You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap pentingnya perawatan diri menjadi faktor yang meningkatkan terjadinya komplikasi dari suatu penyakit kronis yang diderita sebelumnnya. Komplikasi ini yang kemudian dapat meningkatkan angka pesakitan dan kematian. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit endokrin (kelenjar) yang paling sering ditemukan. Menurut WHO (organisasi kesehatan sedunia) tahun 2003 terdapat lebih dari 200 juta orang dengan diabetes di dunia. Diperkirakan angka ini akan bertambah menjadi 333 jutaorang di tahun 2025.negara berkembang seperti Indonesia merupakan daerah yang paling banyak terkena pada abad ke-21 ini. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penderita diabetes ke-4 terbanyak di dunia menurut versi WHO. Pada tahun 2000 di Indonesia terdapat 8,4 juta penderita diabetes dan diperkirakan akan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (Sidartawan Soegondo, 2008) Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik pada penderita diabetes mellitus (DM). seiring dengan meningkatnya jumlah penderita DM, maka prevalensi kejadian kaki diabetes diperkirakan akan meningkat. Pengelolan kaki diabetes sudah dimulai ketika seseorang dinyatakan menderita diabetes, walaupun belum timbul luka. Dengan perawatan dini diharapkan angka kejadian kaki diabetes dapat dikurangi. Namun fakta di masyarakat berbicara lain. Banyak orang dengan diabetes mellitus kurang atau bahkan tidak memperhatikan tentang pentingnya perawatan kaki, sehingga banyak timbul luka pada kaki dan akhirnya mengalami infeksi Sebagian besar penderita kaki diabetes biasanya baru memeriksakan diri ke rumah sakit ketika kondisi kakinya sudah memburuk. Kondisi yang demikian semakin mempersulit perawatan dan pengobatan, tidak jarang karena terlalu buruknya kondisi luka kaki tersebut sehingga dianggap akan membahayakan kehidupan penderitanya, tim medis memutuskan untuk

melakukan amputasi. Tentunya amputasi dimaksudkan untuk mempertahankan hidup penderita, tetapi akan menambah gangguan pada diri penderita, terutama berkaitan dengan citra diri, body image, dan harga diri. Sebanyak 30-50% pasien pasca amputasi akan menjalani amputasi pada kaki sisi yang lainnya dalam kurun waktu 1-3 tahun. Dari beberapa penelitian di Indonesia, angka kematian akibat ulkus atau ganggren berkisar 17-23% sedangkan angka amputasi berkisar 15-30%. Rata-rata umur penderita diabetes yang telah menjalani amputasi hanya 23,8 bulan setelah amputasi (Em Yunir, 2009). Mencegah lebih baik dari mengobati, maka sebaiknya perawatan kaki mendapat perhatian utama. Penderita perlu menyadari bahwa merawat kaki harus menjadi kebiasaan sehari-hari. Disinilah peran perawat sangat diperlukan untuk menjelaskan konsep yang benar tentang diabetes, perawatan kebersihan diri bagi penderita diabetes, dan penatalaksanan pembersihan luka jika telah terjadi luka. Pengintegrasian konsep keperawatan dan medis secara continue dapat meningkatkan angka harapan hidup penderita diabetes, terutama yang disertai luka sekunder, peran perawat juga terlihat dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan kaki diabetes agar penderita dan keluarga dapat melakukan perawatan kaki secara mandiri. Perawatan kaki dan kuku yang baik dapat mencegah kejadian amputasi sekitar 1/2 sampai 3/4 pada penderita diabetes melitus. Dari uraian diatas penulis ingin menjabarkan/memaparkan tentang penatalaksanaan perawatan kaki diabetes sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan penatalaksaan pada masalah kaki diabetes.

1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam makalah ini sebagai berikut. a. Apa saja hal yang diketahui oleh pasien DM tentang penyakit yang dideritanya? b. Apa saja faktor pencetus terjadinya masalah kaki pada penderita DM ? c. Bagaimana peran perawat dalam penatalaksanan kaki diabetes?

1.3 Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana penatalaksanan perawatan kaki diabetes yang tepat sehingga mengurangi angka amputasi? 1.4 Tujuan Penulisan 1.4.1 Tujuan Umum Penulisan karangan ini bertujuan untuk memberikan penjabaran tentang bagaimana perawatan kaki diabetic pada klien dengan Diabetes Melitus. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien tentang penyakit DM yang dideritanya 2. Mengetahui kemampuan pasien dalam melakukan perawatan kaki (cara yang digunakan pasien). 3. Mengetahui cara pasien untuk menghindari terjadinya masalah kaki diabetes 1.5 Manfaat Penulisan 1.5.1 Secara Teoritis Dengan adanya penatalaksanan perawatan kaki diabetes yang cepat, tepat dan efektif diharapkan dapat mencegah tindakan amputasi dan meningkatkan angka harapan hidup tanpa komplikasi kronis kaki diabetik pada penyandang DM. 1.5.2 Secara praktik a. Bagi Rumah Sakit Penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dalam meningkatkan pengetahuan ahli medis di rumah sakit untuk mengetahui bagaimana penatalaksana kaki diabetes. b. Bagi Keperawatan Penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dalam meningkatkan pengetahuan di bidang ilmu keperawatan, meningkatkan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kaki diabetik.

c. Bagi Masyarakat Umum Penulisan ini dapat dijadikan bahan bacaan bagi masyarakat umum, tentang bagaimana perawatan kaki pada penyandang DM, terutama mereka yang menderita DM dan keluarga. d. Bagi Peneliti Penulisan ini dapat dijadikan bahan acuan bagi penelitian yang ingin lebih mengembangkan penatalaksanaan keperawatan kaki diabetes yang akan dilakukan dikemudian hari. 1.6 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan mengunakan beberapa buku sebagai acuan, makalah atau jurnal kesehatan, artikel terkait dan majalah kesehatan yang berhubungan dengan judul makalah ini. 1.7 Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini sebagai berikut BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi latar belakang penulisan, indentifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan makalah BAB II PEMBAHASAN Balam bab ini berisi teori-teori terkait tentang penatalaksanaan perawatan kaki diabetes yang digunakan un tuk menjawab permasalahan. BAB III PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berisi rekomendasi penulis

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diabetes Melitus Diabetes Melitus adalah gangguan meyabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat ( Price, Silvia Anderson, 2005). Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (Brunner & Sudarth, 2001). Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal

(hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Tingkat kadar glukosa darah menentukan apakah seseorang menderita DM atau tidak. Tabel berikut menunjukkan kriteria DM atau bukan : Bukan DM Puasa Vena < 100 2 jam PP -

Gangguan Toleransi Glukosa DM

Puasa

Kapiler < 80 Vena 100 140 Kapiler 80 120 Vena > 140 Kapiler > 120

2 jam PP

Vena 100 140 Kapiler 80 120 Vena > 200 Kapiler > 200

Puasa

2 jam PP

Table 1. kriteria DM berdasarkan kadar glukosa

Jenis Diabetes Melitus dikelompokkan menurut sifatnya :


y y

Tipe I: Diabetes mellitus tergantung insulin Tipe II: Diabetes mellitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita gemuk dan kurus

y y

Diabetes mellitus terkait keadaan atau sindrom lainnya Diabetes mellitus gestasional. Diabetes melitus yang terkait keadaan atau gejala tertentu seperti

penyakit pankreas, penyakit hormonal, obat-obatan / bahan kimia, kelainan insulin / reseptornya, sindrom genetik, dan lain-lain. 2.2 Masalah Kaki Diabetes Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes mellitus yang tidak terkendali. Kelainan kaki diabetes mellitus dapat disebabkan adanya gangguan vaskular, gangguan persyarafan dan adanya infeksi. a. Gangguan vaskular Peningkatan kadar gula darah yang terus menerus pada penderita DM dapat menyebabkan meningkatnya viskositas darah, berkurangnya elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan terjadinya aterosklerosis. Kelainan vaskularisasi dapat menyebabkan sulitnya penyembuhan luka, karena sumbatan-sumbatan pada pembuluh darah. Selain itu, dapat juga menghambat sirkulasi darah ke daerah-daerah perifer karena jantung kesulitan memompa darah yang terlalu kental dan kondisi ini diperburuk karena pembuluh darah kehilangan kemampuan untuk berkontraksi dan relaksasi. b. Gangguan persyarafan (neuropati) Gangguan persyarafan erat kaitannya dengan gangguan vascular, gangguan vaskular menyebabkan aliran darah ke perifer terhambat. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting lain untuk jaringan, karena terhambat menimbulkan iskemia jaringan perifer, dalam hal ini adalah kaki. Iskemia ini menyebabkan kerusakan syaraf yang pada akhirnya menyebabkan hilangnya sensibilitas, kerusakan syaraf motorik,

kerusakan syaraf sensorik, dan kerusakan syaraf otonom. Pada gangguan

neuropati kemampuan reflek tendon menurun, perasaan kaki untuk membedakan suhu, rasa nyeri, dan tekanan berkurang. c. Infeksi Penurunan sirkulasi darah kaki menghambat proses penyembuhan luka, karena penurunan fungsi trombosit akibatnya kuman masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi. Selain itu, peningkatan kadar gula darah akan menghambat kerja leukosit dalam mengatasi infeksi, luka yang sukar sembuh menjadi ulkus gangrene dan terjadi meningkatkan kemungkinan terjadi perluasan infeksi sampai ke tulang (osteomielitis), bila tidak diketahui dan ditanggulangi. Kaki yang mengalami ulkus gangrene luas sulit untuk diatasi, yang memerlukan tindakan amputasi.

Stadium 0 A Tampa Luka 1

Tingkat 2 3

Luka sampai Luka sampai tendon atau tulang sendi atau

tukak atau superficial, pasca

tidak sampai kapsul sendi atau

tukak, kulit tendon utuh B infeksi 3 1 2

kapsul sendi

Infeksi kulit dan jaringan subkutan Eritema >2 cm atau infeksi meliputi struktur subkutan, tanda SIRS1 (-)1 Infeksi dengan manifestasi sistemik: demam leukositosis2, shift to the left 3, instabilitas metabolic, hipotensi, azotema42

SIRS(Systemic Inflamatory Response Syndrom): suatu respon klinis terhadap proses infeksi atau non-infeksi 2 Leukositosit: Peningkatan jumlah sel darah putih(leukosit) diatas normal 3 Shift to the Left: istilah yang digunakan dalam kedokteran yang berhubungan dengan sel darah putih (neutrofil) yang secara umum jumlahnya meningkat pada suatu proses penyakit 4 azotema adalah peningkatan nilai Blood Urea Nitrogen(BUN) 5 PAD (Perierhal Arterial Disease): penyakit arteri perifer akibat berkurangnya aliran darah secara bermakna dan terus menerus

C Iskemia D Infeksi dan iskemia

Terdapat tanda dan gejala PAD5 tapi belum critical limb ischemia 6

2 B1 B2

critical limb ischemia Infeksi kulit dan jaringan subkutan Eritema >2 cm atau infeksi meliputi struktur subkutan, tanda SIRS (-)

B3

Infeksi dengan manifestasi sistemik: demam leukositosis, shift to the left, instabilitas metabolic, hipotensi, azotema

C1

Terdapat tanda dan gejala PAD tapi belum critical limb ischemia

C2

critical limb ischemia

Table 2. klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of Texas Classification System Sumber: Yunir, Em, dkk.2009. Pedoman Penatalaksanaan Kaki Doabetik. Jakarta: PB. PERKENI

2.3 Pengertian Perawatan Kaki Diabetes

CLI(Critical Limb Ischemia): istilah yang digunakan untuk semua pasien dengan nyeri saat istirahat, ulkus atau gangrene yang dapat dibuktikan secara objektif akibat penyakit arteri oklusif

Seorang dengan diabetes yang tidak terkendali dan kurang perawatan terhadap anggota tubuhnya sehingga menimbulkan luka sekunder

memungkinkan timbulnya komplikasi diabetes, misalnya luka pada kaki. Luka pada kaki terjadi karena gangguan vaskularisasi didaerah sekitar luka atau infeksi. Hal ini menimbulkan kerusakan pada syaraf, nekrosis jaringan, dan perlukaan sampai tulang/sendi. Untuk mencegah atau

menanggulangi hal inilah maka dibutuhkan perawatan terhadap kaki bagi penderita diabetes. Perawatan kaki diabetes adalah tindakan keperawatan yang ditujukan untuk pencegahan atau penanggulangan masalah kaki pada penderita diabetes. Ulkus kaki diabetes adala komplikasi kronik akibat DM dengan manifestasi luka terbuka pada permukaan kulit atau membrane mukosa disertai kematian jaringan. Lebih dari 90% ulkus akan sembuh apabila diterapi secara komprehensif dan multidisipliner. Manajemen kaki diabetes dilakukan secara tim, yang melibatkan banyak keahlian, seperti: penyakit dalam (endokrinologi, nefrologi, kardiologi, infeksi), bedah (vaskular, podiatric, plastik, orthopedi), ahli sepatu, fisioterapi, perawat, ahli gizi, fisioterapi, dan sebagainya.

2.4 Pengertian Amputasi Amputasi berasal dari kata amputare yang diartikan pancung. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, amputasi adalah pemotongan (anggota badan), terutama kaki dan tangan, untuk menyelamatkan jiwa seseorang. Amputasi juga dapat diartikan sebagai tindakan

pembedahan/pemotongan anggota tubuh dimulai dari bagian distal, yang telah mengalami kerusakan/kematian jaringan yang bersifat permanen/irreversible sehingga kehilangan fungsinya dengantujuan menyelamatkan jiwa. Tindakan amputasi merupakan pilihan terakhir setelah usaha pengobatan dinyatakan tidak memberikan hasil. Karena jaringan yang rusak memungkinkan terjadinya

infeksi oleh kuman yang dapat menyebabkan meluasnya jaringan yang mati maka amputasi menjadi pilihan. Walaupun amputasi ditujukan untuk menyelamatkan jiwa, namun masih terdapat efek samping lain terkait hal ini. Efek samping itu dapat berupa gangguan citra diri, harga diri, body image, dan penyangkalan terhadap kondisi pasca amputasi. Tidak jarang juga kejadian re-amputasi (amputasi kembali) bagian tubuh pada sisi yang lain, sehingga meningkat angka pesakitan dan kematian. Pada penderita komplikasi kaki diabetik, prevalensi amputasi semakin meningkat, dibandingkan dengan orang tanpa komplikasi.

2.5 Penatalaksanaan Perawatan Kaki Diabetes Penatalaksanaan perawatan secara holistic meliputi 6 aspek kontrol, yaitu kontrol mekanik, kontrol metabolik, kontrol vaskular, kontrol luka, kontrol infeksi, dan kontrol edukasi7. Untuk setiap stadium kaki diabetes, optimalisasi control yang dilakukan tidaklah sama. Hal ini dibutuhkan suatu penyesuaian, berdasarkan fakta yang ditunjukan oleh masing-masing pasien. Penanganan perawatan yang dilakukan pun berbeda.3 a. Kontrol mekanik meliputi pengistirahatan kaki, menghindari tekanan pada daerah kaki yang luka, dan menggunakan bantalan kaki saat berbaring . b. Kontrol metabolik meliputi perencanaan asupan gizi, regulasi glukosa darah yang adekuat, dan penyakit komorbiditas yang mungkin menyertai. c. Kontrol vaskular meliputi pemeriksaan terhadap gangguan vaskuler yang dapat dideteksi dengan angiografi. d. Kontrol luka meliputi evakuasi jaringan nekrotik dan pus yang adekuat, dan pembalutan luka.

Yunir, Em, dkk.2009. Pedoman Penatalaksanaan Kaki Doabetik. Jakarta: PB. PERKENI

Cahyono, B suharjo. 2007. Menejemen Ulkus Kaki Diabetik. Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi Vol.30 No.3

10

e. Kontrol infeksi meliputi pemberian antibiotic yang adekuat. f. Kontrol edukasi meliputi pemberian edukasi pada klien dan keluargnya terkait dengan kondisi klien saat ini, rencana diagnostik, dan terapi. (Em Yunir, 2009) Setiap luka pada penderita diabetes haruslah dianggap sebagai siuatu yang serius. Setiap luka berpotensi terjadi infeksi, mengancam nyawa atau memerlukan tindakan amputasi. Perawatan ulkus diabetik dilakukan secara komprehensif melalui upaya; mengatasi penyakit komorbid, menghilangkan/ mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu lembab (moist), penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi8. Berikut adalah perawatan kaki diabetes dengan luka yang dapat dilakukan: a. Prinsip yang digunakan meliputi keenam kontrol perawatan kaki diabetik. Penentuan masalah yang lebih dominan diperlukan untuk mengetahui kontrol mana yang lebih diutamakan. Pengobatan kaki diabetik meliputi pengendalian gula darah, penanganan kelainan kaki, neuropati diabetik, sirkulasi darah dan atasi infeksi serta rehabilitasi. b. Mengatasi penyakit komirbid yang menyertai, misalnya hipertensi, anemia, gangguan ginjal, gangguan hati, dan lain-lain. c. Melakukan tindakan debridemen yaitu salah satu terapi penting pada kasus ulkus diabetika. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya pembersihkan benda asing dan jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus, fistula/rongga yang memungkinkan kuman berkembang. d. Mengurangi beban tekanan (off loading) Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang besar. Pada penderita DM yang mengalami neuropati permukaan plantar kaki mudah mengalami luka atau luka menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun iritasi kronis sepatu yang digunakan. Salah satu hal yang sangat penting namun sampai kini tidak mendapatkan perhatian dalam perawatan kaki diabetik

11

adalah mengurangi atau menghilangkan beban pada kaki (off loading). Upaya off loading berdasarkan penelitian terbukti dapat mempercepat kesembuhan ulkus. e. Melakukan perawatan luka dengan menekankan pada metode moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Teknik dressing yang tepat akan mempercepat penyembuhn luka apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeabel terhadap gas. Dalam dressing luka perlu duperhatikan karakteristik luka kaki, ada tidaknya eksudat f. Untuk pengendalian infeksi dapat diberikan obat antibiotika yang disesuaikan dengan kultur kuman. g. Revaskularisasi dilakukan untuk memaksimalkan penyembuhan ulkus kaki diabetes. Tindakan endovascular atautindakan bedah vaskular dipilih berdasarkan jumlah dan panjang arteri yang tersumbat. h. Tindakan bedah dilakukan dengan pertimbangan berat ringannya ulkus DM. i. Factor yang tidak kalah pentingnya adalah perbaikan nutrisi, dengan terapi diet yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, dan kontrol gula darah setiap saat. Tindakan ini akan menunjang penyembuhan ulkus kaki. Prioritas utama adalah mencegah kelainan kaki akibat DM.

pencegahannya dimulai dengan pencegahan primer, yaitu dengan mencegah terjadinya ulkus. Cara pencegahan kaki diabetes untuk penderita diabetes yang tidak disertai luka antara lain: a. Edukasi dan penyuluhan tentang DM dilakukan secara komprehensif, komplikasi yang menyertai, kesehatan kaki, dan cara perawatan kaki yang tepat. Sehungga penderita DM dan keluarganya menyadari kemungkinan timbulnya ulkus kaki karena neuropati atau kelainan pembuluh darah. b. Memeriksa kedua kaki dengan hati-hati setiap hari, memastikan pemeriksaan diantara jari-jari kaki. Lecetan dan infeksi bisa berawal dari

12

celah jari kaki dan dengan diabeteic neuropathy, penderita DM biasanya tidak akan bisa merasakannya sampai luka tersebut benar-benar teriritasi dan terinfeksi. Pemeriksaan kaki dapat dilakukan sendiri dengan bantuan cermin, atau meminta keluarga untuk memeriksanya. Pembersihan kaki dilakukan dengan menyikat akai dengan sikat yang lembut. c. Membasuh kaki dengan air hangat, bukan air panas. Sebelum merendam kaki kedalam air hendaknya diperiksa terlebih dahulu suhu air dengan tangan. Jangan terlalu lama merendam kaki, karena goresan akibat air akan sulit dihilangkan. Segera setelah itu keringkan kaki jika dibutuhkan tambahkan dengan pelembab kulit. d. Memastikan kondisi sepatu yang digunakan pas, tidak sempit dan juga memeriksa bagian dalam sepatu dari benda-benda yang mungkin dapat melukai kaki. e. Menghindari berjalan tanpa menggunakan alas kaki. f. Mengontrol gula darah tentunya dengan asupan makanan yang disesuaikan dengan diet yang sudah ditentukan. Menghindari konsumsi rokok dan alcohol dan obat0obatan yang dapat menyebabkan

vasokonstriksi. g. Memeriksa kadar gula darah secara teratur. h. Konsultasikan kondisi yang kaki kepada dokter. Selain itu, konsultasikan jenis olahraga yang dapat dilakukan dengan aman.

13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Penulisan Dari pembahasan makalah diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perawatan kaki secara dini setelah diketahui menderita DM, akan mengurangi resiko terjadinya luka kaki diabetik. Selain itu, peran keluarga dalam pemberian dukungan dan pengawasan, peran tim medis dalam memberikan pengobatan dan perawatan mengurangi prevalensi terjadinya kaki diabetik. Dengan kata lain, penatalaksanaan kaki diabetik membutuhkan kerjasama secara holistik dari orang-orang yang terlibat didalamnya. Penatalaksanaan keperawatan kaki diabetik yang cepat, tepat, dan efisien akan mengurangi laju angka amputasi karena luka kaki diabetik.

3.2 Saran Penulis Untuk mengurangi angka amputasi akibat komplikasi kronik DM yaitu kaki diabetik, maka dibutuhkan kerjasama antara pasien, keluarganya, tim dan tim medis. Tim medis berperan selain memberikan pengobatan dan perawatan juga seharusnya berperan dalam berbagai upaya pencegahan, diantaranya penyuluhan pendidikan tentang DM, komplikasi yang mengikuti, dan penatalaksanaan perawatan kaki diabetes. Keluarga yang salah satu anggotanya menderita DM, maka haruslah mendukung dan memotivasi untuk perawatannya. Sedangkan untuk pasien yang menderita DM sendiri haruslah menyadari bahwa akan terjadi kelemahan-kelemahan yang tidak terdapat pada orang normal.

14

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 3. Jakrta : EGC Misnadiarly . 2006. Diabetes Mellitus:Ulcer, Gangren,Infeksi. Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia Price, Silvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC Potter, Patricia A. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Volume 2. Jakarta : EGC Soegondo, Sidartawan. 2008. Hidup Mandiri dengan Diabetes Melitus. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Yunir, Em, dkk.2009. Pedoman Penatalaksanaan Kaki Doabetik. Jakarta: PB. PERKENI Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 309. Amir, Elfizon and Syahbuddin , Syafril and Manaf, Asman. 1998. PERANAN NEUROPATI DIABETIK PADA PATOGENESIS KAKI DIABETIK. Majalah Kedokteran Andalas, 22 (1). ISSN 0126 2092 Cahyono, B suharjo. 2007. Menejemen Ulkus Kaki Diabetik. Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi Vol.30 No.3. http://lib.atmajaya.ac.id/ diakses pada 2 juli 2011 pukul 21.35 Maruli, Haris. 2006. Penanganan Konservatif Pasien dengan Critical Limb Ischemia. http://eprints.lib.ui.ac.id/1110/ diakses pada 2 juli 2011 pukul 22.00 Wijonarko. TEHNIK DRESSING PADA ULCUS KAKI DIABETIKUM. www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Manajemen%20Ulkus%20Kaki%20Diabetik.rtf diakses pada 3 juli 2011 pukul 14.56

15

Liberman,

Serge.

Shift

to

the

Left.

http://www.phrases.org.uk/bulletin_board/39/messages/652 html. diakses pada 2 Juli 2011 pukul 22.10

2 juli 2011. http://www.ningharmanto.com/2009/09/penyebab-diabetes-melituspengertian-diabetes-melitus-tipe-diabetes-melitus-diabetes-mellitus/ pukul 19.50 diakses pada

2 Juli 2011. Wound Healing Perspective Spring 2006 Vol.3. Critical Limb Ischemia Overview and treatment Amerika options. Serikat

www.nationalhealing.com/downloads/nhcwhpspring06.pdf diakses pada pukul 21.44

16

You might also like