You are on page 1of 34

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan dikendalikan. Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkngan. Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak. Suatu zat dapat disebut polutan apabila : Jumlahnya melebihi jumlah normal. Berada pada waktu yang tidak tepat. Berada di tempat yang tidak tepat. Sifat polutan adalah :

Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan

tidak merusak lagi. Merusak dalam waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.

A. Macam-macam Pencemaran Lingkungan 1. Berdasarkan Tempat Terjadinya Menurut tempat terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran udara, air, dan tanah. a. Pencemaran Udara Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok. 1. CO2 Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya kadar CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruh dunia yang ditebang. 2. CO Di lingkungan rumah dapat pula terjadi pencemaran. Misalnya, menghidupkan mesin mobil di dalam garasi tertutup. Jika proses Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat mengakibatkan efek rumah kaca.

pembakaran di mesin tidak sempurna, maka proses pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon monoksida) yang keluar memenuhi ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang yang ada di garasi tersebut. Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk ke dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kematian. 3. CFC Pencemara udara yang berbahaya lainnya adalah gas khloro fluoro karbon (disingkat CFC). Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak beraksi, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya. Gas ini dapat digunakan misalnya untuk mengembangkan busa (busa kursi), untuk AC (freon), pendingin pada almari es, dan penyemprot rambut (hair spray). Gas CFC yang membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3). Lapisan ozon ini merupakan pelindung bumi dari pengaruh cahaya ultraviolet. Kalau tidakl ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi, menyebabkan kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik, menyebebkan kanker kulit atau kanker retina mata. Jika gas CFC mencapai ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon tersebut berlubang yang disebut sebagai lubang ozon. Menurut pengamatan melalui pesawat luar angkasa, lubang ozon di kutub Selatan semakin lebar. Saat ini luasnya telah melebihi tiga kali luas benua Eropa. Karena itu penggunaan AC harus dibatasi. 4. SO, SO2 Gas belerang oksida (SO, SO2) di udara juga dihasilkan oleh pembakaran fosil (minyak, batubara). Gas tersebut dapat beraksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan, yang menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka terjadilah hujan asam.

Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati. Produksi pertanian merosot. Besi dan logam mudah berkarat. Bangunan bangunan kuno, seperti candi, menjadi cepat aus dan rusak. Demikian pula bangunan gedungdan jembatan. 5. Asap Rokok Polutan udara yang lain yang berbahaya bagi kesehatan adalah asap rokok. Asap rokok mengandung berbagai bahan pencemar yang dapat menyababkan batuk kronis, kanker patu-paru, mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan kesehatan lainnya. Perokok dapat di bedakan menjadi dua yaitu perokok aktif adalah orang yang tidak merokok tetapi menghirup ruangan. Menurut penelitian, perokok pasif memiliki risiko yang lebih besar di bandingkan perokok aktif. Jadi, merokok di dalam ruangan bersama orang lain yang tidak merokok dapat mengganggu kesehatan orang lain. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara antara lain :

dan

perokok pasif. Perokok aktif adalah mereka yang merokok. Perokok pasif asap rokok di suatu

Terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit pernapasan (bronkhitis, emfisema, dan kemungkinan kanker paru- paru. Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi pada logam, dan memudarnya warna cat. Terganggunya oertumbuhan tananam, seperti menguningnya daun atau kerdilnya tanaman akibat konsentrasi SO2 yang tinggi atau gas yang bersifat asam. . Adanya peristiwa efek rumah kaca (green house effect) yang dapat menaikkan suhu udara secara global serta dapat mengubah pola iklim bumi dan mencairkan es di kutub. Bila es meleleh maka permukaan laut akan naik sehingga mempengaruhi keseimbangan ekologi.

Terjadinya hujan asam yang disebabkan oleh pencemaran oksida

nitrogen

b.

Pencemaran Air Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna. Ditinjau dari asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara lain : 1. Limbah Pertanian Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia orang yang memakannya akan keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan mengancam kelestarian bendungan. bemdungan akan cepat dangkal dan biota air akan mati karenanya. 2. Limbah Rumah Tangga Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemek, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus

air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran air, dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacingT ubifex berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman. Dikota-kota, air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Didalam air got yangdemikian tidak ada organisme hidup kecuali bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan limbah industri, limbah rumah tangga di daerah perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh limbah yang ada. 3. Limbah Industri Adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air. Macam polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan organik (berbau busuk), polutan anorganik (berbuaih, berwarna), atau mungkin berupa polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemara air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Dilaut, sering terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan dengan kapal lain. Minyak yang ada di dalam kapal tumpah menggenangi lautan dalam jarak ratusan kilometer. Ikan, terumbu karang, burung laut, dan hewan-hewan laut banyak yang mati karenanya. Untuk mengatasinya, polutan dibatasi dengan pipa mengapung agar tidak tersebar, kemudian permukaan polutan ditaburi dengan zat yang dapat menguraikan minyak. 4. Penangkapan Ikan Menggunakan racun

Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan atau potas (racun)untuk menangkap ikan tangkapan, melainkan juga semua biota air. Racun tersebut tidak hanya hewan-hewan dewasa, tetapi juga hewanhewan yang masih kecil. Dengan demikian racun yang disebarkan akan memusnahkan jenis makluk hidup yang ada didalamnya. Kegiatan penangkapan ikan dengan cara tersebut mengakibatkan pencemaran di lingkungan perairan dan menurunkan sumber daya perairan. Akibat yang dtimbulkan oleh pencemaran air antara lain c. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen. Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi), dan Pendangkalan Dasar perairan. Punahnya biota air, misalnya ikan, yuyu, udang, dan serangga air. Munculnya banjir akibat got tersumbat sampah. Menjalarnya wabah muntaber.

Pencemaran tanah Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah-sampah rumah tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian, dan peternakan. Sampah dapat dihancurkan oleh jasad-jasad renik menjadi mineral, gas, dan air, sehingga terbentuklah humus. Sampah organik itu misalnya dedaunan, jaringan hewan, kertas, dan kulit. Sampah-sampah tersebut tergolong sampah yang mudah terurai. Sedangkan sampah anorganik seperti besi, alumunium, kaca, dan bahan sintetik seperti plastik, sulit atau tidak dapat diuraikan. Bahan pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian.

Sebaiknya, sampah yang akan dibuang dipisahkan menjadi dua wadah. Pertama adalah sampah yang terurai, dan dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah atau dapat dijadikan kompos. Jika pembuatan kompos dipadukan dengan pemeliharaan cacing tanah, maka akan dapat diperoleh hasil yang baik. cacing tanah dapat dijual untuk pakan ternak, sedangkan tanah kompos dapat dijual untuk pupuk. Lihat gambar 8.19. Proses ini merupakan proses pendaurulangan (recycle). Kedua adalah sampah yang tak terurai, dapat dimanfaatkan ulang (penggunaulangan = reuse). Misalnya, kaleng bekas kue digunakan lagi untuk wadah makanan, botol selai bekas digunakan untuk tempat bumbu dan botol bekas sirup digunakan untuk menyimpan air minum. Baik pendaurulangan maupun penggunaulangan dapat mencegah terjadinya pencemaran dapat kita lingkungan. lakukan Keuntungannya, adalah mencegah beban lingkungan menjadi atau berkurang. Kita tahu bahwa pencemaran tidak mungkin dihilangkan. Yang dampak negatifnya mengendalikannya. Selain penggunaulangan dan pendaurulangan, masih ada lagi upaya untuk mencegah pencemaran, yaitu melakukan pengurangan bahan/ penghematan (reduce), dan melakukan pemeliharaan (repair). Di negara maju, sloganslogan reuse, reduce, dan repair, banyak diedarkan ke masyarakat. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah antara lain Terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah). Berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik untuk pertumbuhan tanaman, dan Mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi.

2. Berdasarkan Macam Bahan Pencemaran Menurut macam bahan pencemarnya, pencemaran dibedakan menjadi berikut ini,

a. Pencemaran kimiawi : CO2 logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni,) bahan radioaktif, pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik. b. Pencemaran Biolagi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli, Salmonella thyposa. c. Pencemara fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet. d. Pencemaran Suara : kebisingan. Pencemaran Suara (kebisingan) Dikota-kota atau di daerah dekat industri / pabrik sering terjadi kebisingan. Pencemaran suara disebabkan oleh masuknya bunyi gaduh diatas 50 desibel (disingkat dB, merupakan ukuran tingkat kebisingan). Bunyi tersebut mengganggu kesehatan dan ketenangan manusia. Kebisingan menyebabkan penduduk menjadi sulit tidu, bahkan dapat mengakibatkan tuli, gangguan kejiwaan, dan dapat pula menimbulkan penyakit jantung, gangguan janin dalam kandungan, dan stress. Saat ini telah diusahakan agar mesin-mesin yang digunakan manusia tidak terlalu bising. jika bising harus diusahakan adanya isolator. menanam tanaman berdaun rimbun di halaman rumah meredam kebisingan. Bagi mereka yang suka mendengarkan musik yang hingar bingar, hendaknya mendengarkan di tempat khusus (misal di dalam kamar) agar tidak mengganggu orang lain. 3. Berdasarkan Tingkat Pencemaran Menurut tingkat pencemarannya, pencemaran dibedakan menjadi sebagai berikut: a. Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan gangguan ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor. b. Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit kronis. Contohnya pencemaran Minamata, Jepang.

c. Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika. Contohnya pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang di dalam mobil tertutup, dan pencemaran radioaktif. B. Parameter Pencemaran Lingkungan Untuk mengukur tingkat pencemaran diasuatu tempat digunakan parameter pencemaran. Parameterpencemaran digunakan sebagai indikator (petunjuk) terjadinya pencemaran dan tingkat pencemaran yang telah terjadi. Paarameter pencemaran meliputi parameter fisik, parameter kimia, dan parameter biologi. 1. Parameter Fisik Parameter fisik meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau, suhu, kekeruhan, dan radioaktivitas. 2. Parameter Kimia Parameter kimia dilakukan untuk mengetahui kadar CO2, pH, keasaman, kadar logam, dan logam berat. Sebagai contoh berikut disajukan pengukuran pH air, kadar CO2, dan oksigen terlarut. a. Pengukuran pH air Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki rentangan pH 6,5 8,5. Karena pencemaran, pH air dapat menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5. Bahan-bahan organik biasanya menyebabkan kondisi air menjadi lebih asam. Kapurmenyebabkan kondisi air menjadi alkali (basa). jadi, perubahan pH air tergantung kepada macam bahan pencemarnya. Perubahan nilai pH mempunyai arti penting bagi kehidupan air. Nilai pH yang rendah (sangat asam) atau tinggi (sangat basa) tidak cocok untuk kehidupan kebanyakan organisme. Untuk setiap perubahan satu unit skala pH (dari 7 ke 6 atau dari 5 ke 4) dikatakan keasaman naik 10 kali. Jika terjadi sebaliknya, keasaman turun 10 kali. Keasaman air dapat diukur dengan sederhana yaitu dengan mencelupkan kertas melihat perubahan warnanya. lakmus ke dalam air untuk

b. Pengukuran Kadar CO2 Gas CO2 juga dapat larut ke dalam air. Kadar gas CO2 terlarut sangat dipengaruhi oleh suhu, pH, dan banyaknya organismeyang hidup di dalam air. Semakin banyak organisme di dalam air, semakin tinggi kadar karbon dioksida terlarut (kecuali jika di dalam air terdapat tumbuhan air yang berfotosintesis). Kadar gas CO dapat diukur dengan cara titrimetri. c. Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut Kadar oksigen terlarut dalam air yang alami berkisar 5 7 ppm (part per million atau satu per sejuta; 1ml oksigen yang larut dalam 1 liter air dikatakan memiliki kadar oksigen 1 ppm). Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal : Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan. Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam hari. Pencemaran air (terutama yang disebabkan oleh bahan pencemar organik) dapat mengurangi persediaan oksigen terlarut. hal ini akan mengancam kehidupan organisme yang hidup di dalam air. Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil. Untuk dapat mengukur kadar oksigen terlarut, dilakukan dengan metode Winkler. Parameter kimia yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik dikenal sebagai parameter biokimia. contohnya adalah pengukuran BOD dab COD. Pengukuran BOD Bahan pencemar organik (daun, bangkai, karbohidrat, protein) dapat diuraikan oleh bakteri air. Bakteri memerlukan oksigen untuk mengoksidasikan zat-zat organik tersebut. akibatnya, kadar oksigen terlarut di air semakin berkurang. Semakin banyak bahan pencemar

organik yang ada di perairan, semakin banyak oksigen yang digunakan, sehingga mengakibatkan semakin kecil kadar oksigen terlarut. Banyaknya oksigen terlerut yang diperlukan bakteri untuk mengoksidasikan bahan organik disebut sebagai Konsumsi Oksigen Biologis (KOB) atau Biological Oksigen Demand, yang biasa disingkat BOD. Angka BOD ditetapkan dengan menghitung selisih antara oksigen terlarut awal dan oksigen terlarut setelah air cuplikan (sampel) disimpan selama 5 hari pada suhu 20oC. Karenanya BOD ditulis secara lengkap BOD205 atau BOD5 saja. Oksigen terlarut awal diibaratkan kadar oksigen maksimal yang dapat larut di dalam air. Biasanya, kadar oksigen dalam air diperkaya terlebih dahulu dengan oksigen. Setelah disimpan selama 5 hari, diperkirakan bakteri telah berbiak dan menggunakan oksigen terlarut untuk oksidasi. Sisa oksigen terlarut yang ada diukur kembali. Akhirnya, konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengurangi kadar oksigen awal dengan oksigen akhir (setelah 5 hari). 3. Parameter Biologi Di alam terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang peka dan ada pula yang tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu. Organisme yang peka akan mati karena pencemaran dan organisme yang tahan akan tetap hidup. Siput air dan Planaria merupakan contoh hewan yang peka pencemaran. Sungai yang mengandung siput air dan planaria menunjukkan sungai tersebut belum mengalami pencemaran. Sebaliknya, cacing Tubifex (cacing merah) merupakan cacing yang tahan hidup dan bahkan berkembang baik di lingkungan yang kaya bahan organik,meskipun spesies hewan yang lain telah mati. Ini berarti keberadaab cacing tersebut dapat dijadikan indikator adanya pemcemaran zat organik. Organisme yang dapat dijadikan petunjuk pencemaran dikenal sebagai indikator biologis. Indikator biologis terkadang lebih dapat dipercaya daripada indikator kimia. Pabrik yang membuang limbah ke sungai dapat mengatur pembuangan limbahnya ketika akan dikontrol oleh pihak yang berwenang. Pengukuran

secara kimia pada limbah pabrik tersebut selalu menunjukkan tidak adanya pencemaran. Tetapi tidak demikian dengan makluk hidup yang menghuni ekosistem air secara terus menerus. Disungai itu terdapat hewan-hewan, mikroorganisme, bentos, mikroinvertebrata, ganggang, yang dapat dijadikan indikator biologis. C. Dampak Pencemaran Lingkungan
1.

Punahnya Spesies Sebagaimana telah diuraikan, polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengelami keracunan, kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda, larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar., adpula yang tidak. Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampui, hewan tersebut akan mati. Peledakan Hama Penggunaan insektisida dapat pula mematikan predator. Karena predator punah, maka serangga hama akan berkembang tanpa kendali. Gangguan Keseimbangan Lingkungan Punahnya spasies tertentu dapat mengibah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan lairan energi menjadiberubah. Akibatnya, keseimbangan lingkngan terganggu. Daur materi dan daur biogeokimia menjadi terganggu. Kesuburan Tanah Berkurang Penggunaan insektisida mematikan fauna tanah. Hal ini dapat menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Demikian juga dengan terjadinya hujan asam

2.

3.

4.

5.

Keracunan dan Penyakit

Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar dapat mengalami keracunan. ada yang meninggal dunia, ada yang mengalami kerusakan hati, ginjal, menderita kanker, kerusakan susunan saraf, dan bahkan ada yang menyebabkan cacat pada keturunanketurunannya.
6.

Pemekatan Hayati Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makluk dikenal sebagai pemekatan hayati (dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai biomagnificition.

7.

Terbentuknya Lubang Ozon dan Efek Rumah Kaca Terbentuknya Lubang ozon dan terjadinya efek rumah kaca merupakan permasalahan global yang dirasakan oleh semua umat manusia. Hal ini disebabkan karena bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di tempat lain.

Usaha-usaha Mencegah Pencemaran Lingkungan Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau pemukiman penduduk. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem. Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida dan zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Memperluas gerakan penghijauan. Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya

KASUS-KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN 1. Kasus Pencemaran Sumur WARGA SAPEN Belum selesai Thursday, 09 February 2006 Oleh : Suparlan Kamis (09/02/2006) Tidak seperti yang direlease oleh beberapa media, kasus pencemaran sumur warga di Sapen Yogyakarta oleh PT. Yogya Super Mall selaku pengelola Saphir Square Mall, hingga hari ini belum selesai. Pencemaran sumur warga akibat bocornya sistem pembuangan limbah Saphir Mall, yang di kuatkan dengan hasil dari uji lab BTKL menyatakan sumur tersebut tercemar serta tidak layak konsumsi, sehingga mengorbankan 3 KK dan 13 orang yang tidak mendapatkan air bersih hingga hari ini belum selesai. Berlarut-larutnya kasus ini banyak dipicu oleh ketidaksungguhan Manajemen Saphir Square. Faktanya, kesepakatan tertulis kasus pencemaran sumur warga saphir yang terjadi sekitar november 2005 yang lalu, sampai saat ini belum ditandatangi oleh pihak saphir. Padahal kesepakatan tersebut seharusnya sudah diselesaikan pada tanggal 14 januari yang lalu.

Karena itu dalam suratnya kepada manajemen Saphir Square, tertanggal 8 Februari

2006, Bapak. Moch Yasin mewakili warga yang sumurnya tercemar mendesak pihak Saphir untuk segera melakukan pemulihan fungsi air sumur mereka dengan melakukan pengurasan.

Pada kenyataannnya pihak Saphir hanya melakukan pengurasan 1 (satu) kali pada saat peninjauan lapangan tanggal 16 Januari 2006, setelah itu sumur warga ditinggal begitu saja, tidak ada upaya untuk melakukan pengurasan lanjutan. Hasil uji laboratorium dari sumur baru yang seharusnya diterima warga pada 25 Januari 2006, hingga hari ini juga belum diterima. Draf Surat kesepakatan terakhir antara warga dan pihak Saphir yang diinisiasi Dinas Lingkungan Yogyakarta untuk penyelesaian kasus ini juga dipandang warga memiliki beberapa kelemahan. Masih banyak kesalahan tulis dan ada satu point yang belum belum dicantumkan yaitu jangka waktu pemulihan sumur yang tercemar.

Ironis tapi nyata. Mungkin sudah merupakan hal umum atau semacam rambu penghindaran yang sudah basi, rata-rata ketika terjadi kasus pencemaran lingkungan pasti penyelesaiannya akan berlarut-larut. Pihak pencemar senantiasa melakukan pola tarik ulur ketika korban pencemaran menuntut hak mereka atas pengembalian fungsi lingkungan tempat tinggal mereka yang tercemar. Meskipun ada upaya, tapi selalu tidak optimal, hanya sebatas kompensasi atau ganti rugi saja. Lingkungan yang sehat masih merupakan second priority, tergilas oleh profit priority yang senantiasa dikedepankan dalam prespektif pembangunan yang kovensional. Padahal terabaikannya penyelesaian kasus ini secara tepat dan bijaksana dapat memicu pengabaian penyelesaian kasus lingkungan yang lainnya. Jika polanya masih seperti ini terus, jangan heran jika dikemudian hari terjadi eskalasi pengabaian lingkungan yang tercemar. Lingkungan menjadi rusak, dan fungsi-fungsi penyangga kehidupan tidak berjalan dengan baik. Seharusnya semua pihak menyadari, bahwa siapa saja memiliki hak atas lingkungan yang baik dan sehat. Upaya pembangunan yang tepat dan bijaksana juga berkewajiban menjamin keberadaan lingkungan yang baik dan sehat. Kasus-kasus pencemaran seperti ini seharusnya cepat dan tanggap diselesaikan,

agar siapapun mendapatkan hak yang telah dijaminkan undang-undang kepadanya. Dalam konteks kasus ini, undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup mengharuskan pihak pencemar lingkungan (sumur) untuk segera melakukan recovery atau pemulihan secepat mungkin dengan berbagai upaya sebagai bagian tangung jawab sosial dan lingkungan. Jadi bukan semata-mata ditekankan pada persoalan ganti rugi saja. Selama proses pemulihan fungsi air sumur ini dilakukan, pihak pencemar juga wajib memberikan supply air baku yang bersih untuk pemenuhan kebutuhan keseharian warga yang sumurnya tercemar, sebagai kompensasi sementara agar warga dapat terpenuhi kebutuhan supply air bakunya hingga sumur yang tercemar itu dapat difungsikan kembali.

Oleh karena itu kami dari WALHI Yogyakarta mendesak kepada pihak saphir segera mengambil langkah-langkah kongkrit untuk memulihkan fungsi air sumur tersebut. Kesungguhan untuk segera melakukan pemulihan sumur warga ini dapat ditunjukkan dengan adanya pencantuman jangka waktu dari upaya pemulihan air sumur yang ikuti oleh upaya pengurasan berulang dan konsisten hingga air itu dinyatakan layak untuk dikonsumsi berdasarkan hasil p1. emeriksaan laboratorium. Kami juga mendorong dan medukung penuh upaya PEMKOT Yogyakarta yang akan menerapkan konsistensi penegakan hukum lingkungan di kota yogyakarta sebagai bagian dari proses menuju yogyakarta yang ramah lingkungan. Dengan demikian pelangaran-pelangaran yang mengakibatkan lingkungan rusak akan dikenakan sangsi yang tegas untuk proses pembelajaran bagi yang lainnya.

2. 100 Warga Boyolali Protes Pencemaran Udara PT Hanil Indonesia Jumat, 19 September 2008 19:23 WIB

Boyolali (ANTARA News) - Seratusan warga Desa Butuh, Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat, mendatangi pabrik PT Hanil Indonesia di Desa Napen, menuntut ganti rugi, akibat limbah pabrik yang mencemari lingkungan wilayah mereka. Ratusan warga Desa Butuh tersebut, menyatakan, bahwa asap yang ditimbulkan dari pembakaran limbah mencemari udara, sehingga barangbarang mereka menjadi hitam bercampur minyak dan sulit dibersihkan. Ketua RT 06 RW 02 Desa Butuh Rakiman (42), mengatakan, puluhan warganya mengalami sakit mata akibat pengaruh asap yang ditimbulkan dari pembakaran limbah perusahaan tersebut. "Warga banyak yang sakit mata merah dan sesak pernafasan akibat asap limbah pabrik," katanya. Selain itu, warga banyak yang mengeluh akibat asap tersebut, pakaian yang dijemur menjadi hitam berminyak dan sulit sekali dibersihkan. Lurah Desa Butuh, Joko Masila, mengatakan, warga juga menuntut agar limbah pabrik yang mengalir dan mencemari Sungai Gandul di Desa Butuh untuk dihentikan, karena mereka tidak bisa lagi memanfaatkan air sungai itu. Ratusan pengunjuk rasa tersebut masuk di halaman pabrik sejak pukul 06.00 WIB dan dijaga keamanan dari Polres maupun TNI setempat dan mereka menunggu jawaban dari pihak pabrik. Siang sekitar pukul 12.00 WIB, sebanyak lima perwakilan dari mereka diterima Kabag Personalia PT Hanil Indonesia, Edi Swasana. Joko Marsilo menambahkan, dari hasil pertemuan tersebut pihak pabrik milik Korea itu mebuat surat tertulis yang ditandatangi pemilik perusahaan, Shi Jin Ho, dan isinya menyanggupi akan mengganti kerugian warga.Namun, sebelumnya harus dibentuk tim dari kedua pihak untuk mendata kerugian warga akibat asap limbah pabrik tersebut. Selain itu, pemilik pabrik pemintalan benang tersebut juga menjelaskan, bagi warga yang menderita sakit akibat limbah pabrik akan diperiksa oleh dokter perusahaan. "Jika ada warga yang sakit dan perlu

perawatan serius segera dirujuk ke rumah sakit dan perusahaan akan membiayai pengobatannya," kata Joko Marsilo saat membacakan surat perjanjian tersebut di depan seratusan warganya. Menurut informasi dari PT Hanil, lanjut dia, asap pabrik yang mencemari warga sekitarnya akibat mesin pembakaran limbah dengan batubara mengalami rusak sehingga mereka mengganti dengan mesin cadangan. Penggunaan mesin cadangan tersebut sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, sehingga ada sekitar 75 kepala kelurga (KK) di lima dusun di Desa Butuh tercemar asap yang dikeluarkan dari pembakaran limbah pabrik. Setelah mendengarkan jawaban dari Shi Jin Ho, massa membubarkan diri dengan tertib dan akan menunggu realisasi dari pihak perusahaan. Pencemaran Laut di Indonesia Masih Tinggi Tingkat pencemaran di lingkungan laut Indonesia masih tinggi, ditandai antar lain dengan terjadinya eutrofikasi atau meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh polutan. Nutrisi yang berlebihan tersebut, umumnya berasal dari limbah industri, limbah domestik seperti deterjen, maupun aktivitas budidaya pertanian di daerah aliran sungai yang masuk ke laut, kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusdatin KKP), Soen`an H. Poernomo, dalam siaran persnya, dikutip di Padang, Minggu. Pencemaran di laut bisa pula ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan fitoplankton/algae yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk. Kasus-kasus pencemaran di lingkungan laut disebut red tide itu, antara lain terjadi di muara-muara sungai, seperti di Teluk Jakarta tahun 1992, 1994, 1997, 2004, 2005, 2006.

Di Ambon terjadi pada tahun 1994 dan 1997, di perairan CirebonIndramayu tahun 2006 dan 2007, Selat Bali dan muara sungai di perairan pantai Bali Timur tahun 1994, 1998, 2003, 2007, dan di Nusa Tenggara Timur tahun 1983, 1985, 1989. Meski kerap terjadi, inventarisasi terjadinya red tide di Indonesia sampai saat ini masih belum terdata dengan baik, termasuk kerugian yang dialami. Mungkin kurangnya pendataan red tide ini disebabkan oleh kejadiannya yang hanya dalam waktu singkat, katanya. Karena itu untuk menanggulangi red tide sebagai bencana, beberapa lembaga Pemerintah dan institusi pendidikan telah melakukan penelitian meskipun masih dilakukan secara sporadis. Secara umum, katanya, kerugian secara ekonomi akibat dari red tide ini, adalah tangkapan nelayan yang menurun drastis, gagal panen para petambak udang dan bandeng, serta berkurangnya wisatawan karena pantai menjadi kotor dan bau oleh bangkai ikan. Karena itu, kata Soen`an seminar bertema Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Terhadap Produktivitas Sumberdaya Kelautan, digelar Dewan Kelautan Indonesia (DEKIN) di Jakarta baru-baru ini, diharapkan membuka wacana dan pemahaman mengenai dampak red tide terhadap produktivitas sumber daya kelautan. Ia mengatakan, seminar juga membahas tentang salah satu jenis pencemaran yang terjadi di lingkungan laut, yakni eutrofikasi atau meningkatnya jumlah nutrisi yang disebabkan oleh polutan.

Efek terjadinya red tide juga ditunjukkan penurunan kadar oksigen serta meningkatnya kadar toksin yang menyebabkan matinya biota laut, penurunan kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme laut. Akibat lautan tertutup dengan algae pada saat berlimpah, maka matahari sulit untuk menempuh ke dasar laut dan pada akhirnya menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam laut, katanya. Selain itu, sebagian algae juga mengandung toksin atau racun yang dapat menyebabkan matinya ikan dan mengancam kesehatan manusia bahkan menyebabkan kematian apabila mengkonsumsi ikan yang mati tersebut. Tanpa adanya limbah, sebagai fenomena alam sesungguhnya meningkatnya pertumbuhan algae ini sangat jarang terjadi, katanya. 3. Pencemaran Air Tanah di Jakarta Makin Parah

JAKARTA - Pencemaran air tanah di wilayah DKI Jakarta semakin parah. Hal ini membuat air ledeng dan air sumur bor tidak memenuhi syarat air minum. Tingginya pencemaran air mengakibatkan bakteri patogen, seperti E coli, masih terdapat dalam air ledeng. Hal itu diungkapkan Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPMPL) Hening Darpito kepada Pembaruan, Rabu (13/4), di Jakarta.

Menurut dia, khusus untuk air ledeng, sumber air atau air bakunya semakin berat. Penyebabnya, jelas dia, bahan pencemar yang mengontaminasi air tanah tidak hanya bahan anorganik seperti plastik, tetapi juga bahan organik yang bila diurai mikroorganisme akan larut dalam air. Akibatnya, pengolahan air baku semakin sulit. Di sisi lain, pihak pengelola air ledeng

masih menggunakan pengolahan air tanah konvensional, seperti pemakaian tawas, kapur, dan kaporit. Kaporit, sambungnya, merupakan senyawa akhir yang ditambahkan pada air ledeng yang berfungsi untuk membunuh bakteri. Tetapi kaporit tidak 100 persen membunuh bakteri sehingga masih ada bakteri sekitar lima persen. Karena itu, dalam pendistribusian air ledeng ke rumah tangga, harus ada sisa kaporit (khlor) untuk membunuh bakteri patogen di sepanjang pipa yang dilalui air ledeng dari sumbernya sampai ke rumah tangga.

Namun, tuturnya, karena tingginya pencemaran, kadar klor menjadi nol sebelum air sampai ke rumah tangga. Inilah yang membuat air ledeng masih mengandung bakteri patogen. "Agar air bebas dari patogen, diperlukan karbon aktif karena kalau hanya menggunakan tawas sudah tidak mampu lagi menghilangkan molekul bahan pencemar. Tetapi hal ini menambah biaya dan jarang dilakukan pengelola air ledeng. Akibatnya, beban masyarakat bertambah karena ada yang terpaksa memakai air minum dalam kemasan yang harganya tidak murah atau masyarakat masih harus merebus air minum sekitar 10 menit sekalipun sudah mendidih. Karena kalau hanya mendidih saja, kemungkinan bakteri patogen masih ada pada air minum," papar Hening.

Kualitas Sungai Sangata Menurun Diduga Karena KPC Sangata (ANTARA News - Kaltim)- Kualitas Sungai Sangata, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim yang terus menurun, antara lain terlihat airnya kian keruh diduga akibat aktifitas penambangan batu bara PT. Kaltim Prima Coal (KPC). Alim Bahri, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Pemuda Kutai Timur Kalimantan Timur, di Sangata, Kamis menilai bahwa ada kolerasi positif antara menurunnya kualitas lingkungan di daerah itu, termasuk

Sungai Sangata akibat kehadiran perusahaan raksasa batu bara itu. Ia menyatakan bahwa sebelum kehadiran perusahaan itu, Sungai Sangata sangat jernih airnya namun ketika perusahaan itu masuk ke Kutim 1990-an kualitas lingkungan menurun. "Kami sudah melakukan langsung investigasi ke hulu pertemuan sungai bandili yang merupakan pembuangan limbah tambang batu bara dengan sungai Sangata di hulu dan kondisi air sangat berbeda," papar dia. Ia mengajak sejumlah wartawan mengunjungi kawasan yang mmbutuhkan jarak tempuh selama empat jam dari Ibu Kota Kabupaten Kutai Timur, Sangata selama empat jam. Benar saja, terlihat bahwa kondisi air sungai Sangata yang juga dikosumsi ribuan warga itu yang menetap tidak jauh dari kawasan tersebut kondisinya sangat parah, warnanya sangat berubah dan kental karena bercampur lumpur dan tanah dari tambang Bahri mengatakan bahwa dari hasil investigasi langsung ke hulu sungai, kepekatan air mencapai 95 sehingga air seperti gumpalan hitam batu bara. "Dugaan pencemaran begitu jelas terlihat pada pertemuan dua sungai. Lihat saja, kondisi air sungai dari hulu jernih, sedangkan air dari tambang keruhbercampur lumpur, sehingga tampak sekali dua warna air berbeda," papar dia."Saya sendiri yang mengambil tiga contoh air ditempat berbeda, sebagai bukti kami untuk melaporkan kasus pencemaran ini kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kutai Timur," katanya.

Alim Bahri mengatakan akan membeberkan hasil investigasinya dan akan melaporkan ke DPRD Kutai Timur yang membidangi lingkungan Hidup. Sudah tentu kondisi air sungai yang kental dan keruhnya luar biasa itu berpengaruh pada aktivitas produksi PDAM di tiga buah Instalasi Pengolahan Air.

"Produksi air kerap dihentikan, karena Pengolahan Air tak dapat mengolah bahan baku karena airnya sangat kotor dan pekat," kata Direktur Utama Perusda PDAM Kutai Timur, Aji Mawarni kepada ANTARA membenarkan kian buruknya kualitas lingkungan Sungai Sangata.

Sementara itu, Manajer Eksternal PT. KPC, Asrul Sani tidak mengangkat telepor selulernya saat akan dikonfirmasikan dugaan pencemaran lingkungan oleh perusahaan batu bara terbesar nasional atau produksi terbesar dunia untuk katagori tambang terbuka (open pit mine). Sumber Air PDAM Sangata Tercemar Limbah Batu Bara Sangatta -Akibat pencemaran dari limbah batu bara di Sungai Bendil Kabupaten Kutim, PDAM Sangatta kembali kesulitan memperoleh air baku dalam sepekan terakhir. Hal ini mengakibatkan pasokan air ke rumah warga menjadi terhambat, dan kualitas air mengalami penurunan yang cukup drastis karena kepekatan lumpur sungai Sangatta berada di atas ambang normal. Direktur PDAM Kutim Aji Mawarni mengatakan, pihaknya meminta maaf kepada seluruh pelanggan akibat gangguan ini, dan berjanji menyelesaikan persoalan pasokan air dalam waktu sepekan.

Polusi Udara di Yogya Lampaui Ambang Batas YOGYAKARTA - Tingkat polusi atau pencemaran udara di Kota Yogyakarta yang disebabkan asap kendaraan bermotor, telah melampaui ambang batas. Hal ini terlihat dari hasil uji emisi bagi kendaraan bermesin diesel yang digelar oleh Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa (PPLH), DLLAJ, akademisi dan Sat Lantas Poltabes Yogyakarta hari ini. Zainal Arif dari teknik otomotif UNY yang ikut dalam uji emisi tersebut mengatakan, bahwa masih banyak kendaraan bermesin diesel (solar) yang kepekatan asapnya (kopositas) di atas baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 5/2005 sebesar 75 persen.

"Dari hasil uji emisi tadi, terlihat kalau masih banyak kendaran khususnya yang bermesin diesel kepekatan asapnya di atas 75 persen. Yaitu mencapai 90-100 persen," kata Zainal di Jalan Brigjend Katamso Yogyakarta, Rabu (23/7/2008). Zainal menambahkan selain kendaraan bermesin diesel dengan bahan bakar solar tersebut, kendaraan berbahan bakar bensin (premium) juga masih tetap rawan menimbulkan polusi. Sebab masih mengandung adanya unsure timbal. Apalagi mengingat jumlah kendaraan berbahan bakar premium di DIY yang

dari

hari

ke

hari

semakin

bertambah

banyak.

"Yang berbahan bakar bensin juga perlu perhatian. Apalagi kendaraan berbahan bakar bensin di Yogya sudah mencapai 75 persen baik motor maupun angkutan pribadi kan," katanya.

Sementara itu Kepala Bidang Pengendalian Penelitian Lingkungan dan Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun PPLH Regional Jawa Setyo Winarso menambahkan, dari hasil uji emisi tersebut bagi kendaran yang terbukti melanggar aturan soal ambang batas asap kendaraan tidak diberikan sanksi. Mereka baru akan diberikan himbauan agar bisa merawat kendaraan mereka secara benar dan reguler.

"Jangan mengedepankan alat penghemat bahan bakar saja tapi bagaimana masyarakat dan operator angkutan bisa merawat kendaraanya dengan benardan reguler sehingga akan berhasil menciptakan suasana udara bersih di Yogya," kata Setyo. 4. Kendaraan Pemudik Naikkan Polusi Udara di Yogyakarta YOGYAKARTA--MI: Sesaknya kota Yogyakarta oleh kendaraan bermotor pemudik, membuat tingkat polusi di kota tersebut naik 15 persen. Berdasarkan pantauan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, kandungan karbonmonoksida (CO) di sejumlah titik jalur strategis naik dari 30.000mg/Nm3, menjadi 36.700 mg/Nm3. "Kita prediksikan kondisi udara kembali pada ambang normal pada H+7 Idul Fitri," kata Kepala Sub Bidang Pemulihan Lingkungan, Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Pieter Lawoasal, Selasa (14/9). Ia menyampaikan pihaknya telah melakukan pemantauan di sejumlah titik seperti di Jalan Malioboro, Simpang Empat Kantor Pos Yogyakarta, Terminal Penumpang Yogyakarta, Jalan Kusumanegara dan Jalan Wirobrajan. "Kita hanya memantau kandungan

karbon monoksida saja. Lebaran tahun ini kondisi pencemarannya sangat tinggi. Karena pada hari biasa hanya berkisar rata-rata 11.640 mg/Nm3," jelasnya. Tingginya pencemaran udara pada arus mudik dan arus balik Lebaran bisa mengakibatkan para pemudik terserang ISPA. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Bondan Agus

Suryanto mengungkapkan dalam jangka pendek, tingkat polusi udara yang tinggi bisa menyebabkan merebaknya penyakit ISPA. Penyakit menular tersebut biasanya sangat tinggi pada musim kondisi udaranya buruk. "Sekarang kita sedang mendata berapa banyak masyarakat yang terserang ISPA. Yang jelas, untuk mengantisipasi agar tidak terserang ISPA maka masyarakat harus pintar-pintar menjaga kondisi kesehatan tubuh," katanya. (SO/OL-04) 70 Persen Sumur Penduduk di Yogya Tercemar E-Coli REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Hingga kini, hampir sebagian besar sumur penduduk di wilayah Kota Yogyakarta masih tercemar E-Coli (Escherichia coli). Bahkan berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta tahun ini diprediksikan masih 70 persen dari total sumur milik penduduk yang tercemar bakteri tersebut. Jika dibandingkan empat tahun yang lalu, tingkat pencemaran air sumur sudah cukup berkurang. Data sampel di tiap kecamatan tahun 2007 lalu, didapat hasil 85 persen sumur di Kota Yogyakarta diperkirakan tercemar seperti bakteri E-coli. Dan saat ini tinggal 70 persen saja," papar Kepala Bidang Pengawasan dan Pemeliharaan Lingkungan BLH Kota Yogyakarta Ika Rostika, Selasa (21/6).

Meski tingkat pencemaran tersebut tahun ini tidak begitu parah seperti tahun 2007, tetapi di musim kemarau seperti saat ini hal tersebut juga tetap mengkhawatirkan. Pasalnya permukaan air sumur akan menurun saat musim kemarau, jika pencemaran tidak tertangani maka hal tersebut justru akan meningkatkan kadar pencemaran semakin banyak. Menurutnya, pencemaran tersebut terjadi dikarenakan letak sumur para warga berdekatan dengan saluran pembuangan limbah rumah tangga atau septitank. Hal ini tentu tidak dibenarkan karena jika terjadi kebocoran saluran maka dipastikan air sumur tercemar. Pola hidup masyarakat yang belum melakukan budaya hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan menjadi pemicu angka pencemaran bakteri yang bisa mengakibatkan diare ini, tambahnya. Pihaknya kata dia, terakhir kali melakukan pemeriksaan kondisi air sumur pada akhir 2010 lalu dengan mengambil sampel di 36 sumur di tiap kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta. Dan rencananya akhir 2011 mendatang akan dilakukan pengecekan kembali. Terpisah Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup Lestari Agus Hartanta mengatakan, tingginya tingkat pencemaran air sumur di Kota Yogyakarta dikarenakan masyarakat umumnya terjebak pada pola hidup yang pragmatis. Pola pragmatis ini menyebabkan masyarakat mengingkan segala sesuatunya serba praktis dan cepat, paparnya. Akibatnya banyak masyarakat kurang memperhitungkan efek

kesehatan saat membangun saluran air limbah maupun sumur. Pembuatan saluran air limbah baik manusia maupoun limbah domestik seringkali berdekatan dengan sumur warga. Karenanya saat terjadi kebocoran saluran limbah maka rembesan ke sumur tak terhindarkan. Tanah di wilayah

perkotaan yang cenderung sempit juga memicu pembangunan air limbah yang berdekatan dengan sumur tersebut. Selain itu, menurut Agus yang menjadi faktor penyebab pencemaran air sumur lainnya ialah kurangnya upaya pengelolaan sampah dengan benar. Dan jika dibandingkan dengan kondisi air beberapa tahun sebelumnya, tidak ada perubahan yang berarti dari kualitas air di Kota Yogyakarta. Saat ini saja, kebijakan pemerintah pusat yang mengeluarkan UU Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang dilakukan di tingkat sumber penghasil sampah belum terealisasi di masyarakat. Karena itulah butuh kerja keras pemerintah, pemerhati lingkungan dan masyarakat sendiri untuk mencari jalan keluar dari masalah pencemaran, tambahnya.

5. Metromini Penyebab Pencemaran Udara Terbesar Di Jakarta Tingginya tingkat pencemaran udara di Jakarta tidak lain disebabkan oleh meningkatnya jumlah angkutan umum yang menggunakan bahan bakar solar. 60 persen pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda yang bergerak atau transportasi umum, terutama karena mereka memakai bahan bakar solar, kata Senior Program Officer Clean Air Project (Swisscontact), Paul Butar-Butar saat pertemuan dengan Komisi D DPRD DKI di ruang rapat komisi D, Jakarta, Senin (17/1). Paul menyatakan, 94 persen penyakit pernafasan yang diderita oleh masyarakat Jakarta disebabkan oleh pencemaran udara luar ruang. Seperti yang disebabkan oleh asap dari angkutan umum, misalnya metromini yang menggunakan bahan bakar solar.

Sedangkan menggunakan AC.

30

persen

penyakit

pernafasan,

disebabkan

oleh

pencemaran dalam ruang seperti adanya asap rokok di ruang yang

Paul menilai, uji emisi yang telah diluncurkan sejak 2002, yang telah dirintis oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bekerjasama dengan berbagai LSM tidak menghasilkan dampak yang signifikan. Karena masih banyaknya kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar dan tidak layak jalan. Dari hasil survei karbonmonoksida (CO2), 50 persen kendaraan yang ada itu tidak lolos uji emisi. Kadar CO2 mereka berada di atas ambang batas (500), jelas Paul. Mengingat kondisi udara Jakarta yang semakin mengkhawatirkan, Paul berharap agar pemerintah segera menetapkan kebijakan khusus yang mengatur hal tersebut, khususnya sanksi yang tegas dan lebih berat. Denda maksimal Rp 5 juta dan hukuman pidana kurungan paling lama 6 bulan dinilai terlalu ringan bagi pelanggar pencemaran udara. Seharusnya, kata Paul, dasar acuan penetapan sanksi berdasar pada UU No. 32 tahun 2004 yang menetapkan denda sebanyak-banyaknya Rp 50 juta. Anggota komisi D dari Fraksi Partai Demokrat, Denny Taloga sependapat dengan Paul. Menurut Denny, pemerintah saat ini harus bisa melakukan tindakan yang tegas terhadap pada pelanggar pencemaran udara. Denda itu terlalu kecil, seharusnya Rp 50 juta bukan Rp 5 juta, kata Denny. Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzy Bowo, dalam rapat paripurna DPRD, menyatakan setuju besaran denda yang disampaikan oleh beberapa

fraksi beberapa waktu lalu. Yaitu dengan mengacu pada UU No. 32 tahun 2004 yang menetapkan denda sebanyak-banyaknya Rp 50 juta dan pidana kurungan paling lama 6 bulan. Untuk mengurangi pencemaran udara yang diakibatkan oleh angkutan umum, pihaknya juga kan menggalang aksi pemasyarakatan pemakaian Bahan Bakar Gas (BBG). Sebagai langkah awal, pemasyarakatan BBG ini akan diberlakukan pada berbagai kendaraan dinas operasional instansi pemerintah maupun BUMD, kata Fauzy.

ULASAN Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena kegiatan manusia maupun dari kegiatan alam. Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkngan.

Saat ini sudah banyak kasus pencemaran lingkungan yang terjadi, baik pencemaran udara, air, maupun tanah. Contohnya saja di Indonesia, terlalu banyak pencemaran lingkungan yang terjadi. Baru-baru ini dunia dihebohkan dengan pencemaran air oleh bakteri E. coli yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu juga terdapat pencemaran air dan tanah karena kegiatan pertambangan yang kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Hal ini sangat berdampak buruk bagi warga sekitar lokasi pertambangan. Pencemaran yang paling besar jumlahnya adalah pencemaran udara. Hal ini disebabkan oleh emisi gas beracun dari kendaraan bermotor. Ditambah lagi banyaknya hutan-hutan yang ditebang secara sembarang. Menyebabkan semakin berkurangnya O2 yang diproduksi oleh pohon-pohon. Jika ini berlangsung terus-menerus akan membahayakan keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya karena dapat merusak kesehatan. Sebaiknya masing-masing manusia mulai menyadari akan hal ini. Dan mulai merubah kebiasaan buruk mereka yang secara tidak sadar akan mengganggu system bumi ini. Saat ini sudah banyak kegiatan-kegiatan social yang mencanangkan penanaman pohon serta mengurangi intensitas berkendaraan dengan kendaraan bermotor. Selain itu juga diturunkannya undang-undang mengenai pertambangan serta pengolahan limbah industry. Kegiatan ini sangat disambut baik oleh banyak kalangan, baik tua maupun muda. Hal ini sangat membantu dalam mengatasi masalah pencemaran lingkungan ini Dimulai dari sendiri, mencintai lingkungan dengan mengurangi hal hal yang dapat memperparah pencemaran lingkungan yang telah terjadi. Agar bumi beserta isinya tetap terjaga

Sumber http://www.scribd.com/doc/7777351/Pencemaran-lingkungan http://walhijogja.or.id/index.php? option=com_content&task=view&id=20&Itemid=3 http://www.antaranews.com/view/?i=1221826998&c=WBM&s= http://koranbaru.com/pencemaran-laut-di-indonesia-masih-tinggi/ http://westjavawater.blogspot.com/2005/04/pencemaran-air-tanah-di-jakartamakin.html http://kaltim.antaranews.com/berita/3472/kualitas-sungai-sangata-menurun-didugakarena-kpc http://www.idcfm.com/berita/kota/kutai-timur/1950-sumber-air-pdam-sangatatercemar-limbah-batu-bara.html http://news.okezone.com/read/2008/07/23/1/130480/1/polusi-udara-di-yogyalampaui-ambang-batas http://www.mediaindonesia.com/read/2010/09/14/168476/124/101/KendaraanPemudik-Naikkan-Polusi-Udara-di-Yogyakarta

http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/11/06/21/ln4x8q-70-persensumur-penduduk-di-yogya-tercemar-ecoli http://hostingkita.com/kuliah/2010/metromini-penyebab-pencemaran-udaraterbesar-di-jakarta/

You might also like