikus tidak membentuk populasi untuk menyebarkan serovar leptospira. 2. Tularemia Epidemi tularaemia muncul dengan lebih dari 2000 kasus pada manusia dan kematian yang tinggi pada kelinci liar. Epidemi diasosiasikan dengan pembukaan daerah hutan untuk dijadikan padang gembalaan, hal ini mendorong peningkatan secara cepat kepadatan populasi rodentia dan kelinci liar.
Konsep Ecohealth
Ecohealth adalah disiplin ilmu baru yang mempelajari bagaimana perubahan dalam ekosistem bumi mempengaruhi kesehatan manusia. Ecohealth mengkaji perubahan-perubahan lingkungan biologik, fisik, sosial, dan ekonomi serta menghubungkan perubahan-perubahan tersebut dengan dampaknya terhadap kesehatan manusia Ecohealth mempersatukan berbagai kalangan, mulai dari dokter, dokter hewan, ahli konservasi, ahli ekologi, ahli ekonomi, ahli sosial, ahli perencana, dan lain sebagainya, untuk secara komprehensif mempelajari dan memahami
penanggulangannya tidak hanya dari dari aspek kesehatan manusia, tapi faktor dari hewan dan lingkungannya yang perlu diperhatikan Berbagai penyakit zoonotik berasal dari hewan, tetapi juga dipengaruhi oleh perubahan cuaca, iklim, dan lingkungan. Kondisi lingkungan tertentu bisa menyebabkan penyebarannya semakin bertambah. Konsep ecohealth sebenarnya adalah konsep lama yang kembali
didengungkan dalam kurun waktu 5-10 tahun terakhir ini. Konsep ini dianggap sejalan dengan konsep one health yang juga dimunculkan belakangan ini, akan tetapi konsep ecohealth dikatakan memperluas konsep one health. Profesi
kedokteran hewan, kedokteran manusia dan kesehatan masyarakat dikatakan adalah pilar konsep onehealth, sedangkan konsep ecohealth lebih bersifat mulitidisiplin dimana ilmu-ilmu lain ikut dilibatkan seperti lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya. Konsep onehealth merupakan suatu gerakan untuk menjalin kemitraan antara dokter dan dokter hewan yang harus disepakati oleh berbagai pihak, baik organisasi medik kesehatan, kesehatan hewan maupun kesehatan masyarakat. Upaya untuk pelaksanaan dalam merintis konsep one health harus dimulai dengan merancang kerjasama dan mengurangi hambatan komunikasi yang terjadi antara dokter dan dokter hewan. Rintisan konsep one health adalah respons langsung dari kepedulian yang semakin bertambah mengenai ancaman penyakit-penyakit yang baru muncul di seluruh dunia dan ancaman nyata di depan kita seperti wabah yang membahayakan kesehatan manusia dan hewan domestik. Ancaman ini juga berpotensi mempengaruhi perekonomian regional dan global.
kesehatan-dan-ekologi.html [10 Juni 2010]. Galvani AP. 2003. Ecology Meets Evolutionary Ecology. J Trends Ecol & Evol 3: 132-139. Grehenson G. 2011. Pengembangkan Penelitian Ecohealth. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Naipospos TS. 2009. Rintis Konsep One Health Untuk Melawan Penyakit Zoonosis. Bangkok: OIE Regional Coordination Unit. Ridwan AZ. 2010. Pengertian Ekosistem Susunan dan Macam Ekosistem. Jakarta: Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Riberu P. 2002. Pembelajaran Ekologi. J Pendidikan Penabur 1: 125-132 Thrusfield M. 2005. Veterinary Epidemiology 3rd ed. Oxford: Blackwell publishing.