Professional Documents
Culture Documents
Skripsi/Thesis FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Tinjauan dari Persepsi Pasien Oleh : Burhanuddin Gamrin, SKM dan M. Joeharno, SKM
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. Tidak hanya orang-per orang atau keluarga, akan tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (U.U No 23 tahun 1992). Kesehatan dipandang sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan pada individu, kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan arah pembangunan kesehatan kita yang meninggalkan paradigma lama menuju paradigma sehat, dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 (Ahmad Djojosugitjo, 2001). Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care) (Ahmad Djojosugitjo, 2001).
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi berlaku untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu dan Puskesmas, baik di fasilitas pemerintahan maupun swasta (Ahmad Djojosugitjo, 2001). Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masyarakat pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan dan menuntut keamanannya (Sulastomo, 2005). Berbagai fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem pengendali mutu yang terbaik yang dapat diterapkan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang good governance merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu (Laksono, 2005). Upaya peningkatan mutu adalah aksioma yang lemah capaian individunya, pada umumnya mencerminkan kegagalan sistem atau ketidakmampuan dari suatu organisasi memandang dan mengimprovisasikan sistem jaminan mutu. Gagasan peningkatan kualitas mutu merupakan tantangan di dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan (Sulastomo, 2006). Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan. Masyarakat telah menganggap bahwa rumah sakit adalah harapan terakhir bagi orang yang sedang sakit. Bahkan ada sebagian masyarakat yang berperilaku untuk cepat-cepat berobat ke rumah sakit, jika mereka menderita suatu penyakit tertentu. Agar dicapai tingkat pelayanan kesehatan yang berkualitas, rumah sakit mengupayakan itu dengan meningkatkan berbagai fasilitas pelayanan (Sudarwanto, 1995). Peningkatan mutu sebagai salah satu upaya merupakan tujuan fundamental dari pelayanan kesehatan, yakni melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan organisasi tersebut. Hal ini merupakan suatu proses dengan output yang baru akan dapat terlihat pada program jangka menengah ataupun program jangka panjang (Sulastomo, 2006). Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan (Ely Nurachma, 2007). Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan menganalisis beberapa aspek yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di RS Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
2. Batasan Masalah
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa aspek namun karena aspek keterbatasan yang dimiliki peneliti maka pada penelitian ini hanya dibatasi pada aspek jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas pelayanan.
3. Rumusan Masalah Bagaimana mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap ditinjau dari aspek jumlah petugas, ketanggapan
petugas, kehandalan petugas, dan ketersediaan/kelengkapan fasilitas di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang ?
1. Tujuan Khusus 1. Untuk menganalisis hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan
ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
KEPUSTAKAAN
1. Tinjauan Umum Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan 2. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit 3. Tinjauam Umum Tentang Variabel Yang Diteliti
KERANGKA KONSEP
1. Jumlah Petugas
Jumlah petugas merupakan salah satu aspek yang menunjang pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan petugas yang kurang menyebabkan penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan tidak maksimal dan kurang memenuhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, petugas sendiri akan mengalami kewalahan dalam menjalankan tugasnya yang pada nantinya akan menurunkan tingkat kemampuan kerja yang diberikan petugas kepada pasien di rumah sakit.
2. Ketanggapan petugas
Ketanggapan petugas berhubungan dengan aspek kesigapan dari petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien akan pelayanan yang dinginkan. Tingkat kesigapan dari petugass kesehatan dalam memberikan pelayanan merupakan salahs atu aspek yang mempengaruhi penilaian pasien atas mutu pelayanan yang diselenggarakan.
3. Kehandalan petugas
Kehandalan berhubungan dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam menyelenggarakan dan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang kurang dari tenaga kesehatan tentunya akan memberikan pelayanan yang kurang memenuhi kepuasan pasien sebagai standar penilaian terhadap mutu pelayanan.
Fasilitas merupakan sarana bantu bagi instansi dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Keadaan fasilitas yang memadai akan membantu terhadap penyelenggaraan pelayanan kepada pasien.
: Variabel dependen
3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Mutu Pelayanan Kesehatan 2. Jumlah Petugas 3. Ketanggapan Petugas 4. Kehandalan Petugas 5. Ketersediaan/Kelengkapan Fasilitas 4. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Null (Ho) 1. Tidak ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan
ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
2. Hipotesis Alternatif (Ha) 1. Ada hubungan jumlah petugas, ketanggapan petugas, kehandalan petugas, dan
ketersediaan/kelengkapan fasilitas terhadap mutu pelayanan kesehatan di RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan analitik rancangan Cross Sectional Study
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSU Massenrempulu Kab Enrekang yang telah mendapatkan perawatan
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebahagian dari populasi yang ditentukan berdasarkan teknik pengambilan sampel secara proporsional stratified random sampling dengan penentuan besar sampel menggunakan rumus sebagai berikut. n= Dimana : n = besarnya sampel dalam penelitian N = besarnya populasi dalam penelitian d = tingkat kepercayaan (0,05)
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait
1. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan
informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tidaknya jawaban
setiap jawaban Selau diberi nilai 5, Sering diberi nilai 4, kadang-kadang diberi nilai 3, Pernah diberi nilai 2 dan jika jawaban Tidak Pernah diberi nilai 1.
2. Analisa Data
Analisis data ditujukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi Square Test dengan rumus sebagai berikut : X2 = Dimana : O = nilai observasi E = Nilai ekspektasi (harapan) df = (c 1) (r 1) Hasil uji statistik dikatakan bermakna jika nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai ekspektif kurang dari 5 maka uji statistik dengan menggunakan rumus Fishers Exact Test yaitu :
5. Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisis univariat dan tabel silang analisis bivariat dalam rangka menganalisis hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.
1. Umur
Responden tertinggi berada pada kelompok umur 20 29 tahun sebanyak 57 (55,9%) dan terendah pada kelompok umur <>
2. Jenis Kelamin
Responden terbanyak adalah perempuan sebanyak 56 (54,9%).
3. Pendidikan
Responden tertinggi telah menamatkan pendidikan pada jenjang SMA sederajat sebanyak 52 (51%) dan terendah tidak sekolah dan SMP masing-masing sebanyak 7 (6,9%).
4. Pekerjaan
Responden tertinggi dengan status tidak bekerja/URT sebanyak 35 (34,3%) sedangkan yang bekerja tertinggi sebagai wiraswasta sebanyak 31 (30,4%) dan terendah yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 3 (2,9%).
2. Ketanggapan Petugas
Lebih dominan responden menyatakan ketanggapan petugas dalam memberikan pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup tanggap sebanyak 71 (69,6%).
3. Kehandalan Petugas
Lebih dominan responden menyatakan kehandalan petugas dalam memberikan pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup handal sebanyak 66 (64,7%).
4. Ketersediaan Fasilitas/Sarana
Lebih dominan responden menyatakan ketersediaan fasilitas / sarana pelayanan di rumah sakit sudah berada pada kategori cukup tersedia sebanyak 53 (52%).
3. Hubungan Variabel Penelitian 1. Hubungan Jumlah Petugas dengan Mutu Pelayanan Kesehatan
Hasil uji statistik diperoleh nilai X 2 hitung = 2,425 <>2 tabel (3,814) sehingga Ho diterima dengan interpretasi bahwa tidak terdapat hubungan pengaruh jumlah petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan dimana banyaknya jumlah petugas bukan menjadi salah satu aspek penting bagi pasien untuk menilai kualitas pelayanan yang diselenggarakan.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang telah disajikan sebelumnya di atas maka dapat dibahas berdasarkan tujuan penelitian sebagai berikut.
Hubungan jumlah petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai X 2 hitung = 2,425 <>2 tabel (3,814) sehingga Ho diterima dengan interpretasi bahwa tidak terdapat hubungan pengaruh jumlah petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan dimana banyaknya jumlah petugas bukan menjadi salah satu aspek penting bagi pasien untuk menilai kualitas pelayanan yang diselenggarakan. Tidak terdapatnya hubungan jumlah petugas terhadap mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Massenrempulu Enrekang memberi indikasi akan adanya aspek tertentu yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan rumah sakit. Hal ini biasanya berhubungan dengan aspek kemampuan kerja yang dimiliki petugas dimana aspek ini merupakan unsur utama terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan sehingga pasien tidak memperhitungkan aspek banyaknya petugas namun lebih diarahkan pada pelayanan yang diterima oleh petugas yang memberikan kepuasan.
dengan pemberian pelatihan dalam pelayanan kesehatan yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang lebih berkualitas.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat pasien yang menyatakan ketersediaan fasilitas/sarana pelayanan di Rumah Sakit Umum Massenrempulu Enrekang pada kategori kurang (48%) yang jika ditinjau dari angka pencapaian tersebut memberi indikasi bahwa berbagai jenis pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit belum terpenuhi secara efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena ketersediaan sarana/fasilitas tersebut akan membantu kemudahan petugas dalam memberikan pelayanan. Kurang tersedianya fasilitas/sarana pelayanan di Rumah Sakit Umum Massenrempulu Enrekang disebabkan karena rumah sakit sedang melaksanakan pembenahan diri secara fisikal dimana lokasi rumah sakit yang berpindah tempat dengan menduduki gedung baru sehingga pada saat penelitian berlangsung, aspek ketersediaan fasilitas belum terpenuhi secara maksimal dan ditambah lagi dengan perubahan status rumah sakit menjadi tipe C sehingga upaya pembenahan yang dilakukan pun semakin besar sedangkan untuk melakukan hal tersebut tentunya akan membtuhkan waktu. Dampak dari kekurangtersediaan fasilitas/sarana pelayanan di rumah sakit berupa penurunan kualitas kerja dari tenaga kesehatan tentunya akan berdampak pula pada penurunan mutu pelayanan. Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menyatakan ketersediaan fasilitas cukup dominan terdistribusi pada mutu pelayanan kesehatan pada kategori cukup sebanyak 46 (86,8%) sedangkan responden yang menyatakan ketersediaan fasilitas/sarana pada kategori kurang dominan pula terdistribusi pada mutu pelayanan kesehatan pada kategori cukup sebanyak 30 (61,2%). Hubungan ketersediaan fasilitas pelayanan dengan perwujudan mutu pelayanan berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai X 2 hitung = 8,763 > X2 tabel (3,814) sehingga Ho ditolak dengan interpretasi bahwa terdapat hubungan pengaruh ketersediaan fasilitas/sarana pelayanan terhadap peruwujudan mutu pelayanan kesehatan dimana semakin baik fasilitas pelayanan yang tersedia maka akan mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara maksimal dan memenuhi kepuasan pasien.
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan penyajian data penelitian sebelumnya di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Tidak terdapat hubungan jumlah petugas dengan perwujudan mutu pelayanan kesehatan dimana
banyaknya petugas bukan menjadi unsur utama penilaian pasien terhadap kepuasan pelayanan yang diberikan
2. Terdapat hubungan ketanggapan petugas dengan perwujudan mutu pelayanan kesehatan dimana
petugas yang memiliki ketanggapan yang tinggi akan meningkatkan kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan
3. Terdapat hubungan kehandalan petugas dengan perwujudan mutu pelayanan kesehatan dimana petugas
yang memiliki kehandalan yang tinggi akan meningkatkan kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan
4. Terdapat hubungan ketersediaan fasilitas/sarana dengan perwujudan mutu pelayanan kesehatan dimana
rumah sakit yang memiliki ketersediaan fasilitas/sarana yang cukup memadai akan mendukung pelayanan yang memberikan kepuasan kepada pasien.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya di atas maka saran yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pasien atas pelayanan yang berkualitas
maka diperlukan ketanggapan dan kehandalan petugas yang memenuhi syarat yang dapat diwujudkan melalui pemberian pelatihan dan peningkatan jenjang pendidikan yang dimiliki petugas
2. Selain itu, upaya penambahan jenis fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan juga perlu
mendapat perhatian dengan lebih mengutamakan jenis sarana pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh pasien dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas dan memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama. Tjandra Yoga. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia Press. Jakarta, 2002.
Ahmad Djojosugito, Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan Menyongsong AFTA 2003, Pusat Data dan Informasi PERSI, Jakarta, 2001.
Boy S, Sabarguna, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, Penerbit Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng DI Yogyakarta, 2004.
Depkes RI, Standar Pelayanan Rumah Sakit, Cetakan IV, Jakarta, 1996.
Effendy. Nasrul. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi Kedua. EGC : Jakarta, 1998.
Eli Nurachma, Asuhan Keperawatan Bermutu Di Rumah Sakit, Jurnal Keperawatan dan Penelitian Kesehatan, Jakarta, 2007.
Entjang. I.. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti. Jakarta, 2003.
Laksono Trisantoro, Good Governance dan Sistem Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Surabaya, 2005.
Muninjaya, I Gede, Manajemen Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2003.
Rusli Ngatimin, Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat Di Pedesaan, Pascasarjana UNHAS, Makassar, 1987.
Siti Fadilah Supari, Indonesia Masih Menghadapi Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Rendah, Gizinet, Jakarta, 2005.
Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
Sudarmono, Mutu Harus Ditingkatkan, Kompas Cyber Media, Jakarta, 01 Juli 2005.
Wijono. Djoko, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Vol. 1. Airlangga University Press, Surabaya, 1999.
http://blogjoeharno.blogspot.com/2008/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-mutu.html