You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu hak dasar manusia. Sebagai insan yang dikarunia dengan akal pikiran, manusia membutuhkan pendidikan dalam proses hidupnya. Dari mulai lahir hingga ke liang lahat, menusia yang berfikir akan selalu membutuhkan pendidikan. Seperti ketika manusia dapat berjalan pada masa balita. Di sana ada proses belajar yang dibimbing oleh orang tua sebagai pendidik manusia buat pertama kali. Lebih jauh, ketika harus berinteraksi dengan masyarakat, manusia memerlukan pendidikan agar dapat bermanfaat dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan. Menurut undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, pendidikan dapat dipahami sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam definisi yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia, dapat dipahami bahwa pendidikan itu tidak hanya ditujukan pada pengembangan kemampuan intelektual manusia. Pendidikan pula ditujukan untuk pengembangan manusia agar menjadi insan yang seutuhnya atau well-rounded person. Selain memiliki kemampuan intelektual, dibutuhkan pula pembinaan sikap mental, moral, dan pembentukan karakter manusia. Sehingga demikian, antara rasio dan nurani dapat saling mengendalikan dan melengkapi.

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan di Indonesia. Dalam menelusuri sejarah pendidikan di Indonesia, ada baiknya jika pembahasan ini dimulai sejak masa sejarah Indonesia, atau masa dimana tulisan telah ditemukan. Sehingga demikian, sejarah ini akan dijabarkan pada masa pra-kemerdekaan 1945 yang dimulai sejak masa klasik Hindu-Budha hingga pendudukan Jepang, dan masa pascakemerdekaan 1945 yang ditandai dengan gonta-ganti kurikulum pendidikan. B. Masa pra-kemerdekaan. 1. Masa hindu-budha. Agama hindu dan Budha sudah mulai masuk ke nusantara sejak abad ke-4. Bukti awalnya adalah ditemukan prasasti Yupa Kerajaan Kutai yang menceritakan tentang upacara keagamaan di sana. Di dalam sistem sosial masyarakatnya pun, pendidikan juga sudah mulai berkembang. Pengajaran agama dari para pendeta ke masyarakat dan kalangan bangsawan sudah tentu menggunakan sebuah sistem yang terstruktur. Tulisan Pallawa dan Sansekerta yang digunakan dalam tiap prasasti pun, tentu ada sistem pengajaran yang digunakan sehingga masyarakat pribumi mampu menguasainya. Menurut Agus Aris Munandar (1990) dalam

http://syaifmipa.blogspot.com/2009/12/sejarah-pendidikan-di-indonesia.html, pendidikan di era klasik ini disebut dengan Karsyan. Karsyan ini menunjuk pada tempat dimana orang yang mengundurkan diri dari hingar bingar masyarakat untuk mendekatkan dirinya pada dewa tertinggi. Di dalam sistem ini, dikenal dua istilah yakni Patapan dan Mandala.

Patapan adalah kegiatan seseorang yang menjauhi masyarakat dan berdiam di tempat-tempat yang menyendiri. Dalam patapan ini, seseorang akan bertapa untuk merenung dan mendekatkan dirinya kepada dewa. Dengan kegiatan seperti itu, dia bisa lebih memahami ajaran agama melalui kebatinannya. Ciri utama patapan ini adalah tempat yang tidak berupa bangunan. Patapan bisa di goa, pinggir sungai, atas bukit, dan tempat-tempat sunyi lainnya. Sedangkan mandala merupakan tempat pengajaran agama yang sifatnya lebih kolektif dan terstruktur. Mandala ini seperti tempat atau bangunan yang biasanya terletak di pinggir kota raja. Baik pendeta atau murid sama-sama diam dan belajar di satu tempat, sehingga terbentuklah nuansa kekeluargaan antar guru dan murid. Selain itu, mandala ini pula dijadikan sebagai simbol kesaktianbagi para raja. Para raja menganggap penting mandala-mandala ini karena dianggap sebagai sumberkekuatan mereka. 2. Masa Islam. Pada masa Islam, sistem pendidikan merupakan akulturasi dari sistem patapan Hindu-Budha dengan konsep menyendiri (Uzlah) yang telah dikenal di Islam. Di masa ini pula, terkadang seseorang butuh untuk menyendiri ke luar masyarkat untuk mendapatkan apa yang dinamakan Ilham atau wangsit. Dari perenungan dan pertapaan ini, seseorang akan memfperoleh pencerahan dan ilmu yang diyakini langsung berasal dari Tuhan. Selain itu, sistem mandala yang dikenal masa Hindu-Budha juga dapat dijumpai dengan sistem pesantren dan pemondokan yang ada di masa Islam. Antara ulama/kyai dan santri/murid sama-sama berada di sebuah pondok, yang di sana saling berinteraksi tidak hanya untuk menyerap ilmu, tapi mendapatkan pengalaman hidup yang dimiliki

para guru. Di dalam pondok pula, ada pembagian tugas antara ulama dan santri yang mengajarkan tentang makna kerjasama dan tanggung jawab. 3. Masa VOC. Pada masa VOC ( abad 17 18), sistem pendidikan dikelola oleh gereja. Sistem ini tidak diatur oleh pemerintah pendudukan, melainkan oleh para pastur atau biarawan. Sistem yang digunakan berlandaskan dengan ajaran agama Nasrani yang mengunakan konsep asrama pula. Namun, pada masa ini, pendidikan hanya untuk tingkat dasar sebatas mengajarkan baca, tulis, dan menghitung. Tiap biarawan yang memberikan pengajaran, selalu merangkap pula sebagai guru agama. Lebih jauh, karena pendidikan saat ini diorientasikan untuk kepentingan VOC di nusantara, tia biarawan ini mendapat status juga sebagai pegawai VOC. Lantas, untuk para siswa yang diajar, setelah lulus mereka akan diarahkan untuk menjadi pegawai rendahan VOC yang membantu di bidang administratur. Adapun sistem pendidikan di masa VOC ini dapat diuraikan sebagai berikut
y

Pendidikan Dasar Berdasar peraturan tahun 1778, dibagi kedalam 3 kelas berdasar rankingnya.

Kelas 1 (tertinggi) diberi pelajaran membaca, menulis, agama, menyanyi dan berhitung. Kelas 2 mata pelajarannya tidak termasuk berhitung. Sedangkan kelas 3 (terendah) materi pelajaran fokus pada alphabet dan mengeja kata-kata. Proses kenaikan kelas tidak jelas disebutkan, hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Pendidikan dasar ini berupaya untuk mendidik para murid-muridnya dengan budi pekerti. Contoh pendidikan dasar ini antara lain Batavische school (Sekolah Betawi, berdiri tahun 1622); Burgerschool (Sekolah Warga-negara, berdiri tahun 1630); Dll.

Sekolah Latin Diawali dengan sistem numpang-tinggal (in de kost) di rumah pendeta tahun

1642. Sesuai namanya, selain bahasa Belanda dan materi agama, mata pelajaran utamanya adalah bahasa Latin. Setelah mengalami buka-tutup, akhirnya sekolah ini secara permanent ditutup tahun 1670.
y

Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari) Sekolah untuk mendidik calon-calon pendeta, yang didirikan pertama kali oleh

Gubernur Jenderal van Imhoff tahun 1745 di Jakarta. Sekolah dibagi menjadi 4 kelas secara berjenjang. Kelas 1 belajar membaca, menulis, bahasa Belanda, Melayu dan Portugis serta materi dasar-dasar agama. Kelas 2 pelajarannya ditambah bahasa Latin. Kelas 3 ditambah materi bahasa Yunanu dan Yahudi, filsafat, sejarah, arkeologi dan lainnya. Untuk kelas 4 materinya pendalaman yang diasuh langsung oleh kepala sekolahnya. Sistem pendidikannya asrama dengan durasi studi 5,5 jam sehari dan Sekolah ini hanya bertahan selama 10 tahun.
y

Academie der Marine (Akademi Pelayanan) Berdiri tahun 1743, dimaksudkan untuk mendidik calon perwira pelayaran

dengan lama studi 6 tahun. Materi pelajarannya meliputi matematika, bahasa Latin, bahasa ketimuran (Melayu, Malabar dan Persia), navigasi, menulis, menggambar, agama, keterampilan naik kuda, anggar, dan dansa. Tetapi iapun akhirnya ditutup tahun 1755.
y

Sekolah Cina Didirikan tahun 1737 untuk keturunan Cina yang miskin, tetapi sempat vakum

karena peristiwa de Chineezenmoord (pembunuhan Cina) tahun 1740. selanjutnya,

sekolah ini berdiri kembali secara swadaya dari masyarakat keturunan Cina sekitar tahun 1753 dan 1787.
y

Pendidikan Islam Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-

lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia. VOC tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya. 4. Masa Hindia Belanda. Pada masa nusantara dikendalikan langsung oleh Kerajaan Belanda, sistem pendidikan sudah mulai terstruktur. Jenjang-jenjang pendidikan sudah ditetapkan dengan menganut prinsip-prinsip yang jelas. Adapun dalam masa ini, sistem pendidikan masa kolonial dibuat sekuler atau menjauh dari kecenderungan agama atau etnis tertentu. Pemerintah langsung mengelola pendidikan, bukan para biarawan lagi. Selain itu, rekrutmen siswa dibuat secara diskriminatif. Sekolah-sekolah dibuat berdasarkan lapisan sosial di dalam masyarakat. Dengan kata lain, akan dibedakan sekolah baik untuk pelajar keturunan Eropa atau bagi para pribumi. Bahkan sekolah untuk pribumi pun, hanya diperuntukan bagi mereka yang berasal dari kalangan bangsawan atau aristrokat. Memasuki abad 20, pendidikan di Hindia Belanda semakin diperhatikan dengan diberlakukannya politik etis. Dalam politik ini, edukasi menjadi salah satu prioritas, selain ada transmigrasi dan irigasi. Namun itikat baiknya, tidaklah semata-mata dibuat untuk keuntungan rakyat nusantara. Orientasi utama dari pendidikan masa ini adalah untuk menghasilkan pegawai-pegawai pemerintahan yang terampil untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi di pemerintahan. Dengan kata lain, pemerintah Hindia Belanda

ingin mendapatkan tenaga dari pribumi sendiri yang tidak memerlukan upah setinggi pegawai asli Eropa. Secara umum, sistem pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda sejak diterapkannya Politik Etis dapat digambarkan sebagai berikut:
y

Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan pengantar Bahasa Belanda (ELS, HCS, HIS), sekolah dengan pengantar bahasa daerah (IS, VS, VgS), dan sekolah peralihan.

Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan umum (MULO, HBS, AMS) dan pendidikan kejuruan.

Pendidikan tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya sekolah-sekolah kejuruan. Misal STOVIA(1902) yang kemudia berubah jadi NIAS(1913) dan GHS adalah cikal bakal dari fakultas kedokterannya UI. Rechts School (1922) dan Rechthoogen School (1924).

5. Masa Pendudukan Jepang. Saat perang Asia Timur Raya meletus (1942 1945), Indonesia tidak luput dari sasaran pendudukan tentara Jepang. Dengan pasukan gerak cepatnya, tentara Jepang dengan mudah dapat menaklukan pemerintah Hindia Belanda pada awal tahun 1942. Dengan peralihan kekuasaan ini, tentu banyak perubahan baik dari segi politik, ekonomi, sosial, hingga pendidikan. Semua kebijakan yang diterapkan, sudah tentu, ditujukan bagi kepentingan Jepang yang sedang berperang melawan sekutu. Di bidang pendidikan, ada perubahan yang jelas terjadi. Salah satunya adalah penggunaan bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi pengantar di sekolah. Hal ini tentu sebuah terobosan besar di Indonesia sendiri. Sebelumnya, bahasa pengantar yang digunakan semasa penajajahan Belanda adalah bahasa Belanda atau bahasa daerah

masing-masing. Penggunaan bahasa Indonesia ini, secara langsung telah memupuk rasa nasionalisme bangsa Indonesia terhadap identitasnya sendiri. Selain itu, sistem sekolah mulai diintegrasikan dan menghapus pembagian sekolah berdasarkan kelas sosial. Pada masa ini, sekolah-sekolah dibuka untuk semua pribumi, tidak untuk para bangsawan saja seperti pada masa kolonial Hindia Belanda. Sekolah-sekolah Belanda ditutup, dan semua diganti dengan sekolah yang dijalankan langsung oleh pemerintah. Adapun sistem pendidikan di masa Jepang ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
y

Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda.

Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.

Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.

Pendidikan Tinggi. Namun, kebijakan ini tentulah bukan tanpa alasan dan keuntungan bagi

pemerintah Jepang. Dalam upaya menggalang dukungan dari bangsa Indonesia, Jepang berusaha menarik simpati rakyat dengan menerapkan kebijakan kesetaraan dan menunjukan nilai-nilai keindonesiaan. Seperti dalam penggunaan bahasa Indonesian dan penghapusan sistem sekolah yang diskriminatif. Tentu hal ini ditujukan agar rakyat pro Jepang, dan mau membantu Jepang dalam memerangi sekutu yang tak lain adalah bangsa kolonial barat.

Lebih jauh, pada masa ini, dibentuk pula pendidikan semi militer untuk rakyat. Jika pada masa kolonial Belanda rakyat tidak diberikan pendidikan militer, pada masa Jepang ini, rkayat Indonesia diberikan akses ke sana. Seperti dibentuknya Heiho dan PETA. Kedua lembaga tersebut mendidik rakyat Indonesia mengenai strategi perang dan teknis-teknis perang modern. Kelak, di masa revolusi kemerdekaan, lembagalembaga pendidikan militer buatan Jepang ini amat berperan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 6. Masa kemerdekaan. Pada masa ini, ditandai dengan sering berubahnya kurikulum pendidikan yang digunakan oleh pemerintah Indonesia. Sebagai perangkat pengajaran yang digunakan untuk pengembangan manusia Indonesia, kurikulum kerap berganti tergantung dengan keadaan politik dan situasi nasional serta global. 7. Kurikulum 1947. Ini merupakan kurikulum pertama yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia merdeka. Dalam sistem kurikulum ini, tak jauh adalah adopsi dari sistem yang diberlakukan semasa masa penjajahan. Namun, ada penyesuaian dengan keadaan negara yang telah merdeka, seperti ditetapkannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengatar satu-satunya. Hal ini terkait dengan isu bangsa yang sedang mempertahankan kemerdekaan dari Belanda. Patriotisme dan nasionalisme ditanamkan demi perjuangan tersebut. Adapun ciri kurikulum 1947 ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
y

Sifat kurikulum Separated Subject Curriculum (1946-1947). Hal ini mengacu pada pemberian mata pelajaran yang antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya tidak ada keterkaitan sama sekali.

Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah.

Jumlah mata pelajaran : Sekolah Rakyat (SR) 16 bidang studi, SMP-17 bidang studi dan SMA jurusan 19 bidang studi.

8. Kurikulum 1968 Kurikulum ini dibuat sebagai perbaikan atas kurikulum sebelumnya. Antar mata pelajaran, mulai dilakukan pengorganisasian untuk mengelompokan beberapa matakuliah agar terjalin keterkaitan. Hal ini pada nantinya akan menuju pada pemisahan disiplin ilmu yang terjadi pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, keadaan politik pasca gerakan september 30 tahun 1965, membuat ada tekanan khusus pada pendidikan manusia Indonesia menjadi para pancasilais yang sesungguhnya. Adapun ciri kurikulum ini adalah sebagai berikut:
y y

Sifat kurikulum correlated subject. Jumlah mata pelajaran SD-10 bidang studi, SMP-18 bidang studi (Bahasa Indonesia dibedakan atas Bahasa Indonesia I dan II), SMA jurusan A-18 bidang studi.

Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua jurusan, yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam (PASPAL).

9. Kurikulum 1975. Dalam kurikulum ini, satu hal yang menonjol adalah dengan digunakannya sistem instruksional. Dalam tiap mata pelajaran, diberikan tujuan kurikulum, dan di tiap bahasan, diberikan pula tujuan instruksional bagi guru dan siswa apa yang harus dicapai. Jadi dalam pengajaran, sudah ditentukan tujuan-tujuan yang setelah proses belajar, harus dicapai oleh siswa. Hal ini tentu saja membuat bahan ajar tidak bisa berkembang. Proses belajar ditentukan terlebih dahulu oleh pembuat kebijakan tentang

10

output yang ingin dihasilkan. Siswa dan guru akan cenderung lebih pasif dalam proses belajar mengajar. Adapun ciri-ciri lebih lengkap kurikulum ini adalah sebagai berikut:
y y

Berorientasi pada tujuan. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.

y y

Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.

Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).

10. Kurikulum 1984. Perbaikan yang dilakukan dalam kurikulum ini adalah adanya CBSA dan sistem spiral. CBSA adalah singkatan dari Cara Belajar Siswa Aktif. Di sini, siswa akan lebih dilibatkan dalam pengembangan proses belajar mengajar. Meski isistem instruksional masih tetap dipertahankan, namun siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Di sini pusat pembelajaran mulai bergeser dari teacher oriented, ke student oriented. Selain itu, ada pula sistem spiral yang tiap jenjang pendidikan mata pelajaran akan berbeda dari segi kedalaman materi. Sehingga demikan, semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka materi yang diberikan akan semakin dalam dan detil. Adapun ciri umum kurikulum ini adalah sebagai berikut:
y

Berorientasi kepada tujuan instruksional.

11

Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA).

y y y

Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Menggunakan pendekatan keterampilan proses.

11. Kurikulum 1994. Secara umum, perubahan pada kurikulum ini terletak pada penitikberatan pada materi atau isi pengajaran. Oleh kurikulum, materi dan isi bahan pelajaran dipadatkan. Siswa dituangi oleh banyak sekali materi pelajaran. Sistem yang seharusnya berpusat pada siswa, tidak berjalan dengan baik di kurikulum ini. Sebab, tuntutan materi yang amat banyak, memaksa guru untuk melakukan pendidikan satu arah dan tidak memberikan siswa kesempatan untuk berpendapat atau mengembangkan materi pelajaran. Menurut banyak ahli, kurikulum ini dianggap merosotkan kualitas pendidikan nasional Indonesia. Materi pelajaran yang terlalu banyak menyebabkan siswa bosan dan tidak bersemangat dalam mengembangkan ilmu yang di dapat. Adapun ciri umum dari kurikulum ini adalah sebagai berikut:
y y y

Sifat kurikulum objective based curriculum Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).

Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.

Dalam pelaksanaan kegiatan, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.

12

Nama SMP dan SLTP kejuruan diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama),dan SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum).

Penjurusan di SMU dilakukan di kelas II, f) penjurusan dibagi atas tiga jurusan, yaitu jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.

SMK memperkenalkan program pendidikan sistem ganda (PSG).

12. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Ini merupakan kurikulum yang dikembangkan pada masa reformasi. Di masa ketika kebebasan itu amat dihargai, timbul harapan dari masyarakat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bebas dan interaktif. Antara guru dengan murid diharapkan tercipta interaksi dua arah yang mampu menciptakan proses belajar yang menyenangkan. Jika sistem kurikulum terdahulu menekankan pada materi atau isi yang harus dituangkan semua ke siswa, kini siswa dapat mengembangkan sendiri kompetensinya dengan bimbingan dari guru. Penilaian pun dilakukan berbasis proses belajar. Adapun ciri umum kurikulum ini adalah sebagai berikut:
y

Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

y y

Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

13. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

13

Setelah

berjalan

dua

tahun,

kurikulum

berbasis

kompetensi

(KBK)

dikembangkan menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006). Dalam kurikulum baru ini, secara teknis tidak ada yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Namun, ada penekanan pada pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh satuan pendidikan masing-masing. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum kini dikembangkan dengan sistem desentralisasi. Setiap sekolah bisa mengembangkan kurikulumnya masing-masing setelah disesuaikan dengan karakteristik dan keunggulan di daerahnya. Diharapkan, sistem ini akan lebih mengakomodasi keberagaman yang ada di Indonesia dengan maksimalisasi pada proses pencapaian kompetensi siswa. Adapun ciri umum KTSP dapat dijelaskan sebagai berikut:
y

Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual, maupun klasikal.

y y

Berorientasi pada hasil belajar (learning out comes) dan keberagaman. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.

Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

14

Pendidikan di Indonesia mengalami dinamikanya sesuai dengan keadaan politik, sosial, dan budaya yang sedang terjadi. Sejak masa Hindu-Budha hingga saat ini, pendidikan yang ada akan berubah seiring dengan orientasi yang diinginkan. Seperti pada masa kolonial, pendidikan ditujukan pada produksi pekerja-pekerja pribumi rendahan untuk membantu administrasi Belanda. Oleh karena itu, pendidikan hanya sebatas kemampuan dasar dan teknis saja. Selanjutnya, pada masa kemerdekaan, pendidikan amat dipengaruhi dengankebijakan penguasa saat itu. Ketika masa demokrasi terpimpin, tujuan pendidikan ditekankan pada doktrinasi manivesto politik dan sosialis kebangsaan. Sedangkan pada masa orde baru, ada penekanan pada penanaman nilai-nilai Pancasila yang intensif. Sekarang, di era reformasi, siswa diajarkan untuk menjadi insan yang demokratis dan mampu bersaing di era global. Pada kesimpulannya, dinamika pendidikan akan berpengaruh pada karakter manusia Indonesia yang dihasilkan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

15

Anonim. Perbandingan

Kurikulum

yang

Digunakan

di

Indonesia.

http://em-

ge.blogspot.com/2009/11/makalah-perbandingan-kurikulum-yang_10.html [Diunduh pada 10 November 2010 pukul 12:00 WIB]

Anonim. Pendidikan di Zaman Penjajahan Belanda. http://peziarah.wordpress.com/2007/02/05/pendidikan-di-zaman-penjajahan-belanda/ [Diunduh pada 10 November 2010 13:10 WIB]

Anonim. Pendidikan di Zaman Pendudukan Jepang. http://peziarah.wordpress.com/2007/02/05/pendidikan-di-zaman-pendudukan-jepang/ [Diunduh pada 10 November 2010 pukul 13:30 WIB]

Anonim. Sejarah Pendidikan di Indonesia. http://syaifmipa.blogspot.com/2009/12/sejarah-pendidikan-di-indonesia.html [Diunduh pada 10 November 2010 pukul 14:00 WIB]

Sudrajat, Akhmad. Hakikat dan Pengertian Pendidikan. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/08/hakikat-pendidikan/ [Diunduh pada 10 November 2010 pukul 14:30 WIB]

DAFTAR ISI

16

KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. A. Sejarah Pendidikan di Indonesia ................................................. B. Masa pra-kemerdekaan. .............................................................. 1. Masa hindu-budha. ............................................................... 2. Masa Islam ........................................................................... 3. Masa VOC ........................................................................... 4. Masa Hindia Belanda ........................................................... 5. Masa Pendudukan Jepang ..................................................... 6. Masa Kemerdekaan .............................................................. 7. Kurikulum 1947 ................................................................... 8. Kurikulum 1968 ................................................................... 9. Kurikulum 1975. .................................................................. 10. Kurikulum 1984. ................................................................ 11. Kurikulum 1994. ................................................................ 12. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). ............................ 13. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)................... BAB III PENUTUP ...................................................................................... A. Kesimpulan ................................................................................ DAFTAR KEPUSTAKAAN ........................................................................

17

You might also like