You are on page 1of 141

PENGGUNAAN PENDEKATAN PRAGMATIK

DALAM UPAYA MENINGKATKAN


KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI
DI MI AL IHSAN JERU TUREN MALANG
SKRIPSI
Oleh
IMAM ZUBAIDY ANSHORY
07140067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIMMALANG
Januari 2010
PENGGUNAAN PENDEKATAN PRAGMATIK
DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI
DI MI AL IHSAN JERU TUREN MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Stara Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Disusun Oleh
IMAM ZUBAIDY ANSHORY
07140067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Januari 2010
PENGGUNAAN PENDEKATAN PRAGMATIK
DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI
DI MI AL IHSAN JERU TUREN MALANG
SKRIPSI
Oleh
IMAM ZUBAIDY ANSHORY
07140067
Telah Disetujui Tanggal Pebruari 2010
Oleh Dosen Pembimbing
Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA
NIP. 19620507 199503 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dra. Hj. SULALAH, M. Ag
NIP. 19651112 199403 2 002
Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA
Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Nota Dinas Pembimbing
Hal : Skripsi Imam Zubaidy Anshory
Malang, 2010
Lamp : 4 (empat) Eksemplar
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Di
Malang
Assalamualaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi
isi, bahasa maupun teknik penulisan dan setelah membaca skripsi mahasiswa
tersebut di bawah ini:
Nama : Imam Zubaidy Anshory
NIM : 07140067
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi : Penggunaan Pendekatan Pragmatik Dalam
Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas VI Di MI AL IHSAN Jeru Turen
Malang
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah
layak diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA
NIP. 19620507 199503 1 001
HALAMAN PENGESAHAN
PENGGUNAAN PENDEKATAN PRAGMATIK
DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI
DI MI AL IHSAN JERU TUREN MALANG
SKRIPSI
dipersiapkan dan disusun oleh
Imam Zubaidy Anshory (07140067)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
.....................2010 dengan nilai.........
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada tanggal:.......................2010
Panitia Ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang
:
Sekretaris Sidang
:
Pembimbing
Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA
NIP. 19620507 199503 1 001
:
Penguji Utama
:
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA
NIP. 19620507 199503 1 001
DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354
Fax.(0341) 572533
BUKTI KONSULTASI
Nama : Imam Zubaidy Anshory
NIM : 07140067
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dosen Pembimbing : Dr. H. M. Zainuddin, MA
Judul Skripsi : Penggunaan Pendekatan Pragmatik Dalam Upaya
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa
Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI
Di MI AL IHSAN Jeru Turen Malang
No. Tanggal Hal yang dikonsultasikan Tanda Tangan
1 26 Mei 2009 Revisi Proposal
2 11 Juni 2009 Bab I
3 27 Agustus 2009 Bab II dan Bab III
4 25 Januari 2010 Bab IV, Bab V, dan Bab VI
5 27 Januari 2010 Revisi Bab V
6 28 Januari 2010 Revisi Bab VI
7 30 Januari 2010 Revisi Bab I dan Bab III
Malang, 10 Pebruari 2010
Mengetahui
Dekan
Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA
NIP. 19620507 199503 1 001
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 25 Januari 2010
Imam Zubaidy Anshory
MOTTO
7vu1- OT OT:Ec ElT4O
ROE'R4^T
RORNQE^-4 RO4L=OO4^-
W ^RE4 -T"OR-
T=O^O ET El+4O 4Q-
OU^N TET E= T4N
RT-OT:Ec W 4Q-4 OU^N
4R4-^^T^=T
Artinya: Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk-Nya. (Q. S. An-Nahl:125)
1


1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: Al-
Hidayah, 1998), hlm. 421
Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang yang tersayang
yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang dan doanya yang
begitu tulus kepadaku
Ummy tercinta Hj. Siti Zubaidah, dan Abah Drs. H. Kasminto
yang telah bekerja keras mengasuh, mendidik, membimbing dan
berdoa tiada henti dengan penuh kelembutan dan kesabaran.
Guru-guru dan dosenku yang telah mendidikku
dengan ikhlas dan penuh kesabaran.
Adik-adikku tersayang
Mohammad Azhar Habibi & Mintas Tutik Riwayati
Yang selalu menemani dan memotivasi sehingga aku bisa terpacu
dan majumenjadi orang yang engkau banggakan.
Habiby tercinta
yang selalu ada di setiap suka dan dukaku.
Terima kasih banyak atas segalanya
Jazakumullahu Khoiron Katsiir
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Penggunaan Pendekatan Pragmatik
Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI Di MI AL IHSAN Jeru Turen Malang.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah
membawa petunjuk kebenaran seluruh manusia yaitu Ad-Dinul Islam yang kita
harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat.
Penulisan dan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari
keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh UIN Malang
sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi Mahasiswa Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang serta untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan di UIN Malang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan
kurangnya pengalaman, banyaknya hambatan dan kesulitan senantiasa penulis
temui dalam penyusunan skripsi ini. Dengan terselesainya skripsi ini, tak lupa
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang memberikan
arahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan karya ilmiah ini, dengan
segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ayahanda, ibunda, dan adik-adikku tercinta, serta segenap keluarga yang
dengan sabar telah mendoakan, membimbing, mengarahkan, memberi
kepercayaan dan motivasi, serta memberikan bantuan moril dan materiil demi
kesuksesan penulis.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dosen Pembimbing dan Dekan
Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik IbrahimMalang.
4. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
5. Bapak dan ibu dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah
membimbing penulis selama belajar dibangku perkuliahan.
6. Bapak Ali Musyafa selaku Kepala Sekolah MI. AL IHSAN Jeru Turen
Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpin.
7. Bapak Zaini Hamza selaku guru bahasa Indonesia di MI. AL IHSAN Jeru
Turen Malang yang telah memberikan kesempatan mengadakan penelitian di
kelas VI MI. AL IHSAN Jeru Turen Malang.
8. Segenap Guru dan Karyawan MI. AL IHSAN Jeru Turen Malang yang telah
memberikan banyak bantuan dalam mengarahkan, memberi kepercayaan,
bantuan moril dan materiil demi kesuksesan penulis.
9. Seluruh siswa/i kelas VI yang turut membantu jalannya program penelitian
ini.
10. Semua sahabat-sahabat PGMI angkatan 2005-2006 yang selalu memberikan
motivasi dan banyak pengalaman yang berharga.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Tiada kata yang patut diucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya dan doa tulus, semoga amal baik mereka diterima oleh Alloh dan
mendapat Ridho-Nya. Amin..
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin..
Malang, 25 Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL LUAR....................................................................
HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................ i
HALAMAN NOTA DINAS........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iv
HALAMAN BUKTI KONSULTASI ......................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... vi
HALAMAN MOTTO................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. viii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvii
ABSTRAK................................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 8
D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian.................................................................... 8
F. Ruang Lingkup Pembahasan..................................................... 9
G. Definisi Operasional ................................................................. 10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA..................................................................... 11
A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia................................... 12
B. Hakikat Berbicara..................................................................... 16
C. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Pragmatik..................... 18
D. Pragmatik sebagai Pendekatan Pengajaran Bahasa Indonesia.... 24
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................ 31
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................ 31
B. Kehadiran Peneliti .................................................................... 33
C. Lokasi Penelitian ...................................................................... 34
D. Sumber Data............................................................................. 35
E. Prosedur Pengumpulan Data..................................................... 36
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 40
G. Pengecekan Keabsahan Data..................................................... 43
H. Tahapan Penelitian ................................................................... 45
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 52
A. Paparan Data........................................................................... 53
B. Temuan Penelitian .................................................................. 101
BAB V. PEMBAHASAN........................................................................... 109
BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 120
A. Kesimpulan .............................................................................. 120
B. Saran ........................................................................................ 121
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 122
LAMPIRAN................................................................................................ 125
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar................................. 54
Tabel 4.2 Nilai Tes Pra Tindakan ................................................................ 56
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Merumuskan RPP Siklus I................................... 64
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran terhadap Kemampuan
Peneliti dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas ................... 67
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I ............................... 69
Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Tertulis Siswa pada Siklus I.................................. 71
Tabel 4.7 Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I ....... 73
Tabel 4.8 Penilaian terhadap Kemampuan Guru dalam Merumuskan
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pada Siklus II................ 82
Tabel 4.9 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran terhadap Kemampuan Peneliti
dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas................................ 85
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I ............................. 87
Tabel 4.11 Hasil Evaluasi Tertulis Siswa pada Siklus I................................. 89
Tabel 4.12 Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus II ..... 92
Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Belajar pada Tes Tertulis Siswa
pada Siklus Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ......................... 95
Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Tes Lisan
Siklus Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ................................. 97
Tabel 4.15 Keberhasilan Tindakan dari Aspek Pelaksanaan Proses
pada Tindakan Siklus I dan Siklus II............................................ 103
Tabel 4.16 Perbandingan Peningkatan Perolehan Nilai Tes Tertulis Siswa
pada Pra Tindakan, Tindakan Siklus I, dan II............................... 104
Tabel 4.17 Perbandingan Peningkatan Perolehan Nilai Tes Lisan Siswa
pada Siklus I dan II...................................................................... 105
Tabel 4.18 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Pra Tindakan,
Nilai Hasil Siklus I dan Siklus II Secara Tertulis ......................... 108
Tabel 4.19 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Siklus I
dan Siklus II Secara Lisan ........................................................... 109
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ................ 125
Lampiran 2 Rangkuman Siklus I ................................................................ 129
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ................. 132
Lampiran 4 Rangkuman Siklus II ............................................................... 136
Lampiran 5 Pedoman Observasi Penilaian Aktifitas Belajar Siswa ............ 138
Lampiran 6 Indikator Penilaian Proses Belajar Siswa ................................ 140
Lampiran 7 Alat Penilaian Desain Pembelajaran (APKG 1) ....................... 142
Lampiran 8 Alat Penilaian Kemampuan Mengajar (APKG 2)..................... 149
Lampiran 9 Riwayat Hidup Penulis............................................................ 155
ABSTRAK
Imam Zubaidy Anshory, 2010. Penggunaan Pendekatan Pragmatik Dalam
Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas VI Di MI AL IHSAN Jeru Turen Malang. Skripsi,
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Dosen Pembimbing: Dr. H. M. Zainuddin, MA
Kata kunci: Pendekatan pragmatik, keterampilan berbicara, bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk mempersatukan keberagaman
bahasa, adat istiadat, suku, dan budaya. Bertolak dari hal tersebut, siswa
diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia
dengn baik dan benar. Permasalahan yang terjadi di kelas adalah siswa belum
mampu berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta
tidak sesuai dengan situasi dan konteks, sehingga perlu adanya inovasi dalam
pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu
meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI MI AL IHSAN Jeru Turen
yang mencakup kelancaran berbicara, intonasi, struktur kalimat, ketepatan pilihan
kata, kontak mata dengan orang lain serta sesuai dengan situasi dan konteks.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
pragmatik. Pendekatan pragmatik membelajarkan siswa agar dapat berbicara
sesuai situasi dan konteks antara lain: siapa, di mana, kapan, tujuan, dan peristiwa
apa. Rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK)
melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian
berjumlah 49 siswa di MI AL IHSAN Jeru Kecamatan Turen Kabupaten Malang.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes, observasi, dan wawancara
selama proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, pendekatan pragmatik
diterapkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VI di MI AL IHSAN Jeru
Turen.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: hasil belajar siswa
berupa pemahaman konsep tentang situasi dan konteks saat berbicara secara
klasikal mengalami peningkatan, yaitu dari 57,1% pada pra tindakan menjadi
65,9% pada siklus I, dan 82,0% pada siklus II. Hasil belajar yang berupa tes
secara lisan pada siklus I diperoleh skor 51,5% dan menjadi 74,4% pada siklus II.
Secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningakatan dan mencapai
target yang telah ditetapkan setelah pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pragmatik. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendekatan pragmatik telah berhasil meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Dari hasil penelitian ini diharapkan agar guru menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pragmatik dalam mengajarkan mata pelajaran
bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara. Bagi peneliti lain diharapkan
dapat meneliti dengan menggunakan metode atau pendekatan lain dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan bangsa Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan
sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik
untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
2
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya
dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan
berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan
berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan
perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang
berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi
masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang
komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu, keterampilan


2
Depag, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah (Jakarta: Dirjen
Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 103
berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang kritis
karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan,
pikiran, dan perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan,
keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan
yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi
dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia sedang
berbicara.
3
Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia
telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara
tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih menggunakan
bahasa (using language). Dengan kata lain, yang ditekankan adalah
penguasaan tentang bahasa (form-focus). Guru bahasa Indonesia lebih banyak
berkutat dengan pengajaran tata bahasa, dibandingkan mengajarkan
kemampuan berbahasa Indonesia secara nyata.
4
Salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk
mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan adalah pendekatan pragmatik. Melalui pendekatan pragmatik,
siswa diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang nyata
dengan menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif.
5
Penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan
berbicara diharapkan mampu membawa siswa ke dalam situasi dan konteks


3
Ibid., hlm. 103 -108

4
Ibid., hlm. 13

5
Suyono, Pragmatik Dasar-Dasar dan Pengajaran Pragmatik (Malang: YA3, 1990), hlm. 59
berbahasa yang sesungguhnya sehingga keterampilan berbicara mampu
melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional,
dan afektif. Yang tidak kalah penting, para siswa juga akan mampu
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis, mampu menghargai dan bangga menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta mampu
memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Zaini Hamza
guru bahasa Indonesia di MI AL IHSAN menunjukkan bahwa keterampilan
berbicara siswa kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen berada pada tingkat
yang rendah, diksi (pilihan kata)-nya payah, kalimatnya tidak efektif, struktur
tuturannya rancau, alur tuturannya pun tidak runtut dan kohesif. Ketika
menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh guru seringkali siswa
hanya diam. Sebagian siswa dapat menjawab pertanyaan guru, namun hanya
dengan jawaban singkat. Seringkali juga siswa ketika menjawab pertanyaan
guru, namun menggunakan bahasa daerah (bahasa jawa kromo inggil). Para
siswa mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya
secara lancar, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menjalin
kontak mata dengan pihak lain secara komunikatif dan interaktif pada saat
berbicara.
6


6
Wawancara dengan Bapak Zaini Hamza, Guru Bahasa Indonesia MI AL IHSAN Jeru Turen,
tanggal 25 Mei 2009
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian
pendidikan. Dalam hal ini penulis akan mengadakan penelitian dengan topik
yang berjudul Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Kelas VI di MI AL
IHSAN Jeru Turen Malang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan rumusan
masalah penelitian ini, yaitu: bagaimana keterampilan berbicara siswa kelas
VI di MI AL IHSAN Jeru Turen setelah menggunakan pendekatan pragmatik
dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan keterampilan
berbicara siswa kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen setelah menggunakan
pendekatan pragmatik dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia.
D. Hipotesis Penelitian
Jika pendekatan pragmatik diterapkan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, maka dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI di
MI. AL IHSAN Jeru Turen Malang..
E. Manfaat Penelitian
Secara praktis hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Siswa
Keterampilan berbicara siswa kelas VI MI AL IHSAN Jeru Turen
yang menjadi subjek penelitian ini mengalami peningkatan signifikan.
2. Guru
Para guru dapat mengetahui langkah-langkah pendekatan pragmatik
sebagai upaya dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan guru di tingkat
satuan pendidikan yang lebih tinggi, seperti SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA, diharapkan juga menggunakan hasil penelitian ini dalam
upaya melakukan inovasi pembelajaran bahasa Indonesia.
3. Lembaga yang diteliti
Penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
mencapai hasil-hasil yang optimal dalam pelaksanaan pembelajaran di MI
AL IHSAN Jeru Turen.
4. Peneliti
Penelitian ini adalah sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan
memperkaya pengetahuan (keilmuan) dan juga untuk menambah
pengalaman.
5. Bagi Jurusan
Hasil penelitian sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan
pembelajaran. Sedangkan bagi dosen yang lain, hasil penelitian dapat
digunakan sebagai referensi dalam memilih dan menerapkan suatu
pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan atau
kompetensi tertentu.
5. Bagi Fakultas / Universitas
Sebagai wahana untuk menjalankan tugasnya dalam mengemban Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yaitu melaksanakan: 1) pendidikan dan
pembelajaran, 2) penelitian, dan 3) Pengabdian kepada masyarakat.
Mengingat fakultas ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon guru
profesional di masa depan. Dengan demikian hasilnya dapat dijadikan
sebagai bahan masukan untuk mempersiapkan calon guru di masa yang
akan datang, dan juga sebagai pengembangan keilmuan dalam dunia
pendidikan.
F. Ruang Lingkup Pembahasan
Agar pembahasan ini lebih mengarah dan tidak menimbulkan kekeliruan
atau meluasnya pembahasan, maka perlu dibatasi masalah-masalah yang akan
dibahas. Adapun ruang lingkup pembahasannya adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan pendekatan pragmatik dalam penelitian ini sifatnya adalah
terbatas, yaitu di dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran
bahasa Indonesia khususnya untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen;
2. Proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan
pragmatik untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI di
MI AL IHSAN Jeru Turen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas VI.
3. Inti dari penelitian ini adalah membahas tentang keterampilan berbicara
siswa kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen dalam pembelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan pendekatan pragmatik.
G. Penegasan Istilah
Adapun definisi dan batasan istilah yang berkaitan dengan judul dalam
penulisan skripsi ini sebagai berikut:
1. Keterampilan adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan
sesuatu dalam bidang keahlian tertentu;
2. Berbicara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu penyampaian
maksud (ide, pikiran) dari anak kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain;
3. Pendekatan pragmatik merupakan salah satu pendekatan dalam bahasa
yang memfokuskan pada keterampilan berkomunikasi yang menekankan
pada kebermaknaan dan penyampaian makna (fungsi) menggunakan
bahasa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Banyak karya ilmiah yang meneliti tentang pembelajaran bahasa Indonesia,
dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik ataupun
meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini bukan merupakan penelitian
awal, artinya bahwa sebelum penelitian ini sudah ada penelitian-penelitian yang
mengangkat tema atau topik yang sama. Ada beberapa contoh judul penelitian
yang peneliti temukan dari hasil karya penelitian terdahulu sebagai pembanding,
antara lain adalah: Pengalaman Berinovasi Guru SMA dalam Pengajaran Bahasa
Indonesia (disusun oleh Agus Gerrad Senduk pada Tahun 2005)
7
, dan
Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan
Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan Timur (disusun oleh Yones P
pada tahun 2007)
8
, dan lain-lain.
Dari beberapa judul penelitian karya ilmiah diatas, menunjukkan bahwa pada
tiap tahun ada upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa Indonesia. Disini penulis meneliti tentang keterampilan
berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan
yang sesuai yaitu pendekatan pragmatik.


7
Agus Gerrad Senduk, Pengalaman Berinovasi Guru SMA dalam Pengajaran Bahasa
Indonesia (http:www.yahoo.com, diakses 3 Mei 2009)

8
Yones P, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan
Kalimantan Timur (http:www.yahoo.com, diakses 3 Mei 2009)
A. Keterampilan Berbicara dalamPembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam lampiran peraturan menteri pendidikan nasional republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah, khususnya tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran bahasa Indonesia SD/MI secara eksplisit dinyatakan bahwa bahasa
memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik
mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan
dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat menggunakan bahasa tersebut,
dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang
ada dalam dirinya.
9
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar
kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan


9
Depag, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah (Jakarta: Dirjen
Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 103
sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik
untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
10
Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia semacam itu
diharapkan:
1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa
sendiri;
2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa
dan sumber belajar;
3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan
dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan
peserta didiknya;
4. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;
5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang
tersedia;


10
Ibid..
6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.
11
Adapun tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis;
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara;
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan;
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa;
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
12
Secara garis besar tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia adalah agar
anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Itu berarti agar anak-anak
mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik
menggunakan bahasa Indonesia.


11
Ibid., hlm.104

12
Ibid..
Melalui harapan tersebut, pengajaran bahasa Indonesia dikelola agar anak-
anak memiliki keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Indonesia sebagai
berikut:
1. Menulis laporan ilmiah atau laporan perjalanan;
2. Membuat surat lamaran pekerjaan;
3. Berbicara di depan umum atau berdiskusi;
4. Berpikir kritis dan kreatif dalam membaca;
5. Membuat karangan-karangan bebas untuk majalah, koran, surat-surat
pembaca, brosur-brosur, dan sebagainya.
Apa pun bahan atau aturan-aturan bahasa yang diberikan kepada anak-
anak, dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan praktis semacam itu.
Sedangkan, ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakupi
komponen- komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang
meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa keterampilan
berbicara merupakan salah salah satu aspek kemampuan berbahasa yang wajib
dikembangkan di MI. Keterampilan berbicara memiliki posisi dan kedudukan
yang setara dengan aspek keterampilan mendengarkan, membaca, dan
menulis.
Sementara itu, standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan
berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SD/MI kelas VI Semester
I berdasarkan Standar Isi dalam lampiran peraturan mendiknas nomor 18/2006
standar kompetensi keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia
SD/MI Kelas VI semester I adalah mampu mengungkapkan pikiran, pendapat,
gagasan, dan perasaan secara lisan melalaui menceritakan hasil pengamatan,
menyampaikan pesan atau informasi, membahas isi buku, mengkritik sesuatu,
berpidato, berdiskusi, dan memerankan drama anak. Dengan kompetensi dasar
menyampaikan pesan / informasi yang diperoleh dari narasumber.
13
B. Hakikat Berbicara
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berbicara adalah
berkata; bercakap; berbahasa; atau melahirkan pendapat (dengan perkataan,
tulisan, dsb), atau berunding.
14
Sementara itu menurut Tarigan dengan menitikberatkan pada kemampuan
pembicara menyatakan,
Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi terhadap kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan,
sebagai bentuk atau wujudnya, berbicara dinyatakan sebagai suatu
alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar
atau penyimak.
15
Hal senada juga dikemukakan oleh Mulgrave yang menyatakan, berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk
mengekspresikan pikiran.
16


13
IKAPI, Aku cinta Bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Solo: PT Tiga
Serangkai, 2007), hlm. 10

14
Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Ende-Flores: Nusa Indah, 1996), hlm.
144

15
Tarigan dan Henry Guntur, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung:
Angkasa,1988), hlm. 13

16
Ibid..
Selanjutnya Mulgrave menyatakan,
Berbicara merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan dilihat
yang memanfaatkan otot-otot dan jaringan otot manusia untuk
mengomunikasikan ide-ide. Berbicara juga dipahami sebagai bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikis, neurologis,
semantik, dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat digunakan
sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial.
17
Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara pada
hakikatnya adalah merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam
bentuk bunyi-bunyi bahasa. Dalam konteks demikian, keterampilan berbicara
bisa dipahami sebagai keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui
rangkaian nada, tekanan, dan penempatan jeda. Jika komunikasi berlangsung
secara tatap muka, aktivitas berbicara dapat diekspresikan dengan bantuan
mimik dan pantomimik pembicara.
18
Merujuk pada pendapat tersebut penulis berpendapat, bahwa keterampilan
berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk menceritakan,
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan
kepada orang lain.
Keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di MI/SD
saat ini, arah pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dituangkan dalam tujuan
pengajaran bahasa Indonesia yang secara eksplisit dinyatakan dalam


17
Ibid..

18
Ibid..
kurikulum. Menurut Brown dan Yule yang kemudian dikutip oleh Nunan
menyatakan, keterampilan berbicara tidak dapat diperoleh secara begitu saja
melainkan harus dipelajari dan dilatih.
19
C. Pengertian Pragmatik
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia terdapat kata pragmatik,
pragmatis, dan pragmatisme. Kata pragmatik di dalam kamus itu diberi makna
sebagai berikut:
1. syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam
komunikasi,
2. susunan pemerintahan, dan
3. berfaedah untuk umum, memberikan hasil yang berguna untuk menambah
pengerahuan dan berdasarkan kenyataan.
20
Menurut Charles Morris, istilah pragmatik yang kita gunakan dalam
kaitannya dengan pengajaran bahasa berasal dari pembagian bahasa terdiri
dari tiga macam, yaitu:
1. syntactics atau sintaksis, adalah kajian tentang hubungan antara unsur-
unsur bahasa,
2. semantics atau semantic, yakni kajian tentang hubungan unsur-unsur
bahasa dengan maknanya, dan
3. pragmatics atau pragmatik, yakni kajian hubungan unsur-unsur bahasa
dengan pemakai bahasa.
21


19
Nunan, David, Designing Tasks for the Communicative Classroom (Cambridge: Cambridge
University Press, 1989), hlm. 27

20
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdikbud, 1988), hlm. 698
Menurut Suyono yang berdasarkan pendapat dari Levinson menyatakan,
pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk
mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat
itu.
22
Dalam kehidupan sehari-sehari sering kita menggunakan istilah yang
fragmentaris, Engkau hendak pergi kemana?, Ke pasar. Kalimat yang
fragmentaris ini biasanya hanya dipakai dalam konteks percakapan oleh
karena baik pembicara maupun pendengar telah mengetahui apa yang
dimaksud. Oleh karena kita memakai dasar konteks (bagaimana kalimat ini
digunakan), maka kita berhubungan dengan bidang kajian pragmatik.
Kegiatan berbahasa secara aktual adanya sangat kompleks. Pada saat kita
menggunakan bahasa itu banyak faktor yang harus diperhatikan agar wujud
bahasa yang dihasilkan bisa diterima oleh orang lain dan dapat menyampaikan
pesan secara efisien dan efektif. Kegiatan berbahasa dalam peristiwa
komunikatif menurut pandangan pragmatik wajib menerapkan secara
komprehensif prinsip pemakaian bahasa sebagai berikut:
1. Penggunaan bahasa memperhatikan aneka aspek situasi ujaran;
2. Penggunaan bahasa memperhatikan prinsip-prinsip sopan-santun;
3. Penggunaan bahasa memperhatikan prinsip-prinsip kerja sama;


21
Nababan, Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya (Jakarta: Dep P & K, 1987), hlm. 1

22
Suyono, Pragmatik Dasar-Dasar dan Pengajarannya (Malang: YA3, 1990), hlm. 12
4. Penggunaan bahasa memperhatikan faktor-faktor penentu tindak
komunikatif.
23
Pragmatik mengarah kepada kemampuan menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi yang menghendaki adanya penyesuaian bentuk (bahasa) atau
ragam bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Faktor-faktor
tindak komunikatif itu antara lain adalah: siapa berbicara dengan siapa, untuk
tujuan apa, dalam peristiwa apa, jalur yang mana (lisan atau tulisan), dan
dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, atau upacara).
Suyono mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna tuturan
(utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Sedangkan
memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan
mempertimbangkan konteksnya, yakni penggunaannya pada peristiwa
komunikasi.
24
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pragmatik pada hakikatnya
mengarah kepada perwujudan kemampuan pemakai bahasa untuk
menggunakan bahasanya sesuai dengan faktor-faktor dalam tindak
komunikatif dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan bahasa secara
tepat.


23
Levinson, Stephen C, Pragmatics ( Cambridge: Cambridge University Press Levinson,
1983)), hlm. 27

24
Suyono, op. cit, hlm. 3
D. Ruang Lingkup Kajian Pragmatik
Levinson menyebutkan bahwa pragmatik sebagai bidang tersendiri dalam
ilmu bahasa berobjek kajian: deiksis, implikatur, praanggapan, pertuturan, dan
struktur wacana.
25
Pokok kajian pragmatik tersebut akan diulas di bawah ini.
1. Deiksis
Deiksis sebagai objek kajian pragmatik dimaksudkan sebagai bentuk-
bentuk bahasa yang tidak memiliki acuan yang tetap. Makna bentuk-
bentuk bahasa yang dikaji pragmatik ditentukan oleh konteksnya.
26
2. Implikatur Percakapan
Implikatur percakapan merupakan salah satu ide yang sangat penting
dalam pragmatik. Implikatur percakapan pada dasarnya merupakan suatu
teori yang sifatnya inferensial, suatu teori tentang bagaimana orang
menggunakan bahasa, keterkaitan makna suatu tuturan yang tidak
terungkapkan secara literal pada tuturan itu. Brown menjelaskan,
Implicature means what a speaker can imply, suggest, or mean, as
distinct from what the speaker literally says. Implikatur percakapan
berarti apa yang diimplikasikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh
penutur tidak terungkapkan secara literal dalam tuturannya.
27


25
Suyono, Pragmatik Dasar-Dasar dan Pengajarannya (Malang: YA3, 1990), hlm. 11

26
Ibid., hlm. 12

27
Brown, Douglas H, Principles of Language Teaching and Learning (New Jersey: Prentice-
Hall, 1984), 31
3. Praanggapan
Jika suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan
dengan pengucapan kalimat itu, turut tersertakan pula tambahan makna
yang tidak dinyatakan tetapi tersiratkan dari pengucapan kalimat itu.
Pengertian inilah yang dimaksud dengan praanggapan. Kalimat yang
dututurkan dapat dinilai tidak relevan atau salah bukan hanya karena
pengungkapannya yang salah melainkan juga karena praanggapannya yang
salah. Stalnaker menyatakan, presuppositions are what is taken by
speaker to be the common ground of the participants in a conversation
28
.
Praanggapan adalah apa yang digunakan oleh pembicara sebagai dasar
utama bagi lawan bicara dalam percakapan.
4. Tindak Ujaran
Menurut Austin mengucapkan sesuatu adalah melakukan sesuatu.
Austin secara khusus mengemukakan bahwa tuturan-tuturan kita tidak
semata-mata hendak mengkomunikasikan suatu informasi, melainkan
meminta suatu tindakan atau perbuatan.
29
Bilamana seseorang mengatakan, misalnya: Saya minta maaf; Saya
berjanji; atau Saya akan datang, tuturan-tuturan ini memberikan suatu
realitas sosial dan psikologis. Artinya, permintaan maaf dilakukan pada
saat orang itu minta maaf dan bukannya sebelumnya. Janji atau
kedatangannya kelak harus dipenuhi, dan bukannya sekarang ini.


28
Stalnaker, James C, Communicative Competence, Language Proficiency and Beyond,
(Oxford: Oxford University Press. 1987), hlm. 321

29
Marmo Sumarmo, Pragmatik dan Perkembangan Mutakhirnya (Jakarta: Makalah pada
Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya ,1 dan 2 September 1987), hlm. 15
Dalam menganalisis tindak ujaran atau tuturan, kita mengkaji efek-
efek tuturan terhadap tingkah laku pembicara dan lawan bicaranya. Austin
membedakan adanya tiga jenis efek tindak tuturan, yaitu: tindak lokusi,
tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.
30
Kenyataan bahwa suatu tindakan
atau perbuatan komunikasi itu terjadi disebut sebagai tindak lokusi. Tindak
lokusi mengacu pada makna literal, makna dasar, atau makna referensial
yang terkandung dalam tuturan. Tindakan yang dilakukan sebagai akibat
dari suatu tuturan disebut tindak ilokusi. Dalam hal ini, tindak ilokusi
berarti to say is to do. Tindak perlokusi mengacu pada efek atau
pengaruh suatu tuturan terhadap pendengar atau lawan bicara.
5. Struktur Wacana
Struktur wacana atau struktur percakapan menurut Soemarmo
mencakup soal ganti giliran, penggunaan kalimat yang tidak lengkap, kata
penyela, dan sebagainya.
31
Dengan melakukan analisis terhadap struktur
percakapan, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
makna ujaran-ujaran dalam percakapan melalui maksim-maksim
32
E. Pragmatik sebagai Pendekatan Pengajaran Bahasa Indonesia
Ihwal pendekatan pragmatik dalam periodisasi sejarah pengajaran bahasa
memang tidak disebutkan secara jelas dan tegas. Akan tetapi, Bambang
Kaswanti Purwo menyamakan pendekatan pragmatik dengan pendekatan


30
Soemarmo, op. cit, hlm. 15

31
Marmo Sumarmo, op. cit, hlm. 17

32
Levinson, op. cit. hlm. 364
komunikatif. Bambang Kaswanti Purwo menyatakan, Pengajaran bahasa
dengan pendekatan komunikatif lazim pula disebut sebagai pengajaran bahasa
dengan pendekatan pragmatik.
33
Pendekatan komunikatif yang muncul pada pertengahan tahun 1970-an
dan awal tahun 1980-an dilatarbelakangi oleh teori linguistik kompetensi
komunikatif. Sebagai suatu pendekatan, kompetensi komunikatif dalam
pengajaran bahasa harus memiliki landasan atau asumsi-asumsi teoretis,
aspek-aspek tujuan, silabus, ciri-ciri kegiatan belajar dan mengajar, peranan
guru, peranan siswa, materi pelajaran, dan prosedur pengajaran.
34
1. Tujuan Pengajaran
Menurut Richards dan Rodgers sebagaimana dikutip oleh Nuril Huda
mengemukakan adanya lima tingkatan tujuan dalam pendekatan
komunikatif. Kelima tingkatan tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tingkat integratif dan isi. Tingkat ini mempersoalkan hakikat bahasa
sebagai sarana eskpresi.
b. Tingkat kebahasaan dan tingkat instrumental. Tingkat ini berkaitan
dengan bahasa sebagai sistem semiotik dan objek belajar.
c. Tingkat afektif hubungan antarpersonal dan perilaku. Tingkat ini
berkaitan dengan bahasa sebagai sarana mengekspresikan nilai dan
pertimbangan mengenai diri seseorang lainnya.


33
Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1990), hlm. 130

34
Nuril Huda, Metode Audiolingual vs. Metode Komunikatif: Suatu Perbandingan, (Jakarta,
Makalah pada Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya, 1 dan 2 September 1987),
hlm. 31
d. Tingkat kebutuhan-kebutuhan belajar individual yang berkaitan
dengan belajar remedial berdasarkan analisis kesalahan.
e. Tingkat tujuan ekstrakebahasaan pendidikan umum yang berkenaan
dengan belajar bahasa di dalam kurikulum sekolah.
35
2. Silabus
Silabus nasional yang mengkhususkan kategori-kategori semantik-
gramatikal dan kategori-kategori fungsi komunikatif yang
mengekspresikan kebutuhan siswa, merupakan salah satu model silabus
yang diusulkan dalam pendekatan komunikatif. Silabus nasional ini
kemudian oleh Council of Europe diperluas dan dikembangkan lagi
dengan memasukkan ke dalam silabus tersebut: deskripsi tujuan
pengajaran bahasa, situasi di mana secara khusus bahasa itu dapat
digunakan, topik, fungsi, makna, dan kosa kata dan tata bahasa.
36
3. Kegiatan Belajar dan Mengajar
Jenis praktik dan kegiatan yang sesuai dengan pendekatan komunikatif
tidaklah terbatas. Setiap praktik atau pelatihan harus dapat memungkinkan
siswa mencapai tujuan komunikatif yang tercantum dalam kurikulum,
mengikutsertakan siswa dalam komunikasi, menawarkan penggunaan
setiap proses komunikatif sebagai tukar informasi, pengenalan makna, dan
interaksi.


35
Tarigan, Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. (Jakarta: P2LPTK
Depdikbud, 1989), hlm.. 285-287

36
Richards, dkk, Approach and Method in Language Teaching (Cambridge: Cambridge
University Press, 1986), hlm. 73-74
Mengenai interaksi guru dengan murid serta interaksi murid dengan
murid. Larsen-Freeman mengatakan bahwa guru adalah inisiator kegiatan-
kegiatan di kelas, tetapi ia tidak selalu harus berinteraksi dengan siswa-
siswa. Kadang-kadang ia hanya berfungsi sebagai pembantu komunikator
(co-communicator) saja. Ia lebih banyak harus menciptakan situasi-situasi
yang mempercepat terjadinya komunikasi antar siswa-siswa. Siswa-siswa
harus banyak saling berinteraksi dalam kelompok kecil atau secara
berpasangan.
37
4. Peranan Siswa
Peranan siswa dalam pendekatan komunikatif dilukiskan oleh Breen
dan Candlin sebagai negosiator antara diri pribadi, proses belajar, dan
objek belajar. Artinya, apa yang dikontribusikannya harus sama dengan
apa yang diperolehnya dan ia belajar dalam ketergantungannya pada
siswa-siswa lainnya.
Dalam kaitan dalam peranan siswa, Richards dan Rodgers
mengatakan,
The role of the learner as negotiator between the self, the
learning process, and the object of learning - The implication
for the learner is that he should contribute as much as he gains,
and thereby learn in an interdependent way
38
5. Peranan Guru
Sebagaimana dikemukakan oleh Breen dan Candlin ada dua peranan
utama guru dalam pengajaran berpendekatan komunikatif, yaitu:


37
Larsen-Freeman dan Diane, Techniques and Principles in Language Teaching (Oxford:
Oxford University Press, 1986), hlm. 133

38
Richards, dan Rodgers, op. cit., hlm. 77
a. Guru sebagai pemberi kemudahan proses komunikasi antara semua
yang terlibat di kelas, dan antara mereka yang terlibat dengan berbagai
kegiatan dan teks.
b. Guru sebagai seorang yang terlibat secara mandiri dalam kelompok
belajar mengajar.
39
Guru sebagai orang yang terlibat secara mandiri dalam kelompok
belajar mengajar, peranan ini berimplikasi terhadap seperangkat peranan
sekunder seperti:
a. Guru sebagai pengorganisasi sumber belajar dan juga sebagai sumber
belajar itu sendiri.
b. Guru sebagai pembimbing dalam langkah-langkah kegiatan belajar
mengajar
c. Guru sebagai peneliti.
40
Di samping itu, menurut Richards dan Rodgers, guru juga diharapkan
berperan sebagai penganalisis kebutuhan, penyuluh, dan pengelola proses
kelompok.
41
6. Peranan Materi Pelajaran
Bahan pelajaran dalam pendekatan komunikatif berperan sebagai cara
untuk mempengaruhi kualitas interaksi kelas dan penggunaan bahasa
secara komunikatif. Untuk mencapai tujuan ini, Richards dan Rodgers


39
Tarigan, op. cit., hlm. 290

40
Ibid..

41
Richards, dan Rodgers op. cit., hlm. 78-79)
serta Tarigan mengatakan bahwa ada tiga cara pengembangan bahan
pengajaran dalam pendekatan komunikatif, yaitu:
a. bahan pengajaran yang berdasarkan teks,
b. bahan pengajaran yang berdasarkan tugas, dan
c. bahan pengajaran yang asli atau nyata.
42
7. Prosedur Pengajaran
Dalam pendekatan komunikatif terdapat banyak variasi prosedur atau
langkah-langkah pengajarannya. Salah satunya dikemukakan oleh
Finocchiaro dan Brumfit sebagaimana dikutip oleh Tarigan langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Dialog pendek disajikan dengan didahului penjelasan tentang fungsi-
fungsi ungkapan dalam dialog itu serta situasi tempat dialog itu terjadi.
b. Latihan mengucapkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam dialog itu.
Latihan dapat diberikan secara perorangan, kelompok, atau klasikal.
c. Tanya jawab yang didasarkan pada topik dan situasi dialog.
d. Dilanjutkan dengan pertanyaan serupa yang berkaitan dengan
pengalaman pribadi siswa tetapi masih di sekitar tema dialog.
e. Membahas ungkapan komunikatif dalam dialog atau ungkapan serupa
yang mungkin muncul atau memiliki kesamaan makna, atau
mendiskusikan struktur kalimat.
f. Siswa menemukan generalisasi kaidah-kaidah yang mendasari
ungkapan atau struktur fungsi tersebut yang dapat mencakup:


42
Tarigan dan Henry Guntur, op. cit., hlm. 291-294
1) Bentuk-bentuk lisan dan tertulisnya;
2) Posisi dalam ucapan;
3) Formalitas dalam ucapan;
4) Fungsi dan makna gramatikalnya;
5) Pengenalan lisan akan kegiatan-kegiatan interpretative;
6) Kegiatan produksi lisan: dari kegiatan terpimpin ke kegiatan
komunikasi bebas;
7) Menyalin dialog-dialog, dialog-dialog mini, atau modul;
8) Memberi contoh bagaimana siswa harus mengerjakan tugas
pekerjaan rumah;
9) Melaksanakan tes atau evaluasi belajar di kelas (hanya lisan).
43


43
Tarigan dan Henry Guntur, op. cit., hlm. 295-296
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebab dalam
melakukan tindakan kepada subyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah
mengungkap makna, yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya
meningkatkan motivasi, kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan yang
dilakukan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen dalam
bukunya Wahidmurni bahwa ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima macam
yaitu: menggunakan latar alamiah, bersifat deskriptif, lebih mementingkan
proses daripada hasil, induktif, dan makna merupakan hal yang esensial.
44
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Penelitian tindakan kelas tersebut merupakan
penelitian kualitatif, meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat
kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata. Lebih
tepatnya, rancangan penelitian seperti itu dapat disebut penelitian deskriptif
yang berorientasi pada pemecahan masalah, karena sesuai dengan aplikasi
tugas guru dalam memecahkan masalah pembelajaran atau dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran.
45


44
Wahidmurni, Penelitihan Tindakan Kelas dari Teori Menuju Praktik (Malang: UM.Press,
2008), hlm. 33

45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 1993), hlm.309
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
46
Sedangkan penelitian deskriptif menurut Mardalis adalah penelitian yang
bertujuan untuk mendiskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Didalamnya
terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan
menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.
47
Beberapa keunggulan tersebut didapat dari beberapa karakter yang
melekat pada jenis penelitian ini. Beberapa karakter tersebut sebagaimana
disebutkan oleh Lincon dan Guba, antara lain :
1. Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari
suatu keutuhan (enity)
2. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri
atau dengan bantuan orang lain.
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif.
4. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori
subtantif yang berasal dari data.
6. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil.
7. Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas
dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam peneltian.


46
Ibid..

47
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),
hlm.26
8. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas, dan objektivitas
dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam
penelitian klasik.
9. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus
disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara).
10. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi
yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan
sumber data.
Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian
tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti di kelas atau
bersama-sama orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan,
dan merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam
suatu siklus.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus tindakan di dalam kelas, yaitu
pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Hasil refleksi pada pra tindakan
digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pada siklus I. Sedangkan
hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan tindak lanjut pada siklus II.
Pada masing-masing siklus penelitian ini terdapat beberapa tahapan, yaitu
tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan/ implementasi tindakan, tahap
observasi, dan tahap refleksi.
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini kehadiran peneliti sangat diperlukan, disamping itu
peneliti sendiri juga bertindak sebagai instrumen penelitian. Dimana peneliti
bertugas untuk merencanakan, melaksanakan pengumpulan data, menganalisis
data, menafsirkan data dan pada akhirnya peneliti juga yang menjadi pelapor
hasil penelitiannya. Hal ini dikarenakan agar dapat lebih memahami latar
penelitian dan konteks penelitian.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti bekerja sama dengan guru
bahasa Indonesia, sehingga terdapat proses kolaboratif dengan guru. Namun
pada observasi awal penelitian ini, peran peneliti adalah sebagai pengamat
penuh, yaitu sebagai pengamat yang tidak terlibat secara langsung dengan
subyek penelitian dalam menjalankan proses penelitian. Hal ini dilakukan
karena sebagai upaya untuk menjaga obyektifitas hasil pra tindakan penelitian
di lapangan.
Untuk melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan
proposal penelitian yang dilakukan secara formal kepada pihak sekolah pada
bulan Mei. Dalam hal ini wakil dari kepala sekolah yang berwenang
mengambil keputusan atas proses perizinan penelitian tersebut. Kemudian
dilanjutkan dengan hubungan secara emosional antara wakil kepala sekolah
dengan guru dan memberikan penjelasan tentang tujuan kehadiran peneliti
sebagai langkah awal. Diharapkan penelitian ini dapat dilakukan sesuai
dengan yang dikehendaki, sehingga proses penelitian nantinya dapat berjalan
dengan baik dan lancar.
C. Setting Penelitian
1. Lokasi Sekolah
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI. AL IHSAN Jeru
Turen. MI. ini merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang terletak di
desa Jeru kecamatan Turen kabupaten Malang.
2. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitihan ini adalah seluruh siswa kelas VI di MI. AL
IHSAN Jeru Turen. Banyaknya siswa yang menjadi subjek penelitian ini
sebanyak 49 siswa.
3. Mata Pelajaran
Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran yang sesuai dengan
disiplin ilmu, yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia aspek keterampilan
berbicara pade materi pokok berwawancara dengan narasumber dan
peloporannya.
4. Karakteristik Sekolah
Sekolah yang peneliti tempati merupakan salah satu dari madrasah
yang bertempat di desa Jeru kecamatan Turen kabupaten Malang yang
berdiri sejak tahun 1952. Sekolah ini mulai dibangun dan secara bertahap
melengkapi sarana fasilitasnya hingga menjadi sekolah yang layak dipakai
sebagai tempat kegiatan belajar mengajar
Pembangunan fisik yang dilakukan mengalami perkembangan yang
sangat baik. Madrasah ini tidak mengambil keuntungan dari siswa karena
tidak ada istilah SPP di sekolah ini, tetapi menggunakan istilah infak yang
dibayar peserta didik seikhlasnya sesuai dengan perjanjian yang sudah
disepakati oleh wali murid peserta didik.
5. Karakteristik Siswa
Dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara, kondisi kelas VI di MI.
AL IHSAN pada kegiatan belajar mengajar dalam kelas belum bisa
dikatakan baik. Mereka kurang begitu antusias mengikuti pembelajaran,
khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Siswa dikelas VI ini
cenderung ramai, tidak memperhatikan ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Tetapi jika diajar oleh guru yang mereka senangi, maka
proses pembelajaran dapat berjalan dengan tenang dan efektif.
D. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh. Sumber data utama dalam penelitan kualitataif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
48
Sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi penelitian,
karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan
menentukan ketepatan dan kekayaan data yang diperoleh. Data tidak akan bisa
diperoleh tanpa adanya sumber data.
49
Dan sumber data yang dimanfaatkan
dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.


48
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.
157

49
Muhammad Tholchah Hasan, dkk. Metodologi Penelitian Kualitatif Tinjauan Teoritis dan
Praktis. (Malang: Lembaga Penelitian Universitas Islam Malang, 2002), hlm. 117
1. Data primer
Data primer merupakan data yang didapatkan dari orang pertama/
informan yang mengetahui secara jelas dan rinci tentang permasalahan
yang sedang diteliti.
50
Dalam penelitian ini data primer berupa kata-kata,
ucapan, dan prilaku subyek penelitian yang berkaitan dengan proses
belajar mengajar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VI MI
AL IHSAN Jeru Turen. Data penelitian ini mencakup hasil evaluasi
pembelajaran (tes lisan dan tes tulis), berupa catatan lapangan yang
berkaitan dengan aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran bahasa
Indonesia berlangsung yang diperoleh dari dokumentasi, observasi, dan
interview.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen
berupa catatan, perekaman data-data, dan foto-foto yang dapat digunakan
sebagai data pelengkap. Data skunder dalam penelitian ini diperoleh dari
bagian tata usaha. Dari data sekunder ini diharapkan peneliti memperoleh
data-data tertulis berkaitan dengan profil sekolah, dokumen-dokumen
sekolah, jumlah guru, jumlah siswa dan fasilitas di MI AL IHSAN Jeru
Turen.


50
Lexi J.Moleong, op.cit., hlm. 157
E. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Wolcoott sebagaimana yang dikutip
oleh Nana Syaodih Sukmadinata dalam metode penelitian tindakan disebut
sebagai strategi pekerjaan lapangan primer, yaitu melalui pengalaman,
pengungkapan, dan pengujian.
51
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan beberapa metode antara lain:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
52
Yang
dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam
kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan
memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik.
Dalam pelaksanaannya digunakan alat bantu seperti checklist, skala
penilaian atau alat mekanik seperti kamera foto, dan lainnya.
53
Peneliti mengamati secara langsung peristiwa dilapangan sebagai
pengamat yang berperan serta secara lengkap untuk memperoleh suatu
keyakinan tentang keabsahan data dengan mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Dengan demikian
peneliti memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkan. Jadi peneliti
merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek, sehingga


51
Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit., hlm. 151

52
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 158
53
Mardalis, Metode Penelitian suatu pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.
63.
memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data. Adapun jenis observasi
yang peneliti gunakan adalah observasi aktivitas belajar siswa di kelas.
Observasi ini merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa
dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam pembelajaran, sehingga
peneliti memperoleh gambaran suasana kelas dan dapat melihat secara
langsung tingkah laku siswa, kerjasama, serta komunikasi diantara siswa
dalam kelompok.
2. Pengukuran Test Hasil Belajar
Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan melihat
nilai yang diperoleh oleh siswa. Test tersebut juga sebagai salah satu
rangkaian kegiatan dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pragmatik.
Test yang dimaksud meliputi test lisan dan tes tulis, test tersebut akan
dijadikan sebagai acuan tambahan untuk mengelompokkan siswa dalam
kelompok-kelompok diskusi untuk menyelesaikan tugas. Skor tes ini juga
dijadikan penentuan peningkatan keterampilan berbicara siswa.
mengetahui tingkat prestasi dan keaktifan siswa terhadap materi pelajaran
bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan pragmatik.
3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
54
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara
terstruktur, yaitu jenis wawancara yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, karena
peneliti mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. Oleh karena itu
pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat. Jenis ini dilakukan
pada situasi jika sejumlah sampel yang representatif ditanyai dengan
pertanyaan yang sama dan hal ini penting sekali. Semua aspek dipandang
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan.
55
Format wawancara atau protokol wawancara yang digunakan
berbentuk terbuka, pertanyaan-pertanyaan sebelumnya disusun peneliti
dan didasarkan atas masalah dalam rancangan penelitian.
4. Metode Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang


54
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan
Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 180
55 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005), edisi revisi hlm. 190
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya.
56
Pembuktian (Examining) dilakukan dengan mencari bukti-bukti
dokumenter, berupa dokumen arsip, jurnal, peta, catatan lapangan.
Peneliti menggunakan metode ini untuk mengetahui sejarah berdirinya
MI AL IHSAN Jeru Turen, absensi kelas untuk mengetahui data siswa
yang mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan
pragmatik, serta catatan lapangan dari hasil pengamatan.
F. Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah proses yang memerlukan usaha secara formal untuk
mengidentifikasikan tema-tema dan menyusun hipotesa-hipotesa (gagasan-
gagasan) yang ditampilkan oleh data, serta upaya untuk menunjukkan bahwa
tema dan hipotesa tersebut didukung oleh data.
57
Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis dengan teknik
analisis deskriptif kualitatif untuk memastikan bahwa dengan menggunakan
pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Data
yang bersifat kualitatif terdiri dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi dianalisis secara kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen, analisis
data kualitatif yang dikutip oleh Moleong adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya


56
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 231

57
Robert Bogdan & Steven J. Taylor, Pengantar Metoda Kualitatif Suatu Pendekatan
Fenomenologis Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), hlm. 137
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
58
Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif
cukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian visual. Sajian
tersebut untuk menggambarkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dapat
menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, atau perubahan kearah yang
lebih baik, jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
teknik persentase. Data yang dianalis adalah nilai rata-rata siswa dalam
kualifikasi tuntas dalam berbahasa, baik secara individual maupun secara
klasikal. Aspek yang dinilai adalah kelancaran dan keruntutan berbicara siswa
kelas VI.
59
Kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukan dengan cara melihat adanya
peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu persentase siswa yang
tuntas pada siklus I lebih dari persentase siswa yang tuntas pada pra tindakan,
dan persentase siswa yang tuntas pada sikus II lebih dari persentase siswa
yang tuntas pada siklus I. Siswa dikatakan tuntas belajar jika mendapatkan
skor 65. Perhitungan persentase siswa yang tuntas belajar sebagai berikut :


58
Lexi J. Moleong, Op. Cit., hlm. 248

59
Ibid., hlm.6
n
P = X 100%
N
Keterangan :
P = persentase siswa yang tuntas belajar
n = banyak siswa yang tuntas belajar
N = banyak siswa keseluruhan
Selain terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar, juga harus
memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 70% siswa harus
tuntas belajar.
Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar
observasi yang diisi oleh pengamat. Analisis data hasil observasi
menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh masing-masing
indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung
persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor
maksimal yang dikalikan 100% yaitu :
Jumlah Skor
Prosentase Nilai Rata - Rata (NR) = X 100%
Skor Maksimal
Persentase terendah adalah 0%, dan prosentase tertinggi adalah 100%.
Pada pembelajaran ini terdapat 4 kriteria penilaian yaitu: sangat baik,
baik, cukup, kurang, sangat kurang.
100
Panjang Intervalnya = = 20
5

Sehingga kriteria penilaian ditentukan sebagai berikut:
81% - 100% = sangat baik
61% - 80% = baik
41% - 60% = cukup
21 - 40% = kurang
0% - 20% = sangat kurang
Subyk penelitian dinyatakan tuntas belajar dengan baik jika
berdasarkan lembar observasi, siswa mendapatkan skor dari pengamat
minimal berkriteria baik.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dilakukan agar memperoleh data yang valid
dan dipercaya oleh semua pihak. Menurut Sugyono ada enam teknik yang
dapat digunakan untuk menguji kredibilitas data yaitu dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi
dengan teman sejawat, analisis kasus negatif member check.
60
Dan untuk
pengecekan keabsahan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah:


60
Ibid., hlm.121
1. Triangulasi.
Triangulasi ialah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan sebagai pembanding terhadap data itu. Data yang diperoleh
dari satu sumber akan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari
sumber yang lain dengan berbagai teknik dan waktu yang berbeda.
Sebagai contoh data yang diperoleh dari bawahannya atau data yang
diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan observasi dan
dokumentasi psda waktu yang berbeda.
61
Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan tehnik triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
62
Untuk
itu peneliti mencapainya dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
2. Menggunakan bahan referensi
Untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti
Menggunakan bahan referensi. Sebagai contoh, data hasil interview
perlu didukung dengan adanya rekaman interview. Data tentang interaksi

61
Lexy J. Moleong, op.cit., hal.330

62
Ibid..
manusia/ gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat
bantu perekam data dala penelitian kualitatif, seperti kamera, alat rekam
suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah
ditemukan peneliti. Selain itu dalam laporan penelitian, data-data yang
ditemukan perlu dilengkapi dengan foto-foto/ dokumen autentik,
sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.
63
H. Tahapan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ada empat tahapan yang perlu dilakukan yaitu;
tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap
pelaporan data.
1. Tahap pra lapangan
Pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah:
a. Menyusun rancangan penelitian, yang menurut Lexy Moleong disebut
dengan usulan penelitian
b. Memilih lapangan
c. Mengurus perizinan
d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
e. Memilih dan memanfaatkan informasi
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian
g. Memperhatikan etika penelitian


63
Sugyono, op.cit., hlm.129
2. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap pekerjaan lapangan ini ada tiga langkah yang harus
dilakukan oleh peneliti, yaitu:
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
b. Memasuki lapangan
c. Berperanserta sambil mengumpulkan data
Langkah-langkah penelitian kelas mengacu pada model spiral dari
Kammis dan Taggart. Pada model ini terdapat empat tahapan yang terdiri
dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan
(observing), refleksi (reflecting).
Gambar 3.1
Spiral Penelitian Tindakan Kelas
Siklus Penelitian
1. Siklus I (Planning)
a. Disiapkan :
1) RPP
2) Materi pelajaran.
Materi pelajaran dari buku penunjang dan LKS. Selain itu juga
peneliti memberikan materi pelajaran yang berkaitan dengan
keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan pendekatan
pragmatik
3) Soal-soal evaluasi
Soal-soal evaluasi merupakan lembar kerja siswa yang
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sesuai tugas yang
tercantum secara lisan maupun tulisan. Hasil dari tes tersebut
kemudian dianalisis dan dievaluasi. Berdasarkan analisis hasil
evaluasi dapat diketahui ketuntuasan belajar siswa baik secara
individu maupun klasikal
4) Instrumen penelitian (lembar observasi, angket)
Instrumen penelitian berupa pedoman observasi dan
wawancara yang digunakan untuk proses pembelajaran yang
telah dilakukan.
b. Pelaksanaan
sesuai RPP
c. Pengamatan (observing)
Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan selama proses pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas.
d) Refleksi
Menganalisa dan mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan. Permasalahan yang muncul pada
pembelajaran siklus I kemudian diidentifikasi dan dicari
penyelesaiannya untuk dijadikan acuan pada tahap perencanaan
siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada siklus II, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan
replanning yang telah disusun dengan melibatkan kolaborator untuk
mengamati efektivitas pelaksanaan tindakan. Selanjutnya, dilakukan
analisis terhadap data keterampilan berbicara siswa klas VI MI AL
IHSAN Jeru-Turen dibandingkan dengan indikator keberhasilan
untuk direfleksi bersama kolaborator..
1) RPP
2) Soal-soal evalauasi tahap II
3) Instrument
b. Pelaksanaan
1) Memperbaiki siklus I
2) Pembelajaran dioptimalkan agar siswa terampil
c. Pengamatan
untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran
pembagian angket untuk membantu merefleksi
d. Refleksi
Berdasarkan pelaksanaan tindakan dan hasil refleksi diatas
dapat ditafsirkan ketuntasan belajar siswa. Untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa secara individual maupun klasikal
digunakan pedoman analisis hasil evaluasi yaitu
1) ketuntasan individu atau perorangan 65% penguasaan atau 65,5
2) klasikal 70 % dari jumlah siswa mencapai ketuntasan
Jika hasilnya belum signifikan, dilakukan replanning untuk
siklus III. Jika penggunaan pendekatan pragmatik sudah
menunjukkan hasil yang signifikan dengan indikator keberhasilan,
tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Ini artinya,
penggunaan pendekatan pragmatik dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa MI seperti yang telah dirumuskan
dalam hipotesis tindakan
3. Siklus III
a. Perencanaan
1) RPP
2) Soal-soal evalauasi tahap III
3) Instrument
b. Pelaksanaan
1) Memperbaiki siklus II
2) Pembelajaran dioptimalkan agar siswa lebih terampil
c) Pengamatan
untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran
pembagian angket untuk membantu merefleksi
d) Refleksi
Berdasarkan pelaksanaan tindakan dan hasil refleksi diatas dapat
ditafsirkan ketuntasan belajar siswa. Untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa secara individual maupun klasikal digunakan pedoman
analisis hasil evaluasi yaitu
1) ketuntasan individu atau perorangan 65% penguasaan atau 65
2) klasikal 70 % dari jumlah siswa mencapai ketuntasan.
3. Tahap analisis data
Analisis data ialah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil interview, catatan lapangan dan bahan- bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Tahap ini dilakukan peneliti sesuai dengan cara yang
ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh pada tahap pekerjaan
lapangan, selanjutnya data tersebut dibandingkan dengan indikator
keberhasilan penggunaan pendekatan pragmatik, yaitu 70% (27 siswa) dari
49 siswa kelas VI MI AL IHSAN Jeru-Turen terampil berbicara
berdasarkan aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi),
struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Bersama
kolaborator, peneliti melakukan refleksi terhadap hasil analisis data. Jika
hasil analisis data belum menunjukkan hasil yang signifikan, dilakukan
refleksi untuk memperbaiki langkah-langkah yang perlu dilakukan pada
siklus pekerjaan lapangan (tindakan pembelajaran di kelas) berikutnya.
4. Tahap pelaporan data
Menulis laporan merupakan tugas akhir dari proses penelitian.pada
tahap ini peneliti menyusun laporan hasil penelitian dengan format dalam
bentuk tulisan dan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca.
64


64
Lexy J.Moleong, op.cit., hlm. 86
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di MI AL IHSAN Jeru Turen kelas VI semester ganjil
tahun pelajaran 2009/2010
Gambar 4.1
Pintu Gerbang MI AL IHSAN
Dalam bab ini akan dipaparkan data hasil penelitian tentang peningkatan
keterampilan berbicara dengan pendekatan pragmatik di kelas VI , dengan materi
pokok mnyampaikan pesan yang diperoleh dari narasumber. Hasil penelitian ini
disajikan berdasar pada siklus yang dimulai dari kegiatan pra tindakan , tindakan
siklus I (satu), dan dilanjutkan siklus II (dua).
Gambar 4.2
Situasi Pembelajaran di Kelas VI
Setiap siklus dilakukan berdasarkan pada tahap-tahap berikut: 1) planning
(perencanaan); 2) acting (pelaksanaan/ tindakan); 3) observing (pengamatan); dan
4) reflecting (refleksi).
A. Paparan Data
1. Pra tindakan
Tahap pra tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 Mei
2009 jam pelajaran bahasa Indonesia, yaitu dari jam ketiga sampai jam
keempat atau selama 2 X 35 menit. Sebelum kegiatan ini, peneliti
melakukan persiapan seperti menganalisis kurikulum untuk mengetahui
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran yang berupa contoh
teks wawancara.
Tabel 4.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mampu mengungkapkan pikiran,
pendapat, gagasan, dan perasaan secara
lisan melalaui menceritakan hasil
pengamatan, menyampaikan pesan atau
informasi, membahas isi buku, mengkritik
sesuatu, berpidato, berdiskusi, dan
memerankan drama anak
Menyampaikan pesan
/informasi yang diperoleh
dari narasumber
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
Guru menyampaikan salam, guru presensi, guru menjelaskan materi
pokok yang akan dipelajari.
b. Kegiatan Inti
Siswa dibagai dalam tujuh kelompok, namun pembagian kelompok
ini belum berdasar pada kemampuan akademik yang dimiliki oleh siswa.
Kelompok dibentuk berdasar pada posisi tempat duduk yang berdekatan.
Guru membagikan teks wawancara, dan siswa diminta untuk
memperhatikan contoh teks wawancara. Kemudian siswa ditugaskan
untuk menentukan narasumber dan menyusun daftar pertanyaan dengan
topik wawancara keamanan. Ada sebagian siswa mengeluh karena tidak
bisa menentukan narasumber serta menyusun daftar pertanyaan, tetapi
sebagian siswa ada yang dengan tenang mencoba menyusun daftar
pertanyaan sesuai yang dengan apa yang ditugaskan.meskipun
kalimatnya tidak terstruktur dengan baik, misalnya pertanyaan Mulai
kapan bapak bekerja di sini?, yang mana seharusnya adalah Kapan
Bapak mulai bekerja di sini?.
c. Kegiatan akhir
Setelah menyusun pertanyaan dan berakhirnya jam pelajaran, siswa
mengumpulkan tugas yang telah diberikan untuk dinilai oleh guru.
Dalam menilai keterampilan berbicara siswa, guru sering memberikan
pertanyaan kepada siswa, tetapi kebanyakan siswa hanya diam. Hanya
ada siswa yang bernama Putri. Yang sering menjawab pertanyaan guru.
Ada juga siswa yang menjawab, namun bahasa yang digunakan tidak
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Setelah pembelajaran, guru sekaligus peneliti bersama
kolaborator wali kelas mengadakan refleksi untuk mengetahui kendala-
kendala apa saja yang terjadi selama pembelajaran. Dan ditemukan
kendala yang terjadi adalah siswa hanya diam bila guru memberikan
pertanyaan. Hal tersebut diakibatkan karena siswa tidak lancar berbicara
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan juga siswa
kurang menguasai kosa kata bahasa Indonesia. Dari kekurangan -
kekurangan yang ada tersebut juga dapat ditarik kesimpulan, bahwa jika
siswa berbicara menggunakan bahasa Indonesia, tuturan atau ujarannya
tidak sesuai dengan konteks dan situasi pembicaraan.
Tabel 4.2
Distribusi Nilai pada Pra Tindakan
Interval Nilai
(skala nilai 1 100)
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Kualifikasi
nilai*
90 100
61 80
41 60
21 40
1 20
-
11
24
14
-
-
22,4%
49%
28,6%
-
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Jumlah 49 100%
* Diambilkan dari kualifikasi penilaian di MI AL IHSAN tahun ajaran
2008-2009
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa nilai yang
diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan adalah bahwa dari 49 siswa
yang mencapai nilai kurang dari atau di bawah standar minimal (kurang)
sebanyak 14 siswa. Dan siswa yang memiliki nilai standar (cukup)
sebanyak 24 siswa. Hal ini berarti kemampuan yang dimiliki siswa secara
umum mencapai nilai standar minimum ke bawah dengan pencapaian nilai
ketuntasan belajar siswa di kelas VI adalah 57% (lihat lampiran V).
2. Siklus I
a. Perencanaan (planning)
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti sekaligus pelaksana tindakan
berkolaborasi dengan wali kelas untuk merencanakan hal-hal yang perlu
dipersiapkan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain yaitu rencana
perbaikan pembelajaran, lembar evaluasi, dan lembar observasi.
1) Rencana Perbaikan Pembelajaran
Rencana pembelajaran disusun dalam bentuk rencana perbaikan
pembelajaran (RPP). Materi pokoknnya adalah berwanwancara
dengan narasumber dan pelaporannya dengan alokasi waktu 3 X 35
menit. Materinya diambil dari dua buku paket bahasa Indonesia,
yaitu Inilah Bahasa Indonesia untuk kelas 6 SD/MI dan Aku Cinta
Bahasa Indonesia untuk kelas 6 terbitan Tiga Serangkai. Materi
tersebut diambil atas dasar kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
hal kemampuan mengungkapkan pendapat atau berwawancara
dengan narasumber sebagai keterampilan berbicara. Tujuan yang
ingin dicapai antara lain:
a) Siswa dapat menyebutkan langkah-langkah melakukan
wawancara.
b) Siswa dapat menulis daftar pertanyaan untuk berwawancara
dengan narasumber secara tepat dan sistematis.
c) Siswa dapat menggunakan kalimat tanya dengan benar.
d) Siswa dapat menggunakan pilihan kata dengan tepat dan santun
berbahasa dalam wawancara.
e) Siswa dapat melakukan kegiatan berwawancara berdasarkan
daftar pertanyaan.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik maka
kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap seperti yang lazim
dilakukan oleh guru atau peneliti lain, yaitu kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan akhir. Metode yang digunakan antara lain ceramah
/ penjelasan, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas dengan
menggunakan penekatan pragmatik.
2) Lembar evaluasi
Sebagai alat ukur keberhasilan tindakan pada siklus I terhadap
peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas VI dengan berdasar
pada tujuan / indikator pembelajaran.
3) Lembar observasi
Sebagai alat ukur keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang didasarkan pada keaktifan siswa dengan mengacu
pada instrument penilaian dengan kriteria-kriteria yang dimaksud
diantaranya adalah dalam hal kelancaran berbicara, ketepatan
pilihan kata, struktur kalimat, intonasi suara, dan kontak mata.
b) Pelaksanaan tindakan (action)
Setelah merumuskan perencanaan (planning) maka tahap berikutnya
adalah pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus I ini
dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 Juni 2009, jam pelajaran ke
pertama sampai jam ke tiga dengan alokasi waktu 3 X 35 menit. Adapun
gambaran dari pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah sebagai
berikut:
1) Kegiatan awal
Guru mengucapkan salam, guru melakukan presensi terhadap
siswa di kelas, guru mengajukan pertanyaan apresepsi yaitu
Pernahkah kalian bercakap-cakap atau bertanya jawab dengan siswa
yang memiliki pekerjaan khusus?. Dengan serempak siswa
menjawab Pernah, Pak!, namun ada juga siswa yang menjawab
Tidak pernah, Pak. Nah, kalau sudah pernah apa yang kamu dapat
dari pertanyaan itu?. Siswa yang bernama Putri mengangkat
tangannya, dan menjawab, Kita dapat keterangan atau penjelasan
dari orang yang kita tanyakan. Guru memberikan penguatan dengan
memberikan ungkapan pujian Bagus Nak. Apakah ada jawaban
yang lain?, namun semua siswa hanya diam, tidak ada yang berani
menjawab. Guru menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang
disampaikan oleh siswa yang bernama Putri, kemudian guru
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa pada mata
pelajaran bahasa Indonesia dalam pertemuan hari ini, yaitu
kemampuan berwawancara dengan narasumber.
2) Kegiatan Inti
Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok. Masing-masing kelompok
anggotanya terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian guru menjelaskan tentang
bagaimana cara menggunakan bahasa yang sopan dan santun apabila
berbicara dengan siswa lain. Kalau berbicara dengan siswa lain harus
mengetahui siapa orangnya, umurnya berapa, lebih tua atau lebih
muda, tujuan pembicaraanya apa, dimana, dan dalam peristiwa yang
bagaimana. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya, dan ternyata ada dua siswa yang mengajukan
pertanyaan, yaitu siswa yang bernama Fajar, dan Ira. Selanjutnya
guru memberikan pertanyaan tentang materi yang baru saja
dijelaskan. Alhamdulillah, akhirnya ada juga respon jawaban dari
siswa. Dan memang itulah yang diharapkan.
Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah melakukan
wawancara, yaitu cara menyusun pertanyaan, penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, serta sopan dan santun dalam
melakukan wawancara. Guru menjelaskan juga bagaimana berbicara
sesui dengan konteks (siapa, di mana, tujuan pembicaraan), serta
memberikan penjelasan tentang penggunaan bahasa dalam situasi
yang formal dan non formal. Guru membagikan contoh teks
wawancara. Siswa ditugaskan untuk memperhatikan dan mencermati
contoh teks yang ada di kelompoknya masing-masing.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk membuat persiapan
melakukan wawancara dengan menentukan siapa narasumbernya,
waktu dan tempat, serta menyusun daftar pertanyaan.
Gambar 4.3
Situasi Belajar Siswa dalam Kelompok
Saat Menyusun Daftar Pertanyaan
Gambar 4.4
Siswa pada Saat Melaporkan
Hasil Kerja Kelompoknya di Depan Kelas
3) Kegiatan akhir
Selain melaporkan hasil kerja kelompok di depan kelas secara
lisan, siswa juga diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan
secara tertulis (post test) pada akhir pelajaran. Setelah post test
dilakukan, guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi dari
materi yang telah dipelajari untuk mengetahui kesan-kesan siswa,
dan saran perbaikan dalam upaya memberikan motivasi bekerja keras
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam untuk mengakhiri pelajaran dan
kemudian siswa membalasnya.
c. Observasi
Pada tahap ini wali kelas sekaligus kolaborator mengamati serta
menilai aktifitas siswa selama proses belajar mengajar yang berdasar
pada lembar penilaian yang telah dipersiapkan, yaitu lembar penilaian
terhadap aktifitas dan interaksi siswa selama proses belajar mengajar.
Adapun penilaian proses belajar mengajar melalui observasi terhadap
kegiatan belajar mengajar siklus I dalam pembelajaran bahasa Indonesia
dengan materi pokok berwawancara dengan narasumber dan
pelaporannya dapat dijelaskan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Distribisi Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I
Interval Nilai
(skala nilai 1 100)
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Kualifikasi
nilai*
90 100
61 80
41 60
21 40
1 20
-
8
28
13
-
-
16,3%
57,2%
26,5%
-
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Jumlah 49 100%
* Diambilkan dari kualifikasi penilaian di MI AL IHSAN tahun
ajaran 2008-2009
Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penilaian
terhadap proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa pada
tindakan perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia dan pelaporannya
dengan menggunakan pendekatan pragmatik pada siklus I
menunjukkkan bahwa dari 49 siswa hanya terdapat 8 siswa yang
tergolong berkemampuan baik, dengan nilai yang diperoleh berkisar
antara 61-80, dan terdapat 28 siswa yang tergolong berkemampuan
cukup, dan jumlah siswa yang tergolong berkemampuan kurang
sebanyak 13 siswa dengan nilai yang diperoleh berkisar antara 30
40. Secara umum nilai rata-rata kelas kemampuan proses aktifitas
pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya
adalah 57,14. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses
aktifitas belajar siswa pada pembelajaran berwawancara dengan
narasumber menunjukkan kualifikasi cukup.
Selain lembar observasi proses kegiatan belajar siswa, digunakan
juga lembar pengamatan interaksi belajar mengajar dan aktifitas
siswa di dalam kelas. Dan hasil yang diperoleh melalui pengamatan
tersebut dapat dilihat pada lampiran serta perlu peningkatan pada
tindakan pembelajaran berikutnya.
a. Hasil wawancara
Selama berlangsungnya proses pembelajaran berwawancara
dengan narasumber, guru mengadakan wawancara / tanya jawab
dengan siswa tentang persiapan atau langkah-langkah yang harus
dilakukan sebelum melakukan wawancara.
b. Hasil catatan lapangan
Selama berlangsung kegiatan belajar mengajar pada tindakan
kelas siklus I dilakukan penilaian melalui wawancara mengenai
kemampuan siswa dalam menyusun daftar pertanyaan untuk
melakukan wawancara. Adapun kesulitan yang dialami oleh siswa
adalah menyusun pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
narasumber. Siswa tidak berani mengungkapkan pendapat atau
pertanyaan kepada guru, hanya ada beberapa siswa yang selalu
bertanya tetapi tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baku
melainkan menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah.
c. Hasil tes
Hasil tes adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran. Evaluasi untuk
mengetahui keberhasilan pembelajaran melalui tes lisan dan
tertulis sebagai alat untuk mendapatkan data tersebut dan hasilnya
dapat dilihat lampiran VI untuk tes tertulis, dan lampiran VII
untuk tes lisan. Berikut ini daftar tabel distribusi hasil evaluasi
tertulis siswa pada siklus I.
Tabel 4.4
Distribisi Hasil Evaluasi Tertulis pada Siklus I
Interval Nilai
(skala nilai 0 100)
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Kualifikasi
nilai*
81 100
61 80
41 60
21 40
1 20
5
28
14
1
1
10,2%
57,1%
28,7%
2%
2%
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Jumlah 49 100%
Sesuai table 4.4 di atas dapat diketahui bahwa nilai hasil belajar
berupa pemahaman tentang langkah-langkah melakukan
wawancara pada siklus I sudah mengalami peningkatan. Dikatakan
meningkat sebab dengan melihat perbandingan hasil rata-rata tes
pra tindakan (lihat lampiran V) adalah 57,1 dengan daya serap
sebesar 57,1%. dengan hasil rata-rata tes pada siklus I menjadi
65,9% (lihat lampiran 6). Jelaslah bahwa ada peningkatan hasil
siswa sebesar 8,8% pada materi pokok berwawancara dengan
narasumber dan pelaporannya dengan pendekatan pragmatik.
Tabel 4.5
Distribusi Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siklus I
Interval Nilai
(skala nilai 1 12)
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Kualifikasi
Nilai
12 15
10 12
7 9
4 6
1 3
4
9
15
21
-
8,2%
18,4%
30,6%
42,8%
-
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Jumlah 49 100%
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat terbaca bahwa dari 49 siswa
yang memiliki kemampuan berbicara di atas standar sebanyak 28
(57,2%) siswa. Sedangkan yang memiliki kemampuan di bawah
standar sebanyak 21 (42,8%). Ini berarti masih banyak siswa yamg
memiliki kemampuan kurang dalam keterampilan berbicara.
d. Refleksi
Setelah melalui tahap-tahap di atas maka tahap ini adalah guru
sekaligus peneliti bersama dengan wali kelas sebagai mitra kolaborasi
merefleksi kegiatan yang telah berlangsung yang berfokus pada
penilaian hasil belajar siswa, dan penilaian proses kegiatan belajar siswa.
1) Penilaian hasil belajar siswa
Peningkatan hasil belajar siswa dengan materi pokok
berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya yang ditentukan
untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara dengan
pendekatan pragmatik dapat dibandingkan pada hasil tes pra tindakan
dan hasil tes.
Berdasarkan perbandingan dapat diketahui nilai rata-rata siswa
pada tes pra tindakan dengan tes tertulis adalah 57,1 dengan
presentase daya serap sebesar 57,1%, dan setelah dilakukan tindakan
dengan menggunakan pendekatan pragmatik maka hasil belajar
siswa mengalami perubahan peningkatan pada siklus I dengan nilai
rata-rata tes tertulis adalah 65,9 dengan daya serap sebesar 65,9%.
Selain tes tertulis diadakan juga tes secara lisan pada siklus I untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara dengan nilai rata-rata
kelas pada tindakan siklus I adalah 51,5 dengan daya serap 51,5%
(lihat lampiran 9) . Hal ini berarti sangat jelas bahwa nilai rata-rata
kelas belum mencapai standar ketuntasan belajar minimum (60%),
sehingga perlu adanya tindak lanjut pada siklus II.
2) Penilaian Proses Pembelajaran
Yang menjadi perhatian terhadap penilaian proses pembelajaran
berwawancara dengan narasumber untuk meningkatakan
keterampilan berbicara adalah proses aktifitas siswa dalam
pembelajaran.
Proses aktifitas siswa dalam pembelajaran mencapai nilai rata-
rata 50,2%. Berdasarkan ketuntasan belajar 60% maka disimpulkan
proses aktifitas belajar siswa masih kurang.
Dari hasil refleksi di atas, maka perlu adanya tindak lanjut yang
dilakukan untuk meningkatkan proses pembelajaran yaitu aktifitas
siswa selama berlangsung pembelajaran. Adapun hal-hal yang perlu
disempurnakan oleh guru yaitu pemberian motivasi atau penguatan
serta bimbingan khusus dan perhatian lebih kepada siswa-siswa yang
terlambat dalam belajar. Selain itu direncanakan juga narasumber
yang akan diwawancarai oleh siswa sebagai media pembelajaran.
Bersamaan dengan adanya perubahan atau perbaikan dari berbagai
cara dalam pembelajaran berwawancara dengan narasumber maka
diharapkan pada siklus II terjadi peningkatan pada proses
pembelajaran dan hasil belajar yang lebih baik. Kekurangan yang
dialami selama proses pembelajaran berwawancara dengan
narasumber dan pelaporannya pada siklus I dapat diperbaiki pada
siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan tindakan (planning)
Perencanaan tindakan pada siklus II berdasarka pada refleksi siklus I.
Dalam perencanaan tindakan siklus II ini peneliti dan kolaborator
menghubungi narasumber sebagai media pembelajaran siklus II
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II adalah berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I. Sedangkan materi yang dibahas dalam pembelajaran siklus II
masih tetap sama seperti pada siklus I, yaitu tentang profesi atau
pekerjaan. Narasumber yang akan diwawancarai pada pembelajaran
siklus II ini tidaklah sama (berbeda orangnya) dengan narasumber yang
diwawancarai pada pembelajaran siklus I. Adapun tindakan
pembelajaran siklus II terbagi dalam tiga kegiatan, yaitu: kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan Awal
Guru mengucapkan salam kepada siswa. Siswa menjawab salam
dari guru dengan bersemangat. Guru mengabsen siswa. Guru
memberikan apersepsi tentang materi pelajaran yang akan dilakukan.
2) Kegiatan Inti
Guru meminta siswa bergabung dalam kelompok belajarnya
masing-masing. Guru meminta siswa berdiskusi dalam kelompok
belajarnya dan menyiapkan dan memilih naramber yang akan
diwawancarai. Guru memberikan penjelasan mengenai langkah-
langkah dan cara-cara melakukan wawancara. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru meminta siswa
berdiskusi dalam kelompoknya untuk membuat daftar pertanyaan
yang akan diajukan kepada narasumber yang akan diwawancarai.
Siswa melakukan wawancara dengan narasumbernya masing-masing.
Selama aktifitas belajar siswa, kolaborator, dan wali kelas
sekaligus pengamat melakukan penilaian dengan menggunakan
lembar observasi (pengamatan) yang telah dipersiapkan. Sedangkan
peneliti yang sekaligus guru mengamati siswa dan memberikan
bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru
memberikan motivasi kepada kelompokkelompok yang sudah
menyusun daftar pertanyaan agar termotivasi untuk menyempurnakan
dan menambah daftar pertanyaan.
Pada saat berlangsung kegiatan siswa melaporkan hasil
wawancaranya, guru bersama kolaborator menilai hasil belajar siswa
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan.
Sementara itu siswa memperhatikan dan mendengarkan laporan hasil
wawancara teman kelompok lain, siswa lain diberi kesempatan untuk
menanggapinya. Ada tiga siswa memberikan tanggapan yang berupa
pertanyaan. Berikut uraian pertanyaan ketiga siswa tersebut:
a) Romli kepada temannya yang narasumbernya adalah petani
pernahkah petani yang kamu wawancarai mengalami kerugian?
b) Khusnul bertanya kepada temannya yang mewancarai pedagang
di mana tempat pedagang yang kamu wawancarai?
c) Tsamrotul bertanya kepada temannya yang mewancarai kepala
desa Berapa jumlah penduduk desa Jeru?
Setiap pertanyaan yang disampaikan dijawab oleh siswa yang
ditanya, walaupun bahasa yang digunakan dalam menyampaikan
pertanyaan ataupun jawaban tidak semua pilihan katanya
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Siswa
menyampaikan hasil wawancaranya untuk dinilai oleh guru. Selain itu
guru juga memberikan tes tertulis kepada siswa untuk menilai
kemampuan siswa dalam mencapai indikator pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir
Sebelum pembelajaran diakhiri, guru mengadakan post test untuk
menilai sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah
dipelajari. Selanjutnya guru mengadakan refleksi untuk
mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari, mengetahui
kesankesan siswa, dan saran-saran perbaikan untuk mengukuhkan
upaya atau kerja keras yang sudah dilakukan guru. Selanjutnya guru
menutup pelajaran dengan memberikan salam penutup yang
kemudian dijawab oleh semua siswa di dalam kelas.
c. Observasi
Sama halnya dengan tindakan pada siklus I, pada siklus II ini juga
diadakan pengamatan dan penilaian terhadap proses pelaksanaan
tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang
proses kegiatan belajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa dan
kemampuan guru dalam merumuskan dan melaksanakan pembelajaran.
Selanjutnya hasil yang diperoleh kemudian dianalisis oleh peneliti
bersama kolaborator untuk melakukan refleksi dan melakukan evaluasi
untuk mengetahui pencapaian keberhasilan tindakan pada siklus II ini.
Yang menjadi fokus penilaian proses aktivitas siswa tindakan siklus
II ini adalah akatifitas siswa selama proses belajar mengajar. Adapun
penilaian proses belajar mengajar melalui observasi terhadap kegiatan
belajar mengajar siklus I dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan
materi pokok berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya
dapat dijelaskan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Distribusi Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Siklus II
Interval Nilai
(skala nilai 1 100)
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Kualifikasi
Nilai
81 100
61 80
41 60
21 40
1 20
6
33
8
-
12,8%
70,2%
17%
-
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Jumlah 47 100%
Berdasarkan pada tabel tabel 4.6 di atas, menunjukkkan
bahwa dari 47 siswa yang hadir sudah ada peningkatan proses
belajar sehingga siswa yang memiliki kualifikasi sangat baik
ada 6 siswa dengan nilai yang diperoleh berkisar 81-100. Dan
sisanya yang memilii kualifikasi nilai baik ada 33 siswa dengan
nilai yang diperoleh siswa berkisar 61-80. sedangkan siswa
yang memiliki kualifikasi cukup ada 8 siswa dengan nilai yang
diperoleh berkisar 41-60. Secara umum nilai rata-rata kelas
kemampuan proses aktivitas pembelajaran berwawancara
dengan narasumber dan pelaporannya (lihat lampiran) adalah
70,17% dan dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses
aktifitas belajar siswa pada pembelajaran berwawancara dan
pelaporannya menunjukkan rata-rata kualifikasi baik.
Untuk mengetahui banyaknya siswa yang
berhasil selama mengikuti proses belajar pada pembelajaran
berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya pada
siklus II adalah dengan evaluasi secara lisan dan tertulis, yang
dapat dilihat pada tabel 4. untuk tes tertulis, dan tabel 4.8 untuk
tes lisan.
Tabel 4.7
Distribusi Hasil Evaluasi Tertulis Siklus II
Interval Nilai
(skala nilai 0 100)
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Kualifikasi
Nilai
81 100
61 80
41 60
31 40
0 20
26
17
3
1
55,3%
36,2%
6,4%
2,1 %
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Jumlah 47 100%
Sesuai table 4.8 di atas dapat diketahui bahwa nilai hasil
belajar berupa pemahaman tentang langkah-langkah melakukan
wawancara pada siklus II sudah mengalami peningkatan
apabila dibandingkan dengan siklus I. Dikatakan meningkat
karena pada tindakan belajar siklus I dari 33 siswa yang
mencapai nilai di atas standar, meningkat menjadi 43 (91,5%)
siswa. Sedangkan yang mencapai nilai standar minimal
berkurang menjadi 4 (8,5%) siswa. Ini berarti siswa yang
mencapai nilai di bawah standar minimum berkurang 12 siswa,
dengan daya serap rata-rata kelas dari 57% pada siklus I
meningakat menjadi 65% pada siklus II. Pada siklus II ada
peningkatan lagi dari 12 siswa yang mencapai nilai di bawah
standar minimum berkurang menjadi 3 siswa dan siswa yang
mencapai nilai standar berkurang 1 siswa. Sedangkan siswa
yang mencapai nilai di atas nilai standar minimum bertambah
atau mengalami peningkatan menjadi 43 siswa dengan daya
serap rata-rata kelas dari 65% pada siklus I menjadi 82% pada
siklus II, maka jelaslah bahwa ada peningkatan hasil evaluasi
siswa pada siklus II sebesar 17% pada materi pokok
berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya dengan
menggunakan pendekatan pragmatik. Adapun distribusi
keberhasilan siswa berdasarkan hasil penilaian tes lisan dalam
keterampilan berbicara dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Distribusi Hasil Penilaian Tes Lisan Siklus II
Interval Nilai
(skala nilai 1 15)
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Kualifikasi
Nilai
12 15
10 12
7 9
4 6
1 3
14
21
12
-
-
29,8%
44,7%
25,5%
-
-
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Jumlah 47 100%

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat terbaca bahwa dari 47 siswa
yang hadir yang memiliki kemampuan berbicara di atas nilai standar
minimum sudah mengalami peningkatan sebanyak 35 siswa (74,5%).
Sedangkan kemampuan berbicara di bawah standar sebanyak 12 siswa
(25,5%). Hal ini berarti sudah banyak siswa yang memiliki kemampuan
berbicara dengan baik. Pada perolehan rata-rata di siklus I adalah 51,5%
sedangkan pada siklus II rata-rata kelasnya 74,3% (lihat lampiran X).
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara sebesar
22,8%.
d. Refleksi
Seperti halnya siklus I, pada siklus II ini tindakan refleksi akan
difokuskan pada penilaian hasil belajar siswa dan penilaian proses
kegiatan belajar siswa.
1) Penilaian hasil belajar siswa
Penilaian dilakukan untuk refleksi pada pembelajaran
berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan pendekatan
pragmatik siklus II ini akan disajikan perbandingan hasil belajar pada
pra tindakan, siklus I dan siklus II pada lampiran XII.
Hasil tes lisan pada pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan pendekatan pragmatik pada siklus II mengalami
peningkatan dari siklus I, yaitu pada siklus I nilai rata-rata kelas yang
diperoleh sebesar 51,5%. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata
yang diperoleh sebesar 74,3% (lihat lampiran X). Adapun perolehan
secara individu pada siklus II, dari 47 siswa yang hadir terdapat 43
siswa yang sudah mencapai nilai di atas standar minimum.
Sedangkan siswa yang memiliki nilai di bawah standar sebanyak 4
siswa. Setelah diadakan pendekatan dan bimbingan khusus dengan
siswa-siswa tersebut dan ternyata di antara 4 siswa ini memang
terlambat dalam belajar, dalam menerima informasi, dan
pengetahuan-pengetahuan baru yang diberikan oleh guru.
2) Penilaian Proses Kegiatan Siswa
Penilaian proses kegiatan belajar siswa pada siklus I
menunjukkan dari 49 siswa hanya terdapat 5 siswa siswa yang
tergolong berkemampuan baik dengan nilai yang diperoleh siswa 61
80, dan terdapat 28 siswa yang kemampuannya tergolong cukup.
Dan siswa yang memiliki kemampuan tergolong kurang sebanyak 13
siswa dengan nilai yang diperoleh 31 40. Secara umum nilai rata-
rata kelas kemampuan proses aktivitas pembelajaran berwawancara
dengan narasumber dan pelaporannya (lihat lampiran VIII) adalah
50,28%, dan dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses aktivitas
belajar siswa pada pembelajaran berwawancara dengan narasumber
dan pelaporannya menunjukkan rata-rata kualifikasi cukup.
Dan pada siklus II menunjukkan dari 47 siswa yang hadir sudah
ada peningkatan proses belajar sehingga siswa yang memiliki
kualifikasi nilai sangat baik ada 6 siswa, dengan nilai yang diperoleh
berkisar 81 100. Dan yang memiliki kualifikasi baik dari 33 siswa
dengan nilai yang dipeoleh siswa berkisar 61 80. Sedangkan siswa
yang memiliki kualifikasi cukup ada 8 siswa dengan nilai yang
diperoleh berkisar 41 60. Secara umum nilai rata-rata kelas
kemampuan proses aktifitas pembelajaran berbicara (lihat lampiran)
adalah 70,17% dan dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses
aktivitas belajar siswa pada pembelajaran berwawancara dengan
narasumber menunjukkan rata-rata kualifikasi baik.
B. Temuan Penelitian
1. Pendekatan Pragmatik dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa
Berdasarkan hasil temuan dari analisis tindakan dalam pembelajaran
berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya sebagai sarana untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada siklus I merupakan
analisis dari evaluasi proses maupun hasil. Dan pada evaluasi hasil ada dua
bentuk tes yang dilakukan yaitu berbicara secara lisan dan tertulis. Adapun
data hasil temuan melalui pelaksanaan pembelajaran berwawancara dengan
narasumber dan pelaporannya adalah siswa mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan gagasan, pikiran, yang berhubungan dengan pertanyaan
pertanyaan yang sesuai dengan konteks dan situasi yang akan disampaikan
kepada narasumber, kurang adanya keberanian, dan kurangnya penguasaan
kosakata bahasa Indonesia yang baku yang dimiliki oleh siswa.
Guru memberikan motivasi dengan memberikan kesempatan yang
banyak kepada siswa untuk melatih berbicara dalam kelompok untuk
mengungkapkan pendapat, saran, dan masukan yang berhubungan dengan
pertanyaan-pertanyaan yang disusun sesuai konteks dan situasi. Yang
dimaksud dengan sesuai situasi dan konteks adalah siapa orang yang
diajak berbicara, di mana, kapan, tujuan apa, dan dalam peristiwa apa.
Guru selalu membimbing dan mendampingi siswa yang mengalami
kesulitan dan berkemampuan akademik rendah. Selain itu guru juga selalu
bertanya kepada siswa untuk memancing siswa agar berani berbicara.
Sebenarnya siswa telah banyak menguasai kosakata namun kosakata yang
dimiliki dalam bahasa ibu. Sehingga salah satu cara yang dilakukan oleh
guru untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa adalah siswa
diberikan kesempatan mengungkapkan pendapat dan gagasan yang
berhubungan dengan pembelajaran dengan menggunakan bahasa ibu, yang
kemudian diartikan bersama antara guru dan siswa apa maksudnya dalam
bahasa Indonesia. Dengan cara ini maka siswa termotivasi untuk
mengungkapkan pendapat, gagasan, saran, dan masukan.
Latar belakang kemampuan siswa berbeda-beda sehingga
mengakibatkan kemampuan untuk memperoleh sejumlah pengetahuan
juga berbeda. Kemampuan siswa ada yang rendah, sedang, dan tinggi.
Hasil penilaian menunjukkan keterampilan berbicara siswa masih banyak
menggunakan bahasa ibu / bahasadaerah, mengakibatkan siswa kurang
lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kurang dapat menggunakan pilihan kata yang tepat. Kurangnya berbicara
siswa mengungkapkan pendapat / bertanya.
Sedangkan temuan dalam pelaksanaan pembelajaran berwawancara
dengan narasumber untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siklus
II, siswa sudah mulai lancar dalam mengungkapkan pendapat, lancar
berbicara dengan menggunakan pilihan kata yang tepat, serta sudah mulai
berani bertanya kepada guru apabila ada hal-hal yang tidak dimengerti
dalam pembelajaran maupun lainnya. Namun cenderung ke hal-hal yang
berkaitan dengan konteks formal atau situasi pembelajaran berlangsung.
Kegiatan melatih siswa sesuai konteks dan situasi formal membawa
dampak penting bagi siswa dalam meningkatkan keterampilan /
kemampuan dalam berbicara.
2. Peta Peningkatan kemampuan berbicara siswa
Untuk lebih jelas diketahui tentang keberhasilan tindakan dalam
penelitian perlu suatu evaluasi baik proses pembelajaran maupun evaluasi
hasil belajar siswa pada tindakan siklus I dan II. Data evaluasi hasil belajar
siswa yaitu hasil tes tertulis dan tes lisan tentang pembelajaran
berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya yang dilaksanakan
selama proses pembelajaran dan evaluasi proses berupa lembar pengamatan
yang telah disiapkan pada tindakan siklus I dan II.
Pelaksanaan proses tindakan pembelajaran dapat dilihat dari proses
aktifitas belajar siswa yang dapat disajikan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Keberhasilan Tindakan dari Aspek Pelaksanaan Proses
pada Tindakan Siklus I dan Siklus II
Aspek Pelaksanaan Tindakan
Siklus I
(%)
Siklus II
(%)
Peningkatan
(%)
Proses kegiatan belajar siswa 50,28% 70,17 % 19,89%
Berdasarkan pada proses kegiatan belajar siswa juga mengalami
peningkatan sebesar 19,89% yaitu dari 50,28% menjadi 70,17%. Hal ini
berarti pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya
untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan
pendekatan pragmatik pada siklus I dapat dikatakan baik, sedangkan pada
siklus II mengalami perubahan menjadi sangat baik. Perbandingan hasil
belajar siswa secara lisan maupun tertulis pada pra tindakan, siklus I dan
siklus II dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.10
Perbandingan Peningkatan Perolehan Nilai Tes Tertulis Siswa
pada Pra Tindakan, Tindakan Siklus I dan II
No
Pelaksanaan
tindakan
Jumlah nilai Rata-rata
Peningkatan
(%)
1 Pra Tindakan 2796 57,06 57,06%
2 Siklus I 3229 65,89 65,9% 8,83%
3 Siklus II 3855 82,02 82,0% 16,13%
Berdasarkan data tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa perbandingan nilai
rata-rata hasil belajar siswa sesudah diadakan tindakan mengalami
peningkatan sebesar 8,83% yaitu dari 57,06% menjadi 65,89%. Dan
peningkatan sebesar 16,13% yaitu dari tindakan siklus I sebesar 65,89 %
menjadi 82,02%. Keberhasilan dapat dikatakan karena dari perbandingan
pada pra tindakan (tingkat kualifikasi cukup) dengan siklus II (tingkat
kualifikasi baik).
Dari data tersebut, maka nilai hasil belajar siswa pada pra tindakan dapat
dikatakan masih berada di bawah nilai standar minimum yaitu di bawah 60.
Peningkatan nilai di atas standar minimum yang ditetapkan, yaitu setelah
dilakukan tindakan pembelajaran berwawancara dengan narasumber untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengaan pendekatan pragmatik
pada siklus I dan II.
Tabel 4.11
Perbandingan Peningkatan Perolehan Nilai Tes Lisan Siswa
pada Siklus I dan Siklus II
No
Pelaksanaan
Tindakan
Jumlah
nilai
Rata-rata
Peningkatan
(%)
1 Siklus I 2525 51,5 51,5 % -
2 Siklus II 3491,8 74,3 74,3 % 22,8%
Pada tabel 4.11 dapat terbaca bahwa perbandingan peningkatan nilai
siklus I dan siklus II, yaitu 51,5% menjadi 74,3%. Ini berarti adanya
peningkatan hasil belajar berbicara siswa sebesar 22,8%.
BAB V
PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah dipaparkan pada
bab VI. Fokus bahasan pada bab ini didasari pada rumusan masalah, yaitu
bagaimana keterampilan berbicara siswa setelah menggunakan pendekatan
pragmatik dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia kelas VI di MI AL
IHSAN Jeru Turen.
Pembelajaran keterampilan berbicara dengan pendekatan pragmatik sangat
perlu diajarkan kepada siswa karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu
berkomunikasi / berbicara dengan orang lain. Siswa harus mampu berbicara sesuai
situasi (tempat dan waktu), dan sesuai konteks (dengan siapa, untuk tujuan apa,
dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, dan lain-lain).
65
Keterampilan berbicara siswa kelas VI dengan pendekatan pragmatik pada
materi pokok berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya pada tindakan
siklus I sudah mengalami peningkatan. Peningkatan keterampilan berbicara siswa
dapat dilihat dari perbandingan hasil belajar pra tindakan dengan tindakan siklus I
dan siklus II.
Keterampila berbicara siswa sudah tampak pada siklus I dan siklus II, karena
siswa sudah mampu dan lancar berbicara dengan intonasi jelas, menggunakan
pilihan kata yang tepat, struktur kalimat, kontak mata, serta sesuai dengan situasi


65
Nababan, Ilmu Pragmatik - Teori dan Penerapannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, 1987), hlm.70
dan konteks. Meskipun ada sebagian dari siswa dapat mencapai aspek-aspek
tersebut dengan bantuan guru. Karena pada pra tindakan siswa tidak mau
berbicara / menjawab, bila guru bertanya siswa hanya diam. Kemudian pada pra
tindakan pembelajaran guru menggunakan pendekatan pragmatik untuk
mengajarkan kepada siswa bagaimana berbicara sesuai dengan situasi, dan
konteks.
Pendekatan pragmatik yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan
berbicara melatih siswa untuk dapat berbicara sesuai setuasi, dan konteks
senyatanya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun siswa mengalami kesulitan
mengungkapkan pendapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dikarenakan siswa belum terbiasa berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, serta penguasaan kosakata yang masih kurang. Menanggapi hal
tersebut guru memberikan latihan berbicara kepada siswa. Latihan dimaksudkan
untuk membiasakan serta meningkatkan penguasaan kosakata yang dimiliki siswa,
dan aspek - aspek berbicara lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwo yang
menyatakan bahwa di dalam pengajaran bahasa dengan pendekatan pragmatik
bukanlah bentuk-bentuk bahasa yang menjadi perhatian seperti halnya pendekatan
struktural. Namun, bagaimana menggunakan bahasa dengan mempertimbangkan
konteksnya, yakni penggunaan bahasa pada peristiwa komunikasi.
66
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik diawali dengan
kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa. Hal ini dilakukan agar dapat
diketahui pengetahuan awal, dan kemampuan dasar siswa tentang berwawancara


66
Purwo Kaswanti B, Pragmatk dan Pengajaran Bahasa (Yogyakarta: Kanisiua, 1990), hlm.
30
dengan narasumber sesuai dengan tujuan, dan kompetensi dasar yang ingin
dicapai untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Pendekatan pragmatik
digunakan guru untuk melatih, dan membiasakan siswa agar dapat berbicara
sesuai dengan situasi, dan konteks. Guru mengajak siswa untuk berlatih berbicara
dalam diskusi kelompok maupun mengemukakan pertanyaan, gagasan, saran
kepada guru maupun teman-teman yang memiliki kemampuan lebih.
Penangkapan dan pemahaman tiap-tiap individu siswa terhadap hal yang baru
tidak sama. Ada siswa yang memiliki daya tangkap rendah, sedang, dan tinggi.
Siswa yang mempunyai daya tangkap rendah seringkali tertinggal dalam
menyerap, dan memahami informasi yang disampaikan guru. Siswa yang daya
tangkap / daya serap sedang dan tinggi akan merasa dirugikan bila informasi yang
baru dijelaskan berulang-ulang. Bertolak dari kondisi tersebut maka diambil
langkah pembentukan kelompok belajar, sehingga terjadi keseimbangan antara
siswa yang memiliki daya serap / tangkap tinggi, sedang, dan rendah. Langkah
yang diambil guru tersebut sesuai dengan pendapat Nurhadi di dalam Rodiyah
yang menyatakan bahwa pembagian kelompok belajar dipilih secara heterogen
diupayakan agar siswa yang pandai dapat mengajari yang lemah, yang tahu
memberi tahu yang belum tahu, dan teman yang cepat mendorong teman yang
lambat. Dengan adanya pembagian kelompok berarti guru telah mengupayakan
siswa untuk berinteraksi dengan teman-teman dalam satu kelompoknya. Dalam
hal ini, belajar kelompok merupakan cara efektif untuk belajar, sebab masalah
yang rumit bisa diselesaikan secara bersama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran secara berkelompok
sangat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas berwawancara dengan
narasumber dan pelaporan hasilnya. Belajar secara berkelompok membantu dan
melatih siswa untuk dapat belajar mengungkapkan pikiran dan pendapat secara
lisan. Berdasarkan pada kemampuan daya serap / tangkap siswa, siswa kelompok
tinggi mempunyai kemampuan cepat dalam menyelesaikan tugas. Namun, setelah
guru memberikan penjelasan tentang pentingnya belajar kelompok maka siswa
terlihat antusias untuk menyelesaikan tugas secara bersama-sama.
Berdasarkan hasil pengamatan ketika proses pembelajaran berlangsung,
menunjukkan adanya kesulitan yang dialami siswa antara lain mengungkapkan
pendapat atau pertanyaan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta
kurangnya penguasaan kosakata bahasa Indonesia. Masih banyak siswa jika
berbicara tidak sesuai struktur, intonasinya tidak tepat, serta kontak matanya
kepada audiens / temannya kurang. Hal ini dialami siswa karena terbatasnya
pengetahuan siswa tentang perbendaharaan kosakata.
Pada awalnya siswa berbicara tidak sesuai dengan situasi dan konteks (siapa
lawan berbicaranya, tujuan pembicaraannya apa, pada peristiwa apa, kapan
diadakannya pembicaraan). Setelah adanya bimbingan dan arahan serta latihan
dari guru maka siswa semakin lancar berbicara, intonasinya tepat, struktur
kalimatnya tepat dan lengkap, kontak matanya selalu tertuju pada audiens.
Sehingga banyak dari siswa yang sudah dapat berbicara sesuai dengan situasi dan
konteks (siswa sudah bisa membedakan siapa orang yang diajak berbicara, waktu,
tempatnya di mana, tujuan pembicaraanya apa).
Keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran berwawancara
dengan narasumber dan pelaporannya untuk meningkatkan keterampilan berbicara
dengan pendekatan pragmatik pada tindakan siklus I dan siklus II berdampak
positif terhadap proses belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan
penguasaan konsep berbicara sesuai dengan situasi dan konteks (siapa orang yang
diajak berbicara, kapan, di mana, tujuan apa, dan dalam peristiwa apa), dan juga
ditandai dengan adanya peningkatan nilai siswa dari pra tindakan dibandingkan
dengan siklus I dan siklus II. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa
keterampilan berbicara siswa setelah penerapan pendekatan pragmatik dilakukan
mengalami peningkatan.
Penerapan pendekatan pragmatik dalam keterampilan berbicara berorientasi
pada efektifitas, keaktifan, kreatifitas siswa, dan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa. Hal tersebut seperti yang telah diungkapkan oleh
Mbahbrata bahwa proses pembelajaran kader pakem tinggi diupayakan agar tidak
membosankan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya, diskusi
kelompok, mencari informasi, menulis laporan / cerita / puisi, berkunjung
keluar kelas.
2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam, misalnya
alat yang tersedia atau juga dapat dibuat sendiri, narasumber, lingkungan,
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan keterampilan
siswa; melakukan wawancara, mengumpulkan data / jawaban dan
mengolahnya sendiri, menarik kesimpulan, menulis laporan dengan kata-kata
sendiri.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan melalui : diskusi, lebih banyak
pertanyaan terbuka hasil karya yang merupakan pemikiran siswa sendiri,
bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. Tugas
perbaikan atau pengayaan diberikan sebagai upaya untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan pendekatan pragmatik
dalam penelitian ini berdasar pada langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya :
diskusi kelompok, mencari informasi dengan melakukan wawancara
dengan narasumber di tempat yang telah ditentukan atau sesuai dengan
profesinya, misalnya mewawancarai narasumber petani di kebun.
b. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam,
misalnya narasumber dan lingkungan.
c. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan siswa; melakukan wawancara, menulis laporan dengan kata -
kata sendiri.
d. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan melalui diskusi, tanya jawab
guru dan siswa, siswa dan guru, serta siswa dengan siswa.
67


67
Mbahbrata, Menciptakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2008/09, diakses 3 mei 2009)
Dari hasil penelitian terbaca bahwa dengan menggunakan pendekatan
pragmatik keterampilan berbicara siswa kelas VI mengalami peningkatan.
Dikatakan demikian karena pada pra tindakan siswa sama sekali belum bisa
berbicara / mengungkapkan pendapat, dan setelah dilakukan tindakan pada
siklus I dan siklus II, maka hasil yang dicapai adalah siswa berani
mengungkapkan, pendapat / berbicara secara lancar, struktur kalimatnya sudah
tepat, intonasinya dan kontak mata pada saat berbicara sudah mengalami
peningkatan.
Menurut Haruddin, dkk, penelitian dalam pembelajaran bahasa Indonesia
sama dengan pelajaran yang lain, yang meliputi tiga ruang lingkup, yaitu:
1. Penilaian program pengajaran (penilaian terhadap tujuan, isi program dan
strategi pengajaran).
2. Penilaian proses pengajaran (kesesuaian antara rencana dan proses
pembelajaran); kesiapan guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar; kesiapan siswa mengikuti proses belajar mengajar; minat dan
perhatian siswa, keaktifan dan partisipasi siswa, interaksi komunikasi di
kelas, pemberian penguatan, pemberian tugas).
3. Penilaian hasil pengajaran (penguasaan siswa terhadap tujuan yang
direncanakan).
68
Bertolak dari pendapat di atas, maka akan dideskripsikan keterampilan
berbicara siswa kelas VI setelah pendekatan pragmatik diterapkan dalam


68
Ibid..
pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan hasil belajar yang telah dicapai
siswa sebagai berikut:
1. Tindakan siklus I
Pada siklus I menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa
mengalami peningkatan hasil belajar. Pada siklus I, terdapat 49 siswa
yang mencapai penguasaan daya serap antara 80% 100% sebanyak 9
(18,3%) siswa. Ini menunjukkan penguasaan tentang keterampilan
bebicara dengan pendekatan pragmatik yang disampaikan guru telah
berhasil. Ini berarti ada 9 siswa yang berada pada kategori sangat baik..
Dan siswa yang berada pada kategori baik sebanyak 29 siswa. Serta yang
berada berada pada kategori cukup sebanyak 10 siswa dan kategori kurang
sebanyak 2 siswa. Sedangkan pada pra tindakan jumlah siswa yang
menunjukkan kategori sangat baik sebanyak 5 siswa. Dan siswa yang
berada pada kategori cukup sebanyak 10 siswa dan kategori kurang
sebanyak 4 siswa.
Keterampilan berbicara siswa berdasarkan rata-rata kelas juga
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tes pra tindakan. Pada tes
pra tindakan daya serap rata-rata kelas sebesar 51,1% dan mengalami
peningkatan pada siklus I menjadi 65,9%. Rata-rata kelas dengan
penguasaan hasil belajar siswa pada siklus I tergolong baik. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan
pragmatik dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan
keterampilan berbicara bagi siswa.
Keterampilan berbicara siswa pada siklus I, dan siklus II terdapat
adanya peningkatan hasil yang lebih baik. Hal ini terbukti dengan
pencapaian hasil belajar baik lisan maupun tertulis dan lembar pengamatan
terhadap proses aktivitas guru dan siswa selama proses belajar mengajar.
Hasil yang diperoleh siswa pada tes tertulis pra tindakan diketahui
bahwa jumlah siswa yang memenuhi kriteria batas minimum sebanyak 33
(67,3%) siswa. Sebanyak 16 (32,6%) siswa belum mencapai kriteria
pengasaan daya serap yaitu 60%. Hal ini berarti sudah ada 33 siswa yang
mencapai kategori baik dalam berbicara sesuai situasi dan konteks.
Selanjutnya ada 16 siswa yang termasuk kategori kurang. Selanjutnya
pada tindakan siklus I ada perubahan yaitu ada 33 siswa yang mencapai
nilai standar minimum bertambah menjadi 37 siswa. Sedangakn siswa
yang semula mendapat nilai di bawah kriteria minimum sebanyak 16 siswa
berkurang menjadi 12 siswa.
Adapun hasil belajar pada keterampilan berbicara siswa yang dicapai
berupa tes lisan, pada siklus I dari jumlah 49 siswa yang sudah mencapai
standar minimum sebanyak 18 siswa, selebihnya hasil yang diperoleh
belum mencapai standar minimum yaitu sebanyak 31 siswa. Dan setelah
tindakan siklus II jumlah siswa yang mencapai standar minimum
bertambah menjadi 43 siswa dan 4 siswa lainnya belum mencapai hasil
maksimal namun sudah ada peningkatan.
Pembelajaran pada tindakan seklus II lebih menekankan pada
penguasaan perbendaharaan kata, serta berbicara sesuai situasi dan konteks
(siapa orang yang diajak berbicara, kapan, di mana, dalam peristiwa apa).
Hal ini dilakukan guru dengan banyak memberikan kesempatan kepada
sisea untuk melatih menggunakan bahasa untuk berbicara. Dengan adanya
pendekatan pragmatik ini mampu meningkatkan persentase peningkatan
rata-rata kelas yang baik.
Dengan menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran
keterampilan berbicara, para siswa MI akan mampu
menumbuhkembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang
ada dalam dirinya, sehingga kelak mereka mampu berkomunikasi dan
berinteraksi sosial secara matang, arif, dan dewasa. Selain itu, mereka juga
akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas
dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan
analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya dalam menghadapi berbagai
persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Yang tidak kalah penting, para siswa juga akan mampu berkomunikasi
secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara
lisan maupun tulis, mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta mampu
memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menggunakan pendekatan pragmatik pada keterampilan berbicara,
siswa akan mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan
etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, mampu menghargai dan
bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
negara, serta mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik dititikberatkan
pada keaktifan siswa terutama keterampilan berbicara dengan memberikan
kesempatan dan latihan sebanyak mungkin untuk berbicara dan
mengungkapkan pendapatnya menggunakan bahasa Indonesia.
Melalui penggunaan pendekatan pragmatik pada pembelajaran bahasa
Indonesia, keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut berupa pemahaman konsep tentang situasi dan konteks
saat berbicara secara klasikal, yaitu dari 57,1% pada pra tindakan menjadi
65,9% pada siklus I, dan 82,0% pada siklus II. Hasil belajar yang berupa tes
secara lisan pada siklus I diperoleh skor 51,5% dan menjadi 74,4% pada siklus
II.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada akhir penelitian ini, adalah
sebagai berikut :
1. Siswa
Hendaknya siswa mengembangkan potensi yang dimiliki melalui
pengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dengan cara
membiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Guru
Guru hendaknya terus mengembangkan pendekatan pembelajaran yang
diterapkan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditargetkan dan demi
pengembangan mutu pendidikan di sekolah pada umumnya dan di kelas
pada khususnya.
3. Sekolah
Sekolah hendaknya menjadi fasilitator yang selalu memperhatikan
keperluan yang mendukung terjadinya interaksi pendidikan, baik di
sekolah maupun di kelas. Sekolah juga harus dapat menciptakan suasana
lingkungan belajar yang kondusif dengan warga sekolah maupun
masyarakat yang berada di sekitarnya.
4. Peneliti
Peneliti hendaknya lebih kritis dan tanggap terhadap berbagai
permasalahan untuk pembaharuan dalam dunia pendidikan. Diharapkan
kemudian terdapat adanya penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan
penerapan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Gerrad Senduk. 2005. Pengalaman Berinovasi Guru SMA dalam
Pengajaran Bahasa Indonesia (studi deskriptif kualitatif tentang
Implementasi Inovasi Pragmatik). http// www.yahoo.com
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta
Bambang Kaswanti Purwo. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak
Kurikulum 1984. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: BSNP
Brown, Gillian, dan George Yule. 1985. Discourse Analysis. Cambridge:
Cambridge University Press
Brown, Douglas H. 1984), Principles of Language Teaching and Learning. New
Jersey: Prentice-Hall
Depag. 2004. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah.
Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam
Chaedar Alwasilah, Furqanul Azies. 2000. Pengajaran Bahasa Komunikatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Djogo Tarigan. 1990. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: Angkasa
Crystal, David, 1989. The Cambridge of Encyclopedia of Language. Cambridge:
Cambridge University Press
Dwi Saksono. 2001. Pragmatik. Malang: Jurusan Seni & Desain
Fatimah Djajasudarma. 1994. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur.
Bandung: PT Eresco
IKAPI. 2007. Aku cinta Bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Solo: PT Tiga Serangkai
Johnson. 1983. Communicative Syllabus Design and Methodology. Oxford:
Pergamon Press Ltd,
Kanisius. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta
Kridalaksana. 1996. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah
Kunjawa Rahardi. 2008. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indosesia.
Jakarta: Erlangga
Larsen-Freeman dan Diane. 1986. Techniques and Principles in Language
Teaching. Oxford: Oxford University Press
Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press
Leech, Geoffrey N. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman
Louise Cummins. 1999. Pragmatik Sebuah Perspektik Multidisipliner.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wahidmurni. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM PRESS.
Mansoer Pateda. 1991. Linguistik Terapan. Ende-Flores: Nusa Indah
Marmo Sumarmo. Pragmatik dan Perkembangan Mutakhirnya. Jakarta: Makalah
pada Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya ,1 dan 2
September 1987
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Nababan. 1987. Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya. Jakarta: Dep P & K
Nunan, David. 1989. Designing Tasks for the Communicative Classroom.
Cambridge: Cambridge University Press
Nuril Huda. Metode Audiolingual vs. Metode Komunikatif : Suatu Perbandingan.
Jakarta: Makalah pada Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya,
1 dan 2 September 1987
Richards, Jack C, Rodgers, Theodore S. 1986. Approach and Method in Language
Teaching. Cambridge: Cambridge University Press
Stalnaker, James C. 1987. Communicative Competence, Language Proficiency
and Beyond. Oxford: Oxford University Press
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. (1986). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Penerbit
Angkasa.
----------------------------. (1989a). Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu
Penelitian Kepustakaan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
----------------------------. (1989b). Pengajaran Kompetensi Bahasa: Suatu
Penelitian Kepustakaan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Lampiran I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Siklus I
Nama Sekolah : MI AL IHSAN
Hari / Tanggal : 18 Juni 2009
Mata Pelajaran : Bahasa
Indonesia
Kelas / Semester : VI / I
Waktu : 3 X 35
menit (1 X pertemuan)
A. Standar Kompetensi
Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan
menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, wawancara.
B. Kompetensi Dasar
Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani, pedagang, nelayan,
karyawan, dll) dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
C. Indikator
1. Menyebutkan langkah-langkah melakukan wawancara
2. Menuliskan daftar pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan narasumber
dan urutan yang tepat
3. Menggunakan kalimat tanya dengan benar
4. Menggunakan pilihan kata yang tepat dan santun berbahasa dalam
wawancara
5. Melakukan kegiatan berwawancara berdasarkan daftar pertanyaan
D. Materi Pokok
Berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya
E. Skenario Pembelajaran
KEGIATAN
Pengorganisasian
Waktu Siswa
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam, doa, dan memeriksa kehadiran siswa
untuk siap belajar, serta menyiapkan media dan
sumber belajar.
3 menit Klasikal
b. Guru mengadakan apersepsi dengan cara
menggali pengetahuan siswa melalui tanya
jawab, misalnya:
1) Apa yang dimaksud dengan narasumber ?
2) Orang yang melakukan wawancara
disebut...
5 menit Klasikal
c. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai,
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, dan
manfaat memiliki kemampuan berwawancara
dengan narasumber.
2 menit Klasikal
2. Kegiatan Inti Waktu Siswa
a. Guru memberikan penjelasan singkat mengenai
langkah-langkah melakukan wawancara.
1) Cara menyusun pertanyaan
2) Cara menggunakan bahasa yang baik dan
benar dalam berwawancara
10 menit Klasikal
b. Siswa dibagi dalam 7 kelompok, masing-masing
terdiri dari 7 siswa.
2 menit Kelompok
c. Guru membagikan contoh teks persiapan 2 menit Kelompok
wawancara dan contoh teks melakukan
wawancara.
d. Siswa diminta untuk mencermati contoh-contoh
teks yang telah ada.
2 menit Kelompok
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya.
5 menit Perseora-
ngan
f. Siswa ditugaskan untuk melakukan wawancara.
Sebelum wawancara siswa membuat persiapan
dengan menentukan narasumbernya, menetapkan
waktu, serta menyusun daftar pertanyaan
berdasarkan topik yang ditentukan oleh guru.
10 menit Kelompok
g. Siswa melakukan wawancara dengan
narasumber.
20 menit Kelompok
h. Setelah wawancara dengan narasumber, masing-
masing kelompok malaporkan hasil wawancara
di depan kelas
15 menit Kelompok
i. Guru memberikan evaluasi dalam bentuk tertulis. 10 menit Perseora-
ngan
3. Kegiatan Akhir Waktu Siswa
a. Guru meminta kelompok siswa mengumpulkan
hasil lembar kerja untuk dinilai dan dipajang.
3 menit Klasikal
b. Refleksi untuk mengungkap apa yang telah
dipelajari, kesan-kesan siswa, dan saran
perbaikan untuk mengukuhkan upaya atau kerja
keras yang sudah dilakukan siswa.
5 menit Klasikal
c. Guru menutup pelajaran dengan pesan moral dan
salam.
3 menit Klasikal
F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
4. Diskusi
5. Pemberian Tugas
6. Wawancara
G. Media
1. Teks wawancara
2. Perekam suara
H. Sumber Belajar
1. KTSP 2006
2. Karsidi, 2008, Inilah Bahasa Indonesiaku untuk Kelas VI SD/MI,
Surakarta: PT Tiga Serangakai Pustaka Mandiri
3. Nurcholis Hanif & Mafrukhi, 2007, Saya Senang Berbahasa Indonesia
untuk SD Kelas VI, Jakarta: Erlangga
4. Narasumber
I. Penilaian
1. Penilaian proses untuk menilai aktivitas siswa dalam diskusi kelompok
dengan menggunakan instrument penilaian proses (lampiran).
2. Penilaian hasil untuk menilai siswa ketika mengomunikasikan hasil
diskusinya di depan kelas dengan merujuk pada lembar kerja (lampiran).
Jeru, 18 Juni 2009
Peneliti
Imam Zubaidy Anshory
NIM 07140067
Mengetahui:
Guru Pamong Kepala MI AL IHSAN
Zaini Hamza, S. Pd Ali Musyafa, S. PdI
Lampiran II
Rangkuman Siklus I
1. Wawancara adalah kegiatan tanya jawab dengan seseorang untuk dimintai
keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.
2. Langkah-langkah sebelum melakukan wawancara
o Menentukan topik wawancara
o Menentukan narasumber (siapa narasumbernya)
o Menetapkan waktu (kapan wawancara dilakukan)
o Membuat daftar pertanyaan untuk wawancara
o Melakukan wawancara
3. Teks wawancara sama dengan teks dialog. Karena itu sebuah teks wawancara
terdiri dari atas unsur :
o Orang yang bertanya disebut dengan istilah wartawan
o Orang yang ditanya disebut dengn istilah narasumber
o Kalimat pertanyaan
4. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat wawancara, yaitu:
o Harus datang tepat waktu yang telah ditetapkan
o Bersikap sopan dengan menggunakan bahasa yang santun
5. Topik wawancara : Ekonomi keluarga
Narasumber : Pak Kasim
Pewawancara : Dimas
Waktu dan Tempat : Selasa, 18 Juni 2009, pukul 12.30
di sebelah MI AL IHSAN
6. Daftar Pertanyaan
o Kapan Bapak berjualan bakso ?
o Apakah Bapak berjualan setiap hari ?
o Siapa yang mengolah bakso ?
o Di mana Bapak membeli bahan membuat bakso ?
o Apakah pelanggannya banyak ?
o Apakah Bapak mendapat untung besar ?
o Bagaimana suka dan duka Bapak berjualan bakso ?
Berdasarkan daftar pertanyaan tersebut, Dimas melakukan wawancara sebagai
berikut : Bacalah dengan seksama contoh wawancara berikut !
Dimas : Selamat siang, Pak !
Pak Karim : Selamat siang, Nak. Ada yang bisa Bapak Bantu ?
Dimas : Saya ingin mewawancarai Bapak. Apakah
Bapak bersedia ?
Pak Karim : Oh silahkan, Nak!. Bapak senang sekali diwawancarai
Dimas : Saya mulai ya, Pak.
Kapan Bapak mulai berjualan bakso ?.
Pak Karim : Bapak berjualan sejak umur 24 tahun. Waktu itu Bapak tidak
memiliki pekerjaan karena pabrik tempat Bapak bekerja
bangkrut. Bapak sulit mendapatkan pekerjaan lain. Akhirnya
Bapak mencoba berjualan bakso.
Dimas : Apakah Bapak berjualan bakso setiap hari ?
Pak Karim : Ya, Bapak berjualan bakso setiap hari. Warung bakso ini buka
pukul 10.00 dan tutup pukul 19.00.
Dimas : Wah, lama juga ya, Pak ?.
Pak Karim : Iya, Nak.
Dimas : Siapa yang mengolah bakso ini, Pak ?.
Pak Karim : Bapak dan istri Bapak yang mengolahnya. Terkadang keponakan
Bapak ikut membantu.
Dimas : Di mana Bapak membeli bahan untuk membuat bakso ini ?.
Pak Karim : Di pasar induk.
Dimas : Apakah pelanggan Bapak banyak ?.
Pak Karim : Alhamdulillah pelanggan Bapak cukup banyak.
Dimas : Apakah Bapak mendapat keuntungan besar ?.
Pak Karim : Keuntungan Bapak Alhamdulillah cukup untuk membiayai
kehidupan keluarga sehari-hari dan biaya sekolah dua anak
Bapak. Terkadang Bapak bisa menabungkan sisa keuntungan.
Dimas : Bagaimana suka dan duka yang Bapak alami selama berjualan
bakso ?.
Pak Karim : Sukanya adalah jika pembelinya banyak, dan bakso cepat habis.
Dukanya ya jika sepi pembeli.
Dimas : Baiklah Pak, terima kasih atas wawancaranya. Mudah-mudahan
dagangan Bapak selalu laris.
Pak Karim : Terima kasih, Nak.
Jeru, 18 Juni 2009
Peneliti
Imam Zubaidy Anshory
NIM 07140067
Mengetahui:
Guru Pamong Kepala MI AL IHSAN
Zaini Hamza, S. Pd Ali Musyafa, S. Pd. I

Lampiran III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Siklus II
Nama Sekolah : MI AL
IHSAN
Hari / Tanggal : Kamis /
25 Juni 2009
Mata Pelajaran : Bahasa
Indonesia
Kelas / Semester : VI / I
Waktu : 3 X 35
menit (1 X pertemuan)
A. Standar Kompetensi
Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan
menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, wawancara.
B. Kompetensi Dasar
Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani, pedagang, nelayan,
karyawan, dll) dengan memperhatikan pilihanan kata dan santun berbahasa.
C. Indikator
1. Menyebutkan langkah-langkah melakukan wawancara
2. Menuliskan daftar pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan narasumber
dan urutan yang tepat
3. Menggunakan kalimat tanya dengan benar
4. Menggunakan pilihan kata yang tepat dan santun berbahasa dalam
wawancara
5. Melakukan kegiatan berwawancara berdasarkan daftar pertanyaan
D. Materi Pokok
Berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya
E. Skenario Pembelajaran
KEGIATAN
Pengorganisasian
Waktu Siswa
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam, doa, dan memeriksa kehadiran siswa untuk
siap belajar, serta menyiapkan media dan sumber
belajar.
3 menit Klasikal
b. Guru mengadakan apersepsi dengan cara menggali
pengetahuan siswa melalui tanya jawab, misalnya
1) Apa yang dimaksud dengan narasumber ?
2) Orang yang melakukan wawancara
disebut...
5 menit Klasikal
c. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai,
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, dan
manfaat memiliki kemampuan berwawancara
dengan narasumber.
2 menit Klasikal
2. Kegiatan Inti Waktu Siswa
a. Guru memberikan penjelasan singkat mengenai
langakah-langkah melakukan wawancara.
1) Cara menyusun pertanyaan
2) Cara menggunakan bahasa yang baik dan benar
dalam berwawancara
10 menit Klasikal
b. Siswa dibagi dalam 7 kelompok, masing-masing
terdiri dari 7 siswa.
2 menit Kelompok
c. Guru membagikan contoh teks persiapan 2 menit Kelompok
wawancara dan contoh teks melakukan
wawancara
d. Siswa diminta untuk mencermati contoh-contoh
teks yang telah ada
2 menit Kelompok
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
5 menit Perseora-
ngan
f. Siswa ditugaskan untuk melakukan wawancara.
Sebelum wawancara siswa membuat persiapan
dengan menentukan narasumbernya, menetapkan
waktu, serta menyusun daftar pertanyaan
berdasarkan topik yang ditentukan oleh guru.
10 menit Kelompok
g. Siswa melakukan wawancara dengan narasumber. 20 menit Kelompok
h. Setelah wawancara dengan narasumber, masing-
masing kelompok malaporkan hasil wawancara di
depan kelas
15 menit Kelompok
i. Guru memberikan evaluasi dalam bentuk tertulis 10 menit Perseora-
ngan
3. Kegiatan Akhir Waktu Siswa
a. Guru meminta kelompok siswa mengumpulkan
hasil lembar kerja untuk dinilai dan dipajang.
3 menit Klasikal
b. Refleksi untuk mengungkap apa yang telah
dipelajari, kesan-kesan siswa, dan saran perbaikan
untuk mengukuhkan upaya atau kerja keras yang
sudah dilakukan siswa.
5 menit Klasikal
c. Guru menutup pelajaran dengan pesan moral dan
salam
3 menit Klasikal
F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
4. Diskusi
5. Pemberian tugas
6. Wawancara
7. PAKEM
8. Pendekatan pragmatik
G. Media
1. Teks wawancara
2. Perekam suara
H. Sumber Belajar
1. KTSP 2006
2. Karsidi, 2008, Inilah Bahasa Indonesiaku untuk Kelas VI SD/MI,
Surakarta: PT Tiga Serangakai Pustaka Mandiri
3. Nurcholis Hanif & Mafrukhi, 2007, Saya Senang Berbahasa Indonesia
untuk SD Kelas VI, Jakarta: Erlangga
4. Narasumber
I. Penilaian
1. Penilaian proses untuk menilai aktivitas siswa dalam diskusi kelompok
dengan menggunakan instrument penilaian proses (lampiran 1).
2. Penilaian hasil untuk menilai siswa ketika mengkomunikasikan hasil
diskusinya di depan kelas dengan merujuk pada lembar kerja (lampiran 2).
Jeru, 25 Juni 2009
Peneliti
Imam Zubaidy Anshory
NIM 07140067
Mengetahui:
Guru Pamong Kepala MI AL IHSAN
Zaini Hamza, S. Pd Ali Musyafa, S. PdI
Lampiran IV
Rangkuman Siklus II
1. Wawancara adalah kegiatan tanya jawab dengan seseorang untuk dimintai
keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.
2. Langkah-langkah sebelum melakukan wawancara:
a) Menentukan topik wawancara;
b) Menentukan narasumber (siapa narasumbernya);
c) Menetapkan waktu (kapan wawancara dilakukan);
d) Membuat daftar pertanyaan untuk wawancara;
e) Melakukan wawancara.
3. Teks wawancara sama dengan teks dialog. Karena itu sebuah teks wawancara
terdiri dari atas unsur:
a) orang yang bertanya disebut dengan istilah wartawan,
b) orang yang ditanya disebut dengn istilah narasumber, dan
c) kalimat pertanyaan.
4. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat wawancara, yaitu:
a) harus datang tepat waktu yang ditetapkan, dan
b) bersikap sopan dengan menggunakan bahasa yang santun.
5. Daftar Pertanyaan
a) Kapan Bapak berjualan bakso ?
b) Apakah Bapak berjualan setiap hari ?
c) Siapa yang mengolah bakso ?
d) Di mana Bapak membeli bahan membuat bakso ?
e) Apakah pelanggannya banyak ?
f) Apakah Bapak mendapat untung besar ?
g) Bagaimana suka dan duka Bapak berjualan bakso ?
Berdasarkan daftar pertanyaan tersebut, Dimas melakukan wawancara
sebagai berikut : Bacalah dengan seksama contoh wawancara berikut !
Dimas : Selamat siang, Pak !
Pak Karim : Selamat siang, Nak. Apa ada yang bisa Bapak Bantu ?
Dimas : Saya ingin mewawancarai Bapak. Apakah Bapak bersedia ?
Pak Karim : Oh silahkan, Nak!. Bapak senang sekali diwawancarai.
Dimas : Saya mulai ya Pak.
Kapan Bapak mulai berjualan bakso ?.
Pak Karim : Bapak berjualan sejak umur 24 tahun. Waktu itu Bapak tidak
memiliki pekerjaan karena pbrik tempat Bapak bekerja bangkrut.
Bapak sulit mendapatkan pekerjaan lain. Akhirnya Bapak
mencoba berjualan bakso.
Dimas : Apakah Bapak berjualan bakso setiap hari ?
Pak Karim : Ya, Bapak berjualan bakso setiap hari. Warung bakso ini buka
pukul 10.00 dan tutup pukul 19.00
Dimas : Wah, lama juga ya Pak ?.
Pak Karim : Iya Nak.
Dimas : Siapa yang mengolah bakso ini Pak ?.
Pak Karim : Bapak dan istri Bapak yang mengolahnya. Terkadang keponakan
Bapak ikut membantu.
Dimas : Di mana Bapak membeli bahan untuk membuat bakso ini ?.
Pak Karim : Di pasar induk.
Dimas : Apakah pelanggan Bapak banyak ?.
Pak Karim : Alhamdulillah pelanggan Bapak cukup banyak.
Dimas : Apakah Bapak mendapat keuntungan besar ?.
Pak Karim : Keuntungan Bapak Alhamdulillah cukup untuk membiayai
kehidupan keluarga sehari-hari dan biaya sekolah dua anak
Bapak. Terkadang Bapak bias menabungkan sisa keuntungan.
Dimas : Bagaimana suka dan duka yang Bapak alami selama berjualan
bakso ?.
Pak Karim : Sukanya adalah jika pembelinya banyak dan bakso cepat habis.
Dukanya ya jika sepi pembeli.
Dimas : Baiklah Pak, terima kasih atas wawancaranya. Mudah-mudahan
dagangan Bapak selalu laris.
Pak Karim : Terima kasih, Nak.
Lampiran V
Nilai Tes Pra Tindakan
Nama siswa Nilai Persentase
1. Luwis Davi1. Luwis David 60 60
2. Ahmad Firdausi 60 60
3. M. Nur Adi Cahyono 40 40
4. Ahmad Mursyid R. 37 37
5. Alfiyan Abidin 80 80
6. Anjili Rahmawati 60 60
7. Arik Dwi Purnomo 30 30
8. Avan Nuril Ahmad 60 60
9. Berliana Elda Putri 78 78
10. Betty Silvia Kusuma 70 70
11. Dedi Ardika Dwi 38 38
12. Didin setiawan 34 34
13. Dzihan Elhapy 40 40
14. Fina Dwi Asih 60 60
15. Fithrotul Hasanah 60 60
16. Hanif Fathur Rosyidin 60 60
17. Imam Masluhan 60 60
18. Ira Hidayati 72 72
19. Luluk Farida 77 77
20. M. Fajar Adi Lestari 60 60
21. Moh. Choiri Fadli 40 40
22. Nanik Rahmawati 60 60
23. Ni'matul Khusnia 60 60
24. Novi Dianita Sari 60 60
25. Nur Anis Saidatil Ula 60 60
26. Nur Fadhilah 70 70
27. Nur Hidayatul Ilmiyah 40 40
28. Nurul Fadhilah 60 60
29. Nurul Faizah 80 80
30. Roikhatul Jannah 60 60
31. Saiful Anwar A. 60 60
32. M. Saiful Anwar B. 40 40
33. Shoihul Hamdani 30 30
34. Sinthya Devi W. 40 40
35. Sintia Farqa Agustin 40 40
36. Yuli Setiawan 60 60
37. M.Rizki Yugo Utomo 60 60
38. Mulyasaro 60 60
39. M. Faisol 60 60
40. M. Rosad 80 80
41. M. Hasbi 40 40
42. M. Zainuddin 40 40
43. Humrotus S. 80 80
44. Khusnul Kh. 80 80
45. Kholilah 80 80
46. Zainul Umum 60 60
47. Fathur Rohman 60 60
48. Marghopi 60 60
49. M. Romli 60 60
Jumlah 2796
Rata-rata 57,1
Persentase 57,1%
Lampiran VI
Hasil Evaluasi Tertulis Siswa Pada Siklus I
Nama Siswa Nilai Prosentase
1. Luwis David 95 70%
2. Ahmad Firdausi 75 75%
3. M. Nur Adi Cahyono 75 75%
4. Ahmad Mursyid R. 75 75%
5. Alfiyan Abidin 70 70%
6. Anjili Rahmawati 62 62%
7. Arik Dwi Purnomo 65 65%
8. Avan Nuril Ahmad 45 45%
9. Berliana Elda Putri 50 50%
10. Betty Silvia Kusuma 55 55%
11. Dedi Ardika Dwi 50 50%
12. Didin setiawan 34 34%
13. Dzihan Elhapy 45 45%
14. Fina Dwi Asih 60 60%
15. Fithrotul Hasanah 85 85%
16. Hanif Fathur Rosyidin 70 70%
17. Imam Masluhan 65 65%
18. Ira Hidayati 70 70%
19. Luluk Farida 55 55%
20. M. Fajar Adi Lestari 50 50%
21. Moh. Choiri Fadli 10 10%
22. Nanik Rahmawati 90 90%
23. Ni'matul Khusnia 90 90%
24. Novi Dianita Sari 80 80%
25. Nur Anis Saidatil Ula 65 65%
26. Nur Fadhilah 80 80%
27. Nur Hidayatul Ilmiyah 65 65%
28. Nurul Fadhilah 75 75%
29. Nurul Faizah 80 80%
30. Roikhatul Jannah 75 75%
31. Saiful Anwar A. 45 45%
32. M. Saiful Anwar B. 70 70%
33. Shoihul Hamdani 50 50%
34. Sinthya Devi W. 60 60%
35. Sintia Farqa Agustin 60 60%
36. Yuli Setiawan 75 75%
37. M.Rizki Yugo Utomo 85 85%
38. Mulyasaro 60 60%
39. M. Faisol 80 80%
40. M. Rosad 75 75%
41. M. Hasbi 78 78%
42. M. Zainuddin 80 80%
43. Humrotus S. 75 75%
44. Khusnul Kh. 70 70%
45. Kholilah 70 70%
46. Zainul Umum 70 70%
47. Fathur Rohman 65 65%
48. Marghopi 50 50%
49. M. Romli 75 75%
Jumlah 3229
Rata-rata 65,9
Prosentase 65,9%
Lampiran VII
Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I
No
Urut
siswa
A B C D E Total
Skor
Prosentase
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 15 %
1 10 66,6%
2 6 40%
3 6 40%
4 5 33,3%
5 10 66,6%
6 5 33,3%
7 5 33,3%
8 10 66,6%
9 10 66,6%
10 7 46,6%
11 5 33,3%
12 5 33,3%
13 7 46,6%
14 7 46,6%
15 10 66,6%
16 9 60%
17 6 40%
18 6 40%
19 9 60%
20 7 46,6%
21 5 33,3%
22 11 33,3%
23 9 60%
24 5 33,3%
25 5 33,3%
26 5 33,3%
27 5 33,3%
28 9 60%
29 13 86,6%
30 7 46,6%
31 9 60%
32 7 46,6%
33 5 33,3%
34 5 33,3%
35 5 33,3%
36 12 80%
37 7 46,6%
38 7 46,6%
39 7 46,6%
40 5 33,3%
41 5 33,3%
42 8 53,3%
43 15 100%
44 15 100%
45 11 73,3%
46 11 73,3%
47 6 40%
48 5 33,3%
49 15 100%
Jumlah 2525
Rata-rata 51,5
Prosentase 51,5%
Keterangan
Standar minimal yang harus dikuasai siswa adalah 8
A = Kelancaran berbicara: (1) Siswa tidak mampu berbicara; (2) Siswa
berbicara dengan bantuan guru; (3) Siswa berbicara tanpa bantuan guru
B = Intonasi: (1) Intonasi tidak tepat; (2) Intonasi tepat dengan bantuan
guru; (3) Tanpa bantuan guru
C = Ketepatan pilihan kata: (1) Tidak menggunakan pilihan kata yang tepat;
(2) Dengan bantuan guru; (3) Tanpa bantuan guru
D = Struktur kalimat: (1) Tidak menggunakan struktur kalimat yang jelas;
(2) Dengan bantuan guru; (3) Tanpa bantuan guru
E = Kontak mata: (1) Berbicara tidak menghadap teman; (2) Menghadap
teman dengan suruhan guru; (3) Menghadap teman tanpa suruhan guru
Lampiran VIII
Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I
No
Urut
siswa
A B C D E Total
Skor
Prosentase
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 15 %
1 10 66,6%
2 6 40%
3 6 40%
4 5 33,3%
5 10 66,6%
6 5 33,3%
7 5 33,3%
8 10 66,6%
9 10 66,6%
10 7 46,6%
11 5 33,3%
12 5 33,3%
13 7 46,6%
14 7 46,6%
15 10 66,6%
16 9 60%
17 6 40%
18 6 40%
19 9 60%
20 7 46,6%
21 5 33,3%
22 11 33,3%
23 9 60%
24 5 33,3%
25 5 33,3%
26 5 33,3%
27 5 33,3%
28 9 60%
29 13 86,6%
30 7 46,6%
31 9 60%
32 7 46,6%
33 5 33,3%
34 5 33,3%
35 5 33,3%
36 12 80%
37 7 46,6%
38 7 46,6%
39 7 46,6%
40 5 33,3%
41 5 33,3%
42 8 53,3%
43 15 100%
44 15 100%
45 11 73,3%
46 11 73,3%
47 6 40%
48 5 33,3%
49 15 100%
Jumlah 2525
Rata-rata 51,5
Prosentase 51,5%
Keterangan
Standar minimal yang harus dikuasai siswa adalah 8
A = Kelancaran berbicara: (1) Siswa tidak mampu berbicara; (2) Siswa
berbicara dengan bantuan guru; (3) Siswa berbicara tanpa bantuan guru
B = Intonasi: (1) Intonasi tidak tepat; (2) Intonasi tepat dengan bantuan
guru; (3) Tanpa bantuan guru
C = Ketepatan pilihan kata: (1) Tidak menggunakan pilihan kata yang tepat;
(2) Dengan bantuan guru; (3) Tanpa bantuan guru
D = Struktur kalimat: (1) Tidak menggunakan struktur kalimat yang jelas;
(2) Dengan bantuan guru; (3) Tanpa bantuan guru
E = Kontak mata: (1) Berbicara tidak menghadap teman; (2) Menghadap
teman dengan suruhan guru; (3) Menghadap teman tanpa suruhan guru
Lampiran IX
Hasil Evaluasi Tertulis Siswa pada Siklus II
No urut siswa Nilai Prosentase
1. Luwis David
95 95%
2. Ahmad Firdausi
75 75%
3. M. Nur Adi Cahyono
75 75%
4. Ahmad Mursyid R.
70 70%
5. Alfiyan Abidin
75 75%
6. Anjili Rahmawati
75 75%
7. Arik Dwi Purnomo
70 70%
8. Avan Nuril Ahmad
95 95%
9. Berliana Elda Putri
90 90%
10. Betty Silvia Kusuma
85 85%
11. Dedi Ardika Dwi
90 90%
12. Didin setiawan
40 40%
13. Dzihan Elhapy
95 95%
14. Fina Dwi Asih
95 95%
15. Fithrotul Hasanah
95 95%
16. Hanif Fathur Rosyidin
80 80%
17. Imam Masluhan
75 75%
18. Ira Hidayati
85 85%
19. Luluk Farida
95 95%
20. M. Fajar Adi Lestari
80 80%
21. Moh. Choiri Fadli
50 50%
22. Nanik Rahmawati
80 80%
23. Ni'matul Khusnia
95 95%
24. Novi Dianita Sari
90 90%
25. Nur Anis Saidatil Ula
80 80%
26. Nur Fadhilah
65 65%
27. Nur Hidayatul Ilmiyah
90 90%
28. Nurul Fadhilah
90 90%
29. Nurul Faizah
95 95%
30. Roikhatul Jannah
85 85%
31. Saiful Anwar A.
75 75%
32. M. Saiful Anwar B.
60 60%
33. Shoihul Hamdani
80 80%
34. Sinthya Devi W.
85 85%
35. Sintia Farqa Agustin
65 65%
36. Yuli Setiawan
95 95%
37. M.Rizki Yugo Utomo
100 100%
38. Mulyasaro
95 95%
39. M. Faisol
95 95%
40. M. Rosad
85 85%
41. M. Hasbi
Tidak masuk sekolah
42. M. Zainuddin
95 95%
43. Humrotus S.
95 95%
44. Khusnul Kh.
95 95%
45. Kholilah
75 75%
46. Zainul Umum
50 50%
47. Fathur Rohman Tidak masuk sekolah
48. Marghopi
70 70%
49. M. Romli
85 85%
Jumlah 3855
Rata-rata 82
Prosentase 82%
Lampiran IX
Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Tes Lisan
Siklus Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
No Urut Siswa Siklus I Prosentase Siklus II Prosentase
1. Luwis David 10 66,6% 13 86,6%
2. Ahmad Firdausi 6 40% 13 86,6%
3. M. Nur Adi Cahyono 6 40% 13 86,6%
4. Ahmad Mursyid R. 5 33,3% 9 60%
5. Alfiyan Abidin 10 66,6% 10 66,6%
6. Anjili Rahmawati 5 33,3% 10 66,6
7. Arik Dwi Purnomo 5 33,3% 11 73,3%
8. Avan Nuril Ahmad 10 66,6% 14 93,3%
9. Berliana Elda Putri 10 66,6% 13 86,6%
10. Betty Silvia Kusuma 7 46,6% 10 66,6%
11. Dedi Ardika Dwi 5 33,3% 10 66,6%
12. Didin setiawan 5 33,3% 12 80%
13. Dzihan Elhapy 7 46,6% 9 60%
14. Fina Dwi Asih 7 46,6% 10 66,6%
15. Fithrotul Hasanah 10 66,6% 14 93,3%
16. Hanif Fathur Rosyidin 9 60% 12 80%
17. Imam Masluhan 6 40% 13 86,6%
18. Ira Hidayati 6 40% 12 80%
19. Luluk Farida 9 60% 11 73,3%
20. M. Fajar Adi Lestari 7 46,6% 11 73,3%
21. Moh. Choiri Fadli 5 33,3% 9 60%
22. Nanik Rahmawati 11 33,3% 14 93,3%
23. Ni'matul Khusnia 9 60% 13 86,6%
24. Novi Dianita Sari 5 33,3% 10 66,6%
25. Nur Anis Saidatil Ula 5 33,3% 9 60%
26. Nur Fadhilah 5 33,3% 10 66,6%
27. Nur Hidayatul Ilmiyah 5 33,3% 8 53,3%
28. Nurul Fadhilah 9 60% 9 60%
29. Nurul Faizah 13 86,6% 15 100%
30. Roikhatul Jannah 7 46,6% 11 73,3%
31. Saiful Anwar A. 9 60% 12 80%
32. M. Saiful Anwar B. 7 46,6% 9 60%
33. Shoihul Hamdani 5 33,3% 9 60%
34. Sinthya Devi W. 5 33,3% 10 66,6%
35. Sintia Farqa Agustin 5 33,3% 7 46,6%
36. Yuli Setiawan 12 80% 14 93,3%
37. M.Rizki Yugo Utomo 7 46,6% 12 80%
38. Mulyasaro 7 46,6% 10 66,6%
39. M. Faisol 7 46,6% 8 53,3%
40. M. Rosad 5 33,3% 12 80%
41. M. Hasbi 5 33,3% Tidak masuk sekolah
42. M. Zainuddin 8 53,3% 7 46,6%
43. Humrotus S. 15 100% 15 100%
44. Khusnul Kh. 15 100% 15 100%
45. Kholilah 11 73,3% 11 73%
46. Zainul Umum 11 73,3% 11 73%
47. Fathur Rohman 6 40% Tidak masuk sekolah
48. Marghopi 5 33,3% 9 60%
49. M. Romli 15 100% 15 100%
Keterangan
a) Jumlah total keseluruhan terdapat 49 siswa
b) Pada siklus II ada dua siswa yang tidak hadir, sehingga keseluruhan siswa
yang hadir pada siklus II terdapat 47 siswa.
Lampiran XII
Perbandingan Hasil Belajar pada Tes Tertulis Siswa
pada Siklus Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
No Urut siswa Pra Tindakan Siklus I Siklus II
1. Luwis David 60 70 95
2. Ahmad Firdausi 60 75 75
3. M. Nur Adi Cahyono 40 75 75
4. Ahmad Mursyid R. 37 75 70
5. Alfiyan Abidin 80 70 75
6. Anjili Rahmawati 60 62 75
7. Arik Dwi Purnomo 30 65 70
8. Avan Nuril Ahmad 6 45 95
9. Berliana Elda Putri 78 50 90
10. Betty Silvia Kusuma 70 55 85
11. Dedi Ardika Dwi 38 50 90
12. Didin setiawan 34 34 40
13. Dzihan Elhapy 40 45 95
14. Fina Dwi Asih 60 60 95
15. Fithrotul Hasanah 60 85 95
16. Hanif Fathur Rosyidin 60 70 80
17. Imam Masluhan 60 65 75
18. Ira Hidayati 72 70 85
19. Luluk Farida 77 55 95
20. M. Fajar Adi Lestari 60 50 80
21. Moh. Choiri Fadli 40 10 50
22. Nanik Rahmawati 60 90 95
23. Ni'matul Khusnia 60 90 95
24. Novi Dianita Sari 60 80 90
25. Nur Anis Saidatil Ula 60 65 80
26. Nur Fadhilah 70 80 65
27. Nur Hidayatul Ilmiyah 40 65 90
28. Nurul Fadhilah 60 75 90
29. Nurul Faizah 80 80 95
30. Roikhatul Jannah 60 75 85
31. Saiful Anwar A. 60 45 75
32. M. Saiful Anwar B. 40 70 60
33. Shoihul Hamdani 30 50 80
34. Sinthya Devi W. 40 60 85
35. Sintia Farqa Agustin 40 60 65
36. Yuli Setiawan 60 75 95
37. M.Rizki Yugo Utomo 60 85 100
38. Mulyasaro 60 60 95
39. M. Faisol 60 80 95
40. M. Rosad 80 75 85
41. M. Hasbi 40 78 -
42. M. Zainuddin 40 80 95
43. Humrotus S. 80 75 95
44. Khusnul Kh. 80 70 95
45. Kholilah 80 70 75
46. Zainul Umum 60 70 50
47. Fathur Rohman 60 65 -
48. Marghopi 60 50 70
49. M. Romli 60 75 85
Jumlah 2796 3229 3855
Rata-rata 57,1 65,89 82,62
Prosentase 57,1% 65,9% 82,62%
Lampiran XIII
RIWAYAT HIDUP
Imam Zubaidy Ansory dilahirkan di desa Tanggung Kecamatan Turen
Kabupaten Malang Jawa Timur pada tanggal 7 April 1978. Dia adalah anak
pertama dari tiga bersaudara dari ibunda Siti Zubaidah dan ayahanda Kasminto.
Pada tahun 1985 dia mulai memasuki pendidikan di Sekolah Dasar Negeri
04 Sedayu, dan menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 1991. Pada tahun yang
sama dia melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 01 Turen, dan
menyelesaikan pendidikan SMP pada tahun 1994. Kemudian pada tahun 1991
setelah lulus dari SMP Negeri 01 Turen, dia melanjutkan studinya di SMK Negeri
01 Singosari mengambil Jurusan Mesin Produksi. Selanjutnya setelah hampir
sepuluh tahun bekerja di perusahaan-perusahaan swasta kemudian melanjutkan
kuliah diploma dua di UIN Malang dengan mengambil Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah dan memperoleh gelar Sarjana Muda (A. Md).

You might also like