KETERAMPILAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI DI MI AL IHSAN JERU TUREN MALANG SKRIPSI Oleh IMAM ZUBAIDY ANSHORY 07140067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIMMALANG Januari 2010 PENGGUNAAN PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI DI MI AL IHSAN JERU TUREN MALANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Stara Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd) Disusun Oleh IMAM ZUBAIDY ANSHORY 07140067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Januari 2010 PENGGUNAAN PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI DI MI AL IHSAN JERU TUREN MALANG SKRIPSI Oleh IMAM ZUBAIDY ANSHORY 07140067 Telah Disetujui Tanggal Pebruari 2010 Oleh Dosen Pembimbing Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA NIP. 19620507 199503 1 001 Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dra. Hj. SULALAH, M. Ag NIP. 19651112 199403 2 002 Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Nota Dinas Pembimbing Hal : Skripsi Imam Zubaidy Anshory Malang, 2010 Lamp : 4 (empat) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di Malang Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Imam Zubaidy Anshory NIM : 07140067 Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Judul Skripsi : Penggunaan Pendekatan Pragmatik Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI Di MI AL IHSAN Jeru Turen Malang Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb. Pembimbing Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA NIP. 19620507 199503 1 001 HALAMAN PENGESAHAN PENGGUNAAN PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI DI MI AL IHSAN JERU TUREN MALANG SKRIPSI dipersiapkan dan disusun oleh Imam Zubaidy Anshory (07140067) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal .....................2010 dengan nilai......... dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada tanggal:.......................2010 Panitia Ujian Tanda Tangan Ketua Sidang : Sekretaris Sidang : Pembimbing Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA NIP. 19620507 199503 1 001 : Penguji Utama : Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA NIP. 19620507 199503 1 001 DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS TARBIYAH Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax.(0341) 572533 BUKTI KONSULTASI Nama : Imam Zubaidy Anshory NIM : 07140067 Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dosen Pembimbing : Dr. H. M. Zainuddin, MA Judul Skripsi : Penggunaan Pendekatan Pragmatik Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI Di MI AL IHSAN Jeru Turen Malang No. Tanggal Hal yang dikonsultasikan Tanda Tangan 1 26 Mei 2009 Revisi Proposal 2 11 Juni 2009 Bab I 3 27 Agustus 2009 Bab II dan Bab III 4 25 Januari 2010 Bab IV, Bab V, dan Bab VI 5 27 Januari 2010 Revisi Bab V 6 28 Januari 2010 Revisi Bab VI 7 30 Januari 2010 Revisi Bab I dan Bab III Malang, 10 Pebruari 2010 Mengetahui Dekan Dr. H. M. ZAINUDDIN, MA NIP. 19620507 199503 1 001 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan. Malang, 25 Januari 2010 Imam Zubaidy Anshory MOTTO 7vu1- OT OT:Ec ElT4O ROE'R4^T RORNQE^-4 RO4L=OO4^- W ^RE4 -T"OR- T=O^O ET El+4O 4Q- OU^N TET E= T4N RT-OT:Ec W 4Q-4 OU^N 4R4-^^T^=T Artinya: Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk-Nya. (Q. S. An-Nahl:125) 1
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: Al- Hidayah, 1998), hlm. 421 Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang yang tersayang yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang dan doanya yang begitu tulus kepadaku Ummy tercinta Hj. Siti Zubaidah, dan Abah Drs. H. Kasminto yang telah bekerja keras mengasuh, mendidik, membimbing dan berdoa tiada henti dengan penuh kelembutan dan kesabaran. Guru-guru dan dosenku yang telah mendidikku dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Adik-adikku tersayang Mohammad Azhar Habibi & Mintas Tutik Riwayati Yang selalu menemani dan memotivasi sehingga aku bisa terpacu dan majumenjadi orang yang engkau banggakan. Habiby tercinta yang selalu ada di setiap suka dan dukaku. Terima kasih banyak atas segalanya Jazakumullahu Khoiron Katsiir KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Penggunaan Pendekatan Pragmatik Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI Di MI AL IHSAN Jeru Turen Malang. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran seluruh manusia yaitu Ad-Dinul Islam yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat. Penulisan dan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh UIN Malang sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan di UIN Malang. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengalaman, banyaknya hambatan dan kesulitan senantiasa penulis temui dalam penyusunan skripsi ini. Dengan terselesainya skripsi ini, tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan karya ilmiah ini, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Ayahanda, ibunda, dan adik-adikku tercinta, serta segenap keluarga yang dengan sabar telah mendoakan, membimbing, mengarahkan, memberi kepercayaan dan motivasi, serta memberikan bantuan moril dan materiil demi kesuksesan penulis. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dosen Pembimbing dan Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik IbrahimMalang. 4. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 5. Bapak dan ibu dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah membimbing penulis selama belajar dibangku perkuliahan. 6. Bapak Ali Musyafa selaku Kepala Sekolah MI. AL IHSAN Jeru Turen Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpin. 7. Bapak Zaini Hamza selaku guru bahasa Indonesia di MI. AL IHSAN Jeru Turen Malang yang telah memberikan kesempatan mengadakan penelitian di kelas VI MI. AL IHSAN Jeru Turen Malang. 8. Segenap Guru dan Karyawan MI. AL IHSAN Jeru Turen Malang yang telah memberikan banyak bantuan dalam mengarahkan, memberi kepercayaan, bantuan moril dan materiil demi kesuksesan penulis. 9. Seluruh siswa/i kelas VI yang turut membantu jalannya program penelitian ini. 10. Semua sahabat-sahabat PGMI angkatan 2005-2006 yang selalu memberikan motivasi dan banyak pengalaman yang berharga. 11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Tiada kata yang patut diucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya dan doa tulus, semoga amal baik mereka diterima oleh Alloh dan mendapat Ridho-Nya. Amin.. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.. Malang, 25 Januari 2010 Penulis DAFTAR ISI Hal HALAMAN SAMPUL LUAR.................................................................... HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................ i HALAMAN NOTA DINAS........................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iv HALAMAN BUKTI KONSULTASI ......................................................... v HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... vi HALAMAN MOTTO................................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. viii KATA PENGANTAR................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................... xii DAFTAR TABEL....................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvii ABSTRAK................................................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian...................................................................... 8 D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 8 E. Manfaat Penelitian.................................................................... 8 F. Ruang Lingkup Pembahasan..................................................... 9 G. Definisi Operasional ................................................................. 10 BAB II. KAJIAN PUSTAKA..................................................................... 11 A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia................................... 12 B. Hakikat Berbicara..................................................................... 16 C. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian Pragmatik..................... 18 D. Pragmatik sebagai Pendekatan Pengajaran Bahasa Indonesia.... 24 BAB III. METODE PENELITIAN............................................................ 31 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................ 31 B. Kehadiran Peneliti .................................................................... 33 C. Lokasi Penelitian ...................................................................... 34 D. Sumber Data............................................................................. 35 E. Prosedur Pengumpulan Data..................................................... 36 F. Teknik Analisis Data ................................................................ 40 G. Pengecekan Keabsahan Data..................................................... 43 H. Tahapan Penelitian ................................................................... 45 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 52 A. Paparan Data........................................................................... 53 B. Temuan Penelitian .................................................................. 101 BAB V. PEMBAHASAN........................................................................... 109 BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 120 A. Kesimpulan .............................................................................. 120 B. Saran ........................................................................................ 121 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 122 LAMPIRAN................................................................................................ 125 DAFTAR TABEL Hal Tabel 4.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar................................. 54 Tabel 4.2 Nilai Tes Pra Tindakan ................................................................ 56 Tabel 4.3 Hasil Penilaian Merumuskan RPP Siklus I................................... 64 Tabel 4.4 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran terhadap Kemampuan Peneliti dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas ................... 67 Tabel 4.5 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I ............................... 69 Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Tertulis Siswa pada Siklus I.................................. 71 Tabel 4.7 Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I ....... 73 Tabel 4.8 Penilaian terhadap Kemampuan Guru dalam Merumuskan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pada Siklus II................ 82 Tabel 4.9 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran terhadap Kemampuan Peneliti dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas................................ 85 Tabel 4.10 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I ............................. 87 Tabel 4.11 Hasil Evaluasi Tertulis Siswa pada Siklus I................................. 89 Tabel 4.12 Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus II ..... 92 Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Belajar pada Tes Tertulis Siswa pada Siklus Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ......................... 95 Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Tes Lisan Siklus Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ................................. 97 Tabel 4.15 Keberhasilan Tindakan dari Aspek Pelaksanaan Proses pada Tindakan Siklus I dan Siklus II............................................ 103 Tabel 4.16 Perbandingan Peningkatan Perolehan Nilai Tes Tertulis Siswa pada Pra Tindakan, Tindakan Siklus I, dan II............................... 104 Tabel 4.17 Perbandingan Peningkatan Perolehan Nilai Tes Lisan Siswa pada Siklus I dan II...................................................................... 105 Tabel 4.18 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Pra Tindakan, Nilai Hasil Siklus I dan Siklus II Secara Tertulis ......................... 108 Tabel 4.19 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Siklus I dan Siklus II Secara Lisan ........................................................... 109 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ................ 125 Lampiran 2 Rangkuman Siklus I ................................................................ 129 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ................. 132 Lampiran 4 Rangkuman Siklus II ............................................................... 136 Lampiran 5 Pedoman Observasi Penilaian Aktifitas Belajar Siswa ............ 138 Lampiran 6 Indikator Penilaian Proses Belajar Siswa ................................ 140 Lampiran 7 Alat Penilaian Desain Pembelajaran (APKG 1) ....................... 142 Lampiran 8 Alat Penilaian Kemampuan Mengajar (APKG 2)..................... 149 Lampiran 9 Riwayat Hidup Penulis............................................................ 155 ABSTRAK Imam Zubaidy Anshory, 2010. Penggunaan Pendekatan Pragmatik Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI Di MI AL IHSAN Jeru Turen Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dosen Pembimbing: Dr. H. M. Zainuddin, MA Kata kunci: Pendekatan pragmatik, keterampilan berbicara, bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk mempersatukan keberagaman bahasa, adat istiadat, suku, dan budaya. Bertolak dari hal tersebut, siswa diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengn baik dan benar. Permasalahan yang terjadi di kelas adalah siswa belum mampu berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta tidak sesuai dengan situasi dan konteks, sehingga perlu adanya inovasi dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI MI AL IHSAN Jeru Turen yang mencakup kelancaran berbicara, intonasi, struktur kalimat, ketepatan pilihan kata, kontak mata dengan orang lain serta sesuai dengan situasi dan konteks. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik membelajarkan siswa agar dapat berbicara sesuai situasi dan konteks antara lain: siapa, di mana, kapan, tujuan, dan peristiwa apa. Rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian berjumlah 49 siswa di MI AL IHSAN Jeru Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes, observasi, dan wawancara selama proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, pendekatan pragmatik diterapkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: hasil belajar siswa berupa pemahaman konsep tentang situasi dan konteks saat berbicara secara klasikal mengalami peningkatan, yaitu dari 57,1% pada pra tindakan menjadi 65,9% pada siklus I, dan 82,0% pada siklus II. Hasil belajar yang berupa tes secara lisan pada siklus I diperoleh skor 51,5% dan menjadi 74,4% pada siklus II. Secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningakatan dan mencapai target yang telah ditetapkan setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan pragmatik telah berhasil meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dari hasil penelitian ini diharapkan agar guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik dalam mengajarkan mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara. Bagi peneliti lain diharapkan dapat meneliti dengan menggunakan metode atau pendekatan lain dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan bangsa Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. 2 Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu, keterampilan
2 Depag, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 103 berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang kritis karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan, keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia sedang berbicara. 3 Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih menggunakan bahasa (using language). Dengan kata lain, yang ditekankan adalah penguasaan tentang bahasa (form-focus). Guru bahasa Indonesia lebih banyak berkutat dengan pengajaran tata bahasa, dibandingkan mengajarkan kemampuan berbahasa Indonesia secara nyata. 4 Salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah pendekatan pragmatik. Melalui pendekatan pragmatik, siswa diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang nyata dengan menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif. 5 Penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara diharapkan mampu membawa siswa ke dalam situasi dan konteks
3 Ibid., hlm. 103 -108
4 Ibid., hlm. 13
5 Suyono, Pragmatik Dasar-Dasar dan Pengajaran Pragmatik (Malang: YA3, 1990), hlm. 59 berbahasa yang sesungguhnya sehingga keterampilan berbicara mampu melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional, dan afektif. Yang tidak kalah penting, para siswa juga akan mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Zaini Hamza guru bahasa Indonesia di MI AL IHSAN menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen berada pada tingkat yang rendah, diksi (pilihan kata)-nya payah, kalimatnya tidak efektif, struktur tuturannya rancau, alur tuturannya pun tidak runtut dan kohesif. Ketika menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh guru seringkali siswa hanya diam. Sebagian siswa dapat menjawab pertanyaan guru, namun hanya dengan jawaban singkat. Seringkali juga siswa ketika menjawab pertanyaan guru, namun menggunakan bahasa daerah (bahasa jawa kromo inggil). Para siswa mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menjalin kontak mata dengan pihak lain secara komunikatif dan interaktif pada saat berbicara. 6
6 Wawancara dengan Bapak Zaini Hamza, Guru Bahasa Indonesia MI AL IHSAN Jeru Turen, tanggal 25 Mei 2009 Berdasarkan uraian di atas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian pendidikan. Dalam hal ini penulis akan mengadakan penelitian dengan topik yang berjudul Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen Malang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian ini, yaitu: bagaimana keterampilan berbicara siswa kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen setelah menggunakan pendekatan pragmatik dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan keterampilan berbicara siswa kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen setelah menggunakan pendekatan pragmatik dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. D. Hipotesis Penelitian Jika pendekatan pragmatik diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, maka dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI di MI. AL IHSAN Jeru Turen Malang.. E. Manfaat Penelitian Secara praktis hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Siswa Keterampilan berbicara siswa kelas VI MI AL IHSAN Jeru Turen yang menjadi subjek penelitian ini mengalami peningkatan signifikan. 2. Guru Para guru dapat mengetahui langkah-langkah pendekatan pragmatik sebagai upaya dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan guru di tingkat satuan pendidikan yang lebih tinggi, seperti SMP/MTs dan SMA/SMK/MA, diharapkan juga menggunakan hasil penelitian ini dalam upaya melakukan inovasi pembelajaran bahasa Indonesia. 3. Lembaga yang diteliti Penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mencapai hasil-hasil yang optimal dalam pelaksanaan pembelajaran di MI AL IHSAN Jeru Turen. 4. Peneliti Penelitian ini adalah sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan memperkaya pengetahuan (keilmuan) dan juga untuk menambah pengalaman. 5. Bagi Jurusan Hasil penelitian sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran. Sedangkan bagi dosen yang lain, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih dan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan atau kompetensi tertentu. 5. Bagi Fakultas / Universitas Sebagai wahana untuk menjalankan tugasnya dalam mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu melaksanakan: 1) pendidikan dan pembelajaran, 2) penelitian, dan 3) Pengabdian kepada masyarakat. Mengingat fakultas ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon guru profesional di masa depan. Dengan demikian hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk mempersiapkan calon guru di masa yang akan datang, dan juga sebagai pengembangan keilmuan dalam dunia pendidikan. F. Ruang Lingkup Pembahasan Agar pembahasan ini lebih mengarah dan tidak menimbulkan kekeliruan atau meluasnya pembahasan, maka perlu dibatasi masalah-masalah yang akan dibahas. Adapun ruang lingkup pembahasannya adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan pendekatan pragmatik dalam penelitian ini sifatnya adalah terbatas, yaitu di dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen; 2. Proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan pragmatik untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas VI. 3. Inti dari penelitian ini adalah membahas tentang keterampilan berbicara siswa kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan pragmatik. G. Penegasan Istilah Adapun definisi dan batasan istilah yang berkaitan dengan judul dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut: 1. Keterampilan adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam bidang keahlian tertentu; 2. Berbicara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu penyampaian maksud (ide, pikiran) dari anak kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain; 3. Pendekatan pragmatik merupakan salah satu pendekatan dalam bahasa yang memfokuskan pada keterampilan berkomunikasi yang menekankan pada kebermaknaan dan penyampaian makna (fungsi) menggunakan bahasa. BAB II KAJIAN PUSTAKA Banyak karya ilmiah yang meneliti tentang pembelajaran bahasa Indonesia, dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik ataupun meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini bukan merupakan penelitian awal, artinya bahwa sebelum penelitian ini sudah ada penelitian-penelitian yang mengangkat tema atau topik yang sama. Ada beberapa contoh judul penelitian yang peneliti temukan dari hasil karya penelitian terdahulu sebagai pembanding, antara lain adalah: Pengalaman Berinovasi Guru SMA dalam Pengajaran Bahasa Indonesia (disusun oleh Agus Gerrad Senduk pada Tahun 2005) 7 , dan Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan Timur (disusun oleh Yones P pada tahun 2007) 8 , dan lain-lain. Dari beberapa judul penelitian karya ilmiah diatas, menunjukkan bahwa pada tiap tahun ada upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. Disini penulis meneliti tentang keterampilan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan yang sesuai yaitu pendekatan pragmatik.
7 Agus Gerrad Senduk, Pengalaman Berinovasi Guru SMA dalam Pengajaran Bahasa Indonesia (http:www.yahoo.com, diakses 3 Mei 2009)
8 Yones P, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan Timur (http:www.yahoo.com, diakses 3 Mei 2009) A. Keterampilan Berbicara dalamPembelajaran Bahasa Indonesia Dalam lampiran peraturan menteri pendidikan nasional republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, khususnya tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia SD/MI secara eksplisit dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. 9 Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan
9 Depag, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 103 sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. 10 Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia semacam itu diharapkan: 1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri; 2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; 3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya; 4. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah; 5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia;
10 Ibid.. 6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. 11 Adapun tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. 12 Secara garis besar tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia adalah agar anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Itu berarti agar anak-anak mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik menggunakan bahasa Indonesia.
11 Ibid., hlm.104
12 Ibid.. Melalui harapan tersebut, pengajaran bahasa Indonesia dikelola agar anak- anak memiliki keterampilan-keterampilan praktis berbahasa Indonesia sebagai berikut: 1. Menulis laporan ilmiah atau laporan perjalanan; 2. Membuat surat lamaran pekerjaan; 3. Berbicara di depan umum atau berdiskusi; 4. Berpikir kritis dan kreatif dalam membaca; 5. Membuat karangan-karangan bebas untuk majalah, koran, surat-surat pembaca, brosur-brosur, dan sebagainya. Apa pun bahan atau aturan-aturan bahasa yang diberikan kepada anak- anak, dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan praktis semacam itu. Sedangkan, ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakupi komponen- komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa keterampilan berbicara merupakan salah salah satu aspek kemampuan berbahasa yang wajib dikembangkan di MI. Keterampilan berbicara memiliki posisi dan kedudukan yang setara dengan aspek keterampilan mendengarkan, membaca, dan menulis. Sementara itu, standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SD/MI kelas VI Semester I berdasarkan Standar Isi dalam lampiran peraturan mendiknas nomor 18/2006 standar kompetensi keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia SD/MI Kelas VI semester I adalah mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalaui menceritakan hasil pengamatan, menyampaikan pesan atau informasi, membahas isi buku, mengkritik sesuatu, berpidato, berdiskusi, dan memerankan drama anak. Dengan kompetensi dasar menyampaikan pesan / informasi yang diperoleh dari narasumber. 13 B. Hakikat Berbicara Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berbicara adalah berkata; bercakap; berbahasa; atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dsb), atau berunding. 14 Sementara itu menurut Tarigan dengan menitikberatkan pada kemampuan pembicara menyatakan, Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi terhadap kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan, sebagai bentuk atau wujudnya, berbicara dinyatakan sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. 15 Hal senada juga dikemukakan oleh Mulgrave yang menyatakan, berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran. 16
13 IKAPI, Aku cinta Bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Solo: PT Tiga Serangkai, 2007), hlm. 10
14 Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Ende-Flores: Nusa Indah, 1996), hlm. 144
15 Tarigan dan Henry Guntur, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,1988), hlm. 13
16 Ibid.. Selanjutnya Mulgrave menyatakan, Berbicara merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan otot-otot dan jaringan otot manusia untuk mengomunikasikan ide-ide. Berbicara juga dipahami sebagai bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikis, neurologis, semantik, dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat digunakan sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial. 17 Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara pada hakikatnya adalah merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Dalam konteks demikian, keterampilan berbicara bisa dipahami sebagai keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan jeda. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, aktivitas berbicara dapat diekspresikan dengan bantuan mimik dan pantomimik pembicara. 18 Merujuk pada pendapat tersebut penulis berpendapat, bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mengucapkan bunyi- bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain. Keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di MI/SD saat ini, arah pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dituangkan dalam tujuan pengajaran bahasa Indonesia yang secara eksplisit dinyatakan dalam
17 Ibid..
18 Ibid.. kurikulum. Menurut Brown dan Yule yang kemudian dikutip oleh Nunan menyatakan, keterampilan berbicara tidak dapat diperoleh secara begitu saja melainkan harus dipelajari dan dilatih. 19 C. Pengertian Pragmatik Di dalam kamus besar bahasa Indonesia terdapat kata pragmatik, pragmatis, dan pragmatisme. Kata pragmatik di dalam kamus itu diberi makna sebagai berikut: 1. syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi, 2. susunan pemerintahan, dan 3. berfaedah untuk umum, memberikan hasil yang berguna untuk menambah pengerahuan dan berdasarkan kenyataan. 20 Menurut Charles Morris, istilah pragmatik yang kita gunakan dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa berasal dari pembagian bahasa terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. syntactics atau sintaksis, adalah kajian tentang hubungan antara unsur- unsur bahasa, 2. semantics atau semantic, yakni kajian tentang hubungan unsur-unsur bahasa dengan maknanya, dan 3. pragmatics atau pragmatik, yakni kajian hubungan unsur-unsur bahasa dengan pemakai bahasa. 21
19 Nunan, David, Designing Tasks for the Communicative Classroom (Cambridge: Cambridge University Press, 1989), hlm. 27
20 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdikbud, 1988), hlm. 698 Menurut Suyono yang berdasarkan pendapat dari Levinson menyatakan, pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu. 22 Dalam kehidupan sehari-sehari sering kita menggunakan istilah yang fragmentaris, Engkau hendak pergi kemana?, Ke pasar. Kalimat yang fragmentaris ini biasanya hanya dipakai dalam konteks percakapan oleh karena baik pembicara maupun pendengar telah mengetahui apa yang dimaksud. Oleh karena kita memakai dasar konteks (bagaimana kalimat ini digunakan), maka kita berhubungan dengan bidang kajian pragmatik. Kegiatan berbahasa secara aktual adanya sangat kompleks. Pada saat kita menggunakan bahasa itu banyak faktor yang harus diperhatikan agar wujud bahasa yang dihasilkan bisa diterima oleh orang lain dan dapat menyampaikan pesan secara efisien dan efektif. Kegiatan berbahasa dalam peristiwa komunikatif menurut pandangan pragmatik wajib menerapkan secara komprehensif prinsip pemakaian bahasa sebagai berikut: 1. Penggunaan bahasa memperhatikan aneka aspek situasi ujaran; 2. Penggunaan bahasa memperhatikan prinsip-prinsip sopan-santun; 3. Penggunaan bahasa memperhatikan prinsip-prinsip kerja sama;
21 Nababan, Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya (Jakarta: Dep P & K, 1987), hlm. 1
22 Suyono, Pragmatik Dasar-Dasar dan Pengajarannya (Malang: YA3, 1990), hlm. 12 4. Penggunaan bahasa memperhatikan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. 23 Pragmatik mengarah kepada kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi yang menghendaki adanya penyesuaian bentuk (bahasa) atau ragam bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Faktor-faktor tindak komunikatif itu antara lain adalah: siapa berbicara dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam peristiwa apa, jalur yang mana (lisan atau tulisan), dan dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, atau upacara). Suyono mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Sedangkan memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan mempertimbangkan konteksnya, yakni penggunaannya pada peristiwa komunikasi. 24 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pragmatik pada hakikatnya mengarah kepada perwujudan kemampuan pemakai bahasa untuk menggunakan bahasanya sesuai dengan faktor-faktor dalam tindak komunikatif dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan bahasa secara tepat.
23 Levinson, Stephen C, Pragmatics ( Cambridge: Cambridge University Press Levinson, 1983)), hlm. 27
24 Suyono, op. cit, hlm. 3 D. Ruang Lingkup Kajian Pragmatik Levinson menyebutkan bahwa pragmatik sebagai bidang tersendiri dalam ilmu bahasa berobjek kajian: deiksis, implikatur, praanggapan, pertuturan, dan struktur wacana. 25 Pokok kajian pragmatik tersebut akan diulas di bawah ini. 1. Deiksis Deiksis sebagai objek kajian pragmatik dimaksudkan sebagai bentuk- bentuk bahasa yang tidak memiliki acuan yang tetap. Makna bentuk- bentuk bahasa yang dikaji pragmatik ditentukan oleh konteksnya. 26 2. Implikatur Percakapan Implikatur percakapan merupakan salah satu ide yang sangat penting dalam pragmatik. Implikatur percakapan pada dasarnya merupakan suatu teori yang sifatnya inferensial, suatu teori tentang bagaimana orang menggunakan bahasa, keterkaitan makna suatu tuturan yang tidak terungkapkan secara literal pada tuturan itu. Brown menjelaskan, Implicature means what a speaker can imply, suggest, or mean, as distinct from what the speaker literally says. Implikatur percakapan berarti apa yang diimplikasikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur tidak terungkapkan secara literal dalam tuturannya. 27
27 Brown, Douglas H, Principles of Language Teaching and Learning (New Jersey: Prentice- Hall, 1984), 31 3. Praanggapan Jika suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan pengucapan kalimat itu, turut tersertakan pula tambahan makna yang tidak dinyatakan tetapi tersiratkan dari pengucapan kalimat itu. Pengertian inilah yang dimaksud dengan praanggapan. Kalimat yang dututurkan dapat dinilai tidak relevan atau salah bukan hanya karena pengungkapannya yang salah melainkan juga karena praanggapannya yang salah. Stalnaker menyatakan, presuppositions are what is taken by speaker to be the common ground of the participants in a conversation 28 . Praanggapan adalah apa yang digunakan oleh pembicara sebagai dasar utama bagi lawan bicara dalam percakapan. 4. Tindak Ujaran Menurut Austin mengucapkan sesuatu adalah melakukan sesuatu. Austin secara khusus mengemukakan bahwa tuturan-tuturan kita tidak semata-mata hendak mengkomunikasikan suatu informasi, melainkan meminta suatu tindakan atau perbuatan. 29 Bilamana seseorang mengatakan, misalnya: Saya minta maaf; Saya berjanji; atau Saya akan datang, tuturan-tuturan ini memberikan suatu realitas sosial dan psikologis. Artinya, permintaan maaf dilakukan pada saat orang itu minta maaf dan bukannya sebelumnya. Janji atau kedatangannya kelak harus dipenuhi, dan bukannya sekarang ini.
28 Stalnaker, James C, Communicative Competence, Language Proficiency and Beyond, (Oxford: Oxford University Press. 1987), hlm. 321
29 Marmo Sumarmo, Pragmatik dan Perkembangan Mutakhirnya (Jakarta: Makalah pada Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya ,1 dan 2 September 1987), hlm. 15 Dalam menganalisis tindak ujaran atau tuturan, kita mengkaji efek- efek tuturan terhadap tingkah laku pembicara dan lawan bicaranya. Austin membedakan adanya tiga jenis efek tindak tuturan, yaitu: tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. 30 Kenyataan bahwa suatu tindakan atau perbuatan komunikasi itu terjadi disebut sebagai tindak lokusi. Tindak lokusi mengacu pada makna literal, makna dasar, atau makna referensial yang terkandung dalam tuturan. Tindakan yang dilakukan sebagai akibat dari suatu tuturan disebut tindak ilokusi. Dalam hal ini, tindak ilokusi berarti to say is to do. Tindak perlokusi mengacu pada efek atau pengaruh suatu tuturan terhadap pendengar atau lawan bicara. 5. Struktur Wacana Struktur wacana atau struktur percakapan menurut Soemarmo mencakup soal ganti giliran, penggunaan kalimat yang tidak lengkap, kata penyela, dan sebagainya. 31 Dengan melakukan analisis terhadap struktur percakapan, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang makna ujaran-ujaran dalam percakapan melalui maksim-maksim 32 E. Pragmatik sebagai Pendekatan Pengajaran Bahasa Indonesia Ihwal pendekatan pragmatik dalam periodisasi sejarah pengajaran bahasa memang tidak disebutkan secara jelas dan tegas. Akan tetapi, Bambang Kaswanti Purwo menyamakan pendekatan pragmatik dengan pendekatan
30 Soemarmo, op. cit, hlm. 15
31 Marmo Sumarmo, op. cit, hlm. 17
32 Levinson, op. cit. hlm. 364 komunikatif. Bambang Kaswanti Purwo menyatakan, Pengajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif lazim pula disebut sebagai pengajaran bahasa dengan pendekatan pragmatik. 33 Pendekatan komunikatif yang muncul pada pertengahan tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an dilatarbelakangi oleh teori linguistik kompetensi komunikatif. Sebagai suatu pendekatan, kompetensi komunikatif dalam pengajaran bahasa harus memiliki landasan atau asumsi-asumsi teoretis, aspek-aspek tujuan, silabus, ciri-ciri kegiatan belajar dan mengajar, peranan guru, peranan siswa, materi pelajaran, dan prosedur pengajaran. 34 1. Tujuan Pengajaran Menurut Richards dan Rodgers sebagaimana dikutip oleh Nuril Huda mengemukakan adanya lima tingkatan tujuan dalam pendekatan komunikatif. Kelima tingkatan tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Tingkat integratif dan isi. Tingkat ini mempersoalkan hakikat bahasa sebagai sarana eskpresi. b. Tingkat kebahasaan dan tingkat instrumental. Tingkat ini berkaitan dengan bahasa sebagai sistem semiotik dan objek belajar. c. Tingkat afektif hubungan antarpersonal dan perilaku. Tingkat ini berkaitan dengan bahasa sebagai sarana mengekspresikan nilai dan pertimbangan mengenai diri seseorang lainnya.
34 Nuril Huda, Metode Audiolingual vs. Metode Komunikatif: Suatu Perbandingan, (Jakarta, Makalah pada Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya, 1 dan 2 September 1987), hlm. 31 d. Tingkat kebutuhan-kebutuhan belajar individual yang berkaitan dengan belajar remedial berdasarkan analisis kesalahan. e. Tingkat tujuan ekstrakebahasaan pendidikan umum yang berkenaan dengan belajar bahasa di dalam kurikulum sekolah. 35 2. Silabus Silabus nasional yang mengkhususkan kategori-kategori semantik- gramatikal dan kategori-kategori fungsi komunikatif yang mengekspresikan kebutuhan siswa, merupakan salah satu model silabus yang diusulkan dalam pendekatan komunikatif. Silabus nasional ini kemudian oleh Council of Europe diperluas dan dikembangkan lagi dengan memasukkan ke dalam silabus tersebut: deskripsi tujuan pengajaran bahasa, situasi di mana secara khusus bahasa itu dapat digunakan, topik, fungsi, makna, dan kosa kata dan tata bahasa. 36 3. Kegiatan Belajar dan Mengajar Jenis praktik dan kegiatan yang sesuai dengan pendekatan komunikatif tidaklah terbatas. Setiap praktik atau pelatihan harus dapat memungkinkan siswa mencapai tujuan komunikatif yang tercantum dalam kurikulum, mengikutsertakan siswa dalam komunikasi, menawarkan penggunaan setiap proses komunikatif sebagai tukar informasi, pengenalan makna, dan interaksi.
36 Richards, dkk, Approach and Method in Language Teaching (Cambridge: Cambridge University Press, 1986), hlm. 73-74 Mengenai interaksi guru dengan murid serta interaksi murid dengan murid. Larsen-Freeman mengatakan bahwa guru adalah inisiator kegiatan- kegiatan di kelas, tetapi ia tidak selalu harus berinteraksi dengan siswa- siswa. Kadang-kadang ia hanya berfungsi sebagai pembantu komunikator (co-communicator) saja. Ia lebih banyak harus menciptakan situasi-situasi yang mempercepat terjadinya komunikasi antar siswa-siswa. Siswa-siswa harus banyak saling berinteraksi dalam kelompok kecil atau secara berpasangan. 37 4. Peranan Siswa Peranan siswa dalam pendekatan komunikatif dilukiskan oleh Breen dan Candlin sebagai negosiator antara diri pribadi, proses belajar, dan objek belajar. Artinya, apa yang dikontribusikannya harus sama dengan apa yang diperolehnya dan ia belajar dalam ketergantungannya pada siswa-siswa lainnya. Dalam kaitan dalam peranan siswa, Richards dan Rodgers mengatakan, The role of the learner as negotiator between the self, the learning process, and the object of learning - The implication for the learner is that he should contribute as much as he gains, and thereby learn in an interdependent way 38 5. Peranan Guru Sebagaimana dikemukakan oleh Breen dan Candlin ada dua peranan utama guru dalam pengajaran berpendekatan komunikatif, yaitu:
37 Larsen-Freeman dan Diane, Techniques and Principles in Language Teaching (Oxford: Oxford University Press, 1986), hlm. 133
38 Richards, dan Rodgers, op. cit., hlm. 77 a. Guru sebagai pemberi kemudahan proses komunikasi antara semua yang terlibat di kelas, dan antara mereka yang terlibat dengan berbagai kegiatan dan teks. b. Guru sebagai seorang yang terlibat secara mandiri dalam kelompok belajar mengajar. 39 Guru sebagai orang yang terlibat secara mandiri dalam kelompok belajar mengajar, peranan ini berimplikasi terhadap seperangkat peranan sekunder seperti: a. Guru sebagai pengorganisasi sumber belajar dan juga sebagai sumber belajar itu sendiri. b. Guru sebagai pembimbing dalam langkah-langkah kegiatan belajar mengajar c. Guru sebagai peneliti. 40 Di samping itu, menurut Richards dan Rodgers, guru juga diharapkan berperan sebagai penganalisis kebutuhan, penyuluh, dan pengelola proses kelompok. 41 6. Peranan Materi Pelajaran Bahan pelajaran dalam pendekatan komunikatif berperan sebagai cara untuk mempengaruhi kualitas interaksi kelas dan penggunaan bahasa secara komunikatif. Untuk mencapai tujuan ini, Richards dan Rodgers
39 Tarigan, op. cit., hlm. 290
40 Ibid..
41 Richards, dan Rodgers op. cit., hlm. 78-79) serta Tarigan mengatakan bahwa ada tiga cara pengembangan bahan pengajaran dalam pendekatan komunikatif, yaitu: a. bahan pengajaran yang berdasarkan teks, b. bahan pengajaran yang berdasarkan tugas, dan c. bahan pengajaran yang asli atau nyata. 42 7. Prosedur Pengajaran Dalam pendekatan komunikatif terdapat banyak variasi prosedur atau langkah-langkah pengajarannya. Salah satunya dikemukakan oleh Finocchiaro dan Brumfit sebagaimana dikutip oleh Tarigan langkah- langkahnya adalah sebagai berikut: a. Dialog pendek disajikan dengan didahului penjelasan tentang fungsi- fungsi ungkapan dalam dialog itu serta situasi tempat dialog itu terjadi. b. Latihan mengucapkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam dialog itu. Latihan dapat diberikan secara perorangan, kelompok, atau klasikal. c. Tanya jawab yang didasarkan pada topik dan situasi dialog. d. Dilanjutkan dengan pertanyaan serupa yang berkaitan dengan pengalaman pribadi siswa tetapi masih di sekitar tema dialog. e. Membahas ungkapan komunikatif dalam dialog atau ungkapan serupa yang mungkin muncul atau memiliki kesamaan makna, atau mendiskusikan struktur kalimat. f. Siswa menemukan generalisasi kaidah-kaidah yang mendasari ungkapan atau struktur fungsi tersebut yang dapat mencakup:
42 Tarigan dan Henry Guntur, op. cit., hlm. 291-294 1) Bentuk-bentuk lisan dan tertulisnya; 2) Posisi dalam ucapan; 3) Formalitas dalam ucapan; 4) Fungsi dan makna gramatikalnya; 5) Pengenalan lisan akan kegiatan-kegiatan interpretative; 6) Kegiatan produksi lisan: dari kegiatan terpimpin ke kegiatan komunikasi bebas; 7) Menyalin dialog-dialog, dialog-dialog mini, atau modul; 8) Memberi contoh bagaimana siswa harus mengerjakan tugas pekerjaan rumah; 9) Melaksanakan tes atau evaluasi belajar di kelas (hanya lisan). 43
43 Tarigan dan Henry Guntur, op. cit., hlm. 295-296 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebab dalam melakukan tindakan kepada subyek penelitian, yang sangat diutamakan adalah mengungkap makna, yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi, kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen dalam bukunya Wahidmurni bahwa ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima macam yaitu: menggunakan latar alamiah, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, induktif, dan makna merupakan hal yang esensial. 44 Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas tersebut merupakan penelitian kualitatif, meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata. Lebih tepatnya, rancangan penelitian seperti itu dapat disebut penelitian deskriptif yang berorientasi pada pemecahan masalah, karena sesuai dengan aplikasi tugas guru dalam memecahkan masalah pembelajaran atau dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. 45
44 Wahidmurni, Penelitihan Tindakan Kelas dari Teori Menuju Praktik (Malang: UM.Press, 2008), hlm. 33
45 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm.309 Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 46 Sedangkan penelitian deskriptif menurut Mardalis adalah penelitian yang bertujuan untuk mendiskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. 47 Beberapa keunggulan tersebut didapat dari beberapa karakter yang melekat pada jenis penelitian ini. Beberapa karakter tersebut sebagaimana disebutkan oleh Lincon dan Guba, antara lain : 1. Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (enity) 2. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain. 3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif. 4. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. 5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data. 6. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil. 7. Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam peneltian.
46 Ibid..
47 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.26 8. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas, dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik. 9. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara). 10. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data. Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti di kelas atau bersama-sama orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam suatu siklus. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus tindakan di dalam kelas, yaitu pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Hasil refleksi pada pra tindakan digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pada siklus I. Sedangkan hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan tindak lanjut pada siklus II. Pada masing-masing siklus penelitian ini terdapat beberapa tahapan, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan/ implementasi tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. B. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini kehadiran peneliti sangat diperlukan, disamping itu peneliti sendiri juga bertindak sebagai instrumen penelitian. Dimana peneliti bertugas untuk merencanakan, melaksanakan pengumpulan data, menganalisis data, menafsirkan data dan pada akhirnya peneliti juga yang menjadi pelapor hasil penelitiannya. Hal ini dikarenakan agar dapat lebih memahami latar penelitian dan konteks penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti bekerja sama dengan guru bahasa Indonesia, sehingga terdapat proses kolaboratif dengan guru. Namun pada observasi awal penelitian ini, peran peneliti adalah sebagai pengamat penuh, yaitu sebagai pengamat yang tidak terlibat secara langsung dengan subyek penelitian dalam menjalankan proses penelitian. Hal ini dilakukan karena sebagai upaya untuk menjaga obyektifitas hasil pra tindakan penelitian di lapangan. Untuk melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan proposal penelitian yang dilakukan secara formal kepada pihak sekolah pada bulan Mei. Dalam hal ini wakil dari kepala sekolah yang berwenang mengambil keputusan atas proses perizinan penelitian tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan hubungan secara emosional antara wakil kepala sekolah dengan guru dan memberikan penjelasan tentang tujuan kehadiran peneliti sebagai langkah awal. Diharapkan penelitian ini dapat dilakukan sesuai dengan yang dikehendaki, sehingga proses penelitian nantinya dapat berjalan dengan baik dan lancar. C. Setting Penelitian 1. Lokasi Sekolah Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI. AL IHSAN Jeru Turen. MI. ini merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang terletak di desa Jeru kecamatan Turen kabupaten Malang. 2. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitihan ini adalah seluruh siswa kelas VI di MI. AL IHSAN Jeru Turen. Banyaknya siswa yang menjadi subjek penelitian ini sebanyak 49 siswa. 3. Mata Pelajaran Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran yang sesuai dengan disiplin ilmu, yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia aspek keterampilan berbicara pade materi pokok berwawancara dengan narasumber dan peloporannya. 4. Karakteristik Sekolah Sekolah yang peneliti tempati merupakan salah satu dari madrasah yang bertempat di desa Jeru kecamatan Turen kabupaten Malang yang berdiri sejak tahun 1952. Sekolah ini mulai dibangun dan secara bertahap melengkapi sarana fasilitasnya hingga menjadi sekolah yang layak dipakai sebagai tempat kegiatan belajar mengajar Pembangunan fisik yang dilakukan mengalami perkembangan yang sangat baik. Madrasah ini tidak mengambil keuntungan dari siswa karena tidak ada istilah SPP di sekolah ini, tetapi menggunakan istilah infak yang dibayar peserta didik seikhlasnya sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati oleh wali murid peserta didik. 5. Karakteristik Siswa Dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara, kondisi kelas VI di MI. AL IHSAN pada kegiatan belajar mengajar dalam kelas belum bisa dikatakan baik. Mereka kurang begitu antusias mengikuti pembelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Siswa dikelas VI ini cenderung ramai, tidak memperhatikan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Tetapi jika diajar oleh guru yang mereka senangi, maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan tenang dan efektif. D. Data dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data utama dalam penelitan kualitataif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. 48 Sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi penelitian, karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data yang diperoleh. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data. 49 Dan sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
48 Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 157
49 Muhammad Tholchah Hasan, dkk. Metodologi Penelitian Kualitatif Tinjauan Teoritis dan Praktis. (Malang: Lembaga Penelitian Universitas Islam Malang, 2002), hlm. 117 1. Data primer Data primer merupakan data yang didapatkan dari orang pertama/ informan yang mengetahui secara jelas dan rinci tentang permasalahan yang sedang diteliti. 50 Dalam penelitian ini data primer berupa kata-kata, ucapan, dan prilaku subyek penelitian yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VI MI AL IHSAN Jeru Turen. Data penelitian ini mencakup hasil evaluasi pembelajaran (tes lisan dan tes tulis), berupa catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung yang diperoleh dari dokumentasi, observasi, dan interview. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang bersumber dari dokumen-dokumen berupa catatan, perekaman data-data, dan foto-foto yang dapat digunakan sebagai data pelengkap. Data skunder dalam penelitian ini diperoleh dari bagian tata usaha. Dari data sekunder ini diharapkan peneliti memperoleh data-data tertulis berkaitan dengan profil sekolah, dokumen-dokumen sekolah, jumlah guru, jumlah siswa dan fasilitas di MI AL IHSAN Jeru Turen.
50 Lexi J.Moleong, op.cit., hlm. 157 E. Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menurut Wolcoott sebagaimana yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata dalam metode penelitian tindakan disebut sebagai strategi pekerjaan lapangan primer, yaitu melalui pengalaman, pengungkapan, dan pengujian. 51 Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain: 1. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. 52 Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik. Dalam pelaksanaannya digunakan alat bantu seperti checklist, skala penilaian atau alat mekanik seperti kamera foto, dan lainnya. 53 Peneliti mengamati secara langsung peristiwa dilapangan sebagai pengamat yang berperan serta secara lengkap untuk memperoleh suatu keyakinan tentang keabsahan data dengan mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Dengan demikian peneliti memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkan. Jadi peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek, sehingga
51 Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit., hlm. 151
52 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 158 53 Mardalis, Metode Penelitian suatu pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 63. memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data. Adapun jenis observasi yang peneliti gunakan adalah observasi aktivitas belajar siswa di kelas. Observasi ini merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam pembelajaran, sehingga peneliti memperoleh gambaran suasana kelas dan dapat melihat secara langsung tingkah laku siswa, kerjasama, serta komunikasi diantara siswa dalam kelompok. 2. Pengukuran Test Hasil Belajar Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai yang diperoleh oleh siswa. Test tersebut juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Test yang dimaksud meliputi test lisan dan tes tulis, test tersebut akan dijadikan sebagai acuan tambahan untuk mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok diskusi untuk menyelesaikan tugas. Skor tes ini juga dijadikan penentuan peningkatan keterampilan berbicara siswa. mengetahui tingkat prestasi dan keaktifan siswa terhadap materi pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan pragmatik. 3. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. 54 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur, yaitu jenis wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, karena peneliti mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. Oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat. Jenis ini dilakukan pada situasi jika sejumlah sampel yang representatif ditanyai dengan pertanyaan yang sama dan hal ini penting sekali. Semua aspek dipandang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. 55 Format wawancara atau protokol wawancara yang digunakan berbentuk terbuka, pertanyaan-pertanyaan sebelumnya disusun peneliti dan didasarkan atas masalah dalam rancangan penelitian. 4. Metode Dokumentasi Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang
54 Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 180 55 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), edisi revisi hlm. 190 berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. 56 Pembuktian (Examining) dilakukan dengan mencari bukti-bukti dokumenter, berupa dokumen arsip, jurnal, peta, catatan lapangan. Peneliti menggunakan metode ini untuk mengetahui sejarah berdirinya MI AL IHSAN Jeru Turen, absensi kelas untuk mengetahui data siswa yang mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan pragmatik, serta catatan lapangan dari hasil pengamatan. F. Tehnik Analisis Data Analisis data adalah proses yang memerlukan usaha secara formal untuk mengidentifikasikan tema-tema dan menyusun hipotesa-hipotesa (gagasan- gagasan) yang ditampilkan oleh data, serta upaya untuk menunjukkan bahwa tema dan hipotesa tersebut didukung oleh data. 57 Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif untuk memastikan bahwa dengan menggunakan pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Data yang bersifat kualitatif terdiri dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif yang dikutip oleh Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
56 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 231
57 Robert Bogdan & Steven J. Taylor, Pengantar Metoda Kualitatif Suatu Pendekatan Fenomenologis Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), hlm. 137 menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 58 Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif cukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian visual. Sajian tersebut untuk menggambarkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, atau perubahan kearah yang lebih baik, jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase. Data yang dianalis adalah nilai rata-rata siswa dalam kualifikasi tuntas dalam berbahasa, baik secara individual maupun secara klasikal. Aspek yang dinilai adalah kelancaran dan keruntutan berbicara siswa kelas VI. 59 Kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukan dengan cara melihat adanya peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu persentase siswa yang tuntas pada siklus I lebih dari persentase siswa yang tuntas pada pra tindakan, dan persentase siswa yang tuntas pada sikus II lebih dari persentase siswa yang tuntas pada siklus I. Siswa dikatakan tuntas belajar jika mendapatkan skor 65. Perhitungan persentase siswa yang tuntas belajar sebagai berikut :
58 Lexi J. Moleong, Op. Cit., hlm. 248
59 Ibid., hlm.6 n P = X 100% N Keterangan : P = persentase siswa yang tuntas belajar n = banyak siswa yang tuntas belajar N = banyak siswa keseluruhan Selain terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar, juga harus memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 70% siswa harus tuntas belajar. Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh pengamat. Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal yang dikalikan 100% yaitu : Jumlah Skor Prosentase Nilai Rata - Rata (NR) = X 100% Skor Maksimal Persentase terendah adalah 0%, dan prosentase tertinggi adalah 100%. Pada pembelajaran ini terdapat 4 kriteria penilaian yaitu: sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang. 100 Panjang Intervalnya = = 20 5
Sehingga kriteria penilaian ditentukan sebagai berikut: 81% - 100% = sangat baik 61% - 80% = baik 41% - 60% = cukup 21 - 40% = kurang 0% - 20% = sangat kurang Subyk penelitian dinyatakan tuntas belajar dengan baik jika berdasarkan lembar observasi, siswa mendapatkan skor dari pengamat minimal berkriteria baik. G. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dilakukan agar memperoleh data yang valid dan dipercaya oleh semua pihak. Menurut Sugyono ada enam teknik yang dapat digunakan untuk menguji kredibilitas data yaitu dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif member check. 60 Dan untuk pengecekan keabsahan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
60 Ibid., hlm.121 1. Triangulasi. Triangulasi ialah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data itu. Data yang diperoleh dari satu sumber akan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber yang lain dengan berbagai teknik dan waktu yang berbeda. Sebagai contoh data yang diperoleh dari bawahannya atau data yang diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi psda waktu yang berbeda. 61 Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan tehnik triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. 62 Untuk itu peneliti mencapainya dengan jalan: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 2. Menggunakan bahan referensi Untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti Menggunakan bahan referensi. Sebagai contoh, data hasil interview perlu didukung dengan adanya rekaman interview. Data tentang interaksi
61 Lexy J. Moleong, op.cit., hal.330
62 Ibid.. manusia/ gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat bantu perekam data dala penelitian kualitatif, seperti kamera, alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan peneliti. Selain itu dalam laporan penelitian, data-data yang ditemukan perlu dilengkapi dengan foto-foto/ dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya. 63 H. Tahapan Penelitian Dalam penelitian kualitatif ada empat tahapan yang perlu dilakukan yaitu; tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap pelaporan data. 1. Tahap pra lapangan Pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah: a. Menyusun rancangan penelitian, yang menurut Lexy Moleong disebut dengan usulan penelitian b. Memilih lapangan c. Mengurus perizinan d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan e. Memilih dan memanfaatkan informasi f. Menyiapkan perlengkapan penelitian g. Memperhatikan etika penelitian
63 Sugyono, op.cit., hlm.129 2. Tahap pekerjaan lapangan Pada tahap pekerjaan lapangan ini ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh peneliti, yaitu: a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri b. Memasuki lapangan c. Berperanserta sambil mengumpulkan data Langkah-langkah penelitian kelas mengacu pada model spiral dari Kammis dan Taggart. Pada model ini terdapat empat tahapan yang terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Siklus Penelitian 1. Siklus I (Planning) a. Disiapkan : 1) RPP 2) Materi pelajaran. Materi pelajaran dari buku penunjang dan LKS. Selain itu juga peneliti memberikan materi pelajaran yang berkaitan dengan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan pendekatan pragmatik 3) Soal-soal evaluasi Soal-soal evaluasi merupakan lembar kerja siswa yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sesuai tugas yang tercantum secara lisan maupun tulisan. Hasil dari tes tersebut kemudian dianalisis dan dievaluasi. Berdasarkan analisis hasil evaluasi dapat diketahui ketuntuasan belajar siswa baik secara individu maupun klasikal 4) Instrumen penelitian (lembar observasi, angket) Instrumen penelitian berupa pedoman observasi dan wawancara yang digunakan untuk proses pembelajaran yang telah dilakukan. b. Pelaksanaan sesuai RPP c. Pengamatan (observing) Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan selama proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. d) Refleksi Menganalisa dan mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Permasalahan yang muncul pada pembelajaran siklus I kemudian diidentifikasi dan dicari penyelesaiannya untuk dijadikan acuan pada tahap perencanaan siklus II. 2. Siklus II a. Perencanaan Pada siklus II, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan replanning yang telah disusun dengan melibatkan kolaborator untuk mengamati efektivitas pelaksanaan tindakan. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap data keterampilan berbicara siswa klas VI MI AL IHSAN Jeru-Turen dibandingkan dengan indikator keberhasilan untuk direfleksi bersama kolaborator.. 1) RPP 2) Soal-soal evalauasi tahap II 3) Instrument b. Pelaksanaan 1) Memperbaiki siklus I 2) Pembelajaran dioptimalkan agar siswa terampil c. Pengamatan untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran pembagian angket untuk membantu merefleksi d. Refleksi Berdasarkan pelaksanaan tindakan dan hasil refleksi diatas dapat ditafsirkan ketuntasan belajar siswa. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun klasikal digunakan pedoman analisis hasil evaluasi yaitu 1) ketuntasan individu atau perorangan 65% penguasaan atau 65,5 2) klasikal 70 % dari jumlah siswa mencapai ketuntasan Jika hasilnya belum signifikan, dilakukan replanning untuk siklus III. Jika penggunaan pendekatan pragmatik sudah menunjukkan hasil yang signifikan dengan indikator keberhasilan, tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Ini artinya, penggunaan pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa MI seperti yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan 3. Siklus III a. Perencanaan 1) RPP 2) Soal-soal evalauasi tahap III 3) Instrument b. Pelaksanaan 1) Memperbaiki siklus II 2) Pembelajaran dioptimalkan agar siswa lebih terampil c) Pengamatan untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran pembagian angket untuk membantu merefleksi d) Refleksi Berdasarkan pelaksanaan tindakan dan hasil refleksi diatas dapat ditafsirkan ketuntasan belajar siswa. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun klasikal digunakan pedoman analisis hasil evaluasi yaitu 1) ketuntasan individu atau perorangan 65% penguasaan atau 65 2) klasikal 70 % dari jumlah siswa mencapai ketuntasan. 3. Tahap analisis data Analisis data ialah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil interview, catatan lapangan dan bahan- bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Tahap ini dilakukan peneliti sesuai dengan cara yang ditentukan sebelumnya. Berdasarkan analisis data yang diperoleh pada tahap pekerjaan lapangan, selanjutnya data tersebut dibandingkan dengan indikator keberhasilan penggunaan pendekatan pragmatik, yaitu 70% (27 siswa) dari 49 siswa kelas VI MI AL IHSAN Jeru-Turen terampil berbicara berdasarkan aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Bersama kolaborator, peneliti melakukan refleksi terhadap hasil analisis data. Jika hasil analisis data belum menunjukkan hasil yang signifikan, dilakukan refleksi untuk memperbaiki langkah-langkah yang perlu dilakukan pada siklus pekerjaan lapangan (tindakan pembelajaran di kelas) berikutnya. 4. Tahap pelaporan data Menulis laporan merupakan tugas akhir dari proses penelitian.pada tahap ini peneliti menyusun laporan hasil penelitian dengan format dalam bentuk tulisan dan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. 64
64 Lexy J.Moleong, op.cit., hlm. 86 BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di MI AL IHSAN Jeru Turen kelas VI semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 Gambar 4.1 Pintu Gerbang MI AL IHSAN Dalam bab ini akan dipaparkan data hasil penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara dengan pendekatan pragmatik di kelas VI , dengan materi pokok mnyampaikan pesan yang diperoleh dari narasumber. Hasil penelitian ini disajikan berdasar pada siklus yang dimulai dari kegiatan pra tindakan , tindakan siklus I (satu), dan dilanjutkan siklus II (dua). Gambar 4.2 Situasi Pembelajaran di Kelas VI Setiap siklus dilakukan berdasarkan pada tahap-tahap berikut: 1) planning (perencanaan); 2) acting (pelaksanaan/ tindakan); 3) observing (pengamatan); dan 4) reflecting (refleksi). A. Paparan Data 1. Pra tindakan Tahap pra tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 Mei 2009 jam pelajaran bahasa Indonesia, yaitu dari jam ketiga sampai jam keempat atau selama 2 X 35 menit. Sebelum kegiatan ini, peneliti melakukan persiapan seperti menganalisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran yang berupa contoh teks wawancara. Tabel 4.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalaui menceritakan hasil pengamatan, menyampaikan pesan atau informasi, membahas isi buku, mengkritik sesuatu, berpidato, berdiskusi, dan memerankan drama anak Menyampaikan pesan /informasi yang diperoleh dari narasumber Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a. Kegiatan Awal Guru menyampaikan salam, guru presensi, guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari. b. Kegiatan Inti Siswa dibagai dalam tujuh kelompok, namun pembagian kelompok ini belum berdasar pada kemampuan akademik yang dimiliki oleh siswa. Kelompok dibentuk berdasar pada posisi tempat duduk yang berdekatan. Guru membagikan teks wawancara, dan siswa diminta untuk memperhatikan contoh teks wawancara. Kemudian siswa ditugaskan untuk menentukan narasumber dan menyusun daftar pertanyaan dengan topik wawancara keamanan. Ada sebagian siswa mengeluh karena tidak bisa menentukan narasumber serta menyusun daftar pertanyaan, tetapi sebagian siswa ada yang dengan tenang mencoba menyusun daftar pertanyaan sesuai yang dengan apa yang ditugaskan.meskipun kalimatnya tidak terstruktur dengan baik, misalnya pertanyaan Mulai kapan bapak bekerja di sini?, yang mana seharusnya adalah Kapan Bapak mulai bekerja di sini?. c. Kegiatan akhir Setelah menyusun pertanyaan dan berakhirnya jam pelajaran, siswa mengumpulkan tugas yang telah diberikan untuk dinilai oleh guru. Dalam menilai keterampilan berbicara siswa, guru sering memberikan pertanyaan kepada siswa, tetapi kebanyakan siswa hanya diam. Hanya ada siswa yang bernama Putri. Yang sering menjawab pertanyaan guru. Ada juga siswa yang menjawab, namun bahasa yang digunakan tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Setelah pembelajaran, guru sekaligus peneliti bersama kolaborator wali kelas mengadakan refleksi untuk mengetahui kendala- kendala apa saja yang terjadi selama pembelajaran. Dan ditemukan kendala yang terjadi adalah siswa hanya diam bila guru memberikan pertanyaan. Hal tersebut diakibatkan karena siswa tidak lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan juga siswa kurang menguasai kosa kata bahasa Indonesia. Dari kekurangan - kekurangan yang ada tersebut juga dapat ditarik kesimpulan, bahwa jika siswa berbicara menggunakan bahasa Indonesia, tuturan atau ujarannya tidak sesuai dengan konteks dan situasi pembicaraan. Tabel 4.2 Distribusi Nilai pada Pra Tindakan Interval Nilai (skala nilai 1 100) Frekuensi (f) Prosentase (%) Kualifikasi nilai* 90 100 61 80 41 60 21 40 1 20 - 11 24 14 - - 22,4% 49% 28,6% - Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Jumlah 49 100% * Diambilkan dari kualifikasi penilaian di MI AL IHSAN tahun ajaran 2008-2009 Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan adalah bahwa dari 49 siswa yang mencapai nilai kurang dari atau di bawah standar minimal (kurang) sebanyak 14 siswa. Dan siswa yang memiliki nilai standar (cukup) sebanyak 24 siswa. Hal ini berarti kemampuan yang dimiliki siswa secara umum mencapai nilai standar minimum ke bawah dengan pencapaian nilai ketuntasan belajar siswa di kelas VI adalah 57% (lihat lampiran V). 2. Siklus I a. Perencanaan (planning) Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti sekaligus pelaksana tindakan berkolaborasi dengan wali kelas untuk merencanakan hal-hal yang perlu dipersiapkan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain yaitu rencana perbaikan pembelajaran, lembar evaluasi, dan lembar observasi. 1) Rencana Perbaikan Pembelajaran Rencana pembelajaran disusun dalam bentuk rencana perbaikan pembelajaran (RPP). Materi pokoknnya adalah berwanwancara dengan narasumber dan pelaporannya dengan alokasi waktu 3 X 35 menit. Materinya diambil dari dua buku paket bahasa Indonesia, yaitu Inilah Bahasa Indonesia untuk kelas 6 SD/MI dan Aku Cinta Bahasa Indonesia untuk kelas 6 terbitan Tiga Serangkai. Materi tersebut diambil atas dasar kesulitan yang dialami oleh siswa dalam hal kemampuan mengungkapkan pendapat atau berwawancara dengan narasumber sebagai keterampilan berbicara. Tujuan yang ingin dicapai antara lain: a) Siswa dapat menyebutkan langkah-langkah melakukan wawancara. b) Siswa dapat menulis daftar pertanyaan untuk berwawancara dengan narasumber secara tepat dan sistematis. c) Siswa dapat menggunakan kalimat tanya dengan benar. d) Siswa dapat menggunakan pilihan kata dengan tepat dan santun berbahasa dalam wawancara. e) Siswa dapat melakukan kegiatan berwawancara berdasarkan daftar pertanyaan. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik maka kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap seperti yang lazim dilakukan oleh guru atau peneliti lain, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Metode yang digunakan antara lain ceramah / penjelasan, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas dengan menggunakan penekatan pragmatik. 2) Lembar evaluasi Sebagai alat ukur keberhasilan tindakan pada siklus I terhadap peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas VI dengan berdasar pada tujuan / indikator pembelajaran. 3) Lembar observasi Sebagai alat ukur keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang didasarkan pada keaktifan siswa dengan mengacu pada instrument penilaian dengan kriteria-kriteria yang dimaksud diantaranya adalah dalam hal kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata, struktur kalimat, intonasi suara, dan kontak mata. b) Pelaksanaan tindakan (action) Setelah merumuskan perencanaan (planning) maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 Juni 2009, jam pelajaran ke pertama sampai jam ke tiga dengan alokasi waktu 3 X 35 menit. Adapun gambaran dari pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan awal Guru mengucapkan salam, guru melakukan presensi terhadap siswa di kelas, guru mengajukan pertanyaan apresepsi yaitu Pernahkah kalian bercakap-cakap atau bertanya jawab dengan siswa yang memiliki pekerjaan khusus?. Dengan serempak siswa menjawab Pernah, Pak!, namun ada juga siswa yang menjawab Tidak pernah, Pak. Nah, kalau sudah pernah apa yang kamu dapat dari pertanyaan itu?. Siswa yang bernama Putri mengangkat tangannya, dan menjawab, Kita dapat keterangan atau penjelasan dari orang yang kita tanyakan. Guru memberikan penguatan dengan memberikan ungkapan pujian Bagus Nak. Apakah ada jawaban yang lain?, namun semua siswa hanya diam, tidak ada yang berani menjawab. Guru menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang disampaikan oleh siswa yang bernama Putri, kemudian guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dalam pertemuan hari ini, yaitu kemampuan berwawancara dengan narasumber. 2) Kegiatan Inti Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok. Masing-masing kelompok anggotanya terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian guru menjelaskan tentang bagaimana cara menggunakan bahasa yang sopan dan santun apabila berbicara dengan siswa lain. Kalau berbicara dengan siswa lain harus mengetahui siapa orangnya, umurnya berapa, lebih tua atau lebih muda, tujuan pembicaraanya apa, dimana, dan dalam peristiwa yang bagaimana. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan ternyata ada dua siswa yang mengajukan pertanyaan, yaitu siswa yang bernama Fajar, dan Ira. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan tentang materi yang baru saja dijelaskan. Alhamdulillah, akhirnya ada juga respon jawaban dari siswa. Dan memang itulah yang diharapkan. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah melakukan wawancara, yaitu cara menyusun pertanyaan, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta sopan dan santun dalam melakukan wawancara. Guru menjelaskan juga bagaimana berbicara sesui dengan konteks (siapa, di mana, tujuan pembicaraan), serta memberikan penjelasan tentang penggunaan bahasa dalam situasi yang formal dan non formal. Guru membagikan contoh teks wawancara. Siswa ditugaskan untuk memperhatikan dan mencermati contoh teks yang ada di kelompoknya masing-masing. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk membuat persiapan melakukan wawancara dengan menentukan siapa narasumbernya, waktu dan tempat, serta menyusun daftar pertanyaan. Gambar 4.3 Situasi Belajar Siswa dalam Kelompok Saat Menyusun Daftar Pertanyaan Gambar 4.4 Siswa pada Saat Melaporkan Hasil Kerja Kelompoknya di Depan Kelas 3) Kegiatan akhir Selain melaporkan hasil kerja kelompok di depan kelas secara lisan, siswa juga diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan secara tertulis (post test) pada akhir pelajaran. Setelah post test dilakukan, guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi dari materi yang telah dipelajari untuk mengetahui kesan-kesan siswa, dan saran perbaikan dalam upaya memberikan motivasi bekerja keras menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam untuk mengakhiri pelajaran dan kemudian siswa membalasnya. c. Observasi Pada tahap ini wali kelas sekaligus kolaborator mengamati serta menilai aktifitas siswa selama proses belajar mengajar yang berdasar pada lembar penilaian yang telah dipersiapkan, yaitu lembar penilaian terhadap aktifitas dan interaksi siswa selama proses belajar mengajar. Adapun penilaian proses belajar mengajar melalui observasi terhadap kegiatan belajar mengajar siklus I dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi pokok berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya dapat dijelaskan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribisi Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I Interval Nilai (skala nilai 1 100) Frekuensi (f) Prosentase (%) Kualifikasi nilai* 90 100 61 80 41 60 21 40 1 20 - 8 28 13 - - 16,3% 57,2% 26,5% - Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Jumlah 49 100% * Diambilkan dari kualifikasi penilaian di MI AL IHSAN tahun ajaran 2008-2009 Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penilaian terhadap proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa pada tindakan perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia dan pelaporannya dengan menggunakan pendekatan pragmatik pada siklus I menunjukkkan bahwa dari 49 siswa hanya terdapat 8 siswa yang tergolong berkemampuan baik, dengan nilai yang diperoleh berkisar antara 61-80, dan terdapat 28 siswa yang tergolong berkemampuan cukup, dan jumlah siswa yang tergolong berkemampuan kurang sebanyak 13 siswa dengan nilai yang diperoleh berkisar antara 30 40. Secara umum nilai rata-rata kelas kemampuan proses aktifitas pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya adalah 57,14. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses aktifitas belajar siswa pada pembelajaran berwawancara dengan narasumber menunjukkan kualifikasi cukup. Selain lembar observasi proses kegiatan belajar siswa, digunakan juga lembar pengamatan interaksi belajar mengajar dan aktifitas siswa di dalam kelas. Dan hasil yang diperoleh melalui pengamatan tersebut dapat dilihat pada lampiran serta perlu peningkatan pada tindakan pembelajaran berikutnya. a. Hasil wawancara Selama berlangsungnya proses pembelajaran berwawancara dengan narasumber, guru mengadakan wawancara / tanya jawab dengan siswa tentang persiapan atau langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan wawancara. b. Hasil catatan lapangan Selama berlangsung kegiatan belajar mengajar pada tindakan kelas siklus I dilakukan penilaian melalui wawancara mengenai kemampuan siswa dalam menyusun daftar pertanyaan untuk melakukan wawancara. Adapun kesulitan yang dialami oleh siswa adalah menyusun pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber. Siswa tidak berani mengungkapkan pendapat atau pertanyaan kepada guru, hanya ada beberapa siswa yang selalu bertanya tetapi tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baku melainkan menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah. c. Hasil tes Hasil tes adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran melalui tes lisan dan tertulis sebagai alat untuk mendapatkan data tersebut dan hasilnya dapat dilihat lampiran VI untuk tes tertulis, dan lampiran VII untuk tes lisan. Berikut ini daftar tabel distribusi hasil evaluasi tertulis siswa pada siklus I. Tabel 4.4 Distribisi Hasil Evaluasi Tertulis pada Siklus I Interval Nilai (skala nilai 0 100) Frekuensi (f) Prosentase (%) Kualifikasi nilai* 81 100 61 80 41 60 21 40 1 20 5 28 14 1 1 10,2% 57,1% 28,7% 2% 2% Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Jumlah 49 100% Sesuai table 4.4 di atas dapat diketahui bahwa nilai hasil belajar berupa pemahaman tentang langkah-langkah melakukan wawancara pada siklus I sudah mengalami peningkatan. Dikatakan meningkat sebab dengan melihat perbandingan hasil rata-rata tes pra tindakan (lihat lampiran V) adalah 57,1 dengan daya serap sebesar 57,1%. dengan hasil rata-rata tes pada siklus I menjadi 65,9% (lihat lampiran 6). Jelaslah bahwa ada peningkatan hasil siswa sebesar 8,8% pada materi pokok berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya dengan pendekatan pragmatik. Tabel 4.5 Distribusi Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siklus I Interval Nilai (skala nilai 1 12) Frekuensi (f) Prosentase (%) Kualifikasi Nilai 12 15 10 12 7 9 4 6 1 3 4 9 15 21 - 8,2% 18,4% 30,6% 42,8% - Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Jumlah 49 100% Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat terbaca bahwa dari 49 siswa yang memiliki kemampuan berbicara di atas standar sebanyak 28 (57,2%) siswa. Sedangkan yang memiliki kemampuan di bawah standar sebanyak 21 (42,8%). Ini berarti masih banyak siswa yamg memiliki kemampuan kurang dalam keterampilan berbicara. d. Refleksi Setelah melalui tahap-tahap di atas maka tahap ini adalah guru sekaligus peneliti bersama dengan wali kelas sebagai mitra kolaborasi merefleksi kegiatan yang telah berlangsung yang berfokus pada penilaian hasil belajar siswa, dan penilaian proses kegiatan belajar siswa. 1) Penilaian hasil belajar siswa Peningkatan hasil belajar siswa dengan materi pokok berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya yang ditentukan untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara dengan pendekatan pragmatik dapat dibandingkan pada hasil tes pra tindakan dan hasil tes. Berdasarkan perbandingan dapat diketahui nilai rata-rata siswa pada tes pra tindakan dengan tes tertulis adalah 57,1 dengan presentase daya serap sebesar 57,1%, dan setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan pragmatik maka hasil belajar siswa mengalami perubahan peningkatan pada siklus I dengan nilai rata-rata tes tertulis adalah 65,9 dengan daya serap sebesar 65,9%. Selain tes tertulis diadakan juga tes secara lisan pada siklus I untuk mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara dengan nilai rata-rata kelas pada tindakan siklus I adalah 51,5 dengan daya serap 51,5% (lihat lampiran 9) . Hal ini berarti sangat jelas bahwa nilai rata-rata kelas belum mencapai standar ketuntasan belajar minimum (60%), sehingga perlu adanya tindak lanjut pada siklus II. 2) Penilaian Proses Pembelajaran Yang menjadi perhatian terhadap penilaian proses pembelajaran berwawancara dengan narasumber untuk meningkatakan keterampilan berbicara adalah proses aktifitas siswa dalam pembelajaran. Proses aktifitas siswa dalam pembelajaran mencapai nilai rata- rata 50,2%. Berdasarkan ketuntasan belajar 60% maka disimpulkan proses aktifitas belajar siswa masih kurang. Dari hasil refleksi di atas, maka perlu adanya tindak lanjut yang dilakukan untuk meningkatkan proses pembelajaran yaitu aktifitas siswa selama berlangsung pembelajaran. Adapun hal-hal yang perlu disempurnakan oleh guru yaitu pemberian motivasi atau penguatan serta bimbingan khusus dan perhatian lebih kepada siswa-siswa yang terlambat dalam belajar. Selain itu direncanakan juga narasumber yang akan diwawancarai oleh siswa sebagai media pembelajaran. Bersamaan dengan adanya perubahan atau perbaikan dari berbagai cara dalam pembelajaran berwawancara dengan narasumber maka diharapkan pada siklus II terjadi peningkatan pada proses pembelajaran dan hasil belajar yang lebih baik. Kekurangan yang dialami selama proses pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II. 3. Siklus II a. Perencanaan tindakan (planning) Perencanaan tindakan pada siklus II berdasarka pada refleksi siklus I. Dalam perencanaan tindakan siklus II ini peneliti dan kolaborator menghubungi narasumber sebagai media pembelajaran siklus II b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan siklus II adalah berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Sedangkan materi yang dibahas dalam pembelajaran siklus II masih tetap sama seperti pada siklus I, yaitu tentang profesi atau pekerjaan. Narasumber yang akan diwawancarai pada pembelajaran siklus II ini tidaklah sama (berbeda orangnya) dengan narasumber yang diwawancarai pada pembelajaran siklus I. Adapun tindakan pembelajaran siklus II terbagi dalam tiga kegiatan, yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. 1) Kegiatan Awal Guru mengucapkan salam kepada siswa. Siswa menjawab salam dari guru dengan bersemangat. Guru mengabsen siswa. Guru memberikan apersepsi tentang materi pelajaran yang akan dilakukan. 2) Kegiatan Inti Guru meminta siswa bergabung dalam kelompok belajarnya masing-masing. Guru meminta siswa berdiskusi dalam kelompok belajarnya dan menyiapkan dan memilih naramber yang akan diwawancarai. Guru memberikan penjelasan mengenai langkah- langkah dan cara-cara melakukan wawancara. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru meminta siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber yang akan diwawancarai. Siswa melakukan wawancara dengan narasumbernya masing-masing. Selama aktifitas belajar siswa, kolaborator, dan wali kelas sekaligus pengamat melakukan penilaian dengan menggunakan lembar observasi (pengamatan) yang telah dipersiapkan. Sedangkan peneliti yang sekaligus guru mengamati siswa dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru memberikan motivasi kepada kelompokkelompok yang sudah menyusun daftar pertanyaan agar termotivasi untuk menyempurnakan dan menambah daftar pertanyaan. Pada saat berlangsung kegiatan siswa melaporkan hasil wawancaranya, guru bersama kolaborator menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Sementara itu siswa memperhatikan dan mendengarkan laporan hasil wawancara teman kelompok lain, siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapinya. Ada tiga siswa memberikan tanggapan yang berupa pertanyaan. Berikut uraian pertanyaan ketiga siswa tersebut: a) Romli kepada temannya yang narasumbernya adalah petani pernahkah petani yang kamu wawancarai mengalami kerugian? b) Khusnul bertanya kepada temannya yang mewancarai pedagang di mana tempat pedagang yang kamu wawancarai? c) Tsamrotul bertanya kepada temannya yang mewancarai kepala desa Berapa jumlah penduduk desa Jeru? Setiap pertanyaan yang disampaikan dijawab oleh siswa yang ditanya, walaupun bahasa yang digunakan dalam menyampaikan pertanyaan ataupun jawaban tidak semua pilihan katanya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Siswa menyampaikan hasil wawancaranya untuk dinilai oleh guru. Selain itu guru juga memberikan tes tertulis kepada siswa untuk menilai kemampuan siswa dalam mencapai indikator pembelajaran. 3) Kegiatan Akhir Sebelum pembelajaran diakhiri, guru mengadakan post test untuk menilai sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya guru mengadakan refleksi untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari, mengetahui kesankesan siswa, dan saran-saran perbaikan untuk mengukuhkan upaya atau kerja keras yang sudah dilakukan guru. Selanjutnya guru menutup pelajaran dengan memberikan salam penutup yang kemudian dijawab oleh semua siswa di dalam kelas. c. Observasi Sama halnya dengan tindakan pada siklus I, pada siklus II ini juga diadakan pengamatan dan penilaian terhadap proses pelaksanaan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang proses kegiatan belajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa dan kemampuan guru dalam merumuskan dan melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya hasil yang diperoleh kemudian dianalisis oleh peneliti bersama kolaborator untuk melakukan refleksi dan melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian keberhasilan tindakan pada siklus II ini. Yang menjadi fokus penilaian proses aktivitas siswa tindakan siklus II ini adalah akatifitas siswa selama proses belajar mengajar. Adapun penilaian proses belajar mengajar melalui observasi terhadap kegiatan belajar mengajar siklus I dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi pokok berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya dapat dijelaskan pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Siklus II Interval Nilai (skala nilai 1 100) Frekuensi (f) Prosentase (%) Kualifikasi Nilai 81 100 61 80 41 60 21 40 1 20 6 33 8 - 12,8% 70,2% 17% - Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Jumlah 47 100% Berdasarkan pada tabel tabel 4.6 di atas, menunjukkkan bahwa dari 47 siswa yang hadir sudah ada peningkatan proses belajar sehingga siswa yang memiliki kualifikasi sangat baik ada 6 siswa dengan nilai yang diperoleh berkisar 81-100. Dan sisanya yang memilii kualifikasi nilai baik ada 33 siswa dengan nilai yang diperoleh siswa berkisar 61-80. sedangkan siswa yang memiliki kualifikasi cukup ada 8 siswa dengan nilai yang diperoleh berkisar 41-60. Secara umum nilai rata-rata kelas kemampuan proses aktivitas pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya (lihat lampiran) adalah 70,17% dan dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses aktifitas belajar siswa pada pembelajaran berwawancara dan pelaporannya menunjukkan rata-rata kualifikasi baik. Untuk mengetahui banyaknya siswa yang berhasil selama mengikuti proses belajar pada pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya pada siklus II adalah dengan evaluasi secara lisan dan tertulis, yang dapat dilihat pada tabel 4. untuk tes tertulis, dan tabel 4.8 untuk tes lisan. Tabel 4.7 Distribusi Hasil Evaluasi Tertulis Siklus II Interval Nilai (skala nilai 0 100) Frekuensi (f) Prosentase (%) Kualifikasi Nilai 81 100 61 80 41 60 31 40 0 20 26 17 3 1 55,3% 36,2% 6,4% 2,1 % Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Jumlah 47 100% Sesuai table 4.8 di atas dapat diketahui bahwa nilai hasil belajar berupa pemahaman tentang langkah-langkah melakukan wawancara pada siklus II sudah mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan siklus I. Dikatakan meningkat karena pada tindakan belajar siklus I dari 33 siswa yang mencapai nilai di atas standar, meningkat menjadi 43 (91,5%) siswa. Sedangkan yang mencapai nilai standar minimal berkurang menjadi 4 (8,5%) siswa. Ini berarti siswa yang mencapai nilai di bawah standar minimum berkurang 12 siswa, dengan daya serap rata-rata kelas dari 57% pada siklus I meningakat menjadi 65% pada siklus II. Pada siklus II ada peningkatan lagi dari 12 siswa yang mencapai nilai di bawah standar minimum berkurang menjadi 3 siswa dan siswa yang mencapai nilai standar berkurang 1 siswa. Sedangkan siswa yang mencapai nilai di atas nilai standar minimum bertambah atau mengalami peningkatan menjadi 43 siswa dengan daya serap rata-rata kelas dari 65% pada siklus I menjadi 82% pada siklus II, maka jelaslah bahwa ada peningkatan hasil evaluasi siswa pada siklus II sebesar 17% pada materi pokok berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Adapun distribusi keberhasilan siswa berdasarkan hasil penilaian tes lisan dalam keterampilan berbicara dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Distribusi Hasil Penilaian Tes Lisan Siklus II Interval Nilai (skala nilai 1 15) Frekuensi (f) Prosentase (%) Kualifikasi Nilai 12 15 10 12 7 9 4 6 1 3 14 21 12 - - 29,8% 44,7% 25,5% - - Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Jumlah 47 100%
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat terbaca bahwa dari 47 siswa yang hadir yang memiliki kemampuan berbicara di atas nilai standar minimum sudah mengalami peningkatan sebanyak 35 siswa (74,5%). Sedangkan kemampuan berbicara di bawah standar sebanyak 12 siswa (25,5%). Hal ini berarti sudah banyak siswa yang memiliki kemampuan berbicara dengan baik. Pada perolehan rata-rata di siklus I adalah 51,5% sedangkan pada siklus II rata-rata kelasnya 74,3% (lihat lampiran X). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara sebesar 22,8%. d. Refleksi Seperti halnya siklus I, pada siklus II ini tindakan refleksi akan difokuskan pada penilaian hasil belajar siswa dan penilaian proses kegiatan belajar siswa. 1) Penilaian hasil belajar siswa Penilaian dilakukan untuk refleksi pada pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan pendekatan pragmatik siklus II ini akan disajikan perbandingan hasil belajar pada pra tindakan, siklus I dan siklus II pada lampiran XII. Hasil tes lisan pada pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan pendekatan pragmatik pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I, yaitu pada siklus I nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 51,5%. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 74,3% (lihat lampiran X). Adapun perolehan secara individu pada siklus II, dari 47 siswa yang hadir terdapat 43 siswa yang sudah mencapai nilai di atas standar minimum. Sedangkan siswa yang memiliki nilai di bawah standar sebanyak 4 siswa. Setelah diadakan pendekatan dan bimbingan khusus dengan siswa-siswa tersebut dan ternyata di antara 4 siswa ini memang terlambat dalam belajar, dalam menerima informasi, dan pengetahuan-pengetahuan baru yang diberikan oleh guru. 2) Penilaian Proses Kegiatan Siswa Penilaian proses kegiatan belajar siswa pada siklus I menunjukkan dari 49 siswa hanya terdapat 5 siswa siswa yang tergolong berkemampuan baik dengan nilai yang diperoleh siswa 61 80, dan terdapat 28 siswa yang kemampuannya tergolong cukup. Dan siswa yang memiliki kemampuan tergolong kurang sebanyak 13 siswa dengan nilai yang diperoleh 31 40. Secara umum nilai rata- rata kelas kemampuan proses aktivitas pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya (lihat lampiran VIII) adalah 50,28%, dan dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses aktivitas belajar siswa pada pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya menunjukkan rata-rata kualifikasi cukup. Dan pada siklus II menunjukkan dari 47 siswa yang hadir sudah ada peningkatan proses belajar sehingga siswa yang memiliki kualifikasi nilai sangat baik ada 6 siswa, dengan nilai yang diperoleh berkisar 81 100. Dan yang memiliki kualifikasi baik dari 33 siswa dengan nilai yang dipeoleh siswa berkisar 61 80. Sedangkan siswa yang memiliki kualifikasi cukup ada 8 siswa dengan nilai yang diperoleh berkisar 41 60. Secara umum nilai rata-rata kelas kemampuan proses aktifitas pembelajaran berbicara (lihat lampiran) adalah 70,17% dan dapat disimpulkan bahwa kemampuan proses aktivitas belajar siswa pada pembelajaran berwawancara dengan narasumber menunjukkan rata-rata kualifikasi baik. B. Temuan Penelitian 1. Pendekatan Pragmatik dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Berdasarkan hasil temuan dari analisis tindakan dalam pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada siklus I merupakan analisis dari evaluasi proses maupun hasil. Dan pada evaluasi hasil ada dua bentuk tes yang dilakukan yaitu berbicara secara lisan dan tertulis. Adapun data hasil temuan melalui pelaksanaan pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya adalah siswa mengalami kesulitan dalam mengungkapkan gagasan, pikiran, yang berhubungan dengan pertanyaan pertanyaan yang sesuai dengan konteks dan situasi yang akan disampaikan kepada narasumber, kurang adanya keberanian, dan kurangnya penguasaan kosakata bahasa Indonesia yang baku yang dimiliki oleh siswa. Guru memberikan motivasi dengan memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk melatih berbicara dalam kelompok untuk mengungkapkan pendapat, saran, dan masukan yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang disusun sesuai konteks dan situasi. Yang dimaksud dengan sesuai situasi dan konteks adalah siapa orang yang diajak berbicara, di mana, kapan, tujuan apa, dan dalam peristiwa apa. Guru selalu membimbing dan mendampingi siswa yang mengalami kesulitan dan berkemampuan akademik rendah. Selain itu guru juga selalu bertanya kepada siswa untuk memancing siswa agar berani berbicara. Sebenarnya siswa telah banyak menguasai kosakata namun kosakata yang dimiliki dalam bahasa ibu. Sehingga salah satu cara yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa adalah siswa diberikan kesempatan mengungkapkan pendapat dan gagasan yang berhubungan dengan pembelajaran dengan menggunakan bahasa ibu, yang kemudian diartikan bersama antara guru dan siswa apa maksudnya dalam bahasa Indonesia. Dengan cara ini maka siswa termotivasi untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, saran, dan masukan. Latar belakang kemampuan siswa berbeda-beda sehingga mengakibatkan kemampuan untuk memperoleh sejumlah pengetahuan juga berbeda. Kemampuan siswa ada yang rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penilaian menunjukkan keterampilan berbicara siswa masih banyak menggunakan bahasa ibu / bahasadaerah, mengakibatkan siswa kurang lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kurang dapat menggunakan pilihan kata yang tepat. Kurangnya berbicara siswa mengungkapkan pendapat / bertanya. Sedangkan temuan dalam pelaksanaan pembelajaran berwawancara dengan narasumber untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siklus II, siswa sudah mulai lancar dalam mengungkapkan pendapat, lancar berbicara dengan menggunakan pilihan kata yang tepat, serta sudah mulai berani bertanya kepada guru apabila ada hal-hal yang tidak dimengerti dalam pembelajaran maupun lainnya. Namun cenderung ke hal-hal yang berkaitan dengan konteks formal atau situasi pembelajaran berlangsung. Kegiatan melatih siswa sesuai konteks dan situasi formal membawa dampak penting bagi siswa dalam meningkatkan keterampilan / kemampuan dalam berbicara. 2. Peta Peningkatan kemampuan berbicara siswa Untuk lebih jelas diketahui tentang keberhasilan tindakan dalam penelitian perlu suatu evaluasi baik proses pembelajaran maupun evaluasi hasil belajar siswa pada tindakan siklus I dan II. Data evaluasi hasil belajar siswa yaitu hasil tes tertulis dan tes lisan tentang pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya yang dilaksanakan selama proses pembelajaran dan evaluasi proses berupa lembar pengamatan yang telah disiapkan pada tindakan siklus I dan II. Pelaksanaan proses tindakan pembelajaran dapat dilihat dari proses aktifitas belajar siswa yang dapat disajikan pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Keberhasilan Tindakan dari Aspek Pelaksanaan Proses pada Tindakan Siklus I dan Siklus II Aspek Pelaksanaan Tindakan Siklus I (%) Siklus II (%) Peningkatan (%) Proses kegiatan belajar siswa 50,28% 70,17 % 19,89% Berdasarkan pada proses kegiatan belajar siswa juga mengalami peningkatan sebesar 19,89% yaitu dari 50,28% menjadi 70,17%. Hal ini berarti pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan pendekatan pragmatik pada siklus I dapat dikatakan baik, sedangkan pada siklus II mengalami perubahan menjadi sangat baik. Perbandingan hasil belajar siswa secara lisan maupun tertulis pada pra tindakan, siklus I dan siklus II dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.10 Perbandingan Peningkatan Perolehan Nilai Tes Tertulis Siswa pada Pra Tindakan, Tindakan Siklus I dan II No Pelaksanaan tindakan Jumlah nilai Rata-rata Peningkatan (%) 1 Pra Tindakan 2796 57,06 57,06% 2 Siklus I 3229 65,89 65,9% 8,83% 3 Siklus II 3855 82,02 82,0% 16,13% Berdasarkan data tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa perbandingan nilai rata-rata hasil belajar siswa sesudah diadakan tindakan mengalami peningkatan sebesar 8,83% yaitu dari 57,06% menjadi 65,89%. Dan peningkatan sebesar 16,13% yaitu dari tindakan siklus I sebesar 65,89 % menjadi 82,02%. Keberhasilan dapat dikatakan karena dari perbandingan pada pra tindakan (tingkat kualifikasi cukup) dengan siklus II (tingkat kualifikasi baik). Dari data tersebut, maka nilai hasil belajar siswa pada pra tindakan dapat dikatakan masih berada di bawah nilai standar minimum yaitu di bawah 60. Peningkatan nilai di atas standar minimum yang ditetapkan, yaitu setelah dilakukan tindakan pembelajaran berwawancara dengan narasumber untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengaan pendekatan pragmatik pada siklus I dan II. Tabel 4.11 Perbandingan Peningkatan Perolehan Nilai Tes Lisan Siswa pada Siklus I dan Siklus II No Pelaksanaan Tindakan Jumlah nilai Rata-rata Peningkatan (%) 1 Siklus I 2525 51,5 51,5 % - 2 Siklus II 3491,8 74,3 74,3 % 22,8% Pada tabel 4.11 dapat terbaca bahwa perbandingan peningkatan nilai siklus I dan siklus II, yaitu 51,5% menjadi 74,3%. Ini berarti adanya peningkatan hasil belajar berbicara siswa sebesar 22,8%. BAB V PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab VI. Fokus bahasan pada bab ini didasari pada rumusan masalah, yaitu bagaimana keterampilan berbicara siswa setelah menggunakan pendekatan pragmatik dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia kelas VI di MI AL IHSAN Jeru Turen. Pembelajaran keterampilan berbicara dengan pendekatan pragmatik sangat perlu diajarkan kepada siswa karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkomunikasi / berbicara dengan orang lain. Siswa harus mampu berbicara sesuai situasi (tempat dan waktu), dan sesuai konteks (dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, dan lain-lain). 65 Keterampilan berbicara siswa kelas VI dengan pendekatan pragmatik pada materi pokok berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya pada tindakan siklus I sudah mengalami peningkatan. Peningkatan keterampilan berbicara siswa dapat dilihat dari perbandingan hasil belajar pra tindakan dengan tindakan siklus I dan siklus II. Keterampila berbicara siswa sudah tampak pada siklus I dan siklus II, karena siswa sudah mampu dan lancar berbicara dengan intonasi jelas, menggunakan pilihan kata yang tepat, struktur kalimat, kontak mata, serta sesuai dengan situasi
65 Nababan, Ilmu Pragmatik - Teori dan Penerapannya, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, 1987), hlm.70 dan konteks. Meskipun ada sebagian dari siswa dapat mencapai aspek-aspek tersebut dengan bantuan guru. Karena pada pra tindakan siswa tidak mau berbicara / menjawab, bila guru bertanya siswa hanya diam. Kemudian pada pra tindakan pembelajaran guru menggunakan pendekatan pragmatik untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana berbicara sesuai dengan situasi, dan konteks. Pendekatan pragmatik yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara melatih siswa untuk dapat berbicara sesuai setuasi, dan konteks senyatanya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun siswa mengalami kesulitan mengungkapkan pendapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dikarenakan siswa belum terbiasa berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta penguasaan kosakata yang masih kurang. Menanggapi hal tersebut guru memberikan latihan berbicara kepada siswa. Latihan dimaksudkan untuk membiasakan serta meningkatkan penguasaan kosakata yang dimiliki siswa, dan aspek - aspek berbicara lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwo yang menyatakan bahwa di dalam pengajaran bahasa dengan pendekatan pragmatik bukanlah bentuk-bentuk bahasa yang menjadi perhatian seperti halnya pendekatan struktural. Namun, bagaimana menggunakan bahasa dengan mempertimbangkan konteksnya, yakni penggunaan bahasa pada peristiwa komunikasi. 66 Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik diawali dengan kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui pengetahuan awal, dan kemampuan dasar siswa tentang berwawancara
66 Purwo Kaswanti B, Pragmatk dan Pengajaran Bahasa (Yogyakarta: Kanisiua, 1990), hlm. 30 dengan narasumber sesuai dengan tujuan, dan kompetensi dasar yang ingin dicapai untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Pendekatan pragmatik digunakan guru untuk melatih, dan membiasakan siswa agar dapat berbicara sesuai dengan situasi, dan konteks. Guru mengajak siswa untuk berlatih berbicara dalam diskusi kelompok maupun mengemukakan pertanyaan, gagasan, saran kepada guru maupun teman-teman yang memiliki kemampuan lebih. Penangkapan dan pemahaman tiap-tiap individu siswa terhadap hal yang baru tidak sama. Ada siswa yang memiliki daya tangkap rendah, sedang, dan tinggi. Siswa yang mempunyai daya tangkap rendah seringkali tertinggal dalam menyerap, dan memahami informasi yang disampaikan guru. Siswa yang daya tangkap / daya serap sedang dan tinggi akan merasa dirugikan bila informasi yang baru dijelaskan berulang-ulang. Bertolak dari kondisi tersebut maka diambil langkah pembentukan kelompok belajar, sehingga terjadi keseimbangan antara siswa yang memiliki daya serap / tangkap tinggi, sedang, dan rendah. Langkah yang diambil guru tersebut sesuai dengan pendapat Nurhadi di dalam Rodiyah yang menyatakan bahwa pembagian kelompok belajar dipilih secara heterogen diupayakan agar siswa yang pandai dapat mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, dan teman yang cepat mendorong teman yang lambat. Dengan adanya pembagian kelompok berarti guru telah mengupayakan siswa untuk berinteraksi dengan teman-teman dalam satu kelompoknya. Dalam hal ini, belajar kelompok merupakan cara efektif untuk belajar, sebab masalah yang rumit bisa diselesaikan secara bersama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran secara berkelompok sangat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas berwawancara dengan narasumber dan pelaporan hasilnya. Belajar secara berkelompok membantu dan melatih siswa untuk dapat belajar mengungkapkan pikiran dan pendapat secara lisan. Berdasarkan pada kemampuan daya serap / tangkap siswa, siswa kelompok tinggi mempunyai kemampuan cepat dalam menyelesaikan tugas. Namun, setelah guru memberikan penjelasan tentang pentingnya belajar kelompok maka siswa terlihat antusias untuk menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Berdasarkan hasil pengamatan ketika proses pembelajaran berlangsung, menunjukkan adanya kesulitan yang dialami siswa antara lain mengungkapkan pendapat atau pertanyaan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta kurangnya penguasaan kosakata bahasa Indonesia. Masih banyak siswa jika berbicara tidak sesuai struktur, intonasinya tidak tepat, serta kontak matanya kepada audiens / temannya kurang. Hal ini dialami siswa karena terbatasnya pengetahuan siswa tentang perbendaharaan kosakata. Pada awalnya siswa berbicara tidak sesuai dengan situasi dan konteks (siapa lawan berbicaranya, tujuan pembicaraannya apa, pada peristiwa apa, kapan diadakannya pembicaraan). Setelah adanya bimbingan dan arahan serta latihan dari guru maka siswa semakin lancar berbicara, intonasinya tepat, struktur kalimatnya tepat dan lengkap, kontak matanya selalu tertuju pada audiens. Sehingga banyak dari siswa yang sudah dapat berbicara sesuai dengan situasi dan konteks (siswa sudah bisa membedakan siapa orang yang diajak berbicara, waktu, tempatnya di mana, tujuan pembicaraanya apa). Keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan pendekatan pragmatik pada tindakan siklus I dan siklus II berdampak positif terhadap proses belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan penguasaan konsep berbicara sesuai dengan situasi dan konteks (siapa orang yang diajak berbicara, kapan, di mana, tujuan apa, dan dalam peristiwa apa), dan juga ditandai dengan adanya peningkatan nilai siswa dari pra tindakan dibandingkan dengan siklus I dan siklus II. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa keterampilan berbicara siswa setelah penerapan pendekatan pragmatik dilakukan mengalami peningkatan. Penerapan pendekatan pragmatik dalam keterampilan berbicara berorientasi pada efektifitas, keaktifan, kreatifitas siswa, dan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Hal tersebut seperti yang telah diungkapkan oleh Mbahbrata bahwa proses pembelajaran kader pakem tinggi diupayakan agar tidak membosankan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya, diskusi kelompok, mencari informasi, menulis laporan / cerita / puisi, berkunjung keluar kelas. 2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam, misalnya alat yang tersedia atau juga dapat dibuat sendiri, narasumber, lingkungan, 3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan keterampilan siswa; melakukan wawancara, mengumpulkan data / jawaban dan mengolahnya sendiri, menarik kesimpulan, menulis laporan dengan kata-kata sendiri. 4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan melalui : diskusi, lebih banyak pertanyaan terbuka hasil karya yang merupakan pemikiran siswa sendiri, bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan pendekatan pragmatik dalam penelitian ini berdasar pada langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya : diskusi kelompok, mencari informasi dengan melakukan wawancara dengan narasumber di tempat yang telah ditentukan atau sesuai dengan profesinya, misalnya mewawancarai narasumber petani di kebun. b. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam, misalnya narasumber dan lingkungan. c. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan siswa; melakukan wawancara, menulis laporan dengan kata - kata sendiri. d. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan melalui diskusi, tanya jawab guru dan siswa, siswa dan guru, serta siswa dengan siswa. 67
67 Mbahbrata, Menciptakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2008/09, diakses 3 mei 2009) Dari hasil penelitian terbaca bahwa dengan menggunakan pendekatan pragmatik keterampilan berbicara siswa kelas VI mengalami peningkatan. Dikatakan demikian karena pada pra tindakan siswa sama sekali belum bisa berbicara / mengungkapkan pendapat, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II, maka hasil yang dicapai adalah siswa berani mengungkapkan, pendapat / berbicara secara lancar, struktur kalimatnya sudah tepat, intonasinya dan kontak mata pada saat berbicara sudah mengalami peningkatan. Menurut Haruddin, dkk, penelitian dalam pembelajaran bahasa Indonesia sama dengan pelajaran yang lain, yang meliputi tiga ruang lingkup, yaitu: 1. Penilaian program pengajaran (penilaian terhadap tujuan, isi program dan strategi pengajaran). 2. Penilaian proses pengajaran (kesesuaian antara rencana dan proses pembelajaran); kesiapan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar; kesiapan siswa mengikuti proses belajar mengajar; minat dan perhatian siswa, keaktifan dan partisipasi siswa, interaksi komunikasi di kelas, pemberian penguatan, pemberian tugas). 3. Penilaian hasil pengajaran (penguasaan siswa terhadap tujuan yang direncanakan). 68 Bertolak dari pendapat di atas, maka akan dideskripsikan keterampilan berbicara siswa kelas VI setelah pendekatan pragmatik diterapkan dalam
68 Ibid.. pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan hasil belajar yang telah dicapai siswa sebagai berikut: 1. Tindakan siklus I Pada siklus I menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Pada siklus I, terdapat 49 siswa yang mencapai penguasaan daya serap antara 80% 100% sebanyak 9 (18,3%) siswa. Ini menunjukkan penguasaan tentang keterampilan bebicara dengan pendekatan pragmatik yang disampaikan guru telah berhasil. Ini berarti ada 9 siswa yang berada pada kategori sangat baik.. Dan siswa yang berada pada kategori baik sebanyak 29 siswa. Serta yang berada berada pada kategori cukup sebanyak 10 siswa dan kategori kurang sebanyak 2 siswa. Sedangkan pada pra tindakan jumlah siswa yang menunjukkan kategori sangat baik sebanyak 5 siswa. Dan siswa yang berada pada kategori cukup sebanyak 10 siswa dan kategori kurang sebanyak 4 siswa. Keterampilan berbicara siswa berdasarkan rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan tes pra tindakan. Pada tes pra tindakan daya serap rata-rata kelas sebesar 51,1% dan mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 65,9%. Rata-rata kelas dengan penguasaan hasil belajar siswa pada siklus I tergolong baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa. Keterampilan berbicara siswa pada siklus I, dan siklus II terdapat adanya peningkatan hasil yang lebih baik. Hal ini terbukti dengan pencapaian hasil belajar baik lisan maupun tertulis dan lembar pengamatan terhadap proses aktivitas guru dan siswa selama proses belajar mengajar. Hasil yang diperoleh siswa pada tes tertulis pra tindakan diketahui bahwa jumlah siswa yang memenuhi kriteria batas minimum sebanyak 33 (67,3%) siswa. Sebanyak 16 (32,6%) siswa belum mencapai kriteria pengasaan daya serap yaitu 60%. Hal ini berarti sudah ada 33 siswa yang mencapai kategori baik dalam berbicara sesuai situasi dan konteks. Selanjutnya ada 16 siswa yang termasuk kategori kurang. Selanjutnya pada tindakan siklus I ada perubahan yaitu ada 33 siswa yang mencapai nilai standar minimum bertambah menjadi 37 siswa. Sedangakn siswa yang semula mendapat nilai di bawah kriteria minimum sebanyak 16 siswa berkurang menjadi 12 siswa. Adapun hasil belajar pada keterampilan berbicara siswa yang dicapai berupa tes lisan, pada siklus I dari jumlah 49 siswa yang sudah mencapai standar minimum sebanyak 18 siswa, selebihnya hasil yang diperoleh belum mencapai standar minimum yaitu sebanyak 31 siswa. Dan setelah tindakan siklus II jumlah siswa yang mencapai standar minimum bertambah menjadi 43 siswa dan 4 siswa lainnya belum mencapai hasil maksimal namun sudah ada peningkatan. Pembelajaran pada tindakan seklus II lebih menekankan pada penguasaan perbendaharaan kata, serta berbicara sesuai situasi dan konteks (siapa orang yang diajak berbicara, kapan, di mana, dalam peristiwa apa). Hal ini dilakukan guru dengan banyak memberikan kesempatan kepada sisea untuk melatih menggunakan bahasa untuk berbicara. Dengan adanya pendekatan pragmatik ini mampu meningkatkan persentase peningkatan rata-rata kelas yang baik. Dengan menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara, para siswa MI akan mampu menumbuhkembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam dirinya, sehingga kelak mereka mampu berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara matang, arif, dan dewasa. Selain itu, mereka juga akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Yang tidak kalah penting, para siswa juga akan mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dengan menggunakan pendekatan pragmatik pada keterampilan berbicara, siswa akan mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, serta mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik dititikberatkan pada keaktifan siswa terutama keterampilan berbicara dengan memberikan kesempatan dan latihan sebanyak mungkin untuk berbicara dan mengungkapkan pendapatnya menggunakan bahasa Indonesia. Melalui penggunaan pendekatan pragmatik pada pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut berupa pemahaman konsep tentang situasi dan konteks saat berbicara secara klasikal, yaitu dari 57,1% pada pra tindakan menjadi 65,9% pada siklus I, dan 82,0% pada siklus II. Hasil belajar yang berupa tes secara lisan pada siklus I diperoleh skor 51,5% dan menjadi 74,4% pada siklus II. B. Saran Adapun saran yang dapat diberikan pada akhir penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1. Siswa Hendaknya siswa mengembangkan potensi yang dimiliki melalui pengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dengan cara membiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2. Guru Guru hendaknya terus mengembangkan pendekatan pembelajaran yang diterapkan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditargetkan dan demi pengembangan mutu pendidikan di sekolah pada umumnya dan di kelas pada khususnya. 3. Sekolah Sekolah hendaknya menjadi fasilitator yang selalu memperhatikan keperluan yang mendukung terjadinya interaksi pendidikan, baik di sekolah maupun di kelas. Sekolah juga harus dapat menciptakan suasana lingkungan belajar yang kondusif dengan warga sekolah maupun masyarakat yang berada di sekitarnya. 4. Peneliti Peneliti hendaknya lebih kritis dan tanggap terhadap berbagai permasalahan untuk pembaharuan dalam dunia pendidikan. Diharapkan kemudian terdapat adanya penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan penerapan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran yang lain. DAFTAR PUSTAKA Agus Gerrad Senduk. 2005. Pengalaman Berinovasi Guru SMA dalam Pengajaran Bahasa Indonesia (studi deskriptif kualitatif tentang Implementasi Inovasi Pragmatik). http// www.yahoo.com Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta Bambang Kaswanti Purwo. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP Brown, Gillian, dan George Yule. 1985. Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press Brown, Douglas H. 1984), Principles of Language Teaching and Learning. New Jersey: Prentice-Hall Depag. 2004. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam Chaedar Alwasilah, Furqanul Azies. 2000. Pengajaran Bahasa Komunikatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Djogo Tarigan. 1990. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: Angkasa Crystal, David, 1989. The Cambridge of Encyclopedia of Language. Cambridge: Cambridge University Press Dwi Saksono. 2001. Pragmatik. Malang: Jurusan Seni & Desain Fatimah Djajasudarma. 1994. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur. Bandung: PT Eresco IKAPI. 2007. Aku cinta Bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Solo: PT Tiga Serangkai Johnson. 1983. Communicative Syllabus Design and Methodology. Oxford: Pergamon Press Ltd, Kanisius. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta Kridalaksana. 1996. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah Kunjawa Rahardi. 2008. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indosesia. Jakarta: Erlangga Larsen-Freeman dan Diane. 1986. Techniques and Principles in Language Teaching. Oxford: Oxford University Press Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press Leech, Geoffrey N. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman Louise Cummins. 1999. Pragmatik Sebuah Perspektik Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Wahidmurni. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM PRESS. Mansoer Pateda. 1991. Linguistik Terapan. Ende-Flores: Nusa Indah Marmo Sumarmo. Pragmatik dan Perkembangan Mutakhirnya. Jakarta: Makalah pada Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya ,1 dan 2 September 1987 Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nababan. 1987. Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya. Jakarta: Dep P & K Nunan, David. 1989. Designing Tasks for the Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press Nuril Huda. Metode Audiolingual vs. Metode Komunikatif : Suatu Perbandingan. Jakarta: Makalah pada Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya, 1 dan 2 September 1987 Richards, Jack C, Rodgers, Theodore S. 1986. Approach and Method in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press Stalnaker, James C. 1987. Communicative Competence, Language Proficiency and Beyond. Oxford: Oxford University Press Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa Tarigan, Henry Guntur. 1988. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Tarigan, Henry Guntur. (1986). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Penerbit Angkasa. ----------------------------. (1989a). Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. ----------------------------. (1989b). Pengajaran Kompetensi Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Lampiran I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I Nama Sekolah : MI AL IHSAN Hari / Tanggal : 18 Juni 2009 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : VI / I Waktu : 3 X 35 menit (1 X pertemuan) A. Standar Kompetensi Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, wawancara. B. Kompetensi Dasar Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll) dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. C. Indikator 1. Menyebutkan langkah-langkah melakukan wawancara 2. Menuliskan daftar pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan narasumber dan urutan yang tepat 3. Menggunakan kalimat tanya dengan benar 4. Menggunakan pilihan kata yang tepat dan santun berbahasa dalam wawancara 5. Melakukan kegiatan berwawancara berdasarkan daftar pertanyaan D. Materi Pokok Berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya E. Skenario Pembelajaran KEGIATAN Pengorganisasian Waktu Siswa 1. Kegiatan Awal a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, doa, dan memeriksa kehadiran siswa untuk siap belajar, serta menyiapkan media dan sumber belajar. 3 menit Klasikal b. Guru mengadakan apersepsi dengan cara menggali pengetahuan siswa melalui tanya jawab, misalnya: 1) Apa yang dimaksud dengan narasumber ? 2) Orang yang melakukan wawancara disebut... 5 menit Klasikal c. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, dan manfaat memiliki kemampuan berwawancara dengan narasumber. 2 menit Klasikal 2. Kegiatan Inti Waktu Siswa a. Guru memberikan penjelasan singkat mengenai langkah-langkah melakukan wawancara. 1) Cara menyusun pertanyaan 2) Cara menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam berwawancara 10 menit Klasikal b. Siswa dibagi dalam 7 kelompok, masing-masing terdiri dari 7 siswa. 2 menit Kelompok c. Guru membagikan contoh teks persiapan 2 menit Kelompok wawancara dan contoh teks melakukan wawancara. d. Siswa diminta untuk mencermati contoh-contoh teks yang telah ada. 2 menit Kelompok e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 5 menit Perseora- ngan f. Siswa ditugaskan untuk melakukan wawancara. Sebelum wawancara siswa membuat persiapan dengan menentukan narasumbernya, menetapkan waktu, serta menyusun daftar pertanyaan berdasarkan topik yang ditentukan oleh guru. 10 menit Kelompok g. Siswa melakukan wawancara dengan narasumber. 20 menit Kelompok h. Setelah wawancara dengan narasumber, masing- masing kelompok malaporkan hasil wawancara di depan kelas 15 menit Kelompok i. Guru memberikan evaluasi dalam bentuk tertulis. 10 menit Perseora- ngan 3. Kegiatan Akhir Waktu Siswa a. Guru meminta kelompok siswa mengumpulkan hasil lembar kerja untuk dinilai dan dipajang. 3 menit Klasikal b. Refleksi untuk mengungkap apa yang telah dipelajari, kesan-kesan siswa, dan saran perbaikan untuk mengukuhkan upaya atau kerja keras yang sudah dilakukan siswa. 5 menit Klasikal c. Guru menutup pelajaran dengan pesan moral dan salam. 3 menit Klasikal F. Metode 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Demonstrasi 4. Diskusi 5. Pemberian Tugas 6. Wawancara G. Media 1. Teks wawancara 2. Perekam suara H. Sumber Belajar 1. KTSP 2006 2. Karsidi, 2008, Inilah Bahasa Indonesiaku untuk Kelas VI SD/MI, Surakarta: PT Tiga Serangakai Pustaka Mandiri 3. Nurcholis Hanif & Mafrukhi, 2007, Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk SD Kelas VI, Jakarta: Erlangga 4. Narasumber I. Penilaian 1. Penilaian proses untuk menilai aktivitas siswa dalam diskusi kelompok dengan menggunakan instrument penilaian proses (lampiran). 2. Penilaian hasil untuk menilai siswa ketika mengomunikasikan hasil diskusinya di depan kelas dengan merujuk pada lembar kerja (lampiran). Jeru, 18 Juni 2009 Peneliti Imam Zubaidy Anshory NIM 07140067 Mengetahui: Guru Pamong Kepala MI AL IHSAN Zaini Hamza, S. Pd Ali Musyafa, S. PdI Lampiran II Rangkuman Siklus I 1. Wawancara adalah kegiatan tanya jawab dengan seseorang untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. 2. Langkah-langkah sebelum melakukan wawancara o Menentukan topik wawancara o Menentukan narasumber (siapa narasumbernya) o Menetapkan waktu (kapan wawancara dilakukan) o Membuat daftar pertanyaan untuk wawancara o Melakukan wawancara 3. Teks wawancara sama dengan teks dialog. Karena itu sebuah teks wawancara terdiri dari atas unsur : o Orang yang bertanya disebut dengan istilah wartawan o Orang yang ditanya disebut dengn istilah narasumber o Kalimat pertanyaan 4. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat wawancara, yaitu: o Harus datang tepat waktu yang telah ditetapkan o Bersikap sopan dengan menggunakan bahasa yang santun 5. Topik wawancara : Ekonomi keluarga Narasumber : Pak Kasim Pewawancara : Dimas Waktu dan Tempat : Selasa, 18 Juni 2009, pukul 12.30 di sebelah MI AL IHSAN 6. Daftar Pertanyaan o Kapan Bapak berjualan bakso ? o Apakah Bapak berjualan setiap hari ? o Siapa yang mengolah bakso ? o Di mana Bapak membeli bahan membuat bakso ? o Apakah pelanggannya banyak ? o Apakah Bapak mendapat untung besar ? o Bagaimana suka dan duka Bapak berjualan bakso ? Berdasarkan daftar pertanyaan tersebut, Dimas melakukan wawancara sebagai berikut : Bacalah dengan seksama contoh wawancara berikut ! Dimas : Selamat siang, Pak ! Pak Karim : Selamat siang, Nak. Ada yang bisa Bapak Bantu ? Dimas : Saya ingin mewawancarai Bapak. Apakah Bapak bersedia ? Pak Karim : Oh silahkan, Nak!. Bapak senang sekali diwawancarai Dimas : Saya mulai ya, Pak. Kapan Bapak mulai berjualan bakso ?. Pak Karim : Bapak berjualan sejak umur 24 tahun. Waktu itu Bapak tidak memiliki pekerjaan karena pabrik tempat Bapak bekerja bangkrut. Bapak sulit mendapatkan pekerjaan lain. Akhirnya Bapak mencoba berjualan bakso. Dimas : Apakah Bapak berjualan bakso setiap hari ? Pak Karim : Ya, Bapak berjualan bakso setiap hari. Warung bakso ini buka pukul 10.00 dan tutup pukul 19.00. Dimas : Wah, lama juga ya, Pak ?. Pak Karim : Iya, Nak. Dimas : Siapa yang mengolah bakso ini, Pak ?. Pak Karim : Bapak dan istri Bapak yang mengolahnya. Terkadang keponakan Bapak ikut membantu. Dimas : Di mana Bapak membeli bahan untuk membuat bakso ini ?. Pak Karim : Di pasar induk. Dimas : Apakah pelanggan Bapak banyak ?. Pak Karim : Alhamdulillah pelanggan Bapak cukup banyak. Dimas : Apakah Bapak mendapat keuntungan besar ?. Pak Karim : Keuntungan Bapak Alhamdulillah cukup untuk membiayai kehidupan keluarga sehari-hari dan biaya sekolah dua anak Bapak. Terkadang Bapak bisa menabungkan sisa keuntungan. Dimas : Bagaimana suka dan duka yang Bapak alami selama berjualan bakso ?. Pak Karim : Sukanya adalah jika pembelinya banyak, dan bakso cepat habis. Dukanya ya jika sepi pembeli. Dimas : Baiklah Pak, terima kasih atas wawancaranya. Mudah-mudahan dagangan Bapak selalu laris. Pak Karim : Terima kasih, Nak. Jeru, 18 Juni 2009 Peneliti Imam Zubaidy Anshory NIM 07140067 Mengetahui: Guru Pamong Kepala MI AL IHSAN Zaini Hamza, S. Pd Ali Musyafa, S. Pd. I
Lampiran III RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus II Nama Sekolah : MI AL IHSAN Hari / Tanggal : Kamis / 25 Juni 2009 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : VI / I Waktu : 3 X 35 menit (1 X pertemuan) A. Standar Kompetensi Mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, wawancara. B. Kompetensi Dasar Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll) dengan memperhatikan pilihanan kata dan santun berbahasa. C. Indikator 1. Menyebutkan langkah-langkah melakukan wawancara 2. Menuliskan daftar pertanyaan untuk wawancara sesuai dengan narasumber dan urutan yang tepat 3. Menggunakan kalimat tanya dengan benar 4. Menggunakan pilihan kata yang tepat dan santun berbahasa dalam wawancara 5. Melakukan kegiatan berwawancara berdasarkan daftar pertanyaan D. Materi Pokok Berwawancara dengan narasumber dan pelaporannya E. Skenario Pembelajaran KEGIATAN Pengorganisasian Waktu Siswa 1. Kegiatan Awal a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, doa, dan memeriksa kehadiran siswa untuk siap belajar, serta menyiapkan media dan sumber belajar. 3 menit Klasikal b. Guru mengadakan apersepsi dengan cara menggali pengetahuan siswa melalui tanya jawab, misalnya 1) Apa yang dimaksud dengan narasumber ? 2) Orang yang melakukan wawancara disebut... 5 menit Klasikal c. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, dan manfaat memiliki kemampuan berwawancara dengan narasumber. 2 menit Klasikal 2. Kegiatan Inti Waktu Siswa a. Guru memberikan penjelasan singkat mengenai langakah-langkah melakukan wawancara. 1) Cara menyusun pertanyaan 2) Cara menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam berwawancara 10 menit Klasikal b. Siswa dibagi dalam 7 kelompok, masing-masing terdiri dari 7 siswa. 2 menit Kelompok c. Guru membagikan contoh teks persiapan 2 menit Kelompok wawancara dan contoh teks melakukan wawancara d. Siswa diminta untuk mencermati contoh-contoh teks yang telah ada 2 menit Kelompok e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 5 menit Perseora- ngan f. Siswa ditugaskan untuk melakukan wawancara. Sebelum wawancara siswa membuat persiapan dengan menentukan narasumbernya, menetapkan waktu, serta menyusun daftar pertanyaan berdasarkan topik yang ditentukan oleh guru. 10 menit Kelompok g. Siswa melakukan wawancara dengan narasumber. 20 menit Kelompok h. Setelah wawancara dengan narasumber, masing- masing kelompok malaporkan hasil wawancara di depan kelas 15 menit Kelompok i. Guru memberikan evaluasi dalam bentuk tertulis 10 menit Perseora- ngan 3. Kegiatan Akhir Waktu Siswa a. Guru meminta kelompok siswa mengumpulkan hasil lembar kerja untuk dinilai dan dipajang. 3 menit Klasikal b. Refleksi untuk mengungkap apa yang telah dipelajari, kesan-kesan siswa, dan saran perbaikan untuk mengukuhkan upaya atau kerja keras yang sudah dilakukan siswa. 5 menit Klasikal c. Guru menutup pelajaran dengan pesan moral dan salam 3 menit Klasikal F. Metode 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Demonstrasi 4. Diskusi 5. Pemberian tugas 6. Wawancara 7. PAKEM 8. Pendekatan pragmatik G. Media 1. Teks wawancara 2. Perekam suara H. Sumber Belajar 1. KTSP 2006 2. Karsidi, 2008, Inilah Bahasa Indonesiaku untuk Kelas VI SD/MI, Surakarta: PT Tiga Serangakai Pustaka Mandiri 3. Nurcholis Hanif & Mafrukhi, 2007, Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk SD Kelas VI, Jakarta: Erlangga 4. Narasumber I. Penilaian 1. Penilaian proses untuk menilai aktivitas siswa dalam diskusi kelompok dengan menggunakan instrument penilaian proses (lampiran 1). 2. Penilaian hasil untuk menilai siswa ketika mengkomunikasikan hasil diskusinya di depan kelas dengan merujuk pada lembar kerja (lampiran 2). Jeru, 25 Juni 2009 Peneliti Imam Zubaidy Anshory NIM 07140067 Mengetahui: Guru Pamong Kepala MI AL IHSAN Zaini Hamza, S. Pd Ali Musyafa, S. PdI Lampiran IV Rangkuman Siklus II 1. Wawancara adalah kegiatan tanya jawab dengan seseorang untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. 2. Langkah-langkah sebelum melakukan wawancara: a) Menentukan topik wawancara; b) Menentukan narasumber (siapa narasumbernya); c) Menetapkan waktu (kapan wawancara dilakukan); d) Membuat daftar pertanyaan untuk wawancara; e) Melakukan wawancara. 3. Teks wawancara sama dengan teks dialog. Karena itu sebuah teks wawancara terdiri dari atas unsur: a) orang yang bertanya disebut dengan istilah wartawan, b) orang yang ditanya disebut dengn istilah narasumber, dan c) kalimat pertanyaan. 4. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat wawancara, yaitu: a) harus datang tepat waktu yang ditetapkan, dan b) bersikap sopan dengan menggunakan bahasa yang santun. 5. Daftar Pertanyaan a) Kapan Bapak berjualan bakso ? b) Apakah Bapak berjualan setiap hari ? c) Siapa yang mengolah bakso ? d) Di mana Bapak membeli bahan membuat bakso ? e) Apakah pelanggannya banyak ? f) Apakah Bapak mendapat untung besar ? g) Bagaimana suka dan duka Bapak berjualan bakso ? Berdasarkan daftar pertanyaan tersebut, Dimas melakukan wawancara sebagai berikut : Bacalah dengan seksama contoh wawancara berikut ! Dimas : Selamat siang, Pak ! Pak Karim : Selamat siang, Nak. Apa ada yang bisa Bapak Bantu ? Dimas : Saya ingin mewawancarai Bapak. Apakah Bapak bersedia ? Pak Karim : Oh silahkan, Nak!. Bapak senang sekali diwawancarai. Dimas : Saya mulai ya Pak. Kapan Bapak mulai berjualan bakso ?. Pak Karim : Bapak berjualan sejak umur 24 tahun. Waktu itu Bapak tidak memiliki pekerjaan karena pbrik tempat Bapak bekerja bangkrut. Bapak sulit mendapatkan pekerjaan lain. Akhirnya Bapak mencoba berjualan bakso. Dimas : Apakah Bapak berjualan bakso setiap hari ? Pak Karim : Ya, Bapak berjualan bakso setiap hari. Warung bakso ini buka pukul 10.00 dan tutup pukul 19.00 Dimas : Wah, lama juga ya Pak ?. Pak Karim : Iya Nak. Dimas : Siapa yang mengolah bakso ini Pak ?. Pak Karim : Bapak dan istri Bapak yang mengolahnya. Terkadang keponakan Bapak ikut membantu. Dimas : Di mana Bapak membeli bahan untuk membuat bakso ini ?. Pak Karim : Di pasar induk. Dimas : Apakah pelanggan Bapak banyak ?. Pak Karim : Alhamdulillah pelanggan Bapak cukup banyak. Dimas : Apakah Bapak mendapat keuntungan besar ?. Pak Karim : Keuntungan Bapak Alhamdulillah cukup untuk membiayai kehidupan keluarga sehari-hari dan biaya sekolah dua anak Bapak. Terkadang Bapak bias menabungkan sisa keuntungan. Dimas : Bagaimana suka dan duka yang Bapak alami selama berjualan bakso ?. Pak Karim : Sukanya adalah jika pembelinya banyak dan bakso cepat habis. Dukanya ya jika sepi pembeli. Dimas : Baiklah Pak, terima kasih atas wawancaranya. Mudah-mudahan dagangan Bapak selalu laris. Pak Karim : Terima kasih, Nak. Lampiran V Nilai Tes Pra Tindakan Nama siswa Nilai Persentase 1. Luwis Davi1. Luwis David 60 60 2. Ahmad Firdausi 60 60 3. M. Nur Adi Cahyono 40 40 4. Ahmad Mursyid R. 37 37 5. Alfiyan Abidin 80 80 6. Anjili Rahmawati 60 60 7. Arik Dwi Purnomo 30 30 8. Avan Nuril Ahmad 60 60 9. Berliana Elda Putri 78 78 10. Betty Silvia Kusuma 70 70 11. Dedi Ardika Dwi 38 38 12. Didin setiawan 34 34 13. Dzihan Elhapy 40 40 14. Fina Dwi Asih 60 60 15. Fithrotul Hasanah 60 60 16. Hanif Fathur Rosyidin 60 60 17. Imam Masluhan 60 60 18. Ira Hidayati 72 72 19. Luluk Farida 77 77 20. M. Fajar Adi Lestari 60 60 21. Moh. Choiri Fadli 40 40 22. Nanik Rahmawati 60 60 23. Ni'matul Khusnia 60 60 24. Novi Dianita Sari 60 60 25. Nur Anis Saidatil Ula 60 60 26. Nur Fadhilah 70 70 27. Nur Hidayatul Ilmiyah 40 40 28. Nurul Fadhilah 60 60 29. Nurul Faizah 80 80 30. Roikhatul Jannah 60 60 31. Saiful Anwar A. 60 60 32. M. Saiful Anwar B. 40 40 33. Shoihul Hamdani 30 30 34. Sinthya Devi W. 40 40 35. Sintia Farqa Agustin 40 40 36. Yuli Setiawan 60 60 37. M.Rizki Yugo Utomo 60 60 38. Mulyasaro 60 60 39. M. Faisol 60 60 40. M. Rosad 80 80 41. M. Hasbi 40 40 42. M. Zainuddin 40 40 43. Humrotus S. 80 80 44. Khusnul Kh. 80 80 45. Kholilah 80 80 46. Zainul Umum 60 60 47. Fathur Rohman 60 60 48. Marghopi 60 60 49. M. Romli 60 60 Jumlah 2796 Rata-rata 57,1 Persentase 57,1% Lampiran VI Hasil Evaluasi Tertulis Siswa Pada Siklus I Nama Siswa Nilai Prosentase 1. Luwis David 95 70% 2. Ahmad Firdausi 75 75% 3. M. Nur Adi Cahyono 75 75% 4. Ahmad Mursyid R. 75 75% 5. Alfiyan Abidin 70 70% 6. Anjili Rahmawati 62 62% 7. Arik Dwi Purnomo 65 65% 8. Avan Nuril Ahmad 45 45% 9. Berliana Elda Putri 50 50% 10. Betty Silvia Kusuma 55 55% 11. Dedi Ardika Dwi 50 50% 12. Didin setiawan 34 34% 13. Dzihan Elhapy 45 45% 14. Fina Dwi Asih 60 60% 15. Fithrotul Hasanah 85 85% 16. Hanif Fathur Rosyidin 70 70% 17. Imam Masluhan 65 65% 18. Ira Hidayati 70 70% 19. Luluk Farida 55 55% 20. M. Fajar Adi Lestari 50 50% 21. Moh. Choiri Fadli 10 10% 22. Nanik Rahmawati 90 90% 23. Ni'matul Khusnia 90 90% 24. Novi Dianita Sari 80 80% 25. Nur Anis Saidatil Ula 65 65% 26. Nur Fadhilah 80 80% 27. Nur Hidayatul Ilmiyah 65 65% 28. Nurul Fadhilah 75 75% 29. Nurul Faizah 80 80% 30. Roikhatul Jannah 75 75% 31. Saiful Anwar A. 45 45% 32. M. Saiful Anwar B. 70 70% 33. Shoihul Hamdani 50 50% 34. Sinthya Devi W. 60 60% 35. Sintia Farqa Agustin 60 60% 36. Yuli Setiawan 75 75% 37. M.Rizki Yugo Utomo 85 85% 38. Mulyasaro 60 60% 39. M. Faisol 80 80% 40. M. Rosad 75 75% 41. M. Hasbi 78 78% 42. M. Zainuddin 80 80% 43. Humrotus S. 75 75% 44. Khusnul Kh. 70 70% 45. Kholilah 70 70% 46. Zainul Umum 70 70% 47. Fathur Rohman 65 65% 48. Marghopi 50 50% 49. M. Romli 75 75% Jumlah 3229 Rata-rata 65,9 Prosentase 65,9% Lampiran VII Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I No Urut siswa A B C D E Total Skor Prosentase 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 15 % 1 10 66,6% 2 6 40% 3 6 40% 4 5 33,3% 5 10 66,6% 6 5 33,3% 7 5 33,3% 8 10 66,6% 9 10 66,6% 10 7 46,6% 11 5 33,3% 12 5 33,3% 13 7 46,6% 14 7 46,6% 15 10 66,6% 16 9 60% 17 6 40% 18 6 40% 19 9 60% 20 7 46,6% 21 5 33,3% 22 11 33,3% 23 9 60% 24 5 33,3% 25 5 33,3% 26 5 33,3% 27 5 33,3% 28 9 60% 29 13 86,6% 30 7 46,6% 31 9 60% 32 7 46,6% 33 5 33,3% 34 5 33,3% 35 5 33,3% 36 12 80% 37 7 46,6% 38 7 46,6% 39 7 46,6% 40 5 33,3% 41 5 33,3% 42 8 53,3% 43 15 100% 44 15 100% 45 11 73,3% 46 11 73,3% 47 6 40% 48 5 33,3% 49 15 100% Jumlah 2525 Rata-rata 51,5 Prosentase 51,5% Keterangan Standar minimal yang harus dikuasai siswa adalah 8 A = Kelancaran berbicara: (1) Siswa tidak mampu berbicara; (2) Siswa berbicara dengan bantuan guru; (3) Siswa berbicara tanpa bantuan guru B = Intonasi: (1) Intonasi tidak tepat; (2) Intonasi tepat dengan bantuan guru; (3) Tanpa bantuan guru C = Ketepatan pilihan kata: (1) Tidak menggunakan pilihan kata yang tepat; (2) Dengan bantuan guru; (3) Tanpa bantuan guru D = Struktur kalimat: (1) Tidak menggunakan struktur kalimat yang jelas; (2) Dengan bantuan guru; (3) Tanpa bantuan guru E = Kontak mata: (1) Berbicara tidak menghadap teman; (2) Menghadap teman dengan suruhan guru; (3) Menghadap teman tanpa suruhan guru Lampiran VIII Nilai Tes Lisan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I No Urut siswa A B C D E Total Skor Prosentase 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 15 % 1 10 66,6% 2 6 40% 3 6 40% 4 5 33,3% 5 10 66,6% 6 5 33,3% 7 5 33,3% 8 10 66,6% 9 10 66,6% 10 7 46,6% 11 5 33,3% 12 5 33,3% 13 7 46,6% 14 7 46,6% 15 10 66,6% 16 9 60% 17 6 40% 18 6 40% 19 9 60% 20 7 46,6% 21 5 33,3% 22 11 33,3% 23 9 60% 24 5 33,3% 25 5 33,3% 26 5 33,3% 27 5 33,3% 28 9 60% 29 13 86,6% 30 7 46,6% 31 9 60% 32 7 46,6% 33 5 33,3% 34 5 33,3% 35 5 33,3% 36 12 80% 37 7 46,6% 38 7 46,6% 39 7 46,6% 40 5 33,3% 41 5 33,3% 42 8 53,3% 43 15 100% 44 15 100% 45 11 73,3% 46 11 73,3% 47 6 40% 48 5 33,3% 49 15 100% Jumlah 2525 Rata-rata 51,5 Prosentase 51,5% Keterangan Standar minimal yang harus dikuasai siswa adalah 8 A = Kelancaran berbicara: (1) Siswa tidak mampu berbicara; (2) Siswa berbicara dengan bantuan guru; (3) Siswa berbicara tanpa bantuan guru B = Intonasi: (1) Intonasi tidak tepat; (2) Intonasi tepat dengan bantuan guru; (3) Tanpa bantuan guru C = Ketepatan pilihan kata: (1) Tidak menggunakan pilihan kata yang tepat; (2) Dengan bantuan guru; (3) Tanpa bantuan guru D = Struktur kalimat: (1) Tidak menggunakan struktur kalimat yang jelas; (2) Dengan bantuan guru; (3) Tanpa bantuan guru E = Kontak mata: (1) Berbicara tidak menghadap teman; (2) Menghadap teman dengan suruhan guru; (3) Menghadap teman tanpa suruhan guru Lampiran IX Hasil Evaluasi Tertulis Siswa pada Siklus II No urut siswa Nilai Prosentase 1. Luwis David 95 95% 2. Ahmad Firdausi 75 75% 3. M. Nur Adi Cahyono 75 75% 4. Ahmad Mursyid R. 70 70% 5. Alfiyan Abidin 75 75% 6. Anjili Rahmawati 75 75% 7. Arik Dwi Purnomo 70 70% 8. Avan Nuril Ahmad 95 95% 9. Berliana Elda Putri 90 90% 10. Betty Silvia Kusuma 85 85% 11. Dedi Ardika Dwi 90 90% 12. Didin setiawan 40 40% 13. Dzihan Elhapy 95 95% 14. Fina Dwi Asih 95 95% 15. Fithrotul Hasanah 95 95% 16. Hanif Fathur Rosyidin 80 80% 17. Imam Masluhan 75 75% 18. Ira Hidayati 85 85% 19. Luluk Farida 95 95% 20. M. Fajar Adi Lestari 80 80% 21. Moh. Choiri Fadli 50 50% 22. Nanik Rahmawati 80 80% 23. Ni'matul Khusnia 95 95% 24. Novi Dianita Sari 90 90% 25. Nur Anis Saidatil Ula 80 80% 26. Nur Fadhilah 65 65% 27. Nur Hidayatul Ilmiyah 90 90% 28. Nurul Fadhilah 90 90% 29. Nurul Faizah 95 95% 30. Roikhatul Jannah 85 85% 31. Saiful Anwar A. 75 75% 32. M. Saiful Anwar B. 60 60% 33. Shoihul Hamdani 80 80% 34. Sinthya Devi W. 85 85% 35. Sintia Farqa Agustin 65 65% 36. Yuli Setiawan 95 95% 37. M.Rizki Yugo Utomo 100 100% 38. Mulyasaro 95 95% 39. M. Faisol 95 95% 40. M. Rosad 85 85% 41. M. Hasbi Tidak masuk sekolah 42. M. Zainuddin 95 95% 43. Humrotus S. 95 95% 44. Khusnul Kh. 95 95% 45. Kholilah 75 75% 46. Zainul Umum 50 50% 47. Fathur Rohman Tidak masuk sekolah 48. Marghopi 70 70% 49. M. Romli 85 85% Jumlah 3855 Rata-rata 82 Prosentase 82% Lampiran IX Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Tes Lisan Siklus Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II No Urut Siswa Siklus I Prosentase Siklus II Prosentase 1. Luwis David 10 66,6% 13 86,6% 2. Ahmad Firdausi 6 40% 13 86,6% 3. M. Nur Adi Cahyono 6 40% 13 86,6% 4. Ahmad Mursyid R. 5 33,3% 9 60% 5. Alfiyan Abidin 10 66,6% 10 66,6% 6. Anjili Rahmawati 5 33,3% 10 66,6 7. Arik Dwi Purnomo 5 33,3% 11 73,3% 8. Avan Nuril Ahmad 10 66,6% 14 93,3% 9. Berliana Elda Putri 10 66,6% 13 86,6% 10. Betty Silvia Kusuma 7 46,6% 10 66,6% 11. Dedi Ardika Dwi 5 33,3% 10 66,6% 12. Didin setiawan 5 33,3% 12 80% 13. Dzihan Elhapy 7 46,6% 9 60% 14. Fina Dwi Asih 7 46,6% 10 66,6% 15. Fithrotul Hasanah 10 66,6% 14 93,3% 16. Hanif Fathur Rosyidin 9 60% 12 80% 17. Imam Masluhan 6 40% 13 86,6% 18. Ira Hidayati 6 40% 12 80% 19. Luluk Farida 9 60% 11 73,3% 20. M. Fajar Adi Lestari 7 46,6% 11 73,3% 21. Moh. Choiri Fadli 5 33,3% 9 60% 22. Nanik Rahmawati 11 33,3% 14 93,3% 23. Ni'matul Khusnia 9 60% 13 86,6% 24. Novi Dianita Sari 5 33,3% 10 66,6% 25. Nur Anis Saidatil Ula 5 33,3% 9 60% 26. Nur Fadhilah 5 33,3% 10 66,6% 27. Nur Hidayatul Ilmiyah 5 33,3% 8 53,3% 28. Nurul Fadhilah 9 60% 9 60% 29. Nurul Faizah 13 86,6% 15 100% 30. Roikhatul Jannah 7 46,6% 11 73,3% 31. Saiful Anwar A. 9 60% 12 80% 32. M. Saiful Anwar B. 7 46,6% 9 60% 33. Shoihul Hamdani 5 33,3% 9 60% 34. Sinthya Devi W. 5 33,3% 10 66,6% 35. Sintia Farqa Agustin 5 33,3% 7 46,6% 36. Yuli Setiawan 12 80% 14 93,3% 37. M.Rizki Yugo Utomo 7 46,6% 12 80% 38. Mulyasaro 7 46,6% 10 66,6% 39. M. Faisol 7 46,6% 8 53,3% 40. M. Rosad 5 33,3% 12 80% 41. M. Hasbi 5 33,3% Tidak masuk sekolah 42. M. Zainuddin 8 53,3% 7 46,6% 43. Humrotus S. 15 100% 15 100% 44. Khusnul Kh. 15 100% 15 100% 45. Kholilah 11 73,3% 11 73% 46. Zainul Umum 11 73,3% 11 73% 47. Fathur Rohman 6 40% Tidak masuk sekolah 48. Marghopi 5 33,3% 9 60% 49. M. Romli 15 100% 15 100% Keterangan a) Jumlah total keseluruhan terdapat 49 siswa b) Pada siklus II ada dua siswa yang tidak hadir, sehingga keseluruhan siswa yang hadir pada siklus II terdapat 47 siswa. Lampiran XII Perbandingan Hasil Belajar pada Tes Tertulis Siswa pada Siklus Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II No Urut siswa Pra Tindakan Siklus I Siklus II 1. Luwis David 60 70 95 2. Ahmad Firdausi 60 75 75 3. M. Nur Adi Cahyono 40 75 75 4. Ahmad Mursyid R. 37 75 70 5. Alfiyan Abidin 80 70 75 6. Anjili Rahmawati 60 62 75 7. Arik Dwi Purnomo 30 65 70 8. Avan Nuril Ahmad 6 45 95 9. Berliana Elda Putri 78 50 90 10. Betty Silvia Kusuma 70 55 85 11. Dedi Ardika Dwi 38 50 90 12. Didin setiawan 34 34 40 13. Dzihan Elhapy 40 45 95 14. Fina Dwi Asih 60 60 95 15. Fithrotul Hasanah 60 85 95 16. Hanif Fathur Rosyidin 60 70 80 17. Imam Masluhan 60 65 75 18. Ira Hidayati 72 70 85 19. Luluk Farida 77 55 95 20. M. Fajar Adi Lestari 60 50 80 21. Moh. Choiri Fadli 40 10 50 22. Nanik Rahmawati 60 90 95 23. Ni'matul Khusnia 60 90 95 24. Novi Dianita Sari 60 80 90 25. Nur Anis Saidatil Ula 60 65 80 26. Nur Fadhilah 70 80 65 27. Nur Hidayatul Ilmiyah 40 65 90 28. Nurul Fadhilah 60 75 90 29. Nurul Faizah 80 80 95 30. Roikhatul Jannah 60 75 85 31. Saiful Anwar A. 60 45 75 32. M. Saiful Anwar B. 40 70 60 33. Shoihul Hamdani 30 50 80 34. Sinthya Devi W. 40 60 85 35. Sintia Farqa Agustin 40 60 65 36. Yuli Setiawan 60 75 95 37. M.Rizki Yugo Utomo 60 85 100 38. Mulyasaro 60 60 95 39. M. Faisol 60 80 95 40. M. Rosad 80 75 85 41. M. Hasbi 40 78 - 42. M. Zainuddin 40 80 95 43. Humrotus S. 80 75 95 44. Khusnul Kh. 80 70 95 45. Kholilah 80 70 75 46. Zainul Umum 60 70 50 47. Fathur Rohman 60 65 - 48. Marghopi 60 50 70 49. M. Romli 60 75 85 Jumlah 2796 3229 3855 Rata-rata 57,1 65,89 82,62 Prosentase 57,1% 65,9% 82,62% Lampiran XIII RIWAYAT HIDUP Imam Zubaidy Ansory dilahirkan di desa Tanggung Kecamatan Turen Kabupaten Malang Jawa Timur pada tanggal 7 April 1978. Dia adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari ibunda Siti Zubaidah dan ayahanda Kasminto. Pada tahun 1985 dia mulai memasuki pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 04 Sedayu, dan menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 1991. Pada tahun yang sama dia melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 01 Turen, dan menyelesaikan pendidikan SMP pada tahun 1994. Kemudian pada tahun 1991 setelah lulus dari SMP Negeri 01 Turen, dia melanjutkan studinya di SMK Negeri 01 Singosari mengambil Jurusan Mesin Produksi. Selanjutnya setelah hampir sepuluh tahun bekerja di perusahaan-perusahaan swasta kemudian melanjutkan kuliah diploma dua di UIN Malang dengan mengambil Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan memperoleh gelar Sarjana Muda (A. Md).