You are on page 1of 13

25

BAB III. BAHAN BAKAR DAN PELUMAS


A. BENSIN
Bensin sering juga disebut Gasoline atau Petrol. Bensin untuk kendaraan bermotor dapat dibedakan atas 4 tingkat, yaitu : 1. Bensin Putih, yaitu Bensin yang mempunyai angka oktan yang sangat rendah, sehingga saat ini jarang digunakan. 2. Bensin Reguler, yaitu Bensin yang mengandung sedikit Tetraethylead, karena itu mempunyai angka oktan yang lebih baik dari Bensin putih. 3. Bensin Premium, yaitu Bensin yang mempunyai sifat anti ketukan yang lebih baik dari Bensin Reguler, sehingga sangat banyak dipakai pada mesin dengan kompresi yang lebih tinggi untuk semua kondisi. 4. Bensin Super Premik, yaitu Bensin yang mempunyai angka oktan lebih tinggi lagi dan dapat digunakan untuk motor Bensin dengan kompresi tinggi. Bensin produksi Pertamina yang dijual di pompa-pompa Bensin di Indonesia umumya adalah jenis Bensin Premium dan Super Premik. Kedua jenis Bensin tersebut mempunyai angka oktan masing-masing untuk Premium dengan angka oktan 86-88 dan untuk Bensin Premik dengan angka oktan 9799. Bensin yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Bensin Premium. Sedangkan Bensin Premik mempunyai harga yang lebih mahal, sehingga penggunaannya masih terbatas pada motor Bensin tertentu. Bensin adalah bahan bakar yang diperoleh dari hasil pemurnian minyak bumi. Di dalamnya terutama terkandung unsur-unsur Carbon dan Hidrogen. Sifat-sifat utama Bensin adalah (Toyota, 1982) : 1. Mudah menguap pada suhu biasa. 2. Tidak berwarna, jernih dan berbau merangsang. 3. Titik nyala rendah. 4. Berat jenis rendah 5. Melarutkan minyak dan karet. 6. Menghasilkan panas yang besar. 7. Meninggalkan sedikit sisa karbon. Bensin untuk kendaraan terdiri dari campuran hydrokarbon yang 0 didistalasi pada suhu 100 F, dan campuran ini terdiri dari : 1. Straight Run Nephta yaitu minyak bumi yang mendidih sampai pada suhu 4000F. 2. Reformed Nephta yaitu hasil yang sama volatilenya, diperoleh secara thermis atau dehedrogenasi katalistis dari Nephta yang berat. 3. Cracked Nephta produk yang sama volatilenya, diperoleh dengan proses thermis distalasi sedang seperti gas (gas oil). 4. Casing Head Gasoline, gasoline yang diperoleh sebagai hasil dari proses distilasi kering natural minyak. Angka oktan pada Bensin adalah suatu bilangan yang menunjukkan kemampuan bertahan terhadap gejala knocking. Makin besar angka oktannya makin besar pula kemampuan bertahan Bensin terhadap gejala knocking. Dengan kata lain, makin tinggi nilai angka oktan makin kurang kemungkinan

26

terjadi detonasi (knocking). Angka oktan dari suatu Bensin tergantung dari struktur senyawa hydrokarbon yang terdapat pada Bensin tersebut. Sedangkan anti knocking pada Bensin diukur dengan mesin CFR (Cooperative Fuel Research Engine) di mana harga perbandingan mesin dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Besar kecilnya angka oktan tergantung pada prosentase iso oktan dan normal heptan yang terkandung di dalam Bensin. Apabila di dalam suatu bahan bakar terkandung 80% iso oktan dan 20% normal heptan maka dapat dikatakan bahwa angka oktan bahan bakar tersebut adalah 80. Penambahan iso oktan pada bahan bakar akan menghemat pemakaian bahan bakar. Sebab dengan bertambahnya iso oktan, akan bertambah pula angka oktannya. Angka oktan ini dapat pula ditambah dengan menambahkan anti Knock Agent yang berupa (C2H5)4 Pb atau biasa di sebut TEL (Tetra Ethyl Lead), TBA (Tertiary Butyl Alcohol). Selain bahan tambah anti knocking, bahan bakar Bensin mempunyai bahan tambah lainnya seperti : 1. Oxidation Inhibitor yaitu untuk membantu mencegah terbentuknya karat pada saat Bensin disimpan. 2. Metal Deactivators yaitu untuk melindunga Bensin dari efek yang merugikan terhadap metal tertentu selama proses penyulingan atau di dalam sistem bahan bakar kendaraan. 3. Bahan anti karat (Anti Rust Agent) yaitu untuk melindungi sistem bahan bakar mobil dari kemungkinan berkarat. 4. Anti Acers yaitu untuk menghilangkan pembekuan dalam karburator dan pipa bahan bakar. 5. Detergent untuk mempertahankan kebersihan karburator. Porses pembakaran dari bahan bakar TEL dan TBA yang berlangsung mengakibatkan dampak lingkungan, maka jenis bahan bakar tersebut mulai di tinggalkan dan di ganti dengan bahan tambah baru. Adapun jenis bahan bakar yang telah di sempurnakan dan menggunakan bahan tambah adalah Premik 92 dan Premik 94. Ada pun bahan tambah yang di anjurkan antara lain : 1. Metanol, memiliki sifat fisik yang sesuai dengan bahan bakar terutama di daerah Tropis, dengan nilai Oktan 106114 , selain sebagai bahan tambah juga dapat di pergunakan sebagai campuran Bensin dengan tambahan alkohol lain. 2. Ethanol, dapat di pergunakan sebagai pencampur Bensin dengan kadar 10% sampai 20% volume. 3. Iso-Propil-alcohol, dapat di pergunakan sebagai bahan pencampur Bensin dengan kadar 5% sampai 10% volume. 4. Ethyl Tertyary Ether (ETBE), digunakan sebagai Cosolven (senyawa campuran untuk alkohol agar campuran dalam Bensin stabil dan mempunyai toleransi air cukup besar). Bensin dengan angka oktan tinggi dapat digunakan pada motor Bensin yang mempunyai perbandingan kompresi yang tinggi pula. Jadi Bensin dengan angka oktan tinggi tidak menguntungkan jika di pakai pada motor Bensin dengan berkompresi rendah. Oleh sebab itu, dari tahun ke tahun perbandingan kompresi mesin bertambah besar, ini sejalan dengan meningkatnya nilai oktan bahan bakar yang dapat dibuat (Obert, 1973, Taylor, 1961). Perbandingan

27

kompresi yang sesuai untuk suatu bahan bakar sangat tergantung pada kombinasi antara design dan faktor operasi mesin. Hal ini hanya dapat ditentukan dengan suatu percobaan untuk tipe mesin tertentu dan tipe pemakaian (Taylor, 1961). Berarti tidak mudah memastikan perbandingan kompresi maksimum, kecuali untuk mesin tertentu dengan kondisi operasi yang tertentu pula. Jika perbandingan kompresi jauh di bawah keadaan yang dapat menimbulkan detonasi, maka daya mesin dengan bahan bakar bernilai oktan 65 dan nilai oktan 85 besarnya hampir sama (Obert, 1973).

B. SOLAR
Kebanyakan orang mengira bahwa semua motor diesel menggunakan bahan bakar diesel (diesel fuel oil) karena beberapa jenis motor diesel menggunakan bahan bakar campuran (dual fuel). Motor ini menggunakan gas natural dan minyak diesel dan ada yang menggunakan gas saja. Minyak diesel atau solar diproduksi dari minyak mentah (crude oil). Minyak mentah adalah senyawa hidrokarbon (senyawa kimia yang memiliki unsur hidrogen dan karbon) seperti:benzin, pentan, heksan, heptan, toluene, propan dan butan. Untuk memisahkan hidrokarbon, minyak mentah dipanaskan dan hidrokarbon yang berbeda akan diambil berupa uap yang memiliki titik didih terendah akan diambil uapnya dahulu. Setelah memisahkan gas natural dari minyak mentah, temperatur minyak mentah, temperatur minyak mentah dinaikkan suhunya sampai ketemperatur didih tertinggi dari hidrokarbon berikutnya. Ini adalah gasoline dengan kadar oktan tinggi. Setelah memisahkan bensin kadar oktan tinggi selesai, selanjutnya temperatur dinaikkan lagi untuk memperoleh hidrokarbon yang memiliki titik didih berikutnya, dan seterusnya sehingga diperoleh semua gasoline komersial, kerosin, solar, minyak pemanas domestik, minyak bakar industri, paraffin,dan seterusnya, sampai sisa akhir yaitu coke dan aspal.

1. Karakteristik Solar
a. Nilai Pembakaran Atau Nilai Panas (Heat Value)
Nilai panas merupakan indikasi beberapa tenaga panas yang dihasikan apabila bahan bakar tersebut dibakar habis. Nilai panas suatu bahan bakar dapat dihitung dengan alat yang disebut kalorimeter. Satuan nilai panas atau nilai pembakaran adalah Kkal/ltr atau per kg.

b. Berat jenis
Berat jenis dari suatu cairan seperti minyak diesel, adalah perbandingan berat minyak diesel terhadap berat air pada volume yang sama. Diukur menggunakan alat yang disebut higrometer. Berat jenis dari minyak bahan bakar diesel mempengaruhi penetrasi semprotan ketika bahan bakar diinjeksikan kedalam ruang bakar atau ruang silinder motor. Hal ini berpengaruh pula kepada nilai kandungan panas dari minyak bahan bakar. Minyak dengan berat jenis yang besar mempunyai nilai panas yang lebih tinggi.

28

c. Titik Sambar (Flash Point)


Titik sambar suatu minyak bakar adalah temperatur minyak dimana minyak itu harus dipanaskan, hingga ia mengeluarkan uap minyak yang cukup untuk menyalakannya jika berhubungan dengan api. Titik nyala lebih tinggi dari titik sambar, temperatur minyak dimana uap minyak akan terus terbakar setelah dinyalakan. Titik sambar menjadi indikasi dari bahan bakar terhadap bahaya kebakaran. Titik sambar minyak diesel type 1-D adalah 37,7C atau 100F. untuk minyak diesel type 2-D titik sambarnya 51,6C atau 125F dan untuk minyak diesel type 4-D titik sambarnya 54,4C atau 130F.

d. Titik Kabut Dan Titik Lumer (Cloud Point Dan Pour Point)
Titik kabut minyak diesel adalah temperatur minyak diesel, dimana pada temperatur itu komponen hidrokarbon dari minyak diesel tidak dapat larut lagi. Titik lumer adalah temperatur minyak disel dimana minyak diesel tersebut menjadi tidak dapat larut yang mencegahnya dari mengalir pada keadaan itu..

e. Kekentalan (Viskosity)
Kekentalan atau viskositas adalah sifat dari cairan yang menghambat gaya yang menyebabkan cairan dapat mengalir. Aliran diukur dengan alat yang disebut viscometer. Viscositas dari minyak diesel mempengaruhi bentuk pengabutan. Minyak diesel dengan viscositas rendah akan menghasilkan pengabutan yang halus sedangka nminyak diesel dengan viskositas yang besar akan menghasilkan pengabutan yang kasar.

f. Volatility
Volatility dari suatu cairan bahan bakar adalah kemampuan berubah menjadi uap. Volatility dari suatu cairan dinyatakan dengan perbandingan uap udara yang dapat dibentuk pada temperatur tertentu. Pada minyak diesel volantility dinyatakan dalam 90 % temperatur distilasi, yaitu temperatur dimana 90 % minyak diesel didistilasi. Jika volatility turun, kotoran karbon dalam beberapa motor, keausan meningkat. Beberapa motor akan mengeluarkan asap lebih banyak jika volatility turun.

g. Kualitas Penyalaan.
Kualitas penyalaan minyak diesel, yaitu kemudahan minyak diesel menyala atau terbakar, dan sifat sari pembakarannya, dinyatakan dengan angka setan diperoleh dengan membandingkan bahan bakar dengan setan (cetane) . Semakin tinggi angka setan semakin pendek saat antara waktu pengabutan dengan saat mulai penyalaan.

h. Sisa Karbon (Karbon Residu)


Sisa karbon menunjukkan jumlah karbon atau kotoran karbon yang tertinggal didalam ruang bakar setelah proses pembakaran campuran udara dengan bahan bakar. Sisa karbon dapat diukur dengan alat kontainer tertutup.

29

i. Kandungan Belerang
Kandungan belerang didalam minyak diesel akan mengakibatkan peningkatan keausan pada ring piston dan dinding silinder. Kandungan belerang pada minyak diesel juga mengakibatkan terjadinya zat yang mengakibatkan korosi pada permukaan logam dan juga menimbulkan zat-zat kimia yang tidak diinginkan pada knalpot. Minyak diesel yang mempunyai kandungan belerang yang tinggi juga sering mengandung campuran nitrogen, yang menimbulkan keausan yang besar pada komponen-komponen motor.

j. Oksidasi dan Kandungan Air


Problem yang sering dihadapi oleh saringan bahan bakar adalah ia sering tersumbat oleh partikel-partikel mekanis, debu dan kontaminasi air yang terdapat atau larut dalam minyak diesel. Kandungan air, partikel mekanis, debu dan oksidasi dalam minyak dikarenakan system penyimpanan yang jelek. Minyak diesel harus dilindungi dari kotoran-kotoran mekanis dan debu agar bisa dikurangi pembentukan oksid partikel besi dalam tanki penyimpanan, dalam pipa-pipa yang kotor berdebu dan dalam pompa injeksi ketika motor dalam kecepatan ideal.

2. Sifat Utama Solar


Solar merupakan salah satu jenis bahan bakar yang dapat digunakan pada motor diesel mengingat titik nyalanya, temperatur bakarnya, kalori yang ditimbulkan, daya lumas dan harganya. Seperti halnya bensin, solarpun adalah hasil penyulingan minyak bumi. Sifat utama solar adalah: a. Tidak berwarna atau berwarna kuning muda dan berbau b. Tidak terlalu mudah menguap dalam temperatur normal c. Titik nyala minimumnya bila dekat api 40100 0 C dibandingkan dengan solar yang hanya mencapai 10150C d. Temperatur nyalanya (flash point) adalah 3800C dibandingkan dengan solar 3500C e. Berat jenisnya sekitar 0,82-0,86 f. Kalori yang dihasilkan 10500 kcal/kg g. Dibandingkan dengan bensin kandungan sulfurnya lebih banyak yaitu 0,8-0,9% untuk solar yang dijual dipasaran (Toyota, 1972; hal. 2-5) h. Cetana number untuk solar kisarannya 42-45 (Mathur, M.L & Sharma, R.P, 1980; hal. 270)

3. Syarat-syarat Solar
Kualitas berikut ini diperlukan oleh solar untuk memberikan kerja mesin yang maksimal : 1) Mudah terbakar 2) Tetap encer pada suhu dingin (tidak membeku) 3) Mempunyai daya pelumas 4) Kekentalan yang sesuai 5) Kandungan sulfur sekecil mungkin 6) Stabil (tidak berubah dalam kualitas)

30

4. Nilai Cetane (Cetane Number)


Nilai cetane (cetane number) atau tingkatan dari bahan bakar solar adalah satu cara untuk mengontrol bahan bakar solar dalam kemampuan untuk mencegah terjadinya knocking. Solar dengan nilai cetane tinggi akan tahan terhadap knocking dibanding dengan nilai cetane rendah. Nilai cetane adalah perbandingan antara normal cetane dengan (alpha) methyl naptalene.

C. OLI MESIN
Minyak pelumas yang banyak dipakai pada kebanyakan motor diesel atau motor bensin dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu berasal dari minyak bumi dan beraal dari minyakbuatan (sintetik). Jenis klasifikasi minyak pelumas dari minyak bumi pabrik membuat klasifikasi sendiri. Menurut standar yang dikeluarkan oleh SAE (The Society Of Automotive Engineer) dapat dikatagorikan menurut viskositasnya yang disebut vicosity grades. Sistem SAE didasarkan pada kekentalan atau viskositas. Faktor laindari minyak pelumas tidak dinyatakan. Tes viskositas yang diukur viskositasnya dipanaskan hingga mencapai temperatur terentu dan biasanya 100 0C. Waktu diukur dalam detik untuk mengalirkan sejumlah oli melalui lubang dalam viskometer dan waktunya dicatat. Viskositas minyak pelumas akan berubah karena perubahan suhunya. Klasifikasi lain dari minyak pelumas menurut API (American Petrolium Institute) adalah mengklasifikasikan dalam seri S dan seri C. Seri S digunakan oleh kendaraan penumpang dan truk-truk kecil yang biasanya bermotor bensin. Sedangkan seri C digunakan oleh kendaraan komersial, alat pertanian, kendaraan kontruksi dan kendaraan angkutan jalan tol yang biasanya bermotor diesel. Kentungan minyak sintetik adalah bagus dipakai pada temperatur rendah, stabiltas vikositas lebih tinggi walaupun temperatur motor berubah-ubah, efek oksidasi dapat dikurangi, keausan dapat berkurang dan kemampuan dukung beban dapat meningkart, mengurangi hillangnya minyak karena penguapan, mengurangi naiknya temperatur karter, konsumsi minyak oli irit, mengurangi jumlah endapan pada karter, penggantian oli lebih jarang, pengiritan bahan bakar.

1.Fungsi Pelumasan
a. Pelumasan
Pelumasan akan menghasilkan lapisan tipis antara bagian-bagian yang bergesekan sehingga tidak bergesekan langsung sehingga mengurangi gesekan, panas dan keausan.

b. Perapat (Sealing)
Minyak pelumas akan membuat antara ring piston dan dinding silinder menjadi betul-betul rapat sehingga tidak terjadi kebocoran terutama pada langkah kompresi dan langkah usaha dari motor.

31

c. Pendinginan
Minyak pelumas banyak mengambil panasdari piston yang sangat panas yang berhubungan langsung dengan gas pembakaran. Panas ditranfer ke dinding silinder melalui ring piston dan lapisan minyak antara ring dan dinding silinder yang selanjutnya ke kantong air pendingin didalam blok motor.

d. Mencegah deposit
Ring piston harus bersih dari kotoran deposit karbon. Dihapus dengan adanya oli pelumas.

e. Mencegah lapisan karbon pada piston


Piston harus bebas dari lapisan pendinginanya. Dilakukan oleh oli pelumas. karbon agar tidak terganggu

f. Menggendalikan endapan
Endapan kotoran dan keausan logam harus dibuang dan dicegah untuk tidak turut didalam sistem pelumasan.sebagian besar partikel dapat dibendung oleh saringan oli (filter). Endapan dibuang dengan bersamaannya dilakukan penggantian oli.

g. Melindungi bantalan
Minyak pelumas akan melindungi bantalan yang selalu bergesekan dengan metal jalan dan mendukung beban.

h. Mencegah debu
Komponen-komponen motor seperti tapet, batang katup, ring piston, dinding silinder dll suka menerima debu. Pencegahan dengan olipelumas.

i. Mencegah keausan
Pelumasan yang bagus akan melapisi komponen-komponen yang bergesekan sehingga dapat dicegah keausannya.

j. Menggendalikan deposit karbon


Minyak pelumas mencegah atau mengurangi terbentuknya deposit karbon pada ruang bakar motor.

2. Sifat Utama Oli Mesin


Oli mesin harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : a.Sebagai pelumasan b.Bersifat pendingin c. Sebagai perapat d.Sebagai pembersih e.Sebagai penyerap tekanan

32

3. Syarat-syarat oli mesin


Oli mesin harus mempunyai syarat sebagai berikut : a.Harus mempunyai kekentalan yang tepat b.Kekentalan harus stabil terhadap pengaruh suhu c. Oli mesin harus sesuai dengan penggunaan d.Tidak merusak (anti karat) terhadap komponen e.Tidak menimbulkan busa

4. Jenis Oli Mesin


a. Klasifikasi Kekentalan
Kekentalan menunjukkan kemampuan mengalir dari suatu cairan. Oli cenderung menjadi encer dan mudah mengalir ketika panas dan cenderung menjadi kental yang susah mengalir ketika dingin. Kekentalan dari oli dinyatakan oleh angka yang disebut indek kekentalan. Indek rendahnya olinya encer, indeknya tinggi olinya kental. Suatu badan internasioal SAE (Society of Automotive Engineer) adalah: badan yang menentukan standar kekentalan dari oli.

b. Kekentalan Indek
1. Oli dengan kekentalan indek rendah berarti kekentalannya rendah 2. Oli dengan indek kekentalan 10W-30 disebut multi grade, kekentalannya tidak terpengaruh oleh perubahan temperatur/musim dan dapat digunakan sepanjang tahun 3. Indek kekentalan yang diikuti oleh huruf W menunjukkan kekentalan pada temperatur -20 derajat celcius, sedangkan yang tidak mengunakan huruf W menyatakan kekentalan pada temperatur 100 oC

c. Klasifikasi Kualitas
Kualitas oli mesin diklasifikasikan sesuai dengan standar API (American Petroleum Institute). Klasifikasi oli mesin untuk mesin bensin ditunjukkan dengan huruf depan S (SA,SB,SC,SD,.dst). Klasifikasi oli mesin untuk mesin diesel ditunjukkan dengan huruf depan C (CA,CB,CC,CD,.dst). Semakin besar huruf belakang semakin besar kualitas oli tersebut (oli dengan grade CD lebih baik dari oli dengan grade CC).

D. GEAR OLI (OLI RODA GIGI)


Oli roda gigi adalah untuk melumasi transmisi manual, differential, dan steering gear.

1. Syarat-syarat oli roda gigi


Oli roda gigi harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut : a.Kekentalan harus sesuai b.Mempunyai kemampuan memikul beban c. Tahan terhadap panas dan oksidasi

33

2. Tipe Oli Roda Gigi


a. Klasifikasi dalam kekentalan
Pada umumnya oli roda gigi dibagi 6 indek kekentalan SAE (75W, 80W, 85W, 90, 140, 250). Khusus untuk kendaraan Phanter menggunakan SAE 40 untuk tranmisi, SAE 140 untuk differential. Transmisi dan differential umumnya mengunakan SAE 90 atau 80W-90

b. Klasifikasi dalam Kualitas Penggunaan


Kualitas oli roda gigi diklasifikasikan sesuai dengan standar API (American Petroleum Insitute). Klasifikasi oli roda gigi adalah GL (Gear Lubrication). Semakin besar angka belakang semakin baik kualitas oli tersebut (gear oli GL1 lebih jelek dari oli GL2). Pada umumnya, gear oli GL digunakan untuk melumasi steering gear, oil GL4 atau GL5 digunakan untuk transmisi manual, gear oil GL5 digunakan untuk differential tipe hypoid gear.

E. GEMUK (GREASE)
Gemuk adalah pelumas padat yang terbuat dari pelumas cair (oli) yang mempunyai bahan pengental (thickening agent). Ada dua tipe utama dari bahan pengental: a metalic soap dan a non soap, tipe yang umumnya digunakan adalah a metalic soap.

1. Sifat Utama dari Gemuk


Gemuk memiliki beberapa sifat yang tidak dapat dilakukan oleh oli

a. Keuntungannya
1.Pelumas tahan lama. 2.Mencegah menempelnya kotoran atau air 3. Mempunyai daya tahan terhadap beban tinggi

b. Kerugiannya
1.Gemuk lebih sulit dalam penanganan (penggantian dan pengisian). 2.Mempunyai tahanan gerak besar 3. Kemampuan pendinginan rendah (tidak mengalir) 4.Sulit untuk membersihkan kotoran

2. Tipe Gemuk
Uraian berikut ini hanya berisi sebagian kecil dari tipe gemuk yang biasa digunkan untuk melumasi chassis, bearing roda dan joint-joint dari suspensi

3. Gemuk untuk Chassis


Pada umumnya ada 2 tipe gemuk yang digunakan pada casis.

a. Lithium Soap Base Multi Purpose Grease (NLGI#2)


Gemuk ini tahan terhadap air dan panas yang penggunaannya ditempatkan dimana gerakannya kontiniu, seperti;

34

- Kopling (Clutch) - Steering linkage

- Shackle pin - King pin

-Propeller shaft

b. Molybdenum Disulfide Lithium Soap Base Grease (NLGI#2)


Gemuk ini biasa disebut gemuk chassis Special atau long life dan digunakan dalam area yang tahan tekanan tinggi, seperti : - Kopling (Clutch) - Constant velocity joint - Ball joint - Rack and pinion steering gear - Suspension arm NLGI#2: National Lubrication Grease Institute, mempunyai spesifikasi indek yang tetap untuk gemuk, angka yang ditunjukkan besar berarti gemuk lebih kental. Gemuk yang dipakai untuk bantalan roda adalah Lithium Soap Base Multi Purpose Grease (NLGI#2). Karakteristik yang diperlukan gemuk bantalan roda adalah sebagai berikut: (1) Gemuk harus tahan panas karena temperatur pada wheel hub bisa mencapai 1300 celcius, (2) Mempunyai kestabilan oksidasi dan tahan lama tahan terhadap kerusakan karat Tindakan pencegahan berikut ini harus dilakukan untuk menjamin keuntungan dari penggunaan gemuk : . Membersihkan dan mengeringkan bantalan . Dalam mengisi gemuk pada wheel hub jangan berlebihan . Jangan mencampur gemuk bantalan roda dengan gemuk lain . Menjauhkan gemuk dari kotoran

F. MINYAK TRANSMISI OTOMATIS (ATF)


Automatic Transmission Fluid (ATF) adalah minyak berkualitas tinggi, dengan bermacam-macam bahan tambahan. Dalam penggunaan ATF digunakan oleh transmisi automatic dan power steering. Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh ATF sebagai berikut : 1. Viskositas yang tepat dan dapat memudahkan gerakan secara efisien 2. Karakteristik yang tepat agar dapat memindahkan gigi secara lembut 3. Harus dapat melumasi karena di dalam sistem ini ada bagian-bagian yang bergerak 4. Tahan karat 5. Anti Oksidasi, karena pada sistem ini terdapat udara 6. Tidak berbusa. Minyak ATF ini tidak boleh berbusa. 7.Tidak merusak seal yang ada pada sistem rem. ATF adalah minyak yang dipakai untuk transmisi dan mempunyai fungsi sebagai berikut; 1. Bekerja akibat perpindahan panas (torque converter) 2. Melumasi gigi, clutch dan sebagainya (bagian planetary gear) 3. Bekerja sebagai minyak penggerak dari mekanisme otomatis yang menggerakkan mekanisme transmisi. Ada 2 macam ATF, yatu; 1. Dextron, yaitu yang banyak digunakan untuk kendaraan yang diproduksi GM, Chrysler, AMF, Mercedes dan sebagainya. 2. Type F, digunakan untuk ford dan kendaraan produksi Jepang.

35

Apabila ATF tipe F digunakan dalam transmisi otomatis yang memakai Dextron, maka pada brake dan clutch akan terjadi perlawanan tiba-tiba dan begitu juga getaran pada shiftingnya. Sebaliknya jika seharusnya menggunakan Dextron tetapi menggunakan ATF Tipe F, maka akan didapatkan pemindahan gigi yang kasar, dimana hal ini sangat tidak diinginkan pada transmisi otomatis..

G. MINYAK REM
Pada mulanya minyak rem dibuat dari bahan dasar minyak castrol yang dicampur dengan alkohol. Tetapi akhir- akhir ini minyak rem dengan mutu tinggi dibuat dari bahan oli mineral yang ditambah dengan zat aditif sebagai penyeimbang. Karakter penting dari minyak rem adalah, pada berbagai keadaan harus tetap berada dalam keadaan cair. Dengan kata lain, minyak rem harus berpenampilan baik dan tidak menguap pada temperatur tinggi serta tidak membeku pada cuaca dingin. Selain itu, minyak rem harus mampu melumasi seluruh bagian rem, baik yang bergerak maupun yang tidak tanpa merusak. Plastik dan karet misalnya tidak mengembang dan tidak rusak bila terkena minyak rem. Dan minyak harus dapat menahan timbulnya karat pada logam- logam di dalam sistem rem. Dasar mutu standar minyak rem sangat bervariasi, terutama dalam spesifikasi dan dalam pemakaiannya. Hal ini tergantung pada standar yang diberikan oleh pabrik pembuat kendaraan. Tentunya yang terbaik adalah bila kita mengetahui dan menggunakan standar internasional yang telah ada, yaitu dengan sebutan DOT. Angka ini merupakan standar yang diberikan oleh United State Departement of Transport. Untuk pemakaian yang baik harus menggunakan standar DOT yang mempunyai batas temperatur minimum agar minyak rem tidak mendidih. Bila minyak rem mendidih akibat peningkatan temperatur, maka akan terjadi fenomena yang dinamakan penguncian uap (vapour lock), yakni gelombang uap yang terbentuk pada sistem rem akan terpisah dari cairan, serta sangat sulit untuk meneruskan tekanan. Akibatnya, bila pengemudi menginjak pedal rem, maka tekanan akan lebih banyak menekan uap daripada menekan cairan. Kasus ini bisa dikenal dalam istilah rem kenyal. Dalam beberapa kejadian, hal ini sering menimbulkan kegagalan pengereman. Oleh sebab itu untuk mencegah terjadinya penguncian oleh uap, maka minyak rem diformulasikan dengan titik didih tinggi. Walaupun demikian, titik didih yang tinggi dari minyak rem ini tidak dapat terus dipertahankan, karena minyak rem bersifat higroskopis (menyerap air), artinya struktur kimia yang digunakan dapat menyerap air dan akan menurunkan titik didih. Sesuai dengan waktu pemakaian, maka kandungan air terus meningkat dan titik didih pun terus menurun, sehingga masih memungkinkan terjadinya penguncian oleh uap. Peningkatan kandungan air pada minyak rem dapat menimbulkan karat didalam sistem rem. Hal ini menyebabkan tersumbatnya saluran rem dan tergoresnya bagian rem yang terbuat dari bahan non-metal, sehingga

36

menimbulkan kerusakan pada sistem rem. Agar hal ini tidak terjadi, maka perlu dilakukan penggantian minyak rem secara berkala. Beberapa pembuat kendaraan merekomendasikan penggantian minyak rem (contoh: penggantian dilakukan setiap tahun). Tetapi anjuran ini tidak mutlak dapat diikuti. Oleh karena kondisi minyak rem sangat tergantung dari cuaca, sehingga diperlakukan pemeriksaan secara berkala. Spesifikasi DOT selalu mengikuti skala temperatur tertentu, disamping mobilitas dari minyak rem pada temperatur yang sangat rendah, serta keterkaitannya dengan kemampuan menahan karat. Dengan cara ini kita dapat menentukan dengan cepat minyak rem yang cocok, baik yang berkualitas dibawah standar. Sebagai contoh minyak rem DOT 4 merupakan kualitas tertinggi dari minyak rem yang dapat diberlakukan sebagai minyak rem standar. Jelasnya untuk menentukan kualitas minyak rem ini perlu dilakukan banyak pengujian, baik di laboratorium maupun di lapangan dan yang perlu diperhatikan, bahwa minyak rem yang telah berubah warna menandakan kadar air telah meningkat cukup tinggi (melibihi ambang batas) di dalam minyak rem tersebut, sehingga minyak rem harus diganti.

Gambar 3.1 Jenis Minyak Rem Ada 3 macam minyak/cairan rem, yaitu (1) DOT 3 dan 4, cairan rem dengan bahan dasar etilglikol yang masih umum digunakan Sifatnya antara lain; beracun, korosif, mengabsorbsi air, merusak cat, (2) DOT 5 yaitu cairan rem berbahan dasar oli silikon yang relatif masih baru dipasarkan di Amerika dan Eropa (pengganti DOT 3 dan 4 bersifat anti-karat), dan (3) LHM & LHS, yaitu cairan rem berbahan dasar oli hidraulik, digunakan hanya pada mobil Citroen (Dilarang mencampur ketiga minyak rem tersebut) Minyak rem harus disimpan dalam kaleng atau wadahnya yang tertutup rapat, jika tidak cairan rem mengabsorbsi air yang terdapat pada udara luar. Kandungan air yang terdapat dalam minyak rem akan menyebabkan titik didih minyak rem menurun dan juga akan mengakibatkan korosi pada saluran rem. Contoh; suhu didih minyak rem yang baru dan belum terkontaminasi air 300oC, bila sudah bercampur dengan 5% air maka titik didihnya akan turun menjadi 150oC.

37

H. RANGKUMAN
Bensin yang dijual di pompa-pompa Bensin di Indonesia umumya adalah jenis Bensin Premium dan Super Premik. Kedua jenis Bensin tersebut mempunyai angka oktan masing-masing untuk Premium dengan angka oktan 86-88 dan untuk Bensin Premik dengan angka oktan 97-99. Bensin yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Bensin Premium. Minyak diesel atau solar diproduksi dari minyak mentah (crude oil). Minyak mentah adalah senyawa hidrokarbon (senyawa kimia yang memiliki unsur hidrogen dan karbon) seperti: benzin, pentan, heksan, heptan, toluene, propan dan butan. Untuk memisahkan hidrokarbon, minyak mentah dipanaskan dan hidrokarbon yang berbeda akan diambil berupa uap yang memiliki titik didih terendah akan diambil uapnya dahulu. Minyak pelumas yang banyak dipakai pada motor diesel atau motor bensin dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu berasal dari minyak bumi dan beraal dari minyak buatan (sintetik). Jenis klasifikasi minyak pelumas dari minyak bumi pabrik membuat klasifikasi sendiri. Menurut standar yang dikeluarkan oleh SAE (The Society Of Automotive Engineer) dapat dikatagorikan menurut viskositasnya yang disebut vicosity grades.

I. EVALUASI
1. Jelaskan alasan perlunya dikembangkan bahan bakar alternatif pada saat ini! 2. Apakah yang dimaksud dengan Titik nyala (bensin -10 0 s/d -150 dan solar 400 s/d 1000 C)? 3. Jelaskan perbedaan antara nilai oktan dengan nilai setana bahan bakar ! 4. Jelaskan kaitan antara nilai oktan dan nilai setana bahan bakar dengan saat pengapian pada motor bensin dan diesel ! 5. Jelaskan fungsi utama sistem pelumasan?

You might also like