You are on page 1of 93

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia dalam mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Pendidikan adalah suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pribadi maupun kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan demikian kualitas pribadi maupun bangsa dan negara pada umumnya ditentukan oleh kualitas proses pendidikanya. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan mutu pendidikan mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan, fisika merupakan salah satu disiplin ilmu yang harus dikuasai karena merupakan bagian dari ilmu-ilmu pengetahuan dasar (sains) yang sangat diperlukan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi Dalam proses belajar mengajar, peran utama guru adalah pengelola pengajaran. Guru dituntut menciptakan hubungan timbal balik antara dirinya dengan siswa dan masyarakat sekitarnya yang pada akhirnya tercipta interaksi yang positif. Pemilihan dan penggunaan strategi atau model pembelajaran yang sesuai, akan membuat siswa lebih berhasil dalam mencapai tujuan belajarnya. SMPN 2 Sukamaju sebagai salah satu tempat penyelenggaraan pendidikan tentu memiliki juga tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Berdasarkan hasil observasi peneliti tentang proses belajar mengajar yang berlangsung, diperoleh informasi bahwa model pembelajaran yang diterapkan guru masih konvensional. Dimana pada pembelajaran konvensional suasana kelas cenderung teacher

FMIPA Universitas Negeri Makassar

centered sehingga siswa menjadi pasif. Guru tidak menggunakan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Siswa hanya disuruh menghayal tentang materi yang diajarkan oleh guru. Sehingga siswa menjadi bosan dan acuh tak acuh dalam belajar. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa. Hasil ini sesuai pernyataan yang dikemukakan oleh Trianto (2010: 5) berdasarkan pada analisis penelitian, bahwa rendahnya hasil belajar disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu dipilih suatu model pembelajaran yang dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran dengan memperhatikan aspek guru dan keinginan siswa tersebut. Salah satunya dengan menerapkan model pengajaran langsung. Model pengajaran langsung adalah model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu, karena siswa secara langsung melihat demonstrasi yang diberikan oleh guru. Siswa dapat melihat langsung proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran agar siswa tidak hanya menghafal konsep. Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru memerlukan media pembelajaran. Namun masalah yang sering ditemukan dilapangan / disekolah, mengapa sampai saat ini masih ada guru yang enggan untuk menggunakan media ? Alasan yang pertama ialah menggunakan media itu repot. Kedua, media itu canggih dan mahal. Ketiga, memang guru itu tidak bisa menggunakan media. Keempat, media itu hiburan sedangkan belajar itu serius. Kelima, tidak tersedianya media

FMIPA Universitas Negeri Makassar

tersebut ditempat mengajar. Keenam, kebiasaan menikmati ceramah / diskusi. Dari banyaknya alasan tersebut solusinya yaitu dengan menggunakan media sedehana, yang simple, praktis tanpa mengurangi kualitas meteri yang diberikan, dan sebaiknya bisa dilihat jelas oleh sebagian besar siswa di kelas. Namun penggunaan media sederhana dilakukan jika peralatan laboratorium tidak mencukupi untuk distribusi setiap kelompok siswa dalam menjalankan praktikum. Namun metode ini tidaklah cukup efektif jika yang menjadi alat demonstrasi tidak dapat disimak oleh seluruh siswa disebabkan karena alat tersebut terlalu kecil sehingga memerlukan media lain yang dapat menampilkannya dengan tampilan yang lebih besar. Misalkan saja ketika guru akan mengajarkan bagaimana membaca dan menggunakan alat ukur seperti mikrometer dan jangka sorong maka tidaklah efektif jika hanya didemonstrasikan karena skala kedua alat ini cukuplah kecil dan membutuhkan bantuan media sederhana untuk menampilkannya dengan tampilan yang lebih besar dan menarik. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil observasi memberikan gambaran kepada peneliti tentang keadaan SMP Negeri 2 Sukamaju. Menurut para guru bidang studi fisika, SMP Negeri 2 Sukamaju, dimana pemahaman fisika siswa sangat lemah, sehingga setiap ada perubahan soal dalam lingkup materi yang sama siswa tetap kesulitan untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Disamping itu kemampuan siswa dalam menganalisis peristiwa atau kejadian sangat lemah, siswa cenderung menghafal, sehingga cepat lupa. Karena alasan itulah sehingga kadang hanya sebagian kecil siswa yang bisa mencapai target ketuntasan yang telah ditetapkan. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 65. Berdasarkan data hasil belajar siswa pada tahun ajaran 2009/2010, diketahui bahwa

FMIPA Universitas Negeri Makassar

hanya sekitar 68,57% siswa yang tuntas dan 31,43% siswa harus mengikuti remedial. Sehubungan dengan hal tersebut penulis mengangkat sebuah penelitian dengan judul Penerapan Model Pengajaran Langsung Dengan Menggunakan Media Sederhana Dalam pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Sukamaju kab. Luwu Utara B. Rumusan Masalah Berdasarkan dirumuskan masalah : 1. Seberapa besar pencapaian hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara setelah digunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana?
2. Apakah hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara telah

latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

mencapai nilai KKM setelah digunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana? A. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui besar pencapaian hasil belajar fisika siswa SMPN 2

Sukamaju Kab. Luwu Utara setelah digunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. 2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara setelah digunakan model pengajaran langsung dengan media sederhana telah mencapai nilai KKM. A. Manfaat Penelitian

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Siswa Menambah minat belajar siswa khususnya pelajaran fisika melalui model pengajaran langsung dengan media sederhana. 2. Bagi guru Dapat dijadikan sebagai salah satu pembelajaran baru dalam upaya

peningkatan hasil belajar. 3. Bagi Sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan dalam sistem penilaian di sekolah yang tidak hanya mengacu pada satu metode dalam pembelajaran dalam kelas sehingga siswa tidak merasa tertekan terhadap apa yang dipikirkan untuk dapat diungkapkan dan menyebabkan guru memiliki referensi untuk pembelajaran ke depannya 4. Bagi Peneliti Sebagai latihan dalam usaha menyatukan serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan secara sistematis dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan perbandingan dalam referensi khususnya kepada peneliti lain yang akan mengkaji masalah yang relevan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR


A. Kajian Pustaka

1. Proses Belajar Mengajar

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Belajar dan mengajar adalah dua hal yang erat kaitannya, bahkan konsep tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena berbicara masalah kegiatan mengajar, maka secara bersamaan ada pihak yang mengalami proses belajar mengajar sehingga sering diakatakan proses interaksi belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan masing-masing pengertian belajar mengajar. Pengertian belajar Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahanperubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Sagala (2005:37) Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. L.B. Curzon dalam Sahabuddin (2007:81) mengemukakan bahwa: Belajar adalah modifikasi yang tampak dari perilaku seseorang melalui kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalamannya, sehingga pengetahuan,

keterampilan dan sikapnya, termasuk penyesuaian cara-cara terhadap lingkungan yang berubah-ubah sedikit banyaknya permanen. Selanjutnya Slameto (2003:28) mengemukakan bahwa Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan untuk memperoleh tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku melalui latihan, pendidikan, pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Pengertian mengajar Masalah mengajar telah menjadi persoalan para ahli pendidikan sejak dahulu sampai sekarang. Pengertian mengajar mengalami perkembangan, bahkan hingga dewasa ini belum ada definisi yang tepat bagi semua pihak mengenai mengajar. Pendapat yang dilontarkan oleh para pendidik adalah untuk mendapat jawaban tentang apakah mengajar itu ?. Untuk mencari jawaban tersebut, perlu dikemukakan beberapa teori tentang mengajar. Menurut definisi yang lama bahwa mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan terhadap anak didik kita. Menurut De Queliy dan Gazali yang dikutip oleh ( Slameto, 2003:29) Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara yang paling singkat dan tepat. Selanjutnya Hartwig Scroder dalam Sahabuddin

(2007:13) mendefinisikan mengajar sebagai prosedur mewariskan pengalaman dengan tujuan menyebabkan belajar berlangsung. Pendapat lain dikemukakan William H. Burton dalam Sagala (2005:61) Belajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses pembelajaran. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mengajar sebagai sistem kegiatan untuk membimbing atau merangsang belajar anak untuk mengerti dan membimbing anak sebagai individu dan kelompok dengan maksud

FMIPA Universitas Negeri Makassar

terpenuhinya kelengkapan pengalaman belajar yang memungkinkan setiap anak dapat berkembang terus secara teratur mencapai kedewasaannya.
1. Model Pengajaran Langsung (Direct instruction)

Direct Instruction atau pengajaran langsung digunakan oleh para peneliti untuk merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru banyak menjelaskan konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok siswa dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Dengan demikian, tujuan pembelajaran distrukturkan oleh guru. Menurut Roy Killen dalam (http://eduzona.blogspot.com) direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru di mana guru menyampaikan isi akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik. Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu misalnya pengetahuan tentang teori atom, susunan dan nama-nama planet yang masuk dalam tata surya kita. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu misalnya, pengetahuan tentang cara menggunakan neraca, amperemeter, osiloskop, pengetahuan tentang cara melakukan penelitian dan sebagainya. Pada prinsiopnya pengetahuan yang dapat diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung adalah pengetahuan yang telah ditata dengan baik

FMIPA Universitas Negeri Makassar

sehingga mempunyai struktur yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah (Muh. Natsir, 2005). Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. Dengan demikian, model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Informasi yang dapat disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu atau pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Dengan demikian pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu (http://eduzona.blogspot.com). a. Pola Keseluruhan Kegiatan Pembelajaran Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Fase persiapan dan motivasi ini kemudian di ikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan

FMIPA Universitas Negeri Makassar

pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata (http://kanreguru.wordpress.com) Menurut Kardi dalam (http://kanreguru.wordpress.com), pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang

ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Sintaks Model pengajaran langsung disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1. : Sintaks Model Pengajaran Langsung Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Peran Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mepersiapkan siswa untuk belajar.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Fase 3 Membimbing pelatihan Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehgidupan sehari-hari. (Muh. Natsir, 2005).

Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata

(http://kanreguru.wordpress.com). b. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pengajaran langsung

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan langkah awal ini untuk menarik

dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.
2. Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa

mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran.
3. Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini merupakan fase kedua pengajaran

langsung. Guru melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.
4. Mencapai kejelasan, Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan

bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar mengajar.
5. Melakukan demonstrasi, Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi

bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui trial and error.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

6. Mencapai pemahaman dan penguasaan, Untuk menjamin agar siswa akan

mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benarbenar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.
7. Berlatih, Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan

latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.
8. Memberikan latihan Terbimbing, Salah satu tahap penting dalam pengajaran

langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru (http://kanreguru.wordpress.com).
1. Media Dalam Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana. Sedangkan dalam arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks akan tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti: tv radio, slide, fotografi,

FMIPA Universitas Negeri Makassar

diagram, dan bagan buatan guru, atau objek-objek nyata lainnya. Sedangkan yang dimaksud media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa (http://www.freewebs.com). Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki

oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media

pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. 2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. 3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak (http://makalahkumakalahmu.wordpress.com). Sedangkan menurut Sadiman (2002:16) dalam (http://www.freewebs.com), media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.

3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk: 1) Menimbulkan kegairahan belajar

FMIPA Universitas Negeri Makassar

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. 3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Berdasarkan manfaat tersebut, nampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai andil yang besar terhadap kesuksesan proses belajar mengajar. Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. a. Guru dan Media Pembelajaran Belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodologi pengajaran dan penilaian pengajaran. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan komponen pengajaran. Tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah ia menempuh berbagai pengalaman belajarnya. Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran. Dalam metodologi ada dua aspek yang paling menonjol, yaitu metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya suatu tujuan pengajaran.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Pola pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran sebagai sumbersumber disamping guru dapat digambarkan sebagai berikut :

7 XX Q MD

3H HD Q L Q WSD ,V G Q HRG D0 W D

* XX H JD UG Q Q 0 HL GD

6L ZD V

Gambar 2.1. Pola Pembelajaran dibantu Media (Arifin, 2000) Dalam praktek pembelajaran sebenarnya tidak ada pola yang kaku antar komponen pembelajaran. Pola kombinasi yang lengkap dapat digambarkan sebagai berikut :

Penetapan isi Tujuan Guru dan Siswa Media Guru dan Metoda Media

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Evaluasi (Umpan Balik) Gambar 2.2. Pola Kombinasi Dalam Pembelajaran (Arifin, 2000)
b. Media Sederhana Dalam Pembelajaran

Dalam suatu proses pembelajaran manfaat media secara umum adalah untuk memperlancar proses interaksi antara guru dan siswanya, agar siswanya dapat belajar lebih optimal secara khusus media pembelajaran bermanfaat untuk: menyeragamkan materi, membuat akses pendidikan lebih merata, membuat proses belajar lebih cepat dan menarik, menjadikan proses lebih interaktif, mengurangi waktu belajar, meningkatkan kualitas belajar, tidak membatasi tempat,

meningkatkan sifat positif siswa terhadap bahan atau proses belajar, mengubah peran guru agar lebih positif dan produktif serta menjadikan pengajaran atau instruksi lebih berdasarkan pada keilmuan (http://www.membuatblog.web.id). Sejak tahun 1930 berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kebermanfaatan penggunaan untuk keperluan pembelajaran. Penelitian diawaali dengan evalusi media untuk melihat apakah suatu media dapat dipergunakan unutk pembelajaran. Penelitian ini berasumsi bahwa media sebagai stimulus dapat mengubah perilaku. Akan tetapi hasil penelitian itu dianggap kurang dapat diandalkan karena hasil menunjukkan bahwa semua media dapat dipergunakan untuk pembelajaran. Oleh karena itu penelitian-penelitian berikutnya beralih ke penelitian perbandingan media unutk pembelajaran. Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui apakah suatu media lebih baik daripada media yang lain. Misalnya apakah gambar diam lebih

FMIPA Universitas Negeri Makassar

baik dari pada gambar gerak ( film ) atau apakah media audio lebih baik daripada media visual. Hasil penelitian itu tidak konsisten dan sulit dipercaya. Ternyata keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada: (1) isi pesan (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada siswa yang tepat pula. Sungguhpun demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain :

Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet, adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid lebih penting untuk memperoleh akses.

Cost
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal. Namun

FMIPA Universitas Negeri Makassar

biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin Pendayagunaan Media Pembelajaranbanyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.

Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya?

Interactivity
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.

Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana

pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat sumber belajar?

Novelty
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi murid. Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang mudah dan murah, dengan memanfaatkan sumberdaya yang

FMIPA Universitas Negeri Makassar

ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya. Tidak diragukan lagi bahwa semua guru sepakat bahwa media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa (http://rizalaldura.blogspot.com). 1. Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa standar keberhasilan dalam belajar bisa dilihat dari sejauh mana guru dan siswa telah berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ada. Disamping itu hasil belajar juga merupakan suatu indikator yang penting untuk menyatakan kualitas suatu pembelajaran. Hakekat hasil belajar siswa menurut Sudjana (2005:37) adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang afektif dan psikomotorik. Hasil belajar sifatnya relatif, maksudnya ketetapan hasil belajar belum bisa menjamin prestasi belajar tinggi. Sebab kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang prestasi belajarnya tinggi tetapi penguasaan materinya masih kurang. Menurut Oemar Malik (2003:155) hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada penelitian ini, peneliti hanya mengamati aspek kognitif. Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi, baik secara proses maupun di akhir pembelajaran. Hasil akhir dapat diketahui dengan menggunakan salah satu indikator yaitu melalui tes. Hasil tes ini kemudian dianalisis oleh guru dan diberi skor. 2. Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). (Akhmad Sudrajat, 2008:143) Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal : a) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. b) Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. c) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
d) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan

antara satuan pendidikan dengan masyarakat.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

e) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap

mata pelajaran. Perlu setiap sekolah-sekolah untuk menentukan Standar Ketuntasan Minimal (KKM)-nya masing-masing sesuai dengan keadaan sekolah dimana sekolah itu berada artinya antara sekolah A dengan sekolah B bisa KKM-nya berbeda satu sama lainnya, ada beberapa rambu-rambu yang harus diamati sebelum ditetapkan KKM di sekolah. Adapun rambu-rambu yang dimaksud adalah : (Wannef Jambak, 2007:86)
a) KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran. b) KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah. c) KKM dinyatakan dalam bentuk presentasi berkisar antara 0-100, atau rentang

nilai yang sudah ditetapkan.


d) Kreteria ditetapkan untuk masing-masing indikator idealnya berkisar 75 % e) Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah kreterian ideal ( sesuai kondisi

sekolah)
f) Dalam

menentukan KKM haruslah dengan mempertimbangkan tingkat

kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas indikator, serta kemampuan sumber daya pendudkung.
g) KKM dapat dicantumkan dalam LHBS sesuai model yang ditetapkan atau dipilih

sekolah. Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/

penetapan-kkm.pdf) adalah sebagai berikut:

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1) Guru

atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan

mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake (kemampuan) peserta didik dengan skema sebagai berikut:
KK KKM M Indikat MP KD SK or

Gambar 2.3. Skema Penetapan KKM Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran. 2) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian
3) KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,

yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan; 4) KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik. Berdasarkan langkah-langkah penetapan KKM tersebut, maka guru mata pelajaran fisika SMP Negeri 2 Sukamaju menyepakati nilai kriteria ketuntasan minimal sebesar 65.
A. KERANGKA PIKIR

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Dalam dunia pendidikan kegiatan belajar mengajar (KBM) dipandang berkualitas jika berlangsung efektif, efisien, inovatif, bermakna dan ditunjang oleh sumber daya. Suatu kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil jika peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar yang dapat dilihat dari hasil belajarnya. Oleh karena itu guru sebagai pendidik dan pengajar bertanggung jawab merencanakan dan mengelolah kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran khususnya bidang studi Fisika. Kurang tepatnya suatu model pembelajaran bukan terletak pada model itu sendiri, tetapi lebih ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam menerapkan secara benar langkah-langkah pelaksanaan, meracik model

pembelajaran yang cocok dan kemampuan guru untuk mengatasi hambatanhambatan dalam menerapkan model tersebut. Salah satu model yang sangat popular digunakan dalam pembelajaran adalah model pengajaran langsung. Model ini diterapkan oleh sebagian besar guru karena di dalamnya terdapat metode demonstrasi yang digunakan jika peralatan

laboratorium tidak mencukupi untuk distribusi setiap kelompok siswa dalam menjalankan praktikum. Namun metode ini tidaklah cukup efektif jika yang menjadi alat demonstrsasi tidak dapat disimak oleh seluruh siswa disebabkan karena alat tersebut terlalu kecil sehingga memerlukan media lain yang dapat menampilkannya secara menarik dengan tampilan yang lebih besar. Pembelajaran dengan menggunakan media sederhana merupakan salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan di atas. Dengan menggunakan bantuan media

FMIPA Universitas Negeri Makassar

ini alat demonstarasi dapat ditampilkan lebih besar, menarik dan dapat disimak oleh seluruh siswa. Oleh karena itu, agar pembelajaran lebih menarik, lebih nyata, dan dapat disimak oleh seluruh siswa maka ada baiknya jika pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung dibantu dengan media sederhana. Dari penggabungan ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat penguasaan siswa dalam bentuk hasil belajar terhadap materi yang dipelajari terkhusus pada materi alat ukur dan suhu yang sangat memerlukan metode pembelajaran yang lebih nyata melalui model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana yang akan hasilnya lebih menarik dan dapat disimak oleh seluruh siswa.

Model pengajaran Hasil Belajar Proses Pembelajaran Fisika Media Sederhana SISWA GURU langsung Fisika

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Gambar 2.4. Bagan Kerangka Pikir B. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 telah mencapai standar KKM setelah diajar dengan menggunakan model pengajaran langsung dengan media sederhana. H0 : < 0 Keterangan: H0 = Hipotesis sangkalan Ha = Hipotesis alternatif = Skor rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sukamaju setelah di ajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. 0 = Standar KKM yang diberlakukan di SMP Negeri 2 Makassar. Ha : 0

FMIPA Universitas Negeri Makassar

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu penelitian Pre-Eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju telah mencapai standar KKM atau belum setelah diajar dengan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di SMP Negeri 2 Sukamaju Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2010/2011 semester ganjil.

C. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana dan hasil belajar fisika siswa. 2. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah One Shot Case Study. Adapun secara singkat rancangan penelitian ini dapat dpigambarkan dalam desain sebagai berikut (Arikunto. 2006:85) : X Keterangan: X O : treatment atau perlakuan : tes hasil belajar fisika setelah treatment dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. D. Definisi Operasional Variabel
1. Model pengajaran langsung dengan media sederhana adalah

model

pembelajaran dimana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru dengan menggunakan media sederhana. 2. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran fisika yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar yang dinyatakan derngan skor hasil belajar. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 213 orang. 2. Sampel Penelitian Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling. Pengambilan sampel tersebut digunakan dengan asumsi bahwa populasi bersifat homogen, artinya penempatan siswa dalam kelas tidak berdasarkan pada prestasi belajarnya. Adapun yang di ambil secara random sampling adalah kelasnya. Hasil pengacakan tersebut terpilih kelas VIIA dengan jumlah siswa sebanyak 35 0rang.

F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes hasil belajar fisika yang diberikan setelah proses belajar mengajar telah selesai untuk mendapatkan data hasil belajar fisika siswa. 1. Instrumen penelitian Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu jenis instrumen berupa tes hasil belajar fisika. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan tes tersebut sebagai berikut: a. Tahap pertama Menyusun 40 item tes hasil belajar fisika siswa dari pokok bahasan Suhu dan Pengukuran yang ada pada semester ganjil dalam bentuk pilihan ganda. b. Tahap kedua

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Semua item yang telah disusun dikonsultasikan ke dosen pembimbing untuk selanjutnya diujicobakan pada siswa kelas VIIA yang telah mempelajari materi tersebut. Kemudian item-item dari lembaran siswa di analisis untuk mengetahui validitasnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

pbi =
Dengan:
pbi

M p Mt St

p q

= Koefisien korelasi biseral

Mp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerata skor total St = Standar deviasi dari skor total p = Proporsi siswa yang menjawab benar
= Banyaknya siswa yang menjawab benar Jumlah seluruh siswa

q = Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 - p) Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan membandingkan nilai
pbi

dengan nilai rtabel pada taraf signifikan = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut: Jika : Nilai
pbi

rtabel, item dinyatakan valid

Nilai
pbi

< rtabel, item dinyatakan invalid

(Arikunto ,2005 : 79)

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Dari 40 item yang diujicobakan setelah dianalisis dengan

pbi

diperoleh 21

item yang memenuhi kriteria valid dan 19 item yang invalid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. c. Tahap ketiga Untuk mengetahui konsistensi instrumen yang digunakan, maka harus ditentukan reliabilitasnya. Kriteria tingkat reliabilitas sebagai berikut : Table 3.1. Kriteria tingkat reliabilitas item Rentang Nilai 0,800-1,000 0,600-0,800 0,400-0,600 0,200-0,400 0,000-0,200 Kategori Tinggi Cukup tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Untuk menghitung reliabilitas tes hasil belajar fisika digunakan rumus KuderRichardson 20 (KR-20) sebagai berikut:
2 n S pq r11 = S2 n 1

(Arikunto, Suharsimi, 2008:100) dengan: = reliabilitas instrumen Proporsi subyek yang menjawab item benar Proporsi subyek yang menjawab item salah (q = 1 p) Jumlah hasil perkalian antara p dan q

r11
p q = = =

FMIPA Universitas Negeri Makassar

n S

= =

Banyaknya item Standar deviasi dari tes (akar variansi)

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai tingkat reliabilitas tes secara keseluruhan = 0,665 pada taraf signifikansi = 0,05 . Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka tes yang digunakan mempunyai tingkat reliabilitas dengan kategori cukup tinggi dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A. 1. Prosedur penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yakni: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. a. Tahap persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi fisika SMP Negeri 2 Sukamaju untuk meminta izin melaksanakan penelitian. 2) Menentukan materi yang akan dijadikan sebagai materi penelitian. 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 4) Menyusun instrumen penelitian dalam bentuk tes pilihan ganda a. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini mulai dilaksanakan proses belajar mengajar pada kelas yang sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan. Proses mengajar dilakukan sendiri oleh peneliti dimana kelas yang diteliti diajar dengan model pembelajran langsung dengan menggunakan media sederhana. b. Tahap akhir

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Setelah seluruh kegiatan pengajaran dilaksanakan maka dilakukan tes hasil belajar fisika. Tes hasil belajar fisika diberikan pada kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. Adapun waktu pelaksanaan tes hasil belajar yaitu pada hari selasa tanggal 06 Oktober 2010. F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan dua macam statistik, yaitu:
1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar fisika yang diperoleh siswa setelah mengikuti materi pelajaran. Analisis ini akan memberikan gambaran tentang skor hasil belajar fisika siswa yang diperoleh berupa skor tertinggi, skor terendah, skor ideal, rata-rata, dan standar deviasi. Untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa, maka skor di konversi dalam bentuk nilai menggunakan rumus sebagai berikut:
N=SSSI x 100

Keterangan: N = Nilai siswa SS = Skor hasil belajar siswa SI = Skor ideal Nilai standar ketuntasan belajar siswa kelas VIIA pada mata pelajaran fisika pokok bahasan Suhu dan Pengukuran di SMP Negeri 2 Sukamaju adalah 65.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Kemudian, untuk kategori hasil belajar fisika siswa kelas VIIA yang ditetapkan berdasarkan kriteria yang sebagai berikut : Tabel 3.2 Kategori Nilai Hasil Belajar No 1 2 3 4 5 Interval Nilai 0 20 21 40 41 60 61 80 81 100 Kategori Hasil Belajar Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Riduan (2003 : 41)
2. Analisis Inferensial

Statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji-t, sebelum uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.

a. Uji Normalitas Data

Untuk keperluan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian dasar yaitu uji normalitas data . Uji nomalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan rumus chi-kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut:

2 hitung

(Oi Ei ) 2 = Ei i =1
k

(Sugiyono, 2006: 197) Keterangan: = Nilai Chi-kuadrat hitung

2 hitung
Oi = Frekuensi hasil pengamatan

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Ei k

= Frekuensi harapan = Banyaknya kelas

Kriteria pengujian: Data berdistribusi normal bila lebih kecil dari dimana diperoleh

2 hitung

2 tabel

2 tabel

dari daftar

dengan dk = (k-1) pada taraf signifikan = 0,05.

b. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan dalam hipotesis penelitian. Berdasarkan bunyi hipotesis yang telah diajukan maka jenis uji hipotesis yang digunkan adalah uji pihak kanan dengan menggunakan uji t pada rata-rata () skor hasil belajar siswa. Uji Rata-rata Teknik pengujian yang digunakan adalah uji t dengan = 0,05
thitung=-0s/n

(Sudjana, 1992:227)

Keterangan: = Nilai rata-rata yang di konversi dari skor rata-rata 0 = Standar KKM s n = Standar deviasi = Banyaknya data kelompok

FMIPA Universitas Negeri Makassar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas halhal yang berkaitan dengan pengolahan data, pengujian hipotesis, dan pembahasan berdasarkan data yang diperoleh sesuai dengan teknik dan prosedur pengambilan data dalam penelitian ini. Pengolahan data yang dimaksud di sini meliputi pengujian dasardasar analisis, yaitu analisis deskriptif dan pengujian hipotesis. A. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Deskriptif

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Bedasarkan hasil analisis deskriptif siswa kelas VIIA SMP Negeri I Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 semester ganjil yang diajar dengan menerapkan Model Pengajaran Langsung dengan menggunakan media sederhana. Tabel 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar Fisika Statistik Skor ideal Skor maksimun Skor minimum Skor rata-rata Rentang skor Standar deviasi Nilai Statistik 21 20 5 15,60 15 3,06

Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju adalah 15,60 dengan skor tertinggi 20 dan skor terendah 5 serta standar deviasi 3,06. Jika skor hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 dianalisis dengan menggunakan persentase pada distribusi frekuensi maka dapat dibuat tabel distribusi frekuensi kumulatif sebagai berikut : Tabel 4.2. Distribusi frekuensi kumulatif skor hasil belajar Fisika siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sukamaju Skor 5-7 8-10 11-13 14-16 17-19 20-22 Jumlah F 1 2 3 16 9 4 35 f (%) 2.86 5.71 8.58 45.71 25.72 11.42 100,00 Kumulatf f (%) Atas 2.86 35 8.57 34 17.14 32 62.86 29 88.57 13 100.00 4

Bawah 1 3 6 22 31 35

f (%) 100.00 97.14 91.43 82.86 57.14 45.71

Berdasarkan tabel distribusi persentase kumulatif skor hasil belajar fisika di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata berada pada rentang skor 11-13 dimana

FMIPA Universitas Negeri Makassar

terdapat 11,43% siswa yang memperoleh skor di bawah skor rata-rata, dan 88,57% siswa memperoleh skor di atas skor rata-rata. Data distribusi frekuensi diatas dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi skor hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju. Tabel 4.3. Persentase Ketuntasan belajar Fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju Persentase No Kategori Hasil Belajar Frekuensi (%) 1 Tuntas 29 82,86 2 Belum Tuntas 6 17,14 Jumlah 35 100,00 Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal, maka banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar, yaitu 29 orang dengan persentase 82,86% dan banyaknya siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar yaitu 6 orang dengan persentase 17,14%. 2. Hasil Analisis Inferensial a. Pengujian Normalitas Pengujian normalitas bertujuan untuk menyatakan apakah data skor hasil belajar fisika siswa berasal dari populasi berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa, untuk = 0.05 dan dk = k-1 = 6-1 = 5, maka diperoleh 2tabel = 2(0,95)(5) = 11,070. Berdasarkan tabel pengujian normalitas (lampiran C) diperoleh 2hitung = 8,875. Dengan demikian = 2hitung = 8,875 < 2tabel = 2(0,95)(5) = 11,070, yang berarti skor hasil belajar fisika siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Pengujian Hipotesis

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Pada pengujian hipotesis, untuk rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hasil analisis diperoleh nilai thitung = 18,60 dibandingkan dengan ttabel dimana ttabel = 1,692 yakni 18,60 > 1,692. Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung > t(0,95)(34) dengan = 0,05, untuk harga lainnya Ha diterima. Hal ini berarti thitung berada pada penolakan H0, dengan demikian Ha dinyatakan diterima. Adapun hasil taksiran rata skor hasil belajar fisika siswa berada pada interval antara 14-16 dimana skor rata-rata adalah sebesar 15,60. Jika skor tersebut di konversi dalam bentuk nilai, maka ratarata nilai hasil belajar fisika siswa adalah sebesar 74,28 dengan kategori hasil belajar tinggi. B. Pembahasan Dalam model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana baik guru maupun siswa sama-sama berperan secara penuh. Guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar yang baik.
Berdasarkan analisis deskriptif tentang hasil belajar siswa pada tes terakhir, skor tertinggi yang diperoleh adalah 20 dan skor rata-rata adalah 15,60 dengan standar deviasi 3,06. Berdasarkan persentase kumulatif skor hasil belajar fisika menunjukkan bahwa ada 17,14% dari siswa yang memperoleh skor <14 dan ada 82,86% siswa yang memperoleh skor 14. Hal ini memberi petunjuk bahwa persentase ketuntasan klasikal nasional yakni

85% belum tercapai. Namun demikian, fakta empiris yang diperoleh tersebut telah
memberi indikasi bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan menggunakan

FMIPA Universitas Negeri Makassar

media sederhana telah dapat meningkatkan persentase ketuntasan klasikal sebelumnya yakni dari 68,57% menjadi 82,86% atau dari 24 siswa menjadi 29 siswa yang mencapai nilai diatas 65. Dari hasil analisis deskriptif dan pengujian hipotesis tersebut diatas yang merupakan fakta empiris diperoleh informasi bahwa hasil belajar fisika siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana telah memenuhi standar KKM, dimana rata-rata nilai hasil belajar fisika siswa yang diperoleh adalah 74,28 lebih besar dibandingkan dengan nilai standar KKM yakni sebesar 65, dengan ketercapaian kriteria ketuntasan belajar mencapai 82,86% atau 29 siswa mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan 65.

Berdasarkan hasil analisis data pada pengujian hipotesis untuk rata-rata , thitung berada pada penolakan H0, dengan demikian Ha dinyatakan diterima. Hal ini memberi indikasi bahwa skor rata-rata hasil belajar fisika siswa telah memenuhi standar KKM setelah di ajar dengan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. Fakta tersebut diatas menunjukkan bahwa siswa dapat memahami dan menganalisis materi pelajaran setelah siswa diajar dengan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung yang dibantu dengan media sederhana menghubungkan masalah yang terjadi dengan situasi kehidupan nyata. Hal ini sesuai dengan penelitian Kurniawan (2010) yang menyatakan bahwa model pembelajaran langsung merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mencapai hasil belajar fisika yang optimal. Selain daripada itu, Wayan Diskrit (2009), juga menyatakan bahwa model pembelajaran langsung memiliki peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Terkait

FMIPA Universitas Negeri Makassar

dengan media Rizal (2009) mengemukakan bahwa keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada tiga faktor, yaitu: isi pesan, cara menjelaskan pesan dan karakteristik penerima pesan. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Jadi dalam memilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing, artinya media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa. Oleh karena itu berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dikatakan bahwa siswa yang diajar melalui pembelajaran model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana membuat siswa termotivasi dalam mengikuti materi pembelajaran dan siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti suatu mata pelajaran khususnya mata pelajaran Fisika, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana, siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelesaian masalah melalui kegiatan praktikum, serta aktif dalam manarik kesimpulan.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil belajar Fisika kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju setelah diajar

dengan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana berada dalam kategori tinggi.
2. Hasil belajar Fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju telah

mencapai ketuntasan klasikal secara nasional dan telah memenuhi standar KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah setelah diajar dengan pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. Dengan demikian dapat di kemukakan bahwa model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana memegang peranan dalam mencapai hasil belajar fisika siswa yang memenuhi standar Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) pada pokok bahasan Suhu dan Pengukuran di SMP Negeri 2 Sukamaju A. Saran 1. Untuk para peneliti/guru agar dapat mengembangkan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana (pokok bahasan yang sesuai) untuk mencapai standar ketuntasan minimal yang ditetapkan. 2. Kepada peneliti lain yang berniat melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan perbandingan. model

FMIPA Universitas Negeri Makassar

DAFTAR PUSTAKA Arifin. M, dkk. 2000. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Bandung : Jurusan Pendidikan fisika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Guruh. 2010. Pemilihan Media Pembelajaran. Tersedia http://www.membuatblog.web.id/2010/06/pemilihan-mediapembelajaran.html. Diakses pada 12 Juli 2010. pada

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Muhammad Natsir. 2005. Strategi Pembelajaran Fisika. Makassar: Laboratorium Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar. Rizal. 2009. Perkembangan Media Sederhana. Tersedia http://rizalaldura.blogspot.com/2009/10/perkembangan-mediasederhana.html. Diakses pada tanggal 12 Juli 2010. pada

Roy

Killen. 2010. Model Pembelajaran Langsung. Tersedia pada http://eduzona.blogspot.com/2010/04/model-pembelajaran-langsung-directatau.html. Diakses pada tanggal 12 Juli 2010.

Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Universitas Negeri Makassar Santyasa, I Wayan. 2007. Pendidikan. Tersedia pada http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/MEDIA_PEMBELAJARAN.pdf. Diakses pada 12 Juli 2010. Sardiman. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta : Rajawali Press. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjana, Nana. 2003. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran. Tersedia http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/09/15/mediapembelajaran/. Diakses pada 12 Juli 2010. pada

FMIPA Universitas Negeri Makassar

Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian, Fungsi, dan Mekanisme Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). (online), (http://akhmadsudrajat.wordpress. com/2008/08/15/pengertian-fungsi-danmekanisme-penetapan-kriteria-ketuntasan-minimal-kkm/), diakses 13 maret 2010) Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

FMIPA Universitas Negeri Makassar

FMIPA Universitas Negeri Makassar

FMIPA Universitas Negeri Makassar

FMIPA Universitas Negeri Makassar

FMIPA Universitas Negeri Makassar

FMIPA Universitas Negeri Makassar

11

KUNCI JAWABAN INSTRUMEN

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

C C D A A A D B A D

11. A 12. C 13. B 14. C 15. B 16. C 17. B 18. C 19. A 20. D

21. D

LAMPIRAN A. 2: VALIDITAS ITEM DAN REALIBILITAS Tabel Analisis Validitas Item


No item soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

FMIPA Universitas Negeri Makassar

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 p q p/q benar Mp Mp-Mt (MpMt)/St squart of p/q pbi Status Mt rtabel

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 27 0.931 0.069 13.50 0 625 23.14 8 0.715 0.135 3.674 0.495 Valid 22.43 3 0.367

0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 27 0.931 0.069 13.50 0 633 23.44 4 1.011 0.190 3.674 0.700 Valid

0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 0.862 0.138 6.250 589 23.56 0 1.127 0.212 2.500 0.531 Valid

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 28 0.966 0.034 28.00 0 654 23.35 7 0.924 0.174 5.292 0.921 Valid

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 26 0.897 0.103 8.667 607 23.34 6 0.913 0.172 2.944 0.506 Valid

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 0.138 0.862 0.160 90 22.50 0 0.067 0.013 0.400 0.005 Drop

0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 18 0.621 0.379 1.636 442 24.55 6 2.122 0.400 1.279 0.511 Valid

0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 21 0.724 0.276 2.625 502 23.90 5 1.471 0.277 1.620 0.449 Valid

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 8 0.276 0.724 0.381 184 23.000 0.567 0.107 0.617 0.066 Drop

0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0.103 0.897 0.115 81 27.00 0 4.567 0.860 0.340 0.292 Drop

FMIPA Universitas Negeri Makassar

item soal 11 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 19 0.655 0.345 1.900 457 24.05 3 1.619 0.305 1.378 0.421 Valid 12 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0.103 0.897 0.115 83 27.66 7 5.233 0.986 0.340 0.335 Drop 13 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 12 0.414 0.586 0.706 275 22.91 7 0.483 0.091 0.840 0.077 Drop 14 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 18 0.621 0.379 1.636 430 23.88 9 1.456 0.274 1.279 0.351 Drop 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0.966 0.034 28.00 0 648 23.14 3 0.710 0.134 5.292 0.707 Valid 16 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 0.207 0.793 0.261 135 22.50 0 0.067 0.013 0.511 0.006 Drop 17 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.034 0.966 0.036 25 25.000 2.567 0.484 0.189 0.091 Drop 18 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 17 0.586 0.414 1.417 426 25.05 9 2.625 0.495 1.190 0.589 Valid 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0.034 0.966 0.036 19 19.00 0 -3.433 -0.647 0.189 -0.122 Drop 20 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 17 0.586 0.414 1.417 399 23.47 1 1.037 0.195 1.190 0.233 Drop 21 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 13 0.448 0.552 0.813 322 24.76 9 2.336 0.440 0.901 0.397 Valid 22 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 18 0.621 0.379 1.636 420 23.33 3 0.900 0.170 1.279 0.217 Drop 23 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 23 0.793 0.207 3.833 557 24.21 7 1.784 0.336 1.958 0.658 Valid 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 0.897 0.103 8.667 605 23.26 9 0.836 0.157 2.944 0.464 Valid

FMIPA Universitas Negeri Makassar

item soal 25 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 26 0.897 0.103 8.667 606 23.30 8 0.874 0.165 2.944 0.485 Valid 26 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 22 0.759 0.241 3.143 527 23.95 5 1.521 0.287 1.773 0.508 Valid 27 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 13 0.448 0.552 0.813 291 22.38 5 -0.049 -0.009 0.901 -0.008 Drop 28 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 12 0.414 0.586 0.706 292 24.33 3 1.900 0.358 0.840 0.301 Drop 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0.034 0.966 0.036 19 19.00 0 -3.433 -0.647 0.189 -0.122 Drop 30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 26 0.897 0.103 8.667 608 23.38 5 0.951 0.179 2.944 0.528 Valid 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 28 0.966 0.034 28.00 0 648 23.14 3 0.710 0.134 5.292 0.707 Valid 32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 28 0.966 0.034 28.00 0 648 23.14 3 0.710 0.134 5.292 0.707 Valid 33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 27 0.931 0.069 13.50 0 632 23.40 7 0.974 0.184 3.674 0.674 Valid 34 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 0.207 0.793 0.261 144 24.00 0 1.567 0.295 0.511 0.151 Drop 35 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 23 0.793 0.207 3.833 530 23.04 3 0.610 0.115 1.958 0.225 Drop 36 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 22 0.759 0.241 3.143 529 24.04 5 1.612 0.304 1.773 0.538 Valid 37 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 10 0.345 0.655 0.526 230 23.00 0 0.567 0.107 0.725 0.077 Drop 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 23 0.793 0.207 3.833 539 23.43 5 1.001 0.189 1.958 0.369 Valid 39 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 8 0.276 0.724 0.381 191 23.87 5 1.442 0.272 0.617 0.168 Drop 40 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 9 0.310 0.690 0.450 223 24.77 8 2.344 0.442 0.671 0.296 Drop

X 18 19 24 27 26 23 24 28 25 25 28 28 19 24 23 25 23 23 22 21 23 27 19 25 20 20 19 22 23 673

FMIPA Universitas Negeri Makassar

PERHITUNGAN VALIDITAS ITEM Perhitungan validitas item dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
pbi= Mp -Mt S pq

(Arikunto, Suharsimi, 2003: 79) Dengan :


pbi = koefesien korelasi biserial

Mp = rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar Mt = rerata skor total S p q = Standar deviasi dari skor total = proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada soal (tingkat kesukaran) =1p
pbirtabel maka item tersebut

berdasarkan pada kriteria validitas, jika

dikatakan valid dan jika

pbi <rtabel maka item tersebut invalid.

Dimana:
Mt= 54635=15,6

S = 3,06 rtabel = 0,361 pada = 0,05

FMIPA Universitas Negeri Makassar

PERHITUNGAN RELIABILITAS ITEM Mencari reliabilitas tes dengan menggunakan persamaan Kuder-Richardson 20 (KR20), persamaan yang digunakan adalah :
rii=nn-1S2-pqS2

(Arikunto, Suharsimi. 2003: 100) Keterangan : rii p q = reliabilitas tes secara keseluruhan = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n S2

= banyaknya item = Varians

Adapun harga-harga yang diperlukan : n = 21 = 2,685

= 23,56

rii =2129-123,56-

2,68523,56

FMIPA Universitas Negeri Makassar

= 0,665 Jadi reliabilitas tes hasil belajar uji coba adalah 0,665 (memiliki taraf kepercayaan yang cukup tinggi).

LAMPIRAN A.3 : INSTRUMEN PENELITIAN Sekolah Kelas/ Semester Mata pelajaran Alokasi waktu : : : : SMP Negeri 2 Sukamaju VII/ Satu (I) FISIKA 90 menit

Petunjuk : Berilah tanda silang pada jawaban yang paling benar !


1. Besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu zat adalah . . . a. Kalor b. Intensitas panas c. Suhu d. Koefisien muai 1. Alat pengukur suhu suatu benda disebut . . . a. Barometer b. Manometer c. Termometer d. Kalorimeter 1. Satuan suhu dalam SI adalah . . . a. Celcius b. Reamur c. Fahrenheit d. Kelvin 1. Pernyataan yang merupakan bukan keuntungan dari alkohol jika digunakan sebagai pengisi tabung termometer adalah . . . a. Membasahi dinding tabung kaca termometer b. Memiliki titik beku -1120C c. Peka terhadap perubahan suhu d. Harganya murah 1. Kelebihan raksa digunakan sebagai zat muai pada termometer di antaranya adalah . . . a. Tidak membasahi dinding b. Daerah ukurnya kecil c. Pemuaiannya tidak teratur d. Dapat mengukur suhu yang sangat rendah 1. Suhu titik didih air murni pada tekanan 1 atm jika dinyatakan dalam skala Celcius adalah . . . a. 100 b. 273 c. 212

FMIPA Universitas Negeri Makassar

d. 373 1. Termometer klinik mempunyai daerah ukur antara . . . a. 00C 500C b. 00C 1000C c. 300C 400C d. 350C 420C 1. Jika thermometer Celcius menunjukkan angka 1000C, yaitu titik didih air murni pada tekanan 1 atm, maka bila diukur dengan thermometer Fahrenheit angka tersebut sama dengan . . . a. 2800F b. 2120F c. 1800F d. 1320F 1. Bila thermometer Celcius menunjukkan skala 800, skala Reamur akan menunjukkan a. 640 b. 960 c. 1000 d. 1500 1. Urutkan alat ukur panjang mulai dari yang paling teliti adalah . . . a. Mistar, jangka sorong, micrometer b. Jangka sorong, micrometer, mistar c. Micrometer, mistar, jangka sorong d. Micrometer, jangka sorong, mistar 1. Sebuah peti berbentuk balok dengan panjang 3 m, lebar 40 cm, dan tinggi 30 cm. Volume peti tersebut adalah . . .m3 a. 0,36 b. 0,34 c. 0,036 d. 0,0306 1. Urutan alat ukur waktu mulai dari yang paling teliti adalah . . . a. Jam matahari, jam air, stopwatch, arloji b. Arloji, stopwatch, jam air, jam matahari c. Jam atom, stopwatch, arloji, jam matahari d. jam atom, arloji, stopwatch, jam air 1. Sebuah balok kayu diam di atas sebuah mistar.

Panjang balok adalah . . . a. 8 cm b. 4,5 cm

FMIPA Universitas Negeri Makassar

c. 3,5 cm d. 5,5 cm 1. Perhatikan gambar berikut ini!

Panjang kertas adalah . . . a. 8,7 cm b. 8,9 cm c. 8,8 cm d. 9 cm 1. Sebuah segitiga memiliki luas 60 cm2 dan panjang sisi alas 15 cm. Tinggi segitiga adalah . . . a. 2 cm b. 8 cm c. 4 cm d. 16 cm 1.

Diagram di atas menunjukkan waktu pada suatu stopwatch pada awal dan akhir dari suatu percobaan. Berapa lama percobaan tersebut berlangsung? a. 10 s b. 35 s c. 25 s d. 45 s 1. Berapa m2 terdapat pada sebidang tanah seluas 250 are? (1 ha = 1 hm2) a. 250 b. 25000 c. 2500 d. 250000 1. Diagram di samping menunjukkan ketinggian zat cair dalam gelas ukur. Volume zat cair adalah . . . a. 24 cm3

FMIPA Universitas Negeri Makassar

10

b. 28 cm3 c. 29 cm3 d. 32 cm3 1. Volume batu yang ditunjukkan pada gambar di samping adalah . . . a. b. c. d. 20 mL 40 mL 120 mL 60 mL

1. Volum benda yang tidak teratur dapat diketahui dengan cara ... a. mengalikan luas alas dengan tebalnya b. mengalikan panjang sisi-sisinya c. Membandingkan dengan volum suatu benda yang bentuknya teratur dan beratnya sama d. menggunakan gelas berpancuran berskala yang diisi dengan air 1. Alat ukur yang cocok digunakan untuk mengukur diameter dalam sebuah pipa adalah . . . a. Mistar b. Meteran c. Mikrometer sekrup d. Jangka sorong

FMIPA Universitas Negeri Makassar

11

KUNCI JAWABAN INSTRUMEN


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

C C D A A A D B A D

11. A 12. C 13. B 14. C 15. B 16. C 17. B 18. C 19. A 20. D

21. D

FMIPA Universitas Negeri Makassar

12

LAMPIRAN B. 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP NEGERI 2 SUKAMAJU Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Program/ Semester : VII /Ilmu-Ilmu Alam/ Ganjil Materi Pokok : Suhu Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)

Standar kompetensi

1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda benda alam dengan menggunakan peralatan

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian

: 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya : a. Menjelaskan pengertian suhu b. Menggunakan termometer untuk mengukur suhu zat c. Membandingkan skala termometer Celsius dengan termometer yang lain.

Tujuan Pembelajaran : Setelah pembelajaran, siswa dapat: a. Kognitif Produk 1. Menjelaskan pengertian suhu 2. Menjelaskan bagian-bagian dari termometer 3. Menyebutkan jenis-jenis termometer a. Psikomotorik 1. Menggunakan termometer untuk mengukur suhu suatu benda

FMIPA Universitas Negeri Makassar

13

2. Kognitif Kinerja 1. Membaca skala pada termometer 2. Membandingkan skala pada termometer Celcius dengan termometer skala Kelvin, Reamur dan Fahrenheit I. Materi Pembelajaran Suhu II. Metode Pembelajaran 1. Model 2. Metode : Direct Instruction(DI) : Demonstrasi, Eksperimen

III.Langkah-langkah Pembelajaran PERTEMUAN I Fase pembelajaran Fase 1 Kegiatan guru Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya : apakah hubungan suhu dengan panas atau dingin dan alat apakah yang dipakai untuk mengukur bila suhu tubuhmu terasa panas? menyajikan infomasi secara singkat tentang materi Mendemonstrasikan kegiatan praktikum yang akan dilakukan sesuai dengan LKS I. Mendemonstrasikan bagian-bagian termometer dan cara menggunakannya serta kesetaraan skala pada termometer dengan menggunakan media sederhana. Membimbing siswa pembentukan kelompok Kegiatan siswa waktu

Menyampaika n tujuan dan mempersiapka n siswa Fase 2 Mendemonstr asikan pengetahuan / ketrampilan

Mencermati apa yang 5 disampaikan oleh guru. Memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

Memperhatikan 15 penjelasan guru dan bertanya jika ada hal-hal yang tidak dimengerti Memperhatikan penjelasan guru

Fase 3

dalam

Mengikuti arahan guru 30 Merespon bimbingan

FMIPA Universitas Negeri Makassar

14

Membimbing pelatihan

Membimbing siswa melakukan eksperimen seperti yang tercantum pada LKS I dan memberikan bimbingan jika ada siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan Meminta siswa untuk mendiskusikan prinsip kerja termometer Meminta setiap kelompok untuk mencatat hasil pengamatan pada LKS I Meminta siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatan Meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya dan kelompok lain menanggapi

guru dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi Mendiskusikan prinsip kerja termometer Mencatat hasil pengamatan pada LKS I

Membuat kesimpulan dari hasil pengamatan yang dilakukan Kelompok yang ditunjuk mempresentasikan hasil percobaannya dan kelompok lain menanggapi jika ada perbedaan pendapat Siswa mengerjakan soal 20 yang diberikan

Fase 4 Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Memberikan soal tentang materi yang telah dipelajari

Meminta setiap kelompok untuk menyimpulkan hasil kegiatan Meminta siswa untuk membuat laporan

Menyimpulkan hasil 5 kegiatan yang dilakukan Mencatat tugas yang diberikan

FMIPA Universitas Negeri Makassar

15

PERTEMUAN II Fase pembelajaran Fase 1 Kegiatan guru guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan siswa waktu

Menyampaikan tujuan dan Guru mengajukan pertanyaan Hasil pengukuran suhu dinyatakan mempersiapkan dengan satuan, satuan apakah yang siswa dipakai? Dan Apakah satuan suhu dalam Standar Internasional (SI)? Fase 2 Mendemonstra sikan pengetahuan / ketrampilan Memberikan informasi cara membaca skala termometer dengan benar Mendemonstrasikan langkah- langkah penggunaan dan pengukuran suhu suatu objek pada termometer. Mendemonstrasikan cara membuat termometer sederhana. Membimbing siswa melakukan eksperimen seperti yang tercantum pada LKS II dan memberikan bimbingan jika ada siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan Membimbing siswa melakukan kegiatan membandingkan skala pada termometer Celcius dengan termometer Kelvin, Reamur dan Fahrenheit Memberikan bimbingan jika ada siswa/yang mengalami kesulitan Memberikan informasi cara menentukan skala termometer Celsius dengan termometer Kelvin, Reamur dan Fahrenheit

Memperhatikan tujuan 5 pembelajaran yang akan dicapai Mencermati apa yang disampaikan oleh guru dan menjawab pertanyaan guru sesuai pengetahuan

Memperhatikan 15 penjelasan guru dan bertanya jika ada hal-hal yang tidak dimengerti Memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh guru

Fase 3 Membimbing pelatihan

Merespon bimbingan 30 guru dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi Memperhatikan penjelasan guru dengan seksama

Mengajukan pertanyaan kepada guru jika mengalami kesulitan Mencermati apa yang disampaikan oleh guru dan mengajukan pertanyaan jika ada yang

FMIPA Universitas Negeri Makassar

16

dengan perbandingan sebagai berikut TC : TK : TR : (TF - 32) = 5 : (TC + 273) : 4 : 9. Meminta setiap siswa untuk mencatat hasil pengamatan pada LKS II Meminta setiap kelompok untuk menyebutkan hasil pengamatannya dan kelompokn lain menanggapi Meminta siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatannya. Memberikan soal tentang materi yang telah dipelajari

kurang dipahami Mencatat hasil pengamatan pada LKS II Menanggapi pengamatan lain hasil kelompok

Fase 4 Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Siswa menyimpulkan 20 hasil kegiatannya Siswa mengerjakan soal yang diberikan

Meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal di rumah

Mencatat diberikan

tugas

yang 5

I. Sumber/ Bahan/ Alat Bantu Sumber : Budi Prasodjo dkk. 2006. Teori dan Aplikasi Fisika. Bogor: Penerbit Yudhistira (hal. 51) Mikrajuddin Abdullah. 2004. Fisika Esis SMP untuk kelas VII. Jakarta: Penerbit Erlangga (hal. 25) Alat/Bahan : air es, air hangat, termometer, gelas kimia, pembakar Bunsen,

II. Penilaian & Tindak Lanjut Prosedur Penilaian :

FMIPA Universitas Negeri Makassar

17

Penilaian Kognitif Teknik Penilaian Bentuk : Tes tertulis,Tugas Kelompok

: Isian, Essay, Laporan

Penilaian Psikomotor / Praktek Teknik Kinerja Bentuk Instrumen : Aspek Kognitif : Soal Terlampir Aspek Psikomotor : Lembar Kerja Siswa : Eksperimen

: Unjuk kerja

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Program/ Semester Materi Pokok : SMP NEGERI 2 SUKAMAJU : Fisika : VII /Ilmu-Ilmu Alam/ Ganjil : Pengukuran

FMIPA Universitas Negeri Makassar

18

Alokasi Waktu Standar kompetensi :

: 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda benda alam dengan menggunakan peralatan

Kompetensi Dasar

: 1.2. Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari

Indikator Pencapaian

a. Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai b. Menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan Pembelajaran : Setelah pembelajaran, siswa dapat: a. Kognitif Produk 1. Menyebutkan alat-alat ukur dan fungsinya 2. Membaca hasil pengukuran dengan benar a. Psikomotorik 1. Menggunakan alat ukur dengan baik dan benar 2. Memanfaatkan alat-alat ukur dalam kehidupan sehari-hari

a. Kognitif Kinerja 1. Mengetahui cara menentukan besaran panjang suatu benda dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup 2. Mengetahui cara menentukan volume benda padat yang bentuknya tidak teratur I. Materi Pembelajaran

FMIPA Universitas Negeri Makassar

19

PENGUKURAN II. Metode Pembelajaran 1. Model 2. Metode PERTEMUAN I Fase pembelajaran Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Kegiatan guru guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, apa yang dimaksud dengan pengukuran dan bagaimana mendapatkan hasil pengukuran yang tepat? menyajikan infomasi secara singkat tentang materi Menunjukkan bagian-bagian mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup pada peserta didik Mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan alat ukur, pengukuran suatu objek, cara membaca skala, menentukan nilai dan membandingkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup (dengan media sederhana) Kegiatan siswa waktu : Direct Instruction (DI) : Demonstrasi, Eksperimen

III.Langkah-langkah Pembelajaran

Memperhatikan tujuan 5 pembelajaran yang akan dicapai Mencermati apa yang disampaikan oleh guru.

Fase 2 Mendemonstrasi kan pengetahuan / ketrampilan

Memperhatikan 15 penjelasan guru dan bertanya jika ada halhal yang tidak dimengerti Mencermati apa yang dijelaskan oleh guru

FMIPA Universitas Negeri Makassar

20

Fase 3 Membimbing pelatihan

Membimbing siswa melakukan eksperimen seperti yang tercantum pada LKS III Memberikan bimbingan jika ada siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan Meminta setiap kelompok untuk mencatat hasil pengamatan pada LKS III Meminta siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatan Meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya dan kelompok lain menanggapi

Merespon bimbingan 30 guru dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi Mencatat hasil pengamatan pada LKS III Membuat kesimpulan dari hasil pengamatan Kelompok yang ditunjuk memresentasikan hasil percobaannya dan kelompok lain menanggapi jika ada perbedaan pendapat

Fase 4 Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Memberikan soal tentang materi yang telah dipelajari

Siswa mengerjakan 20 soal yang diberikan

Meminta laporan

siswa

untuk

membuat

Mencatat tugas yang 5 diberikan

PERTEMUAN II

FMIPA Universitas Negeri Makassar

21

Fase pembelajaran Fase 1

Kegiatan guru

Kegiatan siswa

waktu

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Fase 2

guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, bagaimana mengukur volume dari benda berbentuk teratur dan benda tidak teratur? menyajikan infomasi secara singkat tentang materi Mendemonstrasikan langkahlangkah untuk menghitung volume zat cair dengan menggunakan gelas ukur Mendemonstrasikan langkahlangkah untuk untuk menghitung volume balok secara langsung dan beberapa benda tidak teratur berdasarkan selisih volume cair pada gelas ukur Meminta setiap kelompok untuk mengambil jangka sorong, gelas ukur, tiga buah benda yang bentuknya tidak teratur dan beberapa balok yang terbuat dari kayu, aluminium dan besi Meminta setiap kelompok menghitung volume balok yang sudah diukur dengan menggunakan rumus V = p l t Membimbing siswa melakukan eksperimen seperti yang tercantum pada LKS IV Memberikan bimbingan jika ada siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan Meminta setiap kelompok untuk mencatat hasil pengamatan pada LKS III Meminta siswa untuk menginterpretasikan data yang

Memperhatikan tujuan 5 pembelajaran yang akan dicapai Mencermati apa yang disampaikan oleh guru.

Mendemonstra sikan pengetahuan / ketrampilan

Memperhatikan 15 penjelasan guru dan bertanya jika ada halhal yang tidak dimengerti

Fase 3 Membimbing pelatihan

Mengambil alat-alat 30 praktikum yang diperintahkan oleh guru

Menghitung volume balok yang sudah diukur dengan menggunakan rumus V =plt Merespon bimbingan guru dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi Mencatat hasil pengamatan pada LKS III

FMIPA Universitas Negeri Makassar

22

diperoleh dalam bentuk tabel Meminta siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatan Meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya dan kelompok lain menanggapi

Menginterpretasikan data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel Membuat kesimpulan dari hasil pengamatan Kelompok yang ditunjuk memresentasikan hasil percobaannya dan kelompok lain menanggapi jika ada perbedaan pendapat

Fase 4

Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman dari pembelajaran Memberikan soal tentang materi yang telah dipelajari

Membuat rangkuman 20 dari pembelajaran Siswa mengerjakan soal yang diberikan

Memberikan tugas rumah berupa latihan soal

Mencatat tugas yang 5 diberikan

I. Sumber/ Bahan/ Alat Bantu Sumber : Budi Prasodjo dkk. 2006. Teori dan Aplikasi Fisika. Bogor: Penerbit Yudhistira (hal. 13) Mikrajuddin Abdullah. 2004. Fisika Esis SMP untuk kelas VII. Jakarta: Penerbit Erlangga (hal. 41)

FMIPA Universitas Negeri Makassar

23

Alat/Bahan

: mistar, jangka sorong, micrometer sekrup, stopwatch, gelas ukur, benda tak beraturan, gelas berpancuran.

II. Penilaian & Tindak Lanjut Prosedur Penilaian : Penilaian Kognitif Teknik Penilaian : Tes tertulis,Tugas Kelompok Bentuk : Isian, Essay, Laporan : Eksperimen Penilaian Psikomotor / Praktek Teknik Kinerja Bentuk Instrumen : Aspek Kognitif : Soal Terlampir Aspek Psikomotor : Lembar Kerja Siswa : Unjuk kerja

LAMPIRAN B 2. LEMBAR KERJA SISWA


LEMBAR KERJA SISWA I (LKS)

FMIPA Universitas Negeri Makassar

24

Nama

: 1. 2. 3.

4. . 5. . 6. .

Kelompok Kelas

: :

Judul Tujuan indra peraba Alat dan Bahan Prosedur kerja

: Membedakan suhu : Mengukur derajat panas dinginnya suatu benda dengan : air es, air hangat, air sejuk, tiga buah bejana/wadah :

1. Tuangkan air dingin ke dalam wadah A, air sejuk ke dalam wadah B, dan air hangat ke dalam wadah C. 2. Celupkan tangan kananmu ke dalam wadah A dan telapak tangan kirimu ke dalam wadah C selama 30 detik. Apakah yang kamu rasakan pada masingmasing tanganmu? 3. Angkatlah kedua tanganmu secara bersamaan lalu segeralah celupkan kedua tanganmu kedalam wadah B. Apakah yang kamu rasakan pada masing-masing tanganmu? Pertanyaan 1. Dapatkah tanganmu membedakan suhu kedua jenis air pada wadah A dan wadah C? Jawab:.......................................................................... .

FMIPA Universitas Negeri Makassar

25

2. Dapatkah tanganmu mengukur suhu air dengan tepat? Jawab: .. . 3. Apakah kesimpulan yang bias kalian ambil dari percobaan di atas? Jelaskan! Jawab:

LEMBAR KERJA SISWA II (LKS)

FMIPA Universitas Negeri Makassar

26

Nama

: 1. 2. 3.

4. .. 5. 6.

Kelompok Kelas Judul Tujuan Alat dan Bahan Bunsen Prosedur kerja

: .. : . : Pengukuran suhu zat cair : Mengamati perubahan suhu zat cair saat dipanaskan : thermometer laboratorium, gelas kimia berisi air, pembakar :

1. Ukur suhu air dalam gelas kimia dengan cara mencelupkan bagian bawah thermometer ke dalam air. Catatlah hasilnya. 2. Angkat thermometer dari air. Letakkan gelas kimia di atas pembakar Bunsen yang telah dinyalakan. 3. Ukur suhu air yang sedang dipanaskan dalam selang waktu 1 menit. Pengukuran pertama dilakukan setelah air dipanaskan 1 menit. Hentikan pengukuran beberapa saat setelah air mendidih. 4. Catatlah hasilnya pada tabel berikut ini. Suhu air pada pemanasan menit keSebelum Suhu saat dipanaskan 1 Suhu air (0C) 5. Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut! LEMBAR KERJA SISWA III (LKS) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 mendidih

Nama

: 1.

4.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

27

2. 3. Kelompok Kelas : .. : .

5. 6.

Judul Tujuan

: Menentukan besaran panjang : Mengetahui cara menentukan besaran panjang suatu benda dengan Menggunakan mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup

Alat dan Bahan: mistar, jangka sorong,micrometer sekrup, balok, cincin, uang logam Prosedur kerja : 1. Ukur panjang, lebar dan tebal balok dengan menggunakan mistar. 2. Setelah itu dengan menggunakan jangka sorong ukur cincin. Jepit sisi luar cincin dengan kedua rahang jangka sorong yang besar. 3. Kunci posisi rahang itu sehingga tidak berubah-ubah sewaktu kamu akan membaca nilainya. 4. Catat nilai yang ditunjuk skala tetap dan skala nonius. Berapakah diameter luar cincin itu? 5. Ulangi langkah 4 untuk menentukan diameter dalam cincin. Untuk menentukan diameter dalam cincin kamu harus menggunakan rahang jaangka sorong yang kecil. 6. Untuk mengukur ketebalan uang logam kita menggunakan micrometer sekrup dengan cara jepit uang logam dengan kedua gagang micrometer sekrup. 7. Kunci posisi gagang itu sehingga tidak berubah-ubah sewaktu kamu akan membaca nilainya. 8. Catat nilai yang ditunjuk skala tetap dan skala putar. Berapakah ketebalan uang logam itu? Pertanyaan 1. Diantara ketiga alat ukur di atas manakah yang paling teliti? Jawab: ....................................................................................................................... 2. Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut!

FMIPA Universitas Negeri Makassar

28

Jawab:

LEMBAR KERJA SISWA IV (LKS)

Nama

: 1. 2. 3.

4. 5. 6.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

29

Kelompok Kelas

: .. : .

Judul Tujuan

: Menghitung Volume Benda Padat : Mengetahui cara menentukan volume benda padat yang bentuknya Teratur dan tidak teratur

Alat dan Bahan: balok kayu, buku, gelas ukur 100 cm3, gelas ukur 50 cm3, Gelas berpancuran, lima macam benda kecil yang bentuknya tidak teratur Prosedur kerja Kegiatan I 1. Ukur panjang, lebar, dan tinggi balok kayu dan buku dengan jangka sorong. 2. Isilah table berikut dan tentukan volume masing-masing benda. Benda Balok kayu Buku Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm) Volume (cm3) :

Kegiatan II
1. Isilah gelas ukur yang besar dengan air sampai volumenya 50 cm3.

2. Catat volume awal air tersebut. 3. Masukkan salah satu benda ke dalam air dan catat volume air sekarang. 4. Lakukan langkah 2 dan 3 untuk empat benda yang lain 5. Isi hasil pengamatan pada table berikut.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

30

Benda Benda 1 Benda 2 Benda 3 Benda 4 Benda 5 Cara lain:

Volume air

Volume benda + air

Volume benda

1. Isi gelas pancuran sampai ada air yang tumpah dari mulut pancuran.
2. Tempatkan gelas ukur 50 cm3 kosong tepat di bawah mulut pancuran.

3. Masukkan benda pertama dalam gelas berpancuran dan catat volume air yang tertampung dalam gelas ukur. 4. Lakukan langkah 1, 2, dan 3 untuk empat benda lainnya. 5. Isi hasil pengamatanmu pada tabel berikut. Benda Benda 1 Benda 2 Benda 3 Benda 4 Benda 5 Volume benda (cm3)

Pertanyaan 1. Apakah hasil pengukuran dengan gelas ukur dan gelas berpancuran memberikn hasil yang sama? Jawab:

FMIPA Universitas Negeri Makassar

31

2. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan tersebut! Jawab:

LAMPIRAN C.1 : DATA HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

Untuk mengetahui nilai yang diperoleh oleh siswa, digunakan rumus berikut:
N=SsSi x 100

FMIPA Universitas Negeri Makassar

32

Keterangan: N = nilai siswa Ss = skor hasil belajar siswa Si = skor ideal (21) Maka data skor hasil belajar fisika kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel C.11: DATA SKOR HASIL PENELITIAN KELAS VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju Identitas Siswa Skor Nilai 1 17 80.95 2 18 85.71 3 15 71.42 4 11 52.38 5 15 71.42 6 18 85.71 7 13 61.90 8 20 95.23 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 17 15 9 13 18 20 20 20 18 15 15 16 14 18 19 16 15 15 16 80.95 71.42 42.85 61.90 85.71 95.23 95.23 95.23 85.71 71.42 71.42 76.19 66.66 85.71 90.47 76.19 71.42 71.42 76.19

FMIPA Universitas Negeri Makassar

33

28 29 30 31 32 33 34 35 Jumlah Siswa Skor Maksimal Skor Minimum : 35 : 20 :5

14 19 10 16 15 5 16 14

66.66 90.47 47.61 76.19 71.42 23.80 76.19 66.66

LAMPIRAN C.2 : ANALISIS DESKRIPTIF HASIL ANALISIS DESKRIPTIF Skor maksimum Skor minimum Rentang skor Banyaknya kelas : 20 :5 = 20 5 = 15 = 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 35

FMIPA Universitas Negeri Makassar

34

= 1 + (3,3) (1,54) = 1 + 5,09 = 6,09 = 6 Panjang kelas (p) = rentang skorbanyaknya kelas = 156 = 2,5 =3 Tabel C.21: Distribusi frekuensi Skor fi xi 5-7 1 6 8-10 2 9 11-13 3 12 14-16 16 15 17-19 9 18 20-22 4 21 Jumlah 35 81 Rata-rata skor X Nilai rata-rata Standar deviasi (S)

xi2 36 81 144 225 324 441 1251

fixi 6 18 36 240 162 84 546

fixi2 36 162 432 3600 2916 1764 8910

= fixifi = 54635 = 15,60


=15,6021100=74,28

= nfixi2- (fixi)2n (n-1) = 35 (8910)- (546)235(35-1) = 311850- 29811635(34) =137341190 = 9,42 = 3,06

FMIPA Universitas Negeri Makassar

35

LAMPIRAN C.3 : ANALISIS STATISTIK INFERENSIAL A. Pengujian Normalitas Hasil Belajar Fisika Siswa Adapun harga-harga yang dibutuhkan adalah: Jumlah Sampel (n) Skor Tertinggi Skor Terendah Skor Ideal Rentang Skor Jumlah Kelas Interval Panjang Kelas Standar Deviasi = 35 = 20 =5 = 21 = 20 5 = 15 = 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 35 = 6,09 6 = 156 = 2,5 3 = 3.06

FMIPA Universitas Negeri Makassar

36

Tabel C.31. Pengujian Normalitas Skor Hasil Belajar Fisika Siswa


NO Kelas Batas Interval Kelas 4.5 1 2 5-7 7.5 8-10 10.5 3 11-13 13.5 4 14-16 16.5 5 6 17-19 19.5 20-22 22.5 2.25 Jumlah
2

Z Batas kelas -3.63 -2.65 -1.67

Z table 0.499 9

Luas Z tabel 0.004

Ei

Oi

Oi-Ei2Ei

0.137 1.523

1 2

5.463 0.15

0.496 0.044 0.452 5 0.198 6.916 3 2.217 0.254 9 0.369 12.92 16 0.737 0.114 1 0.284 9.937 3.164 9 4 35
2

-0.69

0.29 1.27

0.088 0.221 8.876

0.398 0.09 0.488 4

Untuk = 0.05 dan dk = k-1 = 6-1 = 5, maka diperoleh tabel = (0,95)(5) = 11,070. Berdasarkan tabel di atas, diperoleh 2hitung = 8,876. Dengan demikian 2hitung = 8,876 < 2tabel = 2(0,95)(5) = 11,070, yang berarti skor hasil belajar fisika siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal. B. Pengujian Hipotesis Penelitian
Uji Rata-rata (Uji-t) S2=nxi2-xi2n(n-1) S2=35 . 1251-(81)235(35-1) S2=43785-656135(34) S2=372241190

FMIPA Universitas Negeri Makassar

37

S2=31,28 S=31,28 S=5,59

thitung=-0Sn =82,86-655,5935 =17,865,595,91 =17,860,96 =18,60 Untuk nilai ttabel : dk = n 1 = 35 1 = 34 Taraf signifikansi = 0,05 akan dicari (0,95)(34) dengan interpolasi :

( )

t (0,95)(30) = 1,700 t (0,95)(40) = 1,680

t (0,95)(39) = 1,700 - 410x 0,02 = 1,700 0,008

FMIPA Universitas Negeri Makassar

38

= 1,692 Jadi, t tabel = 1,692 Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh t hitung > t tabel = 18,60 > 1,692 artinya t hitung berada pada daerah penolakan H0 dengan Ha diterima.

LAMPIRAN C.4 : PERSENTASE KETUNTASAN BELAJAR SISWA

No 1 2

Kategori Hasil Belajar Tuntas Belum Tuntas Jumlah

Frekuensi 29 6 35

Persentase (%) 82,86 17,14 100,00

Tabel C41. Distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju yang diajar menggunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana yang disusun berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (82,86%)

Tabel C.42. Kategori Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju Kabupaten Luwu Utara Kategori Hasil No Interval Nilai F Persentase(%) Belajar 1 0-20 Sangat rendah 0 0,00

FMIPA Universitas Negeri Makassar

39

2 3 4 5

21-40 41-60 61-80 81-100 Jumlah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

1 3 19 12 35

2,86 14,28 54,28 28,58 100,00

LAMPIRAN D.1 DOKUMENTASI MEDIA SEDERHANA

1. Jangka Sorong Sederhana

FMIPA Universitas Negeri Makassar

40

2. Gambar Mikrometer Sekrup

FMIPA Universitas Negeri Makassar

41

3. Perbandingan Skala pada Termometer

LAMPIRAN D.2 DOKUMENTASI EKSPERIMEN 1.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

42

2.

3.

4.

FMIPA Universitas Negeri Makassar

You might also like