You are on page 1of 4

PROGRAM KERJA Wednesday, 04 October 2006 PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT Yayasan Indonesia Sejahtera (YIS) sejak awal berdirinya

telah menjadikan program kesehatan masyarakat dan perbaikan gizi sebagai pintu masuk dalam upayanya memberdayakan masyarakat. Sampai saat ini YIS masih konsisten menjalankan program ini dengan menjalin kemitraan dengan institusi pemerintah dan swasta baik jangka pendek maupun jangka panjang, diantaranya BKKBN, Depkes, Jamu Jago, PKBI dsbnya. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan diantaranya; a) Pengembangan Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (Posyandu) dan Kartu Menuju Sehat (KMS) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, b) Program Kesehatan Masyarakat terpadu di Pedesaan di Banjarnegara, c) Program Bina Keluarga Sejahtera di Boyolali dan Blitar, d) Program Kesehatan Masyarakat Perkotaan di Krukut, Jakarta, e) Penyediaan sarana air bersih di Blitar f) Program Dana Sehat, dsbnya. Program ini dilakukan dengan pendekatan berbasis masyarakat dan pendidikan atau peningkatan kualitas SDM. Masyarakatlah yang menjadi subyek dalam berbagai upaya perbaikan kualitas kesehatan dan kualitas hidup dan mendorong mendayagunakan kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi sendiri persoalan yang dihadapi. Programprogram yang dilakukan meliputi perbaikan kondisi kesehatan bagi kelompok rentan (ibu hamil, ibu menyusui dan balita), penyediaan air bersih dan sanitasi. Selama 10 tahun terakhir YIS telah berprogram di Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

PROGRAM PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT Masyarakat golongan ekonomi lemah selalu diidentikkan dengan kelompok orang miskin. Pengidentifikasian ini didasarkan pada rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan, rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya tingkat produktivitas dan minimnya permodalan menjadi faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya daya tabung dan juga rendahnya posisi tawar dengan pihak luar. Masing-masing seperti mata rantai yang membentuk lingkaran kemiskinan yang tidak berujung pangkal, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan pendapatan per kapita. Kondisi ini yang melatarbelakangi Yayasan Indonesia Sejahtera (YIS) berperan serta dalam membantu meningkatkan kemampuan golongan ekonomi lemah dalam memanfaatkan sumber-sumber keuangan dan potensi sumber daya yang ada sebagai upaya peningkatan pendapatan masyarakat. Penekanan masyarakat miskin sebagai subyek bukan obyek menjadikan mereka mampu mengidentifikasi permasalahannya sendiri dan mencari alternatif pemecahannya dengan menggali sumber-sumber daya yang mereka miliki. Lewat Program Kredit Pedesaan yang telah dirintis sejak tahun 1984, YIS mencoba mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi untuk memutus lingkaran kemiskinan terutama dari sisi permodalan. Masyarakat desa mempunyai keterbatasan dalam mengakses sumber-sumber dana dari lembaga perbankan yang bisa dimanfaatkan. Suku bunga bank yang masih tinggi, Sistem dan prosedur yang berbelitbelit, waktu pencairan kredit terlalu lama dan biaya pelayanan yang harus ditanggung

bank akan menjadi mahal karena sulitnya menjangkau masyarakat di pedesaan. Program dilaksanakan dengan pendekatan kelompok melalui pembentukan Kelompokkelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan pendampingan menyeluruh, baik manajemen keuangan maupun organisasi. Berbagai model pendampingan terus dikembangkan seperti Grameen Bank dan bentuk-bentuk lain pendampingan, selain kerjasama dengan beberapa institusi pemerintah untuk mempercepat proses pemberdayaan. Berbekal pengalaman yang dimiliki, YIS telah terlibat dengan beberapa kegiatan seperti Program Jaringan Pengaman Sosial (JPS), Proyek Hubungan Bank dengan KSM (PHBK), bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Dalam perjalanannya kemudian, selain membantu dalam penyediaan modal bekerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan, Program Pengembangan Ekonomi Rakyat ini juga dikembangkan menjadi program pengembangan ekonomi yang komprehensif, dengan memberikan konsultasi dalam analisa usaha, manajemen organisasi usaha, permodalan produksi, manajemen keuangan sampai pemasaran. PROGRAM PENGUATAN INSTITUSI Konsep pembangunan yang cenderung memanipulasi partisipasi masyarakat yang dikembangkan selama ini secara sistematis telah menutup saluran-saluran partisipasi yang pada gilirannya menempatkan masyarakat pada posisi marjinal dan memiliki sifat ketergantungan yang tinggi. Marjinalisasi masyarakat seperti yang terjadi merupakan sisi diametral yang sangat merugikan. Hal ini tentunya akan menghambat terbentuknya masyarakat madani, yaitu masyarakat sipil yang demokratis di mana kedaulatan atas negara sepenuhnya ditangan rakyat. Oleh karenanya diperlukan gerakan transformasi untuk mengubah ketimpangan struktur yang memungkinkan masyarakat berperan optimal dalam seluruh tahapan proses pembangunan secara mandiri. Proses transformasi yang sangat mungkin adalah dengan melibatkan organisasi-organisasi atau institusi-institusi yang ada ditingkat masyarakat. Namun pada kenyataannya kondisi yang ada sekarang ini institusi-institusi yang ada ditingkat masyarakat belum mampu berfungsi secara optimal sebagai motor penggerak menuju perubahan tersebut. Masih banyak institusi masyarakat yang masih harus berbenah diri untuk dapat terlibat secara optimal dalam proses pembangunan. Pembenahan diri di kalangan institusi-institusi masyarakat ini menjadi sangat vital terkait dengan berlakunya otonomi daerah di mana potensi-potensi daerah mulai ditangani sendiri oleh daerah. Menyadari kenyataan tersebut, sejak tahun 1985 Yayasan Indonesia Sejahtera telah mengembangkan program peningkatan kapabilitas lembaga-lembaga masyarakat tersebut dengan nama Program Penguatan Institusi. Dengan adanya penguatan ini diharapkan institusi-institusi lokal yang ada di masyarakat lebih mampu berperan dalam pembangunan masyarakat dan berkesinambungan melalui penyusunan dan pengembangan sistem pengelolaan organisasi, penyusunan dan pengembangan sistem pengelolaan program yang terarah, terpadu serta berorientasi ke depan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masing-masing wilayah programnya. Kelompok sasaran Program saat ini; yang sekaligus juga pelaksana Program di lapangan adalah LSM-LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) lokal yang ada di wilayah

Papua, Manado, Mamasa, Makassar dan Kupang, institusi lokal di Surakarta, Sragen dan Polewali Mandar Sulawesi Barat serta masyarakat yang memiliki pendapatan rendah yang kurang mencukupi untuk kebutuhan hidup. PROGRAM MANAJEMEN KONFLIK DAN PENDIDIKAN PERDAMAIAN Konflik horisontal yang akhir-akhir ini banyak terjadi di berbagai daerah di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perubahan paradigma politik yang terjadi di tingkat negara. Perubahan paradigma dimaksud adalah dari sistim politik sentralistik ke sistim desentralistik. Miskinnya pengalaman masyarakat dalam berdemokrasi menyebabkan perubahan tersebut dipersepsi sebagai arena perebutan dominasi akses dan kontrol terhadap asset daerah yang didasari semangat komunalisme. Implikasinya, muncul wacana dan kebijakan proses penguasaan asset daerah yang tidak didasarkan pada heterogenitas yang menjadi ciri khas daerah. Penelitian Yayasan Indonesia Sejahtera (YIS) di tiga daerah yakni Konawe Sulawesi Tenggara, Polewali Mandar Sulawesi Barat, dan Kupang Nusa Tenggara Timur menunjukkan kecenderungan akan gejala yang sama dengan pola munculnya konflik seperti di gambarkan di atas. Heterogenitas tidak dipahami sebagai komunitas bersama yang beragam, namun sebagai sebuah arena persaingan perebutan asset daerah yang berakibat munculnya ketegangan antar kelompok dan marjinalisasi kelompok masyarakat tertentu. Analisis terhadap berbagai permasalahan yang dapat menyebabkan konflik di ketiga daerah berujung pada kenyataan bahwa sebagian besar permasalahan tersebut terkait dengan faktor penguasaan akses dan kontrol sumber-sumber ekonomi antara etnis lokal dan pendatang. Banyak kasus-kasus konflik yang dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi yang dikemas dalam isu agama, etnis dan golongan. Analisis lebih jauh menyimpulkan bahwa permasalahan utama potensi konflik di ketiga daerah adalah penguasaan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber ekonomi antara penduduk lokal dengan pendatang, dan sumber daya manusia yang rendah yang dibarengi proses marjinalisasi dan pemiskinan penduduk lokal. Dengan dukungan dari New Zealand Agency for International Development (NZAID), YIS mengembangkan Proyek Penguatan Relasi Antar-etnis Melalui Peningkatan Kegiatan dan Kerjasama Ekonomi Di Konawe, Kupang dan Polman, bekerja sama dengan LSM setempat. Proyek ini didesain untuk tiga tahun dengan tujuan menguatnya relasi antaretnis melalui peningkatan kegiatan dan kerjasama ekonomi melalui pemberdayaan masyarakat sipil yang menghargai nilai-nilai pluralitas dan peningkatan kemampuan ekonomi penduduk lokal di ketiga daerah proyek. Dengan mengambil lokasi di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara serta Kota Kupang dan kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayah-wilayah ini dengan karakteristiknya memiliki potensi konflik horisontal cukup besar dengan berbagai etnis, golongan dan agama dalam satu komunitas. Sedangkan yang menjadi sasaran Proyek ini adalah adalah masyarakat lokal dan masyarakat pendatang dengan kemampuan ekonomi sangat terbatas dan tingkat pendidikan rendah. Proyek juga melibatkan institusi pendidikan formal (sekolah dasar) untuk turut serta mengembangkan pola pendidikan yang demokratis dengan memasukan nilai-nilai pluralisme ke dalam kurikulum pendidikan mereka.

Pelaksanaan program dilakukan dengan pendekatan kelompok dengan model pendampingan menyeluruh. Kelompok dibangun untuk menjadi motor penggerak penyebarluasan nilai-nilai pluralisme di masyarakat sekaligus wadah bersama masyarakat mengembangkan ekonomi. Upaya yang dilakukan terbagi dalam 2 kegiatan besar yaitu : Pertama, penguatan relasi antar etnis dilakukan melalui a) upaya membangun wacana pluralitas melalui pembentukan forum komunikasi, dialog akar rumput antaretnis dsbnya. b) Pelatihan-pelatihan seperti manajemen konflik, jender, analisis social. c) Penulisan bacaan serial pluralisme. d) Pengembangan pola pengajaran demokratis dan plural serta e) Pengenalan nilai-nilai pluralisme kepada anak-anak SD lewat muatan lokal kurikulum. Kedua, upaya peningkatan kegiatan dan kerjasama ekonomi, dilakukan melalui a) Pengembangan usaha ekonomi produktif; seperti pembuatan demplot, bantuan modal usaha, membangun jejaring akar rumput, membangun jaringan pasar dsbnya. b) Pelatihan-pelatihan di bidang ekonomi; seperti manajemen usaha kecil, teknologi tepat guna, dana bergulir dan manajemen ekonomi rumah tangga. c) Membangun institusi ekonomi bersama melalui penulisan bahan bacaan serial pengembangan usaha ekonomi produktif rakyat.

You might also like