You are on page 1of 12

MAKALAH PENYIMPANGAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN PESOHOR NEGERI

disusun guna memenuhi tugas Bahasa Indonesia Dosen Pengampu : Uum Qomariyah Rombel 1

oleh: 1. Rosina Retno Setyaningrum 2. Diana Wahyuning Fitawati 3. Nurrohmah 4. Galih Kurniadi 5. Manis Rahayu 6. Aditya Pranawestu (4101408047) (4101408058) (4101408088) (4101408102) (4101408141) (4101408192)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Bangsa Indonesia. Dalam kiprahnya sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia memiliki kaidah dan tatanan yang telah disempurnakan ejaannya. Dalam lingkup kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Kegiatan-kegiatan dalam bentuk lisan adalah pidato-pidato kenegaraan, sedangkan dalam bentuk tulisan adalah penulisan-penulisan dokumen dan putusan-putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan -badan kenegaraan lainnya. Bahasa Indonesia yang sudah dikenal sejak zaman dahulu merupakan bahasa nasional masyarakat Indonesia yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Pada zaman dahulu sampai sekarang masih ada sebagian dari masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa-bahasa daerah seperti bahasa Sunda, Jawa, Padang dan lain-lain. Bangsa Indonesia sudah sangat berkembang dalam berbagai bidang. Perkembangan tersebut meliputi teknologi, ekonomi, budaya, bahasa dan lain-lain. Perkembangan itu sangat mempengaruhi generasi muda bangsa Indonesia. Generasi muda bangsa Indonesia sangatlah berbeda dengan anakanak muda zaman dahulu. Generasi muda zaman sekarang cenderung mengikuti model dan tidak memikirkan kesopanan dan tata tertib, dari cara berpakaiannya, perilaku, sampai bahasa yang mereka gunakan. Generasi muda jarang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari hari, bahkan mereka lebih bangga dan enjoy untuk memakai bahasa gaul dan bahasa asing agar dinilai sebagai generasi muda yang tidak ketinggalan zaman. Hal tersebut dipengaruhi oleh penggunaaan bahasa Indonesia oleh para pesohor negeri yang menjadi sorotan media massa baik cetak maupun elektronik.

1.2

RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut. a. b. Siapakah pesohor negeri bangsa Indonesia? Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pesohor negeri pada masa orde baru? c. Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pesohor negeri pada masa sekarang?

1.3

TUJUAN Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan: a. b. Siapa pesohor negeri bangsa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pesohor negeri pada masa orde baru. c. Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pesohor negeri pada masa sekarang.

1.4

MANFAAT Penulisan makalah ini bermanfaaat untuk memberikan informasi mengenai: a. b. Siapa pesohor negeri bangsa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pesohor negeri pada masa orde baru. c. Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pesohor negeri pada masa sekarang.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

PESOHOR NEGERI Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun alam. Majunya negara Indonesia dipengaruhi oleh sumber daya manusia itu sendiri. Bila sumber daya manusianya baik maka akan berpengaruh juga terhadap kemajuannya. Manusia yang memiliki berbagai ketrampilan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi negeri ini, baik dari segi pengetahuan maupun hiburan. Mereka adalah pesohor negeri yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan bahasa, pengaruh tersebut dapat dilihat dari aktivitasnya terutama cara berbicara dan bertingkah laku yang pada akhirnya diketahui oleh publik. Pesohor negeri merupakan kalangan yang terdiri dari para artis, politikus, seniman, dan mereka yang memiliki kontribusi yang cukup besar bagi negeri. Mereka adalah orang yang berkiprah di Indonesia dan dikenal oleh publik.

2.2

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN PESOHOR NEGERI PADA MASA ORDE BARU Setiap rezim meninggalkan bekas pada bahasa. Semasa orde lama, kata-kata ganyang, nekolim, nasakom, dan sebagainya sangat akrab di telinga rakyat. Ketika Soekarno mundur, kekuatan kata-kata itu ikut melemah. Orde baru meninggalkan krisis politik dan ekonomi di Indonesia. Orde baru juga meninggalkan banyak istilah, jargon, dan akronim. Kekuasaan yang otoriter biasanya menciptakan istilah-istilah dan jargonjargon untuk mempertahankan kekuasaannya. Sesudah merdeka, peranan bahasa Indonesia semakin jelas dan nyata. Dalam pergaulan dengan bahasa-bahasa yang sudah ada di tanah air, identitas bahasa Indonesia semakin terlihat. Namun bukan berarti bahasa Indonesia aman dari masalah. Justru masalah kebahasaan di Indonesia cukup rumit, tidak hanya mencakup aspek bahasa saja, tetapi juga melibatkan

aspek pemakai dan pemakaiannya. Dilihat dari aspek bahasa, bahasa Indonesia berhadapan dengan bahasa asing, dan bahasa daerah. Dilihat dari aspek pemakaiannya, bahasa Indonesia berkembang dalam pemakaian istilah terutama pada komunikasi lisan. Hal ini terlihat pada ungkapan tertentu yang dipakai oleh para pemakainya yang semakin meluas. Gebrakan pemerintah pada masa orde baru adalah diberlakukannya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) tahun 1972. Sebelum adanya EYD, bahasa Indonesia yang digunakan masih diwarnai oleh bahasa etnis masingmasing atau unsur lain dari bahasa asing. Pemberlakuan EYD ditujukan untuk mengakomodasi keragaman bahasa yang ditemukan di tanah air ini. Kekacauan struktur bahasa dilakukan dan disebarluaskan oleh penguasa politik. Contoh kekacauan struktur bahasa tersebut dapat dilihat pada pengucapan sufiks -kan menjadi -ken, misalnya melaksanakan menjadi melaksanaken, ditiadakan menjadi ditiadaken, serta pengucapan kata semakin menjadi semangkin. Selain itu, preposisi daripada sebagai bentuk berlebihan (redundancy). Penggunaan kata daripada dalam masa orde baru menjadi sangat luas karena para pejabat merasa perlu meniru kesalahan yang dilakukan oleh Presiden Soeharto ketika dia berbicara bebas tanpa teks. Frase seperti melihat daripada pentingnya soal pangan, meninjau daripada anggaran belanja negara, mencamkan daripada keadaan pasar, dan kalimat-kalimat seperti itu diikuti oleh pejabat dan politisi tanpa merasa sungkan dan bersalah. Bentuk ini menyebabkan kalimat tidak efektif karena boros dalam menggunakan kata. Pemakaian preposisi seperti ini dapat merusak hubungan antarkata dalam kelompok frase.

2.3

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN PESOHOR NEGERI PADA MASA SEKARANG Pejabat negara memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan dan kemajuan negara. Segala bentuk aktivitas mereka memiliki pengaruh yang cukup besar. Terkadang pejabat negara ini juga telah mengalami kekeliruan atau penyimpangan norma dari salah satu bahasa atau lebih. Seperti pada kalimat-kalimat berikut ini.

a.

Saya membutuhkan staf dengan figur yang pintar, visioner, dan pandai melobi.

b.

Kasus ini harus diselesaikan dalam rangka good governance dalam bidang pelayanan.

c.

Saya harap semua perintah dapat di-follow up dan dilaksanakan. Sebenarnya istilah-istilah bahasa Inggris visioner, good governance,

dan follow-up sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Visioner berpadanan dengan berpandangan; good governance berpadanan dengan pemerintahan yang baik, dan follow-up berpadanan dengan

ditindaklanjuti. Bahasa Indonesia itu kaya dengan kosa kata, sehingga tidak memerlukan banyak istilah asing. Para peneliti dan pemerhati bahasa Indonesia mengimbau pejabat negara untuk memberikan contoh penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, khususnya dalam forum resmi kenegaraan. Sejumlah pejabat negara yang seringkali melakukan alih bahasa ke bahasa asing (umumnya mencampurnya dengan bahasa Inggris) jika sedang berbicara dalam forumforum resmi kenegaraan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhir-akhir ini sering melakukan alih bahasa ketika sedang berpidato resmi. Hal itu kemungkinan disebabkan tuntutan psikologis karena kondisi atau situasi politik yang sulit menggunakan bahasa Indonesia secara langsung. Padahal, acara tersebut pada umumnya kemudian disiarkan oleh televisi sehingga banyak masyarakat dari berbagai pelosok yang menyaksikannya. Saat pejabat bekerja harus mematuhi fungsi bahasa Indonesia yang diatur dalam UUD 1945 bahwa bahasa resmi adalah bahasa Indonesia dan bahasa nasional adalah bahasa Indonesia. Bahasa resmi dipakai sesuai dengan kaidah yang berlaku. Pemegang kebijakan harus memberi contoh dalam penggunaan bahasa Indoensia yang baik dan benar agar pejabat negara ikut mengembangkan bahasa Indonesia melalui caranya berbicara dalam forum-forum resmi. Sekarang ini cenderung terjadi penurunan kualitas penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya di kalangan generasi muda. Hal

itu bisa dilihat dari media elektronik yang banyak menggunakan bahasa sandi yang dikenal sebagai bahasa gaul. Ada kecenderungan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baik dan benar itu meningkat tetapi cukup komunikatif. Agar tetap komunikatif karena bahasa itu terus berkembang. Oleh karena itu, bahasa asing perlu dibakukan ke dalam bahasa Indonesia. Perhatian media massa terhadap pengembangan bahasa Indonesia cukup besar. Kalaupun masih ada penyimpangan, hal itu terjadi karena wartawan hanya berfungsi sebagai tape recorder dari apa yang dikatakan sumber berita yang umumnya pejabat. Untuk itu, pembinaan bahasa Indonesia seharusnya dimulai dengan membenahi bahasa pejabat. Media massa(cetak) diharapkan untuk mengikuti kaidah-kaidah berbahasa, pejabat pun harus dididik bagaimana menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Media massa ikut merusak perkembangan bahasa Indonesia. Apa yang disebut Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik (BIRJ) yang dipedomani dalam penulisan berita di media massa (cetak), sesungguhnya terikat pada tatanan bahasa Indonesia baku. Hanya saja BIRJ bersifat lebih sederhana, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima khalayak yang lebih luas. Perkataan pejabat sebagai sumber berita banyak yang menyimpang dari struktur tata bahasa. Ironisnya, penyimpangan-penyimpangan itu menyebar bagai penyakit menular ke pejabat lain yang ada pada tataran lebih rendah. Dalam perkembangannya, penyimpangan bahasa pejabat itu meluas ke kalangan pelaku bisnis dan masyarakat umum. Untuk itu, pembinaan bahasa juga perlu dilakukan di kalangan sumber berita, terutama pejabat pemerintah, kalangan militer yang mengeluarkan banyak akronim, dan pemimpin dunia usaha merisaukan perkembangan bahasa media massa Indonesia yang banyak dipengaruhi bahasa pejabat. Situasi ini sebenarnya tidak lepas dari praktek jurnalistik yang terlalu mengandalkan kalangan birokrat sebagai sumber informasi utama. Dalam proses interaksi semacam ini lalu muncul apa yang disebut infiltrasi bahasa birokrasi. Bahasa birokrasi yang digunakan dari lapisan

tertinggi di pemerintahan hingga ke desa-desa, menampilkan kata-kata yang tidak jelas. Kata-kata yang kabur maknanya itu sering kali dipakai begitu saja oleh media massa, sehingga kerancuan bahasa birokra itu kemudian t menyebar di kalangan masyarakat luas. Infiltrasi birokrasi dalam penggunaan bahasa di media massa ini harus diakui banyak menyumbang terjadinya peyimpangan. Perkataan seperti, "Rumah penduduk akan direhab", sebagaimana dikutip media massa dari seorang pejabat, yang dimaksud tentunya, "Rumah penduduk akan diperbaiki". Singkatan dan akronim terutama dimulai kalangan militer juga merasuki media massa dengan cepat dan luas. Akronim "Kopkamtib" atau "Kodam" misalnya, dalam media massa, hampir tidak pernah dilengkapi kepanjangan. Selain nama instansi itu terlalu panjang, juga dianggap tidak ekonomis bagi kolom surat kabar atau majalah. Bagi media massa (cetak), penyimpangan-peyimpangan dari bahasa birokrasi itu sebetulnya masih bisa diperbaiki, dengan menyunting atau mengubah penggunaan kata dan struktur kalimat sesuai kaidah bahasa yang baik dan benar. Namun bagi media televisi dan radio, perkataan langsung yang kurang baik dan kurang benar itu tentu tidak bisa dielakkan. Himpunan Sarjana Kesusasteraan Indonesia (HISKI) mengkritik pejabat pemerintah yang gemar menggunakan bahasa asing dalam pidato resmi kenegaraan. Bagaimana rakyat bisa mengerti bahasa Inggris sedangkan bahasa Indonesia saja masih dalam upaya pembinaan. Dalam konstitusi, termuat ketentuan yang menyatakan bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Karena itu, fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi harus benar-benar dijalankan. Konsekuensinya, saat berdinas pejabat pemerintahan harus menggunakan bahasa Indonesia. Selama dalam konteks berbicara di Indonesia pejabat harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai salah satu pengguna bahasa Indonesia yang baik, karena struktur bahasa Indonesianya sangat baik. Namun, akhir-akhir ini presiden juga mulai banyak menggunakan bahasa asing dalam pidato kenegaraan. Terkadang alasan penggunaan

bahasa asing dikaitkan dengan khalayak pendengarnya kaum intelektual yang dinilai dapat memahaminya. Namun, pidato tersebut juga ikut disiarkan atau diberitakan kepada masyarakat. Pejabat lebih sering menggunakan bahasa asing untuk istilah atau percakapan sehari-hari yang sebenarnya bisa menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki kosakata yang memadai untuk hal-hal umum. Mereka merasa tidak ketinggalan zaman kalau bicara memakai bahasa asing. Dunia pertelevisian tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga dampak negatif. Tayangan-tayangan televisi yang kebanyakan sinetron menggunakan bahasa yang tidak sesuai. Bahasa-bahasa yang digunakan kebanyakan bahasa keseharian masyarakat Jakarta yang merupakan tempat pembuatan sinetron tersebut. Bahasa tersebut menyebar dan ditiru masyarakat. Para pesohor di bidang seni, terutama pemain film, penyanyi, pembawa acara televisi apabila berbicara dalam suatu acara televisi yang bersifat informal, mereka lebih senang menggunakan bahasa gaul yang pada intinya dibangun dari bahasa Melayu Jakarta dan bahasa Indonesia. Bahasa gaul ini memang tepat digunakan untuk situasi akrab, tetapi karena bahasa itu digunakan di hadapan khalayak umum, maka ragam yang dipilih semestinya sebuah ragam yang dapat diterima oleh masyarakat yang berlatar belakang kebahasaan berbeda. Bahasa Indonesia ragam umum merupakan sebuah ragam yang menjadi milik bersama. Apabila ragam ini digunakan untuk pembicaraan di depan umum, maka semua lapisan masyarakat menjadi bagian di dalamnya. Hal ini tentu berbeda apabila terjadi antarperorangan yang tidak menjadi perhatian masyarakat. Bahasa yang digunakan untuk mengantarkan acara hiburan biasanya merupakan campuran bahasa Melayu Jakarta dan bahasa Indonesia. Dalam pergaulan yang bersifat lokal, nasional, internasional selalu ada kesantunan berbahasa. Bahasa akrab selalu digunakan untuk mermbangun hubungan akrab antara pembicara dan lawan bicara dalam lingkungan terbatas, sementara bahasa sopan selalu digunakan oleh seorang pembicara kepada khalayak untuk saling menghormati.

BAB III PENUTUP

3.1

SIMPULAN Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pesohor negeri banyak mengalami penyimpangan. Penyimpangan bahasa Indonesia di kalangan pejabat bisa dijumpai pada masa orde baru. Kekacauan struktur bahasa tersebut dapat dilihat pada pengucapan sufiks -kan menjadi -ken, misalnya melaksanakan menjadi melaksanaken. Penggunaan kata daripada dalam masa orde baru menjadi sangat luas karena para pejabat merasa perlu meniru kesalahan yang dilakukan oleh Presiden Soeharto ketika dia berbicara bebas tanpa teks. Para peneliti dan pemerhati bahasa Indonesia mengimbau pejabat negara untuk memberikan contoh penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, khususnya dalam forum resmi kenegaraan. Bahasa Indonesia di kalangan pelaku seni juga banyak mengalami penyimpangan. Bahasa yang digunakan dalam dunia pertelevisian banyak mengalami penyimpangan. Tayangan-tayangan televisi yang kebanyakan sinetron membawa dampak negatif karena bahasa yang digunakan tidak sesuai dan bahasa tersebut ditiru oleh masyarakat luas.

3.2

SARAN Persoalan yang muncul antara lain, perlunya keseragaman dalam penyerapan kata-kata bahasa asing, perbaikan bahasa para pejabat, pengutamaan kata-kata bahasa daerah sebagai lema baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penertiban akronim, dan lain-lain. Kesalahan-kesalahan berbahasa yang tergolong mendasar itu,

memunculkan gagasan agar para pejabat mengikuti kursus bahasa Indonesia yang baik dan benar. Konkretnya, muncul pula usulan agar para pejabat di negeri ini harus lulus UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia). Apabila dikaitkan dengan kendala ini, muncul gagasan menarik, bahwa untuk mengimbangi pesatnya perkembangan bahasa, sebaiknya Pusat Bahasa menggunakan KBBI daring (dalam jaringan/online) untuk

menyosialisasikan kata-kata serapan baru dari bahasa asing yang memang datang begitu banyak. Seharusnya pemerintahan kita juga harus lebih tanggap dalam menanggulangi masalah bahasa-bahasa baru yang bermunculan yang berpotensi kurang baik tarhadap perkembangannya. Misalnya bisa dengan memberikan seminar-seminar tentang indahnya berbahasa Indonesia atau dengan membuat poster-poster menarik tentang penggunaan bahasa Indonesia.

10

DAFTAR PUSTAKA

Widjojo, Muridan S. dan Mashudi Noorsalim. 2004. Bahasa Negara Versus Bahasa Gerakan Mahasiswa. Jakarta: LIPI Press. . 2009. Bahasa Indonesia pada Anak Muda Zaman Sekarang . http://salmanalfaridzi.ngeblogs.com/category/portofolio/bahasa-indonesia/. 4 Desember 2009. 21.34 WIB. Redaksi. 2006. Pejabat Publik, Media Publik dan Bahasa Indonesia. http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=SuratPembaca&id=1 26321. 4 Desember 2009. 21.40 WIB. Redaksi. 2008. Bahasa Pejabat dan Media Disorot. http://www.pikiranrakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=41882. 4 Desember 2009. 21.45 WIB. Redaksi. 2006. Pejabat Depdiknas Ikuti Uji Kemampuan Berbahasa Indonesia. http://www.antara.co.id/print/1159360323. 4 Desember 2009. 21.51 WIB. Redaksi. 2006. Kurang Bisa Berbahasa Indonesia Dengan Baik Dan Benar, Para Pejabat Akan Dites!. http://www.rileks.com/entertainment/ ragam/omg/2041-kurang-bisa-berbahasa-indonesia-dengan-baik-dan-benarpara-pejabat-akan-dites.html. 4 Desember 2009. 21.59 WIB. Balai Bahasa Medan. 2009. Bahasa Pejabat. http://www.hariansumutpos.com/ 2009/10/bahasa-pejabat.html. 4 Desember 2009. 21.59 WIB.

11

You might also like